• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Limbah Kulit Durian sebagai Bahan Baku Pembuat Briket Arang Sistem Kempa Hidrolik (Hydraulic press)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Limbah Kulit Durian sebagai Bahan Baku Pembuat Briket Arang Sistem Kempa Hidrolik (Hydraulic press)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Energi

Energi adalah tenaga atau gaya untuk berbuat sesuatu. Defenisi ini

merupakan perumusan yang lebih luas daripada pengertian-pengertian mengenai

energi pada umumnya dianut di dunia ilmu pengetahuan. Dalam pengertian

sehari-hari energi dapat didefenisikan sebagai kemampuan untuk melakukan suatu

kerja (Kadir, 1995).

Menurut Daryanto (2007) energi merupakan sumber daya yang dapat

digunakan untuk melakukan berbagai proses kegiatan termasuk bahan bakar,

listrik, energi mekanik dan panas. Sumber energi merupakan sebagian dari sumber

daya alam yang meliputi minyak dan gas bumi, batu bara, air, panas bumi,

gambut, biomassa dan sebagainya, baik secara langsung atau tidak langsung dapat

dimanfaatkan sebagai energi.

Situasi energi di Indonesia tidak lepas dari situasi energi dunia.Konsumsi

energi dunia yang semakin meningkat membuka kesempatan bagi Indonesia untuk

mencari sumber energi alternatif untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Seperti

diketahui Indonesia sangat berkepentingan untuk menggantikan sumber daya

energi minyak dengan sumber daya energi lainnya karena minyak merupakan

sumber daya energi yang menghasilkan devisa selain gas alam. Oleh karena itu,

sektor-sektor perekonomian yang memanfaatkan minyak sedapat mungkin

menggantikannya dengan sumber daya lain seperti gas alam, batubara, panas

bumi, listrik tenaga air dan biomassa yang tersedia dalam jumlah besar

(2)

Bahan Bakar

Bahan bakar adalah bahan-bahan yang digunakan dalam proses

pembakaran. Tanpa adanya bahan bakar tersebut pembakaran tidak akan mungkin

dapat berlangsung. Banyak sekali jenis bahan bakar yang dikenal dalam

kehidupan sehari-hari. Berdasarkan dari materi pembentuknya bahan bakar dapat

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: (1) bahan bakar berbasis organik dan (2)

bahan bakar nuklir. Apabila dilihat dari bentuknya, maka bahan bakar di bagi

menjadi tiga bentuk, yaitu: (1) bahan bakar padat, (2) bahan bakar cair, dan (3)

bahan bakar gas. Namun demikian hingga saat ini bahan bakar yang paling sering

dipakai adalah bahan bakar berbasis organik (Anonimous, 2014)

Biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan bakar semakin lama

semakin mahal. Semakin tinggi teknologi yang digunakan untuk mengolah bahan

bakar, maka semakin mahal harganya. Demikian pula, semakin langka bahan

baku yang dipakai untuk menghasilkan bahan bakar, maka harganya akan

semakin mahal. Akibat langsung jika menggunakan bahan bakar semacam ini

adalah biaya hidup tinggi sehingga tidak banyak orang yang mampu

memanfaatkannya. Gas alam yang dicairkan, misalnya LNG tidak banyak

terjangkau oleh masyarakat desa atau pedagang-pedagang kecil yang memerlukan

bahan bakar (Anonimous, 2000).

Secara umum kebutuhan energi di dunia saat ini masih tergantung pada

fosil, terutama minyak dan gas bumi, serta batubara.Tingkat pertumbuhan

manusia lebih tinggi dari laju perkembangannya. Sejak tahun 1980-an minyak

menjadi sumber energi nomor satu, tetapi sejak tahun 1980 produksi minyak

(3)

demikian, kebutuhan tidak sesuai lagi dengan ketersediaannya. Hal ini

mengakibatkan harga minyak bumi menjadi mahal

(Mangunwidjaja dan Sailah, 2005).

Berdasarkan peraturan presiden no 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi

nasional Indonesia memiliki target energi terbarukan sampai 15%, terutama bahan

bakar hayati sampai 5%. Oleh karena itu perlu dicari sumber bahan bakar hayati

terutama produk biomassa untuk di konversikan menjadi energi.

