• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Padi dan Jagung Kabupaten Karo Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Padi dan Jagung Kabupaten Karo Chapter III VI"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilaksanakan di Kabupaten Karo. Daerah

penelitian ditentukan secara sengaja atau purposive dengan mempertimbangkan

bahwa daerah ini merupakan daerah yang prosfektif untuk mengetahui

ketersediaan padi dan jagung. Adapun yang menjadi pertimbangan di dalam

penentuan lokasi/wilayah adalah atas terjadinya fluktuasi dari luas areal

pertanaman, produktifitas dan produksi dari tanaman padi dan jagung di

Kabupaten Karo. Selain itu didukung oleh domisili peneliti yang berada di

Kabupaten Karo.

3. 2 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah menggunakan data sekunder,

yang diperoleh peneliti dari Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen dan Dinas

Pertanian, Badan Ketahanan Pangan (BKP), serta berbagai literatur-literatur yang

berhubungan dengan penelitian ini. Data yang digunakan yaitu time series dengan

range tahun 2001-2015 yang dianalisis dengan alat bantu program SPSS

(Statistical Package for Social Science). Adapun jenis data yang telah

(2)

Tabel 3.1 Jenis Data Yang Digunakan.

Jenis Data Sumber Data Keterangan

Luas Panen, Produksi danProduktivitas, Padi dan Jagung

BPS (Badan Pusat Statistik) Sumatera Utara

Data Tahun 2001-2015

Jumlah Penduduk BPS (Badan Pusat Statistik) Sumatera Utara

Harga Domestik Padi dan Jagung

BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Karo

Data Tahun 2001-2015

3. 3 Metode Analisis Data

Untuk menganalisis data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan

padi dan jagung di Kabupaten Karo digunakan analisis deskriptif. Dalam

penelitian ini analisis dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS).

Untuk membuktikan hipotesis (1) dan (2), dalam penelitian ini metode analisis

data yang digunakan adalah regresi linier berganda (multiple linear regression

method) dengan pengolahan data melalui SPSS versi 18.0. Dengan demikian

model analisis adalah sebagai berikut:

Ketersediaan Padi

Y = a0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Dimana:

Y = Ketersediaan Padi (Ton)

a0 = Konstanta /Koefisien intersep

b1,b2…b4 = Koefisien Regresi

(3)

X2 = Konsumsi Beras (ton/Kab)

X3 = Harga Domestik Beras (Rp/ton)

X4 = Harga Impor Beras (Rp/ton)

a0 = Konstanta /Koefisien intersep

b1,b2.. b4 = Koefisien Regresi

X1 = Pendapatan (Rp/Kab)

(independent variable), positifataunegatif.Koefisienregresi b

akanbernilaipositifjikamenunjukkanhubungansearahantarvariabel bebas

(independent variable) denganvariabel terikat (dependent variable).

Artinyakenaikanvariabel bebasakanmengakibatkankenaikanvariabel

terikatdansebaliknya,penuruanvariabel bebasakanmenurunkanvariabel terikat.

Koefisienregresi b akanbernilainegativejikamenunjukkanhubungan yang

berlawananarahantaravariabel bebasdenganvariabel terikat.

(4)

variableterikatdansebaliknya, penurunanvariabel bebasakanmenaikkanvariabel

terikat.Secaraserempakhipotesisyangdigunakanadalah :

KetersediaanPadi

H0= luaspanen,konsumsiberas, harga domestik beras dan harga impor beras

secaraserempaktidakberpengaruhterhadapketersediaanPadi.

H1= luaspanen, konsumsiberas, harga domestik beras dan harga impor beras

secaraserempakberpengaruhterhadapketersediaanPadi.

Jikath ≤ t tabel, tolak H 1 ;terima H0

Jikath ≥ t tabel, tolakH0 ;terima H1

KetersediaanJagung

H0= pendapatan, luaspanendan harga domestik jagung secara serempak

tidakberpengaruhterhadapketersediaanjagung.

H1= pendapatan, luaspanendan harga domestik jagung secara serempak

berpengaruhterhadapketersediaanjagung.

Jikath ≤ t tabel, tolak H 1 ;terima H0

Jikath≥ t tabel, tolakH0 ;terima H1

UjiAsumsiKlasik

Ujiasumsiklasikmerupakanpersyaratanstatistik yang

harusdipenuhipadaanalisisregresi linier berganda yang berbasisordinary least

square (OLS).Jadianalisisregresi yang tidakberdasarkan OLS

tidakmemerlukanpersyaratanasumsiklasik, misalnyaregresilogisticatauregresi

ordinal.Ujiasumsiklasik yang digunakanyaituujimultikolinearitas,

(5)

tidakadaketentuanpastitentangurutanujimanadulu yang

(6)
(7)
(8)

1. UjiMultikolinearitas

Salah satudariasumsi model regresi linier

klasikadalahbahwatidakterdapatmultikolinearitasdiantaravariaelbebas yang

dimasukkankedalammodel.Ujimultikolinearitasinibertujuanuntukmengujiapakahdi

temukanadanyakorelasiatauhubunganantara variabel bebasdalam modelregresi.

Interprestasidaripersamaanregresi linier

bargandasecaraimplicitbergantungpadaasumsibahwa

variable-variabelbebasdalampersamaantersebuttidaksalingberkorelasi.Koefisienregresibias

anya diinterprestasikansebagaiukuranperubahan variable terikatjikasalahsatu

variable bebasnyanaiksebesarsatu unit sementaraseluruh variable

bebaslainnyadianggaptetap.Namun, interprestasiini,

menjaditidakbenarapabilaterdapathubunganlinierantara variable bebas.

Adapun kriteria ujisebagaiberikut,

• Jikatoleransi≤ 0,1 danVIF≥ 10: terjadimultikolinieritas

• Jikatoleransi> 0,1 danVIF< 10: tidakterjadimultikolinieritas

2. UjiHeteroskedastisitas

UjiHeteroskedastisitasinibertujuanuntukmengujiapakahterjadiketidaksamaanvaria

nsdari residual satupengamatankepengamatan yang lain dalam model regresi.

