• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor yang Mendorong Pertumbuhan Usaha Pada Pedagang Tekstil di Jalan Perniagaan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor yang Mendorong Pertumbuhan Usaha Pada Pedagang Tekstil di Jalan Perniagaan Medan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Pertumbuhan Usaha

Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan melihat pertumbuhan

penjualannya. Pengukuran ini hanya dapat melihat pertumbuhan perusahaan dari

aspek pemasaran perusahaan saja. Pengukuran yang lain adalah dengan melihat

pertumbuhan laba operasi perusahaan. Pengukuran berikutnya adalah dengan

mengukur pertumbuhan laba bersih, dimana inputnya pertumbuhan laba bersih ini

adalah modal, sedangkan outputnya adalah laba. Pengukuran pertumbuhan

perusahaan yang terakhir adalah melalui pengukuran pertumbuhan modal sendiri.

(Sartono, 2011:65)

Motivasi terbesar untuk tumbuh adalah prestasi manajer selama organisasi

mengalami pertumbuhan, berarti menggambarkan bahwa manajemen organisasi

sangat efektif. Tumbuh adalah bahwa pertumbuhan menjamin kelangsungan

organisasi dalam jangka panjang, atau dengan kata lain perusahaan atau organisasi

harus tumbuh jika ingin survive (Jatmiko, 2004:116).

Pada umumnya pertumbuhan usaha diukur dari pertumbuhan penjualan,

pertambahan tenaga kerja, dan indikator-indikator finansial seperti peningkatan

laba, peningkatan nilai aset, return on assets, return on investment, dan

sebagainya. Pada umumnya pelaku usaha tidak memiliki sistem pencatatan yang

(2)

(interchangeable) sebagai indikator pertumbuhan karena terbukti faktor-faktor

yang menyebabkan pertumbuhan dari tenaga kerja dan penjualan berbeda.

Di samping itu, pertumbuhan usaha merupakan proses dinamis yang tidak

terjadi secara instan karena motivasi dan perilaku hari ini akan mempengaruhi

pertumbuhan usaha yang akan datang. Intensi untuk mengembangkan usaha dapat

digunakan untuk memprediksi pertumbuhan usaha atas dasar pemahaman bahwa

mengembangkan usaha merupakan tindakan yang terencana (Dutta & Thornhill,

2008:315).

Pertumbuhan bisnis mempunyai implikasi penting bagi perekonomian

pengusaha. Bisnis yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi dapat

merangsang perekonomian, meningkatkan daya saing internasionalnya, dan

mengurangi pengangguran. Bahkan tingkat pertumbuhan menengah yang dialami

bisnis kecil dapat berdampak dramatis bagi perekonomian karena populasi dari

perusahaan kecil sangat banyak . Hal ini penting untuk mengakui bahwa strategi

pertumbuhan seringkali melibatkan pengambilan risiko oleh pengusaha, yang

berarti terkadang mereka tidak akan sukses. Usaha yang gagal memberikan

informasi bagi pengusaha tersebut dan pengusaha lainnya, dan belajar dari

kegagalan memiliki dampak positif yang penting bagi sebuah perekonomian.

Pertumbuhan menjadikan perusahaan lebih besar, sehingga perusahaan mulai

mendapat manfaat dari segi ukuran. Pertumbuhan sebaliknya juga membawa

sejumlah tantangan manajerial. Pertumbuhan memberikan tekanan pada sumber

daya keuangan, sumber daya manusia, manajemen pekerja, dan waktu pengusaha.

(3)

tekanan-tekanan ini dengan lebih baik dan secara efektif mengembangkan

bisnisnya. Beberapa tekanan yang harus dihadapi oleh pengusaha adalah tekanan

pada sumber daya keuangan yang sudah ada, pengusaha seharusnya menerapkan

teknik kontrol keuangan yang lebih ketat,pencatatan, dan pengelolaan persediaan.

Kemudian dalam mengatasi tekanan pada sumberdaya manusia yang sudah ada,

pengusaha harus bisa menjawab pertanyaan dari berapa besar proporsi dari tenaga

kerja yang harus bekerja permanen dan berapa besar proporsi yang bekerja paruh

waktu, juga harus siap memecat tenaga kerja yang tidak kompeten, serta

memelihara kultur organisasi fungsional (Widayanti, 2009:31).

2.1.2 Pengertian Bisnis

Kata “bisnis” berasal dari bahasa Inggris “busy”, yang artinya “sibuk”,

sedangkan “business” artinya kesibukan. Bisnis dalam arti luas sering

didefenisikan sebagai keseluruhan kegiatan yang direncanakan dan dijalankan

oleh perorangan atau kelompok secara teratur dengan cara menciptakan,

memasarkan barang maupun jasa, baik dengan tujuan mencari keuntungan

maupun tidak bertujuan mencari keuntungan. (Suliyanto, 2010: 1).

