• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Kasus Penggunaan Senjata Kimia Oleh Suriah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Kasus Penggunaan Senjata Kimia Oleh Suriah"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perang adalah suatu istilah yang tidak asing lagi bagi manusia yang ada di

dunia ini. Hal ini dikarenakan perang memiliki sejarah yang sama lamanya dengan

sejarah umat manusia seperti yang dapat terlihat pada kalimat “Armed conflict is as

old as humankind itself.1

Oleh karena perang lahir bersamaan dengan adanya manusia, maka tidaklah

mengherankan apabila hingga saat ini, banyak peperangan yang telah terjadi.

Beberapa diantaranya ialah peperangan besar yang hingga saat ini masih diingat oleh

manusia, misalnya Perang Dunia I (World War I atau First World War) yang terjadi

pada tahun 1914 hingga tahun 1918, yang mengambil tempat di Eropa

” Dengan dikatakannya memiliki sejarah yang sama lamanya

dengan sejarah umat manusia, maka dapat disimpulkan bahwa peperangan telah ada

sejak manusia ada.

2

, serta Perang

Dunia II (World War II atau Second World War) yang terjadi pada tahun 1939 hingga

tahun 19453

1 “War and International Humanitarian Law, dimuat dalam

, yang melibatkan sebagian besar negara yang ada di dunia, baik secara

langsung maupun tidak langsung, dan perang-perang lainnya.

2

“World War I, dimuat dalam http://en.wikipedia.org/wiki/World_War_I , diakses pada 24 November 2013 pukul 08.27 WIB”

3 “World War II, dimuat dalam http://en.wikipedia.org/wiki/World_War_II , diakses pada 24

(2)

Istilah “Perang” tidak lagi asing bagi manusia. Namun, ada baiknya apabila

dilihat pengertian istilah “perang” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Istilah

“Perang” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki setidaknya 4 (empat)

pengertian, diantaranya : 4

1. Permusuhan antara dua negara (bangsa, agama, suku, dsb.);

2. Pertempuran besar bersenjata antara dua pasukan atau lebih (tentara,

laskar, pemberontak, dsb.);

3. Perkelahian; konflik;

4. Cara mengungkapkan permusuhan.

Adapun pengertian perang yang dimaksud di dalam penelitian ini ialah

pengertian perang yang kedua, yakni pertempuran besar bersenjata antara dua

pasukan atau lebih.

Perang tidak dapat terelakkan. Pendapat ini tercermin dari hasil beberapa studi

yang menyebutkan bahwa dalam diri manusia ada suatu naluri untuk melukai atau

menyerang.5 Oleh karena perang tidak dapat terelakkan, maka dibuatlah suatu peraturan hukum yang mencoba mengatur agar suatu perang dapat dilakukan dengan

memperhatikan prinsip-prinsip kemanusiaan yakni peraturan hukum yang saat ini

dikenal dengan Hukum Humaniter Internasional (International Humanitarian Law).6

4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan Ketiga,

Balai Pustaka, Jakarta, 2003, hal. 854

5 Ambarwati, dkk., Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan Internasional,

Cetakan Pertama, Rajawali Pers, Jakarta, 2009, hal. 4

6 Kalimat tersebut didukung dengan kutipan kalimat “There have always been customary

(3)

Penting untuk diingat bahwa Hukum Humaniter tidak melarang perang, walaupun

ada ketentuan lain dalam Hukum Internasional yang ditafsirkan melarang perang.7 Hukum Humaniter dahulunya dikenal dengan istilah Hukum Perang (Laws of

War) ataupun Hukum Konflik Bersenjata (Laws of Armed Conflict).8

Ius ad bellum ialah hukum tentang perang, yang membahas mengenai kapan

atau dalam keadaan bagaimana suatu negara dibenarkan untuk berperang. Perubahan yang

terjadi ini tidak hanya terbatas pada perubahan nama semata, melainkan juga

memperluas cakupan yang diatur. Hukum Humaniter tidak saja mencakup Ius ad

bellum, tetapi juga mencakup Ius in bello.

