• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Kedudukan Koperasi Sebagai Pemegang Saham Perseroan Terbatas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Hukum Kedudukan Koperasi Sebagai Pemegang Saham Perseroan Terbatas"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KOPERASI SEBAGAI PELAKU EKONOMI DI INDONESIA

2.1 Sejarah Perkoperasian di Indonesia

Ide koperasi lahir dalam era kejayaan kapitalisme. Jika kapitalisme

berpijak pada paham tentang pentingnya peranan modal dalam kegiatan

ekonomi, maka koperasi lebih mengutamakan peranan manusia dalam

memupuk modal. Dengan demikian, perbedaannya terletak pada penekanan

faktor-faktor produksi dalam kegiatan ekonomi; koperasi pada manusianya,

sedangkan kapitalisme pada kekuatan modal.51 Dalam hal ini bukanlah

berarti bahwa yang satu tidak memerlukan faktor produksi seperti yang

ditekankan yang lainnya; di dalam kapitalisme, manusia peranannya

diperlukan sebagai salah satu faktor produksi sedang dalam koperasi modal

diperlukan untuk menjalankan usahanya yang dikumpulkan oleh

manusia-manusia yang menjadi anggotanya.52

Gerakan koperasi timbul karena adanya inspirasi dari pembaharu

sosial pada abad ke-14 di daratan Eropa, dan dapat dicatat serta

dikemukakan yang berperan dalam mengembangkan koperasi, antara lain

seperti Francois Charles Fourier (1771-1837), Robert Owen (1771-1858),

William King, Louis Blanc (1811-1882), N.V.S Grundtwig (1783-1872),

Hermann Schulze Celitizch (1808-1883), Friederich William Raiffeisen

51

Andjar Pachta W., et. al. Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2005), hlm. 14.

(2)

(1818-1888), Alphonse Desjardius (1854-1921), M.M Coady (1882-1959),

Ivan Emelianaft (1880-1900), Margaret Digby dan Paul Lambert. 53

Koperasi berkembang dari Eropa menuju daratan Asia. Di Jepang,

untuk pertama kali koperasi didirikan pada tahun1900, bersamaan waktunya

dengan pelaksanaan Undang-Undang Koperasi Industri Kerajinan. 54

Meskipun dibawah nama industri kerajinan, koperasi di Jepang bergerak

pula dalam bidang pertanian. Sementara itu di India, gerakan koperasi di

India dimulai dengan berdirinya Koperasi Kredit untuk memberikan

kemungkinan para produsen kecil berusaha. Munculnya koperasi kredit di

India ini disebabkan karena pengusaha kecil disana waktu itu selalu menjadi

korban lintah darat yang memberi pinjaman modal dengan bunga yang

sangat tinggi.55 Koperasi kredit di India ini dapat pula berbentuk Koperasi

Lumbung, dengan sistem uang pangkal dapat dibayar berupa uang maupun

padi dengan iurannya harus berupa padi.

Di Indonesia, pertumbuhan koperasi dimulai sejak tahun 1896 yang

selanjutnya berkembang dari waktu ke waktu sampai sekarang.

Perkembangan koperasi di Indonesia mengalami pasang naik dan turun

dengan titik berat lingkup kegiatan usaha secara menyeluruh yang

berbeda-beda dari waktu ke waktu sesuai dengan iklim lingkungannya.56 Jikalau

pertumbuhan koperasi yang pertama di Indonesia menekankan pada

53

R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), hlm. 5-12.

54

R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Op. Cit, hlm. 28 55

Ibid, hlm. 13 56

(3)

kegiatan simpan-pinjam) maka selanjutnya tumbuh pula koperasi yang

menekankan pada kegiatan penyediaan barang-barang konsumsi dan dan

kemudian koperasi yang menekankan pada kegiatan penyediaan

barang-barang untuk keperluan produksi.57

Sejarah perkembangan koperasi di Indonesia dapat dilihat dari 3 (tiga)

masa periode, yaitu:58

1. Periode 1896-1908

Masa ini merupakan titik awal dikenalnya koperasi di bumi

Indonesia. Pada tahun 1896 ada seorang Patih Pamong Praja

bernama R. Aria Wiria Atmadja di Purwokerto yang merintis

mendirikan satu bank simpanan (Hulp Spaarbank) untuk

menolong para kaum priyayi yang terjerat tindakan dalam soal

riba kaum lintah darat. Usahanya ini mendapat bantuan dari

seorang Asisten Residen belanda yang bertugas di Purwokerto

bernama E. Sieburgh. Tetapi cita-cita dan ide dari R. Aria Wiria

Atmadja tidak dapat berlanjut karena mendapat hambatan

kegiatan dari politik Pemerintahan Penjajah pada masa itu.

Adapun tidak terlaksananya pembentukan koperasi pada waktu

itu, dapat disimpulkan karena beberapa sebab, yaitu:59

a) Belum adanya instansi Pemerintah maupun badan non

Pemerintah yang memberikan penerangan dan penyuluhan

57 Ibid. 58

R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Op. Cit, hlm. 14-31. 59

(4)

tentang koperasi. Pemerintah sendiri waktu itu bahkan

menghalang-halangi.

b) Ide koperasi hanya muncul dari segelintir orang dan tidak

mendapat dukungan secara luas dari masyarakat.

c) Pemerintah Penjajah belanda tidak memberikan dukungan

untuk pertumbuhan koperasi di masyarakat, karena mereka

takut koperasi akan digunakan oleh kaum pejuang untuk tujuan

yang dapat membahayakan Pemerintah Penjajah.

d) Karena belum adanya Undang-Undang tentang Perkoperasian.

2. Periode 1908-1927

Bersamaan dengan lahirnya Kebangkitan Nasional, tepatnya

pada antara tahun1908-1913, Boedi Oetomo mencoba memajukan

Koperasi-koperasi Rumah Tangga, Koperasi toko, yang kemudian

menjadi Koperasi Konsumsi yang di dalam perkembangannya

kemudian menjadi Koperasi Batik. Gerakan ini dibantu oleh

Serikat Islam yang melahirkan Koperasi pertama kali di

Indonesia.

