• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kinerja Bidan Dalam Pelayanan Ibu Hamil (ANC) di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kinerja Bidan Dalam Pelayanan Ibu Hamil (ANC) di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Konsep Kinerja Bidan

2.1.1. Kinerja

Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini. Hal tersebut terjadi sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan prima atau pelayanan yang bermutu tinggi. Mutu tidak terpisahkan dari standar, karena kinerja diukur berdasarkan standar (Sea–Nurs, 2003).

Kata kinerja (performance) dalam konteks tugas, sama dengan prestasi kerja. Para pakar banyak memberikan definisi tentang kinerja secara umum seperti yang dirangkum oleh Sea-Nurs (2003), dan dibawah ini disajikan beberapa diantaranya: 1. Kinerja: adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi

pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu (Bernardin dan Russel, 1993).

2. Kinerja: Keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan (As'ad, 1991).

3. Kinerja adalah pekerjaan yang merupakan gabungan dari karakteristik pribadi dan pengorganisasian seseorang (Kurb, 1986).

(2)

Beberapa pengertian kinerja atau prestasi kerja atau unjuk kerja dikemukakan oleh sejumlah penulis buku Manajemen Sumber Daya Manusia diantaranya pendapat Ilyas (2003) menyatakan bahwa kinerja adalah penampilan hasil kerja personal baik secara kualitas dan kuantitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan hasil personal individu atau organisasi dan tidak terbatas kepada pemangku jabatan struktural ataupun fungsional semata.

Menurut Rivai (2005), kinerja pada hakikatnya merupakan prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan itu.

2.1.2. Penilaian Kinerja

Suatu kegiatan penilaian kinerja harus didasarkan pada perilaku personil yang berkaitan dengan pekerjaan serta hasil yang diharapkan dari proses pekerjaan itu. Suatu perusahaan atau organisasi menuntut setiap personil untuk bekerja keras sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pada penilaian kinerja, sifat-sifat pekerja, karakter dan kepribadian personil yang memang sifatnya unik dan sangat pribadi tidak dimasukkan dalam kriteria penilaian (Ilyas, 2003).

Robbins (2001) mengatakan tiga kriteria yang paling umum dalam mengevaluasi kinerja, yaitu hasil kerja perorangan, perilaku dan sifat, sebagai berikut:

(3)

2. Perilaku. Penilaian perilaku dilakukan bila terdapat kesulitan untuk mengidentifikasi hasil tertentu sebagai hasil langsung dari kegiatan seorang pekerja. Hal ini terutama pada pekerja sebagai bagian dari kelompok kerja.

3. Sifat. Merupakan bagian yang paling lemah dari kriteria penilaian kinerja, sebab akhirnya sering dihilangkan dari kinerja aktual dari pekerjaan itu sendiri. Sifat-sifat yang dinilai seperti sikap yang baik, rasa percaya diri, inisiatif, loyalitas dan lainnya.

Sigit (2003) mengatakan bahwa ada empat pendekatan dalam penilaian kinerja yaitu pendekatan watak (trait approach), pendekatan perilaku (behavioral approach), pendekatan hasil (result approach) dan pendekatan kontijensi (contingency approach). Pendekatan kontijensi tidak memiliki kriteria tertentu dalam penilaian kinerja, namun menyatakan bahwa masing-masing pendekatan dapat digunakan tergantung pada situasinya, sehingga tidak ada kriteria pendekatan penilaian yang mutlak.

Menurut Dreher dan Dougherty (2001), pengukuran kinerja karyawan secara umum terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu penilaian terhadap hasil kerja (result - oriented performance measures) dan penilaian terhadap proses kerja (process oriented and human judgment system).

Menurut para ahli, penilaian kinerja dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak, yaitu:

(4)

organisasi yang merasa penilaian tersebut mengandung kecacatan, karena ada atasan langsung yang enggan sebagai penentu dari karir bawahannya (Robbins, 2001).

2. Rekan kerja. Merupakan salah satu sumber paling handal dari data penilaian, karena, interaksi yang terjadi menyebabkan rekan sekerja mengenal secara menyeluruh kinerja seorang karyawan. Penilaian dari rekan sekerja sering berguna bagi penilaian kinerja pekerja profesional seperti perawat, pengacara dan guru besar (Dreher dan Dougherty, 2001). Kelemahan dari penilai ini adalah rekan sekerja tidak bersedia untuk saling menilai, dan hasil yang bias karena prasangka ataupun disebabkan hubungan persahabatan (Robbins, 2001).

3. Diri sendiri. Penilaian diri sendiri cenderung mengurangi kedefensifan para karyawan mengenai proses penilaian. Kelemahan cara penilaian diri sendiri adalah hasil penilaian yang sangat dibesar-besarkan, serta hasil penilaian diri sendiri dengan penilaian oleh atasan seringkali tidak cocok (Robbins, 2001). 4. Menurut Dreher dan Dougherty (2001) serta Robbins (2001), penilaian cara ini

berguna sebagai bagian dari konseling kinerja ataupun feedback dari atasan terhadap bawahan, jadi lebih berguna untuk pengembangan, bukan untuk maksud evaluatif.