Jikavariansdari residual satupengamatankepengamatanlaintetap,

makadisebuthomoskedastisitasdanjikaberbedadisebutheteroskedastisitas.

(9)

• Jikaadapolatertentu, sepertititik-titik yang adamembentukpolatertentu yang

teratur (bergelombang, melebar, kemudianmenyempit) :

terjadiHeteroskedastisitas

• Jikatidakadapola yang jelas, sertatitik-titikmenyebardiatasdandibawahangka 0

padasumbu Y:tidakterjadiHeteroskedastisitas

3. UjiNormalitas

Ujinormalitasinibertujuanuntukmengujiapakahdalam model regresi,

veriabelpenggangguatau residual memilikidistribusi normal.Sepertidiketahui,

bahwauji t dan F mengasumsikanbahwanilai residual mengikutidistribusi

normal.Kalauasumsiinidilanggarmakaujistatistik

menjaditidakvaliduntukjumlahsampelkecil.

4. Uji t-statistik / Pengujianparsial

Menurut Gujarati (2003),Uji

t-statistikdigunakanuntukmengujipengaruhparsialdarivariabel – variabel

independenterhadapvariabel

dependennyaataupengujianinidilakukanuntukmengujitingkatsignifikansisetiapvari

abel bebas (independent) dalammempengaruhivariabel takbebas (dependent).

Hipotesisdariujiiniadalah :

H0 : β = 0, Variabelbebastidakmempengaruhivariabel tidakbebasnya.

H1 : β ≠ 0, Variabelbebasmempengaruhivariabel tidakbebasnya.

KriteriaPengujian :

a. Jika: (t-tabel) ≤ (t-stat) ≤ (t-tabel), makahipotesisnoltidakditolak

(10)

5. Uji F-statistik /Pengujiankeseluruhan

MenurutGujarati (2003),uji F-statistikdigunakanuntukmengukurgoodness of

(11)

X2 = Konsumsi Beras (ton/Kapita)

X3 = Harga Domestik Beras (Rp/ton)

X4 = Harga Impor Beras (Rp/ton)

a0 = Konstanta /Koefisien intersep

b1,b2.. b4 = Koefisien Regresi

X1 = Pendapatan (Rp/Kab)

(independent variable), positifataunegatif.Koefisienregresi b

akanbernilaipositifjikamenunjukkanhubungansearahantarvariabel bebas

(independent variable) denganvariabel terikat (dependent variable).

Artinyakenaikanvariabel bebasakanmengakibatkankenaikanvariabel

terikatdansebaliknya, penuruanvariabel bebasakanmenurunkanvariabel terikat.

Koefisienregresi b akanbernilainegativejikamenunjukkanhubungan yang

berlawananarahantaravariabel bebasdenganvariabel terikat.

(12)

terikatdansebaliknya, penurunanvariabel bebasakanmenaikkanvariabel

terikat.Secaraserempakhipotesisyangdigunakanadalah :

KetersediaanPadi

H0= luaspanen,konsumsiberas, harga domestik beras dan harga impor beras

secaraserempaktidakberpengaruhterhadapketersediaanPadi.

H1= luaspanen, konsumsiberas, harga domestik beras dan harga impor beras

secaraserempakberpengaruhterhadapketersediaanPadi.

Jikath ≤ t tabel, tolak H 1 ;terima H0

Jikath ≥ t tabel, tolakH0 ;terima H1

KetersediaanJagung

H0= pendapatan, luaspanendan harga domestik jagung secara serempak

tidakberpengaruhterhadapketersediaanjagung.

H1= pendapatan, luaspanendan harga domestik jagung secara serempak

berpengaruhterhadapketersediaanjagung.

Jikath ≤ t tabel, tolak H 1 ;terima H0

Jikath≥ t tabel, tolakH0 ;terima H1

UjiAsumsiKlasik

Ujiasumsiklasikmerupakanpersyaratanstatistik yang

harusdipenuhipadaanalisisregresi linier berganda yang berbasisordinary least

square (OLS).Jadianalisisregresi yang tidakberdasarkan OLS

tidakmemerlukanpersyaratanasumsiklasik, misalnyaregresilogisticatauregresi

ordinal.Ujiasumsiklasik yang digunakanyaituujimultikolinearitas,

(13)

tidakadaketentuanpastitentangurutanujimanadulu yang

harusdipenuhi.Analisisdapatdilakukan tergantungpada data yang ada.

6. UjiMultikolinearitas

Salah satudariasumsi model regresi linier

klasikadalahbahwatidakterdapatmultikolinearitasdiantaravariaelbebas yang

dimasukkankedalammodel.Ujimultikolinearitasinibertujuanuntukmengujiapakahdi

temukanadanyakorelasiatauhubunganantara variabel bebasdalam modelregresi.

Interprestasidaripersamaanregresi linier

bargandasecaraimplicitbergantungpadaasumsibahwa

variable-variabelbebasdalampersamaantersebuttidaksalingberkorelasi.Koefisienregresibias

anya diinterprestasikansebagaiukuranperubahan variable terikatjikasalahsatu

variable bebasnyanaiksebesarsatu unit sementaraseluruh variable

bebaslainnyadianggaptetap.Namun, interprestasiini,

menjaditidakbenarapabilaterdapathubunganlinierantara variable bebas.

Adapun kriteria ujisebagaiberikut,

• Jikatoleransi≤ 0,1 danVIF≥ 10: terjadimultikolinieritas

• Jikatoleransi> 0,1 danVIF< 10: tidakterjadimultikolinieritas

7. UjiHeteroskedastisitas

UjiHeteroskedastisitasinibertujuanuntukmengujiapakahterjadiketidaksamaanvaria

nsdari residual satupengamatankepengamatan yang lain dalam model regresi.

Jikavariansdari residual satupengamatankepengamatanlaintetap,

makadisebuthomoskedastisitasdanjikaberbedadisebutheteroskedastisitas.

