• Tidak ada hasil yang ditemukan

Determinan Tindakan Sadari Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Wanita Usia Subur (Wus) Di Desa Pasar Rawa Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Determinan Tindakan Sadari Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Wanita Usia Subur (Wus) Di Desa Pasar Rawa Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Tahun 2015"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1. Pengertian Perilaku

Telah banyak para ahli mendefinisikan perilaku, namun definisi tersebut hampir sama antara satu dengan yang lain. Bila ditinjau dari aspek biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2010) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (Rangsangan dari luar). Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses : Stimulus-Organisme- Respon, sehingga teori Skinner ini disebut teori “SOR”.

Berdasarkan Teori SOR, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :

a. Perilaku tertutup (Covert behavior) ; Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus.

(2)

Berdasarkan pembagian domain oleh Bloom, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi tingkat ranah perilaku sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010).

a. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).

b. Sikap (Attitude)

Sikap adalah respons tertutup terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.

c. Tindakan atau Praktik (Practice)

Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.

2.1.2 Determinan Perilaku Kesehatan

(3)

sarana/fasilitas, informasi.Ketiga, faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku kelompok referensi, seperti petugas kesehatan, kepala kelompok atau peer group.

Selain itu perilaku manusia juga merupakan resultant dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal.Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, dan sikap. Gejala kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pengalaman, keyakinan, sarana fisik, dan sosiobudaya masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

Kurt Lewin (1970) dalam teorinya berpendapat bahwa perilaku manusia adalah keadaaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restrining forces).Perilaku itu dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri seseorang. Sehingga ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang itu, yakni :

a. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi adanya stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan perilaku. b. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi adanya

stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut.

(4)

Teori lewin menganut konsep bahwa individu hidup pada lingkup kehidupan sosial (masyarakat). Di dalam kehidupan ini individu akan bernilai, baik positif maupun negatif, di suatu daerah atau wilayah tertentu. Apabila seseorang keadaannya atau berada pada daerah positif, maka berarti ia ditolak dari daerah negatif. Implikasinya di dalam kesehatan adalah, penyakit atau sakit adalah suatu daerah negatif sedangkan sehat adalah wilayah positif.

Apabila individu bertindak untuk melawan atau mengobati penyakitnya, ada empat variabel kunci yang terlibat di dalam tindakan tersebut menurut teori health belif model (HBM) yakni kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit,

keseriusan yang dirasakan, manfaat yang diterima dan rintangan yang dialami dalam tindakannya melawan penyakitnya, dan hal-hal yang memotivasi tindakan tersebut.

1. Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility)

Agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia harus merasakan bahwa ia rentan (susceptible) terhadap penyakit tersebut. Dengan kata lain, suatu tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit akan timbul bila seseorang telah merasakan bahwa ia atau keluarganya rentan terhadap penyakit tersebut.

2. Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness)

(5)

dibandingkan dengan flu. Oleh karena itu tindakan pencegahan polio akan lebih banyak dilakukan bila dibandingkan dengan pencegahan flu.

3. Manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan (Perceived benefits and barriers). Apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit-penyakit yang

dianggap gawat, ia akan melakukan tindakan tertentu. Tindakan ini akan tergantung pada manfaat yang dirasakan dan rintangan-rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. Pada umumnya manfaat tindakan lebih menentukan daripada rintangan–rintangan yang mungkin ditemukan di dalam melakukan tindakan tersebut.

4. Isyarat atau tanda-tanda (Cues)

Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan, kegawatan dan keuntungan tindakan, maka diperlukan isyarat-isyarat yang berupa faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut, misalnya pesan-pesan pada media massa, nasehat atau anjuran kawan-kawan atau anggota keluarga lain dari si sakit, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

2.2. Kanker Payudara 2.2.1. Pengertian

(6)

Kanker payudara adalah suatu penyakit dimana terjadi pertumbuhan berlebihan atau perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel (jaringan) payudara (Nugroho, 2011).

Kanker payudara (carsinoma mammae) adalah kanker yang terjadi pada payudara karena adanya pertumbuhan yang tidak terkendali dari sel-sel kelenjar dan salurannya (Nisman, 2011).

Gambar 2.1 Pasien yang Terkena Kanker Payudara 2.2.2. Etiologi dan Faktor Resiko

(7)

yang menyebabkan seseorang atau sekelompok orang mempunyai kemungkinan lebih besar menderita penyakit, cedera, atau komplikasi (Nisman, 2011).

