• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Strategi Pengembangan Produk Kawasan Wisata Gunung Tidar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Skripsi Strategi Pengembangan Produk Kawasan Wisata Gunung Tidar"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK KAWASAN WISATA GUNUNG TIDAR

(Studi Kasus Terhadap Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah)

Disusun Oleh : Rendi Redona NIM : 511100081

JURUSAN HOSPITALITY SEKOLAH TINGGI PARIWISATA AMPTA

YOGYAKARTA 2015

(2)

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK KAWASAN WISATA GUNUNG TIDAR

(Studi Kasus Terhadap Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah)

Disusun oleh Rendi Redona NIM : 511100081 Jurusan Hospitality

Telah Disetujui oleh :

Pembimbing I

(A r if D w i S a pu tr a, SS , M . M P a r ) NIDN. 0525047001

Pembimbing II

(A n g e la A r ia n i, S H, M . M P a r ) NIDN. 0530106001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Hospitality

(A r if D w i S a pu tr a, SS , M . M P a r ) NIDN. 0525047001

(3)

BERITA ACARA UJIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK KAWASAN WISATA GUNUNG TIDAR

(Studi Kasus Terhadap Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah)

Disusun oleh Rendi Redona NIM : 511100081 Jurusan Hospitality

Telah dipertahankan di depan penguji Dan dinyatakan : Lulus

Pada tanggal 15 April 2015

Penguji : (Dra. Nuharani EK, M.Pd) NIDN.0530046603

Pembimbing I : (A r if D w i S a pu tr a, SS , M . M P ar ) NIDN. 0525047001

Pembimbing II : (A n g e la A r ia n i, S H, M . M P a r ) NIDN. 0530106001

Mengetahui,

Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA

(D r s. H S a n t oso, MM ) NIDN. 0519045901

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertandatangan di bawah ini, Nama : Rendi Redona NIM : 511100081

Program Studi : Sarjana/ S1 Pariwisata

Judul Skripsi : STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK KAWASAN WISATA GUNUNG TIDAR

(Studi Kasus Terhadap Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah).

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 15 April 2015 Penulis,

R

e nd i R e d o n a NIM. 511100081

(5)

MOTTO:

Datanglah kepada rakyat, Hiduplah bersama mereka, Belajarlah dari mereka, Cintailah mereka, Mulailah dari apa yang mereka tahu, Bangunlah dari apa yang mereka punya; Tetapi pendamping yang baik adalah, Ketika pekerjaan selesai dan tugas dirampungkan rakyat berkata: “kami sendirilah yang mengerjakan”. (Lao Tse , 700 SM)

(6)
(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Allah, Gusti kang Maha Kuasa

Tuhan seluruh makhlukyang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.

Karena atas kuasa-Mu hingga kini anugrah dan karunia masih dapat kunikmati, sehat lahir

maupun batin.

Kupersembahkan karya ku ini untuk:

Bapak dan Ibuku, Budi Utomo dan Sumaeni, sembah sungkem rasa hormat baktiku, terimakasih doa dan restunya.

Mbak Heni Idayati, dan Mas Hobby Haryoko yang selalu menyayangiku, terimakasih nasehat dan dukungannya.

Keluarga besar eyang Soemowardoyo sekalian. Dewi Astuti yang sudah tiada namun semangat darimu tetap mengalir dalam jiwaku, terimakasih semuanya.

Keluarga Kadang Kadeyan Sabdalangit (KKS), terutama Bapak Sabda, Mami Untari, Pak Pur, Mas Parjo dan para kadang para pinesepuh sekalian di ndalem Wijilan, Yogyakarta, yang banyak memberikan tauladan akan budaya adi luhung Nusantara,

(8)

Dan teman – teman di “KAPALA AMPTA” .

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Gusti Kang Maha Kuasa, Tuhan seluruh Makhluk yang Maha Penyayang, atas segala limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK KAWASAN WISATA GUNUNG TIDAR, Studi Kasus Terhadap Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pariwisata dalam Program Studi Pariwisata Jurusan Hospitality Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta.

Dalam proses penyelesaian studi sarjana ini tidak lepas dari bimbingan, arahan, dan dukungan penuh semangat dari semua pihak internal civitas lembaga Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta dan pihak- pihak eksternal, dalam keluarga, masyarakat maupun komunitas organisasi yang penulis ikuti. Karenanya pada kesempatan ini dengan rasa syukur yang mendalam dari penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya dan apresiasi yang setinggi – tingginya kepada pihak yang berpartisipasi dalam penyususnan skripsi sebagai berikut:

1. Bapak Arif Dwi Saputra, SS, M.MParselaku Pembimbing Utama sekaligus menjabat Ketua Jurusan Hospitality yang telah membimbing materi maupun penulisan skripsi.

2. Ibu Angela Ariani, SH, M.MPar selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah banyak membimbing materi maupun penulisan skripsi.

3. Ibu Dra. Nuharani EK, M.Pd Selaku Penguji yang telah memberikan kritik dan sarannya.

(10)

4. Bapak Drs. H Santoso, MM selaku Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.

5. Ibu Dra. Heni Susilowati, MM selaku Sekretaris Jurusan Hospitality yang telah membantu keperluan administrasi surat – menyuratdalam penelitian.

6. Para dosen pengampu mata kuliah yang tidak dapat saya sebutkan satu – persatu, yang telah memberikan bimbingannya dalam belajar dasar – dasar teori, memperkaya wawasan dan cara berpikir ilmiah yang kritis selama menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta.

7. Kabid Kesbang Badan Kesbanglinmas Daerah Istimewa Yogyakarta Dra. Amiarsi Harwani, SH, MS yang telah memberikan rekomendasi penelitian lintas provinsi.

8. Kepala Badan Penanaman Modal Provinsi Jawa Tengah Ir. Sujarwanto Dwiatmoko, MSi yang telah memberikan rekomendasi izin penelitian.

9. Kepala Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Magelang, Ir. Eri Widyo Saptoko, M.Si yang telah memberikan rekomendasi penelitian.

10. Bapak Drs. Hartoko selaku Kepala Dinas Pemuda, Olah Raga, Budaya, dan Pariwisata, yang telah memberikan kesempatan berharga melakukan penelitian pariwisata Gunung Tidar maupun berkenan sedia diwawancarai sebagai responden.

11. Ibu Sri Subekti,SE. selaku Kabid Pariwisata Disporabudpar, Bapak Susilo Handoyo, S.Sen selaku Ketua Dewan Seni Kota Magelang, Bapak Sus Anggoro, SE. selalu Kabid Budaya Disporabudpar, dan Bapak Iwan Triteny Setyadi, ST. MT., selaku Ka. Sub Bid Pendidikan, Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan

(11)

pariwisata Bappeda Kota Magelang yang telah menyempatkan waktunya kepada penulis untuk memberikan informasi.

12. Ibu Sutijah selaku Juru Kunci Makam Gunung Tidar dan Bapak Widodo, SE Kepala UPT Kawasan Gunung Tidar, dan Bapak Supardiselaku Koordinator Petugas Jagawana Kawasan Gunung Tidar yang telah memberikan izin dan menjadi informan penulis melakukan penelitian.

13. Bapak Sabdalangit Ae Banyusegoro, SIP,MM yang merupakan Pimpinan komunitas budaya Kadang Kadeyan Sabdalangit (KKS) selaku informan budayawan maupun praktisi spiritual, yang telah berkenan memberikan informasi mengenai Gunung Tidar dari sudut pandang spiritualitas budaya jawa. 14. Dr. Suparjo Sujadi, S.H., M.H., atau yang lebih akrab dipangil Mas Parjo yang

saat ini menjadi pengamat Hukum Agraria dari Universitas Indonesia selaku inspirator yang telah memberikan ide – ide dan masukan bagi penulis.

15. Ryanto Dhamar Widyaraja yang telah membantu penulis dalam pengambilan dokumentasi photo penelitian.

16. Seluruh pihak yang tidak dapat satu persatu penulis sebutkan, terimakasih atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis bersyukur dapat menyelesaikan skripsi ini dengan kesadaran penuh bahwasannya skripsi ini belum sempurna dan tidak luput dari kekurangan. Semoga karya ilmiah ini dapat memberi secercah manfaat dan harapan kepada para pembaca dalam perkembangan ilmu.