(14)

• Jikaadapolatertentu, sepertititik-titik yang adamembentukpolatertentu yang

teratur (bergelombang, melebar, kemudianmenyempit) :

terjadiHeteroskedastisitas

• Jikatidakadapola yang jelas, sertatitik-titikmenyebardiatasdandibawahangka 0

padasumbu Y:tidakterjadiHeteroskedastisitas

8. UjiNormalitas

Ujinormalitasinibertujuanuntukmengujiapakahdalam model regresi,

veriabelpenggangguatau residual memilikidistribusi normal.Sepertidiketahui,

bahwauji t dan F mengasumsikanbahwanilai residual mengikutidistribusi

normal.Kalauasumsiinidilanggarmakaujistatistik

menjaditidakvaliduntukjumlahsampelkecil.

9. Uji t-statistik / Pengujianparsial

Menurut Gujarati (2003),Uji

t-statistikdigunakanuntukmengujipengaruhparsialdarivariabel – variabel

independenterhadapvariabel

dependennyaataupengujianinidilakukanuntukmengujitingkatsignifikansisetiapvari

abel bebas (independent) dalammempengaruhivariabel takbebas (dependent).

Hipotesisdariujiiniadalah :

H0 : β = 0, Variabelbebastidakmempengaruhivariabel tidakbebasnya.

H1 : β ≠ 0, Variabelbebasmempengaruhivariabel tidakbebasnya.

KriteriaPengujian :

a. Jika: (t-tabel) ≤ (t-stat) ≤ (t-tabel), makahipotesisnoltidakditolak

(15)

10. Uji F-statistik /Pengujiankeseluruhan

MenurutGujarati (2003),uji F-statistikdigunakanuntukmengukurgoodness of

(16)
(17)
(18)
(19)

yang terdapatdalampersamaansecarabersama-samamempengaruhivariabel

• H0 tidakditolakjika F-stat < F tabel

• H0 ditolakjika F-stat > F-tabel

3. 4DefenisidanBatasanOperasional

Untukmenghindarikesalahanmengenaiistilah-istilah yang

terdapatdalampenelitianini,

makadibuatdefenisidanbatasanoperasionalsebagaiberikut :

3.4.1 Defenisi

1) Ketersediaanadalahjumlahpangan (padidanjagung) yang tersediauntuk

dikonsumsimasyarakatdalamsatuan ton pertahun.

2) Jumlahproduksiadalahjumlahdarihasilkegiatanbudidayaatauusahatani

berasdanjagungdalamsatuan ton pertahun.

3) Luaspanenadalahluasantanaman padi dan jagung yang

dipunguthasilnyasetelahtanamantersebutcukupumurdalam satuan hektar

(20)

4) Jumlahpendudukadalahjumlahmanusia yang

bertempattinggal/berdomisilipadasuatuwilayahataudaerahdanmemilikimatape

ncahariantetap di daerahitusertatercatatsecarasahberdasarkanperaturan yang

berlaku di daerahtersebut.

5) Konsumsiadalahsuatukegiatanmanusiamengurangiataumenghabiskannilaigun

asuatubarangataujasauntukmemenuhikebutuhan,

baiksecaraberangsur-angsurmaupunsekaligus.

6) Pendapatanmerupakanjumlahuang yang diterimaoleh masyarakat

dariaktivitasnya, kebanyaandaripenjualprodukdan/ataujasakepadapelanggan.

7) Harga domestik adalah harga yang berlaku didaerah penelitian sering juga

disebut dengan harga eceran.

8) Harga impor beras adalah harga impor beras yang berlaku Indonesia.

3.4.2 BatasanOperasional

1) Data yang diambil adalah data sekunder dalam kurun waktu 2001 sampai

2015 meliputiketersediaanpadidanjagungdi KabupatenKaro.

2) PenelitiandilakukandalamwilayahKabupatenKaro.

(21)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4. 1Lokasi dan Keadaan Geografis Kabupaten Karo

Secara Geografis letak Kabupaten Karo berada diantara 2º50’–3º19’ Lintang

Utara dan 97º55’–98º38’ Bujur Timur dengan luas 2.127,25 Km2 atau 2,97% dari

luas Provinsi Sumatera Utara. Adapun batas-batas wilayahnya, yaitu:

• Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli

Serdang

• Sebelah selatan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir

• Sebelah timur dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun

• Sebelah barat dengan Provinsi Nangroe Aceh Darusalam

Wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian 200-1.500m diatas permukaan

laut. Kabupaten Karo terletak pada jajaran Bukit Barisan dan sebagian besar

wilayahnya merupakan dataran tinggi. Dua gunung berapi aktif terletak di wilayah

ini sehingga rawan gempa vulkanik.

4. 2Iklim

Kabupaten Karo beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim hujan

dan musim kemarau. Musim hujan pertama mulai bulan Agustus sampai dengan

bulan Januari dan musim kedua pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei,

(22)

Curah hujan di Kabupaten Karo tahun 2015 tertinggi pada bulan Oktober sebesar

345 MM dan terendah pada bulan Maret sebesar 20 MM sedangkan jumlah hari

hujan tertinggi pada bulan Oktober dan November sebanyak 22 hari dan terendah

pada bulan Maret sebanyak 4 hari. Suhu udara berkisar antara 15,50C sampai

dengan 23,20C dengan kelembapan udara rata-rata setinggi 89,92%.

4. 3Keadaan Penduduk

Hasil sensus tahun 2010, penduduk Kabupaten Karo berjumlah 350.960 jiwa.

Pada pertengahan tahun 2015, menurut proyeksi penduduk sebesar 89.591 yang

mendiami wilayah seluas 2.127,25 km2. Kepadatan penduduk diperkirakan

sebesar 180 jiwa/km2.

Laju pertumbuhan penduduk Karo tahun 2011-2015 adalah sebesar 2,18%/tahun,

tahun 2015 di Kabupaten Karo penduduk laki-laki lebih sedikit dari perempuan.

Laki-laki berjumlah 193.397 jiwa dan perempuan berjumlah 196.194 jiwa. Sex

rationya sebesar 98,57.

