BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Kedelai merupakan salah satu komoditas strategis di Indonesia karena kedelai
merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia setelah jagung dan beras.
Komoditas ini juga mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah dalam
pengambilan kebijakan pangan nasional. Kedelai mengandung berbagai macam
gizi yang sangat penting, seperti protein, lemak, dan vitamin. Dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi yang tinggi, kedelai pun
banyak dikonsumsi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan tersebut
(Singarimbun,1989).
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada ketinggian antara 0-600 m dpl (diatas
permukaan laut). Derajat pH tanah yang dikehendaki oleh tanaman kedelai adalah
berkisar antara 5,8-7,0. Jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhannya adalah
alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Intnesitas curah hujan yang
dibutuhkan adalah 1.200-3.000 mm/tahun, dengan curah hujan ideal sekitar
100-400 mm/bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai berkisar antara 21-34o C.
Namun, Suhu udara optimum untuk pertumbuhan kedelai adalah 23-27o C dengan
kelembaban 60-70%. Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh didaerah yang
beriklim tropis dan sub tropis. Iklim yang kering lebih disukai tanaman kedelai
daripada iklim yang lembab (Umar,2008).
Kedelai dipanen setelah umur 75-110 hari dari mulai masa penanaman, tergantung
sedangkan yang dijadikan untuk benih dipanen pada saat umur 100-110 hari,
agarmatangnya biji sempurna dan merata (Sudarman,2013).
Rata-rata tanaman kedelai di Sumatera Utara dapat dipanen hanya dua kali dalam
satu tahun. Artinya dalam satu tahun hanya ada dua musim tanam kedelai.
Sebenarnya dalam satu tahun, kedelai dapat dipanen selama 3 kali musim tanam,
mengingat umur panen kedelai berkisar 75-110 hari. Namun, penerapan pola
tanam dari petani yang kerap menyandingkan tanaman kedelai dengan tanaman
lain seperti jagung atau padi membuat kebanyakan di Sumatera Utara kedelai
hanya dapat dua kali musim tanam dalam satu tahun. Biasanya para petani
menerapkan pola tanam seperti kedelai-kedelai-padi atau kedelai-kedelai-jagung.
Sebagian besar konsumsi kedelai di Indonesia masih digunakan untuk bahan
makananan manusia dalam bentuk olahan, seperti tahu, tempe, kecap dan
minuman sari kedelai. Jadi, sebagian besar kedelai yang dikonsumsi oleh industri
makanan olahan. Industri tahu dan tempe merupakan pengguna kedelai terbesar,
dimana pada tahun 2000, kebutuhan kedelai untuk tahu dan tempe mencapai 1,78
juta ton atau 88% dari kebutuhan nasional (Puslitbang Tanaman Pangan, 2005).
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah faktor
ekonomi dan harga dimana ekonomi keluarga relatif mudah diukur dan
berpengaruh besar pada konsumsi pangan, terutama pada golongan miskin, selain
pendapatan, faktor ekonomi mempengaruhi konsumsi pangan adalah harga
pangan dan non pangan. Harga pangan yang tinggi menyebabkan berkurangnya
daya beli yang berarti pendapatan riil berkurang. Keadaan ini menyebabkan
sosial budaya berarti fungsi pangan dalam masyarakat yang berkembang seduai
dengan keadaan lingkungan, agama, adat, kabiasaan, dan pendidikan masnyarakat
tersebut. Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang berpengaruh
terhadap pemilihan bahan makanan yang digunakan untuk dikonsumsi.
Kebudayaan mempengaruhi seseorang dalam konsumsi pangan yang menyangkut
pemilihan jenis bahan pangan, pengolahan, serta persiapan dan penyajiannya
(Baliwati,2014).
2.2 Landasan Teori
Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan antara tingkat
produksi sesuatu barang dengan jumlah input produksi yang digunakan untuk
menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Fungsi produksi
menunjukkan sifat hubungan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi
yang dihasilkan. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa 2 input produksi
seperti tenaga kerja, harga pupuk merupakan satu-satunya faktor produksi yang
dapat diubah jumlahnya sedangkan faktor-faktor produksi lainnya seperti modal,
luas lahan dan teknologi dianggap tidak mengalami perubahan (Sukirno,2005).
Dalam suatu proses produksi sangat perlu diperhatikan faktor-faktor produksi
yang ada, tanpa salah satu dari ketiga faktor produksi tersebut proses produksi
tidak dapat sejalan. Selain itu, pengaruh suatu manajemen yang baik dapat
mendukung peoses produksi tersebut. Petani tridisisonal sekalipun sebenarnya
juga butuh manajemen produksi kedelai, tetapi tidak dalam betul-betul dengan
administrasi yang lengkap dan tertib, baik mengenai perencanaan, pelaksanaan,
Kenaikan hasil yang semakin berkurang (Law of diminishing return) merupakan
suatu hasil yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari teori produksi. Hukum tersebut
menjelaskan sifat pokok dari perkiraan antara tingkat produksi dan input produksi
yang digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut. Law of diminishing return
(LDR) menyatakan apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya
terus-menerus ditambah sebanyak 1 unit, maka mulanya produksi tolal akan semakin
banya pertambahannya, tetapi sesudah mencapai tingkat tertentu produksi
tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya akan mencapai negatif dan ini
menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya ia
mencapai tingkat maksimum kemudian menurun (Sukirno,2005).
