• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA DAN KEAGAMAAN MA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA DAN KEAGAMAAN MA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA DAN KEAGAMAAN MASYARAKAT PASUNDAN SEBELUM KEDATANGAN ISLAM

Di Tatar pasundan telah terbentuk nagari atau kerajaan-kerajaan kecil yang merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran. Adapun kerajaan-kerajaan yang ada di Tatar Pasundan adalah sebagai berikut.

1. Galuh

Berdirinya Galuh sebagai kerajaan, menurut naskah wawacan Sejarah Galuh tidak terlepas dari tokoh Ratu Galuh sebagai ratu pertama. Sebuah tim yang terbentuk untuk menulis Sejarah Galuh(1972) yang menemukan berbagai nama kerajaan yang berkaitan dengan Galuh dengan ibu kota yang berpindah-pindah. Berturut-turut nama kerajaan tersebut, yaitu Kerajaan Galuh Sindula, Galuh Rahyang berlokasi di Brebes, Galuh Kalongan berlokasi di Roban, Galuh Lalean berlokasi di Cilacap, Galuh Patar Umam berlokasi di Banjar Patroman, dan Galuh Pajajaran berlokasi di Bogor.1

Nama galuh masih melekat pada nama sebuah desa yang bernama Bojong Galuh, sebelah timur kota Ciamis. Desa itu sekarang lebih terkenal dengan nama Karang Kamulian. Penduduk setempat dan Babad Galuh menganggap bahwa Karang Kamulian adalah bekas pusat Kerajaan Galuh. Artinya, tempat tersebut adalah tempat yang dimuliakan. Sekarang banyak ditemukan berbagai batu petilasan keratin. Ditinjau dari pandangan keagamaan Hindu, letak Galuh sangat baik, karena tempat pertemuan dua buah sungai besar, yakni Sungai Cimuntur, dan Sungai Citanduy.2

Berbeda dengan pendapat umum, Poespoenegoro berpendapat bahwa di Jawa Barat hanya ada satu kerajaan induk pasca-runtuhnya Kerajaan Tarumanegara, yakni Kerajaan Sunda. Argumennya berdasarkan bukti-bukti sejarah, yakni prasasti, berita asing, dan naskah-naskah local. Dalam Rakyan Juru pangambat yang berangka tahun 854 saka (932M), ditemukan di Desa Kebon Kopi Bogor. Prasasti yang berbahasa Melayu Kuno ini menyebutkan “ba(r)pulihkan haji sunda”. Bagian kalimat ini dapat diterjemahkan “memulihkan Raja Sunda”.3

Sumber-sumber kesastraan lain, yakni Carita Parahyangan (akhir abad XVI) dan naskah Siksa Kandang Karesian lebih tegas menyebutkan Sunda sebagai kerajaan di daerah yang disebut Jawa Barat. Berita Portugis yang berasal dari Tome Pires (1513) menyebutkan bahwa kerajaan yang berkuasa di Jawa Barat dan mengadakan hubungan dengan Portugis, yaitu regno decumda yang berarti Kerajaan Sunda. Demikian pula berita Antonio Pigafetta (1522) yang memberitakan Sunda sebagai daerah yang banyak menghasilkan lada. Berita asing lainnya adalah berita Cina zaman Dinasti Ming(1368-1643) yang juga menyebut “Sunda”.4

1 Nina Herlina Lubis, Sejarah Kota-kota Lama di Jawa Barat, Alqaprint, Bandung, 2001, hlm.11

2 S. Kosoh, dkk. Sejarah Daerah Jawa Barat, Depdikbud, Jakarta, 1979, hlm. 49

3 Marwati Djoened Poesponegoro, dkk. Sejarah Nasional II, Balai Pustaka, Jakarta, 1984,hlm. 356.

(2)