(5)

6. Penilaian 360 derajat. Merupakan penilaian kinerja menyeluruh dari segala arah, sehingga seorang pekerja mendapat feedback dari berbagai sumber, yaitu dari atasan langsung, dari rekan sekerja, dari bawahan, penilaian diri sendiri dan dari pelanggan baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal (Dreher dan Dougherty, 2001).

2.1.3. Tujuan Penilaian/Evaluasi Kinerja

Tujuan evaluasi kinerja secara umum adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja individu melalui peningkatan kinerja dalam upaya peningkatan produktivitas organisasi dan secara khusus dilakukan dalam kaitannya dengan berbagai kebijakan terhadap pegawai seperti untuk tujuan promosi, kenaikan gaji pendidikan dan latihan, sehingga penilaian kinerja dapat menjadi landasan untuk penilaian sejauh mana kegiatan dilaksanakan (Hariandja, 2002).

Pendapat Gibson tentang evaluasi terhadap kinerja bertujuan untuk mengembangkan karyawan melalui sistem yang diterapkan dalam organisasi bersangkutan serta untuk mencapai kesimpulan evaluatif atau kata putus tentang prestasi kerja (Gibson, 1995).

(6)

sehari-hari. Menurut Hariandja, (2002), arti pentingnya penilaian kinerja secara lebih rinci dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Sebagai perbaikan kinerja dan memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengambil tindakan-tindakan perbaikan untuk meningkatkan kinerja melalui feedback yang diberikan oleh organisasi;

2. Penyesuaian gaji dan dapat dipakai sebagai informasi untuk mengompensasi pegawai secara layak sehingga dapat memotivasi mereka;

3. Keputusan untuk penempatan, yaitu dapat dilakukan penempatan pegawai sesuai dengan keahliannya;

4. Pelatihan dan pengembangan, yaitu penilaian akan diketahui kelemahan-kelemahan dari pegawai sehingga dapat dilakukan program pelatihan dan pengembangan yang lebih efektif;

5. Perencanaan karier, yaitu organisasi dapat memberikan bantuan perencanaan karier bagi pegawai dan menyelaraskannya dengan kepentingan organisasi;

6. Mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dalam proses penempatan, yaitu kinerja yang tidak baik menunjukkan adanya kelemahan dalam penempatan sehingga dapat dilakukan perbaikan;

(7)

8. Meningkatkan adanya perlakuan kesempatan yang sama pada pegawai, yaitu dengan dilakukannya penilaian yang obyektif berarti meningkatkan perlakuan yang adil bagi pegawai;

9. Dapat membantu pegawai mengatasi masalah yang bersifat eksternal, yaitu dengan penilaian kinerja atasan akan mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya kinerja yang jelek sehingga atasan dapat membantu menyelesai-kannya;

10.Umpan balik pada pelaksanaan fungsi manajemen sumber daya manusia yaitu dengan diketahuinya kinerja pegawai secara keseluruhan, ini akan menjadi informasi sejauh mana fungsi sumber daya manusia berjalan dengan baik atau tidak;

2.1.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja

Beberapa teori menerangkan tentang faktor-faktor yang memengaruhi kinerja seorang baik sebagai individu atau sebagai individu yang ada dan bekerja dalam suatu lingkungan. Pendapat Timple (1999) tentang faktor-faktor yang memengaruhi kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu.

(8)

Faktor Eksternal dan faktor Internal ini merupakan jenis-jenis atribusi yang memengaruhi kinerja seseorang. Jenis-jenis atribusi yang dibuat para karyawan memiliki sejumlah akibat psikologis dan berdasarkan kepada tindakan. Seseorang karyawan yang menganggap kinerjanya baik berasal dari faktor-faktor internal seperti kemampuan atau upaya, diduga orang tersebut akan mengalami lebih banyak perasaan positif tentang kinerjanya dibandingkan dengan jika ia menghubungkan kinerjanya yang baik dengan faktor eksternal.

Menurut Mangkunegara (2006) faktor yang memengaruhi pencapaian kinerja terbagi menjadi dua bagian yaitu faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation)

a. Faktor Kemampuan (Ability)

Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill) artinya pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110 – 120) apalagi IQ superior dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya akan lebih mudah mencapai kinerja yang maksimal.

b. Faktor Motivasi (Motivation)

(9)

kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.

