BAB II
KOPERASI SEBAGAI PELAKU EKONOMI DI INDONESIA
2.1 Sejarah Perkoperasian di Indonesia
Ide koperasi lahir dalam era kejayaan kapitalisme. Jika kapitalisme
berpijak pada paham tentang pentingnya peranan modal dalam kegiatan
ekonomi, maka koperasi lebih mengutamakan peranan manusia dalam
memupuk modal. Dengan demikian, perbedaannya terletak pada penekanan
faktor-faktor produksi dalam kegiatan ekonomi; koperasi pada manusianya,
sedangkan kapitalisme pada kekuatan modal.51 Dalam hal ini bukanlah
berarti bahwa yang satu tidak memerlukan faktor produksi seperti yang
ditekankan yang lainnya; di dalam kapitalisme, manusia peranannya
diperlukan sebagai salah satu faktor produksi sedang dalam koperasi modal
diperlukan untuk menjalankan usahanya yang dikumpulkan oleh
manusia-manusia yang menjadi anggotanya.52
Gerakan koperasi timbul karena adanya inspirasi dari pembaharu
sosial pada abad ke-14 di daratan Eropa, dan dapat dicatat serta
dikemukakan yang berperan dalam mengembangkan koperasi, antara lain
seperti Francois Charles Fourier (1771-1837), Robert Owen (1771-1858),
William King, Louis Blanc (1811-1882), N.V.S Grundtwig (1783-1872),
Hermann Schulze Celitizch (1808-1883), Friederich William Raiffeisen
51
Andjar Pachta W., et. al. Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2005), hlm. 14.
(1818-1888), Alphonse Desjardius (1854-1921), M.M Coady (1882-1959),
Ivan Emelianaft (1880-1900), Margaret Digby dan Paul Lambert. 53
Koperasi berkembang dari Eropa menuju daratan Asia. Di Jepang,
untuk pertama kali koperasi didirikan pada tahun1900, bersamaan waktunya
dengan pelaksanaan Undang-Undang Koperasi Industri Kerajinan. 54
Meskipun dibawah nama industri kerajinan, koperasi di Jepang bergerak
pula dalam bidang pertanian. Sementara itu di India, gerakan koperasi di
India dimulai dengan berdirinya Koperasi Kredit untuk memberikan
kemungkinan para produsen kecil berusaha. Munculnya koperasi kredit di
India ini disebabkan karena pengusaha kecil disana waktu itu selalu menjadi
korban lintah darat yang memberi pinjaman modal dengan bunga yang
sangat tinggi.55 Koperasi kredit di India ini dapat pula berbentuk Koperasi
Lumbung, dengan sistem uang pangkal dapat dibayar berupa uang maupun
padi dengan iurannya harus berupa padi.
Di Indonesia, pertumbuhan koperasi dimulai sejak tahun 1896 yang
selanjutnya berkembang dari waktu ke waktu sampai sekarang.
Perkembangan koperasi di Indonesia mengalami pasang naik dan turun
dengan titik berat lingkup kegiatan usaha secara menyeluruh yang
berbeda-beda dari waktu ke waktu sesuai dengan iklim lingkungannya.56 Jikalau
pertumbuhan koperasi yang pertama di Indonesia menekankan pada
53
R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), hlm. 5-12.
54
R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Op. Cit, hlm. 28 55
Ibid, hlm. 13 56
kegiatan simpan-pinjam) maka selanjutnya tumbuh pula koperasi yang
menekankan pada kegiatan penyediaan barang-barang konsumsi dan dan
kemudian koperasi yang menekankan pada kegiatan penyediaan
barang-barang untuk keperluan produksi.57
Sejarah perkembangan koperasi di Indonesia dapat dilihat dari 3 (tiga)
masa periode, yaitu:58
1. Periode 1896-1908
Masa ini merupakan titik awal dikenalnya koperasi di bumi
Indonesia. Pada tahun 1896 ada seorang Patih Pamong Praja
bernama R. Aria Wiria Atmadja di Purwokerto yang merintis
mendirikan satu bank simpanan (Hulp Spaarbank) untuk
menolong para kaum priyayi yang terjerat tindakan dalam soal
riba kaum lintah darat. Usahanya ini mendapat bantuan dari
seorang Asisten Residen belanda yang bertugas di Purwokerto
bernama E. Sieburgh. Tetapi cita-cita dan ide dari R. Aria Wiria
Atmadja tidak dapat berlanjut karena mendapat hambatan
kegiatan dari politik Pemerintahan Penjajah pada masa itu.
Adapun tidak terlaksananya pembentukan koperasi pada waktu
itu, dapat disimpulkan karena beberapa sebab, yaitu:59
a) Belum adanya instansi Pemerintah maupun badan non
Pemerintah yang memberikan penerangan dan penyuluhan
57 Ibid. 58
R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Op. Cit, hlm. 14-31. 59
tentang koperasi. Pemerintah sendiri waktu itu bahkan
menghalang-halangi.
b) Ide koperasi hanya muncul dari segelintir orang dan tidak
mendapat dukungan secara luas dari masyarakat.
c) Pemerintah Penjajah belanda tidak memberikan dukungan
untuk pertumbuhan koperasi di masyarakat, karena mereka
takut koperasi akan digunakan oleh kaum pejuang untuk tujuan
yang dapat membahayakan Pemerintah Penjajah.
d) Karena belum adanya Undang-Undang tentang Perkoperasian.
2. Periode 1908-1927
Bersamaan dengan lahirnya Kebangkitan Nasional, tepatnya
pada antara tahun1908-1913, Boedi Oetomo mencoba memajukan
Koperasi-koperasi Rumah Tangga, Koperasi toko, yang kemudian
menjadi Koperasi Konsumsi yang di dalam perkembangannya
kemudian menjadi Koperasi Batik. Gerakan ini dibantu oleh
Serikat Islam yang melahirkan Koperasi pertama kali di
Indonesia.