Bisnis dalam ilmu ekonomi merupakan suatu organisasi yang menjual barang

atau jasa kepada konsumen untuk mendapatkan keuntungan atau laba.Istilah

bisnis berasal dari bahasa Inggris atau business. (Suryatama, 2014: 1). Dalam

buku (Suryatana. 2014: 2) beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian

bisnis, yaitu:

(4)

kebutuhan atau keperluan masyarakat meningkat, maka dari lembaga

bisnis akan meningkat produksinya untuk memenuhi semua kebutuhan

masyarakat, sambil mendapatkan keuntungan.

2. Steinford: Bisnis merupakan sebuah kegiatan yang menyediakan barang

atau jasa yang dibutuhkan oleh konsumen. Bisa dilakukan oleh perusahaan

ataupun badan usaha, perusahaan yang mempunyai badan hukum, atau

perorangan yang tidak memiliki badan usaha atau badan hukum seperti

warung yang tidak memiliki izin usaha.

3. Huat: sebuah intuisi atau kegiatan yang memproduksi barang atau jasa

didalam kehidupan sehari – hari masyarakat. Bisnis menjadi sebuah sistem

yang memproduksi jasa dan barang untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat lain.

4. Musselman: bisnis merupakan jumlah dari keseluruhan aktivitas yang

diorganisir oleh orang yang sedang berkecimpumg didalam bidang industri

perniagaan yang menyediakan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan memperbaiki kualitas hidup.

2.1.3 Wirausahawan dan Ciri-ciri Wirausahawan

Wirausaha atau entrepreneur yang berasal dari bahasa Perancis yaitu

“entrepende” yang berarti melakukan (to underta ke) atau mencoba ( trying). Kata

“entrepende” diartikan juga sebagai “di antara pengambil” ( between taker ) atau

“perantara” (go-between).

Menurut Frinces (2011:8) dalam Bahasa Indonesia yang sederhana

(5)

dalamnya termasuk dalam artian „usaha (effort), aktivitas, aksi, tindakan dan lain

sebagainya untuk menyelesaikan suatu tugas (task).

Para ahli mendefinisikan wirausahawan dari pandangan atau segi yang

berbeda-beda. Dari segi karateristik perilaku, wirausahawan (enterpreneur) adalah

mereka yang mendirikan, mengolola, mengembangkan perusahaan atau usaha

milik sendiri, atau mereka yang bisa menciptakan pekerjaan bagi orang lain.

Definisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang mempunyai kemauan

normal bisa menjadi seorang wirausahawan asalkan mau dan mempunyai

kesempatan untuk belajar dan berusaha.

Pengertian wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang memiliki

kemampuan dalam menggunakan sumber daya seperti financial (money), bahan

mentah (materials), dan tenaga kerja (labour) untuk dapat menghasilkan suatu

produk baru, bisnis baru, proses produksi, dan pergembangan organisasi usaha.

Wirausahawan (entrepreneur) adalah seorang yang mempunyai kombinasi

unsur-unsur dan elemem-elemen internal yang memiliki kombinasi motivasi, visi,

komunikasi, dan dorongan semangat, serta kemampuan untuk memanfaatkan

peluang usaha

.

Dalam kontek bisnis wirausahawan merupakan seorang pengusaha, tapi

tidak semua pengusaha adalah wirausahawan. Karena wirausahawan itu

merupakan salah satu pelopor dalam bisnis, inovator, penanggung jawab resiko

yang mempunyai visi kedepan dan memiliki keunggulan dalam berprestasi

(6)

Kewirausahaan merupakan semangat perilaku dan kemampuan untuk

memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh

keuntungan untuk diri sendiri atau pelayanan yang lebih baik terhadap pelanggan /

masyarakat, dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih

banyak dan lebih baik, menyediakan produk yang lebih baik dan lebih bermanfaat

dan menerapkan cara kerja yang lebih efesien, melalui keberanian mengambil

resiko, kreativitas, inovasi, serta kemampuan manajemen (Sutrisno, 2003:3).

Menurut Hendro (2011:61) setiap wirausahawan (entrepreneur) yang sukses

memiliki unsur pokok, yaitu :

1. Kemampuan ( hubungannya dengan IQ dan skill ), dalam membaca

peluang, dalam berinovasi, dalam mengelola, dan dalam menjual.

2. Keberanian (hubungannya dengan EQ dan mental), dalam mengatasi

ketakutannya, dalam mengendalikan resiko, dan untuk keluar dari

zona kenyamanan.

