• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Modernisasi Kekuatan Militer Chin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dampak Modernisasi Kekuatan Militer Chin"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Dampak Modernisasi Kekuatan Militer China Terhadap Stabilitas Keamanan di Kawasan Asia Timur

( Studi Politik Pemerintahan China Jepang )

Nur Ardi Setiawan Nim 120910101074

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Negeri Jember

Email : ardiaprilio23@gmail.com

Abstrac : The impact of China’s modernisation military power toward East Asia security regional. Military development is one of the efforts that must be made of a country to strengthen national security and also to show the world how big the country's military strength. However, this will cause a lot of issues - new siu especially in those areas of regional countries. an increase of military force by one state will trigger other countries, especially in the region to also boost its military strength.

Keyword :military power, national security.

Abstrak : Dampak modernisasi kekuatan militer China terhadap stabilitas keamanan di kawasan Asia Timur. Pengembangan militer adalah salah bentuk upaya yang harus dilakukan suatu negara untuk memperkuat keamanan nasional dan juga untuk menunjukan kepada dunia akan seberapa besar kekuatan militer negara tersebut. Akan tetapi hal ini akan menimbulkan banyak isu – siu baru terutama pada kawsan regional negara – negara di dalamnya. adanya peningkatan kekuatan militer oleh satu negara akan memicu negara lain terutama dalam satu regional untuk juga meingkatkan kekuatan militernya.

(2)

Pendahuluan

Asia Timur merupkan wilayah yang sejak lama penuh dengan dinamika dalam hal hubungan antar negara di wilayahnya. Di kawasn ini terdapat negara – negara seperti China dengan jumlah penduduk terbesar dan perkembangan ekonomi yang pesat, lalu Jepang dengan kemajuan teknologinya dan Korea Utara dengan kekuatan nuklirnya serta Taiwan denga ketegasan untuk tetap berdiri sendiri sebagai sebuah negara yang mandiri.

Dibalik potensi ekonomi yang besar dan derasnya arus perdagangan di kawasan Asia Timur, ternyata kawasan ini memiliki hubungan yang menghawatirkan dalam aspek

keamanan antar negara di dalamnya. Hal ini berupa masalah sengketa teritorial, ketegangan akibat konflik warisan sejarah masa lalu seprti perrang dunia ke II dan perang korea.

Ancaman terhadap keamanan nasional masing – masing negara menimbulkan ketegangan dan kecurigaan sehingga memicu peningkatan kapabilitas militer.

Keamanan nasional secara sederhana dapat dimengerti sebagai suasana bebas dari segalabentuk ancaman bahaya, kecemasan, dan ketakutan sebagai kondisi tidak adanya ancaman fisik ( militer ) yang berasal dari luar. Terdapat kecenderungan bahwa suatu bangsa itu tida dapat dipaksa untuk mengorbankan nilai – nilai yang dianggapnya penting. Jika dapat dihindari perang atau terpaksa melakukannya, negara tersebut akan berusah keluar sebagai pemenang.

Suatu keadaan yang dapat membahayakan keamanan nasional merupakan perpaduan dari ancaman dan kerawanan yang sangat erat kaitannya dengan keamanan nasional maupun internasional. hal yang dapat dilakukan oleh suatu negara adalah membuat kebijakan nasional yang berfokus pada negara itu sendiri, sekaligus dengan tidak melakukan kebijakan luar negeri untuk mengurangi ancaman dari luar.

China merupakan negara terbesar di kawasan Asia Timur dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Baru – baru ini. Dnia dibuat kagum akan akselerasi luar biasa yang ditunjukan negeri tirai bambu dalam berbagai aspek mulai dari aspek ekonomi dengan menjadi terbesar kedua setelah AS samapi dengan modernisasi militer yang sangat

menakjubkan. Pembangunan kekuatan militer China sedikit demi sedikit menjadikan negara tersebut sebagai salah satu kekuatan baru di Asia Timur dan dunia.

(3)

secara signifikan akhir – akhir ini, telah menimbulkan efek kekhawatiran yang cukup besar bagi negara – negara di dunia khususnya di kawasan Asia Timur seperti Korea Selatan, Korea Utara dan Jepang sehingga negara – negara tersebut merespon peningkatan militer China dengan memperkuat persenjataan dan anggaran militer.

