• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tipe Wajah dan Bentuk Lengkung Gigi pada Siswa SMA Panca Budi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Tipe Wajah dan Bentuk Lengkung Gigi pada Siswa SMA Panca Budi Medan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam diagnosa suatu perawatan baik perawatan ortodonti maupun perawatan medis lainnya tidak cukup hanya pada satu aspek dari kondisi pasien. Kebutuhan dan prioritas pasien akan kebutuhan perawatan merupakan pertimbangan utama dalam perencanaan dan diagnosa perawatan, akan tetapi seorang ortodontis tidak boleh langsung mengambil suatu kesimpulan dari keadaan tersebut selama pemeriksaan awal. Diagnosa perawatan ortodonti harus sesuai dengan kondisi pasien secara menyeluruh baik keadaan objektif maupun subjektif. Adapun sumber-sumber yang dapat mendukung dalam diagnosa suatu perawatan yaitu, data anamnesa, pemeriksaan klinis mencakup ekstraoral dan intraoral, analisa rekam diagnostik mencakup model gigi, radiografi, dan fotografi.Pemeriksaan ekstra oral mencakup pemeriksaan profil wajah, sedangkan pada pemeriksaan intra oral dilakukan pemeriksaan pada lidah, frenulum, ginggiva, tonsil, dan palatum.12

2.1 Tipe Wajah

Ortodontis sangat menyadari bahwa hampir seluruh pasien yang datang mendapat perawatan ortodonti dengan motivasi untuk memperbaiki estetis wajah atau profilnya. Angle mengatakan bahwa aspek terbesar dalam perawatan ortodonti adalah perbaikan profil wajah. Simun juga menyebutkan bahwa kebanyakan pasien datang untuk perawatan ortodonti memiliki keinginan untuk memperbaiki estetis wajah.13 Oleh karena itu, pengetahuan tentang tipe wajah sangat penting dalam bidang ortodonti.

(2)

seseorang mampu mengenal ribuan wajah karena ada kombinasi unik dari kontur nasal, bibir, rahang dan sebagainya. Bagian-bagian yang dianggap mempengaruhi wajah adalah tulang pipi, supraorbital, hidung, maksila, mandibula, mulut, dagu mata, dan dahi.14

Perubahan tipe wajah berdasarkan usia dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pada usia 5-10 tahun, 10-15 tahun, dan 15-25 tahun. Perubahan tipe wajah terjadi kira-kira 40% pada usia 5-10 tahun, 40% lagi pada usia 10-15 tahun, dan terjadi proses pencarian keseimbangan ketika mencapai usia setelah 15 tahun. Perubahan yang signifikan terjadi lebih besar pada usia 5-10 tahun dan 10-15 tahun bila dibandingkan dengan usia 15-25 tahun. Perubahan pada perempuan terjadi lebih awal bila dibandingkan dengan laki-laki.15

Struktur morfologi tipe wajah ada hubungannya dengan bentuk lengkung gigi seseorang. Pada kasus pasien dengan tipe wajah euryprosopic dengan bentuk lengkung gigi yang lebar dan persegi memiliki gigi berjejal yang tidak terlalu parah dapat dilakukan perawatan dengan ekspansi. Sedangkan pada kasus pasien dengan tipe wajah leptoprosopic sering memiliki bentuk lengkung yang sempit. Oleh karena itu perawatan yang dianjurkan adalah dengan melakukan ekstraksi.12

(3)

2.1.1 Fotografi Ortodonti

Fotografi dalam ortodonti akan memberikan gambaran tentang profil lunak dari pasien dan kemudahan bagi seorang ortodontis dalam melakukan perencanaan perawatan ortodonti. Dalam bidang ortodonti ada minimal sembilan fotografi yang diambil, yaitu lima foto intraoral dan empat foto ekstraoral.17