Pada tahun 1915 lahir Undang-Undang Koperasi pertama

kali di negara jajahan Hindia Belanda yang disebut dengan

Verordening op de Cooperatieve Verenegingen (Koninklijk

Besluit, 7 April 1915, Stb. 431). Undang-Undang ini konkordan

dengan Undang-Undang Koperasi Belanda tahun 1876, dan

(5)

rakyat pada waktu itu. Dengan Undang-Undang ini, rakyat tidak

mungkin dapat mendirikan koperasi karena:60

a) Harus mendapat izin dari Gubernur Jendral.

b) Harus dibuat dengan Akta Notaris dalam berbahasa Belanda.

c) Membayar bea materai sebesar 50 gulden.

d) Hak tanah harus menurut Hukum Eropa.

e) Harus diumumkan di Javasche Courant, yang biayanya cukup

tinggi.

Munculnya Undang-Undang Koperasi tahun 1915 tersebut

mendapat tantangan keras dari para pemuka masyarakat

Indonesia, khususnya dari kaum Gerakan Nasional. Akhirnya

pada tahun 1920, Pemerintah Belanda membentuk suatu komisi

atau Panitia Koperasi, atas desakan keras dari pemuka rakyat.

Komisi ini dipimpin oleh Prof. DR. J.H. Boeke, dimana dalam

komisi ini duduk pula beberapa wakil Pemuda Pejuang Indonesia.

Komisi ini bertugas untuk mempelajari apakah bentuk koperasi

sesuai dengan kondisi Indonesia atau tidak, mempelajari dan

menyiapkan cara-cara mengembangkan koperrasi yang cocok

dengan Indonesia, dan menyiapkan Undang-Undang Koperasi

yang sesuai dengan kondisi Indonesia. Akhirnya keluarlah

Undang-Undang Koperasi tahun 1927 yang disebut Regeling

60

(6)

Inslamdsche Cooperatieve Verenegingen (Stb. 1927-91). Isinya

antara lain:

a) Akte Pendirian tidak perlu Notariil, cukup didaftarkan pada

Penasihat Urusan Kredit Rakyat dan Koperasi, dan dapat

ditulis dalam Bahasa Daerah.

b) Bea Materainya cukup 3 (tiga) gulden.

c) Dapat memiliki hak tanah menurut Hukum Adat.

d) Hanya berlaku bagi golongan Bumi Putera.

3. Periode 1927-1942

Pemerintah Belanda mengeluarkan Peraturan Koperasi yaitu

Algemene Regeling Op De Cooperatieve Verenegingen (Stb.

1933-108). Peraturan baru ini tidak ada bedanya dengan peraturan

koperasi tahun 1915. Akibatnya koperasi semakin bertambah

mundur. Pada tahun 1935 Jawatan Koperasi dipindahkan dari

Departemen Dalam Negeri ke Departemen Ekonomi, kemudian

pada tahun 1937 dibentuklah koperasi-koperasi Simpan Pinjam

yang diberi bantuan modal oleh pemerintah, dengan tugas sebagai

koperasi pemberantas utang rakyat, terutama kaum tani yang tidak

lepas dari cengkraman kaum pengijon dan lintah darat.

4. Periode 1942-1945

Sejak Balatentara Jepang mendarat di Indonesia pada tahun

(7)

sebagai alat pendistribusian barang-barang keperluan tentara

Jepang. Koperasi-koperasi yang ada kemudian diubah menjadi

Kumiai, yang berfungsi sebagai pengumpul barang keperluan

perang. Pada masa ini koperasi semakin hancur yang disebabkan

karena adanya ketentuan dari Penguasa Jepang bahwa mendirikan

koperasi harus mendapat izin dari pemerintah setempat, dan

biasanya izin tersebut sangan dipersulit.

5. Periode 1945-1958

Sejak diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia

pada tanggal 17 Agustus 1945 dan sehari kemudian UUD disahkan,

maka timbul semangat baru untuk menggerakkan koperasi. Hal ini

dikarenakan koperasi sudah mendapat landasan hukum yang kuat

dalam UUD, yaitu pada pasal 33 ayat (1) UUD beserta

penjelasannya. Karena itu, Gerakan Koperasi seluruh Indonesia

mengadakan Kongres yang pertama pada tanggal 12 Juli 1946 di

Tasikmalaya, Jawa Barat. Dari beberapa keputusan penting yang

diambil adalah menetapkan bahwa tanggal 12 Juli dijadikan

sebagai Hari Koperasi, yang bermakna hari bertekad dari seluruh

bangsa Indonesia untuk melaksanakan kegiatan perekonomian

melalui koperasi.

Gerakan Koperasi Indonesia mengadakan kongres kedua,

dimana salah satu keputusannya adalah menetapkan dan

(8)

Kemudian pada tahun 1958 Pemerintah mengundangkan

Undang-Undang Koperasi Nomor 79 tahun 1958 (Lembaran Negara

1958-139). Undang-Undang ini dibuat berdasar pada Undang-Undang

Dasar Sementara tahun 1950 Pasal 38, yang isi ketentuannya sama

dengan Pasal 33 UUD. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang ini

maka peraturan koperasi tahun 1933 dan peraturan koperasi tahun

1949 dinyatakan dicabut.

6. Periode 1958-1965

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 79 tahun 1958

koperasi semakin maju berkembang dan tumbuh dimana-mana.

Tetapi dengan diberlakukannya kembali UUD berdasarkan Dekrit

Presiden tanggal 5 Juli 1959, maka Pemerintah kemudian

mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1959

sebagai Peraturan Pelaksana dari Undang-Undang Nomor 79 tahun

1958. Dalam peraturan ini ditentukan bahwa Pemerintah bersikap

sebagai pembina, pengawas, perkembangan koperasi di Indonesia.

Tanggal 2 sampai 10 Agustus tahun 1965 lahirlah

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok

Perkoperasian (Lembaga Negara 1965-75). Undang-undang ini

terdapat unsur-unsur politik yang masuk dalam koperasi, artinya

koperasi masih tetap jadi alat perjuangan dari partai-partai politik

yang menguasainya.

(9)

Pemerintah Orde Baru bertekad mengembalikan citra koperasi

sesuai dengan kehendak para pendiri Pasal 33 UUD. Dalam pada

itu terbentuklah Ketetapan MPRS Nomor XXIII/MPRS/1966

Tentang Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi,

Keuangan dan Pembangunan. Peranan Koperasi tercantum didalam

Bab V, Pasal 42 dan Pasal 43. Selanjutnya pada tanggal 18

Desember 1967 Pemerintah Orde Baru dengan persetujuan

DPR-GR telah berhasil membuat Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian yang secara tegas

mencabut Undang-Undang sebelumnya. Selanjutnya pada tahun

1969-1970, koperasi siap memasuki tahap-tahap pembangunan

lima tahun pertama. Pemerintah telah mendirikan Pusat Latihan

Penataran Koperasi (Puslatpenkop), Balai Latihan Koperasi

(Balatkop), Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK), Badan

Usaha Unit Desa/ Koperasi Unit Desa (BUUD/KUD).