3. Keteguhan hati (hubungannya dengan mo tivasi diri), keuletan,

pantang menyerah, teguh akan keyakinan, dan kekuatan akan pikiran

bahwa anda juga bisa.

4. Kreatifitas yang menelurkan sebuah insp irasi sebagai cikal bakal ide

untuk menemukan peluang berdasarkan intuisi (hubungannya

dengan pengalaman / experiences).

Kewirausahaan (entrepreneurship) menurut Hendro (2011:30) adalah

(7)

dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal sehingga bisa meningkatkan

taraf hidup anda di masa mendatang. Kewirausahaan itu adalah:

1. Ilmu Pengetahuan ( Knowledge )

Kewirausahaan itu adalah sebuah pengeta huan yang merupakan hasil

uji coba di lapangan, dikumpulkan, diteliti, dan dirangkai sebagai

sumber informasi yang berguna bagi orang lain yang membutuhkannya.

2. Kepribadian atau Sikap

Unsur yang terkandung dalam karakteristik kewirausahaan adalah sikap

positif, kepribadian yang ulet, pantang menyerah, menjadi contoh bagi

yang lain, dan tidak mudah puas diri.

3. Filosofi

Kewirausahaan bisa digolongkan dalam sebuah filosofi hidup atau

landasan hidup dalam meniti karir guna meraih kesuksesan.

4. Skill atau Keterampilan

Karena kewirausahaan adalah penggabungan dua konsep penting dari

pengetahuan dan pengalaman yang dira sakan serta dilakukan me lalui

jatuh bangun untuk menjadi terampil dan akhirnya menjadi se buah

keahlian dalam menjalankan roda bisnis.

5. Seni atau Art

Dalam menemukan ide, inspirasi, dan peluang bisnis dibutuhkan

imajinasi, visualisasi, dan pemikiran yang terkadang harus berlawanan

(8)

6. Profesi

Menjadi wirausahawan juga merupakan sebuah profesi, sebuah pilihan

hidup yang harus dilakukan secara.

7. Naluri

Kewirausahaan itu membutuhkan naluri untuk menemukan sebuah

peluang dan ide bisnis yang akhirnya menjadi sebuah bisnis yang

sukses.

8. Mimpi seseorang

Menjadi wirausahawan juga dipahami sebagai mimpi seseorang bahkan

cita-cita yang terpendam sejak ia masih remaja atau dewasa.

9. Pilihan hidup seseorang

Menjadi wirausaha agar mampu menghidupi keluarganya sudah

menjadi pilihan hidup bagi setiap orang.

Menurut Zimmerer (2008:26) bahwa terdapat keragaman budaya dalam

membentuk struktur kewirausahaan, antara lain :

1. Wirausahawan muda, adalah wirausaha yang banyak didominasi oleh

generasi muda yang memilih kewirausahaan sebagai jalur karir mereka

yaitu mereka yang berumur awal 20-an tahun.

2. Wirausahawan wanita, banyak wanita yang terjun ke dalam bidang

bisnis. Alasan mereka menekuni bidang bisnis ini didorong oleh

faktor–faktor antara lain ingin memperlihatkan kemampuan

prestasinya, membantu ekonomi keluarga, frustasi terhadap pekerjaan

(9)

3. Wirausahawan minoritas yaitu kaum minor itas di negara kita Indonesia

kurang memiliki kesempatan kerja dilapangan pemerintahan

sebagaimana layaknya warga Negara pada umumnya. Oleh sebab itu,

mereka berusaha menekuni kegiatan bisnis dalam kehidupan sehari–

hari. Demikian pula para perantau dari daerah tertentu yang menjadi

kelompok minoritas pada suatu daerah, mereka juga berniat

mengembangkan bisnis. Kegiatan bisnis ini semakin lama semakin

maju, dan arena mereka membentuk organisasi minoritas di kota–kota

tertentu.

4. Wirausahawan imigran yaitu kaum pedagang yang memasuki suatu

daerah biasanya sulit untuk memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab

itu, mereka lebih leluasa terjun dalam pekerjaan yang bersikap non

formal yang dimulai dari berdagang kecil–kecilan sampai berkembang

menjadi perdagangan tingkat menengah.

5. Wirausahawan paruh waktu yaitu orang yang memulai bisnis dalam

mengisi waktu lowong merupakan pintu gerbang untuk berkembang

menjadi usaha besar. Bekerja paruh waktu tidak mengorbankan

pekerjaan di bidang lain misalnya seorang pegawai pada sebuah kantor

bermaksud mengembangkan hobinya untuk berdagang atau

mengembangkan hobi yang menarik. Hobi ini akhirnya mendapat

keuntungan yang lumayan. Ada kalanya orang ini beralih profesi, dan

(10)

6. Bisnis rumahan, sekarang bisnis rumahan lebih beragam, para

wirausahawan rumahan yang modern lebih cenderung menj alankan

perusahaan-perusahaan jasa atau perusahaan-perusahaan berteknol ogi

tinggi dengan tingkat keberhasilan bisnis rumahan cukup tinggi.

