Kota Bogor terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, secara geografis terletak diantara 106° 48’BT dan 6° 36’LS serta mempunyai ketinggian antara 190m dan 350m diatas permukaan laut. Dengan jumlah
penduduk sebesar 985,000 jiwa pada tahun 2010 dan berjarak sekitar 60Km sebelah selatan kota Jakarta. Kota Bogor mempunyai 6 Kecamatan dan 68 Kelurahan, dengan luas wilayah 118.50 Km2 (11,850 Ha),
dan mengalir beberapa sungai, yaitu : Sungai Ciliwung, Cisadane, Cipakancilan, Cidepit, Ciparigi, dan Cibalok. Gambar 2.1 menunjukkan area studi beserta batas administrasinya. Tabel 2.1 menunjukkan luas wilayah menurut Kecamatan.
Gambar 2-1: Area studi dan batas administratif kota Bogor
Tabel 2.1: Luas Wilayah Kota Bogor menurut Kecamatan
No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) %
Aspek topografi wilayah Kota Bogor pada dasarnya bervariasi antara datar dan berbukit, antara 190m dan 350m diatas permukaan laut (mdpl). Kedudukan Kota Bogor yang berada ditengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan Jakarta merupakan potensi strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Untuk lebih jelasnya, luas wilayah berdasarkan ketinggian Kota Bogor menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.2, Tabel 2.3 menunjukkan kemiringan lereng Kota Bogor dan Gambar 2.2 menunjukkan kondisi topografi Kota Bogor.
Tabel 2.2: Ketinggian Kota Bogor menurut Kecamatan
No Kecamatan Ketinggian (Ha) Total (Ha)
0-200
Sumber: Laporan RT/RW Kota Bogor 2009 -2028
Tabel 2.3: Kemiringan Lereng Kota Bogor menurut Kecamatan
No Kecamatan Kemiringan Lereng (Ha) Total (Ha)
0 – 2%
Sumber : Laporan RTRW Kota Bogor 2009 - 2028
1.2
Kondisi Fisik Lingkungan:
Gambar 2-2: Topografi Kota Bogor
Struktur geologi Kota Bogor meliputi seluas 2 719.61 Ha aliran andesit, seluas 3 249.98 Ha kipas Aluvial, seluas 1 372,68 Ha Endapan, seluas 3 395.17 Ha Tufa dan seluas 1 112.56 Ha Lanau Breksi Tufan & Capili. Secara umum, Kota Bogor ditutupi oleh batuan vulkanik yang berasal dari endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi, yaitu Gunung Salak dan Gunung Pangrango (berupa batuan breksi tupaan/kpal). Lapisan batuan ini berada agak dalam dari permukaan tanah dan jauh dari aliran sungai. Endapan permukaan umumnya berupa alluvial yang tersusun oleh tanah, pasir dan kerikil hasil pelapukan endapan , yang tentunya baik untuk vegetasi.
Kota Bogor mempunyai ketinggian dari permukaan laut antara 200m to 300m, dengan keadaan cuaca dan udara yang sejuk, suhu udara rata-rata setiap bulannya 26°dan kelembaban udara yang kurang lebih 70%. Suhu terendah di Kota Bogor adalah 22°C, yang sering terjadi pada bulan Desember dan Januari. Arah mata angin di bulan Desember sampai Januari ini dipengaruhi oleh angin muson. Sementara bulan Mei sampai Maret dipengaruhi oleh Angin Muson Barat dengan arah mata angin 6% terhadap arah Barat. Kota Bogor disebut Kota Hujan karena memiliki curah hujan rata-rata yang tinggi, Curah hujan rata-rata di wilayah Kota Bogor berkisar 4,000mm sampai 4,500mm/tahun. Curah hujan bulanan berkisar 250 – 335 mm dengan waktu curah hujan minimum terjadi pada bulan September sekitar 128 mm, sedangkan curah hujan maksimum terjadi pada bulan Oktober sekitar 346 mm.
baku bagi PDAM. Secara hidrologis, Kota Bogor berada pada 3 Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Cimahpar, DAS Cikereti dan DAS Kalibaru.