Teori Gibson (1996) menyatakan terdapat tiga kelompok variabel yang memengaruhi kinerja dan perilaku yaitu: (1) variabel individu, yang meliputi kemampuan dan ketrampilan, fisik maupun mental, latar belakang, pengalaman dan demografi, umur dan jenis kelamin, asal usul dan sebagainya. Kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor utama yang memengaruhi kinerja individu, sedangkan demografi mempunyai hubungan tidak langsung pada perilaku dan kinerja, (2) variabel organisasi, yakni sumber daya, kepemimpinan, imbalan (insentif), struktur dan desain pekerjaan, (3) variabel psikologis, yakni persepsi, sikap, kepribadian, belajar, kepuasan kerja dan motivasi. Persepsi, sikap, kepribadian dan belajar merupakan hal yang kompleks dan sulit diukur serta kesempatan tentang pengertiannya sukar dicapai, karena seseorang individu masuk dan bergabung ke dalam suatu organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang, budaya dan ketrampilan yang berbeda satu sama lainnya.

(10)

memungkinkan seseorang/individu berperilaku seperti yang diharapkan antara lain adanya pelatihan yang diperlukan, faktor sarana seperti tempat kerja, alat transport, pedoman kerja, dana dan sebagainya, sedangkan faktor reinforcing yaitu yang mendukung seseorang untuk berperilaku, seperti untuk penampilan kerja, antara lain dukungan pimpinan, teman sekerja, dukungan sosial (masyarakat), dukungan-dukungan pemerintah dan lain sebagainya. Dalam kaitan dengan kinerja maka ketiga faktor itu memengaruhi perilaku seseorang. Dengan pemikiran bahwa perilaku berhubungan erat dengan kinerja maka ketiga faktor yang dikemukakan oleh L.W. Green (1980) merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja seseorang termasuk kinerja bidan.

Zainul (2008) menambahkan faktor-faktor yang memengaruhi kinerja:

a. Efektivitas dan efisiensi. Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa kegiatan tersebut efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan mempunyai nilai yang penting dari hasil yang dicapai sehingga mengakibatkan ketidakpuasan walaupun efektif dinamakan tidak efisien. Sebaliknya bila akibat yang dicari-cari tidak penting atau remeh maka kegiatan tersebut efisien.

(11)

menyatakan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan dalam organisasi tersebut .

c. Disiplin. disiplin kegiatan karyawan yang bersangkutan dalam menghormati perjanjian kerja dengan organisasi di mana dia kerja.

d. Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya dan kreativitas dalam bentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Jadi, inisiatif adalah daya dorong kemajuan yang bertujuan untuk memengaruhi kinerja organisasi.

2.1.2. Bidan

2.1.2.1. Pengertian Bidan

Menurut Danim (2003), kata bidan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu widwan yang berarti cakap “membidan”. Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang kewenangannya melakukan tugas pokok dan fungsinya dilegalisasi oleh pemerintah sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku, dicatat (register), diberi izin secara sah untuk menjalankan praktek (Sofyan, 2006).

(12)

secara internasional telah diakui oleh International Confederation of Widwives (ICM) tahun 1972 dan Federation of International Gynecologist and Obstetritian (FIGO) tahun 1973, WHO dan badan lainnya. Pengertian bidan yaitu seseorang yang telah menyelesaikan Program Pendidikan Bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan di negeri itu (Estiwidani, 2008).

2.1.2.2. Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan

Menurut Sofyan (2006), seorang bidan mempunyai 4 (empat) peran fungsi dan kompetensi yaitu peran sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti/investigator.

1. Peran Sebagai Pelaksana

Sebagai pelaksana, bidan mempunyai tiga kategori tugas yaitu : tugas mandiri, tugas kolaborasi atau tugas kerjasama, dan tugas ketergantungan atau tugas merujuk.

2. Peran Sebagai Pengelola

Sebagai pengelola, bidan mempunyai peran :

a. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat / klien.

(13)

kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.

3. Peran Sebagai Pendidik

Sebagai pendidik, bidan mempunyai peran :

a. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga, dan masyarakat tentang penanggulangan masalah kesehatan khususnya yang berhubungan dengan pihak terkait kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.

b. Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan dan keperawatan serta membina dukun di wilayah atau tempat kerjanya.

4. Peran Sebagai Peneliti / Investigator

Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri maupun secara kelompok di masyarakat.

2.2. Pelayanan Ibu Hamil (ANC)

2.2.1. Antenatal Care (ANC)

Ante natal care (ANC) merupakan kegiatan pengawasan wanita hamil untuk menyiapkan ibu hamil sebaik-baiknya baik fisik maupun mental, serta menyelamatkan ibu dan bayi dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas (Depkes RI, 2009).

(14)

pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan Antenatal Care (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifuddin, 2005).

Pelayanan asuhan antenatal pada ibu hamil dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan) (Depkes RI, 2009).