Poesponegoro juga mengatakan bahwa Kerajaan Sunda ibu kotanya selalu berpindah-pindah dan yang terakhir ibu kotanya adalah Pakuan Pajajaran (Bogor). Perpindahan tersebut dilator belakagi oleh banyak factor, seperti pengiktan kekuasaan dan pengefektifan pengawasan terhadap suatu daerah. Jadi, Galuh merupakan ibu kota Kerajaan Sunda sebelum berpindah ke Pakuan Pajajaran, bukan sebagai nama kerajaan. Adapun naskah-naskah Kasultanan Cirebon, seperti Babad Sunda, Babad Cirebon, Purwaka Caruban Nagari, dan Naskah Khertabhumi menyebut Galuh sebagai nama kerajaan. Lebih dari itu, nama kerajaan bias berubah-ubah pula, karena adanya kebiasaan di Negara-negara Asia Tenggara untuk menyebut nama kerajaan dengan nama ibu kotanya.5

Kerajaan Sunda yang beribu kota di Galuh merupakan kerajaan terbesar sebelum pusat kekuasaannya dipindahkan ke Pakuan Pajajaran. Setelah perpindahan ibu kota yang dilakukan Prabu Dewata Wisesa atau Jaya Dewata (Prabu Siliwangi II), Galuh hanya menjadi kerajaan bawahan atau fatsal dari Kerajaan Sunda yang beribu kota di Pakuan Pajajaran. Galuh merupakan kekuatan kerajaan Hindu di wilayah timur Jawa Barat dan Cirebon pun masuk wilayah administrative dari kerajaan, yaitu Sunda Galuh (Ciamis) yang beribu kota di Kawali.

2. Pakuan Pajajaran

Pada awal abad ke-XVI, di pulau Jawa hanya terdapat satu kerajaan Hindu yang tersisa pasca-penaklukannya Blambangan oleh Demak. Kerajaan tersebut yakni Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran yang dalam naskah-naskah Kasultanan Cirebon disebut Kerajaan Pajajaran. Kerajaan Sunda yang beribu kota di Galuh (Ciamis), Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran merupakan kerajaan terbesar di Jawa bagian barat pada masa itu. Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran didirikan oleh Pangeran Pamanah Rasa, putra mahkota Kerajaan Sunda Galuh.

Prabu Anggalarang selaku raja di Kerajaan Sunda Galuh menyerahkan mahkota Kerajaan Sunda Galuh kepada putranya yang bernama Pangeran Pamanah Rasa, setelah berhasil mendapatkan Nyai Subanglarang dengan ara mengikuti sayembara yang didikutinya di Nagari Singapura(Cirebon) setelah menaiki singgasana Kerajaan Sunda Galuh. Pangeran Pamanah Rasa memindahkan Ibu kota Kerajaan Sunda dari Galuh (Ciamis) ke Pakuan Pajajaran (Bogor). Ia bergelar Sri Baduga Maharaja dan lebih dikenal dengan julukan Prabu Siliwangi.6

Menurut naskah NegaraKhertabhumi diketahui bahwa yang mendirikan pusat Kerajaan Pakuan Pajajaran ialah Prabu Tarusbawa, yang dapat disesuaikan dengan tokoh Tohaan di Sunda menurut Carita Parahyangan. Ia pula yang di anggap sebagai pendiri Keraton Pakuan Pajajaran yang di beri nama Sri Punta Bima Narayana Madura Suradipati yang dalam Carita Parahyangan disebutkan sebagai

5 Yoseph Iskandar, dkk., Negara Gheng Islam Pakungwati Cirebon, Padepokan Sapta Rangga, Bandung, 2000, hlm. 7

(3)

tempat bersemayam Raja Sanghyang Sri Ratu Dewata, sedangkan Keratoon Galuh disebut Surawisesa.7

Kerajaan Pajajaran membawahi kerajaan-kerajaan kecil lainnya di Jawa Barat dan Sebagian wilayah Jawa Tengah sekarang. Dari Keraton Pakuan Pajajaran pula, embrio penguasa-penguasa Cirebon terlahir. Kerajaan Pajajaran juga menentukan arah kehidupan politik di Tatar Sunda, sebelum dominasinya digantikan oleh Kesultanan Cirebon dan Banten yang merupakan penerus hegemoni kekuasaannya walaupun dalam falsafah dan nafas perjuangan yang berbeda.