Biomassa

Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses

fotosintesis baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain

adalah tanaman, pepohonan, rumput, limbah pertanian, limbah hutan, tinja, dan

kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer serat, bahan pangan, pakan

ternak, minyak nabati, bahan bangunan, dan sebagainya. Biomassa juga

digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Yang digunakan adalah bahan

bakar biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah

diambil produk primernya (Pari dan Hartoyo, 1983).

Sedangkan menurut Silalahi (2000), biomassa adalah campuran material

organik yang kompleks, biasanya terdiri dari karbohidrat, lemak protein dan

mineral lain yang jumlahnya sedikit seperti sodium, fosfor, kalsium, dan besi.

Komponen utama tanaman biomassa adalah karbohidrat (berat kering ± 75%),

lignin (± 25%) dimana dalam beberapa tanaman komposisinya berbeda-beda.

Energi biomassa dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan

(4)

dapat dimanfaatkan secara lestari karena sifatnya yang dapat diperbaharui, relatif

tidak mengandung unsur sulfur sehingga tidak menyebabkan polusi udara dan

juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya hutan dan pertanian

(Widardo dan Suryanta, 1995).

Indonesia sebagai negara agraris mempunyai potensi biomassa yang relatif

besar yang berasal dari limbah pertanian, perkebunan, kehutanan, limbah ternak

dan limbah kota (sampah). Energi biomassa ini dipakai baik sebagai pembangkit

listirik, energi panas atau energi mekanik (penggerak). Dengan melihat potensi

besar ini, maka pemanfaatannya untuk energi akan memberi kontribusi yang

cukup berarti dalam pemenuhan kebutuhan energi masyarakat. Pada kenyataannya

meskipun potensi energi biomassa relatif besar namun pemanfaatannya sampai

saat ini belum optimal (Daryanto, 2007).

Padi

Padi merupakan produk utama pertanian di negara-negara agraris,

termasuk Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat

konsumsi beras terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia

mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok. Konsumsi beras Indonesia yang

tinggi menuntut tingkat produksi beras yang besar pula. Produksi padi di

Indonesia bertambah setiap tahunnya, pada tahun 2005 produksi padi Indonesia

sebanyak 54 juta ton, pada tahun 2006 meningkat sebesar 54,45 juta ton kemudian

secara berturut-turut produksi padi Indonesia dari tahun 2007 – 2011 adalah

57,15; 60,33; 64,40 dan 66,41 juta ton gabah kering giling (GKG)

(5)

Produksi padi menghasilkan limbah yang disebut dengan sekam. Pada

umumnya penggilingan padi menghasilkan 72 % beras, 5 – 8 % dedak, dan 20 –

22 % sekam (Prasad, dkk., 2001). Sekam padi merupakan produk samping yang

melimpah dari hasil penggilingan padi. Jika produksi gabah kering giling (GKG)

menurut press release Badan Pusat Statistik 1 November 2005 sekitar 54 juta ton

maka jumlah sekam yang dihasilkan lebih dari 10,8 juta ton, dan bertambah di

tiap tahunnya.

Sekam Padi

Gambar 1. Sekam padi

Sekam padi adalah kulit terluar dari gabah yang banyak terdapat di

penggilingan padi. Sekam padi sendiri merupakan lapisan keras yang

membungkus kariopsis butih gabah yang terdiri dari dua belahan yaitu lemma dan

pelea yang saling bertautan (Tim Cahaya, 2008). Sekam mengandung beberapa

unsur kimia penting (Tabel 1) yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan

(6)

1. Sebagai bahan baku pada industri kimia terutama kandungan zat kimia furfural.

2. Sebagai bahan baku pada industri bahan bangunan, terutama kandungan silika,

yaitu sebagai campuran pada pembuatan semen portland, bahan isolasi, papan

sekam, dan campuran pada industri bata merah.

3. Sebagai sumber energi panas untuk berbagai keperluan. Kadar selulosa yang

cukup tinggi pada sekam dapat memberikan pembakaran yang merata dan

stabil.

Tabel 1. Komposisi kimia sekam

Sumber : Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2008).

Agar pemanfaatan sekam lebih bervariasi, sekam perlu dimampatkan

sehingga bentuknya kompak, hemat tempat dan praktis digunakan (briket arang

salah satunya). Sebenarnya arang sekam dapat langsung digunakan sebagai bahan

bakar yang tidak berasap dengan nilai kalor yang cukup tinggi. Namun bentuknya

yang belum kompak agak menyulitkan dalam penyimpanan dan penggunaannya.

