• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Teknis Dan Ekonomis Penggunaan Penerangan Jalan Umum Solar Cell Dengan Penerangan Jalan Umum Konvensional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Teknis Dan Ekonomis Penggunaan Penerangan Jalan Umum Solar Cell Dengan Penerangan Jalan Umum Konvensional"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumber Energi

Sumber energi merupakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan

sebagai penghasil tenaga atau bahan bakar untuk berbagai macam kehidupan

manusia dipermukaan bumi.

2.1.1 Sumber Energi PJU Konvensional

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata konvensional

berasal dari konvensi yang artinya kesepakatan yang dilakukan berdasarkan

kebiasaan, adat atau kelaziman. Sehingga PJU Konvensional bisa disebut

penerangan jalan yang dibuat seperti biasanya (kata seperti biasanya berarti PJU

yang dibuat sebelum muncul PJU jenis lain (seperti PJU solar cell. PJU

konvensional sendiri masih menggunakan PLN sebagai supplier (penyuplay)

energi mereka, sehingga sumber energi PJU konvensional adalah energi

konvensional.

Energi konvensional adalah energi yang sumber dayanya berasal dari

alam dimana diproses dan penggunaannya sumber daya itu sendiri dengan

teknologi yang biasa digunakan dari masa lampau hingga sekarang. Sumber

energi konvensional berasal dari bahan bakar yang tidak berkelanjutan, yang akan

berakhir cepat atau lambat dan berbahaya bagi lingkungan. Bahan bakar minyak

bumi, batubara dan gas alam merupakan jenis energi konvensional dan masih

menjadi sumber energi utama bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi

(2)

2.1.2 Sumber Energi PJU Solar Cell

Solar cell yang artinya dalam bahasa Indonesia sel surya, adalah sebuah

alat semikonduktor yang terdiri dari diode p-n junction, dimana cahaya matahari

mampu dikonversi menjadi energi listrik yang berguna. Sehingga PJU solar cell

adalah penerangan jalan yang menggunakan alat konversi berbahan

semikonduktor untuk mengubah energi matahari menjadi energi listrik. Dan

sumber energi PJU solar cell berasal dari “energi matahari”.

Energi matahari mengandung dari beberapa energi yaitu sinar dan panas

dari matahari. Energi dalam panas matahari dapat dimanfaatkan dengan

menggunakan serangkaian teknologi seperti pemanas surya, listrik termal surya,

sedangkan “energi dalam cahaya matahari” dapat dimanfaatkan menggunakan

photovoltaik atau sel surya, arsitektur surya, dan fotosintesis buatan. Energi

matahari sangat atraktif karena tidak bersifat polutif, tidak akan habis, dan gratis.

Sinar matahari yang berupa gelombang elektromagnetik pendek menuju atmosfer

dianggap 100% sampai ke permukaan lapisan atmosfer. Tetapi radiasi ini tidak

bias diteruskan keseluruhannya karena ada pantulan yang terjadi dan besarnya

pantulan 31 %. Berarti radiasi yang dapat diteruskan kedaerah atmosfer hanya

69%. Dari jumlah ini akan diserap oleh udara keliling atmosfer sebesar 17,4% dan

pantulan permukaan bumi sebesar 4,3 % sehingga sampai kepermukaan bumi

tinggal 47,326%. Menurut (Dahnil Zainuddun, 1989: 9), sejumlah nilai yang

diserap oleh permukaan bumi, antara lain diserap oleh:

Tabel 2.1 Materi Bumi yang Teradiasi Matahari

Materi bumi yang teradiasi Banyak sinar teradiasi

Laut 37,7 %

(3)

9 2.2 Sel Surya (Photovoltaik)

Sel surya (solar cell) juga dikenal dengan nama PV (Photovoltaik).

Namun, perbedaannya terletak pada sumber cahaya yang digunakan. Pada sel

photovoltaik sumber cahaya lebih umum dan tidak disebutkan secara jelas.

Sedangkan pada sel surya, energi cahaya berasal dari radiasi sinar matahari

Sel surya merupakan pembangkit listrik yang mampu mengkonversi sinar

matahari menjadi arus listrik. Energi matahari sesungguhnya merupakan sumber

energi yang paling menjanjikan mengingat sifatnya yang berkelanjutan

(sustainable) serta jumlahnya yang sangat besar.