Selanjutnya dengan melihat jumlah penduduk yang berusia dibawah 15 tahun dan

65 tahun keatas maka diperoleh rasio ketergantungan sebesar 58,15 yang berarti

setiap seratus orang usia produktif menanggung 58 orang dari usia diawah 15

tahun dan 65 tahun keatas. Beban tanggungan anak bagi usia produktif sebesar 5

dan beban tanggungan lanjut usia bagi penduduk produktif sebesar 8. Berdasarkan

hasil SUSENAS, jumlah angkatan tenaga kerja di Kabupaten Karo mencapai

228.207 orang dengan tingkat partisipatif angkatan kerja sebesar 82,25% dan

(23)

Tabel 4.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten Karo Tahun 2010-2015

Kecamatan 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sumbe : BPS Kabupaten Karo, 2016

Dari tabel 4.1, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk menurut kecamatan di

Kabupaten Karo semakin meningkat dari tahun ke tahun dalam kurun waktu lima

tahun (2010-2015). Jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2015 begitu juga

ditahun-tahun sebelumnya berada di Kecamatan Kabanjahe, yakni sebesar 72.246

jiwa.

4. 4Deskripsi Variabel

(24)

Adapun ketersediaan Padi dan jagung di Kabupaten Karo dapat diperoleh dari

jumlah produksi dan stok, karena padi dan jagung di kabupaten karo tidak ada

impor dan ekspor. Jumlah ketersedian padi dan jagung mengalami fluktuasi.

Tabel 4.2 Ketersediaan Padi dan Jagung di Kabupaten Karo Tahun 2001-2015

Tahun KetersediaanPadi

(Ton)

Ketersediaan Jagung (Ton)

2001 84.386,81 56.637,94

2002 114.804,35 85.415,23

2003 154.235,55 119.420,96

2004 171.699,71 141.207,29

2005 172.117,10 161.493,72

2006 190.447,46 199.714,94

2007 244.339,33 246.060,16

2008 268.793,59 289.291,22

2009 334.770,32 332.293,75

2010 343.063,76 382.712,09

2011 377.448,21 408.407,00

2012 438.108,38 467.652,72

2013 471.937,72 503.198,19

2014 484.345,39 542.171,63

2015 542.335,71 615.387,50

Sumber : BPS dan BKP, Kabupaten Karo

Dari tabel 4.2, diatas dapat dilihat bahwa ketersediaan padi paling tinggi yakni

542.335,71 ton pada tahun 2015 dan terendah pada tahun 2001 yakni 84.386,81

ton. Adapun ketersediaan jagung tertinggi pada tahun 2015 sebesar 615.387,50ton

(25)

4. 4. 2 Luas Panen Padi dan Jagung

Luas panen padi dan jagung di Kabupaten Karo mengalami fluktuasi selama 15

tahun dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2015. Adapun luas panen padi dan

jagung adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Luas Panen tanaman Padi dan Jagung di Kabupaten Karo Tahun 2001-2015

Tahun Luas Panen Padi

(Ha)

Sumber : BPS Kabupaten Karo, 2016

Dari tabel 4.4, diatas dapat dilihat bahwa luas panen padi tertinggi berada pada

tahun 2012 yakni sebesar 25,553 Ha dan luas panen padi terendah pada tahun

2005 yaitu sebesar 17,965 Ha. Adapun luas panen jagung tertinggi berada pada

tahun 2010 yakni sebesar 90,605 Ha dan luas panen jagung terendah yaitu pada

(26)

4. 4. 3 Pendapatan

Adapun pendapatan penduduk di Kabupaten Karo mengalami peningkatan dari

tahun ke tahun selama 15 tahun, mulai dari tahun 2001 sampai 2015. Pendapatan

penduduk tersebut diperoleh dari pendapatan regional (PDRB) menurut harga

berlaku Kabupaten Karo. Adapun pendapatan penduduk paling tinggi yakni pada

tahun 2015 yakni sebesar Rp. 15.150.364,48 dan terendah berada pada tahun 2001

yakni sebesar Rp. 1.911.508,05.

Tabel 4.4 Pendapatan Penduduk di KabupatenKarotahun 2001-2015

Tahun Pendapatan

(27)

4. 4. 4 Konsumsi Beras

Konsumsi beras di Kabupaten Karo juga mengalami fluktuasi. Adapun jumlah

konsumsi tertinggi berada pada tahun 2015 yakni sebesar44.413,37ton/kab/tahun

dan yang terendah pada tahun 2005 yakni sebesar 32.815,70ton/kab/tahun.

Tabel 4.5 Konsumsi Beras di KabupatenKarotahun 2001-2015

Tahun Konsumsi Beras

(Ton/Kab/Tahun)

(28)

4. 4. 5 Harga Domestik Beras dan Jagung

Adapun harga domestik beras dan jagung mengalami fluktuasi. Harga domestik

berasyang paling tinggi yakni pada tahun 2015 sebesar Rp.11.198.000/ton dan

yang terendah pada tahun 2001 yakni sebesar Rp. 3.740.000/ton.

Harga domestik jagung yang paling tinggi yakni pada tahun 2013 sebesar

Rp.2.812.000/ton dan yang terendah pada tahun 2001 dan 2003 yang mempunyai

nilai yang sama yakni sebesar Rp. 844.000/ton.

Tabel 4.6 Harga Domestik Beras dan Jagung di Kabupaten Karo tahun 2001-2015

Tahun Harga Domestik Beras (Rp/ton)

2004 4.060.000 1.023.000

2005 4.800.000 1.398.000

2006 4.900.000 1.200.000

2007 6.500.000 1.552.000

2008 6.750.000 2.075.000

2009 6.600.000 1.776.000

2010 7.713.000 2.052.000

2011 9.214.000 2.363.000

2012 9.988.000 2.102.000

2013 10.422.000 2.812.000

2014 10.651.000 2.738.000

2015 11.198.000 2.725.000

(29)

4. 4. 6 Harga Impor Beras

Adapun harga impor beras mengalami fluktuasi. Harga impor beras yang paling

tinggi yakni pada tahun 2013 sebesar Rp.6.376.401,33/ton dan yang terendah pada

tahun 2003 yakni sebesar Rp. 1.755.705,14/ton.