7. Bisnis keluarga, bisnis yang pengendalian keuangannya dilakukan oleh

satu atau lebih anggota keluarga. Sebuah keluarga dapat membuka

berbagai jenis cabang dan usaha. Mungkin saja usaha keluarga ini

dimulai lebih dahulu oleh Bapak setelah usaha Bapak ini maju dibuka

cabang baru dan di kelola Ibu. Kedua perusahaan ini maju dan

membuka beberapa cabang lain mungkin jenis usahanya berbeda atau

lokasinya berbeda.

8. Wirasutri, adalah sepasang suami-istri wirausahawan yang bekerja

bersama sebagai rekan kerja dalam bisnis mereka. Wirasutri di buat

dengan cara menciptakan pekerjaan yang didasarkan atas keahlian

masing–masing orang. Orang–orang yang ahli di bidang ini diangkat

menjadi penanggung jawab divisi tertentu dari bisnis–bisnis yang

sudah ada.

9. Wirausahawan sosial, adalah wirausaha yang menggunakan berbagai

keahlian mereka tidak hanya untuk membuat bisnis menjadi

menguntungkan, tetapi juga untuk mencapai tujuan sosial dan

(11)

2.1.4 Ciri-Ciri Wirausaha

Menurut Adi Sutanto, (2000) memberikan kesimpulan bahwa ciri-ciri

seorang wiraswatawan yang berhasil mempunyai karakter atau ciri-ciri sebagai

berikut:

1.Kreatif dan inovatif.

2.Berambisi tinggi.

3.Energetik.

4.Percaya diri.

5.Pandai dan senang bergaul.

6.Bekerja keras dan berpandangan kedepan.

7.Berani menghadapi resiko.

8.Banyak inisiatif dan bertanggung jawab.

9.Senang mandiri dan bebeas.

10.Bersikap optimistik.

11.Berpikiran dan bersikap posisif, yang memandang kegagalan sebagai

pengalaman yang berharga.

12.Beriman dan berbuat kebaikan sebagai syarat kejujuran pada diri

sendiri.

13.Berwatak maju.

14.Bergairah dan mampu menggunakan daya gerak dirinya.

15.Ulet, tekun dan tidak cepat putus asa.

(12)

18.Menghargai waktu.

19.Bersedia melakuka n pekerjaan rendahan (pengorbanan).

20.Selalu mensyukuri yang kecil-kecil yang ada pada dirinya sendiri.

Kebanyakan wirausahawan membuka usahanya untuk kepusaan diri.

Rutinitas yang membosankan, kreasi yang dihambat-hambat, birokrasi yang

panjang dan kaku, atau suasana kerja yang tidak menyenangkan. Budaya (cultur)

perusahaan yang tidak cocok merupakan hal yang bisa menciptakan motif, dan

mendorong orang untuk segera mencari kebebasan. Jika mereka bekerja sebagai

orang gajian, maka semua yang mereka lakukan hanya untuk pimpinan

perusahaan. Sedangkan, dengan berwirausaha maka semua pekerjaan yang

dilakukan untuk dirinya sendiri. Ada beberapa keuntungan menarik yang bisa

didapatkan dari membuka usaha sendiri (Sarosa, 2003:5) adalah sebagai berikut:

1. Potensi penghasilan yang tak terbatas

Membuka usaha berbeda dengan bekerja sebagai karyawan di

perusahaan orang lain. Kalau bekerja sebagi karyawan, penghasilan

adalah sebesar gaji (mungkin ditambah dengan tunjungan-tunjangan

bila ada), di mana gaji dan tunjangan tersebut telah ditetapkan

berdasarkan jabatan (masa kerja) oleh pemilik perusahaan. Dalam hal

ini seseorang hanya bisa menerima keputusan yang dibuat oleh pemilik

perusahaan. Sebaliknya, bila membuka usaha sendiri maka penghasilan

yang didapatkan bisa dalam jumlah yang lebih besar, bahkan tidak

terbatas, tergantung dari kinerja dan pengolahan usaha. Seseorang

(13)

untuk menerima penghasilan yang tidak terbatas ini merupakan daya

tarik yang mengiurkan bagi seseorang untuk berwirausaha.