Sel surya bekerja berdasarkan efek fotoelektrik pada material

semikonduktor untuk mengubah energi cahaya menjadi energi listrik. Berdasarkan

teori Maxwell tentang radiasi elektromagnet, cahaya dapat dianggap

sebagai spektrum gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang

yang berbeda. Pendekatan yang berbeda dijabarkan oleh Einstein bahwa

efek fotoelektrik mengindikasikan cahaya merupakan partikel diskrit atau

quanta energi. Dualitas cahaya sebagai partikel dan gelombang dirumuskan

dengan persamaan :

(2.2)

Dimana : f = frekuensi pada cahaya (Hz)

λ = panjang gelombang (m)

h = konstanta Planck (6,625 X 10-34 Js)

Angin Gelombang 0,2 %

Panas Bumi 0,02 %

Kehidupan Manusia 0,004 %

(4)

c = kecepatan cahaya (3 x 108 m/s)

E = energi yang datang berupa bentuk paket-paket foton (joule)

2.2.1 Klasifikasi Sel Surya

Secara sederhana klasifikasi sel surya yang ada hingga saat ini

diilustrasikan pada Gambar :

Gambar 2.1 Skema Klasifikasi Sel Surya

i) Sel surya konvensional (silicon based)

Sel surya berbahan dasar silikon adalah sel surya komersil pertama yang

berhasil dikembangkan. Efiiensi komersilnya saat ini sudah mencapai 15%

sedangkan efisieni lab sudah mencapai 24,7%. Silikon adalah suatu material

semikonduktor bervalensi empat. Saat ini silicon based solar cell masih

(5)

11

Untuk mengurangi biaya produksi, maka pengembangan dilakukan dengan

meminimalisir material yang digunakan. Antara lain dengan menciptakan

crytalline thin film silicon. Selain itu telah dikembangkan metode-metode baru

yang lebih mudah dan murah dalam memproduksi semiconductor-grade

silicon.

ii) Advance solar cell

Sel surya non-silikon yang sampai saat ini berhasil dikembangkan antara

lain sel surya berbasis lapisan tipis atau thin film section solar cell, sel surya

organik dan polimer dan dye sensitized solar cell.

Adapun beberapa alasan dan konsep dasar dikembangkannya solar cell

dengan konsep baru yang berbeda dari sel surya konvensional (advance solar

cell) adalah:

 Meningkatkan efisiensi, antara lain dengan cara :

 Thermodinamik, besarnya energi yang diterima dan energi yang

diserap.

Detailed balanced, menyeimbangkan perbedaan flux partikel.

 Mengurangi biaya (Reduce cost), antara lain dengan cara:

 Menggunakan bahan dasar yang lebih murah, sedikit dan efisiensi

 Sistem manufaktur yang lebih murah.

2.2.2 Struktur dan Mekanisme Konversi Energi Matahari

Pada dasarnya mekanisme konversi energi cahaya terjadi akibat adanya

perpindahan elektron bebas di dalam suatu atom. Konduktifitas elektron atau

kemampuan transfer elektron dari suatu material terletak pada banyaknya elektron

(6)

Struktur umum dari sel surya (solar cell) menggunakan material

semikonduktor sebagai penghasil elektron bebas. Material semikonduktor adalah

suatu padatan (solid) dan seperti logam, konduktifitas elektriknya juga

ditentukan oleh elektron valensinya. Namun, berbeda dengan logam yang

konduktifitasnya menurun dengan kenaikan temperatur, material

semikonduktor konduktifitasnya akan meningkat secara signifikan.

Ketika foton dari suatu sumber cahaya menumbuk suatu elektron

valensi dari atom semikonduktor (seperti yang terlihat pada Gambar 2.2), hal ini

mengakibatkan suatu energi yang cukup besar untuk memisahkan elektron

tersebut terlepas dari struktur atomnya. Elektron yang terlepas tersebut

menjadi bebas bergerak di dalam bidang kristal dan elektron tersebut menjadi

bermuatan negatif dan berada pada daerah pita konduksi dari material

semikonduktor.