Foto intraoral terdiri dari foto pandangan anterior gigi dalam keadaan oklusi, foto pandangan bukal gigi geligi sebelah kanan dalam keadaan oklusi, foto pandangan bukal gigi geligi sebelah kiri, foto pandangan oklusal gigi geligi rahang atas, dan foto pandangan oklusal gigi geligi rahang bawah. Sedangkan dalam foto ekstra oral, terdiri dari foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan istirahat, foto frontal wajah dalam keadaan bibir tersenyum , foto profil wajah sebelah kanan dengan bibir dalam keadaan istirahat , dan foto profil wajah 45̊ dengan bibir dalam keadaan tersenyum.17

(4)

Gambar 1. Fotografi intra oral. (1) Foto pandangan anterior gigi dalam keadaan oklusi, (2) Foto pandangan bukal gigi geligi sebelah kanan dalam keadaan oklusi, (3) Foto pandangan bukal gigi geligi sebelah kiri dalam keadaan oklusi, (4) Foto oklusal rahang atas, (5) Foto oklusal rahang bawah.17

Gambar 2. Fotografi ekstra oral . ( 1) Foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan istirahat , (2)Foto frontal wajah dengan bibir tersenyum, (3) Foto profil wajah sebelah kanan dengan bibir dalam keadaan istirahat , (4) Foto profil wajah 45̊ dengan bibir tersenyum17

1 2 3

4 5

(5)

Menurut American Board of orthodontics, ada beberapa ketentuan dalam pengambilan foto ekstra oral, yaitu:15

a. Memperlihatkan kualitas hasil cetakan foto baik yang hitam putih maupun berwarna

b. Posisi kepala pasien telah diposisikin secara tepat pada ketiga bidang dan bidang Frankfurt Horizontal

c. Latar belakang bebas dari gangguan

d. Kualitas pencahayaan menunjukkan kontur wajah tanpa adanya bayangan e. Telinga untuk manfaat orientasi

f. Mata terbuka dan pandangan lurus ke depan serta kacamata dilepas15

Adapun beberapa teknik yang digunakan dalam pengambilan foto ekstra oral antara lain:17

a. Foto frontal wajah (bibir dalam keadaan istirahat)

Foto pertama yang harus dilakukan, ini merupakan foto yang termudah dalam teknik pengambilan fotografi ekstra oral. Namun, ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam pengambilan foto ini. Pertama, framing foto frontal ini harus mencakup bagian kepala dan leher pasien. Posisi pasien harus duduk dengan tegak dan mata harus menatap lurus pada lensa kamera sehingga dapat diperoleh keadaan

(6)

b. Foto frontal wajah (bibir tersenyum)

Teknik pengambilan foto ini hampir sama dengan foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan istirahat, hanya saja pasien diinstruksikan untuk tersenyum. Foto ini memperlihatkan keadaan proporsi jaringan lunak wajah pasien selama tersenyum. Foto frontal wajah dapat dilihat pada gambar 4.

c. Foto profil (bibir dalam keadaan istirahat)

Setelah pengambilan foto frontal, pasien diinstruksikan untuk menghadap ke kiri dan bibir dalam keadaan istirahat sehingga profil sebelah kanan wajah menghadap ke operator. Posisi kepala pasien dalam keadaan natural head position

(NHP). Posisi kepala pasien yang salah dapat memberikan informasi yang salah mengenai pola skeletalnya. Foto profil wajah dapat dilihat pada gambar 4.

d. Foto profil 45̊ (bibir terseyum)

Pada posisi foto profil , pasien diinstruksikan untuk memutarkan kepalanya ke kanan (kurang lebih ¾ putaran dari posisi foto profil ). Kemudian pasien diintruksikan untuk melihat ke lensa kamera dan tersenyum . Foto profil 45̊ dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 3. (1) Framing, (2) Garis imajiner vertikal wajah, (3) garis imajiner interpupil17

(7)

2.1.2Pengukuran Tipe Wajah

Dalam menganalisis tipe wajah dengan fotografi, ada beberapa titik yang harus ditentukan terlebih dahulu . Titik yang dibutuhkan dalam pengukuran tersebut dapat dilihat pada gambar 5. Adapun titik-titik tersebut adalah sebagai berikut:19

a. Na (Soft tissue nasion), yaitu titik tengah dari pangkal hidung pada suturanasofrontal, yang merupakan aspek paling cekung.

