BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kolestasis adalah terganggunya aliran empedu bahkan sampai berhentinya
aliran empedu tersebut. Secara klinis dapat diketahui dengan adanya ikterus.
Penyakit yang menyebabkan perlambatan atau berhentinya aliran empedu
cukup banyak sehingga sering menyebabkan kesukaran dalam diagnosa.
Sedangkan kepastian diagnosa adalah penting sekali karena berhubungan dengan
pengobatan yang berbeda, apakah memerlukan tindakan operasi atau hanya
medikamentosa. Banyaknya pemeriksaan yang dapat dilakukan padan penderita
ikterus belum tentu dapat menentukan diagnosa yang tepat. Oleh karena itu
diperlukan algoritme pemeriksaan yaitu pemeriksaan yang sistimatik dan terarah
dalam rangka penentuan diagnosa
Pada masa-masa yang lalu kira-kira sebelum tahun delapan puluhan, sarana
diagnostik imaging untuk batu empedu hanya dari foto polos abdomen,
kolesistografi oral dan kolangiografi intravena. Tetapi sarana diagnostik ini
mempunyai banyak keterbatasan, antara lain bahwa fungsi hati mempengaruhi
hasil foto yang diperoleh. Pada keadaan di mana bilirubin serum meningkat lebih
dari 3 mg%, tidak akan ada ekskresi bahan kontras dari sel-sel hati ke saluran
empedu sehingga tidak akan diperoleh gambar. Hal ini mengakibatkan bahwa
pada masa itu sangat sulit menentukan apakah seseorang itu disebabkan oleh
kelainan parenkim atau oleh obstruksi saluran empedu yang penanganannya
sangat berbeda. Penelitian dengan ultrasonografi menunjukkan bahwa 60-80%
pasien batu empedu adalah asimtomatik. Secara umum dapat dikatakan bahwa
pasien pasien yang asimtomatik akan kambuh dan memperlihatkan gejala-gejala
pada sebanyak 1-2% per tahun.
Manifestasi klinik dari batu empedu dapat berupa nyeri episodik (kolikbilier),
inflamasi akut di kandung empedu (kolesistitis akut) atau saluran empedu
(kolangitis akut), komplikasi komplikasi akibat migrasi batu empedu ke dalam
koledokus seperti pankreatitis, obstruksi saluran empedu yang dapat mengganggu
fungsi hati yakni ikterus obstruktif sampai sirosis bilier.
Tidak semua batu empedu memerlukan tindakan untuk mengeluarkannya. Ada
beberapa faktor yang menentukan bagaimana penatalaksanaannya antara lain
lokasi batu tersebut, ukurannya dan manifestasi kliniknya.
Kemajuan-kemajuan yang pesat dibidang iptek kedokteran pada dua dekade ini
terutama kemajuan di bidang pencitraan (imaging), endoskopi diagnostik dan
endoskopi terapetik membawa perubahan yang sangat mendasar dalam
penatalaksanaan batu empedu.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Sejauh mana kemampuan Endoscopic Retrograde Cheolangio
Pancreotography (ERCP) sebagai alat bantu dalam menghasilkan citra
pada saluran kandung empedu.
2. Bagaimana kemampuan Endoscopic Retrograde Cheolangio
Pancreotography (ERCP) sebagai alat bantu dalam mendiagnosa kelainan
pada saluran kandung empedu.
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kemampuan Endoscopic Retrograde Cheolangio
Pancreotography (ERCP) dalam merekonstruksi citra dari kandung
empedu.
2. Untuk mengetahui kemampuan Endoscopic Retrograde Cheolangio
Pancreotography(ERCP) dalam mendiagnosa/penyembuhan pada saluran
kandung empedu.
1.4. BATASAN MASALAH
Pada penelitian ini permasalahan dibatasin pada:
1. Endoscopic Retrograde Cheolangio Pancreotography (ERCP) hanya
digunakan dalam merekonstruksi citra pada saluran kandung empedu.
2. Diagnosa Endoscopic Retrograde Cheolangio Pancreotography (ERCP)
menjadi alat bantu dalam pendiagnosaan dan penyembuhanu pada saluran
kandung empedu.
1.5. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Memberikan wawasan yang lebih luas dalam perkembangan teknologi
medis.
2. Memberikan pengetahuan tentang tata guna alat dalam dunia kedokteran
demi ketepatan tepat guna.
3. Dapat mengetahui kelainan yang terjadi pada saluran kandung empedu
dengan menggunakan Endoscopic Retrograde Cheolangio
Pancreotography (ERCP).