Sementara itu akibat hilangnya elektron mengakibatkan

terbentuknya suatu kekosongan pada struktur kristal yang disebut dengan

hole dan bermuatan positif. Skema sederhana terjadinya elektron bebas pada

material semikonduktor diilustrasikan pada Gambar 2

Daerah semikonduktor dengan elektron bebas dan bersifat negatif

bertindak sebagai donor elektron. Daerah ini disebut negatif type (n-type).

Sedangkan daerah semikonduktor dengan hole, bersifat positif dan

bertindak sebagai penerima (acceptor) elektron. Daerah ini disebut dengan

(7)

13 keterangan : 1. Charge separation;

2. Recombination;

3. Unused photon energy (e.g. transmission) ; 4. Reflection and shading caused by front contacts; Gambar 2.2 Desain dan Ilustrasi Struktur Sel Surya

Ikatan dari kedua sisi positif dan negatif (p-n junction) menghasilkan

energi listrik internal yang akan mendorong elektron bebas dan hole untuk

bergerak ke arah yang berlawanan. Elektron akan bergerak menjauhi sisi

negatif, sedangkan hole bergerak menjauhi sisi positif. Ketika p-n junction

ini dihubungkan dengan sebuah beban (lampu) maka akan tercipta sebuah arus

listrik.

2.2.3 Masalah Umum Sel Surya

Selainbanyaknyakeuntunganyangdapatdidapatkandariselsurya,ada

pulakekurangansertamasalahyangditimbulkanakibatpenggunaanselsurya.

(8)

a. Ketersediaan

Waktupenyinaranke bumi dan pemanfaatannya yang terbatas hanya ada

pagi hingga sore hari dan cahaya maksimum pada sianghari sedangkan

dimalam harihalinimenjaditidak mungkinkecualidiluarangkasa.Selain itu

akan menjadi semakin berkurang efisiensinya di cuaca yang berawan karena

sinarmataharitidakbisasecaraoptimalterserapolehselsurya.

b. Jalur matahari

Jalurpergerakanmataharitidak selalu beradatepattegaklurus, danhalini

berubah – ubahseiring denganwaktu. Ditiapbagiandunia mempunyai waktu

serta arah pergerakan yang berbeda, serta bergantung pada musim dan jam.

Sehingga jalur ini harus diperhatikan dengan baik agar proses pengumpulan

sinarmenjadioptimal.

c. Tata letak sel surya

Penempatan menjadi masalah tambahan yang perlu diperhatikan dengan

seksama,karenasel surya hanya akan menjadiefektif apabila mendapat sinar

langsungdenganarahnormaltegak lurusterhadappermukaanataudengan kata

laincahaya matahar jatuh tepatdengan sudut 90oterhadap permukaannya jika

dimungkinkan. Akan tetapi letak pengumpulan sinar matahari efektf

hingga20o,jikasemakinjauhdarisuduttegaknyamakaakan semakin rendah

juga tinggat penerimaannya. Dan juga jika perbedaan sudutnya lebihdari 35o

terhadap sudut tegakmakaakansebagianbesarsinar matahari memantul dari

permukaan sel surya. Dan juga ruang yang baik untuk penempatannya pada

(9)

15 d. Perubahan arus

Arus yang didapat dari sel surya adalah DC (Direct Current) atau arus

searah, sehingga jika dipergunakansebagaisumberlistrik bagirumah ataupun

industrimakaperludiubahmenjadiAC(AlternatingCurrent)atau arusbolak–

balik. Tidak hanya menambah kerumitan perangkat, tapi juga menyebabkan

adanyaenergiyanghilangkuranglebih4hingga12%..

e. Limbah produksi

Permasalahan yang sangat sering dikemukakan adalah penggunaan

Cadmium dalam Cadmium Telluride (CdTe), yang merupakan salah satu

senyawa berbahaya yang jika penanganannya tidak tepat justru akan

menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah. Solusi yang baik adalah

denganadanya pengendalian tingkatemisicadmiumpadaprosespembuatansel

suryamaka jumlahnyadapatditekanhinggamendekatinol.