b. Zy (Zygomaticum), yaitu titik paling tepi pada setiap lengkung

zygomaticum.

c. SN (Subnasal), yaitu titik paling bawah dari bagian tengah hidung. d. Me (Soft tissue menton), yaitu titik paling bawah dari tengah dagu.

e. Sto (Stomion), yaitu titik pertemuan bibir atas dan bibir bawah pada garis tengah wajah.

f. B (Soft tissue B point), yaitu bagian paling cekung dari jaringan lunak dagu pada garis tengah wajah.

g. Cd (Condylion), yaitu bagian paling tengah atas dari kondilus mandibula. h. Go (Gonion), yaitu bagian yang paling pinggir dari sudut mandibula.

Gambar 4. (1) Foto frontal bibir tersenyum, (2) Foto profil, (3) Foto profil 45° bibir tersenyum17

(8)

Pengukuran tipe wajah dapat menggunakan fotografi ekstraoral yaitu, foto frontal yang diperoleh dari arah frontal pasien dan foto lateral atau foto profil yang diperoleh dari arah lateral pasien.19

2.1.2.1 Pengukuran Tipe Wajah dengan Foto Frontal Wajah

Pengukuran tipe wajah dengan foto frontal dapat dilakukan dengan empat rumus, yaitu:19

a. Facial Index

Facial Index dapat diperoleh dengan cara membagikan tinggi wajah yang diukur dari nasion (hidung) ke menton (dagu) dengan jarak zygomaticum kanan-kiri. Kemudian hasilnya dikali dengan 100. Garis-garis yang diukur dapat dilihat pada gambar 6.

(9)

Facial Index = Tinggi Wajah (Na-Me) x 100 Lebar Wajah ( Zy-Zy)

Hasil perhitungan facial index dapat disesuaikan dengan ketentuan tipe wajah

euryprosopicdengan nilai untuk wanita 80 ± 4 dan pria 84 ± 4, tipe wajah

mesoprosopic degan nilai untuk wanita 86 ± 4 dan pria 88 ± 4, tipe wajah

leptoprosopic dengan nilai untuk wanita 90 ± 4 dan pria 94 ± 4.

b. Upper Facial Index

Upper Facial Index dapat diperoleh dengan cara membagikan tinggi wajah bagian atas (Na-Sto) dengan lebar wajah (Zy-Zy). Kemudian hasilnya dikali dengan 100. Garis-garis yang diukur dapat dilihat pada gambar 6.

Upper Facial Index = Tinggi Wajah Bagian Atas (Na-Sto) x100

Lebar Wajah (Zy-Zy)

Hasil perhitungan upper facial index dapat disesuaikan dengan ketentuan tipe wajah euryprosopic dengan nilai untuk wanita 49 ± 3dan pria 50 ± 3, tipe wajah

mesoprosopic degan nilai untuk wanita 53 ± 3 dan pria 54 ± 3, tipe wajah

leptoprosopic dengan nilai untuk wanita 57 ± 3 dan pria 58 ± 3.

c. Lower Facial Index

Lower Facial Index dapat diperoleh dengan membagikan tinggi wajah bagian bawah (Sn-Me) dengan lebar wajah (Zy-Zy). Kemudian hasilnya dikali dengan 100. Garis-garis yang diukur dapat dilihat pada gambar 6.

Hasil perhitungan lower facial index dapat disesuaikan dengan ketentuan tipe wajah euryprosopic dengan nilai untuk wanita 47 ± 4 dan pria 49 ± 4, tipe wajah

mesoprosopic degan nilai untuk wanita 52 ± 4 dan pria 54 ± 4, tipe wajah

leptoprosopic dengan nilai untuk wanita 57 ± 4dan pria 59 ± 4.

Lower Facial Index = Tinggi Wajah Bagian Bawah (Sn-Me) x 100

(10)

d. Chin Index

Chin Index dapat diperoleh dengan cara membagikan tinggi dagu (B’-Me) dengan lebar wajah (Zy-Zy). Kemudian hasilnya dikalikan dengan 100. Garis-garis yang diukur dapat dilihat pada gambar 6.