Tabel 4.7 Harga Impor Beras tahun 2001-2015

Tahun Harga Impor Beras

(Rp/ton)

(30)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5. 1Ketersediaan Padi dan Jagung di Kabupaten Karo

Ketersediaan padi dan jagung di Kabupaten Karo selama 15 tahun mengalami

peningkatan. Ketersediaan padi dan jagung diperoleh dari jumlah produksi dan

stok. Berikut jumlah ketersediaan padi dan jagung di Kabupaten Karo.

Tabel 5.1 Ketersediaan Padi dan Jagung di Kabupaten Karo selama 15 tahun

Tahun KetersediaanPadi

(Ton)

Ketersediaan Jagung

(Ton)

2001 84.386,81 56.637,94

2002 114.804,35 85.415,23

2003 154.235,55 119.420,96

2004 171.699,71 141.207,29

2005 172.117,10 161.493,72

2006 190.447,46 199.714,94

2007 244.339,33 246.060,16

2008 268.793,59 289.291,22

2009 334.770,32 332.293,75

2010 343.063,76 382.712,09

2011 377.448,21 408.407,00

2012 438.108,38 467.652,72

2013 471.937,72 503.198,19

2014 484.345,39 542.171,63

2015 542.335,71 615.387,50

(31)

Adapun kondisi ketersediaan padi dan jagung di Kabupaten Karo dapat dilihat

dari grafik berikut.

Gambar 5.1 Grafik Ketersediaan Padi dan Jagungdi Kabupaten Karo Tahun

2001-2015

Pada gambar 5.1, dapat dilihat bahwa ketersedian padi dan jagung di kabupaten

karo mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

5.2Hasil Analisis Fakor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Padi di

Kabupaten Karo

Dari metode analisis data diketahui bahwa faktor-faktor (variabel-variabel) yang

dapat mempengaruhi ketersediaan padi adalah luas panen padi (X1), konsumsi

beras (X2), harga domestik beras (X3) dan harga impor beras (X4). Dari

variabel-0,00

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Ketersediaan Jagung (Ton)

(32)

variabel bebas tersebut dapat dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap

ketersediaan padi sebagai variabel terikat atau dependen.

5.2.1 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS

seperti berikut:

Gambar 5.2 Grafik Normal Plot Ketersediaan Padi

Berdasarkan gambar 5.2, dapat dilihat tampilan grafik normal plot titik-titik yang

(33)

diagonal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa model persamaan layak dipakai

karena telah memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan

SPSS seperti berikut:

Gambar 5.3 ScatterplotUji Heterokedastisitas Ketersediaan Padi

Dari gambar 5.3, grafik scatterplot diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

gejala heterokedastisitas dikarenakan pada gambar 5.3 terlihat bahwa titik-titik

menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta

(34)

3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai toleransi yang lebih kecil dari 0,1 atau

nilai VIF yang lebih besar dari nilai 10 dari masing-masing variabel seperti

berikut:

Tabel 5.2 Nilai Tolerance dan VIF Ketersediaan Padi

Varibel Tolerance VIF

Luas Panen Padi 0,579 1,726

Konsumsi Beras 0,232 4,301

Harga Domestik Beras 0,056 17,779

Harga Impor Beras 0,061 16,323

Sumber : Analisis data sekunder dari lampiran 4

Adapun kriteria uji sebagai berikut,

• Jika toleransi ≤ 0,1 dan VIF ≥ 10: terjadi multikolinieritas

• Jika toleransi > 0,1 dan VIF < 10: tidak terjadi multikolinieritas

Berdasarkan tabel 5.2, dapat dilihat bahwa faktor atau variabel harga domestik

beras (X3) dan harga impor beras (X4) memiliki nilai VIF sebesar 17,779 dan

16,323, lebih besar dari 10 (>10) dan variabel luas panen padi (X1) dan variabel

konsumsi beras (X2) memiliki nilai VIF sebesar 1,726 dan 4,301, lebih kecil dari

10 (<10). Sedangkan nilai tolerance-nya yakni sebesar 0,056; 0,061 lebih kecil

dari 0,1 (<0,1) dan 0,579; 0,232 lebih besar dari 0,1 (>0,1).

Dari hasil perhitungan di atas dan berdasarkan kriteria uji dapat dilihat bahwa

(35)

beras. Gejala multikolinearitas dapat diatasi dengan tidak mengikutsertakan kedua

variabel yang mengalami gejala multikolinearitas atau meregresikannya secara

terpisah.

5.2.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Ketersediaan padi dipengaruhi oleh variabel atau faktor-faktor sebagai berikut

yakni luas panen padi, konsumsi beras, harga domestik beras dan harga impor

beras. Untuk menguji pengaruh variabel beas tersebut terhadap variabel terikat

maka dilakukan pengujian dengan metode regresi linier berganda dengan

menggunakan SPSS 18.0 baik secara serempak maupun secara parsial. Adapun

hasil regresi linier berganda ketersediaan padi dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.3 Hasil Analisis Ketersediaan Padi

Variabel Koefisien Regresi T Hitung Signifikan

(Constant) -406143,409 -2,894 0,016

Luas Panen Padi (X1) 3,328 0,888 0,395

Sumber: Analisis data sekunder dari lampiran 4

Dari tabel 5.3, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

(36)

Dimana:

Y = Ketersediaan Padi (Ton)

X1 = Luas Panen Padi (Ha)

X2 = Konsumsi Beras (Ton)

X3 = Harga Domestik Beras (Rp/ton)

X4 = Harga Impor Beras (Rp/ton)

1. Koefisien Determinasi (R2)

Dari tabel 5.3, dapat dilihat bahwa koefisien determinasi R2 (R Square) yang

diperoleh adalah sebesar 0,980. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 98% variasi

variabel terikat yaitu ketersediaan padi telah dapat dijelaskan oleh variabel bebas

luas panen padi (X1), konsumsi beras (X2), harga domestik beras (X3) dan harga

impor beras (X4) atau dengan kata lain sebesar 98% variabel bebas tersebut

berpengaruh terhadap variabel terikat yakni ketersediaan padi. Sedangkan sisanya

2% dipengaruhi oleh variabel bebas atau faktor lain yang belum dimasukkan ke

dalam model.