Yogyakarta, 10 April 2015 Penulis,

Rendi Redona

(12)

DAFTAR ISI

Hal. HALAMAN JUDUL ………... I

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

BERITA ACARA UJIAN ………iii

HALAMAN PERNYATAAN ………... iv

MOTTO ……… v

HALAMAN PERSEMBAHAN ………... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

ABSTRAKSI ………... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ……….. 6

D. Tujuan Penelitian …... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teorisasi ... 10

(13)

1. Pariwisata ……… 10

2. Strategi ………. 12

3. Pengembangan Produk ……… 14

4. Kawasan Wisata ……… 15

5. Wisata Spiritual ... 17

6. Pengembangan Produk Pariwisata ... 20

7. Faktor Internal dan Eksternal ... 28

B. Kerangka Pemikiran ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

1. Lokasi………... 35

2. Waktu ………... 35

B. Populasi dan Sampel ... 36

1. Populasi ... 36

2. Sampel ... 36

C. Teknik Pengumpulan Data ... 39

D. Variabel Penelitian dan Indikator ... 40

1. Variabel Produk Utama (Core Procuct)... 41

2. Variabel Produk Tambahan (Augmented Product)……… 42

3. Variabel Pariwisata Berkelanjutan ……….….. 44

E. Definisi Konseptual ………... 46

F. Teknik Analisis Data ……... 46

1. Analisis Deskriptif Kuantitatif ……….….... 47

(14)

2. Analisis Deskriptif Kualitatif ……….……….. 47

3. Analisis Matriks IFAS dan EFAS ……….. 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar ... 53

1. Sejarah Perkembangan Kawasan Gunung Tidar, Legenda, Dan Mitologi ………..….……….. 53

2. Kondisi Lingkungan Fisik ………..….. 58

3. Kondisi Kependudukan Kelurahan Magersari ……… 61

4. Kondisi Kelembagaan ……….………..….. 63

5. Kondisi Infrastruktur……….………..….. 65

6. Profil UPT Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar ……... 67

B. Identifikasi Potensi Pariwisata Spiritual di Gunung Tidar …….. 70

1. Potensi Wisata Spiritual Berbasis Alam (Area Ring 1,2,3) .. 70

2. Potensi Wisata Spiritual Berbasis Spiritual dan Religi ……. 71

C. Analisis Faktor Lingkungan Internal dan Eksternal ……..…….. 74

1. Analisis Lingkungan Internal ……….. 74

2. Analisis Lingkungan Eksternal ………... 86

D. Strategi Pengembangan Produk Kawasan Wisata Gunung Tidar ………. 97

1. Strategi Umum (Grand Strategy) ………... 97

2. Strategi Program ……… 100

3. Strategi Khusus ……… 104

(15)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ………... 108 B. Rekomendasi ………..……..…….. 111 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(16)

DAFTAR TABEL

Hal. Tabel 2.1 Dimensi Ekonomi, Ekologi, Sosial, dan Budaya Dalam Pariwisata

Berkelanjutan ... 27

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ………. 36

Tabel 3.2 Jumlah Sampel dan Informan ……… 39

Tabel 3.3 Indikator Wisata Spiritual ... 41

Tabel 3.4 Indikator Produk Tambahan dan Kelembagaan ……….. 43

Tabel 3.5 Indukator Pariwisata Berkelanjutan …..………44

Tabel 3.6 Matriks IFAS (Internal Factors Analysis Summary) ... 49

Tabel 3.7 Matriks EFAS (External Factors Analysis Summary)………….... 51

Tabel 3.8 Matriks Internal - Ekternal …..……… 52

Tabel 3.9 Matriks SWOT ... 52

Tabel 4.1 Hasil Identifikasi Produk Kawasan Wisata Spiritual Berdasarkan Berdasarkan Pembagian Ruang Wisata Kawasan Gunung Tidar … 73 Tabel 4.2 Potensi Tempat (Places) Kawasan Gunung Tidar Dilihat dari Kepuasan Wisatawan terhadap Kualitas Produk Wisata Spiritual… 76 Tabel 4.3 Ketersediaan Daya Tarik (Attraction) Spiritual Kawasan Gunung Tidar ……… 77

Tabel 4.4 Potensi Motivasi (Motives) Wisatawan Berkunjung ke Kawasan Gunung Tidar dilihat Berdasarkan Sikap ……… 78

Tabel 4.5 Identifikasi Hipotesis Kelemahan dan Kekuatan ……….…… 84

Tabel 4.6 Konfirmasi Temuan Kelemahan dan Kekuatan Internal ……..…… 85

Tabel 4.7 Matriks Internal Factors Summary (IFAS) ……… 85

(17)

Hal Tabel 4.8 Hasil Penilaian Terhadap Pengaruh Lingkungan Eksternal ……… 87 Tabel 4.9 Matriks Eksternal Factors Summary ……… 96 Tabel 4.10 Matriks Internal - Eksternal………. 98 Tabel 4.11 Analisis SWOT Pengembangan Produk Kawasan Wisata Gunung

Tidar ... 103

(18)

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1 Elemen Wisata Spiritual ……… 19

Gambar 2.2 Konsep Pendekatan Kesesuaian Penawaran dan Permintaan .... 22

Gambar 2.3 Elemen Dasar Destinasi Pariwisata ……… 24

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian ………... 33

Gambar 4.1 Lokasi Area Makam Kiai Semar ……….… 55

Gambar 4.2 Gambar Foto Satelite Kawasan Gunung Tidar ………. 59

Gambar 4.3 Ifrastruktur Jalan Inspeksi Menuju Puncak Gunung Tidar …... 66

Gambar 4.4 Struktur Kedudukan UPT Kawasan Gunung Tidar dalam Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan ………. 67

Gambar 4.5 Area Berbasis Spiritual makam Kiai Semar, dan Tugu Pancang. 71 Gambar 4.6 Area Berbasis religi Makam Syekh Subakir dan Kiai Sepanjang.72 Gambar 4.7 Fasilitas Shelter Pedagang Kaki Lima (PKL) ………... 89

Gambar 4.8 Fasilitas Kebersihan di Area Parkir Komunal Bus... 90

Gambar 4.9 Kondisi Visual Suasana Lingkungan Kampong Tejosari Desa Magersari ……… 91

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Rekomendasi Izin Penelitian

Lampiran 2. Kuisioner Rating Terhadap Elemen Wisata Spiritual Lampiran 3. Daftar Jawaban Responden Wisatawan Penilaian Terhadap

Elemen Wisata Spiritual

Lampiran 4. Kuisioner Lingkungan Internal Kawasan Pariwisata Spiritual Gunung Tidar

Lampiran 5. Kuisioner Lingkungan Eksternal Kawasan Pariwisata Spiritual Gunung Tidar

Lampiran 6. Hasil dan Pembahasan Perhitungan Faktor Eksternal Lampiran 7. Daftar Informan/ Responden Stakeholders

Lampiran 8 Daftar Responden Wisatawan Penilaian Persepsi Terhadap Elemen Wisata Spiritual

Lampiran 9 Ringkasan Hasil Observasi dan Wawancara Lampiran 10. Dokumentasi Foto

Lampiran 11. Daftar Riwayat Hidup

(20)

ABSTRAKSI

Trend wisata spiritual atau yang juga biasa dikenal dengan ziarah adalah salah satu fenomena yang cukup menarik untuk dikembangkan menjadi potensi pariwisata. Upaya eksploratif perlu dilakukan sehingga juga dapat mengetahui dampak negatif untuk dicarikan upaya mencegah supaya langkah pengembangan ke dapannya tidak menjadi ekploitatif. Salah satu tempat tujuan wisata spiritual yang ada di destinasi Kota Magelang adalah Kawasan Gunung Tidar.

Pengembangan produk merupakan salah satu strategi dalam dunia manajemen. Untuk menentukan langkah strategis dalam perkembangan isu – isu terkini secara efektif dan tepat. Oleh karenanya judul penelitian ini adalah “Strategi Pengembangan Produk Kawasan Wisata Gunung Tidar” studi kasus terhadap kawasan wisata spiritual Gunung Tidar.

Penelitian menggunakan pendekatan fenomenologis, bertujuan untuk mengidentifikasi katagori pariwisata spiritual yang ada di Kawasan Gunung Tidar, menganalisis lingkungan internal dan eksternal dan mendeskripsikan strategi pengembangan produk kawasan wisata spiritual Gunung Tidar. Penelitian ini bersifat eksploratif mendeskripsikan data yang diperoleh melalui pengamatan visual, penyebaran kuesioner, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, kuantitatif dengan analisis IFAS, EFAS yang menghasilkan strategi umum dan analisis SWOT menghasilkan strategi khusus.