Pada tahun 1915 lahir Undang-Undang Koperasi pertama
kali di negara jajahan Hindia Belanda yang disebut dengan
Verordening op de Cooperatieve Verenegingen (Koninklijk
Besluit, 7 April 1915, Stb. 431). Undang-Undang ini konkordan
dengan Undang-Undang Koperasi Belanda tahun 1876, dan
rakyat pada waktu itu. Dengan Undang-Undang ini, rakyat tidak
mungkin dapat mendirikan koperasi karena:60
a) Harus mendapat izin dari Gubernur Jendral.
b) Harus dibuat dengan Akta Notaris dalam berbahasa Belanda.
c) Membayar bea materai sebesar 50 gulden.
d) Hak tanah harus menurut Hukum Eropa.
e) Harus diumumkan di Javasche Courant, yang biayanya cukup
tinggi.
Munculnya Undang-Undang Koperasi tahun 1915 tersebut
mendapat tantangan keras dari para pemuka masyarakat
Indonesia, khususnya dari kaum Gerakan Nasional. Akhirnya
pada tahun 1920, Pemerintah Belanda membentuk suatu komisi
atau Panitia Koperasi, atas desakan keras dari pemuka rakyat.
Komisi ini dipimpin oleh Prof. DR. J.H. Boeke, dimana dalam
komisi ini duduk pula beberapa wakil Pemuda Pejuang Indonesia.
Komisi ini bertugas untuk mempelajari apakah bentuk koperasi
sesuai dengan kondisi Indonesia atau tidak, mempelajari dan
menyiapkan cara-cara mengembangkan koperrasi yang cocok
dengan Indonesia, dan menyiapkan Undang-Undang Koperasi
yang sesuai dengan kondisi Indonesia. Akhirnya keluarlah
Undang-Undang Koperasi tahun 1927 yang disebut Regeling
60
Inslamdsche Cooperatieve Verenegingen (Stb. 1927-91). Isinya
antara lain:
a) Akte Pendirian tidak perlu Notariil, cukup didaftarkan pada
Penasihat Urusan Kredit Rakyat dan Koperasi, dan dapat
ditulis dalam Bahasa Daerah.
b) Bea Materainya cukup 3 (tiga) gulden.
c) Dapat memiliki hak tanah menurut Hukum Adat.
d) Hanya berlaku bagi golongan Bumi Putera.
3. Periode 1927-1942
Pemerintah Belanda mengeluarkan Peraturan Koperasi yaitu
Algemene Regeling Op De Cooperatieve Verenegingen (Stb.
1933-108). Peraturan baru ini tidak ada bedanya dengan peraturan
koperasi tahun 1915. Akibatnya koperasi semakin bertambah
mundur. Pada tahun 1935 Jawatan Koperasi dipindahkan dari
Departemen Dalam Negeri ke Departemen Ekonomi, kemudian
pada tahun 1937 dibentuklah koperasi-koperasi Simpan Pinjam
yang diberi bantuan modal oleh pemerintah, dengan tugas sebagai
koperasi pemberantas utang rakyat, terutama kaum tani yang tidak
lepas dari cengkraman kaum pengijon dan lintah darat.
4. Periode 1942-1945
Sejak Balatentara Jepang mendarat di Indonesia pada tahun
sebagai alat pendistribusian barang-barang keperluan tentara
Jepang. Koperasi-koperasi yang ada kemudian diubah menjadi
Kumiai, yang berfungsi sebagai pengumpul barang keperluan
perang. Pada masa ini koperasi semakin hancur yang disebabkan
karena adanya ketentuan dari Penguasa Jepang bahwa mendirikan
koperasi harus mendapat izin dari pemerintah setempat, dan
biasanya izin tersebut sangan dipersulit.
5. Periode 1945-1958
Sejak diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945 dan sehari kemudian UUD disahkan,
maka timbul semangat baru untuk menggerakkan koperasi. Hal ini
dikarenakan koperasi sudah mendapat landasan hukum yang kuat
dalam UUD, yaitu pada pasal 33 ayat (1) UUD beserta
penjelasannya. Karena itu, Gerakan Koperasi seluruh Indonesia
mengadakan Kongres yang pertama pada tanggal 12 Juli 1946 di
Tasikmalaya, Jawa Barat. Dari beberapa keputusan penting yang
diambil adalah menetapkan bahwa tanggal 12 Juli dijadikan
sebagai Hari Koperasi, yang bermakna hari bertekad dari seluruh
bangsa Indonesia untuk melaksanakan kegiatan perekonomian
melalui koperasi.
Gerakan Koperasi Indonesia mengadakan kongres kedua,
dimana salah satu keputusannya adalah menetapkan dan
Kemudian pada tahun 1958 Pemerintah mengundangkan
Undang-Undang Koperasi Nomor 79 tahun 1958 (Lembaran Negara
1958-139). Undang-Undang ini dibuat berdasar pada Undang-Undang
Dasar Sementara tahun 1950 Pasal 38, yang isi ketentuannya sama
dengan Pasal 33 UUD. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang ini
maka peraturan koperasi tahun 1933 dan peraturan koperasi tahun
1949 dinyatakan dicabut.
6. Periode 1958-1965
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 79 tahun 1958
koperasi semakin maju berkembang dan tumbuh dimana-mana.
Tetapi dengan diberlakukannya kembali UUD berdasarkan Dekrit
Presiden tanggal 5 Juli 1959, maka Pemerintah kemudian
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1959
sebagai Peraturan Pelaksana dari Undang-Undang Nomor 79 tahun
1958. Dalam peraturan ini ditentukan bahwa Pemerintah bersikap
sebagai pembina, pengawas, perkembangan koperasi di Indonesia.
Tanggal 2 sampai 10 Agustus tahun 1965 lahirlah
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok
Perkoperasian (Lembaga Negara 1965-75). Undang-undang ini
terdapat unsur-unsur politik yang masuk dalam koperasi, artinya
koperasi masih tetap jadi alat perjuangan dari partai-partai politik
yang menguasainya.
Pemerintah Orde Baru bertekad mengembalikan citra koperasi
sesuai dengan kehendak para pendiri Pasal 33 UUD. Dalam pada
itu terbentuklah Ketetapan MPRS Nomor XXIII/MPRS/1966
Tentang Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi,
Keuangan dan Pembangunan. Peranan Koperasi tercantum didalam
Bab V, Pasal 42 dan Pasal 43. Selanjutnya pada tanggal 18
Desember 1967 Pemerintah Orde Baru dengan persetujuan
DPR-GR telah berhasil membuat Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian yang secara tegas
mencabut Undang-Undang sebelumnya. Selanjutnya pada tahun
1969-1970, koperasi siap memasuki tahap-tahap pembangunan
lima tahun pertama. Pemerintah telah mendirikan Pusat Latihan
Penataran Koperasi (Puslatpenkop), Balai Latihan Koperasi
(Balatkop), Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK), Badan
Usaha Unit Desa/ Koperasi Unit Desa (BUUD/KUD).