2. Uji Serempak (Uji F)

Dari hasil analisis regresi linier berganda diperolehlan F hitung sebesar 123,210

dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 sedangkan nilai F tabel sebesar 5,99

pada tingkat signifikansi sebesar 0,01. Dengan demikian F hitung > F tabel dan

sig. F (0,000) ≤ 0,01, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya luas panen

(37)

serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat yakni ketersediaan padi di

Kabupaten Karo.

3. Uji Parsial (Uji T)

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diinterprestasikan pengaruh variabel bebas luas

panen padi, konsumsi beras, harga domestik beras dan harga impor beras dengan

variabel terikat ketersediaan padi, yakni sebagai berikut:

1) Pengaruh Luas Panen Padi Terhadap Ketersediaan Padi

Nilai koefisien regresi variabel atau faktor luas panen padi yakni sebesar 3,328

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara luas panen padi dengan

ketersediaan padi. Jika luas panen padi naik sebesar 1 ha, maka ketersediaan padi

akan bertambah sebesar 3,328 ton.

Luas panen padi sangat berpengaruh terhadap produksi, dan produksi berpengaruh

terhadap ketersediaan. Sehingga luas panen padi berpengaruh terhadap

ketersediaan padi. Namun, ketersediaan bukan hanya di pengaruhi oleh produksi

namun dipengaruhi oleh impor dan juga cadangan pangan atau stok akhir.

Menurut UU No 18 (2012), ketersediaan pangan adalah kondisi tersedianya

pangan dari hasil produksi dalam negeri dan cadangan pangan nasional serta

impor apabila kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan.

Dengan kata lain luas panen padi tidak terlalu berpengaruh terhadap ketersediaan

(38)

beras untuk memenuhi kebutuhan. Namun, hal ini tentu saja akan berdampak pada

perekonomian masyarakat, terutama masyarakat Karo. Di Kabupaten Karo sendiri

dalam sekali masa panen dapat menghasilkan 3 sampai 4 ton padi dalam 1 hektar

sawah.

Adapun nilai T hitung variabel luas panen padi yakni 0,888 dan nilai T tabel

sebesar 2,201 maka T hitung < T tabel. Tingkat signifikansi T hitung sebesar

0,395 maka sig T (0,395) > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima

dan H1 ditolak yang artinya variabel luas panen padi secara parsial tidak

berpengaruh nyata terhadap ketersediaan padi.

2) Pengaruh Konsumsi Beras Terhadap Ketersediaan Padi

Nilai koefisien regresi variabel atau faktor konsumsi beras yakni sebesar 8,595

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara konsumsi beras dengan

ketersediaan padi. Jika konsumsi beras naik sebesar 1 ton, maka ketersediaan padi

akan bertambah sebesar 8,595 ton.

Keterkaitan konsumsi dengan ketersediaan yakni, ketika konsumsi masyarakat

akan beras naik maka ketersediaan akan beras itu sendiri juga harus naik untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat akan beras tersebut. Di Kabupaten Karo sendiri

ketersediaan padi dan konsumsi beras berbanding lurus, yaitu ketersediaan padi

naik ketika konsumsi masyarakat akan beras naik.

Adapun nilai T hitung variabel konsumsi berasyakni 2,237 dan nilai T tabel

sebesar 2,201 maka T hitung > T tabel. Tingkat signifikansi T hitung sebesar

(39)

dan H1 diterima yang artinya variabel konsumsi beras secara parsial berpengaruh

nyata terhadap ketersediaan padi.

3) Pengaruh Harga Domestik Beras Terhadap Ketersediaan Padi

Nilai koefisien regresi variabel atau faktor harga domestik beras yakni sebesar

0,036 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara harga domestik beras

dengan ketersediaan padi. Jika harga domestik beras naik sebesar Rp 1000/ton,

maka ketersediaan padi akan bertambah sebesar 36 ton.

Hal ini bertolak belakang dengan hukum permintaan. Adapun hukum permintan

(demand) yakni, jumlah yang akan dibeli perunit, menjadi semakin besar apabila

harga semakin rendah (Bilas, 1982).

Artinya jika harga beras naik maka permintaan akan beras akan menurun. Namun,

apabila penaikan harga diikuti dengan penaikan pendapatan maka, permintaan

akan beras tidak akan bermasalah, sehingga ketersediaan padi akan stabil.

Hubungan positif ini tidak mempunyai keterkaitan langsung, tetapi dikarenakan

peningkatan harga domestik akan meningkatkan pendapatan masyarakat, melalui

peningkatan pendapatan masyarakat maka jumlah produksi juga akan meningkat,

yang mana pada seiring peningkatan produksi akan bertambah pada peningkatan

jumlah ketersediaan. Dengan kata lain harga juga mempengaruhi ketersediaan,

tetapi tidak secara langsung.

Adapun nilai T hitung variabel konsumsi beras yakni 3,568 dan nilai T tabel

sebesar 2,201 maka T hitung > T tabel. Tingkat signifikansi T hitung sebesar

(40)

dan H1 diterima yang artinya variabel harga domestik beras secara parsial

berpengaruh nyata terhadap ketersediaan padi.

4) Pengaruh Harga Impor Beras Terhadap Ketersediaan Padi

Nilai koefisien regresi variabel atau faktor harga impor beras yakni sebesar 0,010

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara harga impor beras dengan

ketersediaan padi. Jika harga impor beras naik sebesar Rp 1.000, maka

ketersediaan padi akan bertamah sebesar 10 ton.

Keterkaitan harga impor dengan ketersediaan padi yakni, apabila harga impor

beras lebih rendah dari harga domestik beras maka, masyarakat cendrung memilih

beras impor dari pada beras domestik. Namun hal ini dapat berdampak buruk bagi

petani padi di Indonesia terutama petani di Kabupaten Karo.

Adapun nilai T hitung variabel harga impor beras yakni 0,566 dan nilai T tabel

sebesar 2,201 maka T hitung < T tabel. Tingkat signifikansi T hitung sebesar

0,584 maka sig T (0,584) > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima

dan H1 ditolak yang artinya variabel harga impor berassecara parsial tidak

berpengaruh nyata terhadap ketersediaan padi.