Chin Index = Tinggi Dagu (B’-Me) X 100

Lebar Wajah (Zy-Zy)

Hasil perhitungan chin index dapat disesuaikan dengan ketentuan tipe wajah

euryprosopic dengan nilai untuk wanita dan pria sama yaitu 19 ± 2, tipe wajah

mesoprosopic degan nilai untuk wanita dan pria sama yaitu 22 ± 2, tipe wajah

leptoprosopic dengan nilai untuk wanita dan pria sama yaitu 25 ± 2.

Gambar 6. Pengukuran foto frontal (1) Facial Index

(2) Upper Facial Index (3) Lower Facial Index (4) Chin Index19

1 2

(11)

2.1.2.2 Pengukuran Tipe Wajah dengan Foto Lateral Wajah

Pengukuran tipe wajah dengan foto lateral wajah dapat dilakukan dengan dua rumus, yaitu:19

a. Chin-face Height Index

Chin-face Height Index dapat diperoleh dengan cara membagikan tinggi dagu (B’-Me) dengan tinggi wajah (Na-Me). Kemudian hasilnya dikali dengan 100. Garis-garis yang diukur dapat dilihat pada gambar 7.

Chin-face Height Index = Tinggi Dagu (B’-Me) x 100

Tinggi Wajah (Na-Me)

Hasil perhitungan dari chin-face index dapat disesuaikan dengan ketentuan tipe wajah euryprosopic dengan nilai untuk wanita 23,5 ± 2 dan pria 22 ± 2, tipe wajah mesoprosopic degan nilai untuk wanita 22,5 ± 2 dan pria 25 ± 2, tipe wajah

leptoprosopic dengan nilai untuk wanita 27,5 ± 2 dan pria 27 ± 2. b. Mandibular Anterior/ Posterior Height Index

Mandibular Anterior/ Posterior Height Index dapat diperoleh dengan membagikan tinggi mandibula bagian depan (Sto-Me) dengan Tinggi mandibula bagian belakang (Cd-Go). Kemudian hasilnya dikali dengan 100. Garis-garis yang diukur dapat dilihat pada gambar 7.

Mandibular Anterior/

Posterior Height Index =

Tinggi Mandibula Bagian Depan (Sto-Me)

x 100 Tinggi Mandibula Bagian Belakang (Cd-Go)

(12)

2.2 Lengkung Gigi

Menurut Barber, lengkung gigi merupakan suatu garis lengkung imajiner yang menghubungkan sederetan gigi pada rahang atas dan rahang bawah.6,18 Lebar, panjang dan kedalaman dari suatu lengkung gigi mempunyai implikasi yang besar dalam bidang ortodonti yang memengaruhi diagnosis dan perencanaan perawatan. Dimensi lengkung gigi berubah banyak seiring dengan periode masa pertumbuhan dan perkembangan yang intensif dan sedikit berubah ketika sudah dewasa.20 Oleh karena itu, telah diteliti bahwa perubahan dimensi lengkung rahang pada periode tumbuh kembang selain berhubungan dengan genetik juga dipengaruhi oleh pergerakan gigi, perbedaan ukuran gigi sulung dengan permanen, perkembangan oklusi, serta fungsi rongga mulut.6,20

Perubahan dimensi lengkung gigi telah dipelajari sejak tahun1890, ketika pertama kali Zygmondy menggunakan tiga set model dari sampel individu berusia 6-17 tahun mengukur panjang lengkung gigi. Clinch dan Sillman yang pertama kali melakukan pengamatan pada proses perkembangan gigi sejak kelahiran. Banyak penulis telah menginvestigasi bahwa perubahan secara transversal terjadi terbesar dalam masa perkembangan gigi dan oklusi adalah lebar jarak interkaninus dan lebar

Gambar 7. Pengukuran foto lateral(1) Chin-face Height Index (2)