2.3 Penerangan Jalan Umum

Penerangan Jalan Umum atau yang sering disingkat PJU adalah bagian

dari bangunan pelengkap jalan yang dapat diletakkan/dipasang di kiri/kanan jalan

dan atau di tengah (di bagian median jalan) yang digunakan untuk menerangi

jalan maupun lingkungan di sekitar jalan. PJU dipasang di berbagai jenis atau

kelas jalan, dimana kebutuhannya (seperti tertera pada Tabel 2.6) disesuaikan.

Adapun jenis/kelas jalan tersebut adalah:

(10)

Jalan trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan

dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan

pejalan kaki yang bersangkutan.

Jalan Lokal

Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan

jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Jalan Kolektor

Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan

rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

Jalan Arteri

Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama

dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan

masuk dibatasi secara berdaya guna.

Jalan Layang

Jalan layang merupakan perlengkapan jalan bebas hambatan untuk mengatasi

hambatan karena konflik dipersimpangan, melalui kawasan kumuh yang sulit

ataupun melalui kawasan rawa-rawa.

Jalan Terowongan

Terowongan adalah sebuah tembusan di bawah permukaan tanah atau

gunung. Terowongan biasa digunakan untuk lalu lintas kendaraan (umumnya

mobil atau kereta api) maupun para pejalan kaki atau pengendara sepeda

(11)

17  Jalan Simpang Susun

Simpang susun adalah persimpangan tidak sebidang dimana dapat dilakukan

perpindahan dari satu kaki persimpangan ke kaki lainnya melalui akses yang

terhubung tidak sebidang

Dan adapun fungsi penerangan jalan di kawasan perkotaan antara lain :

a. Menghasilkan kekontrasan antara obyek dan permukaan jalan;

b. Sebagai alat bantu navigasi pengguna jalan;

c. Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan, khususnya

pada malam hari;

d. Mendukung keamanan lingkungan;

e. Memberikan keindahan lingkungan jalan

2.3.1 Ketentuan Penempatan Penerangan Jalan

Dalam perencanaan instalasi penerangan jalan umum haruslah semestinya

dengan standar dan ketentuan yang telah berlaku dan ditetapkan oleh suatu

lembaga di daerah tersebut. Di Indonesia ketentuan dan standar ini dinamakan

SNI (Standar Nasional Indonesia).

a. Penempatan Lampu Penerangan Jalan

1) Penempatan lampu penerangan jalan harus direncanakan sedemikian rupa

sehingga dapat memberikan :

a. Kemerataan pencahayaan yang sesuai dengan ketentuan Tabel2.2

Tabel 2.2 Rasio Kemerataan Pencahayaan

Lokasi penempatan Rasio maksimum

Jalur lalu lintas : - di daerah permukiman - di daerah komersil/pusat kota

(12)

Jalur pejalan kaki : - di daerah permukiman - di daerah komersil/pusat kota

10 : 1 4:1

Terowongan 4:1

Tempat-tempat peristirahatan (rest area) 6:1

Uniformity Ratio 3 : 1 berarti rata-rata nilai kuat penerangan/luminansi adalah

3 (tiga) kali nilai kuat penerangan/luminasi pada suatu titik dari penerangan

minimum pada permukaan/perkerasan jalan.

b. Keselamatan dan keamanan bagi pengguna jalan

c. Pencahayaan yang lebih tinggi di area tikungan atau persimpangan,

dibanding pada bagian jalan yang lurus

d. Arah dan petunjuk (guide) yang jelas bagi pengguna jalan dan pejalan

kaki.

2) Sistem penempatan lampu jalan disarankan pada Tabel 2.3

Tabel 2.3 Sistem Penempatan Lampu Penerangan Jalan

Jenis jalan / jembatan Sistem penempatan lampu yang digunakan

Jalan arteri sistem menerus dan parsial

Jalan kolektor sistem menerus dan parsial

Jalan lokal sistem menerus dan parsial

Persimpangan, simpang susun, ramp sistem menerus

Jembatan sistem menerus

Terowongan sistem menerus bergradasi pada

ujung-ujung terowongan

 Sistem Penempatan Menerus, adalah sistem penempatan lampu

penerangan jalan yang menerus/kontinyu di sepanjang jalan/jembatan.

 Sistem Penempatan Parsial (setempat), adalah sistem penempatan lampu

penerangan jalan pada suatu daerah - daerah tertentu atau pada suatu

(13)

19

3) Pada sistem penempatan parsial, lampu penerangan jalan harus memberikan

adaptasi yang baik bagi penglihatan/pandangan pengendara, sehingga

ketidaknyamanan terhadap efek pandangan silau dan silhoutte dapat

dikurangi.