Bidan sebagai ujung tombak dari pembangunan kesehatan yang berhubungan langsung dengan pelayanan kesehatan masyarakat dapat menjadi faktor pendukung atau pendorong namun juga dapat menjadi faktor penghambat keberhasilan program layanan asuhan antenatal. Dengan pemberian layanan antenatal yang maksimal pada ibu hamil maka akan meningkatkan kunjungan kehamilan (Kemenkes, 2010).

(15)

komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya. Salah satu faktor risiko pada ibu hamil adalah kejadian anemia pada ibu hamil yaitu kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dl (Depkes RI, 2009). Karena itu, petugas kesehatan secara rutin mengukur kadar hemoglobin dalam darah dan melakukan beberapa pengujian terhadap contoh darah ibu hamil. Biasanya pengujian dilakukan pada kunjungan pertama dan pengujian berikutnya pada kehamilan kira-kira 28 minggu. Banyak tenaga kesehatan menyarankan agar semua wanita hamil minum tablet besi sebanyak 90 tablet selama kehamilan (Jones, 2005).

Keuntungan antenatal care adalah diketahuinya secara dini keadaan gangguan, risiko (komplikasi), pada ibu hamil dan janin, sehingga dapat melakukan pengawasan yang lebih intensif, memberikan pengobatan sehingga risikonya dapat dikendalikan, melakukan rujukan untuk mendapatkan tindakan yang adekuat, segera dilakukan terminasi kehamilan (Manuaba, 2010).

2.2.2. Jumlah Kunjungan Antenatal Care

Menurut Kusmiyati (2009), setiap wanita hamil memerlukan minimal 4 (empat) kali kunjungan selama periode antenatal yaitu:

1. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu) 2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)

(16)

Bila ibu hamil mengalami masalah, tanda bahaya atau jika merasa khawatir dapat sewaktu-waktu melakukan kunjungan.

Adanya perbedaan jumlah kunjungan di setiap semester karena semakin tua usia kehamilan, risiko pun semakin besar, antara lain makin banyaknya komplikasi sehingga pemeriksaan pun harus lebih sering dilakukan. Sebaliknya, waktu hamil muda, risiko lebih sedikit dan perkembangan janin pun masih lambat. Pemeriksaan empat minggu sekali dianggap sudah memadai. Kecuali jika ada keluhan-keluhan dari ibu hamil sehingga petugas kesehatan akan melakukan pemeriksaan lebih sering. Ibu hamil sangat memerlukan tenaga kesehatan, tempat ia bisa bertanya tentang segala hal yang ingin dan harus diketahui. Sekedar bertemu dengan dokter atau bidan saja, secara psikis sudah membantu meringankan beban pikiran ibu (Solihah, 2005).

2.2.3. Tujuan Melakukan Antenatal Care (ANC)

Salah satu tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah tercapainya Millennium Development Goals (MDG’s) yaitu penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) 23/100 kelahiran hidup dan anak 32/1000 kelahiran hidup sampai dua pertiganya, serta peningkatan kesehatan ibu dan mengurangi sampai tiga perempat jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) hamil dan melahirkan (102/100.000 kelahiran hidup) melalui antenatal care (Lipoeto, 2011).

Menurut Kusmiyati (2009), tujuan dilakukan ANC adalah sebagai berikut : 1. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan

(17)

2. Mendeteksi dan menatalaksana komplikasi medis, bedah dan atau obstetri selama kehamilan.

3. Mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi komplikasi. 4. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan nifas

normal dan merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial.

Menurut Manuaba (2010), melakukan pengawasan antenatal bertujuan untuk dapat menegakkan secara dini dan menjawab pertanyaan :

1. Apakah kehamilan berjalan dengan baik. 2. Apakah terjadi kelainan bawaan pada janin.

3. Bagaimana fungsi plasenta untuk tumbuh kembang janin. 4. Apakah terjadi penyulit pada kehamilan.

5. Apakah terdapat penyakit ibu yang membahayakan janin.

6. Bila diperlukan, terminasi kehamilan (apakah terminasi dilakukan untuk menyelamatkan ibu, apakah janin dapat hidup di luar kandungan, bagaimana teknik terminasi kehamilan sehingga tidak menambah penyulit ibu atau janin).

7. Bagaimana kesanggupan memberikan pertolongan persalinan dengan memperhitungkan tempat pertolongan itu dilakukan, persiapan alat yang diperlukan untuk tindakan, kemampuan diri sendiri untuk melakukan tindakan.

(18)

meragukan perlu pengawasan intensif, kehamilan dengan risiko tinggi dilakukan rujukan.