9

Sedangkan Ius in bello ialah hukum yang berlaku dalam perang, yang tidak saja

mengatur mengenai cara dan alat berperang melalui Hukum Den Haag, tetapi juga

mengatur mengenai perlindungan terhadap korban perang melalui Hukum Jenewa.

Pengaturan lebih lanjut terdapat di dalam Protokol-Protokol Tambahan 1977. Adapun

Hukum Den Haag, Hukum Jenewa, serta Protokol-Protokol Tambahan 1977 tersebut

dipandang sebagai sumber hukum humaniter yang utama.10

Law,

Walaupun hukum

humaniter terdiri dari 2 (dua) bagian, namun yang biasanya dipelajari ialah Ius in

bello.

2013 pukul 08.52 WIB”

7 Haryomataram, Pengantar Hukum Humaniter, Cetakan Pertama, PT RajaGrafindo Persada,

Jakarta, 2005, hal. 3.

(4)

Lahirnya suatu pengaturan tertentu tentu memiliki tujuan yang hendak dicapai.

Begitu pula dengan lahirnya hukum humaniter. Adapun beberapa tujuan hukum

humaniter yang dapat dijumpai dalam beberapa kepustakaan, antara lain sebagai

berikut : 11

1. Memberikan perlindungan terhadap kombatan maupun penduduk sipil dari penderitaan yang tidak perlu (unnecessary suffering).

2. Menjamin hak asasi manusia yang sangat fundamental bagi mereka yang jatuh ke tangan musuh. Kombatan yang jatuh ke tangan musuh harus dilindungi dan dirawat serta berhak diperlakukan sebagai tawanan perang. 3. Mencegah dilakukannya perang secara kejam tanpa mengenal batas. Di

sini, yang terpenting adalah asas perikemanusiaan.

Berdasarkan tujuan hukum humaniter di atas, dapatlah terlihat tiga asas utama

di dalam hukum humaniter, yaitu : 12

1. Asas Kepentingan Militer (military necessity)

Pihak yang bersengketa dibenarkan menggunakan kekerasan untuk menundukkan lawan demi tercapainya tujuan dan keberhasilan perang.

2. Asas Perikemanusiaan (humanity)

Pihak yang bersengketa diharuskan untuk memperhatikan perikemanusiaan, dimana mereka dilarang untuk menggunakan kekerasan yang dapat menimbulkan luka yang berlebihan atau penderitaan yang tidak perlu.

3. Asas Kesatriaan (chivalry)

Di dalam perang, kejujuran harus diutamakan. Penggunaan alat-alat yang tidak terhormat, berbagai macam tipu muslihat dan cara-cara yang bersifat khianat dilarang.

Asas perikemanusiaan di atas ialah asas yang paling tercermin di dalam

pengaturan, baik di dalam Hukum Den Haag maupun Hukum Jenewa. Dalam Hukum

Den Haag, asas perikemanusiaan tercermin dari dilarangnya penggunaan

11 Arlina Permanasari, dkk., Pengantar Hukum Humaniter, Cetakan Pertama, International

Committee Of The Red Cross, Jakarta, 1999, hal. 12

(5)

senjata tertentu yang dirasakan mampu menimbulkan luka yang berlebihan maupun

penderitaan yang tidak perlu. Dalam menerapkan asas perikemanusiaan ini, Hukum

Den Haag melarang penggunaan beberapa senjata, salah satu diantaranya ialah

penggunaan senjata kimia di dalam konflik bersenjata. Sedangkan di dalam Hukum

Jenewa, asas tersebut tercermin dari perlindungan-perlindungan yang diberikan

kepada tawanan perang, serta kepada penduduk sipil yang tidak ikut berperang.