Setelah berlaku lebih kurang 25 tahun dan dunia koperasi maupun
dunia usaha pada umumnya telah berkembang pesat, keberadaan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian
dianggap masih belum sepenuhnya dapat menampung hasil-hasil yang
diperlukan untuk menunjang kegiatan perkumpulan koperasi.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang
Perkoperasian (Lembaran Negara Nomor 116 dan Tambahan Lembaga
yang diterbitkan untuk menyesuaikan derap langkah koperasi dengan
perkembangan keadaan perekonomian pada umumnya.61 Undang-Undang
ini dimaksudkan untuk memperjelas dan mempertegas jati diri, tujuan,
kedudukan, peran, menejemen, keusahaan, dan permodalan koperasi serta
pembinaan koperasi sehingga dapat lebih menjamin terwujudnya koperasi
sebagaimana dimanatkan dalam UUD.62
Pada tahun 2012, lahirlah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012
tentang Perkoperasian. Roh korporasi terus merasuk ke sendi-sendi
kehidupan negara, termasuk jiawa usaha yang sesuai dengan
kegotongroyongan: koperasi. Namun dikarenakan bernuansa korporasi,
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian dibatalkan
Mahkamah Konstitusi melalui putusan Nomor 28/PUU-XI/2013. Materi
yang dibatalkan adalah seluruh materi muatan Undang-Undang. Selain
karena berjiwa korporasi, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang
Perkoperasian telah menghilangkan asas kekeluargaan dan gotong royong
yang menjadi ciri khas koperasi. Menurut Mahkamah Konstitusi,
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian bertentangan dengan
UUD 1945, dan hal tersebut mengakibatkan undang-undang ini tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat setelah adanya putusan dari
Mahkamah Konstitusi tersebut yang berarti pula undang-undang tersebut
dibatalkan. Untuk menghindari kekosongan hukum, Mahkamah Konstitusi
61
Andjar Pachta W, et. al. Hukum Koperasi Indonesia Pemahaman, Regulasi, Pendirian, dan Modal Usaha, (Jakarta: Pernada Media, 2005), hlm. 71
menyatakan memberlakukan kembali UU Perkoperasian dan berlaku untuk
sementara waktu sampai dengan terbentuknya undang-undang yang baru.63
UU Perkoperasian menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan
hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan. 64 Koperasi menyandarkan usahanya berdasarkan asas
kekeluargaan sebagaimana perwujudan dari pasal 33 ayat (1) UUD 1945.
2.2 Pengembangan Koperasi dalam Perekonomian di Indonesia
Ropke mendefinisikan koperasi sebagai organisasi bisnis yang para
pemilik atau anggotanya adalah juga pelangggan utama perusahaan tersebut
(kriteria identitas).65 Kriteria identitas suatu koperasi akan merupakan dalil
atau prinsip identitas yang membedakan unit usaha koperasi dari unit usaha
yang lainnya. Berdasarkan definisi tersebut, menurut Hendar dan Kusnadi,
kegiatan koperasi secara ekonomis harus mengacu pada prinsip identitas
(hakikat ganda) yaitu anggota sebagai pemilik yang sekaligus sebagai
pelanggan.66
Organisasi koperasi dibentuk oleh sekelompok orang yang mengelola
perusahaan bersama yang diberi tugas untuk menunjang kegiatan ekonomi
63Agus Sahbani, “UU Perkoperasisan Dibatalkan karena Berjiwa Korporasi.”
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5385bfa83b01f/uuperkoperasiandibatalkankare naberjiwa-korporasi (diakses pada tanggal 31 Agustus 2015 pada pukul 17.00 WIB).
64
Indonesia (Perkoperasian), Ibid, Pasal 1 angka 1. 65
Tulus Tambunan, Ibid hlm. 2. 66
individu para anggotanya. Koperasi adalah organisasi otonom, yang berada
didalam lingkungan sosial ekonomi, yang menguntungkan setiap anggota,
pengurus dan pemimpin dan setiap anggota, pengurus dan pemimpin
merumuskan tujuannya secara otonom dan mewujudkan
tujuan-tujuan itu melalui kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilaksanakan secara
bersama-sama.67
Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh seluruh
anggotanya, di mana setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam
setiap keputusan yang diambil koperasi. Pembagian keuntungan koperasi
(biasa disebut Sisa Hasil Usaha atau SHU) biasanya dihitung berdasarkan
andil anggota tersebut dalam koperasi, misalnya dengan melakukan
pembagian dividen berdasarkan besar pembelian atau penjualan yang
dilakukan oleh si anggota.
Secara umum yang dimaksud dengan koperasi adalah suatu badan
usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian beranggotakan
yang mereka pada umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara
sukarela atas dasar persamaan hak berkewajiban melakukan sesuatu usaha
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya.68
Lembaga koperasi sejak awal diperkenalkan di Indonesia memang
sudah diarahkan untuk berpihak kepada kepentingan ekonomi rakyat yang
dikenal sebagai golongan ekonomi lemah.69 Strata ini biasanya berasal dari
67 Ibid. 68
Pandji Anoraga, H. Djoko Sudantoko, Koperasi Kewirausahaan dan Usaha Kecil (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 1.