Panen sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil
pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar
kecilnya produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya
panen yang digunakan (Mubyarto,1989).
Meskipun demikian, soekartawi (1993) menyatakan bahwa bukan berarti semakin
luas panen pertanian maka semakin efesien panen tersebut. Bahkan panen yang
sangat luas dapat terjadi inefisien panen tersebut, bahkan panen yang sangat luas
dapat terjadi inefisiensi yang disebabkan oleh :
1. Lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi seperti bibit,
pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja.
2. Terbatasnya persediaan tenaga kerja di sekitar daerah itu yang pada
akhirnya akan mempengaruhi efisiensi usaha pertanian tersebut.
Sebaliknya dengan panen yang luasnya relatif sempit, upaya pengawasan terhadap
penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan
modal dibutuhkan tidak terlalu besar.
Tenaga kerja adalah semua penduduk dalam suatu negara ataupun daerah yang
dapat memproduksi barang ataupun jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja
mereka dan merekapun berpartisipasi dalam kegiatan tersebut
(Kusumosuwondo,1981).
Menurut (Simanjuntak, 1998) tenaga kerja adalah kelompok penduduk usia kerja
dimana yang mampu bekerja atau yang melakukan kegiatan ekonomi dalam
menghasilkan suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Nilai tukar (exchange rate) digunakan sebagai perbandingan nilai atau harga mata
uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Nilai tukar dijadikan sebagai
variabel yang berpengaruh terhadap harga, tingkat suku bunga, neraca
pembayaran dan transaksi berjalan. Kurs pertukaran valuta asing adalah faktor
yang sangat penting dalam menentukan apakah barang-barang di negara lain
adalah “lebih murah” atau “lebih mahal” dari barang-barang yang di produksi
dalam negeri (sukirno,2006).
2.3 Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang
dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu.Konsumsi pangan dimaksudkan untuk
Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di
antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan penndapatan
nasional (pendapatan disposabel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat
dinyatakan dalam persamaan :
C = a + By
Dimana a adalah konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0, b
adalah kecondongan konsumsi marginal, c adalah tingkat konsumsi dan Y adalah
tingkat pendapatan nasional.
Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat
dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan intropeksi dan observasi casual.
Pertama dan terpenting keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi
marginal (marginal propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap
tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi
marginal krusial bagi rekomendasi kebijakan keynes untuk menurunkan
penggangguran yang kian meluas. Kebijikan kekuatan fiskal, untuk
mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan
fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.
Kedua, keynes menyatakan bahwa rasio terhadap pendapatan, yang disebut
kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to consume), turun
ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehinggai
ia berharap orang kaya menabung dalam propersi yang lebih tinggi dari
Ketiga, keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi
yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes
menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebtas teori.
Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari pengaruh tingkat bunga
terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif
tidak penting. Berdasarkan tiga dugaan ini, fungsi konsumsi keynes sering ditulis
sebagai berikut :
C = a + Cy, C > 0, 0 < c < 1
Keterangan :
C = konsumsi
Y = pendapatan disposebel
a = konstanta
c = kecenderungan mengkonsumsi marginal (N.G Mankiw, 2003)
Harga merupakan hal yang terpenting dalam sebuah bisnis, barang yang di jual
harus ditentukan harganya sehingga seluruh pihak akan memperoleh keuntungan
dari pemberian harga yang pas, dari mulai karyawan, pemilik perusahaan, sampai
para pemegang saham juga mendapatkan hasil yang memuaskan karena strategi
penetapan harga yang pas, berikut ini adalah beberapa pengertian tentang harga:
Menurut Alex S Nitisemito (1991:55) harga diartikan sebagai nilai suatu barang
atau jasa yang di ukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut
seseorang atau perusahaan tersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki
Harga dibentuk oleh pasar yang mempunyai dua sisi,yaitu penawaran dan
permintaan.Harga merupakan sinyal kelangkaan (scarcity) suatu sumberdaya yang
mengarahkan pelaku ekonomi untuk alokasi Sumberdayanya.Perpotongan kurva
penawaran dengan kurva permintaan suatu komoditi dalam suatu pasar
menentukan harga pasar komoditi tersebut,dimana jumlah komoditi yang diminta
sama dengan jumlah komoditi yang ditawarkan.Dengan kata lain,keseimbangan
harga pasar merupakan hasil interaksi kekuatan penawaran dan permintaan
komoditi di pasar (Nicholson,2002).