Tawanan perang ialah suatu status yang diberikan kepada seorang kombatan yang

jatuh ke tangan musuh.13

Senjata kimia dilarang penggunaannya di dalam konflik bersenjata oleh

karena dampak digunakannya dirasakan tidak manusiawi. Seseorang yang tidak

terkena serangannya secara langsung pun dapat menjadi korban daripada penggunaan

senjata kimia karena senjata kimia dapat menyerang melalui beberapa bentuk,

termasuk di dalamnya dalam bentuk cairan maupun gas. Selain tidak mengenal lawan,

alasan lainnya ialah bahwa senjata kimia dapat memberikan luka permanen maupun

suatu penyakit permanen, yang menyiksa korban bahkan setelah perang tersebut

berakhir. Keseriusan terhadap pelarangan penggunaan senjata kimia di dalam konflik

bersenjata terlihat dari dilahirkannya The 1993 Chemical Weapons Convention (untuk

selanjutnya akan disingkat “CWC”), walaupun penggunaan senjata yang demikian Pemberian status ini penting bagi seorang kombatan karena

akan mempengaruhi perlakuan yang diberikan kepada mereka ketika mereka sedang

berada di tangan musuh.

(6)

telah dilarang sebelumnya.14 Contoh daripada penggunaan senjata kimia ialah adanya kasus Agent Orange15 yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap Vietnam pada

Perang Vietnam, yang mengakibatkan terjadinya kelaparan di daerah tersebut.

Bahkan pada tanah serta air di beberapa daerah memiliki konsentrasi zat kimia yang

jauh dari level aman oleh Agen Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (U.S.

Environmental Protection Agency). Akibat lain daripada penggunaan senjata kimia

oleh Amerika Serikat tersebut ialah terdapat 400.000 (empat ratus ribu) orang yang

terbunuh atau menjadi cacat, dan 500.000 (lima ratus ribu) anak lahir dengan cacat

lahir.16

14 Pelarangan hukum internasional terhadap penggunaan senjata yang demikian pertama

sekali dapat ditemukan pada 1925 Geneva Protocol for the prohibition of the Use in war of

Asphyxiating, Poisonous of the Gasses, and of Bacteriological Methods of Warfare, yang merupakan

salah satu sumber Hukum Humaniter, yang dikutip dari buku Haryomataram, Op. cit., hal. 51

15 Kasus Agent Orange ialah suatu kasus dimana Amerika Serikat menggunakan senjata kimia

terhadap tanaman-tanaman yang ada di Vietnam, en.wikipedia.org/wiki/Agent_Orange, diakses pada 10 Februari 2014 pukul 21.54 WIB.

16 Agent Orange, en.wikipedia.org/wiki/Agent_Orange, diakses pada 10 Februari 2014 pukul

21.54 WIB.

Penggunaan senjata kimia di dalam konflik bersenjata tidaklah

berperikemanusiaan karena dampak yang dihasilkannya tidak berperikemanusiaan.

Oleh karena itu, penggunaan senjata kimia di dalam konflik bersenjata merupakan

suatu pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional yang menyita perhatian

(7)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka pokok permasalahan yang akan dibahas

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan Hukum Internasional mengenai larangan penggunaan

senjata kimia di dalam konflik bersenjata?

2. Bagaimana kewenangan Perserikatan Bangsa-Bangsa di dalam kasus

penggunaan senjata kimia di dalam konflik bersenjata menurut Hukum

Internasional?

3. Bagaimana pengaturan Hukum Internasional terhadap kasus penggunaan

senjata kimia oleh Suriah?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaturan hukum internasional tentang larangan penggunaan

senjata kimia dalam konflik bersenjata;

2. Untuk mengetahui peran Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam

menangani kasus terkait digunakannya senjata kimia dalam konflik bersenjata;

3. Untuk mengetahui penggunaan senjata kimia oleh Suriah dalam perspektif

Hukum Internasional.

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

(8)

1. Manfaat teoritis, yakni untuk menambah bahan penelitian bagi literatur yang

berkenaan dengan penggunaan senjata kimia, serta sebagai dasar penelitian

selanjutnya pada bidang yang sama.

2. Manfaat praktis, yakni sebagai pengingat bagi pemerintah Negara Kesatuan

Republik Indonesia agar tidak melanggar ketentuan yang ada yang berkenaan

dengan penggunaan senjata kimia, baik secara langsung ataupun tidak langsung,

serta memberikan pengetahuan kepada masyarakat Indonesia bahwa penggunaan

senjata kimia ialah dilarang oleh hukum internasional.