MandibulaAnterior/Posterior Height Index19

(13)

jarak intermolar. Penelitian tentang perkembangan lengkung gigi pada anak usia 5-8 atau 9 tahun dengan pengukuran lebar jarak interkaninus menunjukkan bahwa terjadi pertambahan ukuran jarak interkaninus yang cepat yaitu, 4 mm pada maksilla dan 3 mm pada mandibula. Penelitian lain menyatakan bahwa karakteristik oklusi pada gigi desidui daoat memprediksi oklusi gigi permanen. Hal tersebut dapat dibuktikan dari kelahiran sampai usia 13 tahun terjadi pertambahan lebar jarak interkaninus pada maksila dan mandibula, tetapi setelah umur 13 tahun dideteksi bahwa tidak ada perubahan yang signifikan.21

Prinsip dasar dalam perawatan ortodonti adalah untuk memperbaiki, interseptif dan mencegah adanya kelainan posisi gigi dan deformitas dentofasial. Filosofi ortodonti dahulu menyatakan ekspansi lengkung gigi tanpa mempertimbangkan keseimbangan antara struktur stomatognasi dapat dilakukan. Sedangkan filosofi ortodonti selanjutnya menemukan bahwa ekspansi lengkung gigi yang melewati batas akan mengakibatkan ketidakstabilan dari lengkung gigi tersebut. Oleh karena itu, keharmonisan antara gigi, struktur tulang dan otot sangat penting untuk diperhatikan agar lengkung gigi setelah perawatan ortodonti dapat lebih stabil.22

2.2.1 Klasifikasi Lengkung Gigi

Dimensi dan morfologi lengkung gigi memiliki implikasi yang besar dalam bidang ortodonti.21 Pada awal tahun 1900-an sejumlah peneliti telah mencoba untuk mendeskripsikan dan mengklasifikasikan bentuk dari lengkung gigi.23,24Bentuk lengkung gigi dipercayai merupakan konfigurasi dari tulang pendukung, erupsi gigi, otot-otot sekitar mulut dan tekanan fungsional intraoral.23 Dahulu, bentuk lengkung gigi dideskripsikan secara kualitatif yaitu bentuk elip, parabola, bentuk U, dll. Deskripsi tersebut kurang adekuat, sehingga muncul tuntutan pendeskripsian bentuk lengkung secara kualitatif baik dengan metode linear maupun non linear.

(14)

metode matematika non-linear yang dapat menetukan bentuk dari lengkung gigi tersebut. Ada beberapa pendeskripsian bentuk lengkung gigi yang popular, yaitu:23

1. Lengkung Gigi Bonwill-Hawley

Lengkung gigi Bonwill-Hawley berasal dari bentuk segitiga sama sisi, dimana jarak antar kondilus sebagai dasar dari segitiga. Keenam gigi anterior disusun dalam lengkung lingkaran. Radius dari lingkaran tersebut ditentukan dari penjumlahan lebar mesiodistal gigi-gigi tersebut.25 Lengkung gigi Bonwill-Hawley dapat dilihat pada gambar 8.

2. Lengkung Gigi Catenary

Kurva Catenary adalah kurva yang terbentuk dari lengkung berupa rantai yang ditekan pada kedua ujungnya. Panjang dari lengkung rantai dan jarak antara kedua ujung yang menentukan bentuk dari suatu lengkung.25 Lengkung gigi Catenary dapat dilihat pada gambar 9.

(15)

3. Lengkung Gigi Brader

Tahun 1972 Brader mengemukakan bahwa keseimbangan tekanan dari otot jaringan lunak mulut bertanggung jawab atas bentuk lengkung gigi manusia , dan bentuk yang terbaik diperkirakan dengan porsi terbatas dari kurva trifocal ellipses.25 Gambar lengkung gigi Brader dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 9. Lengkung gigi Catenary25

(16)

2.2.2 Pengukuran Bentuk Lengkung Gigi

Pendeskripsian setiap bentuk lengkung gigi sangat bervariasi, mulai dari bentuk geometri sampai ke fungsi matematika. Bagaimanapun setiap penentuan bentuk lengkung gigi memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode konvensional mudah dilakukan namun kurang memiliki bukti matematika dan selalu terdiri dari faktor-faktor yang mengarah pada pemahaman yang beragam karena tergantung pada pemeriksaan visual pribadi. Sedangkan metode kuantitatif banyak menggunakan evaluasi matematika yang melibatkan pengukuran titik referensi tertentu dan menganalisis berbagai fungsi aljabar dengan menetapkan empat sampai lima jenis bentuk lengkung gigi. Metode tersebut mengembangkan data yang banyak serta membutuhkan kaliberasi rumit dengan peralatan tertentu.18