Hasil penelitian menunjukan bahwa, ditemukan klasifikasi pariwisata spiritual yang berbasis alam dan pariwisata spiritual berbasis spiritual yang terdiri wisata berbasis spiritual dan wisata berbasis religi. Namun untuk wisata spiritual yang berbasis konseling, alunan musik, kreativitas, spiritual berbasis fisik berdasarkan penelitian ini mayoritas wisatawan memberi keterangan tidak melakukan aktifitas spiritual tersebut.

Hasil analisis faktor internal dan eksternal pengambangan di Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar berada pada posisi pertumbuhan. Hasil analisis lingkungan internal manajemen pengembangan produk memperoleh nilai 2,7923 yang berarti pada posisi sedang dan analisis lingkungan eksternal yang meliputi kondisi daya dukung ekonomi, sosial, budaya dan ekologi memperoleh nilai 2,5210 yang juga berarti sedang.

Berdasarkan matriks Internal Eksternal diketahui berada pada posisi kuadran V. Hal ini berarti bahwa strategi yang harus diterapkan yaitu pertahankan dan pelihara (strategi tidak berubah). Strategi umum yang diterapkan yaitu strategi pengembangan produk tambahan maupun market share. Berdasarkan analisis SWOT diketahui bahwa empat strategi alternatif yang relevan diterapkan adalah strategi pengembangan produk, strategi pengembangan promosi, strategi pariwisata berkelanjutan dan pengembangan kelembagaan dan SDM.

Kata kunci : Pariwisata, Strategi Pengembangan Produk, Kawasan Wisata, Wisata Spiritual, Faktor Internal dan Eksternal

(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi tujuan wisata di dunia. Indonesia juga memiliki potensi alam dan keragaman budaya yang sangat kaya. Namun berdasar World Economic Forum, WEF (2013), destinasi Indonesia saat ini hanya menempati peringkat ke-70 dari 140 negara di dunia dan peringkat ke-4 di Negara-negara ASEAN setelah Singapore, Malaysia dan Thailand. Daya saing Indonesia masih kalah dengan negara tetangga kita Singapore, Malaysia dan Thailand ( http://www.wef o r u m.o r g diakses 30 Januari 2015). Hal ini kontradiktif dengan pengakuan dunia internasional atas kekayaan sumber daya pariwisata Indonesia. Diduga bahwa salah satu faktor yang berperan disini adalah strategi pengembangan sumber daya pariwisata baik dari tingkat lokal sampai internasional yang berbeda jauh dari negara – negara pesaing kita di pasar Internasional.

Saat ini juga tengah dihadapi persiapan dalam rangka program Masyarakat Ekonomi ASEAN yang jika benar, mekanismenya akan ditetapkan akhir tahun 2015. Seperti dinyatakan oleh Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN, I Gusti Agung Waseka Puja bahwa, “MEA sudah semakin dekat. Indonesia harus mampu memanfaatkan integrasi negara – negara anggota ASEAN yang akan dimulai tanggal 31 Desember 2015” ( ww w.pikiran

-rak yat.com di akses 30 Januari 2015). Istilah Masyarakat Ekonomi ASEAN

disingkat MEA merupakan salah satu dari capaian 10 visi ASEAN yang tidak

1

(22)

2

lain adalah outward looking, economic integration, harmonious environment, prosperity, caring societies, common regional identity, living in peace, stability

,democratic, dan shared cultural heritage. (ht tp://econom y.okez one.co m di akses 30 Januari 2015). Hal ini merupakan peluang untuk mendongkrak sektor pariwisata sebagai kontribusi devisa negara.

Selain gambaran dinamika tingkat global dan regional tersebut industri pariwisata daerah dihadapkan tantangan nasional terutama bila dikaitkan dengan era otonomi daerah. Era otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian diubah dengan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan keleluasaan kepada daerah kabupaten/ kota untuk mengurus rumah tangganya sendiri dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara mandiri. Kemandirian tersebut, diharap dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi lebih baik, termasuk pengelolaan sektor pariwisata daerah yang lebih profesional.

(23)

Sementara itu berdasarkan studi terbaru, Damanik dan Cemporaningsih (dalam Damanik dan Frans Teguh, 2013:13) wisatawan Lokal maupun Nusantara semakin kritis memilih destinasi pariwisata yang mampu menawarkan nilai kepuasan optimal walaupun dengan biaya yang relatif mahal. Hal ini dapat diasumusikan bahwa wisatawan saat ini lebih cenderung mencari kualitas daerah tujuan wisata yang akan dikunjunginya.

Alternatif konsep menyikapi dampak negatif pariwisata massal adalah konsep pariwisata yang tidak massal. Konsep pengembangan yang dapat dinikmati sekarang dan masa depan oleh anak cucu kita adalah konsep pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Pengembangan pariwisata berkelanjutan sangat diperlukan dalam mengahadapi tuntutan pergerakan manusia yang semakin meningkat dalam melakukan kegiatan wisata terlebih lagi dalam dunia global dan aktifnya Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Pembangunan pariwisata berkelanjutan berarti pembangunan yang berorientasi pada peningkatan keuntungan dari sumber daya pariwisata bagi masyarakat setempat sambil tetap mempertahankan integrasi masyarakat tersebut secara kultural dan ekologis serta meningkatkan perlindungan kawasan dan warisan alam yang sensitif secara ekologis (Neto, 2013:7).

(24)

mencari tempat yang berada dalam kawasan taman nasional, hutan maupun lokasi yang menyatu dengan alam, tetapi cukup suasana historis atau ketenangan meskipun dalam suatu desa dan tengah kota. Di Bali wisata jenis ini tergolong menjadi trend dengan konsep Tri Hita Karana yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Sedangkan di Yogyakarta pariwisata jenis ini dapat dijumpai di Kawasan Wisata Spiritual Imogiri dan Makam Kota Gede, tepatnya di kompleks makam Raja – raja Mataram. Di Eropa, kaitannya dengan fenomena wisata spiritual, banyak kasus unik, seperti dalam hal agama atau sejarahnya, bangunan sakral yang berusia berabad-abad, tradisi perjalanan ziarah, berkunjung ke kuil-kuil lokal merupakan aset tak terbantahkan yang membentuk ruang wisata daerah (Duda, 2012:36).

(25)

Gunung Tidar merupakan salah satu aset milik Pemerintah Kota Magelang sebagai kawasan hutan lindung hasil reboisasi tahun 60-an sehingga saat ini menjadi paru – paru kota yang sejuk. Di Gunung ini juga dipercaya merupakan tempat bersemayamnya leluhur yang diagungkan Kiai Semar, Syekh Subakir, Kiai Sepanjang ( http://berita.s uarame rdeka. com diakses 30 Januari 2015) dan sudah lama menjadi tujuan orang berziarah atau melakukan kegiatan spiritual keyakinannya. Pemerintah Kota mulai meningkatkan pengelolaannya dengan mendirikan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kawasan Gunung Tidar di bawah Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan (Dispeterikan). UPT tersebut resmi ditetapkan awal tahun 2015 berdasarkan Perwal No 47 Tahun 2014. Ditunjang dengan perbaikan sarana maupun penambahan fasilitas-fasilitas baru seperti monumen “Pakuning Tanah Jawa” berbentuk paku raksasa di pintu masuk kawasan dan rencana kebijakan penghargaan bagi para pendaki yang sampai ke puncak akan diberi sertifikat. Hal ini ditempuh atas dasar trend pengunjung Kawasan Wisata Gunung Tidar makin hari kian bertambah. (http://berita.suar ame rdeka.com di akses 30 Januari 2015).

(26)

kasus terhadap Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi penelitian ini dipilih karena Gunung Tidar saat ini baru saja ditetapkan sebagai UPT. Akan tetapi, pihak pengelola belum mengidentifikasi potensi pariwisata spiritual, menganalisis pengaruh internal maupun eksternal dan mendeskripsikan strategi pengembangan produk kawasan wisata spiritual yang tepat bagi perkembangan pariwisata Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dikemukakan pokok permasalahan yaitu:

1. Produk pariwisata spiritual apa sajakah yang ada di Kawasan Wisata Gunung Tidar?

2. Bagaimana kondisi lingkungan internal dan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan wisata spiritual di Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar?