Menurut asalnya , sumber air bagi Kota Bogor diperoleh dari sungai, air tanah, dan mata air. 4 anak sungai yang ada di Kota Bogor adalah S.Cipakancilan, S.Cidepit, S.Ciparigi dan S.Cibalok. Selain beberapa aliran sungai yang mengalir di wilayah Kota Bogor, terdapat juga beberapa mata air yang umumnya
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan air bersih sehari-hari. Kedalaman air tanah bervariasi, normalnya antara 3m sampai 12m. Kedalam air tanah pada musim hujan sekitar 3 sampai 6m, sementara pada musim kemarau kedalaman air tanah dapat mencapai 10 sampai 12m dibawah permukaan.
Kualitas air tanah di Kota Bogor terbilang cukup baik. Namun, tingkat pelapukan batuan yang cukup tinggi serta tingginya laju perubahan penutupan lahan oleh bangunan menyebabkan kapasitas infiltrasi air hujan menjadi sangat rendah, dan pada akhirnya mempertinggi run off. Hal ini merupakan salah satu penyebab menurunnya permukaan air tanah di musim kemarau.
Sistem drainase di Kota Bogor sebagian besar masih mengikuti pola alamiah dari sungai yang mengalir, sebagian lagi berupa sistem drainase jalan dan system irigasi. Selain itu masih terdapat pula jaringan irigasi yang mempunyai fungsi berbeda dengan jaringan drainase. Jaringan irigasi yang berubah menjadi jaringan drainase, yaitu di saluran induk Ciliwung Katulampa, Saluran Cibalok, Saluran Bantarjati (Cibagolo), Saluran induk Cisadane Empang, Saluran sekunder Cibuluh, Saluran sekunder Cidepit dan Saluran sekunder Ciereng. Zona drainase Kota Bogor ditampilkan pada Gambar 2.3.
Gambar 2-3: Zona Drainase
Kota Bogor merupakan wilayah dengan kandungan air yang cukup karena memiliki curah hujan tinggi, yang didukung oleh jenis tanah dan kondisi morfologi kawasan yang dapat menyimpan cadangan air yang banyak. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sebagian besar masyarakat memanfaatkan air tanah dan air permukaan. Cara pengambilan air tanah dilakukan melalui sumur gali, pompa tangan dan pompa artesis . Pengambilan air permukaan dilakukan dengan memanfaatkan mata air, sungai dan situ.
Pelayanan air minum oleh PDAM sebesar 58% dari penduduk kota, 12% menggunakan sumur gali, 17% menggunakan sumur pompa, 11% memanfaatkan mata air, dan 2% menggunakan air sungai.
PDAM Tirta Pakuan melaporkan bahwa memiliki jumlah sambungan sebanyak 95,587 SR, dengan perkiraan pemakaian air sebanyak 147 ltr/orang/hari, dan tingkat kebocoran air adalah 33%. Sumber air baku PDAM Kota Bogor berasal mata air dan air permukaan. Sumber mata air yang dimanfaatkan berada di 3 (tiga) lokasi yaitu : Mata air Kota Batu, Mata air Bantar Kambing, Mata air Tangkil. Sedangkan sumber air permukaan diambil dari Sungai Cisadane.
Sampah Kota Bogor berasal dari berbagai sumber, dengan perkiraan produksi sampah sebesar 2.5 – 2.66 liter/orang/hari (Masterplan Sampah 2008). Sistem pelayanan sampah yang diterapkan di Kota Bogor saat ini masih menggunakan sistem lama yaitu dengan metoda kumpul dan angkut. Program 3R sudah mulai dilaksanakan secara bertahap di beberapa kawasan.
Fasilitas pengumpulan yang disediakan oleh Pemerintah Kota berupa bak dan container yang diletakkan di tempat-tempat tertentu. Sedangkan sampah dari rumah tangga dikumpulkan dibak sampah yang ada disetiap rumah atau dikumpulkan dalam kantong plastik yang digantung dipagar rumah dan kemudian diangkut oleh gerobak pengumpul sampah.
Sampah dari pasar pada umumnya tidak mempunyai pewadahan yang teratur, sampah ditumpuk disuatu area , kemudian dimasukan dalam karung dan diangkut ke TPS pasar. Tingkat pelayanan pengumpulan dan pengangkutan sampah pasar saat ini sebesar 93%. Sedangkan pasar dari daerah komersial
dikumpulkan di TPS atau bin/bak sampah besar. Tingkat pelayanan sampah dari daerah komersil sebesar 78%.