 Pandangan Silau, terjadi ketika suatu cahaya terang masuk di dalam area

pandangan pengendara bahkan jika cahaya tersebut datang secara tiba-tiba.

 Pandangan Silhoutte, terjadi pada suatu kondisi dimana obvek yang gelap

berada di latar belakang yang sangat terang.

4) Perencanaan dan penempatan lampu penerangan jalan dapat dilihat pada

gambar

l E

H

E

L

keterangan : H = tinggi tiang lampu

L = lebar badan jalan, termasuk median jika ada E = jarak interval antar tiang lampu

S1 + S2 = proyeksi kerucut cahaya lampu

S1 = jarak tiang lampu ke tepi kereb/perkerasan

S2 = jarak dari tepi kereb/perkerasan ke titik penyinaran terjauh

(14)

Gambar 2.3 Penempatan Lampu Penerangan

5) Penataan/pengaturan letak lampu penerangan jalan diatur seperti pada

Tabel 2.4., Gambar 2.4, 2.5, 2.6, 2.7 Di daerah-daerah atau kondisi dimana

median sangat lebar (> 10 meter) atau pada jalan dimana jumlah lajur sangat

banyak (> 4 lajur setiap arah) perlu dipertimbangkan dengan pemilihan

penempatan lampu penerangan jalan kombinasi dari cara-cara tersebut

di atas dan pada kondisi seperti ini, pemilihan penempatan lampu penerangan

jalan direncanakan sendiri - sendiri untuk setiap arah lalu-lintas.

Tabel 2.4 Penataan Letak Lampu Penerangan Jalan

Tempat Penataan / pengaturan letak

Jalan satu arah - di kiri atau kanan jalan;

- di kiri dan kanan jalan berselang-seling; - di kiri dan kanan jalan berhadapan; - di bagian tengah / separator jalan. Jalan dua arah - di bagian tengah / median jalan;

- kombinasi antara di kiri dan kanan berhadapan dengan di bagian tengah / median jalan;

- katenasi (di bagian tengah jalan dg sistem digantung) Persimpangan - dapat dilakukan dengan menggunakan lampu

menara dengan beberapa lampu, umumnya

ditempatkan di pulau-pulau, di median jalan, diluar daerah persimpangan (dalam RUMIJA ataupun dalam RUWASJA)

(15)

21 Gambar 2.5 Penempatan Lampu PJU di Kiri dan Kanan Jalan Berselang-

seling di Jalan Dua Arah

Gambar 26 Penempatan Lampu PJU di Kiri dan Kanan Jalan Berhadapan

di Jalan Dua Arah

Gambar 2.7 Penempatan Lampu PJU di Median Jalan di Jalan Dua Arah

2.3.2 Ketentuan Kualitas Pencahayaan

Kualitas pencahayaan pada suatu jalan diukur berdasarkan metoda

iluminansi atau luminansi. Kualitas pencahayaan normal menurut jenis/klasifikasi

fungsi jalan ditentukan seperti pada Tabel 2.5.

(16)

Jenis/

Trotoar 1-4 0,10 0,10 0,40 0,50 4 20

Jalan lokal :

TJ = batas ambang kesilauan

2.3.3 Jenis dan Kualitas Lampu PJU

Berdasarkan jenisnya lampu PJU dibagi beberapa kelompok antara lain:

a. Lampu Tabung Fluorescent atau lebih dikenal dengan istilah lampu TL,

bekerja menggunakan merkuri dan gas argon, dimana merkuri akan berfungsi

untuk menhasilkan radiasi ultraviolet. Sinar ultraviolet itu akan mebangkitkan

(17)

23

pada sisi bagian dalam tabung lampu sehingga akan menimbulkan cahaya

Sedangkan gas argon berfungsi untuk keperluan start..