3. Bagaimana strategi pengembangan produk Kawasan Wisata Gunung Tidar?

C. Batasan Masalah

Untuk menjawab dan memecahkan permasalahan dalam rumusan masalah diatas, maka batasan masalah penelitian Strategi Pengembangan Produk Kawasan Wisata Gunung Tidar ini adalah :

(27)

identifikasi produk utama yaitu produk wisata spiritual yang berada dalam ruang lingkup spasial di kawasan zona ring 1, ring 2, dan ring 3 Kawasan Gunung Tidar.

2. Dalam menentukan kondisi lingkungan internal, peneliti membatasi pada masalah aspek produk utama dan aspek lain yang diduga berpengaruh terhadap performance kondisi internal yang meliputi aspek produk tambahan dan kondisi manajemen organisasi kelembagaan pariwisata dalam proses pengembangan pariwisata Gunung Tidar. Sedangkan untuk menentukan kondisi lingkungan eksternal, penelitian membatasi masalah pada aspek secara langsung atau dekat menimbulkan dampak baik negatif maupun positif. Pengaruh ekternal tersebut antara lain aspek ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan.

3. Secara substansi dalam batasan mengenai Strategi Pengembangan Produk Kawasan Wisata Spiritual masalah yang dikaji merupakan upaya memonitor, mengevaluasi masalah lingkungan internal dan eksternal yang dikenali bagi keberlanjutan pariwisata Kawasan Wisata Gunung Tidar melalui analisis data kemudian merumuskan program pengembangan secara umum dan khusus.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan batasan di atas, tujuan penelitian ini adalah:

(28)

2. Menganalisis lingkungan internal dan eksternal potensi Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar.

3. Mendeskripsikan strategi pengembangan produk di Kawasan Wisata Gunung Tidar.

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap Kawasan Wisata Gunung Tidar diharapkan dapat mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Pemerintah Kota Magelang

a. Penelititan ini mendeskripsikan strategi bagi pengembangan produk pariwisata spiritual di Kawasan Wisata Gunung Tidar.

b. Penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan masukan bagi instansi terkait, dalam menentukan kebijakan pengembangan kawasan wisata minat khusus yaitu mengenai wisata spiritual yang ada di Gunung Tidar.

2. Bagi Lembaga STP AMPTA Yogyakarta

a. Sebagai ukuran keberhasilan mahasiswa dalam menyerap ilmu dan menerapkan di dunia kerja.

b. Sebagai masukan atau referensi mengenai kajian pengembangan produk kawasan wisata khusunya wisata spiritual.

(29)

3. Bagi Mahasiswa

a. Memperdalam teori – teori yang ada untuk ditingkatkan wawasan kemampuan berpikir mahasiswa sehingga mampu menerapkan ilmu pengetahuan dalam bidang pariwisata

b. Memperdalam pengertian dan penghayataan tentang kemanfataan ilmu yang telah dipelajarinya secara langsung dalam.

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teorisasi

Dalam teorisasi ini berisikan teori – teori yang digunakan untuk menentukan variable sebagai alat analisa penelitian. Teori – teori dan kebijakan menurut para pakar yang akan diuraikan meliputi teori mengenai pariwisata, strategi, pengembangan produk, kawasan wisata, wisata spiritual, pengembangan produk pariwisata, faktor internal dan faktor eksternal. Adapun uraian sebagai berikut:

1. Pariwisata

a. Definisi Wisata

Istilah wisata berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya perjalanan atau bepergian. Kata wisata (tour) secara harfiah dalam kamus berarti: Perjalanan dimana si pelaku kembali ke tempat awalnya; perjalanan sirkuler yang dilakukan untuk tujuan bisnis, bersenang – senang, atau pendidikan, pada berbagai tempat dikunjungi dan biasanya menggunakan jadwal perjalanan terencana (Murphy, 1985 dalam Sedarmayanti, 2014:3). Sedangkan definisi lain wisata adalah kegiatan yang berhubungan dengan masuk, tinggal dan bergeraknya penduduk asing di dalam atau luar suatu negara atau wilayah (Norval dalam Kesrul, 2003: 3).

10

(31)

11

b. Definisi Pariwisata

Dari definisi wisata juga terdapat istilah pariwisata dengan penambahan kata pari (bahasa sangsekerta) yang berarti berulang-ulang. Menurut Sedarmayanti (2014:3), “meskipun pariwisata telah lama menjadi perhatian, baik dari segi ekonomi, politik, administrasi kenegaraan, maupun sosiologi, sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai apa itu wisatawan dan pariwisata”. Macintosh (1980 dalam Sedarmayanti, 2014: 3) menyebut pariwisata adalah “The sum of the phenomena and relationships arising from the interaction of tourist,

businesses, hostgoverment, and comunities, in the process of attracting

and hosting these tourist and other visitors”. Undang- Undang Nomor 10 tahun 2009, yang dimaksud Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah (UU Kepariwisataan No. 10 Tahun 2009).

(32)

c. Jenis Pariwisata

Pendit (2006:38) merinci penggolongan pariwisata menjadi beberapa 13 jenis wisata antara lain wisata budaya, wisata kesehatan, wisata olah raga, wisata komersil, wisata industri, wisata politik, wisata konvensi, wisata sosial, wisata pertanian, wisata maritim (marina) atau bahari, wisata cagar alam, wisata buru, wisata pilgrim, wisata bulan madu.

2. Strategi

a. Definisi Strategi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga menyebutkan strategi sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Pengertian strategi menurut Rangkuti (2005: 3) dijelaskan seperti berikut ini:

“Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya. Dalam hubungannya dengan perencanaan strategis mempunyai tujuan agar perusahaan dapat melihat secara objektif kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal.”

(33)

b. Penentuan Strategi Melalui Matrik SWOT

Menurut Utama dan Mahadewi (2012:150), Analisis SWOT atau Tows adalah alat analisis yang umumnya digunakan untuk merumuskan strategi atau identifikasi berbagai faktor secara strategis berdasarkan intuisi (pemahaman dan pengetahuan) expert terhadap objek.

Analisis SWOT (singkatan bahasa Inggris dari "kekuatan"/ strengths, "kelemahan"/ weaknesses, "kesempatan"/ opportunities, dan "ancaman"/ threats) adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut (Wikipedia Indonesia, 2009).

Tahap penentuan strategi yang dibangun untuk suatu perusahaan melalui matrik SWOT menurut (Utama dan Ni Made E.M, 2012:150) sebagai berikut:

1) Buat daftar peluang eksternal perusahaan (atau objek wisata) 2) Buat daftar ancaman ekternal perusahaan (atau objek wisata) 3) Buat kekuatan internal perusahaan (atau objek wisata) 4) Buat kelemahan internal perusahaan (atau objek wisata) 5) Buat analisis matriks IFAS

6) Buat analisis matriks EFAS

(34)

8) Buat strategi alternatif (Alternative Strategy) melalui matriks SWOT.

3. Pengembangan Produk

Pengembangan produk terdiri dari dua suku kata yaitu pengembangan dan produk. Purwadarminta, (2005:538) mendefinisikan bahwa, “Pengembangan sebagai suatu proses, cara, perbuatan mengembangkan sesuatu menjadi lebih baik, maju sempurna dan berguna”. Jadi pengembangan merupakan suatu proses atau aktifitas untuk memajukan yang ditata sedemikian rupa dengan memajukan atau memelihara yang sudah ada agar menjadi menarik dan lebih berkembang.

Sementara itu pengertian produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup objek fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan gagasan (Kotler, 2001 dalam Ridwan 2012: 48).

Dari definisi pengembangan dan produk di atas, Kotler (1997: 273) memberikan pengertian pengembangan produk seberti berikut:

“Pengembangan produk merupakan pengembangan dari produk yang sudah ada atau menciptakan produk yang sama sekali baru melalui riset dan penelitian yang dilakukan oleh para manajer pemasaran maupun melalui departemen penelitian dan pengembangan.”

(35)

4. Kawasan Wisata

a. Pengertian Kawasan Wisata

Pengertian kawasan berasal dari bahasa Sansekerta, kawaśan yang berarti daerah. Sedangkan waśa artinya wewenang, kuasa. Di dalam wikipedia dijelaskan daerah yang memiliki ciri khas tertentu atau berdasarkan pengelompokan fungsional kegiatan tertentu ( http://id.wikipe di a .o r g ).

Berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya. Undang- Undang No. 10 tahun 2009 disebutkan dengan istilah Kawasan Strategis Pariwisata, terdapat dalam pasal 1 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

(36)

1) “Kemampuan untuk mendorong peningkatan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya

2) Nilai – nilai agama, adat istiadat, pandangan serta nilai – nilai yang hidup dalam masyarakat.

3) Kelestarian budaya dan lingkungan hidup 4) Kelangsungan usaha pariwisata.

5) Tata ruang

6) Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah”.

b. Konsep Dasar Kawasan Pariwisata

Konsep dasar kawasan pariwisata dibagi dua macam yaitu kawasan pariwisata murni dan kawasan pariwisata terbuka.

1) Kawasan pariwisata murni adalah kawasan yang seluruh lahan diperuntukkan bagi pengembangan dan pembangunan sarana dan prasarana pariwisata.

2) Kawasan pariwisata terbuka adalah kawasan yang bobot utamanya untuk pengembangan pariwisata, yang dapat pula digunakan untuk kegiatan lain, seperti pemukiman, hutan, perkebunan, pertanian, perindustrian (Ismayanti, 2010: 145).

(37)

5. Wisata Spiritual

a. Definisi Wisata Spiritual

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III (2001:1087) yang dimaksud spiritual adalah berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani dan bathin).

Pengertian wisata spiritual hampir sama dengan wisata religi maupun ziarah meskipun sejauh ini juga masih banyak berdebatan mengenai istilah tersebut. Pemahaman wisata spiritual dan wisata religi menurut kesimpulan Sutama (2013:11- 12), Wisata Spiritual adalah jenis wisata atau perjalanan wisata yang dilakukan oleh seseorang ke tempat manapun dengan tujuan untuk mencari ketenangan kedamaian dan keharmonisan dengan alam atau dengan Sang Maha Pencipta namun kegiatan wisata tidak terkait sama sekali dengan agama atau unsure – unsur yang berkaitan dengan agama. Tempat – tempat tersebut bisa tempat suci agama tertentu sepanjang dimungkinkan, gunung, pantai, monument atau tempat lain yang dirasa memancarkan vibrasi spiritualitas. Sedangkan wisata religi adalah jenis wisata yang terkait dengan perintah agamadan wajib pula mengikuti aturan – aturan yang ditetapkan oleh agama.

Berdasar perspektif pariwisata secara universal, Dalam World Tourism Organisation (WTO) yang menyatakan Pariwisata adalah “The activities of persons traveling to, and staying in, palces outside their

(38)

business or other purposes” (WTO 2004, dalam Pitana dan Diarta, 2009:45). Aktifitas perjalanan ziarah dan wisata religi atau spiritual dapat masukkan ke dalam definisi pariwisata karena baik peziarah, perjalanan spiritual, maupun perjalanan religi melibatkan keputusan untuk melakukan perjalanan dari tempat tinggalnya dengan niat bukan untuk tinggal menetap.

Berkemenn 2006 (dalam Sutama, 2013) menyatakan bahwa secara umum pariwisata spiritual berarti segala bentuk perjalanan wisata yang menyangkut perjalanan fisik dan spiritual, interaksi antara tubuh (body) dan pikiran (mind).

Pendapat lain adalah Smith & Kelly (2006 dalam Maulana, 2014: 132) yang memberikan penjelasan mengenai wisata spiritual sebagai berikut: “spiritual tourism as one that provides the visitor with activities and/ or treatment aimed at developing, maintaining and improving the

body, mind and spirit”. Pengertian tersebut dapat diterangkan bahwa wisata spiritual adalah segala jenis aktivitas dan atau perlakuan yang bertujuan untuk mengembangkan merawat, dan meningkatkan badan, pikiran dan jiwa.

Pendapat pendit (2006:41) mengenai pengertian wisata spiritual yang dinyatakan dengan wisata pilgrim, sebagai berikut:

(39)

Makam Wali Songo, tempat ibadah seperti Candi Borobudur, Pura Besakih di Bali, Sendang Sono di Jawa Tengah dan sebagainya.”

b. Elemen Wisata Spiritual

Pechlaner dalam Maulana (2014: 132) memberikan gambaran mengenai elemen – elemen dalam melakukan perjalanan spiritual seperti gambar berikut (dalam Gambar 2.1):

Gambar 2.1 Elemen Wisata Spiritual

Sumber: Pechlaner dalam Maulana (2014:132)

Elemen – elemen dari wisata spiritual terbagi menjadi 3 elemen besar yaitu Atraksi, Tempat, dan Motivasi.

c. Karakter Wisata Spiritual

1) Karakter Tempat Tujuan Wisata Spiritual

(40)

a) “Natural phenomena (lakes, mountains, islands, gardens, etc.);

b) Buildings and places that are originally made for religious purposes;

c) Buildings with religious contents;

d) Special events of religious importance that are held in non-religious places ;

e) Places built on secular thoughts that are relevant with tragic stories or those events that are particularly political. For example, Nelson Mandela’s prison on Robin island”

Mencermati cakupan tersebut di atas klasifikasi tersebut mengarah pada elemen tempat yang menjadi kriteria atraksi wisata spiritual. 2) Karakteristik Kegiatan Wisata Spiritual

Aktifitas wisata spiritual dijelasakan oleh ahli Conrady R., & Martin Buck (2011:204) berdasarkan trend dan isu pariwisata global tahun 2011, Wisata spiritual dikatagorikan sebagai berikut:

a) “Interaction with nature & exercise: pilgrimages, meditative hiking, meditative walking.

b) With counseling: talk with pastoral worker; talk with shaman; talk with spiritual coach.

c) With music: singing mantras, chanting, tones. d) With creativity: meditative painting, ikebana.

e) With physical exercises: yoga, tai chi, meditative dances, circle dances.

f) With spiritual exercises: spiritual exercises (in silince), contemplation, meditation, trips to shamans.”

6. Pengembangan Produk Pariwisata

a. Kebijakan Pariwisata Sebagai Industri

(41)

keberhasilan pembangunan kepariwisataan banyak bergantung pada partisipasi sektor yang lain, misalnya sektor perhubungan, sektor lingkungan, sektor pendidikan, sektor sosial, sektor ekonomi, hankam, agama dan sektor – sektor yang yang lainnya, baik formal maupun non formal. Sehingga dalam industri pariwisata dihindari egoisme sektoral. Pendapat Soetomo WE (2011:15), tentang pembangunan kepariwisataan mendasarkan pemahaman tidak boleh digarap secara partial, akan tetapi harus integral, menghindari egoisme sektoral, dan arogansi institusional serta perlunya sinkronisasi dan koordinasi menjadi pemikiran baru pada pembangunan kepariwisataan.

Ridwan (2012:47) menyatakan pendapatnya tentang kebijakan perencanaan pengembangan pariwisata seperti berikut:

“Perencanaan pengembangan pariwisata pada dasarnya adalah untuk mencari titik temu antara penawaran dengan permintaan. Oleh karena itu, dalam melakukan perencanaan pengembangan pariwisata seharusnya terlebih dahulu mengidentifikasi produk wisatanya (Penawaran) yang ada di daerah tujuan wisata dan pasar wisatawan (Permintaan), baik aktual maupun potensial kemudian dilakukan suatu analisis terhadap kedua aspek tersebut tercapai”

(42)

Gambar 2.2

Konsep Pendekatan Kesesuaian Penawaran dan Permintaan

PENAWARAN PERMINTAAN

PRODUK WISATA 1. Atraksi

2. Aksesbilitas 3. Amenitas

Kepuasan Kualitas Nilai Jual

WISATAWAN 1. Motivasi 2. Keinginan 3. Kebutuhan

KONSEP STRATEGIS

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PARIWISATA

Sumber: Data Sekunder (Ridwan, 2012: 47) 1) Permintaan Wisatawan

Seperti Gambar 2.2 di atas, Permintaan wisatawan timbul oleh berbagai macam motivasi, kebutuhan, dan keinginan. Penelitian ini yang menjadi latar belakang dalam kajian pengembangan produk adalah motivasi spiritual wisatawan.

Ilmu Psikologi mengenal pembagian aspek intrinsik dan ekstrinsik. Sementara itu faktor intrinsik manusia atas tiga katagori yaitu: aspek kognitif yang mencakup pengetahuan dan pemahaman, aspek afektif yang mencakup perasaan, minat, motivasi, sikap dan nilai – nilai, yang ketiga adalah aspek psikomotorik yang mencakup pengamatan dan gerak – gerakan motorik (Sumarmi,2012:138).