2. Memaksimalkan Kemampuan

Kemampuan yang dimaksud bisa berupa ide ataupun kemampuan yang

lain seperti menjual, bernegosiasi, dan lain-lain. Dengan memiliki usaha

sendiri maka wirausahawan memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk

bekreasi dengan ide-ide tersebut. Untuk bekerja dengan adanya

batasan-batasan yang mungkin akan sering ditemui jika memilih untuk bekerja

sebagai karyawan disuatu perusahaan. Sudah tentu dengan adanya

kebebasan bekerja dan berkreasi secara maksimal maka semangat

kerjapun tinggi. Semangat kerja yang tinggi inilah yang sangat

diharapkan dapat membuahkan hasil yang maksimum bagi usaha

sendiri, dengan berwirausaha seseorang bebas berkreasi, akan tetapi

maju tidaknya usaha tersebut tergantung pimpinannya dalam mengelola

usaha tersebut.

3. Bebas mengatur waktu kerja

Dengan menjadi karyawan, sebenarnya seseorang telah melakukan

suatu transaksi dengan perusahaan tempat bekerja, yaitu jual beli.

Seseorang telah menjual waktu dan kemampuannya untuk digunakan

oleh perusahaan. Jika bekerja sebagai karyawan maka ada keterbatasan

untuk bisa mengatur waktu, sebagian besar waktu dihabiskan di luar

(14)

Wirausahawan adalah seperti orang bebas yang mempunyai tanggung

jawab, semakin sukses seorang wirausahawan semakin banyak waktu

luangnya. Seorang wirausahawan bukanlah seseorang yang makin sibuk

jika usahanya mulai berkembang

.

4. Sikap mental yang mandiri

Sebagai seorang manajer dalam usaha sendiri, maka bersikap mandiri

dalam menjalankan usahanya yang merupakan tuntutan yang harus

dilakukan. Sikap mental yang kuat dan mandiri sangat dibutuhkan pada

saat sedang menghadapi masalah yang berat sehingga menuntut untuk

dapat mengambil tindakan yang cepat dantepat. Pada situasi seperti ini

tidak ada siapapun yang bisa diandalkan selain diri sendiri, karena

setiap wirausahawan merupakan manajer pada usahanya. Justru

wirausahawan tersebut yang diharapkan oleh para karyawan untuk

dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Kemandirian dan sikap

mental yang kuat dalam berbisnis dan kehidupan pribadi si pengusaha

sangat berkorelasi dan saling mempengaruhi. Self manajemen

(manajemen diri sendiri) merupakan hal yang sangat penting yang harus

dilakukan oleh seorang wirausahawan untuk memberikan contoh bagi

para bawahan atau karyawannya.

2.2 Faktor yang Mendorong Pertumbuhan Usaha

Menurut Queen dalam Pandji (2004:244), faktor - faktor yang mendorong

pertumbuhan usaha antara lain peluang, modal dan emosional. Menurut

(15)

pendidikan, emosional, dan pengalaman merupakan faktor - faktor yang

berpengaruh dalam mendorong pertumbuhan usaha. Maka faktor - faktor yang

mendorong pertumbuhan usaha adalah sebagai berikut:

2.2.1 Faktor Peluang

Banyak orang membayangkan dirinya mengelola bisnis milik mereka

sendiri, membuat keputusan-keputusan kunci, dan menghasilkan keuntungan.

Peluang merupakan suatu kesempatan dalam menjalankan usaha. Seorang

wirausahawan harus dapat melihat dan memanfaatkan peluang sehingga dapat

memberikan keuntungan bagi usahanya. Peluang atau kesempatan tidak datang

berulang-ulang, tetapi mungkin hanya sekali saja dalam waktu yang sangat

singkat, sehingga diperlukan antisipasi dan waktu yang tepat untuk melihat

berbagai peluang agar tidak mengalami kegagalan. Para wirausahawan harus

dapat mengukur dan memperkirakan ukuran pertumbuhan dan potensi laba dari

setiap peluang yang ada, dan berhati-hati dalam mengevaluasi peluang sebelum

memilih pasar dan sasaran yang ingin dicapai (Pandji, 2004:246).

Ada tiga fase pendekatan mengindefikasi peluang dalam bisnis, yaitu:

1. Menemukan gagasan.

2. Mengindefikasi peluang yang ada.

3. Melaksanakan manajemen usaha yang diciptakan.

Menurut Soetadi (2010:31) berikut ini adalah beberapa informasi

sederhana cara jitu memberanikan diri kita untuk memulai memanfaatkan peluang

(16)

1. Melakukan riset pasar.

2. Menyusun rencana untuk memulai usaha dengan benar.

3. Memahami dan mematuhi aturan, baik dari yang telah kita buat sendiri atau

jenis peraturan lainnya yang diluar wewenang kita (misalnya peraturan daerah).