69
kelompok masyarakat kelas menengah kebawah. Eksistensi koperasi
memang merupakan suatu fenomena tersendiri, sebab tidak satu lembaga
sejenis lainnya yang mampu menyamainya, tetapi sekaligus diharapkan
menjadi penyeimbang terhadap pilar ekonomi lainnya. Lembaga koperasi
oleh banyak kalangan, diyakini sangat sesuai dengan budaya dan tata
kehidupan bangsa Indonesia. Di dalamnya terkandung muatan menolong
diri sendiri, kerjasama untuk kepentingan bersama (gotong royong), dan
beberapa esensi moral lainnya. Sangat banyak orang mengetahui tentang
koperasi meski belum tentu sama pemahamannya, apalagi juga hanya
sebagian kecil dari populasi bangsa ini yang mampu berkoperasi secara
benar dan konsisten. Sejak kemerdekaan diraih, organisasi koperasi selalu
memperoleh tempat sendiri dalam struktur perekonomian dan mendapatkan
perhatian dari pemerintah.70
Koperasi sebagai suatu badan usaha haruslah bekerja dengan prinsip
dan hukum ekonomi perusahaan, menjalankan asas bussiness efficiency,
yaitu mengupayakan keuntungan finansial untuk menghidupi dirinya.71
Koperasi harus pula menjalankan asas efisiensi ekonomi (melaksanakan
alokasi sumber daya) sebaik mungkin guna menunjang program
kesejahteraan anggota dan pembangunan ekonomi untuk golongan ekonomi
lemah pada umumnya. Dengan koperasi bekerja efisien baik secara
ekonomis maupun bisnis, koperasi akan dapat melayani kepentingan
70
Ibid, hlm. 3. 71
anggotanya, sekaligus koperasi dapat melayani masyarakat sekitar dengan
baik. 72 Sehingga pada akhirnya koperasi akan sangat menunjang
peningkatan kesejahteraan ekonomi golongan ekonomi lemah di suatu
daerah (pedesaan) pada khususnya dan suatu wilayah perekonomian daerah
(pedesaan) pada umumnya. Koperasi dan para pelakunya (pengurus,
manajer/ pengelola, dan anggotanya) harus mampu bekerja secara efisien,
untuk dapat bersaing dengan pelaku ekonomi lainnya (Badan Usaha Milik
Swasta dan Badan Usaha Milik Negara) dalam menjalankan kegiatan usaha
di segala bidang kehidupan ekonomi, sehingga mampu untuk meningkatkan
kesejahteraan anggotanya.73
Koperasi merupakan suatu alat yang ampuh bagi pembangunan, oleh
karena koperasi merupakan suatu wadah, dimana kepentingan pribadi dan
kepentingan kelompok tergabung sedemikian rupa. Sehingga melalui
kegiatan kelompok, kepentingan pribadi para anggota menjadi kekuatan
pendorong yang memberikan manfaat bagi seluruh anggota kelompok
tersebut. Kelompok tersebut bisa terjadi jika kelompok tersebut secara
relatif homogen dan setiap anggautanya mampu memberikan kontribusi
yang nyata.74
Menurut Mohammad Hatta, seluruh perekonomian rakyat harus
berdasarkan koperasi. Koperasi mendahulukan kepentingan individual. Oleh
karena itu, koperasi harus memiliki fungsi mendidik masyarakat dalam hal
72
Ibid. 73
Ibid. 74
mengurus keperluan bersama.75 Diatas bangunan-bangunan koperasi itu,
diperlukan campur tangan pemerintah, untuk mengkoordinasi segala usaha
produktif bagi keselamatan masyarakat. Dalam pemikiran Hatta, terdapat
peran yang juga sekaligus menjadi tugas koperasi di Indonesia, yaitu : 76
1. Memperbaiki produksi
Ada tiga jenis barang utama yang produksinya harus segera
diperbaiki, yaitu pangan, barang kerajinan, dan barang-barang
pertukangan yang diperlukan oleh rakyat dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Memperbaiki kualitas barang
Koperasi harus memperbaiki kualitas barang-barang yang
dihasilkan oleh rakyat Indonesia. Salah satu sebab rendahnya
kualitas barang-barang adalah tidak cukupnya sarana produksi
yamg dimiliki oleh rakyat, maka koperasi memiliki peran untuk
secara bersama-sama memiliki sarana produksi yang dibutuhkan.
3. Memperbaiki distribusi
Para pedagang pada umumnya telah mempermainkan distribusi
untuk kepentingan mereka sendiri, misalnya dengan menimbun
barang pada saat barang mulai langka untuk mendapatkan laba
yang sebesar-besarnya. Maka koperasi yang mempunyai tujuan
untuk memenuhi kebutuhan bersama, memiliki peluang besar
untuk memperbaiki sistem distribusi barang.
75
Y.Harsoyo dkk, Ideologi Koperasi Menatap Masa Depan, (Tangerang: Pustaka Widyatama, 2006), hlm. 15
4. Memperbaiki harga
Pedagang selalu berusaha untuk menjual barang dengan harga
yang setinggi-tingginya, kondisi demikian merugikan masyarakat
luas. Koperasi yang bertujuan memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat luas seharusnya memperbaiki harga pasar.
5. Menyingkirkan penghisapan
Penghisapann yang merugikan masyarakat harus disingkirkan
dengan pendirian koperasi-koperasi simpan pinjam.
6. Memperkuat permodalan
Masyarakat pada umumnya mengalami kesulitan dalam
permodalan. Dengan koperasi masyarakat harus digerakkan untuk
menabung sebagai sumber modal.
7. Memelihara lumbung
Sistem lumbung harus diperbaharui disesuaikan dengan tuntutan
masa. Lumbung harus menjadi alat untuk menyesuaikan produksi
dan konsumsi atau sebagai buffer stock. Dengan adanya lumbung
akan mengurangi gejolak harga pada saat panen dan masa
panceklik. Lumbung padi juga berfungsi untuk penyediaan bibit
pada musim tanam.