Kawasan Asia Timur yang dihuni oleh negara-negara dengan kekuatan besar baik secara ekonomi maupun militer menyimpan berbagai potensi konflik. Potensi konflik yang muncul dilatar belakangi oleh masalah sengketa teritorial, ketegangan akibat konflik warisan sejarah masa lalu seperti Perang Dunia ke-2 dan Perang Korea, serta ketegangan yang diakibatkan oleh kecurigaan dalam peningkatan kapabilitas militer dari masing-masing negara. Untuk China dan Jepang, Permusuhan dua negara terjadi sejak perang China-Jepang pertama pada tahun 1890-an, Perang Dunia I dan II, sampai kepada tabrakan kapal patroli Jepang dengan kapal nelayan China pada 7 September 2010 lalu yang memanaskan hubungan kedua negara Sementara China dan Korea Selatan terlibat konflik perbatasan seperti status kepemilikan Liancourt Rocks .

Kerentanan masalah keamanan di Asia Timur khususnya antara China dengan

Jepang, Korea Utara dan Korea Selatan menjadi poin yang menarik untuk penulis teliti lebih jauh. Mengingat keempat negara tersebut memegang peranan kunci dalam stabilitas kawasan dilihat dari kapabilitas militer yang mereka miliki dan daya tawar politiknya masing-masing. Kondisi ini menyebabkan terjadinya Security Dilemma1 yaitu kondisi dimana keinginan suatu negara untuk memperkuat militer dianggap sebagai ancaman sehingga menimbulkan respon negara lain juga dengan memperkuat militer yang dimiliki.

Akhirnya perlombaan senjata menimbulkan saling curiga antar negara dikawasan tersebut. Ketertarikan utama yang mendorong penulis untuk meneliti masalah ini adalah menculnya kesan bahwa perkembangan militer China yang kian pesat menjadi pendorong atau salah satu faktor utama bagi negara besar di Asia Timur unutk meningkatkan bidang militer mereka. Penulis melihat bahwa dengan meneliti topik perkembangan militer China dan dampaknya terhadap Asia Timur maka kita bisa mengukur seberapa jauh perkembangan China dan seberapa berpengaruh hal tersebut kepada negara tetangganya sehingga mampu menjadi bahan informasi baru.

(4)

Kerangka Teori

Politik internasional pada dasarnya adalah a struggle of power dimana negara sebagai entitas politik yang berdaulat dan independen yang menjadi center of gravity2. Sebagai aktor utama, negara kemudian merumuskan kepentingan nasionalnya yang diperjuankan di dunia internasional. akibatnya adalah pertemuan antara kepentingan nasional yang satu dengan kepentingan nasional lainnya akan memunculkan sebuah persaingan baru.

Kondisi politik internasional bersifat dinamis atau berubah – ubah sehingga negara – negara yang terlibat di dalamnya juga mengalami perubahan pola hubungan, seperti yang diungkapkan oleh Dahlan Nasution :

”Karena sifat sistem politik internasional tidak memberikan kepastian akan keberlangsungan hidup negara, maka setiap negara terpaksa harus mengatur hubungannya dengan dunia sedemikian rupa, agar dapa menjamin kelangsungan hidupnya”3.

Akibat dari kondisi yang serba tidak pasti, hal ini akan membuat negara akan membuat berbagai kebijakan antisipasi demi menjamin keamanan dan kepentingan nasionalnya. Salah satu contohnya adalah pengembangan militer China yang mana

diantisipasi oleh negara – negara lain di Asia Timur dengan cara mengembangkan kekuatan militer mereka.

Berdasarkan pendekatan realis, keamanan negara merupakan faktor utama yang penekanannya pada kekuatan (power) sebagai the driving force dari politik dunia khususnya kekuatan militer4. Oleh karena itu, meskipun negara-negara mulai mengadakan atau

mengembangkan berbagai kerja sama dalam berbagai bidang, aspek militer tetap menjadi hal signifikan dan diperhitungkan. Dengan power, sebuah negara akan memiliki posisi tawar yang lebih kuat dan mampu mempengaruhi aktor negara lain untuk bertidak sesuai keinginannya.