Jika dalam bentuk briket, penggunaannya akan lebih praktis

(Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008).

Kulit Durian

Karbohidrat dasar 33,71 Menurut DTC-IPB

Karbon (zat arang) 1,33

Hidrogen 1,54

Oksigen 33,64

(7)

Gambar 2. Kulit durian

Durian adalah nam

khas kulit buahnya yang keras dan berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai

King of Fruit). Durian

adalah buah yang kontroversial, meskipun banyak orang yang menyukainya,

namun sebagian yang lain malah muak dengan aromanya.

Sesungguhnya, tumbuhan dengan nama durian bukanla

tetapi sekelompok tumbuhan dari

durian (tanpa imbuhan apa-apa) biasanya adalah Durio zibethinus. Jenis-jenis

durian lain yang dapat dimakan dan kadangkala ditemukan di pasar tempatan di

D. kutejensis)D. oxleyanus),

D. graveolens), sertD. dulcis). Untuk

(8)

Apabila dilihat dari karakteristik bentuk dan sifat kulitnya, sebenarnya

dapat dimanfaatkan untuk bahan campuran papan partikel, papan semen, arang

briket, arang aktif, filler, campuran untuk bahan baku obat nyamuk dan lain-lain.

Selama ini masyarakat yang tinggal di perkotaan hanya mengonsumsi daging

buah dan bijinya untuk dibuat berbagai macam panganan, misalnya dodol/lempok,

campuran kolak, selai, bahan campuran untuk kue, tempoyak (daging buah durian

yang diawetkan) dan lain-lain. Sedangkan kulit durian tersebut hanya menghiasi

lingkungan kita sebagai setumpuk sampah yang menghasilkan bau busuk dan

mendatangkan banyak kuman, serangga, lalat dan nyamuk yang tentunya akan

berujung pada timbulnya sarang dan sumber penyakit. Selain itu tumpukan kulit

durian yang sulit terdegradasi tersebut akan membuat pemandangan yang tidak

sedap untuk mata kita.

Pada musim buah-buahan, merupakan saat paling merepotkan karena

volume sampah tentunya akan mengalami peningkatan yang signifikan dengan

adanya kulit buah tersebut. Hasil penelitian menunjukkan, sampah organik di

Indonesia mencapai 60 -70 persen dari total volume sampah yang dihasilkan,

sehingga apabila diabaikan maka dapat menyebabkan pencemaran lingkungan,

munculnya penyakit dan menurunkan nilai estetika/keindahan kota serta masalah -

masalah lainnya (Hj Violet Hatta, 2007).

Kehidupan orang tua kita dulu sebenarnya sudah mampu menjawab

permasalahan lingkungan terkait dengan menumpuknya kulit durian yang

akhirnya menjadi limbah tersebut, mereka telah memanfatkan limbah kulit durian

ini dengan menyusunnya di atas tempat memasak, setelah kering dibakar untuk

(9)

ini merupakan indikasi bahwa bahan ini dapat diolah menjadi produk - produk

tertentu yang bermanfaat dan berdaya guna. Saat ini, sebagaimana kita ketahui

subsidi harga minyak tanah dirasakan membebani perekonomian nasional.

Dengan tingginya harga minyak dunia, subsidi pemerintah untuk minyak tanah

diperkirakan mencapai lebih dari Rp25 triliun. Tak mengherankan pemerintah pun

berupaya mencari jalan keluar untuk mengurangi pemakaian minyak tanah oleh

masyarakat yang mencapai 10 juta kilo liter per tahun itu, selain itu kenyataan

semakin sulitnya masyarakat kita memperoleh bahan bakar berupa kayu, baik

dalam bentuk utuh maupun limbah berupa potongan kayu. Hal ini mestinya

memacu keinginan kita mencari bahan alternatif yang bisa dimanfaatkan dan

mempunyai sifat mirip dengan kayu. Hj Violet Hatta Seorang staff pengajar di

Universitas Lampung menyatakan, kulit durian secara proporsional mengandung

unsur selulose yang tinggi (50 - 60 %) dan kandungan lignin (5 %) serta

kandungan pati yang rendah (5 %) sehingga dapat diindikasikan bahan tersebut

bisa digunakan sebagai campuran bahan baku papan olahan serta produk lainnya

yang dimampatkan. Selain itu, limbah kulit durian mengandung sel serabut

dengan dimensi yang panjang serta dinding serabut yang cukup tebal sehingga

akan mampu berikatan dengan baik apabila diberi bahan perekat sintetis atau

bahan perekat mineral.