3. Nagari Surantaka

Nagari Surantaka ini terletak di sebelah utara, sekitar 4 KM dari Giri Amparan Jadi (makam Sunan Gunung Djati) dan Muara Jati. Penguasanya diberitakan dalam naskah Purwaka Caruban Nagari. Pada masa itu Ki Gedheng Sedhang Kasih berkuasa atas pelabuhan Muara Jati, sebagai Syah Bandar. Ki Gedheng Sedhang Kasih adalah saudara Prabu Anggalarang dari Galuh, ayah dari Prabu Siliwangi II menurut Babad Galuh, cerita Waruga Guru, dan Babad Pajajaran.

Menurut Carita Parahyangan dikaitkan dengan prasasti Batu Tulis di Bogor, Prabu Anggalarang identic dengan Rahyang Dewa Niskala, Tohaan di Galuh, dan putra Prabu Wastu Kencana (Prabu Siliwangi I).

Luas wilayah serta batas-batasnya di sebelah utara dan barat tidak jelas nama negerinya, sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan Nagari Singapura dan timurnya Laut Jawa. Pusat negerinya terletak di Desa keratin, Kecamatan Cirebon Utara, Kabupaten Cirebon Sekarang, yaitu sekitar 5 KM dari arah Giri Amparan Jati. Ki Gedheng Sedhang Kasih mempunyai putri bernama Ambet Kasih yang menikah dengan Raden Pamanah Rasa (Prabu Siliwangi II).

Menurut catatan , ada peristiwa unik yang terjadi di Surantaka, yaitu menjadi tempat dilaksanakannya saymbara untuk menentukan jodoh bagi Nyai Subanglarang, putri dari Mangku Bumi Singapura yang bernama Ki Gedheng Tapa. Dalam sayembara ini, Raden Pamanah Rasa menjadi pemenangnya dan berhasil mempersunting Nyai Mas Subanglarang. Setelah menjadi Raja Sunda di Pakuan Pajajaran, dari Nyai Mas Subanglarang inilah Wangsa Cirebon terlahir. Sebagai akibat dari perkawinan Raden Pamanah Rasa dengan Nyai Mas Ambet Kasih, Ki Gedheng Sedhang Kasih memberikan daerah Sindang Kasih kepada Raden Pamanah Rasa sebagai hadiah perkawinan, yang sekarang termasuk Kecamatan Beber, Kabupaten Cirebon , kira-kira 15 KM arah selatan dari Surantaka.8

Dalam Carita Purwaka Caruban Nagari disebutkan bahwa nagari Surantaka di bawah naungan kekuasaan Galuh. Sekalipundemikian, penguasa Surantaka yang masih punya ikatan keluarga denga Prabu di Galuh diberikan otonomi

(4)

melaksanakan roda pemerintahannya. Akhir dari nagari ini tidak dijelaskan dalam kitab Carita Purwaka Caruban Nagari. Sekitar tahun 1415, kekuasaan atas pelabuhan Muara Jati sudah beralih ke tangan Singapura, nagari tetangganya di sebelah selatan (sekarang Kecamatan Mertasinga). Hal ini dimungkinkan oleh Raden Pamanah Raasa Yang mempersatukannya dengan Singapura, mengingat Raden Pamanah Rasa juga adalah menantu dari Mangku Bumi Singapura.

4. Nagari Singapura

Nagari Singapura ini dipimpin oleh ki Gedheng Surawijaya Sakti (sekarang menjadi Desa Mertasinga, Kotamadya Cirebon) saudara Ki gedheng Kasih dan saudaranya Prabu Anggalarang di Galuh. Ia dibantu oleh Mangku Bumi bernama Ki Gedheng Tapa yang mempunyai anak bernama Nyai Mas Subanglarang, perlu diketahui bahwa ada beberapa catatan peristiwa penting untuk diceritakan pada zaman Nagari Singapura. Peristiwa tesebut merupakan proses awal islamisasi di daerah Jawa Barat umumnya dan daerah Cirebon Khususnya.