2.2.4. Gangguan-Gangguan Kehamilan yang Harus Diperhatikan Selama Kehamilan

2.2.4.1. Gangguan Kehamilan Umum

Menurut Huliana (2005), gangguan-gangguan kehamilan biasa yang terjadi pada ibu hamil dan dapat memengaruhi ke arah yang tidak menyenangkan pada masa kehamilan adalah sebagai berikut :

a. Sering buang air kecil

Rahim yang semakin besar akan mendesak ke bagian depan perut sehingga kandung kemih cepat terasa penuh. Untuk menghindari timbulnya gejala yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin, jagalah kebersihan alat kelamin agar tetap kering dan tidak lecet.

b. Sulit buang air besar

(19)

c. Epulis

Epulis adalah pembengkakan gusi yang terjadi saat hamil. Biasanya, gejala muncul pada trimester pertama. Untuk mengatasinya, ibu harus berhati-hati pada saat menggosok gigi. Pakailah sikap gigi yang halus untuk menghindari terjadinya perdarahan. Gusi yang bengkak akan berdarah jika terluka.

d. Sakit pinggang

Sakit pinggang terjadi karena adanya peregangan tulang-tulang, terutama di daerah pinggang yang sesuai dengan bertambah besarnya kehamilan. Untuk mengatasinya, wanita hamil dilarang mengangkat barang dan membungkuk terlalu lama. Untuk mendapatkan posisi tidur yang nyaman, miringkan posisi tubuh ke kiri atau ke kanan.

e. Varises

Varises adalah proses pelebaran pembuluh darah vena karena pengaruh perubahan hormon. Varises akan muncul di daerah kelamin luar, betis, kaki, dan payudara. Gejala ini akan hilang setelah melahirkan. Untuk mengatasinya, usahakan posisi kaki tidak menggantung pada saat duduk dan jangan berdiri terlalu lama. Jika tidur, usahakan posisi kaki lebih tinggi dari badan. Gunakan bantal yang cukup untuk menyangganya.

f. Keputihan

(20)

mengatasinya, bersihkan alat kelamin dan keringkan dengan baik. Gantilah celana dalam sesering mungkin. Gunakan celana dalam yang terbuat dari bahan katun. g. Wasir

Wasir terjadi di daerah dubur karena adanya tekanan dari kepala bayi. Selain itu, wasir dapat disebabkan oleh proses mengejan yang terlalu berlebihan saat buang air besar. Kadang-kadang, wasir dapat menimbulkan luka karena pecah saat buang air besar yang mengakibatkan perdarahan dan rasa nyeri. Untuk mengatasinya, penderita dianjurkan minum air putih dan jangan berdiri terlalu lama. Hindari sembelit dengan melakukan senam serta mengonsumsi buah-buahan dan sayuran.

h. Kram betis

Kram betis adalah kontraksi betis yang terasa sakit dan kaku. Sering terjadi pada malam hari atau saat peregangan kaki. Untuk mengatasinya, luruskan kaki dan posisi telapak kaki tegak lurus dan biarkan sesaat. Lakukan senam kaki secara rutin, jika perlu kompres dengan air hangat.

i. Rasa gatal

(21)

2.2.4.2. Gangguan Kehamilan Khusus

Gangguan-gangguan kehamilan khusus yang terjadi pada ibu hamil adalah sebagai berikut :

a. Hipertensi kehamilan (pre eklampsia/eklampsia)

Jika berat badan ibu hamil naik lebih dari 1 kg dalam seminggu, terkadang disertai tungkai dan mata kaki yang membengkak, tekanan darah meninggi, air seni keruh, nyeri kepala, dan penglihatan berkunang-kunang, kemungkinan itu merupakan gejala dan tanda pre-eklampsia, yang jika dibiarkan akan masuk ke dalam eklampsia yang disertai kejang-kejang dan koma.

Preeklampsia (preeklampsia) atau toksemia, adalah suatu gangguan yang muncul pada masa kehamilan, umumnya terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu. Pemeriksaan tekanan darah yang rutin dapat membantu mendeteksi adanya preeklampsia karena peningkatan tekanan darah yang drastis setelah usia kehamilan di atas 20 minggu (sistolik di atas 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg; atau peningkatan 30 mmHg untuk sistolik dan 15 mmHg untuk diastolik) merupakan pertanda awal kemungkinan terjadinya preeklampsia. Melalui tes urin dapat dideteksi adanya kandungan protein di urin (proteinuria). Jika terdeteksi, sebaiknya ibu harus lebih sering mengunjungi dokter sekurang-kurangnya sekali seminggu.

b. Muntah terus menerus

(22)

muntah berlebihan, keadaan lemas, dan lemah, sakit pada ulu hati (perut bagian atas), tidak mau makan, berat badan turun, turgor (kekenyalan) kulit berkurang, lidah kering, mata cekung, kecepatan nadi meningkat, dan tekanan darah turun (Manuaba, 2003).

c. Keluar air (cairan ketuban)

Keluarnya air yang merembes atau mengalir dari vagina tanpa atau adanya kontraksi pada kehamilan yang belum cukup bulan dapat menyebabkan infeksi selama kehamilan. Kondisi ini dinamakan ketuban pecah sebelum waktunya atau ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini akan menghambat proses persalinan. Kadang-kadang, keluhan ini akan disertai dengan turunnya tali pusat dan terjepitnya tali pusat antara kepala janin dan panggul. Tentunya, kondisi ini akan menyebabkan kematian janin.