Briket Kulit Durian

Briket adalah gumpalan yang terbuat dari bahan lunak yang dikeraskan,

(Ismun,1998). Sedangkan briket kulit durian adalah gumpalan-gumpalan atau

batangan ± batangan arang yang terbuat dari arang kulit durian. Berdasarkan

(10)

membuat kebijakan untuk lebih mendorong masyarakat untuk memanfaatkan

limbah kulit durian sebagai produk briket kulit durian yang nantinya dapat

dimanfaatkan sebagai produk biogas sebagai substitusi minyak tanah, tentunya

dengan metode tersebut masalah pencemaran lingkungan limbah kulit durian juga

akan teratasi dengan baik, dengan efektif dan efisien, disamping itu dengan

adanya usaha pemanfaatan pengolahan kulit durian sebagai produk briket bernilai

ekonomis akan meningkatkan perekonomian masyarakat pedagang durian.

Beberapa alasan kuat dan cukup mendasar bagi pemerintah untuk lebih

mengoptimalkan solutif produk briket karena

- Pertama

Pemerintah telah menguasai teknologi pengembangan dan pemanfaatan

briket batubara, dan telah mempunyai pengalaman dalam hal itu. Apabila kita

melihat produksi briket batubara saat ini sekitar 100.000 ton per tahun dan

seluruhnya terserap oleh pasar dalam negeri. Dari aspek implementasinya

kebijakan pengoptimalan briket ini rasanya sangatfleksible dan rasional untuk

diterapkan. Disamping alasan tersebut, yang tak kalah penting adalah bentuk

konsistensi dengan kebijakan energi yang telah ditetapkan sendiri oleh pemerintah

sejak lama, baik dalam Kebijakan Umum Bidang Energi (KUBE) 1988 maupun

Kebijakan Energi Nasional (KEN) 2003 yang telah menetapkan bahwa pemakaian

briket harus semakin didorong untuk menggantikan minyak tanah.

- Kedua

Menurut Pri Agung Rakhmanto harga keekonomian 1 kg briket dalam hal

ini briket batu bara (dengan kandungan kalori 11.009 kilo kalori, setara dengan

(11)

harga eceran tertinggi minyak tanah sebesar Rp2.250. Tanpa memberikan subsidi

pun briket batu bara secara ekonomis sudah jauh lebih kompetitif dibandingkan

dengan minyak tanah. Hal itu tentunya berbanding lurus, bila dalam hal ini briket

tersebut adalah briket kulit durian. Berbeda dengan kebijakan substitusi minyak

tanah ke elpiji dimana pemerintah berencana masih tetap akan memberikan

subsidi harga elpiji sekitar Rp1.800 per kg.

- Ketiga

Pemanfaatan briket akan menghidupkan industri kerakyatan dalam

produksi briket yang lebih bersifat padat karya, sehingga kebijakan ini dapat

membantu mengembangkan perekonomian daerah pedesaan, membuka lapangan

pekerjaan baru, dan mengurangi angka kemiskinan. Sedangkan konversi minyak

tanah ke elpiji masih dimungkinkan bahwa tabung mini elpiji tersebut merupakan

produk impor, yang tentunya suatu hari nanti akan menjadi bomerang terhadap

perekonomian negara. Selain untuk keperluan rumah tangga, briket selama ini

juga telah dapat dimanfaatkan untuk berbagai industri ekonomi rakyat (industri

rumahan, industri kecil dan menengah). Ditinjau dari aspek wawasan lingkungan,

pemanfaatan produksi briket kulit durian jelas sangat potensial dalam membangun

ekonomi negara yang berwawasan lingkungan.

Proses Karbonisasi

Karbonisasi atau pengarangan adalah proses mengubah bahan menjadi

karbon bewarna hitam melalui pembakaran dalam ruang tertutup dengan udara

yang terbatas atau seminimal mungkin. Proses pembakaran dikatakan sempurna

jika hasil pembakaran berupa abu dan seluruh energi di dalam bahan organik

(12)

Proses karbonisasi terdiri dari empat tahap yaitu :

1. Pada suhu 100 – 1200 C terjadi penguapan air dan sampai suhu 2700 C

mulai terjadi peruraian selulosa. Distilat mengandung asam organik dan

sedikit methanol. Asam cuka terbentuk pada suhu 200 – 2700 C.