Keberadaan koperasi sebagai bagian terbesar dari seluruh entitas
usaha nasional merupakan wujud nyata kehidupan ekonomi rakyat
Indonesia. Posisi seperti itu seharusnya menempatkan peran koperasi
kerakyatan, namun hingga kini perkembangannya masih jauh tertinggal
dibandingkan dengan pelaku ekonomi yang lain. 77 Oleh karena itu
pengembangan koperasi harus menjadi salah satu strategi utama
pembangunan nasional yang pelaksanaannya diwujudkan secara
sungguh-sungguh dengan komitmen bersama yang kuat serta didukung oleh
upaya-upaya sistematis dan konseptual secara konsisten dan terus -menerus dengan
melibatkan semua pihak yang berkepentingan (baik pemerintah, swasta,
maupun masyarakat di tingkat nasional, regional, maupun lokal). Barang
tentu hal ini juga harus dibarengi dengan strategi pengembangan usaha
besar dalam kerangka sistem ekonomi kerakyatan.78
Pengembangan koperasi menjadi komponen penting bagi program
pembangunan nasional untuk meletakkan landasan pembangunan sistem
ekonomi kerakyatan yang berkelanjutan dan berkeadilan.79 Proses dan cara
untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut sangat penting, terutama
melalui upaya penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas. 80
Pendekatan demikian diharapkan lebih menjamin terwujudnya
perekonomian yang lebih adil dan merata, berdaya saing dengan basis
efisiensi di berbagai sektor dan keunggulan kompetitif untuk memenangkan
persaingan global, berwawasan pemanfaatan sumberdaya alam dan
lingkungan hidup yang lestari, dengan partisipasi masyarakat yang lebih
77
Ginandjar Kartasasmita, “Membangun Ekonomi Rakyat untuk Mewujudkan Indonesia Baru yang Kita Cita-citakan,”(Bandung: pidato Disampaikan di depan Gerakan Mahasiswa Pasundan Bandung, 27 September 2001), hlm. 3.
78
Ibid.
79
Ibid.
menonjol dan desentralisasi pembangunan untuk meningkatkan kapasitas
dan memaksimalkan potensi daerah, serta bersih dari KKN (Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme).81
Usaha mikro kecil menengah dan koperasi (“UMKMK”) memiliki
peluang untuk terus berkembang. Perkembangan koperasi di Indonesia
masih terhambat sejumlah persoalan. Beberapa hal yang masih menjadi
penghambat dalam pengembangan koperasi ditinjau dari dua faktor yaitu
faktor internal dan faktor eksternal koperasi, dimana penanganan
masing-masing faktor harus bersinergi untuk memperoleh hasil yang maksimal,
yaitu :82
1. faktor Internal : merupakan masalah klasik dari UMKMK yaitu lemah
dalam segi permodalan dan segi manajerial (kemampuan manajemen,
produksi, pemasaran dan sumber daya manusia);
2. faktor Eksternal : merupakan masalah yang muncul dari pihak
pengembang dan pembina UMKMK, misalnya solusi yang diberikan
tidak tepat sasaran, tidak adanya monitoring dan program yang
tumpang tindih antar institusi.
Secara rinci Kementrian Koperasi dan UMKM mengemukakan
permasalahan yang ada pada koperasi dan UMKMK adalah sebagai berikut
:83
81
Ibid.
82
Edy Suandi Hamid, “Pengembangan UMKM untuk Meningkatkan Perekonomian Daerah,” (Purworejo: disampaikan pada Simposium Nasional: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif, 2010), hlm. 3.
83
1. Terbatasnya akses, kapasitas dan kemampuan Koperasi untuk
mengenali, memanfaatkan dan mengembangkan sumberdaya produktif.
2. Rendahnya produktivitas mengakibatkan lemahnya daya saing
UMKMK.
3. Rendah kualitas kelembagaan/formalisasi usaha.
4. Rendahnya penguasaan dan pemanfaatan teknologi secara produktif,
efektif dan efisien.
5. Lemahnya entrepreneurship dan kualitas sumber daya manusia (SDM).
6. Hambatan otonomi daerah (peraturan daerah, struktur organisasi).
7. Belum tersedianya tenaga penyuluh koperasi.
Koperasi diharapkan dapat ditingkatkan kualitasnya agar mampu
tumbuh dan berkembang sesuai jati dirinya menjadi wadah kepentingan
bersama bagi anggotanya. Pemerintah telah melakukan berbagai kegiatan
untuk meningkatkan kualitas koperasi antara lain:
1. klasifikasi koperasi dan pencapaian koperasi berkualitas;
2. sosialisasi pembentukan koperasi;
3. pendidikan perkoperasian; dan
4. pengembangan kerja sama koperasi pertanian se ASEAN.
Untuk mengetahui kinerja dan kualifikasi koperasi Indonesia, dan
mendorong pelaksanaan prinsip-prinsip koperasi, Pemerintah telah
melakukan upaya intensif dan terpadu dengan klasifikasi koperasi. Pada
periode tahun 2006-2008, telah dilakukan klasifikasi koperasi sebanyak
33.463 koperasi dengan rincian 4.796 koperasi klasifikasi A, 14.240
koperasi klasifikasi B, 14.458 koperasi klasifikasi C.84 Hasil dari klasifikasi
akan menjadi bahan bagi penetapan kebijakan pengembangan koperasi dan
menjadi sumber informasi bagi pihak lain yang memerlukan kerja sama
dengan koperasi. Selanjutnya, Pedoman Klasifikasi Koperasi
disempurnakan menjadi Pedoman Pemeringkatan Koperasi yang ditetapkan
dalam Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor
22/Per/M.KUKM/IV/2007. Pada tahun 2007, dihasilkan 7.918 koperasi
yang berperingkat dengan rincian: (a) 4 koperasi berperingkat sangat
berkualitas, (b) 2.592 koperasi berperingkat berkualitas, dan (c) 5.322
koperasi berperingkat cukup berkualitas. Sementara itu, pada tahun 2008
dihasilkan 886 koperasi yang berperingkat dengan rincian: (a) 22 koperasi
berperingkat berkualitas, dan (b) 864 koperasi berperingkat cukup
berkualitas.85
Dalam rangka penguatan permodalan bagi koperasi sivitas akademika
(KOSIKA), Pemerintah telah memberikan bantuan modal kepada 10 unit
KOSIKA yang tersebar di 10 provinsi pada tahun 2007.86 Penguatan
permodalan KOSIKA akan dapat dirasakan manfaatnya oleh 1.250 orang
anggota koperasi. Dalam rangka peningkatan kualitas dan jumlah koperasi,
Pemerintah melakukan sosialisasi pembentukan koperasi. Kegiatan ini
bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kelompok usaha masyarakat
84Republik Indonesia, Bappenas, “Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah”, bappenas.go.id/files/.../bab-20__20090202204616__1756__21.pd... (diakses pada 6 Juni pada pukul 20.18 WIB).