Menurut Nugroho (2011), faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:

a. Faktor reproduksi

Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan resiko terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas (wanita yang belum pernah melahirkan anak yang viable atau hidup), menarche (menstruasi pertama) pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua (kehamilan pertama di atas 30 tahun).

Resiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur. Secara anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahya umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause, sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.

b. Penggunaan hormon

Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dari Haevaed School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen replacement.

(8)

ini untuk waktu yang lama memiliki resiko yang tinggi untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel yang sensitif terhadap rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas.

c. Penyakit fibrokistik

1) Pada wanita dengan adenosis fibroadenoma, dan fibrosis tidak ada peningkatan resiko terjadinya kanker payudara.

2) Pada hiperplasis dan papilloma, resiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. 3) Sedangkan pada hyperplasia atipik, resiko meningkat hingga 5 kali.

d. Obesitas

Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap terjadinya kanker ini di negara-negara barat dan bukan barat serta perubahan sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini.

e. Konsumsi lemak

Lemak diperkirakan sebagai suatu faktor resiko terjadinya kanker payudara.Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan kanker payudara pada wanita umur 34-59 tahun.

f. Radiasi

(9)

disimpulkan bahwa resiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya paparan.

g. Riwayat keluarga dan faktor genetik

Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan resiko keganasan pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara.

Pada studi genetik ditemukan pada kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. Faktor usia sangat berpengaruh sekitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60 tahun. Resiko terbesar usia 75 tahun.

h. Lainnya

Faktor lain yang diduga sebagai penyebab kanker payudara adalah tidak menikah, menikah tetapi tidak memiliki anak, melahirkan anak pertama sesudah 35 tahun, tidak pernah menyusui anak.

(10)

Faktor risiko tersebut dapat digolongkan menjadi 2 bagian yaitu faktor resiko tidak dapat dirubah dan dapat dirubah.Faktor resiko tidak dapat dirubah artinya merupakan sifat bawaan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker bawaan, sedangkan faktor resiko dapat dirubah yaitu faktor yang bukan berasal dari sifat bawaan.Sebagian kecil (5-10%) kanker payudara berasal dari kalangan keluarga resiko tinggi terkena kanker payudara (Saryono, 2009).

2.2.3. Patofisiologi

Menurut Nugroho (2011), sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri tahap inisiasi dan promosi. a. Fase inisiasi

Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel alamiah rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.

b. Fase promosi

(11)

promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).

2.2.4. Stadium Kanker payudara

Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ke tempat lain (Rukiyah, 2012).

Menurut Nugroho (2011), banyak sekali cara untuk menentukan stadium kanker payudara, namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari World Health Organization) / AJCC (American Cancer Society dan American College of Surgeon).

TNM merupakan singkatan dari T yaitu tumor size atau ukuran tumor, N yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan M yaitu metastasis atau penyebaran

jauh. Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut: a. T (tumor size), ukuran tumor:

1) T 0 : tidak ditemukan tumor primer

(12)

5) T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama. b. N (node), kelenjar getah bening regional:

1) N 0 : tidak terdapat metastasis pada kelenjar getah bening regional di ketiak/aksila.

2) N 1 : ada metastasis ke kelenjar getah bening aksila yang masih dapat digerakkan.

3) N 2 : ada metastasis ke kelenjar getah bening asila yang sulit digerakkan. 4) N 3 : ada metastasis ke kelenjar getah bening di atas tulang selangka

(supraclavicula) atau pada kelenjar getah bening di mammary interna di dekat tulang sternum.

c. M (metastasis), penyebaran jauh:

1) M x : metastasis jauh belum dapat dinilai. 2) M 0 : tidak terdapat metastasis jauh. 3) M 1 : terdapat metastasis jauh.

Setelah masing-masing faktor TNM didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:

a. Stadium 0 : T0 N0 M0

(13)

b. Stadium I : T1 N0 M0

Pada stadium ini, benjolan kanker tak lebih dari 2 cm, tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening regional di ketiak/aksila dan tidak terdapat metastasis jauh.

c. Stadium IIA : T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0

1) Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tapi ditemukan pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak.

2) Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan pada titik-titik pada saluran getah bening di ketiak.

3) Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm. Belum menyebar ke titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak.

d. Stadium IIB : T2 N1 M0 / T3 N0 M0

1) Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak melebihi 5 cm dan telah menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak.