b. Lampu Merkuri, prinsip kerja lampu merkuri hampir sama dengan prinsip

kerja lampu fluorescent, perbedaannya lampu merkuri bekerja pada faktor

daya yang rendah, oleh karena itu harus menggunakan kapasitor untuk

memperbaiki faktor daya lampu

c. Lampu Sodium Tekanan Rendah (SOX) termasuk dalam kelompok lampu tabung, sehingga prinsip kerjanya pun hampir sama dengan yang

lainnya. Hanya perbedaannya menggunakan campuran gas argon dan neon,

dan logam murni sodium. Gas argon dan neon dimaksudkan untuk keperluan

penyalaan awal, sedangkan logam sodium dimaksudkan untuk menghasilkan

cahaya kuning.

d. Lampu Sodium Tekanan Tinggi (SON), memiliki prinsip kerja yang sama

dengan SOX, hanya lampu ini tidak mampu distart dengan tegangan

nominal 220 Volt, maka dibutuhkan tegangan tinggi dan frekuensi tinggi

sesaat dan pelepasan elektron dalam tabung gas sampai mencapai temperatur

kerja yang dibutuhkan membutuhkan waktu yang lama (kira-kira 10 menit).

e. Lampu LED merupakan sejenis dioda semikonduktor istimewa, sehingga

seperti sebuah dioda normal, LED terdiri dari sebuah chip bahan

semikonduktor yang diisi penuh, atau di-dop, dengan ketidakmurnian untuk

menciptakan sebuah struktur yang disebut p-n junction. Pembawa muatan -

elektron dan lubang mengalir ke junction dari elektroda dengan voltase

(18)

yang lebih rendah, dan melepas energi dalam bentuk photon atau energi

(cahaya).

Pemilihan jenis lampu mempengaruhi kualitas dari pencahayaan

penerangan jalan, adapun syarat dalam pemilihan jenis dan kualitas lampu

penerangan jalan didasarkan pada :

 Nilai efisiensi

 Umur rencana

 Kekontrasan permukaan jalan dan obyek.

(19)

25 2.3.4 Sistem Penerangan dan Pemasangan Armatur

Armatur (luminair) atau rumah lampu penerangan merupakan sangkar atau

tempat dudukan lampu. Armatur (luminair) dimaksudkan untuk mengontrol

distribusi cahaya dari sebuah lampu dan juga melindungi lampu serta tempat

penyambungan rangkaian ke sumber. Armatur yang baik mempunyai IP 65 yaitu

(20)

Armatur yang dipakai sangat berperan dalam sistem penerangan lampu

atau sumber cahaya tersebut. Berikut beberapa sistem penerangan:

1) Penerangan langsung: cahaya yang dipancarkan sumber cahaya seluruhnya

diarahkan ke bidang yang harus diberikan penerangan, langit-langit hampir

tidak berperan. Penerangan langsung terutama digunakan di ruangan-ruangan

yang tinggi, misalnya di bengkel, pabrik dan untuk penerangan luar/jalan.

2) Terutama penerangan langsung: sejumlah kecil cahaya dipancarkan ke atas.

Sistem penerangan ini digunakan di gedung-gedung ibadat, untuk tangga

dalam rumah, gang dan lain-lain.

3) Penerangan baur/merata: sebagian dari cahaya sumber-sumber cahaya

diarahkan ke dinding dan langit. Penerangan ini digunakan di

ruangan-ruangan sekolah, ruangan-ruangan kantor dan tempat-tempat kerja.

4) Terutama penerangan tak langsung: sebagian besar dari cahaya

sumber-sumber cahaya diarahkan ke atas. Karena itu langit-langit dan dinding-dinding

ruangan harus diberi warna terang. Penerangan ini digunakan di rumah-rumah

sakit, di ruangan baca, toko-toko, kamar tamu, dan lain-lain.

5) Penerangan tidak langsung: cahayanya dipantulkan oleh langit-langit dan

dinding-dinding. Warna dinding dan langit-langit harus terang. Penerangan ini

digunakan di ruangan-ruangan untuk membaca, menulis dan untuk melakukan

pekerjaan-pekerjaan halus lainnya.