(43)

10 kelompok, yaitu : motif bersenang-senang atau tamasya, motif rekreasi, motif kebudayaan, wisata olah raga, wisata bisnis, wisata konvensi, motif spiritual, motif interpersonal, motif kesehatan dan wisata sosial.

Sedangkan sumber lain menyatakan kegiatan perjalanan wisata dipengaruhi oleh ketersediaan uang/ distribusi dan peningkatan pendapatan wisatawan, pengurangan jam kerja, iklim dan lingkungan hidup, pendidikan masyarakat (Freyer, 1993: 30; Mundt, 1998: 79-86), kebijakan penetapan jumlah jam kerja, teknologi transportasi, pendidikan yang semakin meningkat, pengaruh kondisi iklim daerah asal panas, polusi air, tanah, udara cenderung mencari daerah wisata yang beriklim sejuk dan pencemaran yang minimal(Damanik dan Weber, 2006:3-5).

2) Penawaran Produk Pariwisata a) Pembagian Produk

(44)

Gambar 2.3

Elemen Dasar Destinasi Pariwisata

Elemen Destinasi yang Memberikan Pengalaman dan Daya Tarik

Atraksi Harga Amenitas Aksesbilitas DM itra & Karakter

Sumber: WTO dalam Damanik dan Teguh, 2013: 52

Menurut Medelik and Middleton (The Tourist Product and It Implication, 1972 dalam Ridwan 2012: 48), Produk wisata adalah semua bentuk pelayanan yang dinikmati wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan tempat dimana ia biasa tinggal hingga ia kembali pulang.

Menurut Kotler (1994) ada tiga tingkatan produk wisata, (a) Produk utama (core product), (b) Produk sekunder (facilitating product), (c) Produk tambahan (augmented product). Produk utama adalah objek dan daya tarik yang menjadi tujuan utama oleh wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut. Produk sekunder adalah layanan terhadap pasar agar pasar dapat menikmati produk yang ditawarkan secara optimal. Produk tambahan adalah produk yang terkait dengan hal – hal bersifat abstrak atau relatif, misalnya suasana (atmosphere); dan pelayanan (service) yang intinya mendukung performansi core product secara umum. Kemudian secara detail,

(45)

b) Kriteria Produk Pariwisata

Damanik dan Weber (2006:13) menyatakan tentang kriteria kualitas produk pariwisata yang baik terkait dengan empat hal sebagai berikut:

(1) “Keunikan, diartikan sebagai kombinasi kelangkaan dan daya tarik yang khas melekat pada suatu objek wisata.

(2) Originalitas atau keaslian mencerminkan keaslian atau kemurnian, yakni seberapa jauh suatu produk tidak terkontaminasi oleh atau tidak mengadopsi model atau nilai yang berbeda dengan nilai aslinya. (3) Otentisitas, mengacu pada keaslian. Bedanya,

otenstisitas lebih sering dikaitkan dengan derajat keantikan atau eksotisme budaya sebagai atraksi wisata.

(4) Keragaman atau diversitas produk artinya, keanekaragaman produk dan jasa yang ditawarkan. Wisatawan harus diberikan banyak pilihan produk dan jasa yang secara kualitas berbeda – beda.”

b. Kebijakan Pengembangan Kawasan Lindung

(46)

dampak, (4) merupakan tanggung jawab semua pihak terkait, (5) ada pendidikan dan pelatihan bagi pekerja kepariwisataan dan (6) adanya akses informasi ke masyarakat tentang konservasi alam. Berkaitan dengan hal itu maka pembangunan prasarana dan sarana sangat dianjurkan dilakukan sesuai kebutuhan saja dan menggunakan bahan-bahan yang ada di wilayah tersebut. Penggunaan teknologi dan fasilitas modern dibatasi seminimal mungkin. Sementara itu Yoeti (200: 39) menambahkan bahwa untuk mengurangi tekanan terhadap hutan, perlu juga memaksimalkan peran serta penduduk lokal dan mempertahankan adat dan kebiasaan sehari- hari masyarakat.

Menurut Fandeli dan Nurdin (2005: 31) menyatakan bahwa: “Pada dasarnya jenis pariwisata ini tidak memerlukan pembangunan fasilitas pariwisata, karena kegiatan seperti penelitian, pendidikan, pengamatan satwa, hiking, climbing dan lain sebagainya tidak memerlukan fasilitas. Bangunan yang dapat dikembangkan hanya fasilitas kantor dan tourist

information center. Namun apabila memang diperlukan, maka

pembangunan dapat dilakukan pada zona penyangga yang berada di luar kawasan taman nasional.”

(47)

Tabel 2.1

Dimensi Ekonomi, Ekologi, Sosial dan Budaya Dalam Pariwisata Berkelanjutan

No Dimensi Wisatawan Penyedia Jasa

1. Ekonomi Peningkatan kepuasan wisata

2. Ekologi Penggunaan produk dan lokal dalam pengambilan keputusan pengembangan pariwisata

Menguatnya posisi masyarakat lokal terhadap masyarakat luar

Terjaminnya hak – hak dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya pariwisata

Berjalannya aturan main

(48)

Kelanjutan Tabel 2.1 Halaman 27: Dimensi Ekonomi, Ekologi, Sosial dan Budaya Dalam Pariwisata Berkelanjutan

yang adil dalam

Penonjolan ciri atau produk budaya lokal dalam Sumber: Damanik dan Helmut F. Weber (2006: 30-31)

7. Faktor Internal dan Eksternal a. Faktor Internal

Faktor Internal dalam ekonomi sering digunakan dalam proses untuk membuat strategi dalam suatu perusahaan dengan mengetahui kelemahan dan kekuatan. Menurut Fred R. David (2002:10) “kekuatan dan kelemahan internal adalah aktivitas dalam kendali organisasi yang prestasinya luar biasa baik atau buruk. Kekuatan dan kelemahan tersebut muncul dalam aktifitas manajemen salah satunya proses penelitian dan pengembangan”.

(49)

1) Ranah Kognitif mencakup:

a) Pengetahuan: hal – hal yang pernah dipelajari

b) Pemahaman: mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti sesuatu yang pernah dipelajari.

c) Penerapan mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode.

d) Analisa : mencakup kemampuan untu merinci suatu kesatuan ke dalam bagian – bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami.

e) Sintesis : mencakup kemampuan untuk membentuk satu kesatuan ke pola baru.

f) Evaluasi: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai suatu hal.

Jadi kesimpulan dalam penerapan dalam penelitian ini ranah kognitif dibutuhkan untuk mengukur pengetahuan dengan menggunakan angket untuk mengetahui responden tahu atau paham tentang suatu permasalahan serta digunakan dalam memilih sample yang secara kualitas dapat diukur dengan metode purposive sampling. 2) Ranah Sikap (Afektif)

(50)

sikap oleh Likert, digunakan dalam membuat angket dan untuk menguji bobot skala apakah responden mendukung atau memikat pada objek tertentu.

Sementara itu sikap juga diartikan kecenderungan untuk bertindak secara potensial. Jika sikap seseorang terhadap objek positif, tindakan orang tersebut cenderung positif.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan peluang dan ancaman yang patut diperhitungkan dalam membuat strategi baik bagi individu maupun organisasi. Fred R. David (2002:10) menyatakan bahwa:

“peluang eksternal dan ancaman eksternal merujuk pada keadaan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum pemerintahan, teknologi, dan kecenderungan persaingan serta peristiwa yang dapat menguntungkan atau merugikan suatu organisasi secara signifikan di masa depan”.