2) Diameter tumor lebih lebar dari 5 cm tapi belum menyebar. e. Stadium IIIA : T0 N2 M0 / T1 N2 M0 /T2 N2 M0 / T3 N1 M0

1) Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, dan telah menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak yang sulit digerakkan. 2) Diameter tumor lebih kecil dari 2 cm dan telah menyebar pada

titik-titik di pembuluh kelenjar getah bening ketiak yang sulit digerakkan 3) Diameter tumor antara 2-5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada

(14)

4) Diameter tumor lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening ketiak.

f. Stadium IIIB : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0

Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga luka bernanah di payudara atau didiagnosis sebagai Inflammatory Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar

ke titik-titik pada pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.

g. Stadium IIIC : Tiap T N3 M0

Sebagaimana stadium IIIB, tetapi telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening dalam group N3 (Kanker telah menyebar lebih dari 10 titik disaluran getah bening dibawah tulang selangka).

h. Stadium IV : Tiap T-Tiap N-M1

(15)

Gambar 2.2 Tahap-Tahap Penyakit Kanker Payudara 2.2.5. Gejala Klinis

Menurut Handoyono, gejala klinis kanker payudara dapat berupa: a. Benjolan pada payudara

Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada putting susu.

b. Erosi putting susu

(16)

1) Pendarahan pada putting susu

2) Rasa sakit pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau apabila sudah muncul metastase ke tulang-tulang. 3) Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak

pada lengan dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh (Rukiyah, 2012). 2.2.6. Lokasi Kanker Payudara

Menurut Purwoastuti (2008), untuk menentukan lokasi tumor payudara dibagi menjadi 4 kuadran dan 1 daerah sentral, sebagai berikut :

a. Kuadran lateral (pinggir) atas merupakan lokasi yang paling sering terkena (44%).

b. Kuadran lateral bawah sekitar 16%. c. Kuadran medial (tengah) atas sekitar 15%.

d. Kuadran medial bawah merupakan lokasi yang paling jarang terkena (4%). e. Daerah sentral adalah sekitar putting susu (areola) sekitar 21%.

Gambar 2.3 Skema Lokasi Kanker Payudara 1. (44%) 2. (15%)

3. (16%) 4. (4%) 5. (21%)

(17)

2.2.7. Strategi Pencegahan

Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini (Rukiyah, 2012).

Begitu pula pada kanker payudara pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer dimaksudkan untuk mengeliminasi dan meminimalisasi pajanan penyebab dan faktor resiko kanker termasuk mengurangi kerentanan individu terhadap efek dari penyebab kanker. Selain faktor protektif yang akan mengurangi kemungkinan seseorang terserang kanker. Pendekatan pencegahan ini memberikan peluang paling besar dan sangat cost effective dalam pengendalian kanker tetapi membutuhkan waktu yang lama.

Memberikan edukasi tentang prilaku hidup sehat (mengkonsumsi sayur dan buah dan berolahraga dll).

b. Pencegahan sekunder

Deteksi dini dan pengobatan segera

(18)

1. Penapisan

Penapisan adalah upaya pemeriksaan atau tes yang sederhana dan mudah yang dilaksanakan pada populasi masyarakat sehat yang bertujuan untuk membedakan masyarakat yang sakit atau beresiko terkena penyakit di antara masyarakat yang sehat. Sebagai contoh, pemeriksaan klinis payudara untuk penapisan kanker payudar

2. Penemuan dini

Penemuan dini adalah upaya pemeriksaan pada masyarakat yang telah merasakan adanya gejala dengan meningkatkan kesadaran pada masyarakat. Sebagai contoh adalah melakukan SADARI.

c. Pencegahan tertier 1. Diagnosis dan Terapi

Diagnosis kanker payudara membutuhkan kombinasi antara kajian klinis dan investigasi diagnostik. Tujuan dari pengobatan adalah menyembuhkan, memperpanjang harapan hidup, dan meningkatkan kualitas hidup. Prioritas pengobatan harus ditujukan pada kanker dengan stadium awal dan yang ;lebih berpotensi untuk sembuh. Standar pengobatan kanker meliputi operasi, radiasi, kemoterapi dan hormonal yang disesuaikan dengan tindakan patologi

2. Pelayanan Paliatif

(19)

rehabilitasi dan terkoordinasi dengan pelayanan paliatif untuk memastikan peningkatan kualitas hidup pasien kanker (KMK No 796 tentang kanker payudara).

2.2.8. Pengobatan

Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada stadium klinik penyakit yaitu:

a. Mastektomi

Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada tiga jenis mastektomi: 1) Modified Radical Mastektomy

Yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka, dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.

2) Total (Simple Mastektomi)

Yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja tetapi bukan di kelenjar ketiak.