Untuk mengatasi hal ini, ibu hamil harus segera pergi ke rumah sakit / dokter untuk beristirahat. Baringkan tubuh dengan posisi lurus, kepala lebih rendah dari kaki untuk mencegah keluarnya air ketuban yang berlebihan dan bertambah panjang turunnya tali pusat (Huliana, 2005).

d. Anemia (kurang darah)

(23)

e. Kejang-kejang

Ibu mengalami kejang-kejang. Keadaan kejang berarti ada penyakit yang berat seperti infeksi. Hal tersebut dapat membahayakan ibu sendiri maupun janin yang dikandungnya. Keadaan ini kemungkinan ibu mengalami keracunan kehamilan (Manuaba, 2003).

f. Nyeri perut bagian bawah

Hal ini dapat disebabkan oleh robekan plasenta dari dinding rahim. Ini sangat berbahaya dan mengancam jiwa bila tidak segera mendapatkan pertolongan. Nyeri yang hebat dirasakan sekitar bulan ke-7 atau 8 kehamilan bisa berarti akan mengalami persalinan yang lebih cepat. Hal ini dapat disebabkan oleh bayi salah letak.

g. Demam

Demam tinggi, terutama yang diikuti dengan tubuh menggigil, rasa sakit seluruh tubuh, sangat pusing, bisa disebabkan oleh malaria. Ibu hamil dengan demam tinggi dan berlangsung lebih dari 3 hari harus dipikirkan kemungkinan terjadi infeksi. Apa pun penyebab infeksinya, tidak menyehatkan bagi janin yang dikandung. Dokter perlu memeriksa kalau-kalau infeksinya berefek buruk terhadap anak.

h. Bayi kurang bergerak seperti biasa

(24)

i. Perdarahan

Salah satu penyebab perdarahan adalah letak plasenta yang tidak normal, berada di bawah kepala bayi. Bayi selalu berotasi, sehingga terjadi gesekan yang dapat menimbulkan perdarahan. Pada keadaan normal, seharusnya plasenta berada di samping kepala bayi.

Letak plasenta yang tidak normal dan beresiko perdarahan biasanya terjadi pada ibu yang sering hamil. Perlu diketahui, kandungan yang sering hamil menyebabkan mukosa menjadi tidak baik. Padahal, plasenta berfungsi mencari dan memberi makanan untuk bayi.

Aktivitas seksual juga memengaruhi terjadinya perdarahan. Sebaiknya perhatikan frekuensi dan posisi aman saat melakukan hubungan intim saat hamil. Apalagi jika sudah terdeteksi bahwa letak plasenta ada di bahwa kepala. Untuk mencegah terjadinya perdarahan, aktivitas seksual sebaiknya dihentikan pada bulan ke tujuh atau ke delapan. Jika terjadi perdarahan segera bawa ke tenaga kesehatan (Solihah, 2005).

2.2.5. Kinerja Bidan dalam Pelayanan ANC

(25)

bersama atau sebagai salah satu urutan proses kegiatan layanan; 3) Layanan kebidanan rujukan adalah layanan bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya bidan menerima rujukan dari dukun, juga layanan horisontal maupun vertikal ke profesi kesehatan lain.

Dalam memberikan pelayanan kepada ibu hamil, sebagaimana hak pasien pada umumnya, Kusmiyati (2009) menyebutkan ibu hamil juga mempunyai hak-hak yang sama dengan hak pasien antara lain:

1. Wanita berhak mendapatkan pelayanan kesehatan komprehensif, yang diberikan secara bermartabat dan dengan rasa hormat.

2. Asuhan harus dapat dicapai, diterima, terjangkau untuk/semua perempuan dan keluarga.

3. Wanita berhak memilih dan memutuskan tentang kesehatannya.

(26)

Menurut Kusmiyati (2009), tindakan bidan untuk setiap kali kunjungan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1. Tindakan Bidan Setiap Kali Kunjungan Ibu Hamil

Kunjungan Waktu Kegiatan / Tindakan

Trimester Pertama

Sebelum minggu ke-14

1. Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu hamil.

2. Mendeteksi masalah dan mengatasinya.

3. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan usia kehamilan.

4. Mengajari ibu cara mengatasi ketidak-nyamanan.

5. Mengajarkan dan mendorong perilaku yang sehat (cara hidup sehat ibu hamil, nutrisi, mengenali tanda-tanda bahaya kehamilan) 6. Memberikan imunisasi tetanus toxoid (TT),

tablet besi.