5.3Hasil Analisis Fakor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Jagung di

Kabupaten Karo

Dari metode analisis data diketahui bahwa faktor-faktor (variabel-variabel) yang

dapat mempengaruhi ketersediaan jagung adalah luas panen jagung (X1),

pendapatan (X2) dan harga domestik jagung (X3). Dari faktor-faktor

(variabel-variabel) bebas tersebut dapat dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap

(41)

5.3.1 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS

seperti berikut:

Gambar 5.4 Grafik Normal Plot Ketersediaan Jagung

Berdasarkan gambar 5.4, dapat dilihat tampilan grafik normal plot titik-titik yang

menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis

diagonal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa model persamaan layak dipakai

(42)

2. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan

SPSS seperti berikut:

Gambar 5.5 ScatterplotUji Heterokedastisitas Ketersediaan Jagung

Dari gambar grafik scatterplot diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala

heterokedastisitas dikarenakan pada gambar 5.5 terlihat bahwa titik-titik menyebar

secara acak dan tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar

(43)

3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai toleransi yang lebih kecil dari 0,1 atau

nilai VIF yang lebih besar dari nilai 10 dari masing-masing variabel seperti

berikut:

Tabel 5.4 Nilai Tolerance dan VIF Ketersediaan Jagung

Varibel Tolerance VIF

Pendapatan 0,140 7,158

Luas Panen Jagung 0,482 2,075

Harga Domestik Jagung 0,118 8,504

Sumber : Analisis data sekunder dari lampiran 5

Adapun kriteria uji sebagai berikut,

• Jika toleransi ≤ 0,1 dan VIF ≥ 10: terjadi multikolinieritas

• Jika toleransi > 0,1 dan VIF < 10: tidak terjadi multikolinieritas

Berdasarkan tabel 5.4, dapat dilihat bahwa faktor atau variabel pendapatan (X1),

luas panen padi (X2) dan harga Jagung (X3) masing-masing memiliki nilai VIF

yang lebih kecil dari 10 (<10) yakni sebesar 7,158; 2,075 dan 8,504. Begitu juga

dengan nilai masing-masing tolerance-nya yang lebih besar dengan 0,1 (>0,1)

yakni sebesar 0,140; 0,482 dan 0,118. Dari hasil perhitungan di atas dan

berdasarkan kriteria uji dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala

multikoliniearitas.

5.3.2 Analisis Regresi Liner Berganda

Ketersediaan jagung dipengaruhi oleh variabel atau faktor-faktor sebagai berikut

(44)

pengaruh variabel bebas tersebut terhadap variabel terikat maka dilakukan

pengujian dengan metode regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS 18.0

baik secara serempak maupun secara parsial. Adapun hasil regresi linier berganda

ketersediaan jagung dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut:

Tabel 5.5. Hasil Analisis Ketersediaan Jagung

Variabel Koefisien Regresi T Hitung Signifikan

(Constant) -146060,124 -3,995 0,002

Pendapatan (X1) 0,020 4,281 0,001

Luas Panen Jagung (X2) 2,663 3,567 0,004

Harga Domestik Jagung (X3) 0,087 2,811 0,017

R2 0,980

Uji F

F Hitung 178,773 0,000

F Tabel 6,22

T Tabel 2,179

Sumber: Analisis data sekunder dari lampiran 5

Dari tabel 5.5, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y= (-146060,124) + 0,020X1 + 2,663X2+ 0,087X3

Dimana:

Y = Ketersediaan Jagung (Ton)

X1 = Pendapatan (Rp/Kab)

X2 = Luas Panen Jagung (Ha)

X3 = Harga Domestik Jagung (Rp/Ton)

(45)

Dari tabel 5.5, dapat dilihat bahwa koefisien determinasi R2 (R Square) yang

diperoleh adalah sebesar 0,980. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 98% variasi

variabel terikat yaitu ketersediaan jagung telah dapat dijelaskan oleh variabel

bebas pendapatan, luas panen jagung dan harga domestik jagung atau dengan kata

lain sebesar 98% variabel bebas tersebut berpengaruh terhadap variabel terikat

yakni ketersediaan jagung. Sedangkan sisanya 2% dipengaruhi oleh variabel

bebas atau faktor lain yang belum dimasukkan ke dalam model.

2. Uji Serempak (Uji F)

Dari hasil analisis regresi linier berganda diperolehlan F hitung sebesar 178,773

dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 sedangkan nilai F tabel sebesar 6,22

pada tingkat signifikansi sebesar 0,01%. Dengan demikian F hitung > F tabel dan

sig. F (0,000) ≤ 0,01, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya pendapatan,

luas panen jagungdan harga domestik jagung secara serempak berpengaruh nyata

terhadap variabel terikat yakni ketersediaan jagung di Kabupaten Karo.

3. Uji Parsial (Uji T)

Berdasarkan tabel 5.5, dapat diinterprestasikan pengaruh variabel bebas

pendapatan, luas panen jagung dan harga domestik jagung dengan variabel terikat

ketersediaan jagung, yakni sebagai berikut:

1) Pengaruh Pendapatan Terhadap Ketersediaan Jagung

Nilai koefisien regresi variabel atau faktor pendapatan yakni sebesar 0,02

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara pendapatan dengan

ketersediaan jagung. Jika pendapatan naik sebesar Rp.1.000, maka ketersediaan

(46)

Hubungan positif ini tidak mempunyai keterkaitan langsung, tetapi dikarenakan

peningkatan pendapatan masyarakat akan meningkatkan jumlah produksi, yang

mana pada seiring peningkatan produksi akan bertambah pada peningkatan jumlah

ketersediaan. Dengan kata lain pendapatan mempengaruhi produksi dan produksi

mempengaruhi ketersediaan. Oleh sebab itu, pendapatan mempengaruhi

ketersediaan tetapi tidak secara langsung.

Adapun nilai T hitung variabel pendapatan yakni 4,281 dan nilai T tabel sebesar

2,179 maka T hitung > T tabel. Tingkat signifikansi T hitung sebesar 0,001 maka

sig T (0,001) < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1

diterima yang artinya variabel pendapatan secara parsial berpengaruh nyata

terhadap ketersediaan jagung.