2. Pada suhu 270 – 3100 C reaksi ekstermik berlangsung dimana terjadi

peruraian selulosa secara intensif menjadi larutan piroligant gas kayu dan

sedikit tar. Asam merupakan asam organik dengan titik didih rendah

seperti asam cuka dan methanol sedang gas kayu terdiri dari CO dan CO2.

3. Pada suhu 310 – 5000 C terjadi peruraian lignin, dihasilkan lebih banyak

tar sedangkan larutan pirolighant menurun, gas CO2 menurun sedangkan

gas CO dan CH4 dan H2 meningkat.

4. Pada suhu 500 – 10000 C merupakan tahapan dari pemurnian arang atau

kadar karbon (Sudrajat,1994).

Menurut Kurniawan dan Marsono (2008), pelaksanaan karbonisasi

meliputi teknik yang paling sederhana hingga yang paling canggih. Metode

karbonisasi yang paling sederhana dilakukan adalah metode pengarangan dalam

drum. Arang yang dihasilkan lebih hitam jika dibandingkan dengan metode

pengarangan lainnya dan yang dicapai mendekati angka 50 – 60% dari berat

semula. Drum bekas aspal atau oli yang masih baik digunakan untuk membuat

arang. Bagian alas drum dilubangi kecil–kecil dengan paku atau bor besi dengan

jarak 1 cm × 1 cm, sehingga selanjutnya bahan baku dimasukkan kedalam drum,

lalu api dinyalakan lewat bawah drum yang berlubang. Apabila asap mulai keluar,

(13)

Ayakan

Pengayakan adalah sistem yang paling terkenal dan paling banyak

dilaksanakan untuk memisahkan campuran padat-padat. Sistem pemisahan,

didasarkan atas perbedaan dalam ukuran dari bagian-bagian yang akan

dipisahkan. Ukuran besar lubang ayak (dinamakan lebar lubang kasa) dari

medium ayak dipilih sedemikian rupa, sehingga bahagian yang kasar tertinggal di

atas ayakan dan bagian-bagian yang lebih halus jatuh melalui lubang

(Bergeiyk dan Liedekerken, 1981).

Ayakan biasanya berupa anyaman dengan mata jala (mesh) yang

berbentuk bujur sangkar atau empat persegi panjang, berupa pelat yang

berlubang-lubang bulat atau bulat panjang atau berupa kisi. Ayakan terbuat dari material

yang dapat berupa paduan baja, nikel, tembaga, kuningan, perunggu, sutera dan

bahan-bahan sintetik. Material ini harus dipilih agar ayakan tidak lekas rusak baik

karena korosi maupun karena gesekan. Selain selama proses pengayakan ukuran

lubang ayakan harus tetap konstan (Bernasconi, dkk., 1995).

Dua skala yang digunakan untuk mengklasifikasikan ukuran partikel

adalah US Saringan Seri dan Tyler. Setara, kadang-kadang disebut Tyler ukuran

mesh atau Tyler Standard Sieve Series. Sistem nomor mesh adalah ukuran dari

berapa banyak lubang yang ada per inci (AGM, 2011).

Menurut Bhattacharya et al (1985), bahan baku pembuatan briket arang

yang baik adalah partikel arangnya yang mempunyai ukuran 40 – 60 mesh.

Ukuran partikel yang terlalu besar akan sukar dilakukan perekatan, sehingga

(14)

memerlukan perekatan yang bertujuan untuk mengikat partikel-partikel arang

sehingga menjadi kompak.

Perekat

Perekat adalah suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan untuk

mengikat dua benda melalui ikatan permukaan. Beberapa istilah lain dari perekat

yang memiliki kekhususan meliputi glue, mucilage, paste, dan cement.

- Glue merupakan perekat yang terbuat dari protein hewani, seperti kulit,

kuku, urat, otot, dan tulang yang secara luas digunakan dalam industri

pengerjaan kayu.

- Mucilage adalah perekat yang dipersiapkan dari getah dan air dan

diperuntukkan terutama untuk perekat kertas.

- Paste merupakan perekat pati (starch) yang dibuat melalui pemanasan

campuran pati dan air dan dipertahankan berbentuk pasta.