4. Dan melakukan strategi pemasaran dengan tepat sasaran.

2.2.2 Faktor Pengalaman

Pengalaman merupakan pengetahuan yang didapat dari pekerjaan yang

terakhir maupun pada pekerjaan yang pernah dilakukan pada masa sekarang.

Dengan adanya pengalaman sering kali membuat seseorang untuk melihat

kemungkinan untuk memodifikasi produk yang telah ada, memperbaiki pelayanan

dan menduplikasikan konsep bisnis dalam lokasi yang berbeda. Pengalaman

dapatlah merupakan suatu hal yang sangat berharga karena dengan adanya

pengalaman seseorang dapat lebih memahami terhadap apa yang sedang

dikerjakan (Longenecker, 2000:95).

Pengalaman maksudnya adalah pengalaman pribadi pengusaha tersebut atau

pengalaman orang lain yang telah berhasil dalam melakukan usaha. Pengalaman

ini merupakan pedoman atau guru agar tidak melakukan kesalahan dalam

menjalankan usahanya nanti (Yulianti, 2014:38).

Belajar dari pengalaman lebih bermanfaat dari pada belajar dari buku,

seminar atau sekolah. Pengalaman yang dimiliki harus diperhatikan oleh

wirausaha terutama pengalaman diperusahaan/ organisasi, baik dalam pengalaman

teknis, pelaksanaan, pemasaran, pengalaman manajemen, dan pengalaman

(17)

pengalaman dan pengetahuan tentang perusahaan/ organisasi tertentu. Kebutuhan

akan pengalaman merupakan pengetahuan yang harus dicari sebanyak mungkin.

Pengalaman merupakan pengetahuan atau keterampilan yang harus dikuasai atau

diketahui sebagai akibat dari perbuatan yang telah dilakukan sebelumnya selama

jangka waktu tertentu. Wirausaha yang berpengalaman lebih jeli dalam melihat

lebih banyak jalan untuk membuka usaha baru (Handayani, 2013:24).

2.2.3 Faktor Emosional

Suatu keadaan yang mampu mempengaruhi tindakan seseorang untuk

melakukan suatu rencana yang dikehendakinya. Tindakan emosional itu juga

merupakan dorongan pribadi seseorang untuk melakukaan suatu kegiatan.

Dengan dorongan emosi maka orang dapat bertindak sesuai dengan

keinginannya. Faktor Emosional adalah fenomena kelas mental yang secara unik

dikarakteristikkan oleh pengalaman yang disadari, yaitu keadaan perasaan

subjektif, yang biasanya muncul bersama -sama dengan suasana hati konsumen

(Mowen dan Minor, 2004: 208).

Menurut Hendro (2011:61) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

emosional untuk memilih menjadi wirausaha, antara lain:

1. Dorongan pribadi

Yang dimaksud dengan dorongan pribadi adalah pengaruh pengalaman hidup

dari kecil hingga dewasa, baik lingkungan ataupun keluarga.

2. Usaha sampingan

(18)

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

3. Usaha turun temurun keluarga

Meneruskan usaha keluarga yang sudah ada sangat berperan penting dalam

menumbuhkan atau mempercepat seseorang untuk mengambil keputusan

berkarier sebagai wirausaha, karena keluarga berfungsi sebagai konsultan

pribadi, dan mentornya.

4. Tidak mempunyai pekerjaan lain

Kondisi yang diciptakan atau yang terjadi, misal PHK, pension, dan

menganggur atau belum kerja, akan dapat membuat seseorang memilih jalan

hidupnya menjadi wirausaha, karena memang sudah tidak ada pilihan lagi

untuknya.

2.2.4 Faktor Modal

Modal merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam berbagai

aktivitas yang dilakukan karena modal dapat membiayai semua kegiatan

operasional dalam usaha, seperti: untuk pengadaan bahan baku, membayar upah

tenaga kerja, pemasaran, produksi dan lain-lain. Akan tetapi masalah modal

kadangkala tidak menjadi masalah bagi orang yang mempunyai kelebihan dana,

tetapi bagi orang yang yang mempunyai dana relatif kecil itu memang menjadi

masalah. Kedua kelompok tersebut, ketika akan memulai usaha jelas mempunyai

keinginan yang sama. Apabila seseorang mempunyai jiwa wirausahaan, maka dia

mampu menciptakan nilai tambah dari keterbatasan itu. (Pandji, 2004:244).

Untuk memulai usaha terlebih dahulu di perlukan sejumlah uang. Modal

(19)

dapat bergabung dengan mereka yang memiliki modal uang untuk menjalankan

usaha (Yulianti, 2014:38).