Setelah berlaku lebih kurang 25 tahun dan dunia koperasi maupun

dunia usaha pada umumnya telah berkembang pesat, keberadaan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian

dianggap masih belum sepenuhnya dapat menampung hasil-hasil yang

diperlukan untuk menunjang kegiatan perkumpulan koperasi.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang

Perkoperasian (Lembaran Negara Nomor 116 dan Tambahan Lembaga

(10)

yang diterbitkan untuk menyesuaikan derap langkah koperasi dengan

perkembangan keadaan perekonomian pada umumnya.61 Undang-Undang

ini dimaksudkan untuk memperjelas dan mempertegas jati diri, tujuan,

kedudukan, peran, menejemen, keusahaan, dan permodalan koperasi serta

pembinaan koperasi sehingga dapat lebih menjamin terwujudnya koperasi

sebagaimana dimanatkan dalam UUD.62

Pada tahun 2012, lahirlah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012

tentang Perkoperasian. Roh korporasi terus merasuk ke sendi-sendi

kehidupan negara, termasuk jiawa usaha yang sesuai dengan

kegotongroyongan: koperasi. Namun dikarenakan bernuansa korporasi,

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian dibatalkan

Mahkamah Konstitusi melalui putusan Nomor 28/PUU-XI/2013. Materi

yang dibatalkan adalah seluruh materi muatan Undang-Undang. Selain

karena berjiwa korporasi, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang

Perkoperasian telah menghilangkan asas kekeluargaan dan gotong royong

yang menjadi ciri khas koperasi. Menurut Mahkamah Konstitusi,

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian bertentangan dengan

UUD 1945, dan hal tersebut mengakibatkan undang-undang ini tidak

mempunyai kekuatan hukum mengikat setelah adanya putusan dari

Mahkamah Konstitusi tersebut yang berarti pula undang-undang tersebut

dibatalkan. Untuk menghindari kekosongan hukum, Mahkamah Konstitusi

61

Andjar Pachta W, et. al. Hukum Koperasi Indonesia Pemahaman, Regulasi, Pendirian, dan Modal Usaha, (Jakarta: Pernada Media, 2005), hlm. 71

(11)

menyatakan memberlakukan kembali UU Perkoperasian dan berlaku untuk

sementara waktu sampai dengan terbentuknya undang-undang yang baru.63

UU Perkoperasian menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan

koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan

hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip

Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas

kekeluargaan. 64 Koperasi menyandarkan usahanya berdasarkan asas

kekeluargaan sebagaimana perwujudan dari pasal 33 ayat (1) UUD 1945.

2.2 Pengembangan Koperasi dalam Perekonomian di Indonesia

Ropke mendefinisikan koperasi sebagai organisasi bisnis yang para

pemilik atau anggotanya adalah juga pelangggan utama perusahaan tersebut

(kriteria identitas).65 Kriteria identitas suatu koperasi akan merupakan dalil

atau prinsip identitas yang membedakan unit usaha koperasi dari unit usaha

yang lainnya. Berdasarkan definisi tersebut, menurut Hendar dan Kusnadi,

kegiatan koperasi secara ekonomis harus mengacu pada prinsip identitas

(hakikat ganda) yaitu anggota sebagai pemilik yang sekaligus sebagai

pelanggan.66

Organisasi koperasi dibentuk oleh sekelompok orang yang mengelola

perusahaan bersama yang diberi tugas untuk menunjang kegiatan ekonomi

63Agus Sahbani, “UU Perkoperasisan Dibatalkan karena Berjiwa Korporasi.”

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5385bfa83b01f/uuperkoperasiandibatalkankare naberjiwa-korporasi (diakses pada tanggal 31 Agustus 2015 pada pukul 17.00 WIB).

64

Indonesia (Perkoperasian), Ibid, Pasal 1 angka 1. 65

Tulus Tambunan, Ibid hlm. 2. 66

(12)

individu para anggotanya. Koperasi adalah organisasi otonom, yang berada

didalam lingkungan sosial ekonomi, yang menguntungkan setiap anggota,

pengurus dan pemimpin dan setiap anggota, pengurus dan pemimpin

merumuskan tujuannya secara otonom dan mewujudkan

tujuan-tujuan itu melalui kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilaksanakan secara

bersama-sama.67

Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh seluruh

anggotanya, di mana setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam

setiap keputusan yang diambil koperasi. Pembagian keuntungan koperasi

(biasa disebut Sisa Hasil Usaha atau SHU) biasanya dihitung berdasarkan

andil anggota tersebut dalam koperasi, misalnya dengan melakukan

pembagian dividen berdasarkan besar pembelian atau penjualan yang

dilakukan oleh si anggota.

Secara umum yang dimaksud dengan koperasi adalah suatu badan

usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian beranggotakan

yang mereka pada umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara

sukarela atas dasar persamaan hak berkewajiban melakukan sesuatu usaha

yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya.68

Lembaga koperasi sejak awal diperkenalkan di Indonesia memang

sudah diarahkan untuk berpihak kepada kepentingan ekonomi rakyat yang

dikenal sebagai golongan ekonomi lemah.69 Strata ini biasanya berasal dari

67 Ibid. 68

Pandji Anoraga, H. Djoko Sudantoko, Koperasi Kewirausahaan dan Usaha Kecil (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 1.