Kota Bogor mempunyai 63 dump truk, 22 arm roll, 86 bak container, 5 pick up dan 5 motor untuk mengangkut sampah menuju TPA Galuga. Pengelolaan sampah di Kota Bogor dikelola oleh Dinas Kebersihan Kota Bogor meliputi pengumpulan dari sumber sampah, pemindahan ke TPS hingga pengangkutan dan pemrosesan akhir di TPA Galuga.
Retribusi kebersihan ditentukan berdasarkan Peraturan daerah No. 4 Tahun 1999. Penarikan retribusi dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) bekerjasama dengan PDAM, sedangkan pengelolaannya diserahkan kepada Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda).
Barat, Bogor Timur dan Tanah Sareal seperti halnya Kelurahan Bojong Kerta, Rancamaya, Genteng, Kertamaya, Harjasari, Pamoyanan, Kencana, Situ Gede, Bubulak, Kayumanis dan Katulampa.
1.1.1.1 Penggunaan Lahan
Kota Bogor secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu :
Kawasan Terbangun dengan luas total sebesar 4,411 Ha atau sekitar 37% dari luas total Kota Bogor,
yang berupa lahan perdagangan, permukiman, perumahan terencana, komplek militer, istana, industri, terminal dan gardu.
Kawasan Belum Terbangun dengan luas total sebesar 7,438 Ha atau sekitar 63% dari luas total Kota
Bogor, yang berupa situ, sungai, kolam, RTH, tanah kosong non RTH dan lain-lain yang tidak teridentifikasi. Kawasan belum terbangun di Kota Bogor didominasi oleh RTH seluas 6,088 Ha yang didalamnya terdapat hutan kota, jalur hijau jalan, jalur hijau SUTET, kawasan hijau, kebun raya, lahan pertanian kota, lapangan olah raga, sempadan sungai, TPU, taman kota, taman lingkungan, taman perkotaan dan taman rekreasi
Untuk lebih jelasnya, penggunaan lahan saat ini disetiap kecamatan dapat dilihat di Gambar 2.4 Gambar 2-4: Penggunaan Lahan di Kota Bogor tahun 2008.
1.3
Penggunaan Lahan dan Tata Ruang
1.1.1.2 Kependudukan
Jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2009 adalah 946,204 jiwa, dengan luas wilayah 11,850 Ha. Kepadatan penduduk pada tahun 2009 adalah 80 jiwa/Ha. Kepadatan penduduk di Kelurahan sangat tinggi akan tetapi semuanya terlihat rendah jika dianalisa per Kecamatan. Tabel 2.4 menunjukkan sebaran dan kepadatan penduduk ditiap kecamatan.
Jumlah penduduk Kota Bogor terus mengalami pertumbuhan sehingga menimbulkan tingkat kepadatan yang makin tinggi pula. Pertumbuhan rata-rata selama kurun waktu 11 tahun terakhir sampai dengan 2007 adalah sekitar 2%. Angka pertumbuhan penduduk ini, dipengaruhi oleh faktor alamiah (kelahiran dan kematian) dan faktor migrasi. Pertumbuhan tinggi terjadi di daerah perkembangan baru seperti di Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Tanah Sareal, dan Kecamatan Bogor Selatan, dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.4: Sebaran dan Kepadatan Penduduk Kota Bogor tahun2009
No Kecamatan Jumlah Penduduk Sebaran (%) Kepadatan
Penduduk (Jiwa/Ha)
Sumber: Hasil Analisa Konsultan WWMP tahun 2011(kepadatan kotor per Kecamatan)
Cat.: Kategori Kepadatan
Tinggi : > 300 people/Ha
Sedang : 150 – 300 people/Ha
Tabel 2.5: Laju Pertumbuhan Kota Bogor City pada tahun 1995 sampai 2007
Sumber: RPJMD Kota Bogor tahun 2010 – 2014
1.1.1.3 Proyeksi Penggunaan Lahan
Kota Bogor telah mengembangkan Area Perkotaan dan Pola Rencana Tata Ruang tahun 2008, yang juga termasuk dengan proyeksi penggunaan lahan untuk periode 2009 – 2029. Bogor has developed the City Urban and Spatial Pattern Plan, 2008, which includes projected land use for the period 2009 to 2029. The special plan incorporates the following sector