Peristiwa tersebut adalah datangnya seorang ulama yang bernama Syehk Hasanudin bin Yusuf Sidiq tahun 1418 bersama perahu dagang dari Nagari Cempa, kemudian berkenalan dengan Ki Gedheng Tapa untuk waktu yang lama. Setelah itu, ia pergi menuju Karawang. Disana ia mendirikan pesantren yang kemudian terkenal sebagai Syekh Quro.9

Akibat perkenalannya dengan Syekh Hasanudin yang berkesan baik dan mendalam, Ki Gedheng Tapa merestu putrinya, Nyai Mas Subanglarang, pergi ke Karawang untuk mempelajari agama Islam dari Syekh Quro di pesntrennya, yang sekarang terletak di Desa Telagasari Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang.

Peristiwa berikutnya adalah datangnya rombongan orang asing lain, yaitu ulama Arab dari Baghdad, sekitar tahun 1420, yaitu rombongan Syekh Datuk Kahfi alias Syekh Idhofi bersama pengiringnya berjumlah dua belas orang yang terdiri atassepuluh laki-laki dan dua perempuan. Melalui perkenalan yang sangat baik dengan Syah Bandar Muara Jati, permintaan Sekh Datik Kahfi untuk bias menetap atau bermukim di Pasambangan diizinkan oleh Ki Gedheng Tapa.

Setelah ada izin menetap,Syekh Datuk Kahfi membuka pesantren di kampong Pasambangan. Ia terkenal dengan sebutan Syekh Nurul Jati.10

5. Nagari Raja Galuh

Pada tahun 1528, Nagari Raja Galuh dipimpin oleh Prabu Cakra Ningrat. Menurut sejarah ibu kota Nagari Raja Galuh terletak di Raja Galuh Kabupaten Majalengka. Dilihat dari topografisnya, Nagari Raja Galuh sebagian besar wilayahnya adalah

(5)

wilayah pegunungan yang subur. Adapun Raja Galuh berada di lereng sebelah utara Gunung Cireme.

Mengingat letaknya yang cukup jauh dari pantai, sedangkan ibu kota Nagari Raja Galuh dengan pantai terdapat pelabuhan sebagai pusat perdagangan dan suplai barang, tidak memiliki hubungan langsung, karena harus melewati wilayah Nagari Singapura. Jadi, sudah diperkirakan hal ini akan menjadi masalah penting bagi Nagari Raja Galuh. Ada dua pilihan bagi Raja Galuh untuk terus berhubungan dengan daerah pesisir, agar suplai barang dari pesisir lancer, yaitu dengan jalan persahabatan. Salah satu sarananya melalui perkawinan politik. Adapun jalan lainnya dengan kekuatan militer untuk menundukkan nagari yang menguasai pelabuhan tersebut.11

6. Nagari Talaga

Letak kerajaan Talaga cukup jauh dari pesisir, yaitu sekitar 70 KM di sebelah barat Giri Amparan Jati atau dari kota Cirebon. Di sebelah selatan, nagari ini adalah ibu kota Kerajaan Galuh akhir, yaitu di Desa Kawali. Menurut keterangan dan cerita rakyat, pusat Nagar Talaga berada di Kecamatan Talaga sekarang, termasuk Kabupaten Majalengka.12

Dilihat dari aspek topografis, Talaga harus mampu memilih rute perhubungan yang keamanannya harus terjamin demi kelancaran ekonominya dengan darah pesisir, yaitu terletak pelabuhan serta merupakan sentral perdagangandan teknologi. Di samping itu, daerah yang menyuplai garam, yaitu bahan yang sangat dibutuhkan oleh penduduk pedalaman.

Posisi seperti ini benar-benar rawan, sebab nagari-nagari yang dilalui oleh rombonganpedagang atau pejabat Talaga harus tetap bersahabat, termasuk nagari yang menguasai pelabuhan.