Menurut Situmorang (2009:176), suatu aktivitas bisnis tidak akan dapat

berjalan dengan baik bila tidak didukung oleh ketersediaan dana yang baik dan

mencukupi. Bila suatu aktivitas bisnis tidak dapat memenuhi permintaan barang

atau jasa sesuai dengan jumlah dan kriteria pelanggan dikarenakan bisnis tersebut

tidak memiliki dana yang cukup untuk melakukan proses produksinya, maka

sudah dapat dipastikan usaha itu akan terancam gagal.

Dalam menentukan besarnya dana yang akan diperlukan untuk

menjalankan suatau aktivitas bisnis, dibutuhkan suatu peramalan atau forecasting

yang baik. Peramalan atau taksiran ini berbeda-beda untuk masing-masing jenis

proyeknya. Pada umumnya, taksiran dana yang dibutuhkan tersebut tergantung

pada kompleksitas dari kegiatan pendanaan itu sendiri, misalnya penentuan lokasi

bisnis yang bergantung pada harga tanah. Semakin mahal harga tanah maka akan

semakin besar pula dana yang dibutuhkan oleh bisnis tersebut.

Modal kerja dibutuhkan setiap perusahaan untuk membiayai aktivitasnya

sehari-hari. Walaupun perusahaan mempunyai aktiva tetap, tetapi tidak memiliki

modal kerja, maka perusahaan tersebut dikatakan perusahaan mati. Kehidupan

perusahaan sangat bergantung pada modal kerjanya.

Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan

untuk membiayai kegiatan sehari-hari. Secara umum, modal kerja dapat diartikan

(20)

yang akan digunakan dalam operasi dan net working capital menunjukan

kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancar.

Modal kerja disini akan diartikan sebagai keseluruhan aktiva lancar yang

akan digunakan untuk kegiatan operasional bisnis seperti membeli mesin dan

bahan baku, sewa ruangan, merekrut karyawan, dan melakukan pemasaran.

Estimasi dari modal kerja tergantung pada rencana produksi dan penjualan dari

bisnis tersebut. Semakin besar rencana produksi dan penjualan yang akan

dilaksanakan oleh suatu bisnis, maka akan semakin besar pula modal kerja.

Pengelolaan modal kerja akan sangat menetukan posisi keuangan

perusahaan, sehingga dalam setiap penggunaan modal kerja dapat tercapai tujuan

suatu perusahaan jika adanya suatu keseimbangan dalam hal penyediaan dalam

modal kerja tersebut. Modal kerja yang lebih kecil dari kebutuhan akan

menimbulkan kerugian atau hilangnya kesempatan untuk memperoleh laba.

Sebaliknya modal kerja yang jumlahnya terlalu besar dari yang dibutuhkan akan

mengakibatkan terjadinya dana menganggur, sehingga tidak efisien dalam

penggunaan dana.

Menurut Suryana (2010:5) dalam kewirausahaan, modal tidak selalu

identik dengan modal yang berwujud (tangible) seperti uang dan barang, tetapi

juga modal yang tidak berwujud (intangible) seperti modal intelektual, modal

sosial, modal moral dan modal mental yang dilandasi agama.

a. Modal intelektual dapat diwujudkan dalam bentuk ide-ide sebagai

(21)

komitmen dan tanggung jawab sebagai modal tambahan. Ide

merupakan modal utama yang akan membentuk modal lainnya.

b. Modal sosial dan moral diwujudkan dalam bentuk kejujuran dan

kepercayaan sehingga dapat terbentuk citra.

c. Modal mental adalah kesiapan mental berdasarkan landasan agama,

diwujudkan dalam bentuk keberanian untuk menghadapi risiko dan

tantangan.

d. Modal material adalah modal dalam bentuk uang atau barang. Modal

ini akan terbentuk apabila modal-modal diatas sudah dimiliki.

Dari teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi indikator

variabel modal adalah:

1. Ide sendiri

2. Kejujuran

3. Kebutuhan modal

(22)
(23)

(Lanjutan)

Penelitian Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Alat

Analisis Hasil Penelitian

(24)

(Lanjutan)

Penelitian Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Alat

(25)

(Lanjutan)

(26)

2.4 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual menurut Kuncoro (2009:52) adalah pondasi utama

sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, yang mana hal ini merupakan jaringan

hubungan antara variabel yang secara logis diterangkan dan dikembangkan dari

perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara,

observasi, dan survei literatur.

Banyak orang membayangkan dirinya mengelola bisnis milik mereka

sendiri, membuat keputusan-keputusan kunci, dan menghasilkan keuntungan.