2) Pengaruh Luas Panen Jagung Terhadap Ketersediaan Jagung

Nilai koefisien regresi variabel atau faktor luas panen jagung yakni sebesar 2,663

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara jumlah penduduk dengan

ketersediaan jagung. Jika luas panen jagung naik sebesar 1 ha, maka ketersediaan

jagung akan bertambah sebesar 2,663 ton.

Luas panen jagung sangat berpengaruh terhadap produksi, dan produksi

berpengaruh terhadap ketersediaan. Sehingga luas panen jagung berpengaruh

terhadap ketersediaan jagung. Namun, ketersediaan bukan hanya di pengaruhi

oleh produksi namun dipengaruhi oleh impor dan juga cadangan pangan atau stok

(47)

Menurut UU No 18 (2012), ketersediaan pangan adalah kondisi tersedianya

pangan dari hasil produksi dalam negeri dan cadangan pangan nasional serta

impor apabila kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan.

Berbeda halnya dengan padi, luas panen jagung di Kabupaten Karo lebih luas

dibanding luas panen padi, sehingga produksi jagung di Kabupaten Karo lebih

tinggi. Dalam 1 ha dapat menghasilkan 8 sampai 9 ton jagung permusim tanam.

Oleh sebab itu ketersediaan jagung di Kabupaten Karo lebih tinggi dari pada

ketersediaan padi.

Adapun nilai T hitung variabel luas panen jagung yakni 3,567 dan nilai T tabel

sebesar 2,179 maka T hitung > T tabel. Tingkat signifikansi T hitung sebesar

0,004 maka sig T (0,004) < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak

dan H1 diterima yang artinya variabel luas panen jagung secara parsial

berpengaruh nyata terhadap ketersediaan jagung.

3) Pengaruh Harga Domestik Jagung Terhadap Ketersediaan Jagung

Nilai koefisien regresi variabel atau faktor harga domestik jagung yakni sebesar

0,087 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara harga domestik

jagung dengan ketersediaan jagung. Jika harga domestik jagung naik sebesar Rp.

1.000, maka ketersediaan jagung akan bertambah sebesar 81 ton.

Hubungan positif ini tidak mempunyai keterkaitan langsung, tetapi dikarenakan

peningkatan harga domestik akan meningkatkan pendapatan masyarakat, melalui

peningkatan pendapatan masyarakat maka jumlah produksi juga akan meningkat,

(48)

jumlah ketersediaan. Dengan kata lain harga juga mempengaruhi ketersediaan,

tetapi tidak secara langsung.

Adapun nilai T hitung variabel harga domestik jagungyakni 2,881dan nilai T tabel

sebesar 2,179 maka T hitung > T tabel. Tingkat signifikansi T hitung sebesar

0,017maka sig T (0,017) < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak

dan H1 diterima yang artinya variabel harga domestik jagung secara parsial

(49)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut,

1. Ketersediaan padi dan jagung di Kabupaten Karo mengalami peningkatan

dalam 15 tahun terakhir yakni dari tahun 2001 sam pai pada tahun 2015.

2. Ketersediaan padi secara serempak dipengaruhi oleh luas panen padi,

konsumsi beras, harga domestik beras dan harga impor beras di Kabupaten

Karo. Adapun ketersediaan jagung secara serempak dipengaruhi oleh

pendapatan, luas panen jagung dan harga domestik jagung di Kabupaten

Karo.

3. Ketersediaan padi secara parsial dipengaruhi oleh konsumsi beras dan harga

domestik beras di Kabupaten Karo. Ketersediaan jagung secara parsial

dipengaruhi oleh semua variabel yaitu variabel pendapatan, luas panen jagung

(50)

6.2 Saran

1. Ketersediaan sangat erat hubungannya dengan produksi. Oleh sebab itu

diperlukan peran pemerintah dalam peningkatan produksi padi dan jagung

agar dapat meningkatkan ketersediaan padi dan jagung khususnya di

Kabupaten Karo.

2. Kepada Pemerintah, agar lebih memperhatikan peningkatan harga domestik,

sehingga dapat mendorong para petani untuk meningkatkan produksi padi dan

jagung sehingga ketersediaan padi dan jagung di Kabupaten Karo dapat

bertambah, begitu juga dengan pendapatan para petaninya.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya, disarankan untuk melanjutkan penelitian

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan untuk komoditi

lainnya serta diharapkan variabel dan data yang digunakan lebih banyak

Gambar

Tabel 3.1 Jenis Data Yang Digunakan.
Tabel 4.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten Karo Tahun 2010-2015
Tabel 4.2 Ketersediaan Padi dan Jagung di Kabupaten Karo Tahun  2001-2015
Tabel 4.3 Luas Panen tanaman Padi dan Jagung di Kabupaten Karo Tahun  2001-2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Teraan Meterai Digital yang ditempatkan pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak yang berfungsi sebagai penerbit Kode Deposit Mesin Teraan Meterai Digital setelah mendapat

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : (1) Pengaruh latihan knee-tuck jump dan double leg box bound terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter; (2) Pengaruh panjang

PEMAHAMAN DAN KONEKSI MATEMATIS SERTA HABITS OF MIND SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN M-APOS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hubungan Antara Pemahaman Nilai-Nilai Sejarah Dan Sikap Sosial Secara Bersama-Sama Dengan Sikap Integrasi Nasional. Hasil dari penelitian membuktikan bahwa pemahaman

JUDUL : PERLUAS PENELITIAN NYAMUK BER-WOLBACHIA MEDIA : HARIAN JOGJA. TANGGAL : 29

Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan galur sorgum mutan BMR secara umum hampir sama dengan galur sorgum mutan non BMR pada musim kemarau, terlihat pada parameter tinggi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pemaafan (forgiveness) sebagai prediktor regulasi emosi kognitif pada wanita yang hamil di luar pernikahan.. Sampel (N=30)

Karena bernilai positif, maka berarti kelompok pertama (Eksperimen) memiliki Mean lebih tinggi dari pada kelompok kedua (kontrol). Dari hasil penelitian ini telah ditemukan