- Cement adalah istilah yang digunakan untuk perekat yang bahan dasarnya

karet dan mengeras melalui pelepasan pelarut

(Ruhendi, dkk., 2007).

Berdasarkan sumber dan komposisi kimianya, perekat dibagi menjadi 3

bagian yaitu:

- Perekat yang berasal dari tumbuhan seperti kanji.

- Perekat yang berasal dari hewan seperti perekat kasein.

- Perekat sintetik yaitu perekat yang dibuat dari bahan sintetis contohnya

urea formaldehid

(Haryanto, 1992).

(15)

- Perekat anorganik

Termasuk dalam jenis ini adalah sodium silikat, magnesium, cement dan

sulphite. Kerugian dari penggunaan bahan perekat ini adalah sifatnya yang

banyak meninggalkan abu sekam pada waktu pembakaran.

- Bahan perekat tumbuh-tumbuhan

Jumlah bahan perekat yang dibutuhkan untuk jenis ini jauh lebih sedikit

bila dibandingkan dengan bahan perekat hydrocarbon. Kerugian yang

dapat ditimbulkan adalah arang cetak yang dihasilkan kurang tahan

terhadap kelembaban.

- Hydrocarbon dengan berat molekul besar

Bahan perekat jenis ini sering kali dipergunakan sebagai bahan perekat

untuk pembuatan arang cetak ataupun batubara cetak.

Dengan pemakaian bahan perekat maka tekanan akan jauh lebih kecil bila

dibandingkan dengan briket tanpa memakai bahan perekat

(Josep dan Hislop, 1981).

Salah satu persyaratan yang perlu diperhatikan dalam memilih extender

perekat adalah bahan harus memiliki daya rekat yang kuat. Bahan yang memiliki

daya rekat yang cukup biasanya yang mengandung protein dan pati khususnya

amylopektin yang cukup tinggi seperti terigu, tapioka, maizena, sagu

(Haryanto, 1992).

Penggunaan bahan perekat dimaksudkan untuk menarik air dan

membentuk tekstur yang padat atau mengikat dua substrat yang akan direkatkan.

Dengan adanya bahan perekat maka susunan partikel akan semakin baik, teratur

(16)

briket akan semakin baik (Silalahi, 2000). Analisa berbagai tepung pati-patian

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Daftar analisa bahan perekat

(Anonimous, 1989).

Keadaan suatu perekat ditentukan oleh metode aplikasinya. Perekat cair

pada umumnya lebih mudah dipergunakan secara mekanis, penyebarannya pada

permukaan benda yang halus dan rata akan tercapai. Sifat fisik sangat penting

dalam mekanisme pengikatan antara bahan pengikat dan partikel arang yang

dilakukan pada tekanan yang tinggi dapat meningkatkan gaya adhesi antarmuka

padatan-cair dan gaya kohesi antara padatan (Grover, 1996).

Kanji adalah perekat tapioka yang dibuat dari tepung tapioka dicampur air

dalam jumlah tidak melebihi 70% dari berat serbuk arang dan kemudian

dipanaskan sampai berbentuk jeli.Pencampuran kanji dengan serbuk arang

diupayakan dengan merata. Dengan cara manual pencampuran dilakukan dengan

meremas-remas menggunakan tangan, secara maksimal dilakukan oleh alat mixer

(Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 1994).

Perekat tapioka umum digunakan sebagai bahan perekat pada briket arang

karena banyak terdapat di pasaran dan harganya relatif murah. Perekat ini dalam

penggunaannya menimbulkan asap yang relatif sedikit dibandingkan bahan

(17)

sebagai bahan perekat akan sedikit menurunkan nilai kalornya bila dibandingkan

dengan nilai kalor nya bertambah. (Sudrajat dan Soleh, 1994 dalam Capah, 2007).

Briket

Gambar 3. Briket

Briket adalah bahan bakar padat yang dapat digunakan sebagai bahan

bakar alternatif pengganti minyak tanah. Jenis-jenis briket berdasarkan bahan

baku penyusunnya terdiri dari briket batubara, briket bio-batubara dan biobriket.