D. Keaslian Penulisan

Dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama

masa perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, maka penelitian ini

mengangkat suatu materi dari mata kuliah wajib, yaitu hukum humaniter

internasional, khususnya yang membahas mengenai penggunaan senjata di dalam

konflik bersenjata. Oleh karena itu, masalah penggunaann senjata di dalam konflik

bersenjata dituangkan dalam sebuah judul penelitian “Tinjauan Hukum Internasional

Terhadap Kasus Penggunaan Senjata Kimia Oleh Suriah”.

Dalam rangka pengajuan judul penelitian ini, maka harus terlebih dahulu

mendaftarkan judul tersebut ke bagian Hukum Internasional dan telah diperiksa pada

arsip bagian Hukum Internasional. Judul yang diangkat dinyatakan disetujui oleh

(9)

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan pada bagian Hukum Internasional

pada khususnya dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada umumnya,

diketahui bahwa ada beberapa penelitian yang membahas tentang hukum humaniter,

namun belum ada penelitian yang secara khusus membahas tentang larangan

penggunaan senjata kimia dalam Kasus Suriah, sehingga keaslian penulisan yang

dituangkan dapat dipertanggungjawabkan penulisannya.

E. Tinjauan Kepustakaan

Penelitian ini memperoleh bahan tulisannya dari buku-buku, laporan-laporan,

dan informasi dari internet. Untuk itu, diberikan penegasan dan pengertian dari judul

penelitian, yang diambil dari sumber-sumber buku yang memberikan pengertian

terhadap judul penelitian ini, ditinjau dari sudut etimologi (arti kata) dan

pengertian-pengertian lainnya dari sudut ilmu hukum maupun pendapat dari para sarjana

sehingga mempunyai arti yang lebih tegas.

Pengertian Chemical Weapons terdapat di dalam Pasal 2 ayat 1 CWC :17

(a) Toxic chemicals and their precursors, except where intended for purposes not prohibited under this Convention, as long as the types and quantities are consistent with such purposes;

“Chemical Weapons” means the following, together or separately:

(b) Munitions and devices, specifically designed to cause death or other harm through the toxic properties of those toxic chemicals specified in subparagraph (a), which would be released as a result of the employment of such munitions and devices;

17 Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons, Convention on the Prohibition of

the Development, Production, Stockpiling dan Use of Chemical Weapons and on Their Destruction,

(10)

(c) Any equipment specifically designed for use directly in connection with the employment of munitions and devices specified in subparagraph (b)

Berdasarkan pengertian yang diberikan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa

senjata kimia yang dimaksudkan di dalam penelitian ini adalah: a) zat kimia yang

beracun beserta turunannya, kecuali zat kimia beracun yang ditujukan untuk hal-hal

yang diizinkan oleh konvensi ini, sepanjang jenis dan jumlahnya sejalan dengan

tujuan diizinkannya penggunaan zat kimia beracun tersebut; b) Mesiu dan senjatanya

yang khusus dibuat untuk membunuh ataupun melukai orang lain dengan

menggunakan zat kimia beracun yang terdapat pada sub-bagian (a); serta c) Alat-alat

lainnya yang dibuat khusus untuk digunakan secara langsung dengan penggunaan

mesiu dan senjata yang dijelaskan pada sub-bagian (b).

Pada pengertian mengenai senjata kimia di atas, khususnya pada sub-bagian

(a), terdapat hal-hal yang membuat penggunaan zat kimia beracun ini dimungkinkan.

Oleh sebab itu, perlu dilihat tujuan yang tidak dilarang (yang membenarkan

penggunaan zat kimia beracun) oleh CWC, yang terdapat pada CWC Pasal 2 ayat 9,

diantaranya :18

(a) Industrial, agricultural, research, medical, pharmaceutical or other peaceful purposes;

(b) Protective purposes, namely those purposes directly related to protection against toxic chemicals and to protection against chemical weapons; (c) Military purposes not connected with the use of chemical weapons and not

dependent on the use of the topic properties of chemicals as a method of warfare;

(d) Law enforcement including domestic riot control purposes.