2 Aleksius Jemadu, Politik Global dalm Teori dan Praktik, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008. hal 20 3 Dahlan Nasution, Politik International: Konsep dan Teori, Jakarta: Erlangga, 1991. hal 33

4 Paul R. Viotti dan Mark Kauppi, International Relation and Worl Politics: SecurityEconomy and Identity,

(5)

Menurut Hans J. Morgenthau, elemen dari kekuatan nasional (national power) adalah populasi, kondisi geografis, sumber daya alam, kapabilitas industri, karakter

nasional,kepemimpinan, moral nasional, kualitas diplomasi dan kekuatan militer5.

Kekuatan militer yang dibentuk dan dikembangkan oleh suatu negara bertujuan untuk menjaga kedaulatan dan kemanan nasional serta kepentingan strategis yang lebih luas di tingkat regional maupun tingkat global. Kualitas dan kuantitas militer suatu negara akan menjadi faktor deterrence terhadap negara lain, reaksi dari ancaman negara lain, ataupun sebagai upaya hegemoni seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap Irak.

Jika sebuah negara memandang keamanan sebagai objek utama kebijakan luar negerinya, berarti negara tersebut sangat memperhatikan keamanan nasionalnya dan

keamanan negara – nagara lain di dunia. Kebijakan keamanan nasional senat erat kaitannya dengan politik luar negeri. Tujuan politik luar negeri adalah mepertahankan kelangsungan hidup bangsanya dan mempertahankan kepentingan nsionalnya. Keamanan nasional sangat erat kaitannya dengan keamanan regional. Apabila keamanan nasional terganggu maka secara otomatis hal tersebut juga akan mengangagu keamanan regional dan itu berlaku sebaliknya.

Suatu pandangan mengenai konsep kepentingan nasional dikemukakan oleh

Morgenthau. Sebagai salah satu pakar Ilmu Hubungan Internasional yang beraliran realisme yang mana mengakatakan bahwa :

“Kepentingan nasional setiap negara adalah mengekar kekuasaan, yaitu apasaja yang bisa membentukdan mempertahankan pengadilan negara terhadapnegara lain. Interaksi antar negara ini bisa diciptakan melalui teknik paksaan ataupun melalui teknik kerjasama6

Dari pandangan diatas terlihat bahwa mengartikan kepentingan nasional sama dengan kekuasaan, dimana setiap negara akan selalu mempertahankan kekuasaan tersebut dengan cara apapun dalam hubungannya dengan negara lain. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Kusumohamidjojo, bahwa :

“Dalam forum internasional, terbukti dalam usaha untuk memenhui kebutuhan nasionalnya masing – masing, setiap negara tidak dapat menghindarkan diri interdependensi yang tidal hanya memaksa negara untuk bekerjasama, namun juga membuka kemungkinan berkompetisi7

5 Hans J. Morgenthau. Politik Antar Bangsa, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1990, hal 14 6 Ibid, h. 244

(6)

Meskipun, terdapat unsur-unsur kekuatan lain yang dapat digunakan untuk mencapai dan mepertahankan kepentingan nasional dan lebih bersifat non militer, seperti kekuatan diplomasi dan kekuatan ekonomi. Namun, tetap saja harus memperhatikan kemungkinan apabila suatu saat negaranya dituntut untuk menggunakan kekuatan militer dalam melindungi kepentingan nasionalnya.

Konsep mengenai militerisme juga diungkapan oleh Morgenthau, bahwa :

“Militerisme adalah konsepsi, bahwa kekuatan suatu negara terdiri dari kekuatan militernya, yang khusunya dipahami dalam arti kuantitatif dengan angkatan darat dan laut yang terbesar maupun angkatan udara yang tercepat di dunia, serta keunggulan senjata nuklirnya akan mnejadi lambang yang sangat menonjol dan eksklusif dari kekuatan nasionalnya8

Konsep yang dikemukakan diatas cenderung menyamakan arti kekuatan nasional dengan kekuatan militer suatu negara yang dipahami dari segi keuantitas dan kualitas personil serta persenjataanya. Negara yang mendasarkan kekuatan nasionalnya secara maksimum di bidang militer akan dihadapkan apda usah – usaha maksimum dari negara sekitarnya. Perkembangan militer seperti ini berdampak terhadap stabilitas keamanan kawasan. Hal ini terjadi karena di satu sisi suatu negara akan meningkatkan kekutan militernya seiring dengan meningktanya kekuatan ekonomi negara tersebut. Di sisi lain peningkatan ini dapat dilihat sebagai ancaman oleh negara lain yang dalam usahanya mengantisipasi hal tersebut akan meningkatkan juga kapabilitas militer mereka.