69

(13)

kelompok masyarakat kelas menengah kebawah. Eksistensi koperasi

memang merupakan suatu fenomena tersendiri, sebab tidak satu lembaga

sejenis lainnya yang mampu menyamainya, tetapi sekaligus diharapkan

menjadi penyeimbang terhadap pilar ekonomi lainnya. Lembaga koperasi

oleh banyak kalangan, diyakini sangat sesuai dengan budaya dan tata

kehidupan bangsa Indonesia. Di dalamnya terkandung muatan menolong

diri sendiri, kerjasama untuk kepentingan bersama (gotong royong), dan

beberapa esensi moral lainnya. Sangat banyak orang mengetahui tentang

koperasi meski belum tentu sama pemahamannya, apalagi juga hanya

sebagian kecil dari populasi bangsa ini yang mampu berkoperasi secara

benar dan konsisten. Sejak kemerdekaan diraih, organisasi koperasi selalu

memperoleh tempat sendiri dalam struktur perekonomian dan mendapatkan

perhatian dari pemerintah.70

Koperasi sebagai suatu badan usaha haruslah bekerja dengan prinsip

dan hukum ekonomi perusahaan, menjalankan asas bussiness efficiency,

yaitu mengupayakan keuntungan finansial untuk menghidupi dirinya.71

Koperasi harus pula menjalankan asas efisiensi ekonomi (melaksanakan

alokasi sumber daya) sebaik mungkin guna menunjang program

kesejahteraan anggota dan pembangunan ekonomi untuk golongan ekonomi

lemah pada umumnya. Dengan koperasi bekerja efisien baik secara

ekonomis maupun bisnis, koperasi akan dapat melayani kepentingan

70

Ibid, hlm. 3. 71

(14)

anggotanya, sekaligus koperasi dapat melayani masyarakat sekitar dengan

baik. 72 Sehingga pada akhirnya koperasi akan sangat menunjang

peningkatan kesejahteraan ekonomi golongan ekonomi lemah di suatu

daerah (pedesaan) pada khususnya dan suatu wilayah perekonomian daerah

(pedesaan) pada umumnya. Koperasi dan para pelakunya (pengurus,

manajer/ pengelola, dan anggotanya) harus mampu bekerja secara efisien,

untuk dapat bersaing dengan pelaku ekonomi lainnya (Badan Usaha Milik

Swasta dan Badan Usaha Milik Negara) dalam menjalankan kegiatan usaha

di segala bidang kehidupan ekonomi, sehingga mampu untuk meningkatkan

kesejahteraan anggotanya.73

Koperasi merupakan suatu alat yang ampuh bagi pembangunan, oleh

karena koperasi merupakan suatu wadah, dimana kepentingan pribadi dan

kepentingan kelompok tergabung sedemikian rupa. Sehingga melalui

kegiatan kelompok, kepentingan pribadi para anggota menjadi kekuatan

pendorong yang memberikan manfaat bagi seluruh anggota kelompok

tersebut. Kelompok tersebut bisa terjadi jika kelompok tersebut secara

relatif homogen dan setiap anggautanya mampu memberikan kontribusi

yang nyata.74

Menurut Mohammad Hatta, seluruh perekonomian rakyat harus

berdasarkan koperasi. Koperasi mendahulukan kepentingan individual. Oleh

karena itu, koperasi harus memiliki fungsi mendidik masyarakat dalam hal

72

Ibid. 73

Ibid. 74

(15)

mengurus keperluan bersama.75 Diatas bangunan-bangunan koperasi itu,

diperlukan campur tangan pemerintah, untuk mengkoordinasi segala usaha

produktif bagi keselamatan masyarakat. Dalam pemikiran Hatta, terdapat

peran yang juga sekaligus menjadi tugas koperasi di Indonesia, yaitu : 76

1. Memperbaiki produksi

Ada tiga jenis barang utama yang produksinya harus segera

diperbaiki, yaitu pangan, barang kerajinan, dan barang-barang

pertukangan yang diperlukan oleh rakyat dalam kehidupan

sehari-hari.

2. Memperbaiki kualitas barang

Koperasi harus memperbaiki kualitas barang-barang yang

dihasilkan oleh rakyat Indonesia. Salah satu sebab rendahnya

kualitas barang-barang adalah tidak cukupnya sarana produksi

yamg dimiliki oleh rakyat, maka koperasi memiliki peran untuk

secara bersama-sama memiliki sarana produksi yang dibutuhkan.

3. Memperbaiki distribusi

Para pedagang pada umumnya telah mempermainkan distribusi

untuk kepentingan mereka sendiri, misalnya dengan menimbun

barang pada saat barang mulai langka untuk mendapatkan laba

yang sebesar-besarnya. Maka koperasi yang mempunyai tujuan

untuk memenuhi kebutuhan bersama, memiliki peluang besar

untuk memperbaiki sistem distribusi barang.

75

Y.Harsoyo dkk, Ideologi Koperasi Menatap Masa Depan, (Tangerang: Pustaka Widyatama, 2006), hlm. 15

(16)

4. Memperbaiki harga

Pedagang selalu berusaha untuk menjual barang dengan harga

yang setinggi-tingginya, kondisi demikian merugikan masyarakat

luas. Koperasi yang bertujuan memenuhi kebutuhan hidup

masyarakat luas seharusnya memperbaiki harga pasar.

5. Menyingkirkan penghisapan

Penghisapann yang merugikan masyarakat harus disingkirkan

dengan pendirian koperasi-koperasi simpan pinjam.

6. Memperkuat permodalan

Masyarakat pada umumnya mengalami kesulitan dalam

permodalan. Dengan koperasi masyarakat harus digerakkan untuk

menabung sebagai sumber modal.

7. Memelihara lumbung

Sistem lumbung harus diperbaharui disesuaikan dengan tuntutan

masa. Lumbung harus menjadi alat untuk menyesuaikan produksi

dan konsumsi atau sebagai buffer stock. Dengan adanya lumbung

akan mengurangi gejolak harga pada saat panen dan masa

panceklik. Lumbung padi juga berfungsi untuk penyediaan bibit

pada musim tanam.

Keberadaan koperasi sebagai bagian terbesar dari seluruh entitas

usaha nasional merupakan wujud nyata kehidupan ekonomi rakyat

Indonesia. Posisi seperti itu seharusnya menempatkan peran koperasi

(17)

kerakyatan, namun hingga kini perkembangannya masih jauh tertinggal

dibandingkan dengan pelaku ekonomi yang lain. 77 Oleh karena itu

pengembangan koperasi harus menjadi salah satu strategi utama

pembangunan nasional yang pelaksanaannya diwujudkan secara

sungguh-sungguh dengan komitmen bersama yang kuat serta didukung oleh

upaya-upaya sistematis dan konseptual secara konsisten dan terus -menerus dengan

melibatkan semua pihak yang berkepentingan (baik pemerintah, swasta,

maupun masyarakat di tingkat nasional, regional, maupun lokal). Barang

tentu hal ini juga harus dibarengi dengan strategi pengembangan usaha

besar dalam kerangka sistem ekonomi kerakyatan.78

Pengembangan koperasi menjadi komponen penting bagi program

pembangunan nasional untuk meletakkan landasan pembangunan sistem

ekonomi kerakyatan yang berkelanjutan dan berkeadilan.79 Proses dan cara

untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut sangat penting, terutama

melalui upaya penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas. 80

Pendekatan demikian diharapkan lebih menjamin terwujudnya

perekonomian yang lebih adil dan merata, berdaya saing dengan basis

efisiensi di berbagai sektor dan keunggulan kompetitif untuk memenangkan

persaingan global, berwawasan pemanfaatan sumberdaya alam dan

lingkungan hidup yang lestari, dengan partisipasi masyarakat yang lebih

77

Ginandjar Kartasasmita, “Membangun Ekonomi Rakyat untuk Mewujudkan Indonesia Baru yang Kita Cita-citakan,”(Bandung: pidato Disampaikan di depan Gerakan Mahasiswa Pasundan Bandung, 27 September 2001), hlm. 3.