2.2.3Metode Pengukuran Bentuk Lengkung Gigi 1. Orthoform template

Orthoform template digunakan untuk mengukur bentuk tipe lengkung gigi seseorang secara kualitatif. Cara melakukan pengukurannya yaitu dengan meletakkan

orthoform template pada midline model cetakan lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah. Orthoform template dipilih yang paling cocok dengan model cetakan lengkung gigi.26 Gambar orthoform trmplate dapat dilihat pada gambar 11.

26

(17)

Menurut Raberin , bentuk lengkung gigi dapat diukur secara transversal san sagital. Pengukuran transeversal lengkung gigi terdiri dari lebar jarak interkaninus

(

L33) diukur dari jarak antara kedua tonjol gigi kaninus, lebar jarak intermolar (L66)

diukur dari jarak antara kedua tonjol mesio bukal gigi molar pertama, dan lebar jarak intermolar posterior (L77) diukur dari jarak antara kedua tonjol disto bukal gigi molar

kedua. Pengukuran sagital terdiri dari kedalaman kaninus (L31) diukur pertengahan

insisivus sentralis ke garis jarak interkaninus, rata-rata panjang lengkung (L61) diukur

dari pertengahan insisivus sentralis ke garis jarak intermolar, dan total panjang lengkung (L71) diukur dari pertengahan insisivus sentralis ke garis jarak intermolar

posterior.27 Pengukuran lengkung gigi Raberin dapat dilihat pada gambar 12.

Keenam dimensi secara transversal dan sagital dapat mengkarakteristikkan bentuk suatu lengkung gigi. Adapun rasio yang menentukan bentuk lengkung gigi yaitu: L31/L33, L61/L66, L71/L77, L33/L66, dan L61/L71. Perbandingan rasio tersebut dapat

disesuaikan dengan ketentuan sebagai berikut: bentuk narrow bila 3 rasio sagital/ transversal positif, bentuk wide bila 3 rasio sagital/transversal negatif, bentuk mid bila tidak ada rasio yang berbeda signifikan dari rata-rata, bentuk pointed bila hanya rasio L31/L33 lebih besar dari rata-rata, dan bentuk flat bila hanya rasio L31/L33 lebih rendah

dibawah rata-rata.27 Bentuk lengkung gigi menurut Raberin dapat dilihat pada gambar 13.

(18)

2.2.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Bentuk Lengkung Gigi

Menurut Van Der Linden, faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan dan karakteristik lengkung gigi adalah sebagai berikut:6

a. Fungsi rongga mulut

Fungsi rongga mulut dibedakan atas masa neonatal dan postnatal. Fungsi rongga mulut masa neonatal antara lain infantile suckling dan swallowing, pemeliharaan jalan nafas, menangis, batuk dan gagging. Sedangkan fungsi rongga mulut postnatal adalah untuk mengunyah, ekspresi wajah, berbicara, penelanan matur, dan posisi rahang sesuai regulasi neural.

b. Kebiasaan oral

Kebiasaan oral seperti mengisap ibu jari atau jari-jari tangan, bernafas melalui mulut, dan tongue thrusting dapat memengaruhi bentuk lengkung gigi. Kebiasaan oral terjadi pada awal kehidupan, peran kebiasaan oral terhadap perubahan dan karakteristik lengkung gigi tergantung dari frekuensi, intensitas, lama durasi.

c. Otot rongga mulut

Otot orofasial dan pengunyahan yang memiliki peran terhadap bentuk lengkung gigi. Gangguan otot cenderung dihubungkan dengan kelainan neuromaskuler, genetik, dan penyakit.