Modernisasi Kekuatan Militer China

Modernisasi militer yang dilakukan oleh angkatan bersenjata militer China (PLA) dipahami tidak hany sebatas memiliki kemampuan senjata dan teknologi militer yang modern tetapi juga meliputi Institusi, hubungan sipil dan militer, dan permasalahan lain yang

mendukung keberadaan kekuatan pertahanan nasional China. Upaya dari angkatan bersenjata China (PLA) untuk melakukan modernisasi militernya dapat dilihat dari 3 buah pilar

reformasi dan modernisasi angkatan bersenjata China.

Pilar pertama adalah pembangunan, pengadaan, akuisisi sistem persenjataan modern dan peningkatan teknologi militer. Pada pilar pertama pembangunan dan peningkatan militer China dipersiapkan untuk tantangan pertahanan China di dunia internasional dan kawasan asia timur di masa depan. Peningkatan militer tersebut meliputi :

(7)

1. Menyelesaikan Program pembelian peralatan miiter dari Russia seprtti pesawat tempur jenis Sukhoi tipe SU-27 dan SU-30, kapal selam jenis Sovremenyy dengan kelebihan memiliki peluru kendali anti kapal ( SS-N-22-Sunburn), sistem pertahanan udara dan peluru kenadli lintas jangkauan.

2. Memproduksi persenjataan konvensional dalam negeri seperti kapal selam dan pesawat tempur Tipe J-10

3. Memproduksi peluru kendali dan peningkatan kemampuan nuklir China dari sistem peluncuran tetap menuju ke sistem peluncuran bergerak.

4. Melakukan upgrading kekuatan nuklir yang mempunyai kekuatan mencegah serangan musuh “ nuclear counter attack and deterrent”

5. Melakukan penelitian dan informasi ( command , control, communications, intelligence, reconnaissence. C4ISR) mengenai cyber force untuk memperkuat kekuatan angakatan bersenjata China9.

Selanjutnya pilar kedua dari reformasi dan modernisasi angkatan bersenjata China adalah Reformasi sistem dan Institusi. Tujuan dari pilar kedua adalah menciptakan

profesionalisme di dalam tubuh angkatan bersenjata China. Beberapa hal yang menjadi misi dari pilar kedua adalah :

1. Meningkatkan kualitas para pejabat miluter PLA melaluisistem pendidikan yang berkualitas.

2. Melakukan seleksi yang ketat terhadapa perekrutan personil militer dan menerapkan standarisasi terhadap sistem promosi di dalam tubuh PLA.

3. Melakukan kerjasama dalam peningkatan kualitas pejabat militer dengan Universitas Tsinghua dan Universitas Peking.

4. Melakukan konsolidasi di dalam angkatan bersenjata China dengan menekankan penguatan di dalam angkatan laut, udara, dan strategic missile force.

Dalam waktu yang bersamaan pula yang masih menjadi bagian dai pilar kedua angkatan bersenjata China adalah menyiapkan kekuatan milisi sipil yang berjumlah 800.000 personil yang difungsikan ketika terjadi krisis. Selain itu para milisi sipil diberikan kesempatan untuk menikmati pendidikan tinggi di beberapa Universitas di China yang dibiayai oleh angkatan bersenjata China10.

Pilar ketiga adalah pemabangunan doktrin dan strategi perang yang baru. Dalam pilar ketiga, China mempersipakan pertempuran dengan teknologi tinggi. Misi dalam pilar ke tiga diantaranya adalah :

1. Melakukan operasi militer gabungan dalam penanganan krisis internasional

9 China’s Military Modernization, Peterson Institutefor International Economics, diakses melalui www.petersoninstitute.org.

(8)

2. Mengedepankan peningkatan kemampuan angkatan bersenjata China 3. Meninggalkan konsep bertahan dan lebih mengutamakan konsep offensive.