Briket batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan

sedikit campuran perekat. Briket batubara ini dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu

briket batubata terkarbonisasi (melalui proses pembakaran) dan briket tanpa

karbonisasi (tanpa proses pembakaran).Briket bio-batubara adalah briket

campuran antara batubara dan biomassa dengan sedikit perekat. Contoh briket

bio-batubara ini adalah briket campuran cangkang sawit dan batubara. Biobriket

adalah bahan bakar padat yang terbuat dari bahan baku biomassa dengan

campuran sedikit perekat. Komposisi masing-masing jenis perekat tersebut

adalah: 80% – 95% batubara dan 5% – 20% perekat untuk briket batubara tanpa

(18)

dengan karbonisasi, serta 50%-80% batubara dan 10% – 40% biomassa dengan

5% – 10% perekat untuk briket bio-batubara. Adonan 94% arang sekam dan 6%

perekat pati kanji pada pembuatan briket sekam dengan metode pengarangan

menghasilkan briket arang sekam yang cukup kompak dengan daya bakar yang

baik (Sulistyanto, 2006).

Bioarang merupakan sumber energi biomassa yang ramah lingkungan dan

biodegradable. Briket arang berfungsi sebagai pengganti bahan bakar minyak,

baik itu minyak tanah, maupun elpiji. Biomassa ini merupakan sumber energi

masa depan yang tidak akan pernah habis bahkan jumlahnya bertambah, sehingga

sangat cocok sebagai sumber bahan bakar rumah tangga (Basrianta, 2007).

Teknik pembuatan briket arang terdiri dari dua tahap yang berbeda

prinsipnya, yaitu proses pengarangan/karbonisasi limbah kayu menjadi serbuk

arang dan proses pencetakan serbuk arang menjadi briket arang dengan cara

dikempa (Daryanto,2007).

Pembuatan briket arang dari limbah pertanian dapat dilakukan dengan

menambah bahan perekat, dimana bahan baku diarangkan terlebih dahulu

kemudian ditumbuk, dicampur perekat, dicetak dengan sistem hidrolik maupun

manual dan selanjutnya dikeringkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Hartoyo (1983) menyimpulkan bahwa briket arang yang dihasilkan setara buatan

Inggris dan memenuhi persyaratan yang berlaku di Jepang karena menghasilkan

kadar abu dan zat yang mudah menguap (volatile mailer) yang rendah serta kadar

karbon terikat (fixed carbon) dan nilai kalor yang tinggi. Kualitas briket bioarang

juga ditentukan oleh bahan pembuat/penyusunnya, sehingga mempengaruhi

(19)

Menurut Schuchart (1996) pembuatan briket dengan penggunaan bahan

perekat akan lebih baik hasilnya jika dibandingkan tanpa menggunakan bahan

perekat. Disamping meningkatkan nilai bakar dari bioarang, kekuatan briket arang

dari tekanan luar juga lebih baik (tidak mudah pecah).

Briket yang dihasilkan setelah pengempaan dikeringkan, karena masih

mengandung air yang cukup tinggi (sekitar 50%). Tujuan pengeringan adalah

mengurangi kadar air dalam briket sehingga memudahkan pembakaran briket dan

sesuai dengan ketentuan kadar air briket yang berlaku. Pengeringan dapat

dilakukan dengan alat pengering seperti oven, atau dengan penjemuran. Suhu

pengeringan dengan oven umumnya 600 C dengan lama pengeringan 24 jam.Jika

dilakukan penjemuran, lama penjemuran briket cukup tiga hari dalam kondisi

cuaca yang cerah (Achmad, 1991).

Sifat briket yang baik yakni tidak berasap dan tidak berbau pada saat

pembakaran. Mempunyai kekuatan tertentu sehingga tidak mudah pecah waktu

diangkat dan dipindah-pindah, mempunyai suhu pembakaran tetap (± 3500 C)

dalam jangka waktu yang panjang (8 – 10 jam), setelah pembakaran masih

mempunyai kekuatan tertentu sehingga mudah untuk dikeluarkan dari tungku

masak, gas hasil pembakaran tidak mengandung gas karbon monoksida yang

tinggi (Sukandarrumidi, 1995).

Persyaratan arang briket yang baik adalah bersih, tidak berdebu, dan

berbau, mempunyai kekerasan yang merata, kadar abu serendah mungkin, nilai

kalor setara dengan bahan bakar lain, menyala dengan baik dan memberikan

panas secara merata serta harganya bersaing dengan bahan bakar lain

(20)

Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan briket bioarang antara lain

adalah biayanya amat murah. Alat yang digunakan pembuatan briket bioarang

cukup sederhana dan bahan bakunya pun sangat murah, bahkan tidak perlu

membeli karena berasal dari sampah, daun-daun kering dan limbah pertanian.