3) Radical Mastektomi

Yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara.Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel

kanker bukan seluruh payudara. b. Radiasi

(20)

c. Kemotrapi

Kemotrapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara tapi juga di seluruh tubuh.

d. Terapi hormon

Hal ini dikenal sebagai “terapi anti-estrogen” yang sistem kerjanya memblok kemampuan hormon estrogen dalam menstimulus perkembangan kanker payudara.

e. Pengobatan Herceptin

Adalah terapi biological yang dikenal efektif melawan HER2-positif pada wanita yang mengalami kanker payudara stadium II, III, dan IV dengan penyebaran sel kankernya (KMK No 796 tentang kanker payudara).

2.2.9. Prognosis Kanker Payudara

Berdasarkan data yang didapatkan dari PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah

Onkologi Indonesia) pada tahun 2003, didapatkan data prognosis daya tahan hidup

penderita kanker payudara (survival rate) per stadium adalah sebagai berikut :

1. Stadium 0 : 10 tahun survival ratenya 98% (nonpalpablebreast cancer yang terdeteksi oleh mammografi/ USG)

(21)

5. Stadium IV : 5 tahun survival ratenya 15% (KMK No. 796 tentang kakner payudara).

2.3. SADARI

2.3.1 Pengertian SADARI

SADARI (periksaan payudara sendiri) adalah pengembangan kepedulian seseorang wanita terhadap kondisi payudara sendiri. Tindakan ini dilengkapi dengan langkah-langkah khusus untuk mendeteksi secara awal penyakit kanker payudara. Kegiatan ini sangat sederhana dan dapat dilakukan oleh semua wanita tanpa perlu merasa malu kepada pemeriksa, tidak membutuhkan biaya, SADARI hanya membutuhkan waktu selama lima menit. Cukup dilakukan saat mandi atau pada saat berbaring. SADARI sebaiknya mulai dilakukan saat seorang wanita sudah mengalami menstruasi (Kristiyansari, 2009).

2.3.2. Manfaat SADARI

(22)

2.2.3. Tujuan SADARI

Pemerikasaan payudara sendiri dilakukan dengan tujuan adalah sebagai berikut:

a. SADARI hanya mendeteksi secara dini kanker payudara, bukan untuk mencegah kanker payudara. Dengan adanya deteksi dini maka kanker payudara dapat terdeteksi pada stadium awal hingga pengobatan dini akan meningkatkan kemungkinan penyembuhan (Prognosis) pasien dan memperpanjang harapan hiduppenderita kanker payudara.

b. Menurunkanangka kematian penderita karena kanker

c. Mendeteksi dini apabila terdapat benjolan pada payudara, terutama yang dicurigai ganas sehingga dapat menurunkan angka kematian (Nugroho, 2011). 2.3.4. Waktu Melakukan SADARI

Waktu yang tepat untuk melakukan SADARI adalah satu minggu setelah selesai haid. Jika siklus haid telah berhenti, maka sebaiknya dilakukan periksa payudara sendiri pada waktu yang sama setiap bulannya dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukannya tidak lebih dari 5 menit (Nugroho, 2011).

(23)

familiar terhadap payudaranya dengan melakukan SADARI secara rutin maka dia akan lebih mudah mendeteksi keabnormalan pada payudaranya sejak awal atau mengetahui bahwa penemuanya adalah normal atau tidak berubah selama bertahun-tahun. Wanita yang belum menopouse sebaiknya melakukan SADARI setelah menstruasi sebab perubahan hormonal meningkatkan kelembutan dan pembengkakan pada payudara sebelum menstruasi (Nugroho, 2011)

2.3.5. Langkah-langkah SADARI

Langkah 1: Melihat kearah cermin dengan posisi pundak tegap dan kedua tangan di pinggang.

Gambar 2.4. Bercermin Dengan Kedua Tangan di Pinggang

(24)

Langkah 2

Gambar 2.5. Pengangkatan Kedua Tangan Cermati Setiap Perubahan pada Payudara

Periksa payudara dengan tangan diangkat diatas kepala.Dengan maksud untuk melihat perlekatan tumor terhadap otot atau dibawahnya.Setelah itu angkat kedua lengan untuk melihat apakah ada kelainan pada payudara.Kembali mengamati perubahan yang terjadi pada payudara anda, seperti perubahan warna, tarikan, tonjolan, kerutan perubahan bentuk putting atau permukaan kulit yang menjadi kasar. Langkah 3

Gambar 2.6.Pemencetan Puting, Perhatikan Cairan yang Keluar

(25)

Langkah 4

Gambar 2.7.Pemijatan Payudara Sambil Berbaring

Berikutnya, rasakan payudara dengan cara berbaring. Gunakan tangan kanan untuk merasakan payudara kiri, begitu sebaliknya. Gunakan pijatan pelan namun mantap (tapi bukan keras) dengan tiga ujung anda (telunjuk, tengah, dan manis). Jaga posisi ujung jari datar terhadap permukaan payudara.Gunakan gerakan memutar, sekali putaran mencakup seperempat bagian payudara.