(11)

Adapun berdasarkan kutipan di atas, ada beberapa tujuan penggunaan zat

kimia beracun yang tidak dilarang oleh CWC, diantaranya adalah untuk tujuan a)

industri, pertanian, penelitian, medis, farmasi; b) perlindungan, c) militer yang tidak

berhubungan dengan penggunaan senjata kimia dan tidak bergantung dengan

penggunaan zat kimia sebagai salah satu metode berperang; serta d) penegakan

hukum.

Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, haruslah dipahami bahwa senjata kimia

yang dimaksudkan di dalam penelitian ini ialah senjata kimia yang melanggar

ketentuan CWC, termasuk di dalamnya pelanggaran terhadap maksud dan tujuan,

jenis unsur kimia, ataupun dampak yang dilarang.

F. Metode Penelitian

Untuk melengkapi penelitian ini agar tujuan dapat lebih terarah dan

dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penelitian yang digunakan

sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Sebagaimana lazimnya penulisan dalam penyusunan dan penulisan

karya tulis ilmiah yang harus bersadarkan fakta-fakta dan data-data yang

objektif (benar dan layak dipercaya), demikian halnya dalam menyusun dan

menyelesaikan penulisan penelitian ini sebagai karya tulis ilmiah, juga

(12)

memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunan sesuai dengan yang

telah direncanakan semula yaitu guna menjawab permasalahan yang telah

diuraikan sebelumnya.

Metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang

dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka dan data sekunder.19

2. Data Penelitian

Penelitian

yuridis normatif digunakan dalam penelitian ini untuk meneliti norma hukum

internasional yang berlaku yang mengatur tentang larangan penggunaan

senjata kimia sebagaimana dimuat dalam berbagai perangkat hukum

internasional yang berlaku, contohnya : Konvensi Den Haag, Chemical

Weapons Convention.

Penelitian ini menggunakan metode analisis, yaitu menganalisis

tentang upaya untuk menegakkan hukum humaniter internasional ketika

terdapat pelanggaran dengan menggunakan senjata kimia di dalam konflik

bersenjata dalam perspektif hukum internasional.

Penelitian ini memusatkan pada berbagai norma hukum internasional

yang menjadi dasar standar internasional yang diterapkan di negara-negara di

19 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,

(13)

dunia dan norma-norma hukum internasional yang mengatur tentang hukum

humaniter internasional.

Data dalam penelitian ini mempergunakan data sekunder yang terdiri

dari :

a. Bahan hukum primer20

1) The Law of The Hague

, yaitu bahan hukum yang mengikat secara

umum, termasuk di dalamnya Konvensi-Konvensi Internasional

dan Perjanjian Internasional yang berkaitan dengan penggunaan

senjata di dalam konflik bersenjata, yaitu :

2) Convention on the Prohibition of The Development,

Production, Stockpiling, and Use of Chemical Weapons and on

Their Destruction, yang dikenal dengan Chemical Weapons

Convention.

b. Bahan hukum sekunder21

20 Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dan terdiri dari (untuk

Indonesia): a. Norma atau kaedah dasar; b. Peraturan dasar; c. Peraturan perundang-undangan; d. Bahan hukum yang tidak dikodifikasi; e. Yurisprudensi; f. Traktat; g. Bahan hukum dari zaman penjajahan yang hingga kini masih berlaku. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 2005, hal. 52.

21 Bahan hukum sekunder ialah bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum

primer. Ibid.

, yaitu tulisan-tulisan atau karya-karya

para ahli hukum dalam buku-buku teks, makalah, jurnal-jurnal,

surat kabar, internet, dan lain-lain yang relevan dengan masalah

(14)

c. Bahan hukum tersier 22 , yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum

primer dan sekunder, diantaranya kamus-kamus bahasa.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian

kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara

meneliti bahas pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data

sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari

buku-buku koleksi pribadi maupun pinjaman dari perpustakaan dan dosen

pembimbing, artikel-artikel yang berasal dari media elektronik,

dokumen-dokumen internasional yang resmi dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.

Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai

berikut :

a. Melakukan inventarisasi hukum internasional dan bahan-bahan

hukum lainnya yang relevan dengan objek penelitian.

b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui artikel-artikel media

elektronik, dokumen-dokumen internasional yang resmi

dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.

c. Mengelompokkan data-data yang relevan dengan permasalahan.

22 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Suatu Pengantar), P.T.Rajagrafindo

(15)

d. Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan

masalah yang menjadi objek penelitian.

4. Analisa Data

Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa

secara kualitatif 23

G. Sistematika Penulisan

. Analisis secara kualitatif berarti analisis yang

memfokuskan perhatiannya pada makna-makna yang terkandung di dalam

suatu pernyataan, bukan analisis yang memfokuskan perhatiannya pada

figur-figur kuantitatif semata. Analisa data dilakukan sedemikian rupa dengan

memperhatikan aspek kualitatif lebih daripada aspek kuantitatif dengan

maksud agar diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang

telah dirumuskan.

Sebagai gambaran umum untuk memudahkan pemahamanan materi penelitian

ini, maka dibagi dalam 5 (lima) Bab yang berhubungan erat satu sama lain :

Bab Pertama merupakan pendahuluan. Pada bab ini akan diuraikan hal-hal

pokok yang menjadi dasar pemikiran dalam penulisan penelitian ini. Terdiri atas

23 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak

(16)

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan

kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab Kedua mendeskripsikan pengaturan mengenai tata cara perang menurut

Hukum Humaniter Internasional pada umumnya, dan menurut Konvensi Den Haag

pada khususnya. Bab ini juga menjelaskan alasan-alasan pelarangan penggunaan

senjata kimia di dalam konflik bersenjata, serta pengaturan yang ada di dalam CWC

sebagai salah satu instrumen Hukum Humaniter yang mengatur larangan penggunaan

senjata kimia di dalam konflik bersenjata.

Bab Ketiga membahas mengenai kompetensi yang dimiliki oleh Perserikatan

Bangsa-Bangsa menurut Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa pada umumnya, serta

dalam kaitannya dengan penggunaan senjata kimia di dalam konflik bersenjata pada

khususnya, baik sebelum lahirnya CWC maupun setelah lahirnya CWC. Bab ini juga

akan membahas mengenai penggunaan senjata kimia di dalam konflik bersenjata oleh

negara-negara lainnya sebelum Suriah, serta kewenangan apa yang dimiliki oleh

Perserikatan Bangsa-Bangsa terkait dengan penggunaan senjata kimia oleh Suriah.

Bab Keempat mendeskripsikan latar belakang konflik Suriah, serta senjata

yang digunakan oleh Suriah di dalam konflik bersenjata tersebut. Bab ini juga akan

meninjau penggunaan senjata kimia oleh suriah tersebut dalam perspektif Hukum

(17)

Bab Kelima merupakan bab penutup dari penelitian yang berisi kesimpulan

dari keseluruhan uraian materi pembahasan dan disertai dengan beberapa saran yang

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah cabang primer terlihat tidak terpengaruh aplikasi PCH yang diberikan, namun jumlah cabang sekunder dan jumlah bunga pada tanaman dengan perlakuan tanpa PCH

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan

Sebagai makhluk sosial manusia saling membutuhkan satu sama lain. Salah satu cara yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan kegiatan berupa jual beli

1) Alternatif pertama, menggunakan akses jalan nasional Segmen Jalan Bawah melalui 6 ruas jalan: Jalan Yos Sudarso, Jalan Pala, Jalan Pantai Mardika, Jalan Pantai Batu

Para penghuni panti selain lebih lanjut usia, mereka lebih rendah pendidikannya, dan lebih banyak yang tidak bekerja; hal ini dapat berarti bahwa mereka yang relatif lebih muda dan

Desa di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan berskala lokal Desa

Aktivitas antioksidan ekstrak umbi suweg untuk fraksi etanol dan etil asetat Pengukuran aktivitas antioksidan sampel dilakukan pada panjang gelombang 517 nm yang merupakan

(1) Komponen retribusi pelayanan kesehatan Rawat Inap sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 tidak termasuk tindakan medik non operatif, alat kesehatan bahan habis