78

Ibid.

79

Ibid.

(18)

menonjol dan desentralisasi pembangunan untuk meningkatkan kapasitas

dan memaksimalkan potensi daerah, serta bersih dari KKN (Korupsi,

Kolusi, dan Nepotisme).81

Usaha mikro kecil menengah dan koperasi (“UMKMK”) memiliki

peluang untuk terus berkembang. Perkembangan koperasi di Indonesia

masih terhambat sejumlah persoalan. Beberapa hal yang masih menjadi

penghambat dalam pengembangan koperasi ditinjau dari dua faktor yaitu

faktor internal dan faktor eksternal koperasi, dimana penanganan

masing-masing faktor harus bersinergi untuk memperoleh hasil yang maksimal,

yaitu :82

1. faktor Internal : merupakan masalah klasik dari UMKMK yaitu lemah

dalam segi permodalan dan segi manajerial (kemampuan manajemen,

produksi, pemasaran dan sumber daya manusia);

2. faktor Eksternal : merupakan masalah yang muncul dari pihak

pengembang dan pembina UMKMK, misalnya solusi yang diberikan

tidak tepat sasaran, tidak adanya monitoring dan program yang

tumpang tindih antar institusi.

Secara rinci Kementrian Koperasi dan UMKM mengemukakan

permasalahan yang ada pada koperasi dan UMKMK adalah sebagai berikut

:83

81

Ibid.

82

Edy Suandi Hamid, “Pengembangan UMKM untuk Meningkatkan Perekonomian Daerah,” (Purworejo: disampaikan pada Simposium Nasional: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif, 2010), hlm. 3.

83

(19)

1. Terbatasnya akses, kapasitas dan kemampuan Koperasi untuk

mengenali, memanfaatkan dan mengembangkan sumberdaya produktif.

2. Rendahnya produktivitas mengakibatkan lemahnya daya saing

UMKMK.

3. Rendah kualitas kelembagaan/formalisasi usaha.

4. Rendahnya penguasaan dan pemanfaatan teknologi secara produktif,

efektif dan efisien.

5. Lemahnya entrepreneurship dan kualitas sumber daya manusia (SDM).

6. Hambatan otonomi daerah (peraturan daerah, struktur organisasi).

7. Belum tersedianya tenaga penyuluh koperasi.

Koperasi diharapkan dapat ditingkatkan kualitasnya agar mampu

tumbuh dan berkembang sesuai jati dirinya menjadi wadah kepentingan

bersama bagi anggotanya. Pemerintah telah melakukan berbagai kegiatan

untuk meningkatkan kualitas koperasi antara lain:

1. klasifikasi koperasi dan pencapaian koperasi berkualitas;

2. sosialisasi pembentukan koperasi;

3. pendidikan perkoperasian; dan

4. pengembangan kerja sama koperasi pertanian se ASEAN.

Untuk mengetahui kinerja dan kualifikasi koperasi Indonesia, dan

mendorong pelaksanaan prinsip-prinsip koperasi, Pemerintah telah

melakukan upaya intensif dan terpadu dengan klasifikasi koperasi. Pada

periode tahun 2006-2008, telah dilakukan klasifikasi koperasi sebanyak

(20)

33.463 koperasi dengan rincian 4.796 koperasi klasifikasi A, 14.240

koperasi klasifikasi B, 14.458 koperasi klasifikasi C.84 Hasil dari klasifikasi

akan menjadi bahan bagi penetapan kebijakan pengembangan koperasi dan

menjadi sumber informasi bagi pihak lain yang memerlukan kerja sama

dengan koperasi. Selanjutnya, Pedoman Klasifikasi Koperasi

disempurnakan menjadi Pedoman Pemeringkatan Koperasi yang ditetapkan

dalam Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor

22/Per/M.KUKM/IV/2007. Pada tahun 2007, dihasilkan 7.918 koperasi

yang berperingkat dengan rincian: (a) 4 koperasi berperingkat sangat

berkualitas, (b) 2.592 koperasi berperingkat berkualitas, dan (c) 5.322

koperasi berperingkat cukup berkualitas. Sementara itu, pada tahun 2008

dihasilkan 886 koperasi yang berperingkat dengan rincian: (a) 22 koperasi

berperingkat berkualitas, dan (b) 864 koperasi berperingkat cukup

berkualitas.85

Dalam rangka penguatan permodalan bagi koperasi sivitas akademika

(KOSIKA), Pemerintah telah memberikan bantuan modal kepada 10 unit

KOSIKA yang tersebar di 10 provinsi pada tahun 2007.86 Penguatan

permodalan KOSIKA akan dapat dirasakan manfaatnya oleh 1.250 orang

anggota koperasi. Dalam rangka peningkatan kualitas dan jumlah koperasi,

Pemerintah melakukan sosialisasi pembentukan koperasi. Kegiatan ini

bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kelompok usaha masyarakat

84Republik Indonesia, Bappenas, “Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah”, bappenas.go.id/files/.../bab-20__20090202204616__1756__21.pd... (diakses pada 6 Juni pada pukul 20.18 WIB).

85

Ibid.

(21)

terutama yang sudah memiliki usaha produktif menjadi lembaga yang

berbentuk koperasi. Pada tahun 2008, telah dilakukan sosialisasi

pembentukan koperasi wanita di 4 provinsi.87

Untuk meningkatkan peran koperasi di bidang pertanian dan sekaligus

dalam mengantisipasi perekonomia dunia yang semakin kompetitif,

Indonesia telah berpartisipasi dalam kerja sama koperasi se-ASEAN.88

Wadah Kerja sama diwujudkan melalui pembentukan ASEAN Center for

The Development of Agricultural Cooperative (ACEDAC). Anggotanya

adalah gerakan koperasi dari negara-negara anggota ASEAN.