4. Menguatkan pertahanan di maritim, udara dan serta pertaruangan di dunia maya (cyber force)11

Selanjutanya di dalam program meodernisasi angkatan bersenjata China, mereka berencana untuk membeli peralatan tempur khusunya untuk angkatan udara dan laut serta penigkatan kemampuan intercontinentalbakistic missile (ICBM). Selain peningkatan ICBM China juga sedang mengembangkan dan meningkatkan kemampuan peluru kendalinya dalam kelas short range ballistic missile (SRBM), intermediate range ballistic missile (IRBM). Kekuatan dari peluru kendali dari beberapa kelas tersebut mampu memberikan ancaman kepada negara – negara di kawasan Asia Timur serta basis – basis Militer Anerika Serikat yang berada di wilayah benua Asia. Dengan demikian peningkatan kekuata militer China apabila dilihat dari faktor internal adalah sesuatu yang realistis dan sangat wajar. Karena pemerintah China ingin menjaga kedaulatan wilayah mereka.

Dampak Modernisasi Kekuatan Militer China di Kawasan Asia Timur

Menurut Samuel Hutington dampak dari kebijakan China dalam meningkatkan kekuatan militernya mampu menjadi epicu munculnya perlombaan senjata di kawasan Asia Timur. berikut adalah analisa dari Samuel Hutington sebagai respon kebijakan China tersebut.

“Centraly important to the countering western military capabilities is the suistained expansion of China military power and it means to create military power. Buoyed by spectaculer economic development, China is rapidly incresing its military spending and vigorously moving forward with the modernization of its armed forces. It is purchasing weapons from the former Soviet states it is developing power

projection capabilities, acquiring aerial refueling technology, and trying to purchase an aircraft carrier. Its military buuildup and assertion of sovreignity over the South China Sea are provoking a multilareal arms race in East Asia12

Dari hasil obserbasi penulis, dampak dari peningkatan kekuatan militer China di kawasan Asia Timur, sesungguhnya tidak cukup signifikan dalam mempengaruhi konstelasi keamanan di kawasan tersebut. Meskipun analisa dari Samuel Hutingtontersebut juga tidak dapat sepenuhnya digugurkan. Karena perlombaan senjata tersebut muncuk karena adanya reaksi negara – negara yang merasa terancam dari upaya modernisasi dan peningkatan militer

11 Ibid hal 196

(9)

China. Dampak yang sangat terasa dari kebijakan peningkatan kekuatan militer tersebut adalah berkanjutanya rivalitas hubungan antara negara – negara di kawasan Asia timur. contoh adalah antara Jepang dan China yang sampai diistilahkan not warm but not cold either atau “perang dingin asia timur”. jeoang merasa khawatir atas peningkatan kekuatan militer China yang tidak disertai transparansi tersebut. Kementrian pertahanan Jepang dalam pernyataan resminya “menyerukan China memperhatikan kecemasan masyarakat

internasionalsetelah beijing mengumumkan kenaikann 17,6% anggaran militernya pada tahun 2008. Kemetrian peertahanan akan terus berusaha agar China meningkatkan Transparansi tentang kekuatan militernya dan memperhatikan kecemasan masyarakat internasional13

Selain pernyataan rsmi tersebut, dalam National Defense Program Outline yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang yang mana isinya Jepang sangat khawatir akan katifitas modernisasi dan peningkatan militer jepang diamana digambarkan bahwa terdapat 3

skenario kemungkinan China menyeranang Jepang. Pertama, konfrontasi yang terjadi antara Jepang dan China akibat perebutan sumber daya alam di wilayah maritim, kedua, sengketa wilayah di pulau senkaku dan ketiga adalah, meningkatnya konflik China dan Taiwan.14

Selai itu bukti nyata dari ketegangan diplomatik antara Jepang dan China sekaligus reaksi dari pemerintah Jepang akibat kebijakan Vhina terkait peningkatan sistem militernya adalah jepang telah mengamandemen panduan pertahananya pada tahun 2005 yang

memungkinkan Jepang perang sebagai bentuk mepertahankan kedaulatan wilayahnya seperti yang tercantum dalam artikel National Defense Program Outline (NDPO) “Japannese People forever renouncewar as sovereign right of the nation”15. Amandemen tersebut juga mmberikan legitimasi kepada pertahanan Jepang untuk lebih aktf dalam menjalin aliansi pertahanan dengan negara – negara luar khusunya Ameriak Serikat.

Negara selain Jpeang di kawasan Asia Timur lainnya adalah Korea Selatan.