85
Ibid.
terutama yang sudah memiliki usaha produktif menjadi lembaga yang
berbentuk koperasi. Pada tahun 2008, telah dilakukan sosialisasi
pembentukan koperasi wanita di 4 provinsi.87
Untuk meningkatkan peran koperasi di bidang pertanian dan sekaligus
dalam mengantisipasi perekonomia dunia yang semakin kompetitif,
Indonesia telah berpartisipasi dalam kerja sama koperasi se-ASEAN.88
Wadah Kerja sama diwujudkan melalui pembentukan ASEAN Center for
The Development of Agricultural Cooperative (ACEDAC). Anggotanya
adalah gerakan koperasi dari negara-negara anggota ASEAN.
Pada tahun 2008, telah diadakan sidang tahunan di Lao PDR yang
menghasilkan:89 (a) kesepakatan pelaksanakan Strategy Alliances Project
untuk Dairy Product Marketing oleh Gabungan Koperasi Susu Indonesia
(GKSI); (b) penyelenggaraan exchange visit yang bertujuan untuk
meningkatkan wawasan bagi pengurus maupun pengelola koperasi; dan (c)
penguatan kerja sama negaranegara ASEAN dengan Jepang. Dalam upaya
meningkatkan kualitas SDM koperasi, Lembaga Pendidikan Koperasi
(LAPENKOP) telah menyelenggarakan diklat perkoperasian. Diklat ini
ditujukan kepada anggota koperasi, pengurus koperasi dan pengawas
koperasi. Selama periode tahun 2005-2008 telah dilatih sekitar 1,5 juta
orang. Pemerintah juga pada periode tahun yang sama telah
menyelenggarakan diklat perkoperasian kepada 14.280 orang yang terdiri
87
Ibid.
88
Ibid.
anggota koperasi, pengurus koperasi, pengelola koperasi, pengawas
koperasi maupun masyarakat yang akan membentuk koperasi.90
Undang-Undang Nomor Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan
memuat bab khusus (Bab X) Pasal 73 ayat 1 untuk mendorong pertumbuhan
UMKMK, yang memberikan amanah kepada pemerintah maupun
pemerintah daerah untuk melakukan pemberdayaan terhadap koperasi serta
usaha mikro, kecil, dan menengah di sektor perdagangan. Pemberdayaan
UMKMK ini, sebagaimana tertuang dalam ayat (2), dilakukan melalui
sejumlah program fasilitas dan insentif, bimbingan teknis, akses maupun
bantuan permodalan, bantuan promosi, dan pemasaran.
2.3 Pengaturan Koperasi di Indonesia
2.3.1 Karakteristik Koperasi di Indonesia
Undang-Undang Perkoperasian menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang
atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar
atas asas kekeluargaan.91 Koperasi menyandarkan usahanya berdasarkan
asas kekeluargaan sebagaimana perwujudan dari pasal 33 ayat (1) UUD
1945.
Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan
90
Ibid.
91
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju,
adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.92 Demi mencapai tujuan tersebut, koperasi memiliki prinsip yang
menjadi sumber inspirasi dan menjiwai keseluruhan organisasi dan kegiatan
usahanya. Prinsip-prinsip koperasi tersebut yaitu : 93
1. keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;
2. pengelolaan dilakukan secara demokratis;
3. pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding
dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota;
4. pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;
5. kemandirian.
Dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula
prinsip koperasi yaitu pendidikan perkoperasian dan prinsip kerja sama
antar koperasi.
Dalam ilmu ekonomi, koperasi termasuk badan usaha yang
berbentuk badan hukum. Akan tetapi koperasi memiliki ciri tersendiri yang
berbeda dengan badan-badan usaha lain, antara lain:94
Koperasi:
a. tidak mencari keuntungan sebesar-besarnya. Maksud pertama
adalah memperbaiki kesejahteraan anngota (benefit associatin).
92
Indonesia (Perkoperasian), Ibid, Pasal 4. 93
Indonesia (Perkoperasian), Ibid, Pasal 5 94
b. Orang (anggota) yang diutamakan modal hanya sebagai alat.
Keuntungan dibagi menurut jasa anggota terhadap terjadinya
keuntungan itu.
c. Anggota mempuyai hak suara yang sama (demokrasi)
d. Modal koperasi berubah-ubah, bergantung pada keluar masuk
anggota.
e. Bekerja secara terang-terangan sehingga dapat diketahui.
Badan usaha lain:
a. Mencari keuntungan sebesar-besarnya (profit association).
b. Uang (modal) diutamakan, orang (anggota) faktor kedua. Modal
c. berkuasa dan keuntungan dibagi menurut besarnya modal.
d. Hak suara bergantung besarnya modal yang dimiliki.
e. Modal badan usaha tetap.
f. Merahasiakan cara bekerjanya supaya dapat keuntungan.
2.3.2 Organ-Organ Koperasi
Sebuah badan usaha tidak dapat dijalankan apabila badan usaha
tersebut tidak memiliki alat penggerak. Alat penggerak yang terdapat di
koperasi merupakan organ koperasi itu sendiri. Organ koperasi yang
dimaksud antara lain sebagai berikut:95
95
a) Rapat Anggota
Para organ anggota untuk membicarakan sesuatu tentang
koperasi di kalangan anggota maka diadakan suatu rapat, di mana
para anggota seluruhnya diundang. Para anggota dapat berbicara,
memberikan usul, dan pertimbangan menyetujui usul, atau
menolaknya seperti halnya yang umum dilakukan pada suatu rapat.
Selain anggota pengurus dan badan pemeriksa jika ada, penasehat
beserta pejabat lain pada dasarnya tidak ada pihak lain yang dapat
diundang sehingga pembicaraan tidak ada campur tangan dari orang
lain.96
Sebuah pencerminan demokrasi dalam koperasi terdapat
dalam rapat anggota. Rapat anggota sebagai kekuasaan tertinggi
dalam organisasi koperasi. Di dalam rapat anggota, orang-orang
tanpa mewakili aliran, golongan dan paham politik orang-perorangan
dan hak suara yang sama atau satu pada suatu koperasi. Kondisi
seperti itu merupakan asas pokok dari penghidupan koperasi
tersebut.97
Rapat anggota diselenggarakan oleh pengurus koperasi dan
pengurus juga yang bertanggung jawab atas rapat anggota.