Oleh karena itu, setiap konflik yang mungkin terjadi dengan nagari-nagari tersebut harus dapat di cegah demi kepentingan perekonomian dan stabilitas politik.13 Melihat kondisi seperti tu, ada dua pilihan bagi Talaga yang harus dipikirkan dan dipertimbangkan setiap saat, yaitu secara politisdan militer menguasai nagari-nagari yang dilalui berikut nagari yang mempunyai pelabuhan. Selain itu, selalu bersikap toleran dan menjalin persahabatan, antara lain malalui perkawinan, pengiriman duta persahabatan, serta cara lain demi kesejah teraan, kedaulatan rakyat, dan kemerdekaan Nagari Talaga.

7. Nagari Japura

11 Ibid, hlm. 24 12 Ibid, hlm. 33

(6)

Nagari ini terletak 17 KM di sebelah tenggara Giri Amparan Jati. Luas wilayahnya meliputi kecamatan Astana Japura, Sindang Laut, dan Ciledug (sekarang termasuk Kabupaten Cirebon).

Nagari Japura di pimpin oleh Prabu Amuk Marugul.14

Menurut naskah Nagara Khertabumi parwa 8, pemerintahan Prabu Amuk Marugul bersamaan waktunya dengan Ki Gedheng Sedhang Kasih di Surantaka dan KiGedheng Surawijaya Sakti di Singapura. Pusat Nagari Japura diperkirakan terletak di wilayah Desa Astana Japura, Kecamatan Astana Japura, Kabupaten Ciebon sekarang. Di lokasi ini, hanya terdapat sebuah sumur tua, yang menurut cerita rakyat setempat, sumur itu adalah sumur Keraton.

Di wilayah sebelah barat wilayah Japura berbatasab dengan bagian wilayah Nagari Wanagiri yang paling timur, yaitu Cirebon Girang, antara pusat Nagari Japura hanya 9 KM. adapun jarak antara pusat Nagari Japura dengan Pusat Nagari Singapura di Desa Sirnabaya sekarang hanya 21 KM.15

Pemberitaan pertama dari Nagari Japura adalah pertempurannya dengan Nagari Singapura sekitar tahun 1422 M. dalam pertempuran dengan Japura, pasukan Singapura dipimpin oleh Raden Pamanah Rasa. Pertempuran antara Japura dengan Singapura berakhir dengan kekalahan bagi Japura. Sebagai akibat dari kekalahannya, dapat dipastikan bahwa Japura harus digabungkan dengan Singapura. Selanjutnya, Singapura harus mengangkat seorang penguasa untuk wilayah Japura. Dalam hal ini, naskah Nagara Kherta Bhumi tidak memberikan keterangan penguasa Japura selanjutnya yang ditunjuk oleh penguasa Singapura selaku penguasa baru atas wilayah itu.

Referensi

Dokumen terkait

Usaha untuk mengurangi konsumsi tepung terigu terus digalakkan disamping mencari alternatif pengganti dari bahan baku lain, juga dengan mengusahakan tepung lain sebagai

Sedangkan penggunaan Hermeneutika dalam dunia keilmuwan Islam digunakan bukan untuk mencari keotentikan teks al Quran, akan tetapi untuk mencari penafsiran yang

Pada tugas akhir ini telah berhasil diimplementasikan sebuah sistem yang terdiri dari sebuah aplikasi client berupa aplikasi mobile berbasis Android yang dapat

Bahan kemasan yang umumnya digunakan untuk ikan, paha kodok dan udang, cocok digunakan untuk iradiasi produk tersebut pada dosis sebagaimana diuraikan dalam

’Food’, Formula Balita, dan Pakan Ternak (2008-2016) Beserta Toksisitasnya”.Penyusunan Laporan Internship ini merupakan salah satu syarat akademikuntuk menyelesaikan

disimpulkan bahwa nilai lokal yang ditunjukkan dari fenomena gerak ruang di Kawasan Keraton Kasepuhan adalah:. Gerak ruang substansi yang ditunjukkan dalam

 Koordinator MK membuat teaching plan (silabus) dan diserahkan pada SPS atau melalui email: diannugr2407@gmail.com CC: yayanarifianto@gmail.com..  Koordinator MK bertanggung