(26)

Langkah 5

Gambar 2.8. Pemijatan Payudara Saat Mandi

Terakhir, rasakan payudara saat anda berdiri atau duduk.Atau saat mandi karena bagi sebagian wanita, mereka merasa lebih mudah memijat saat kulit payudara dalam keadaan basah dan licin. Lakukan dengan gerakan yang sama seperti dijelaskan dalam langkah ke-4 dan yakinkan bahwa seluruh payudara sudah ter-cover oleh rabaan tangan (Dinawati dalam Syahfitri, 2012).

2.4. Wanita Usia Subur

Wanita usia subur adalah wanita yang berusia antara 15 - 49 tahunyang berada dalam masa reproduksi dan mulai ditandai dengan timbulnya haid yang pertama kali (menarche) dan diakhiri dengan masa menopouse (BKKBN, 2007).

(27)

hamil berkurang hingga menjadi 40%. Setelah usia 40 wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil (Suprayanto, 2011).

2.5. Landasan Teori

(28)

dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Variabel sosiopsikologi meliputi dorongan dari peer group atau reference group, sedangkan variabel struktural mencakup pengetahuan, pengalaman seseorang dan riwayat keluarga yang menjadikan dia berperilaku sehat. Variabel sosiodemografi, sosiopsikologi dan struktural mempengaruhi persepsi individu maka secara tidak langsung mempengaruhi perilaku yang berhubugan dengan kesehatan (health-related behavior).

Bagan Teori Health Belief Model

Gambar 2.9. Health Belief Model (Irwin Rosentock, 1974) Variabel demografis (umur,

jenis kelamin, suku bangsa atau kelompok etnis), variabel sosial psikologis (peer dan reference groups, kepribadian, pengalaman sebelumnya) variabel struktural (kelas sosial, akses ke pelayanan kesehatan, pengetahuan, dilihat mengenai gejala dan penyakit.

(29)

2.6. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.10. Kerangka Konsep Penelitian Faktor Sosiodemografi

Umur

Faktor Sosiopsikologi Dorongan dari peer group Struktural

Pengetahuan

Riwayat keluarga TINDAKAN

SADARI

Gambar

Gambar 2.1  Pasien yang Terkena Kanker Payudara
Gambar 2.2 Tahap-Tahap Penyakit Kanker Payudara
Gambar 2.4. Bercermin Dengan Kedua Tangan di Pinggang
Gambar 2.5. Pengangkatan Kedua Tangan Cermati Setiap Perubahan pada  Payudara
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pembukaan UUD 1945 itu menurut sejarah terjadinya,ditendukan oleh Pembukaan NegARA (PPKI) sebagai penjelmaan kehendaknya yang dalam hakikatnya

Latar Belakang: Tahapan menopause bisa menimbulkan sekumpulan tanda dan gejala. Ini yang akan membuat sebagian perempuan mengalami gejala psikologis yang sering muncul

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses perkecambahan pada saat dilakukan scale up dibandingkan dengan skala kecil, yaitu (1) jumlah kacang Nagara dalam

ini biasanya digunakan inang alternatif, yaitu telur serangga hama gudang yang dapat tersedia sepanjang waktu. Salah

Dengan pengolahan data yang sebaik-baiknya dapat menyajikan informasi yang baik dan akurat untuk meminimalkan setiap aktivitas di bagian perpustakaan. Pembangunan aplikasi

Dalam penulisan ilmiah ini penulis menggunakan program aplikasi Macromedia Flash 8.0 yang sudah dikenal sebagai program aplikasi pembuat animasi dan juga dengan menggunakan

Terdapat penyedia yang meminta penjelasan terhadap dokumen pengadaan paket pekerjaan Pengadaan Makan Tahanan Polres Badung dan Polsek Jajaran Tahun Anggaran 2016

Rasulullah tidak menetapkan pengganti baginda selepas kewafatannya. Oleh itu, berlaku perselisihan pendapat di kalangan umat Islam untuk mencari pengganti