Keputusan yang diambil oleh Rapat Anggota bersifat mengikat
semua anggota untuk ditaati dan juga mengikat pengurus koperasi
96
Departemen Perdagangan dan Koperasi Direktorat Jenderal Koperasi Indonesia, Pengetahuan Perkopera sian,(Jakarta: Departemen Perdagangan dan Koperasi Direktorat Jenderal Koperasi Indonesia, 1977), hlm. 85.
97
untuk melaksanakan. Tentunya ini semuanya terlebih dahulu sudah
diatur dalam Anggaran dasar Koperasi yang bersangkutan maupun
dalam keputusan lain sehingga semua anggota dianggap mengetahui
terlebih dahulu.98
b) Pengurus
Menurut ketentuan tradisional, pengurus itu dirumuskan
sebagai badan pemerintahan terhadap siapa pengelolaan urusan
koperasi itu dipercayakan. Karena itu pengurus adalah badan
eksekutif yang bertugas di bidang pengelolaan, sedangkan para
anggota dalam Rapat Umum adalah pembuat kebijaksanaan dengan
kekuasaan untuk memutuskan segala hal yang berkenaan dengan
koperasi.99
Pengurus berwenang mewakili koperasi di dalam dan di luar
pengadilan, memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru
serta pemberhentian anggota sesuai dengan ketentuan dalam
anggaran dasar. Kewenangan yang lainnyaadalah melakukan
tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan koperasi
sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan rapat anggota dan
mengangkat pengelola. Tanggung jawab pengurus baik
bersama-sama maupun sendiri-sendiri menanggung kerugian yang diderita
koperasi karena tindakan yang dilakukan dengan kesengajaan atau
kelalaiannya. Selain itu jika pengurus dapat dituntut oleh penuntut
98
Departemen Perdagangan dan Koperasi Direktorat Jenderal Koperasi Indonesia, Op.cit., hlm. 85.
99
umum. Bila pengurus mengangkat pengelola maka pengurus tetap
betanggung jawab atas pengelolaan tersebut.100
c) Pengawas
Pengertian pengawas dan pengurus memiliki kedudukan yang
sejajar dalam koperasi. Dalam hal ini tidak ada yang lebih atas dan
tidak saling membawahi diantara kedua perangkat organisasi koperasi.
Pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi, membuat laporan tertulis
tentang hasil pengawasannya dan merahasiakan hasil pengawasan
terhadap pihak ketiga. Kedudukan sejajar antara pengurus dan
pengawas dikarenakan hakikat dari dua organ tersebut melaksanakan
amanat rapat anggota didalam mengelola kegiatan koperasi
sehari-hari.101
2.3.3 Permodalan Koperasi
Sebagai badan usaha koperasi sama dengan bentuk badan usaha
lainnya, yaitu sama-sama berorientasi laba dan membutuhkan modal.
Koperasi sebagai wadah demokrasi ekonomi dan sosial harus menjalankan
usahanya. Oleh karena itu kehadiran modal dalam koperasi ibarat pembuluh
darah yang mensuplai darah (modal) bagi kegiatan-kegiatan lainnya dalam
100
M. Faruq Sulaiman, “Perbandingan Kedudukan Tanggung Jawab Hukum Pengurus Pada Koperasi dan Perseroan Terbatas (Studi Kasus: Koperasi Komunika dan PT Bakrie Telecom Tbk),” Skripsi, (Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia), hlm. 30
koperasi.102 Dalam memulai suatu usaha, modal merupakan salah satu faktor
penting disamping faktor lainnya, sehingga suatu usaha bisa tidak berjalan
apabila tidak tersedia modal. Artinya, bahwa suatu usaha tidak akan pernah
ada atau tidak dapat berjalan tanpa adanya modal. Hal ini menggambarkan
bahwa modal lah yang menjadi faktor utama dan penentu dari suatu
kegiatan usaha.103 Karenanya setiap orang yang akan melalukan kegiatan
usaha, maka langkah utama yang dilakukannya adalah memikirkan dan
mencari modal untuk usahanya. Kedudukan modal dalam suatu usaha
dikatakan oleh Suryadi Prawirosentono sebagai berikut:104
“Modal adalah salah satu faktor penting diantara berbagai faktor produksi yang diperlukan. Bahkan modal merupakan faktor produksi penting untuk pengadaan faktor produksi seperti tanah, bahan baku, dan mesin. Tanpa modal tidak mungkin dapat membeli tanah, mesin, tenaga kerja dan teknologi lain. Pengertian modal adalah “suatu aktiva dengan umur lebih dari satu tahun yang tidak diperdagangkan dalam kegiatan bisnis sehari-hari”.
Modal merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan yang dapat
menghasilkan keuntungan pada waktu yang akan datang dan dinyatakan
dalam nilai uang. Modal dalam bentuk uang pada suatu usaha mengalami
perubahan bentuk sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan usaha,
yakni :
a. sebagian dibelikan tanah dan bangunan;
b. sebagian dibelikan persediaan bahan;
c. sebagian dibelikan mesin dan peralatan;
102
Lihat Neti Budiwati, “Manajemen Keuangan dan Permodalan Koperasi”, file.upi.edu/Direktori/...KOPERASI/.../Manaj_Keuang_Kop.pdf (Diakses pada tanggal 14 Mei 2016 pada pukul 20.00)
103
Ibid.
d. sebagian lagi disimpan dalam bentuk uang tunai (cash).
Koperasi sebagai badan usaha perlu dikelola secara profesional
dengan mengandalkan prinsip usaha rasionalitas, efektivitas, efisiensi, dan
produktivitas yang bermuara pada kepentingan anggota dan keuntungan
secara keseluruhan tanpa mengabaikan prinsip utama koperasi itu sendiri.
Hal ini menimbulkan masalah ketika menejemen keuangan yang harus
dikelola semaksimal mungkin untuk memecahkan masalah yang sering
terjadi khususnya masalah permodalan yang akan menghambat roda usaha
koperasi.105
Permodalan menjadi permasalahan klasik bagi setiap badan usaha
kerakyatan tidak terkecuali untuk koperasi. Penyebab lemahnya struktur
permodalan dikarenakan:106
1. Lemahnya struktur permodalan koperasi yang selalu mengalami
masalah kekurangan modal secara kuantitatif.
2. Jumlah modal koperasi yang selalu berubah-ubah.
Penyebab diatas menjadikan para investor kurang tertarik untuk menanmkan
modalnya pada koperasi.