7. Mulai mendiskusikan mengenai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi kegawatdaruratan.

8. Menjadwalkan kunjungan berikutnya.

9. Mendokumentasikan pemeriksaan dan asuhan.

Trimester Kedua

Sebelum minggu ke-28

1. Sama seperti di atas, ditambah dengan:

2. Kewaspadaan khusus terhadap preeklampsia (tanya ibu tentang gejala-gejala preeklampsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria).

Trimester ketiga

Antara minggu 28-36

1. Sama seperti di atas, ditambahkan

2. Palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.

Setelah 36 minggu 1. Sama seperti di atas, ditambahkan

2. Deteksi letak janin dan kondisi lain kontra indikasi bersalin di luar rumah sakit.

Apabila ibu mengalami masalah/ komplikasi/kegawatdaruratan

Diberikan pertolongan awal sesuai dengan masalah yang timbul.

Ibu dirujuk ke SpOG/RSU untuk konsultasi/ kolaborasi dan melakukan tindak lanjut.

(27)

2.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja Bidan dalam Pelayanan Ibu Hamil (ANC)

2.3.1. Pengalaman

Pengalaman adalah guru yang baik, oleh sebab itu pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Sofyan (2006), lamanya seorang bidan bekerja dapat diklasifikasikan dalam:

1. ≤ 10 tahun yaitu bidan yang bekerja antara 0 – 10 tahun. 2. 11 – 20 tahun, yaitu bidan yang bekerja antara 11 - 20 tahun. 3. >20 tahun yaitu bidan yang telah bekerja >20 tahun.

(28)

2.3.2. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai dengan menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan penglihatan (mata) (Taufik, 2007).

Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) karena itu dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku individu yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application). Analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo, 2007).

Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru) dan mempunyai kinerja yang baik maka orang tersebut harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya, keluarganya dan lingkungannya (Notoatmodjo, 2007).

2.3.3. Motivasi Kerja

(29)

reactions. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat ia lakukan untuk mencapainya.

Konsep motivasi menurut Stephen P. Robbins adalah kesediaan untuk

mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan organisasi, yang dikondisikan

oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi sesuatu kebutuhan individual. Menurut

Reksohadiprodjo dalam (Sarworini, 2007), pengertian motivasi yaitu menyangkut soal

perilaku manusia dan merupakan elemen vital di dalam manajemen. Motivasi berasal dari

kata ‘motive’, yaitu segala sesuatu yang membuat seseorang bertingkah laku tertentu atau

paling tidak berkeinginan untuk bersikap tertentu.

(30)

2.3.4. Insentif

Insentif adalah tambahan balas jasa yang diberikan kepada karyawan tertentu yang prestasinya di atas prestasi standar. Insentif ini merupakan alat yang dipergunakan pendukung prinsip adil dalam pemberian kompensasi (Hasibuan, 2009). Mangkunegara (2006) mengemukakan bahwa: Insentif adalah suatu bentuk motivasi yang dinyatakan dalam bentuk uang atas dasar kinerja yang tinggi dan juga merupakan rasa pengakuan dari pihak organisasi terhadap kinerja karyawan dan kontribusi terhadap organisasi (perusahaan).

Pada umumnya para karyawan atau orang yang bekerja mendambakan bahwa kinerja mereka akan berkorelasi dengan imbalan-imbalan yang diperoleh dari organisasi. Para karyawan tersebut menentukan pengharapan-pengharapan mengenai imbalan-imbalan dan kompensasi yang diterima jika tingkat kinerja tertentu telah tercapai. Imbalan diartikan Gibson (1996) adalah sesuatu yang diberikan manajer kepada para karyawan setelah mereka memberikan kemampuan, keahlian dan usahanya kepada organisasi, imbalan dapat berupa upah, alih tugas promosi, pujian dan pengakuan.

(31)

minimal guna mempertahankan pekerjaan mereka tetapi tidak melihat perlunya menonjolkan diri dalam posisi-posisi mereka (Setiawan, 2007).

2.3.5. Dukungan Masyarakat

Untuk efektivitas peningkatan pelayanan kesehatan, bidan bekerja sama dengan masyarakat mengembangkan wahana yang ada di masyarakat untuk berperan aktif dalam bidang kesehatan/ Wahana atau forum yang ada di masyarakat yang dipandang mampu untuk berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan diantaranya adalah posyandu. Poskdeses beserta kelengkapan-kelengkapannya yang mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat seperti ambulan desa, tabulin dan dasolin. Agar kinerja bidan meningkat maka perlu dukungan dari masyarakat untuk tercapainya kualitas kesehatan masyarakat di wilayah kerja bidan tersebut (Meilani, dkk. 2009).