(19)

2.3 Hubungan Tipe Wajah dengan Bentuk Lengkung Gigi

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk membuktikan apakah ada hubungan anatara tipe wajah dan bentuk lengkung gigi dan ternyata penelitian-penelitian tersebut membuktikan bahwa ada hubungannya serta hal tersebut sangat mempengaruhi rencana perawatan ortodonti. Ricketts dkk., Enlow dan Hans, dan Wagner dan Chung meyatakan bahwa individu yang memiliki wajah panjang cenderung memiliki dimensi lengkung gigi yang cenderung sempit sedangkan individu yang memiliki wajah pendek memiliki dimensi lengkung gigi yang cenderung lebih lebar.8 Hasil penelitian Haider dan Fakhri pada 72 individu Iraqi menyatakan bahwa tipe wajah yang paling umum pada kedua gender adalah tipe wajah mesoprosopic, diikuti oleh euryprosopic, dimana tipe wajah yang paling jarang dijumpai adalah tipe wajah leptoprosopic. Sedangkan, bentuk lengkung gigi yang paling sering dijumpai pada kedua gender adalah bentuk tipe sedang (ovoid) dengan tipe wajah mesoprosopic, diikuti oleh bentuk lengkung lebar (square), dan bentuk lengkung sempit (tapered).10Pada penelitian Kageyama dkk. menyatakan bahwa individu dengan wajah brachyfacial dan hypodivergent cenderung memiliki bentuk lengkung gigi yang lebar (square) dibandingkan dengan tipe wajah yang lainnya.E.H Angle membuktikan bahwa tipe wajah dolichochephalic lebih sering memiliki lengkung yang sempit (tapered) dan panjang, sedangkan pada tipe wajah

(20)
(21)

2.5 KERANGKA KONSEP

Tipe Wajah

- Euryprosopic

- Mesoprosopic

- Leptoprosopic

Bentuk Lengkung Gigi

- Square

- Ovoid

- Tapered

Pengukuran Tipe Wajah: Facial Index

Penentuan Bentuk Lengkung:

Gambar

Gambar 2. Fotografi ekstra oral . ( 1) Foto frontal wajah dengan bibir  dalam keadaan istirahat , (2)Foto frontal wajah dengan bibir tersenyum, (3) Foto profil wajah sebelah kanan dengan bibir dalam keadaan istirahat , (4) Foto profil wajah 45̊  dengan bibir tersenyum17
gambar 4.
Gambar 4.  (1) Foto frontal bibir tersenyum, (2) Foto profil, (3) Foto profil 45° bibir  tersenyum17
Gambar 5. Titik-titik yang diperlukan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tipe garis lengkung senyum pada siswi perempuan SMA Harapan 1 Medan adalah tipe garis lengkung senyum konveks (curved) dengan persentase 90,47%, diikuti tipe garis lengkung

subjek memiliki asimetri wajah dan asimetri lengkung gigi pada sisi kiri lebih lebar.. Sebanyak 2,7% (n=1) memiliki asimetri wajah pada sisi kiri lebih

berjejal dengan ukuran gigi dan dimensi lengkung pada mahasiswa Fakultas Kedokteran. Gigi Universitas Sumatera Utara yaitu semakin besar ukuran gigi maka

Kesimpulan penelitian yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara gigi berjejal dengan ukuran gigi dan dimensi lengkung pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Hubungan Tipe Wajah dan Ukuran Lebar Lengkung Gigi mahasiswa suku Tamil India-Malaysia Fakultas Kedokteran Gigi USU ....

Tipe wajah ditentukan melalui rumus facial index, sedangkan ukuran lebar lengkung gigi didapatkan dari hasil pengukuran jarak interkaninus, interpremolar dan intermolar.. Data

16 Namun, penelitian mengenai tipe wajah dan juga lebar lengkung gigi pada masyarakat suku Tamil India-Malaysia masih sangat sedikit dilakukan, padahal suatu standar estetik

Tipe garis lengkung senyum pada siswi perempuan SMA Harapan 1 Medan adalah tipe garis lengkung senyum konveks ( curved ) dengan persentase 90,47%, diikuti tipe garis lengkung