Bahan baku untuk pembuatan arang umumnya telah tersedia di sekitar kita. Briket

bioarang dalam penggunaannya menggunakan tungku yang relatif kecil

dibandingkan dengan tungku yang lainnya (Andry, 2000).

Briket dengan mutu yang baik adalah briket yang memiliki kadar air,

kadar abu, kadar zat terbang, laju pembakaran yang rendah, tetapi memiliki

kerapatan, nilai kalor dan suhu api atau bara yang dihasilkan tinggi. Jika briket

diarahkan untuk penggunaan di kalangan rumah tangga, maka hal yang penting

diperhatikan adalah kadar zat terbang dan kadar abu yang rendah. Hal ini

dikarenakan untuk mencegah polusi udara yang ditimbulkan dari asap

pembakaran yang dihasilkan serta untuk memudahkan dalam penanganan ketika

proses pembakaran selesai (Ismayana dan Afriyanto,2014).

Kualitas briket yang dihasilkan menurut standard mutu Inggris dan Jepang

dapat dilihat pada table 3. Sebagai data pembanding, sehingga dapat diketahui

kulitas briket yang dihasilkan dalam penelitian ini.

Tabel 3. Kualitas mutu briket arang

Jenis analisa Briket arang

Inggris Jepang Amerika Indonesia

Kadar air (%) 3,59 6 – 8 6,2 7,57

Kadar abu (%) 5,9 3 – 6 8,3 5,51

(21)

Nilai Kalor

Panas adalah energi yang dipindahkan dari satu benda ke benda lain

karena beda temperatur. Bila energi panas ditambahkan pada suatu zat maka

temperatur zat itu biasanya naik.Kapasitas panas zat adalah energi panas yang

dibutuhkan untuk menaikkan temperatur suatu zat dengan satu derajat. Panas jenis

adalah kapasitas panas persatuan massa. Satu kalori adalah jumlah energi panas

yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur satu gram air satu derajat celcius

atau kelvin.Kilokalori adalah banyaknya energi panas yang dibutuhkan untuk

menaikkan temperatur satu kilogram air dengan satu derajat celcius.Alat untuk

mengukur nilai kalor pada suatu bahan disebut bomb calorimeter.Bomb

calorimeter adalah alat untuk mengukur pindah panas di dalam sistem dan

lingkungannya pada suhu yang tetap (Reimansyah, 2009).

Nilai kalor dinyatakan sebagai heating value, dinyatakan dalam kkal/kg

atau joule/kg, merupakan banyaknya kalori yang dihasilkan oleh briket tiap satuan

berat (dalam kilogram) (Sukandarrumidi, 2006). Nilai kalor diukur dengan

menggunakan alat bomb calorimeter dihitung dengan rumus :

HHV = (T2 - T1 - 0.05) Cv ×0.239 kal ... (1)

Dimana:

HHV = kualitas nilai kalor (kal/g)

T1 = temperatur sebelum penyalaan (0C)

T2 = temperatur setelah penyalaan (0C)

0,05 = kenaikan temperatur kawat penyala

1 Joule = 0.239 kal

Gambar

Gambar 1. Sekam padi
Tabel 1. Komposisi kimia sekam
Gambar 2. Kulit durian
Tabel 2. Daftar analisa bahan perekat
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tinggi rendahnya kadar zat menguap dan kerapatan massa briket arang yang dihasilkan dipengaruhi oleh bahan baku dengan penambahan konsentrasi perekat tepung

Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran tertentu, yang tersusun dari butiran batubara halus dengan sedikit bahan campuran seperti tanah liat dan

Briket adalah bahan bakar padat yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif yang mempunyai bentuk tertentu.. Pemilihan proses pembriketan tentunya harus mengacu pada

Briket Batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan sedikit campuran seperti tanah liat dan tapioka atau bahan bakar padat dengan bentuk dan

Briket merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang berasal dari biomassa yang digunakan sebagai sumber energi sederhana dan murah.Biomassa yang digunakan dalam penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik briket arang dari limbah olahan tapioka sebagai bahan bakar akternatif berdasarkan jenis dan persentase

Limbah kayu jabon dan limbah serat kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan baku untuk membuat bahan bakar alternatif dalam bentuk briket arang. Dari pengujian daya

adalah bahan bakar padat yang terbuat dari bahan baku biomassa dengan.. campuran