2.3.6. Pembinaan dari Atasan

Pimpinan atau atasan merupakan leader bagi setiap bawahannya, bertanggungjawab dan memegang peranan penting dalam mencapai suatu tujuan. Pimpinan harus mengikutsertakan karyawan atau bawahan dalam mengambil keputusan sehingga karyawan memiliki peluang untuk mengeluarkan pendapat, ide dan gagasan demi keberhasilan perusahaan (Ribhan, 2008).

(32)

memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut 1)Pembinaan yang dilakukan harus dimengerti oleh bawahan dan mudah diukur, 2)Fungsi pembinaan merupakan kegiatan yang dalam upaya mencapai tujuan organisasi, dan 3) Standar kerja harus dijelaskan kepada semua bawahan, karena kinerja bawahan akan terus dinilai oleh atasan sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan reward kepada mereka yang dianggap mampu bekerja. Jika hal ini dapat dilaksanakan, bawahan akan lebih meningkatkan rasa tanggungjawab dan komitmennya terhadap kegiatan program sehingga pengawasan akan dapat dilakukan lebih objektif.

2.4. Landasan Teori

Kinerja merupakan indikator keberhasilan suatu program termasuk dalam penerapan asuhan kebidanan yang merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan, dan salah satu faktor yang memerlukan tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional. Oleh karena itu, pelayanan yang diberikan oleh bidan seyogyanya dilandasi oleh ilmu pengetahuan dan kiat kebidanan bersifat komprehensif yang berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial dan spiritual.

(33)

kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Gibson (1996) menyatakan terdapat tiga kelompok variabel yang memengaruhi kinerja yaitu: (1) variabel individu, yang meliputi kemampuan dan ketrampilan, fisik maupun mental, latar belakang, pengalaman dan demografi, umur dan jenis kelamin, asal usul dan sebagainya. (2) variabel organisasi, yakni sumber daya, kepemimpinan, imbalan (insentif), struktur dan desain pekerjaan, (3) variabel psikologis, yakni persepsi, sikap, kepribadian, belajar, kepuasan kerja dan motivasi. Teori L.W.Green (1980) faktor predisposisi yaitu pengetahuan, pengalaman, jenis kelamin, status, asal, dan sebagainya. Faktor yang kedua yaitu pemungkin (enabling), yang memungkinkan seseorang/individu berperilaku seperti yang diharapkan antara lain adanya pelatihan yang diperlukan, faktor sarana seperti tempat kerja, alat transport, pedoman kerja, dana dan sebagainya, sedangkan faktor reinforcing yaitu yang mendukung seseorang untuk berperilaku, seperti untuk penampilan kerja, antara lain dukungan pimpinan, teman sekerja, dukungan sosial (masyarakat), dukungan-dukungan pemerintah dan lain sebagainya. Zainul (2008) menambahkan faktor-faktor yang memengaruhi kinerja yaitu Efektivitas dan efisiensi, Otoritas (wewenang), Disiplin, Inisiatif.

(34)

Besral (2008) yaitu tidak adanya pesaing, adanya pembinaan, pengetahuan dan motivasi.

Berdasarkan teori dan beberapa hasil penelitian di atas tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja bidan maka peneliti mengombinasikan beberapa faktor tersebut dan menduga bahwa motivasi kerja, pengalaman, pengetahuan; insentif, dukungan masyarakat, adanya pembinaan dari atasan berhubungan dengan kinerja bidan di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.

2.4. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka, maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Internal

a. Pengalaman b. Pengetahuan c. Motivasi Kerja

Kinerja Bidan dalam Pelayanan Ibu Hamil

(ANC) Eksternal

a. Insentif

(35)

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian berdasarkan kriteria analisis deskriptif persentase dapat diketahui bahwa Pemberian Kredit Terhadap Anggota Koperasi Sepakat Makmur Pemangkat dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun model untuk menentukan prioritas satuan kerja pelaksana pilot project pada implementasi sistem e-Audit agar dapat

Dicky N., Kamil E., Mukhis R., “ Penerapan data mining dengan algoritma naive bayes clasifier untuk mengetahui minat beli pelanggan terhadap kartu..

Banyak metode yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan penentuan Mahasiswa terbaik pasa STMIK PPKIA Tarakanita Rahmawati, namun dalam penelitian ini model

Penulis juga dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan judul “ Prediksi Penerimaan Beras Miskin Menggunakan Metode Naive Bayes ( Studi Kasus di Desa Margorejo

Para pelaku kejahatan atau tindak pidana sedikit banyak membuat resah masyarakat lainnya sehingga membuat masyarakat melakukan aksi main hakim sendiri kepada pelaku

Permasalahan pada kasus ini adalah dibutuhkannya sebuah program dalam menyelesaikan kasus Sequential 2L-CVRP dengan menggunakan kombinasi metode Nearest Neighbor

Sesuai dengan persamaan (4) di atas, maka setiap titik yang berada dalam satu bidang horizontal dalam zat cair, memiliki tekanan hidrostatis yang sama, misal