Harga impor turut dalam fungsi permintaan impor karena faktor harga merupakan
faktor utama dalam fungsi permintaan ceteris paribus.Harga impor sejalan dengan
fungsi permintaan memiliki hubungan negatif dengan permintaan impor itu
sendiri.Dimana pada umumnya impor dilakukan dikarenakan tidak mempunyai
kebijakan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan nasional sehingga harus turut
menerima bantuan dari negara lain khususnya dalam perdagangan international itu
sendiri.Jadi,meskipun harga barang impor naik,apabila impor dilakukan karena
tingkat kebutuhan yang bersifat penting maka permintaan akan tetap
naik.(Sukirno,2005:97)
Untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi suatu negara dan perkembangan
tingkat kesejahteraan masyarakatnya, perlu di diketahui tingkat pertambahan
pendapatan nasional dan besarnya pendapatan perkapita. Besarnya pendapatan
nasional akan menentukan besarnya pendapatan perkapita. Pendapatan perkapita
sering dianggap sebagai gambaran tingkat kesejahteraan, sedangkan besarnya
Sehingga apabila pertambahan pendapatan nasional lebih besar dari pada tingkat
pertambahan penduduk, maka tingkat pendapatan penduduk maningkat,.
Sebaliknya apabila tingkat pertambahan pendapatan nasional lebih kecil dari
pertambahan penduduk, maka pendapatan perkaoita mengalami prenurunan
(Suryana, 2001).
Pendapata perkapita sering kali digunakan sebagai indikator pembangynan selain
untuk membadakan tingkat kemajuan ekonomi antar negara-nefgara maju dengan
negara sedang berkembang. Dengan kata lain, pendapatan perkapita selain bisa
memberikan gambaran tentang laju pertumbuhan kesejahteraan nasyarakat di
berbagai negara juga dapat menggambarkan perubahan corak tingkat
kesejahteraan masyarakat yang sudah terjadi diantara berbagai negara.
2.4 Penelitian Terdahulu
Hotmaida Veronika Samosir (2008) yang berjudul faktor-faktor yang
mempengerahui perilaku konsumen terhadap permintaan telur ayam kampung
(study kasus : Kota Medan propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam
kampung, untuk mengetahui hubungan fator umur, pekerjaan, pendapatan, tingkat
pendidikan dengan perilaku konsumen dalam membeli telur ayam kampung.
Daerah penelitian kajian perilaku konsumen telur ayam kampung yaitu kota
Medan, dimana daerah ini merupakan kota pemasaran dan pengkonsumsi telur
ayam kampung di Sumatera Utara. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja
(purposive) di beberapa pasar tradisional dan pasar swalayan yang ada di kota
penelusuran (Accedental). Metode analisis yang digunakan yaitu metode regresi
liner berganda dan kolerasi rank spearman.
Ester B.A Purba (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen
membeli sayuran di pasar tradisional (study kasus : pasar tradisional di kota
Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi keputusan konsumen membeli sayuran di pasar tradisional dan
untuk mengetahui hubungan antara karateristik konsumen (umur, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan) dengan tingkat
keputusan konsumen dalam membeli sayuran di pasar tradisional. Penentuan
daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) di lima pasar tradisional
yang ada di kota Medan. Metode penentuan sampel untuk sampel konsumen
adalah penelusuran (Accedental) dengan jumlah sebanyak 50 orang.
Lisa Lestari (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan konsumsi
pangan strategis Di Sumatera Utara menggunakan metode penelitian regresi linier
berganda dengan tahun periode 2001-201. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ketersediaan beras dan cabai di Sumatera Utara secara serempak dipengaruhi oleh
stok, produksi, impor, dan ekspor, sedangkan secara parsial ketersediaan beras
dan cabai hanya dipengaruhi produksi. Konsumsi beras dan cabai di Sumatera
Utara secara serempak dipengaruhi jumlah penduduk, harga dan PDRB,
2.5 Kerangka Pemikiran
Produksi kedelai diantaranya dapat dipengaruhi oleh luas panen kedelai, tenaga
kerja, dan nilai harga pupuk. Luas panen dan tenaga kerja merupakan faktor yang
dapat mempengaruhi kemampuan produksi pertanian. Luas panen kedelai adalah
luas areal tanaman kedelai yang berproduksi atau menghasilkan. Tenaga kerja
adalah sejumlah orang yang bekerja yang melakukan kegiatan ekonomi dalam
menghasilkan suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan mastarakat.
Harga pupuk berpengaruh untuk produksi untuk tanaman kedelai.
Konsumsi kedelai antara lain dapat dipengaruhi oleh harga kedelai, jumlah
penduduk, pendapatan, dan nilai tukar. Harga kedelai impir juga merupakan salah
satu faktor penentu konsumsi kedelai dikarenakan dengan melihat harga suatu
barang dapat memperbesar kemampuan konsumenkedelai yang ada. Jumlah
penduduk berpengaru terhadap keberadaan konsumsi kedelai. Perubahan
pendapatan dan keberadaan nilai tukar yang terjadi juga mempengaruhi perubahan
Keterangan :
= menyatakan pengaruh = menyatakan hubungan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Produksi kedelai
Konsumsi kedelai
Harga kedelai impor
Pendapatan Jumlah penduduk Tenaga kerja
Luas Lahan kedelai
Nilai tukar
Rasio produksi dan konsumsi kedelai
2.6 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ada pengaruh yang signifikan dari luas panen kedelai, tenaga kerja, dan
harga pupuk terhadap produksi kedelai baik secara parsial maupun secara
agregat