Pada tahun 2008, telah diadakan sidang tahunan di Lao PDR yang

menghasilkan:89 (a) kesepakatan pelaksanakan Strategy Alliances Project

untuk Dairy Product Marketing oleh Gabungan Koperasi Susu Indonesia

(GKSI); (b) penyelenggaraan exchange visit yang bertujuan untuk

meningkatkan wawasan bagi pengurus maupun pengelola koperasi; dan (c)

penguatan kerja sama negaranegara ASEAN dengan Jepang. Dalam upaya

meningkatkan kualitas SDM koperasi, Lembaga Pendidikan Koperasi

(LAPENKOP) telah menyelenggarakan diklat perkoperasian. Diklat ini

ditujukan kepada anggota koperasi, pengurus koperasi dan pengawas

koperasi. Selama periode tahun 2005-2008 telah dilatih sekitar 1,5 juta

orang. Pemerintah juga pada periode tahun yang sama telah

menyelenggarakan diklat perkoperasian kepada 14.280 orang yang terdiri

87

Ibid.

88

Ibid.

(22)

anggota koperasi, pengurus koperasi, pengelola koperasi, pengawas

koperasi maupun masyarakat yang akan membentuk koperasi.90

Undang-Undang Nomor Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

memuat bab khusus (Bab X) Pasal 73 ayat 1 untuk mendorong pertumbuhan

UMKMK, yang memberikan amanah kepada pemerintah maupun

pemerintah daerah untuk melakukan pemberdayaan terhadap koperasi serta

usaha mikro, kecil, dan menengah di sektor perdagangan. Pemberdayaan

UMKMK ini, sebagaimana tertuang dalam ayat (2), dilakukan melalui

sejumlah program fasilitas dan insentif, bimbingan teknis, akses maupun

bantuan permodalan, bantuan promosi, dan pemasaran.

2.3 Pengaturan Koperasi di Indonesia

2.3.1 Karakteristik Koperasi di Indonesia

Undang-Undang Perkoperasian menjelaskan bahwa yang dimaksud

dengan koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang

atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan

prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar

atas asas kekeluargaan.91 Koperasi menyandarkan usahanya berdasarkan

asas kekeluargaan sebagaimana perwujudan dari pasal 33 ayat (1) UUD

1945.

Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan

90

Ibid.

91

(23)

perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju,

adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945.92 Demi mencapai tujuan tersebut, koperasi memiliki prinsip yang

menjadi sumber inspirasi dan menjiwai keseluruhan organisasi dan kegiatan

usahanya. Prinsip-prinsip koperasi tersebut yaitu : 93

1. keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;

2. pengelolaan dilakukan secara demokratis;

3. pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding

dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota;

4. pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;

5. kemandirian.

Dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula

prinsip koperasi yaitu pendidikan perkoperasian dan prinsip kerja sama

antar koperasi.

Dalam ilmu ekonomi, koperasi termasuk badan usaha yang

berbentuk badan hukum. Akan tetapi koperasi memiliki ciri tersendiri yang

berbeda dengan badan-badan usaha lain, antara lain:94

Koperasi:

a. tidak mencari keuntungan sebesar-besarnya. Maksud pertama

adalah memperbaiki kesejahteraan anngota (benefit associatin).

92

Indonesia (Perkoperasian), Ibid, Pasal 4. 93

Indonesia (Perkoperasian), Ibid, Pasal 5 94

(24)

b. Orang (anggota) yang diutamakan modal hanya sebagai alat.

Keuntungan dibagi menurut jasa anggota terhadap terjadinya

keuntungan itu.

c. Anggota mempuyai hak suara yang sama (demokrasi)

d. Modal koperasi berubah-ubah, bergantung pada keluar masuk

anggota.

e. Bekerja secara terang-terangan sehingga dapat diketahui.

Badan usaha lain:

a. Mencari keuntungan sebesar-besarnya (profit association).

b. Uang (modal) diutamakan, orang (anggota) faktor kedua. Modal

c. berkuasa dan keuntungan dibagi menurut besarnya modal.

d. Hak suara bergantung besarnya modal yang dimiliki.

e. Modal badan usaha tetap.

f. Merahasiakan cara bekerjanya supaya dapat keuntungan.

2.3.2 Organ-Organ Koperasi

Sebuah badan usaha tidak dapat dijalankan apabila badan usaha

tersebut tidak memiliki alat penggerak. Alat penggerak yang terdapat di

koperasi merupakan organ koperasi itu sendiri. Organ koperasi yang

dimaksud antara lain sebagai berikut:95

95

(25)

a) Rapat Anggota

Para organ anggota untuk membicarakan sesuatu tentang

koperasi di kalangan anggota maka diadakan suatu rapat, di mana

para anggota seluruhnya diundang. Para anggota dapat berbicara,

memberikan usul, dan pertimbangan menyetujui usul, atau

menolaknya seperti halnya yang umum dilakukan pada suatu rapat.

Selain anggota pengurus dan badan pemeriksa jika ada, penasehat

beserta pejabat lain pada dasarnya tidak ada pihak lain yang dapat

diundang sehingga pembicaraan tidak ada campur tangan dari orang

lain.96

Sebuah pencerminan demokrasi dalam koperasi terdapat

dalam rapat anggota. Rapat anggota sebagai kekuasaan tertinggi

dalam organisasi koperasi. Di dalam rapat anggota, orang-orang

tanpa mewakili aliran, golongan dan paham politik orang-perorangan

dan hak suara yang sama atau satu pada suatu koperasi. Kondisi

seperti itu merupakan asas pokok dari penghidupan koperasi

tersebut.97

Rapat anggota diselenggarakan oleh pengurus koperasi dan

pengurus juga yang bertanggung jawab atas rapat anggota.

Keputusan yang diambil oleh Rapat Anggota bersifat mengikat

semua anggota untuk ditaati dan juga mengikat pengurus koperasi

96

Departemen Perdagangan dan Koperasi Direktorat Jenderal Koperasi Indonesia, Pengetahuan Perkopera sian,(Jakarta: Departemen Perdagangan dan Koperasi Direktorat Jenderal Koperasi Indonesia, 1977), hlm. 85.