plans:- Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung yang terdiri dari (i) Kawasan perlindungan setempat
(ii)Kawasan pelestarian alam yaitu hutan kota (iii) Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ yaitu Kebun Raya Bogor (iv) Kawasan rawan bencana alam tanah longsor dan (v) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya meliputi (i) Kawasan perumahan (ii) Rencana lokasi industri
(iii) kawasan perdagangan dan Jasa (iv) Kawasan Militer (v) Rencana peruntukan prasarana dan sarana umum (vi) Kawasan pemerintahan (vii) kawasan pariwisata dan (viii) kawasan pertanian.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pencapaian luasan ruang terbuka hijau minimal 30%; dengan strategi: (i)
Mempertahankan ruang terbuka hijau yang ada (ii) Meningkatkan luasan ruang terbuka hijau dengan menggali potensi penyediaan ruang terbuka hijau (iii) Mengembalikan fungsi ruang terbuka hijau yang tidak pada fungsi utama ruang terbuka hijau (iv) Mempertahankan pertanian kota sebagai salah satu komponen ruang terbuka hijau
Rencana Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) meliputi (i) Meningkatkan fungsi, luasan dan kualitas
ruang terbuka non hijau sebagai salah satu ruang publik kota (ii) Membangun RTHN baru di setiap WP dengan standar penyediaan luasan sesuai dengan kebutuhan dan standar yang berlaku
Rencana Sektor Informal menyangkut aspek kependudukan dan aspek ekonomi. Pengalokasian
ruang untuk kegiatan sektor informal; dengan strategi (i) Menata ruang kegiatan sektor informal yang ada (ii) Mengalokasikan ruang baru untuk kegiatan sektor informal (iii) Melibatkan masyarakat dalam pengendalian ruang untuk sektor informal
Untuk lebih jelasnya, proyeksi penggunaan lahan untuk tahun 2029 dapat dilihat pada Gambar 2.5
Gambar 2-5: Proyeksi Penggunaan Lahan Tahun 2029
1.1.1.4 Proyeksi Penduduk
Perkembangan penduduk Kota Bogor dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang pesat dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2.83%. Pertumbuhan ini diperkirakan akan terus meningkat, hal ini dinyatakan dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah tahun 2008 dengan penjelasan bahwa Bogor terletak dekat dengan Mega-City, Jakarta, dimana terdapat persediaan air dan jaringan komunikasi yang bagus. Bogor juga sudah menjadi kota satelit untuk Jakarta (Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat).
Gambar 2-7: Kepadatan Penduduk tahun 2015
Gambar 2-9: Kepadatan Penduduk tahun 2030
Table 2.6: Proyeksi Penduduk per Kecamatan sampai tahun 2030
No Kecamatan Luas
Wilayah
Proyeksi Penduduk
(km2) 2010 2011 2015 2020 2025 2030
1 Bogor Selatan 30.81 190,952 196,179 218,554 286,303 294,139 327,687
2 Bogor Timur 10.15 99,879 102,789 115,354 153,870 158,368 177,710
3 Bogor Utara 17.72 184,293 192,560 229,506 355,927 371,893 443,246
4 Bogor Tengah 8.13 110,742 111,316 113,640 119,665 120,285 122,795
5 Bogor Barat 32.85 214,110 219,657 243,320 314,237 322,378 357,106
6 Tanah Sareal 18.84 185,375 191,356 217,270 298,467 308,096 349,820
Total Kota Bogor 118.50 985,351 1,013,866 1,137,644 1,528,469 1,575,159 1,778,364
Sumber: Laporan RT/RW Kota Bogor 2009-2029
Keterangan – Jika dilihat dari proyeksi penduduk tahun 2011, terlihat bahwa penduduk kota Bogor sudah mencapai lebih dari satu juta jiwa. Hal ini berarti bahwa pada tahun 2011 kota Bogor sudah masuk dalam kategori Kota Metropolitan.