Sebagai tindak lanjut menyikapi dunia persaingan global yang kian deras pengembangan ekonomi kerakyatan menjadi alternatif dewasa ini, sesuai dengan kondisi sistem demokrasi Indonesia adalah yang lebih mementingkan kepentingan rakyat kecil dan upaya untuk menjaga lingkungan. Suansri dalam (Nurhidayati, 2007: 198), aspek utama pengembangan Communty Based Tourism (CBT) berupa 5 dimensi, yaitu:

1) Dimensi ekonomi, dengan indikator:

(51)

c) Timbulnya pendapatan masyarakat lokal dari sektor pariwisata

2) Dimensi Sosial, dengan indikator: a) Peningkatan kualitas hidup

b) Peningkatan kebanggaan komunitas

c) Pembagian peran adil laki – laki perempuan, generasi muda dan tua

d) Membangun penguatan organisasi komunitas 3) Dimensi lingkungan, dengan indikator:

a) Mempelajari carryng capacity area b) Mengatur pembuangan sampah

c) Meningkatkan kepedulian akan perlunya konservasi 4) Dimensi Budaya, dengan indikator:

a) Mendorong masyarakat untuk menghormati budaya yang berbeda

b) Membantu berkembangnya pertukaran budaya

c) Budaya pembangunan melekat erat dalam budaya lokal 5) Dimensi Politik, dengan indikator:

a) Meningkatkan partisipasi dari penduduk lokal b) Peningkatan kekuasaan komunitas yang lebih luas

(52)

B. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini diawali dengan identifikasi potensi produk pariwisata spiritual yang ada di objek studi penelitian. Kemudian menguji kelayakan produk wisata spiritual di Kawasan Gunung Tidar yang memiliki supply chain (daya tawar utama yaitu core product) terhadap persepsi wisatawan spiritual (permintaan). Kemudian berdasarkan fenomena pengembangan pariwisata yang relevan dan juga berdasarkan ketentuan perencanaan pengembangan pariwisata di kawasan hutan lindung, dilakukan analisis faktor internal dengan cara mengetahui persepsi maupun sikap stakeholders tentang kondisi produk utama dan produk tambahan pariwisata. Faktor- faktor tersebut diuraikan dengan Matrikx Internal Factors Analysis Summary (IFAS). Langkah selanjutnya menganalisis faktor eksternal meliputi studi dampak ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan masyarakat melalui Matriks External Factors Analysis Summary (EFAS). Setelah teridentifikasi dan dianalisis menghasilkan output dari proses yaitu, kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman /SWOT: Strength (S), Weaknesses (W), Opportunities (O), Threats (T). Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan Matriks Internal External (IE) dan Strategi SO, WO, ST, WT untuk merumuskan strategi umum dan alternatifnya.

(53)

Gambar 2.4

Kerangka Pemikiran Penelitian

Potensi Produk Wisata Spiritual Kawasan Gunung Tidar

Bagaimana Strategi Pengembangan

Produk Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar

?

Internal Produk Wisata

Spiritual - Attraction - Places

Kualitas &

Kepuasan Persepsi Wisatawan Spiritual - Motives

PROSES

Potensi Pengembangan Pariwisata - Kondisi Organisasi/ Kelembagaan

Manajemen Destinasi Pariwisata - Produk Tambahan (Augmented

Product)

Eksternal - Lingkungan Ekonomi - Lingkungan Sosial - Lingkungan Ekologi - Lingkungan Budaya

Sikap atau Persepsi Stakeholders

Kelemahan Kekuatan Ancaman Peluang

Matriks SWOT & IE

Strategi SO, WO, ST, WT

Strategi Pengembangan Produk Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data penelitiannnya (Suharsimi, 2006: 136) agar mendapatkan hasil yang memuaskan dari suatu penelitian maka harus ditunjang dengan berbagai metode yang tepat dan benar secara ilmiah, sehingga kebenaran objektif yang hendak dicapai dapat ditemukan.

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu mendeskripsikan hal- hal yang terkait dengan hubungan, kegiatan- kegiatan, sikap- sikap, pandangan- pandangan, proses- proses yang sedang berlangsung danpengaruh-pengaruh dari suatu fenomena (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000: 29; Nazir, 1988). Sehingga penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis. Data yang diperoleh melalui pendekatan fenomenologis kemudian dideskripsikan atau dilakukan scoring maupun pembobotan untuk mengkonfirmasi tingkat kondisi dan tingkat kepentingan pihak – pihak terkait atau stakeholders.

Metode penelitian deskriptif dapat dilakukan melalui penelitian studi kasus, studi dampak atau studi tindak lanjut, survei, studi hubungan atau korelasi dan studi strategi pengembangan (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000: 29; Nazir, 1988). Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan tipe penelitian studi kasus dengan langkah – langkah sebagai berikut:

34

(55)

35

A. Lokasi dan Waktu 1. Lokasi

Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah Kawasan Wisata Gunung Tidar terletak di Kota Magelang. Kawasan yang juga difungsikan sebagai hutan lindung ini memiliki luas ± 73,74 Ha. Sangat mudah menjangkau pintu gerbang masuk kawasan wisata ini. Akses masuk bagi kalangan umum berada di kampung Barakan, Desa Magersari, sisi Utara lereng Gunung Tidar, tepatnya di belakang terminal lama Jl Ikhlas Kecamatan Magelang Selatan. Sedangkan Kota Magelang sendiri merupakan bagian dari Propinsi Jawa Tengah dengan wilayah terkecil dibanding dengan Kabupaten/ Kota lainnya yang secara administrasi dikelilingi oleh Wilayah Kabupaten Magelang.

Kawasan Gunung Tidar ini dikelola sepenuhnya oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kawasan Gunung Tidar. UPT di bawah dinasnomenklatur yang terdiri dari bidang Pertanian, Peternakan, dan Perikanan (Dispeterikan). Mulai resmi terbentuk awal tahun 2015 melalui Perwal No 47 Tahun 2014.

2. Waktu

(56)

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Kegiatan 2015Jan 2015Feb 2015Mar 2015Apr Pengajuan Judul dan Penulisan Proposal

Memasuki Lapangan

Pencarian Data Melalui Kuisioner, Wawancara, Literatur

Analisis IFAS, EFAS dan SWOT Menarik Kesimpulan dan Strategi

Penyusunan Draf laporan dan Diskusi dan Penyempurnaan

Diujikan

Sumber : Hasil olahan Penulis (2015) B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri ciri yang telah ditetapkan (Moh. Nazir, 1988). Populasi penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Populasi Wisatawandi Kawasan Wisata Gunung Tidar.

b. Populasi Pelaku Usaha Perjalanan Wisata Spiritual dan Praktisi Spiritual

c. Populasi Pengelola Kawasan Wisata Gunung Tidar.

d. Populasi masyarakat dan aparat Desa Magersari di Kawasan Wisata Gunung Tidar.

2. Sampel

(57)

dalam Utama dan Ni Made E.M, 2012:68). Penelitian yang dilakukan ini termasuk dalam penelitian survei, yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap sampel yang terbatas untuk memperoleh gambaran secara umum dari keseluruhan populasi (Singarimbun, 1989). Survei sampel adalah suatu prosedur dimana hanya sebagian dari populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi (Moh. Nazir,1988). Teknik pengambilan sampel terhadap populasi menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Quota Sample atau Sampel Kuota

Sampel Kuota adalah metode memilih sampel yang mempunyai ciri – ciri tertentu dalam jumlah atau kuota yang diinginkan (Utama dan Mahadewi, 2012: 74). Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel wisatawan (pengunjung ) yang mempunyai ciri – ciri tertentu dari populasi wisatawan spiritual. Berdasarkan pertimbangan peneliti secara sengaja berdasarkan motivasi tujuan berziarah atau spiritual. Untuk responden wisatawan yang berziarah di Makam Syekh Subakir ditetapkan 10 responden dan wisatawan yang berziarah di Makam Kiai Semar ditetapkan sebanyak 10 responden (Data primer lampiran, 2015). b. Purposive Sampling

(58)

Kawasan Tidar, pelaku usaha perjalanan khusus wisata spiritual yang telah berpengalaman, praktisi spiritual, pakar yang ahli di bidangnyadan tokoh masyarakat Desa Magersari (Data primer lampiran, 2015).

Menurut Mahadewi dan Utama (2012: 75-76), sampel yang diambil secara purposive ini peneliti harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut:

1) Mengetahui pengetahuan yang cukup tentang populasi 2) Tepat dalam menentukan persyaratan

3) Menguasai benar – benar materi penelitian dengan segala permasalahannya.