Pemreintah Korea Selatan tidak terlalu merespon peningkatan militer China sebagai bentuk ancaman yang mengancamn stabilitas kemanan kawasan Asia Timur. kore Selatan lebih menganggap Korea Utara yang memiliki Nuklir merupakan ancaman yang serius bagi stabilitas kemanan di kawasan Asia Timur. disamping itu China dan Korea Selatan sangat aktif dalam hubungan bilateral yang menyangku masalah keamanan kawasan dan China

13 Jepang Cemas Akan Peningkatan Anggran Militer China, diakses melalui http:/kapanlagi.com/h/000021635,html

14 K. Nanto , Dicks and Emma Chanlett-Avery, The Raise of China and It’s Effect on Taiwan, Jpan and South Korea: U.S Poicy Choices, Congresional Research Service, The Library Congres, 2006.

(10)

mampu menyakinkan Korsel bahwa kebijakan peningkatan dan modernisasi militer China merupakan sesuatu yang wajar dan dapat dilakukan oleh semua warga negara di belahan dunia.

Penutup

Setiap negara yang ada di dunia ini mulai dari negara maju, negara berkembang sampai pada negara yang miskin memiliki hak yang sama untuk meningkatkan kemampuan militernya masing-masing dan hal tersebut merupakan sesuatu yang lazim. Negara - negara tersebut memiliki kemampuan masing-masing untuk meningkatkan kemampuan militernya. Cina sebagai negara besar di kawasan Asia Timur melakukan peningkatan kemampuan militernya dengan meningkatkan anggaran militernya sebagai bagian dari kebijakan pemerintah untuk mendukung pembangunan ekonomi dalam negeri Cina.

Peningakatan kekuatan militer China merupakan sesuatu yang wajar karena China dengan wialayah yang luas harus mempertahankan keutuhan integrits wilayahnya. Selain itu

pemerintah China juga perlu melakukan modernisasi perlengkapan dan peralatan militer yang secara teknologi sudah tertinggal dengan negara - negara negara besar.

Daftar Pustaka

Judith F.Korenberg and John R. Faust, “China in World Politics;Policies, Processes,&Prospects” Lynne Rienner,2005.

Keith Crane, Modernizing China’s military : opportunities and constraints, RAND Corporation United States Air Force,2005.

K.Nanto, Dick and Emma Chanlett-Avery, The Rise of China and It’s Effect on Taiwan, Japan and South Korea : U.S. Policy Choices, Congressional Research Service, The Library Congres, 2006.

R.P Smith, Models of Military Expenditure, Journal of Applied Econometrics, Vol. 4, No. 4, John Wiley & Sons, 1989.

China’s Military Modernization, Peterson Institute for International Economics diakses melalui www.petersoninstitute.org

Referensi

Dokumen terkait

ABSTRAK Niko Parlindungan 4011311077 PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN PENYEDIA PEEMBANTU RUMAH TANGGA VIA ONLINE DI KOTA PANGKALPINANG Skripsi, Fakultas Hukum, 2018

SKPD,namun RPIJM merupakan dokumen teknis operasional pembangunan bidang Cipta Karya yang berisikan rencana investasi sesuai kebutuhan dan kemampuan daerah. RPIJM

ASI adalah makanan lengkap yang dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi yang baru lahir dan pada umur selanjutnya, apabila diberikan dalam jumlah yang cukup (Maclean, 1998)..

Hasil dari penelitian adalah dengan melihat pola sebaran pengunjung sehingga dapat dilihat bagaimana fasilitas pendukung dapat menjadi salah satu obyek pasif ataupun

Faktor-faktor yang mempengaruhi Pelayanan Kesehatan bagi Peserta Asuransi Kesehatan (ASKES) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Provinsi Riau yaitu

teorema harga aal dan harga akhir dan beberapa definisi harga akhir dan beberapa definisi dasar lainnya. engan demikian integral men)adi kita ambil sekarang s mendekati

• Tanda * pada WildCard akan menghasilkan semua karakter, sedangkan pada regex akan menjadi .* yang artinya 0 atau lebih karakter apa saja. One

a.Penerapan metode segmentasi pada data ALOS AVNIR-2dengan algoritma Multiresolution Segmentation untuk klasifikasi tutupan lahan diawali dengan proses penggabungan