Berbagai hambatan permodalan koperasi harus disikapi dengan
mencari dan menemukan solusi pembiayaan lain sebagai alternatif jalan
tengah. Dalam dunia pembiayaan atau permodalan, selain dikenal istilah
lembaga keuangan perbankan, kita juga mengenal lembaga keuangan bukan
bank. Berbeda dengan lembaga perbankan, lembaga keuangan bukan bank
105
Ibid.
ini tidak diperbolehkan mengumpulkan dan mengelola dana masyarakat
dalam menjalankan core business-nya. Sumber dana diperoleh dari setoran
para pemilik, baik lembaga non pemerintah maupun pemerintah.
Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.107
Modal sendiri dapat berasal dari:108
1. simpanan pokok;
2. simpanan wajib;
3. dana cadangan;
4. hibah.
Modal pinjaman dapat berasal dari:109
1. anggota;
2. koperasi lainnya dan/atau anggotanya;
3. bank dan lembaga keuangan lainnya;
4. penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya;
5. sumber lain yang sah.
Selain modal yang disebutkan, koperasi dapat juga melakukan
pemupukan modal yang berasal dari modal penyertaan. Ketentuan mengenai
modal penyertaan diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1998
tentang Modal Penyertaan Pada Koperasi. Untuk memperkuat struktur
permodalan, koperasi dapat memupuk modal melalui modal penyertaan
yang berasal dari:
107
Indonesia (Perkoperasian), Ibid, Pasal 41 ayat (1). 108
Indonesia (Perkoperasian), Ibid, Pasal 41 ayat (2) . 109
a. pemerintah,
b. anggota masyarakat,
c. badan usaha dan
d. badan-badan lainnya.
Pemupukan modal perjanjian harus didasari sebuah perjanjian antara
koperasi dengan pemodal.110 Pemodal pada koperasi simpan pinjam adalah
penyerta modal. Penyerta modal merupakan sebagai pengguna jasa
koperasi. Umumnya, penyerta modal adalah para anggota masyarakaat yang
disebut mitra usaha.
2.3.4 Bidang Usaha Koperasi
Lembaga koperasi sejak awal diperkenalkan di Indonesia memang
sudah diarahkan untuk berpihak kepada kepentingan ekonomi rakyat yang
dikenal sebagai golongan ekonomi lemah. Strata ini biasanya berasal dari
kelompok masyarakat kelas menengah kebawah. Eksistensi koperasi
memang merupakan suatu fenomena tersendiri, sebab tidak satu lembaga
sejenis lainnya yang mampu menyamainya, tetapi sekaligus diharapkan
menjadi penyeimbang terhadap pilar ekonomi lainnya. Lembaga koperasi
oleh banyak kalangan, diyakini sangat sesuai dengan budaya dan tata
kehidupan bangsa Indonesia. Di dalamnya terkandung muatan menolong
diri sendiri, kerjasama untuk kepentingan bersama (gotong royong), dan
beberapa esensi moral lainnya. Sangat banyak orang mengetahui tentang
110
koperasi meski belum tentu sama pemahamannya, apalagi juga hanya
sebagian kecil dari populasi bangsa ini yang mampu berkoperasi secara
benar dan konsisten. Sejak kemerdekaan diraih, organisasi koperasi selalu
memperoleh tempat sendiri dalam struktur perekonomian dan mendapatkan
perhatian dari pemerintah.111
Koperasi berkenaan dengan manusia sebagai individu dan dengan
kehidupannya dalam masyarakat. Manusia tidak dapat melakukan kerja
sama sebagai satu unit, manusia memerlukan manusia lainnya dalam
kerangka kerja sosial (social framework). Dalam hal ini, koperasi berkaitan
dengan fungsi-fungsi adalah sebagai berikut : 112
1. Fungsi sosial, yaitu cara manusia hidup, bekerja, dan bermain dalam
masyarakat.
2. Fungsi ekonomi, yaitu manusia membiayai kelangsungan hidupnya
dengan bekerja dalam masyarakat.
3. Fungsi Politik, yaitu cara manusia memerintah dan mengatur diri
mereka sendiri melalui berbagai hukum dan peraturan.
4. Fungsi Etika, yaitu cara manusia berprilaku dan meyakini kepercayaan
mereka, falsafah mereka, dan cara berhubungan dengan Tuhan mereka.
Koperasi berdasarkan pembentukannya dibedakan menjadi dua
bentuk yakni koperasi primer yang merupakan koperasi yang di dalamnya
dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 orang113 dan bentuk bentuk lain yakni
111
Tulus Tambunan, Op. Cit, hlm. 3. 112
Arifin Sitio, Halomoan Tamba, Kopera si Teori dan Praktek, (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm 14.
113
koperasi sekunder yakni koperasi yang dibentuk oleh sekurang-kurangnya
tiga koperasi.114
Koperasi yang dibedakan berdasarkan jenis kegiatan usaha yang
dilakukannya yang didasari atas adanya kesamaan kegiatan dan kepentingan
ekonomi anggotanya.115Dalam UU Perkoperasian juga dijelaskan bahwa
jenis koperasi terbagi menjadi koperasi simpan pinjam, koperasi konsumen,
koperasi produsen dan koperasi jasa. Masing-masing dari jenis tersebut
memiliki kegiatan usaha tersendiri. Usaha koperasi merupakan kesamaan
kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya.116
Kegiatan usaha simpan pinjam dilaksanakan dari dan untuk anggota,
calon anggota koperasi yang bersangkutan dan atau anggotanya. Calon
anggota koperasi diberikan kewajiban dalam waktu paling lama 3 (tiga)
bulan setelah melunasi simpanan pokok harus menjadi anggota. Kegiatan
usaha simpan pinjam yaitu, (1) menghimpun simpanan koperasi berjangka
dan tabungan koperasi dari anggotanya, koperasi lain dan atau anggotanya,
(2) memberikan pinjaman kepada anggota, calon anggota, koperasi lain dan
atau anggotanya. Kegiatan usaha simpan pinjam harus dilakukan
berdasarkan perjanjian kerjasama antar koperasi.117
114
Ibid, Pasal 6 ayat (2). 115Ibid,
Pasal 16. 116
Ibid, Pasal 43. 117