Peluang merupakan suatu kesempatan dalam menjalankan usaha. Seorang

wirausahawan harus dapat melihat dan memanfaatkan peluang sehingga dapat

memberikan keuntungan bagi usahanya. (Pandji, 2004:246). Hal ini sependapat

dengan Titik (2006:46) dalam jurnal penelitiannya yang menyatakan pendorong

para responden untuk berwirausaha yaitu jiwa kewirausahaan terutama untuk

memanfaatkan peluang dan prospek wirausaha yang cerah dengan mengetahui

peluang yang bagus dan peluang-peluang yang dia miliki baik berupa modal, ide

yang belum ada dipasar untuk dapat mengambil kesempatan tersebut.

Pengalaman juga merupakan suatu hal yang sangat berharga karena

dengan adanya pengalaman seseorang dapat lebih memahami terhadap apa yang

sedang dikerjakannya. Dengan adanya pengalaman membuat seseorang melihat

kemungkinan untuk memodifikasi produk yang telah ada, memperbaiki pelayanan

dan menduplikasikan konsep bisnis dalam lokasi yang berbeda (Longenecker,

(27)

Bukan hanya itu, suatu usaha mampu berjalan dengan baik juga

dipengaruhi oleh emosional dari si pemilik usaha. Keadaan yang mampu

mempengaruhi tindakan seseorang untuk melakukan suatu rencana yang

dikehendakinya. Tindakan emosional itu juga merupakan dorongan pribadi

seseorang untuk melakukaan suatu kegiatan (Mowen dan Minor, 2004: 208).

Namun faktor peluang, pengalaman, dan emosional ini tidak akan mampu

berpengaruh baik terhadap proses pertumbuhan usaha tanpa diringi dengan

adanya modal yang mana kekayaan yang dimiliki wirausaha tersebut baik berupa

uang, ataupun peralatan yang bisa digunakan sebagai salah satu pendorong

berjalannya suatu usahaakan tetapi modal kadangkala tidak menjadi masalah bagi

orang yang mempunyai kelebihan dana, tetapi bagi orang yang yang mempunyai

dana relatif kecil itu memang menjadi masalah. Kedua kelompok tersebut, ketika

akan menjalani usaha jelas mempunyai keinginan yang sama. Apabila seseorang

mempunyai jiwa wirausahawan, maka dia mampu menciptakan nilai tambah dari

keterbatasan itu (Pandji, 2004:244).

Seseorang yang mengetahui tentang dunia fashion maka status sosial yang

ia miliki pastilah baik dimata masyarakat. Fashion atau trend baju hadir dari

seseorang perancang baju yang menciptakan berbagai model baju yang bagus

dimata masyarakat, lalu masyarakat yang berminat akan menggunakan desain

baju tersebut untuk menciptakan status sosial hidupnya dilingkungan sekitarnya.

Berbagai fashion atau trend baju hadir dari beberapa negara, yang mana

(28)

apalagi persaingan usaha toko tekstil di jalan perniagaan yang semakin ketat para

pengusaha dituntut agar mencari ide untuk mengembangkan usaha, agar usaha

dapat terus berkembang dan maju serta mampu bersaing dengan usaha usaha

lainnya.

Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian adalah seperti yang

digambarkan dalam skema berikut:

Sumber: Pandji (2002), dan Longenecker (2000)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka hipotesis

penelitian ini adalah: “ Faktor Peluang, Faktor Pengalaman, Faktor Emosional,

dan Faktor Modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan usaha

di Jalan Perniagaan Medan. Faktor Peluang

(X1)

Faktor Pengalaman

(X2)

Faktor Emosional

(X3)

Faktor Modal

(X4)

Pertumbuhan Usaha

Referensi

Dokumen terkait

We generate projections of the share of urban food expenditure allocated to such out- lets over time, and we discuss the implications of the patterns and pace of growth in the

analyzing the value chain approach and the range of factors and relationships that afect the performance of an industry, including end markets, enabling environment

(1) Penghitungan dasar pengenaan PKB dan BBN-KB termasuk alat- alat berat dan alat-alat besar yang jenis, merek, type dan nilai jualnya belum tercantum dalam Lampiran

Dengan berlakunya Peraturan Gubernur ini, maka Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pemberian Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota

Organisasi kemasyarakatan dan lembaga nirlaba lainnya wajib memberitahukan keberadaan kepada Pemerintah Provinsi melalui badan Kesatuan Bangka, Politik

The aim of this study are to analyze the text of female sexuality articles that realized in the women magazines (i.e. vocabulary, grammar, cohesion and text

Telah mengajukan pindah ke salah satu lembaga TK terpilih dengan alasan mengikuti orang tua yang akan pindah tempat tinggal.. Bersama ini kami sertakan Buku

Dalam hal ini kita dapat menggunakan komputer dengan memanfaatkan parallel port yang akan mengatur jalanya aliran listrik ke lampu yang di kendali kan oleh bahasa pemrograman