(59)

Dari penjelasan mengenai sampel di atas jumlah direkap dalam bentuk tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.2

Jumlah Sampel dan informan

No Populasi Metode Pengambilan Sampel Besar Sampel/Responden

1 Masyarakat Purposive Sampling 3 orang

informan 2 Wisatawan Spiritual

dan Wisatawan Religi

Quota Sampling 20 orang

responden

3 Pemerintah Purposive Sampling 3 orang

4 Pakar terkait Purposive Sampling 3 orang

narasumber

4 Praktisi spiritual Purposive Sampling 1 orang

narasumber

Jumlah Sample 30orang

Sumber: Lampiran data primer penulis, 2015

C. Teknik Pengumpulan Data

Didalam teknik pengambilan data, digunakan beberapa teknik pengambilan yaitu:

1. Pengamatan visual, yakni dengan mengamati secara langsung objek penelitian dengan mengandalkan kemampuan penulis sendiri. Untuk memperkuat data ini dilakukan pengambilan gambar/ foto dari objek penelitian tersebut.

(60)

dikembangkan ileh Rensis Likert (1932) yang paling sering digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi responden terhadap suatu objek. 3. Teknik wawancara, yaitu untuk mendapatkan data dengan jalan

melakukan wawancara atau tanya jawab mendalam secara langsung antara peneliti dengan informan (dapat dibaca dalam lampiran 7). Sedangkan teknik wawancara dalam penelitian ini menggunakan wawancara terpimpin yaitu wawancara yang menggunakan panduan pokok- pokok masalah yang diteliti (interview guide, Mahadewi dan Utama, 2012: 65) 4. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data melalui dokumen – dokumen dan

catatan – catatan yang sudah ada sebelumnya.

5. Studi Kepustakaan, yaitu untuk mendapatkan data dengan jalan menggunakan literatur yang ada di perustakaan.

D. Variabel Penelitian dan Indikator

(61)

1. Variabel Produk Utama (Core Product)

Variabel produk menjadi aspek internal yang menjadi kajian dalam penelitian ini. Adapun indikator kualitas produk berupa tempatyang menjadi tujuan pariwisata spiritual berdasarkan teori kriteria parameter yang akan diteliti terangkum dalam tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3

Indikator Wisata Spiritual

No Variabel Indikator Kriteria Berdasarkan Teori 1 Tempat

Fenomena Lokasi natural

Dahulu memang sebagai kegiatan dengan latar belakang sejarah tempat Makam

Kiai Semar

Fenomena Lokasi natural

Dahulu memang sebagai kegiatan spiritual (keaslian)

Konsep Desain lokasi atau bangunan berkonsep religi atau keyakinan Relevansi situs

dengan sejarah Keaslian bangunan/ situs sesuaidengan latar belakang sejarah lokasi

2 Daya melakukan perjalanan dengan sikap zikir

melakukan konsultasi dengan ahli spiritual

Wisata Spiritual Berbasis Musik

Pengunjung dapat menikmati irama suara atau pujian religi

Pengunjung dapat menikmati irama suara tembang musik tradisional

(62)

Kelanjutan Tabel 3.3 Halaman 41. Indikator Wisata Spiritual melakukan pelajaran/ pengalaman lewat kesempatan melakukan aktivitas budaya seperti wayang kulit, melukis/ membathik (lebih cenderung ke buatan) menikmati spiritualitas dengan kegiatan yang membutuhkan peran serta fisk guna mencapai tingkat spiritualitas tertentu. Contoh melakukan aktivitas spiritual yang sangat erat kaitannya dengan olah kebatinan untuk menangkan diri atau mendekatkan diri kepada Tuhan atau misi tujuan tertentu. tertentu atau keyakinan tertentu sehingga mempengaruhi kuat/ lemah?

Motivasi

budaya / event Apakah dimotivasi oleh budaya atauevent sehingga keyakinan untuk datang berziarah kuat/ lemah?

Menemukan

identitas diri Apakah merupakan motivasi dari pencarian jati diri pengunjung? Sumber : Data Sekunder di olah, 2015

2. Variabel Produk Tambahan (Augmented Product)

(63)

pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah (UU Kepariwisataan No.10 Tahun 2009).

Hal ini juga diperkuat pendapat, menurut Damanik dan Teguh (2013:40), “hal yang mendasar dalam manajemen pengembangan produk adalah upaya memberikan pelayanan prima kepada wisatawan (visitor servicing) yang disediakan di pusat informasi pariwisata”.

Berdasarkan acuan tersebut maka dalam penelitian ini yang menjadi hipotesis adalah variabel visitor servicing dan variabel kondisi organisasi manajemen destinasi di kawasan pariwisata spiritual Gunung Tidar masih lemah dan diduga berpengaruh terhadap kondisi internal. Adapun indikator yang akan teliti pada tabel 3.4.

Tabel 3.4

Indikator Produk Tambahan dan Kelembagaan

No Komponen Indikator Hipotesis

1 Produk

Tambahan

- Belum tersedia sistem informasi pariwisata yang memadai

- Kapasitas wewenang peran UPT sebagai organisasi dalam lingkup pengelolaan pariwisata dalam scope destinasi kawasan pariwisata Gunung Tidar masih terbatas.

Kelemahan

- Belum terbentuk struktur organisasi manajemen destinasi Kawasan Wisata Gunung Tidar

Kelemahan

(64)

3. Variabel Pariwisata Berkelanjutan

Variabel ini yang digunakan sebagai bagian dari penilaian performansi eksternal untuk mengetahui tingkat peluang dan ancaman pengembangan produk yang ada dalam masyarakat seperti mengkaji dari aspek ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan masyarakat.

Tabel 3.5

Indikator Pariwisata Berkelanjutan

No

Variabel Pariwisata

Berkelanjutan Indikator Bukti – bukti yang diteliti 1. Ekonomi Peningkatan dan

mengelola fasilitas produk tambahan bagi wisatawan 2. Ekologi Penentuan dan

konsistensi pada daya dukung lingkungan penetapan batas jumlah wisatawan di Kawasan Wisata penggunaan produk ramah lingkungan

(65)

monitoring komnitas dalam kontrol sosial terutama yang berkaitan dengan isu

atraksi, aksesbilitas, dan amenitas

Perlindungan warisan budaya, kebiasaan – peran pemerintah pusat

(66)

E. Definisi Konseptual

Adapun dalam kajian “Strategi Pengembangan Produk Kawasan Wisata Gunung Tidar” terdapat definisi konseptual sebagai berikut:

1. Kegiatan identifikasi kondisi internal dalam kajian ini merupakan kegiatan untuk mengetahui tingkat kepentingan dan kenyataan kondisi terkini pada variabel yang berpengaruh terhadap pengembangan kawasan wisata spiritual.

2. Produk utama (core product), dalam kajian ini adalah tempat yang menjadi tujuan atau daya tarik wisata spiritual di Kawasan Gunung Tidar yang terdiri dari 3 elemen wisata spiritual, ialah: (1) tempat, (2) atraksi, (3) motivasi (Pechlaner dalam Maulana, 2014:132)

3. Produk tambahan (augmented product), dalam kajian ini meliputi visitor service dan organisasi manajemen destinasi atau kelembagan di kawasan pariwisata spiritual Gunung Tidar.

4. Kegiatan identifikasi faktor eksternal dalam kajian penelitian ini adalah pengaruh – pengaruh lingkungan yang secara langsung berdampak pada keberlanjutan pariwisata. Pengaruh tersebut antara lain lingkungan, ekonomi, sosial masyarakat (Damanik dan Weber, 2006: 30-31).

F. Teknik Analisis Data

(67)

1. Analisis Deskriptif Kuantitatif

Analisis data secara kuantitatif ini dilakukan guna mendukung gambaran data yang diperoleh melalui tabel frekuensi atau statistik sederhana untuk memperkuat hasil analisis deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk mengkaji tentang dimensi ekonomi, social, budaya dan lingkungan sebagai berikut:

a. Persepsi Wisatawan terhadap kualitas dan kepuasan produk wisata spiritual di Kawasan Wisata Gunung Tidar,

b. Persepsi atau sikap stakeholders melalui penilaian dan tingkat kepentingan terhadap variable internal dan eksternal yang menghasilkan output proses pengembangan produk yaitu kekurangan, kekuatan, peluang dan ancaman bagi Kawasan Wisata Gunung Tidar, seperti yang akan diterangkan dalam teknik analisis matriks IFAS dan EFAS.

2. Analisis Deskriptif Kualitatif

Gambar

Gambar 2.1Elemen Wisata Spiritual
Gambar 2.2Konsep Pendekatan Kesesuaian Penawaran dan Permintaan
Gambar 2.3Elemen Dasar Destinasi Pariwisata
Tabel 2.1Dimensi Ekonomi, Ekologi, Sosial dan Budaya Dalam
+7

Referensi

Dokumen terkait