97

(26)

untuk melaksanakan. Tentunya ini semuanya terlebih dahulu sudah

diatur dalam Anggaran dasar Koperasi yang bersangkutan maupun

dalam keputusan lain sehingga semua anggota dianggap mengetahui

terlebih dahulu.98

b) Pengurus

Menurut ketentuan tradisional, pengurus itu dirumuskan

sebagai badan pemerintahan terhadap siapa pengelolaan urusan

koperasi itu dipercayakan. Karena itu pengurus adalah badan

eksekutif yang bertugas di bidang pengelolaan, sedangkan para

anggota dalam Rapat Umum adalah pembuat kebijaksanaan dengan

kekuasaan untuk memutuskan segala hal yang berkenaan dengan

koperasi.99

Pengurus berwenang mewakili koperasi di dalam dan di luar

pengadilan, memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru

serta pemberhentian anggota sesuai dengan ketentuan dalam

anggaran dasar. Kewenangan yang lainnyaadalah melakukan

tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan koperasi

sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan rapat anggota dan

mengangkat pengelola. Tanggung jawab pengurus baik

bersama-sama maupun sendiri-sendiri menanggung kerugian yang diderita

koperasi karena tindakan yang dilakukan dengan kesengajaan atau

kelalaiannya. Selain itu jika pengurus dapat dituntut oleh penuntut

98

Departemen Perdagangan dan Koperasi Direktorat Jenderal Koperasi Indonesia, Op.cit., hlm. 85.

99

(27)

umum. Bila pengurus mengangkat pengelola maka pengurus tetap

betanggung jawab atas pengelolaan tersebut.100

c) Pengawas

Pengertian pengawas dan pengurus memiliki kedudukan yang

sejajar dalam koperasi. Dalam hal ini tidak ada yang lebih atas dan

tidak saling membawahi diantara kedua perangkat organisasi koperasi.

Pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi, membuat laporan tertulis

tentang hasil pengawasannya dan merahasiakan hasil pengawasan

terhadap pihak ketiga. Kedudukan sejajar antara pengurus dan

pengawas dikarenakan hakikat dari dua organ tersebut melaksanakan

amanat rapat anggota didalam mengelola kegiatan koperasi

sehari-hari.101

2.3.3 Permodalan Koperasi

Sebagai badan usaha koperasi sama dengan bentuk badan usaha

lainnya, yaitu sama-sama berorientasi laba dan membutuhkan modal.

Koperasi sebagai wadah demokrasi ekonomi dan sosial harus menjalankan

usahanya. Oleh karena itu kehadiran modal dalam koperasi ibarat pembuluh

darah yang mensuplai darah (modal) bagi kegiatan-kegiatan lainnya dalam

100

M. Faruq Sulaiman, “Perbandingan Kedudukan Tanggung Jawab Hukum Pengurus Pada Koperasi dan Perseroan Terbatas (Studi Kasus: Koperasi Komunika dan PT Bakrie Telecom Tbk),” Skripsi, (Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia), hlm. 30

(28)

koperasi.102 Dalam memulai suatu usaha, modal merupakan salah satu faktor

penting disamping faktor lainnya, sehingga suatu usaha bisa tidak berjalan

apabila tidak tersedia modal. Artinya, bahwa suatu usaha tidak akan pernah

ada atau tidak dapat berjalan tanpa adanya modal. Hal ini menggambarkan

bahwa modal lah yang menjadi faktor utama dan penentu dari suatu

kegiatan usaha.103 Karenanya setiap orang yang akan melalukan kegiatan

usaha, maka langkah utama yang dilakukannya adalah memikirkan dan

mencari modal untuk usahanya. Kedudukan modal dalam suatu usaha

dikatakan oleh Suryadi Prawirosentono sebagai berikut:104

“Modal adalah salah satu faktor penting diantara berbagai faktor produksi yang diperlukan. Bahkan modal merupakan faktor produksi penting untuk pengadaan faktor produksi seperti tanah, bahan baku, dan mesin. Tanpa modal tidak mungkin dapat membeli tanah, mesin, tenaga kerja dan teknologi lain. Pengertian modal adalah “suatu aktiva dengan umur lebih dari satu tahun yang tidak diperdagangkan dalam kegiatan bisnis sehari-hari”.

Modal merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan yang dapat

menghasilkan keuntungan pada waktu yang akan datang dan dinyatakan

dalam nilai uang. Modal dalam bentuk uang pada suatu usaha mengalami

perubahan bentuk sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan usaha,

yakni :

a. sebagian dibelikan tanah dan bangunan;

b. sebagian dibelikan persediaan bahan;

c. sebagian dibelikan mesin dan peralatan;

102

Lihat Neti Budiwati, “Manajemen Keuangan dan Permodalan Koperasi”, file.upi.edu/Direktori/...KOPERASI/.../Manaj_Keuang_Kop.pdf (Diakses pada tanggal 14 Mei 2016 pada pukul 20.00)

103

Ibid.

(29)

d. sebagian lagi disimpan dalam bentuk uang tunai (cash).

Koperasi sebagai badan usaha perlu dikelola secara profesional

dengan mengandalkan prinsip usaha rasionalitas, efektivitas, efisiensi, dan

produktivitas yang bermuara pada kepentingan anggota dan keuntungan

secara keseluruhan tanpa mengabaikan prinsip utama koperasi itu sendiri.

Hal ini menimbulkan masalah ketika menejemen keuangan yang harus

dikelola semaksimal mungkin untuk memecahkan masalah yang sering

terjadi khususnya masalah permodalan yang akan menghambat roda usaha

koperasi.105

Permodalan menjadi permasalahan klasik bagi setiap badan usaha

kerakyatan tidak terkecuali untuk koperasi. Penyebab lemahnya struktur

permodalan dikarenakan:106

1. Lemahnya struktur permodalan koperasi yang selalu mengalami

masalah kekurangan modal secara kuantitatif.

2. Jumlah modal koperasi yang selalu berubah-ubah.

Penyebab diatas menjadikan para investor kurang tertarik untuk menanmkan

modalnya pada koperasi.

Berbagai hambatan permodalan koperasi harus disikapi dengan

mencari dan menemukan solusi pembiayaan lain sebagai alternatif jalan

tengah. Dalam dunia pembiayaan atau permodalan, selain dikenal istilah

lembaga keuangan perbankan, kita juga mengenal lembaga keuangan bukan

bank. Berbeda dengan lembaga perbankan, lembaga keuangan bukan bank

105

Ibid.

(30)

ini tidak diperbolehkan mengumpulkan dan mengelola dana masyarakat

dalam menjalankan core business-nya. Sumber dana diperoleh dari setoran

para pemilik, baik lembaga non pemerintah maupun pemerintah.

Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.107

Modal sendiri dapat berasal dari:108

1. simpanan pokok;

2. simpanan wajib;

3. dana cadangan;

4. hibah.

Modal pinjaman dapat berasal dari:109

1. anggota;

2. koperasi lainnya dan/atau anggotanya;

3. bank dan lembaga keuangan lainnya;

4. penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya;

5. sumber lain yang sah.

Selain modal yang disebutkan, koperasi dapat juga melakukan

pemupukan modal yang berasal dari modal penyertaan. Ketentuan mengenai

modal penyertaan diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1998

tentang Modal Penyertaan Pada Koperasi. Untuk memperkuat struktur

permodalan, koperasi dapat memupuk modal melalui modal penyertaan

yang berasal dari:

107

Indonesia (Perkoperasian), Ibid, Pasal 41 ayat (1). 108

Indonesia (Perkoperasian), Ibid, Pasal 41 ayat (2) . 109

(31)

a. pemerintah,

b. anggota masyarakat,

c. badan usaha dan

d. badan-badan lainnya.

Pemupukan modal perjanjian harus didasari sebuah perjanjian antara

koperasi dengan pemodal.110 Pemodal pada koperasi simpan pinjam adalah

penyerta modal. Penyerta modal merupakan sebagai pengguna jasa

koperasi. Umumnya, penyerta modal adalah para anggota masyarakaat yang

disebut mitra usaha.

2.3.4 Bidang Usaha Koperasi

Lembaga koperasi sejak awal diperkenalkan di Indonesia memang

sudah diarahkan untuk berpihak kepada kepentingan ekonomi rakyat yang

dikenal sebagai golongan ekonomi lemah. Strata ini biasanya berasal dari

kelompok masyarakat kelas menengah kebawah. Eksistensi koperasi

memang merupakan suatu fenomena tersendiri, sebab tidak satu lembaga

sejenis lainnya yang mampu menyamainya, tetapi sekaligus diharapkan

menjadi penyeimbang terhadap pilar ekonomi lainnya. Lembaga koperasi

oleh banyak kalangan, diyakini sangat sesuai dengan budaya dan tata

kehidupan bangsa Indonesia. Di dalamnya terkandung muatan menolong

diri sendiri, kerjasama untuk kepentingan bersama (gotong royong), dan

beberapa esensi moral lainnya. Sangat banyak orang mengetahui tentang

110

(32)

koperasi meski belum tentu sama pemahamannya, apalagi juga hanya

sebagian kecil dari populasi bangsa ini yang mampu berkoperasi secara

benar dan konsisten. Sejak kemerdekaan diraih, organisasi koperasi selalu

memperoleh tempat sendiri dalam struktur perekonomian dan mendapatkan

perhatian dari pemerintah.111

Koperasi berkenaan dengan manusia sebagai individu dan dengan

kehidupannya dalam masyarakat. Manusia tidak dapat melakukan kerja

sama sebagai satu unit, manusia memerlukan manusia lainnya dalam

kerangka kerja sosial (social framework). Dalam hal ini, koperasi berkaitan

dengan fungsi-fungsi adalah sebagai berikut : 112

1. Fungsi sosial, yaitu cara manusia hidup, bekerja, dan bermain dalam

masyarakat.

2. Fungsi ekonomi, yaitu manusia membiayai kelangsungan hidupnya

dengan bekerja dalam masyarakat.

3. Fungsi Politik, yaitu cara manusia memerintah dan mengatur diri

mereka sendiri melalui berbagai hukum dan peraturan.

4. Fungsi Etika, yaitu cara manusia berprilaku dan meyakini kepercayaan

mereka, falsafah mereka, dan cara berhubungan dengan Tuhan mereka.

Koperasi berdasarkan pembentukannya dibedakan menjadi dua

bentuk yakni koperasi primer yang merupakan koperasi yang di dalamnya

dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 orang113 dan bentuk bentuk lain yakni

111

Tulus Tambunan, Op. Cit, hlm. 3. 112

Arifin Sitio, Halomoan Tamba, Kopera si Teori dan Praktek, (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm 14.

113

(33)

koperasi sekunder yakni koperasi yang dibentuk oleh sekurang-kurangnya

tiga koperasi.114

Koperasi yang dibedakan berdasarkan jenis kegiatan usaha yang

dilakukannya yang didasari atas adanya kesamaan kegiatan dan kepentingan

ekonomi anggotanya.115Dalam UU Perkoperasian juga dijelaskan bahwa

jenis koperasi terbagi menjadi koperasi simpan pinjam, koperasi konsumen,

koperasi produsen dan koperasi jasa. Masing-masing dari jenis tersebut

memiliki kegiatan usaha tersendiri. Usaha koperasi merupakan kesamaan

kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya.116

Kegiatan usaha simpan pinjam dilaksanakan dari dan untuk anggota,

calon anggota koperasi yang bersangkutan dan atau anggotanya. Calon

anggota koperasi diberikan kewajiban dalam waktu paling lama 3 (tiga)

bulan setelah melunasi simpanan pokok harus menjadi anggota. Kegiatan

usaha simpan pinjam yaitu, (1) menghimpun simpanan koperasi berjangka

dan tabungan koperasi dari anggotanya, koperasi lain dan atau anggotanya,

(2) memberikan pinjaman kepada anggota, calon anggota, koperasi lain dan

atau anggotanya. Kegiatan usaha simpan pinjam harus dilakukan

berdasarkan perjanjian kerjasama antar koperasi.117

114

Ibid, Pasal 6 ayat (2). 115Ibid,

Pasal 16. 116

Ibid, Pasal 43. 117

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: (1)Terdapat pengaruh langsung positif lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha siswa kelas

1) Ada pengaruh latihan hollow sprints terhadap penurunan kadar gula darah pada peserta UKM futsal putri UNNES tahun 2016. 2) Ada pengaruh latihan interval terhadap

Data yang terkumpul dalam pembahasan hasil penelitian ini terdiri dari hasil penelitian siklus I, sikluII, dan II terhadap kemampuan guru merancang pembelajaran,

Selain itu, dirumuskan juga simpulan secara khusus sebagai berikut: (1) Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelasV

[r]

Dampak konflik kepentingan terhadap sistem kekerabatan pada masyarakat pesisir di Desa Teluk Limau ini lah yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini.. Peneliti tertarik

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual

[r]