2.5 Barang Publik

Pada umumnya PJU merupakan barang publik sehingga masyarakat dapat

(21)

27

dan tidak ada pengecualian. Non persaingan berati konsumsi oleh satu individu

tidak mengurangi ketersediaan untuk dikonsumsi oleh orang lain, dan tak dapat

dikecualikan berarti bahwa tidak ada yang dapat dikecualikan secara efektif

menggunakan barang tersebut. Jadi, barang publik merupakan barang konsumsi

bersama dimana semua masyarakat dapat mengkonsumsinya tanpa persaingan dan

tidak pengucualian terhadap individu atau suatu kelompok, serta tanpa adanya

suatu pengorbanan dan tanggung jawab secara langsung akan kerusakan.

Kebalikan dari barang publik adalah barang swasta, dimana terdapat pengecualian

terhadap konsumsi barang tersebut.

Tabel 2.7 Jenis Barang Berdasarkan Sifatnya

Sifat Barang Excludable

(Dikecualikan)

Pendidikan, perlindungan hukum, perpustakaan, museum, umumnya

merupakan diklasifikasikan sebagai barang publik, tetapi secara teknis atau dalam

kehidupan sebenarnya mereka dianggap sebagai barang kuasi-publik karena ada

pengecualian, disebabkan untuk mendapatkan/memakai mereka terkadang terlebih

dahulu mengeluarkan pembayaran uang.

Penggunaan barang publik secara bersama-sama tersebut menimbulkan

eksternalitas.

(22)

Eksternalitas adalah dampak dari suatu tindakan pihak tertentu terhadap

pihak lain baik dampak yang menguntungkan maupun yang merugikan.

Eksternalitas terjadi apabila tindakan seseorang menimbulkan dampak terhadap

orang lain atau sekelompok orang tanpa ada kompensasi apapun sehingga timbul

inefisiensi dalam alokasi faktor produksi. Eksternalitas timbul pada dasarnya

karena aktivitas manusia yang tidak mengikuti prinsip-prinsip ekonomi yang

berwawasan lingkungan.

Ditinjau dari dampaknya, eksternalitas dapat dibagi dua, yaitu eksternalitas

positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas positif adalah dampak yang

menguntungkan pihak lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang

diuntungkan. Sedangkan eksternalitas negatif adalah dampak dari suatu kegiatan

yang merugikan pihak lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang

melaksanakan kegiatan.

Agar barang publik tidak mengalami eksternalitas negatif diperlukan

pemerintah sebagai penyedia dan pengawas barang publik.

b. Peran Pemerintah

Menyediakan barang-barang yang tidak disediakan oleh pihak swasta,

seperti halnya dengan jalan, dam-dam dan sebagainya merupakan salah satu

fungsi pemerintah. Barang publik hanya dapat disediakan oleh pemerintah,

dimana pemerintah tidak meminta kompensasi secara langsung kepada

masyarakat yang mengkonsumsinya.

Dalam perekonomian modern, peranan pemerintah terhadap barang publik

(23)

29  Peranan alokasi. Peran pemerintah dalam bidang alokasi adalah untuk

mengusahakan agar lokasi sumber - sumber ekonomi dilaksanakan secara

efisien.

 Peranan distribusi. Pemerintah dapat merubah distribusi pendapatan secara

langsung dengan pajak yang progresif yaitu relatif beban pajak yang lebih

besar bagi orang kaya dan relatif ringan bagi golongan miskin. misalnya;

pajak penerangan jalan yang terlampir pada Lampiran 3, yang lebih diberatkan kepada bisnis sebesar 10%, sedangkan untuk sosial (seperti mesjid,

gereja, dll) sebesar 0%..

 Peranan stabilisasi. Inflasi atau deflasi meruapakan hal yang dapat

mengganggu stabilitas ekonomi. Masalah inflasi atau deflasi harus ditangani

pemerintah melalui kebijaksanaan moneter. Apabila pemerintah menghendaki

perkembangan ekonomi yang pesat, dana swasta dalam negeri harus

dikerahkan sebesar mungkin yang berarti golongan kaya harus dikenakan

pajak yang lebih rendah dari pada golongan miskin sehingga golongan kaya

dapat menggunakan tabungan mereka untuk berinvestasi.

Tetapi ada beberapa faktor penyebab kegagalan pemerintah sebagai

penyedia dan pengawas barang publik:

 Informasi yang didapat tidak sempurna

 Pengawasan yang terbatas (atas reaksi swasta dan perilaku birokrat)

 Hambatan dalam proses politik

 Adanya biaya transaksi (pengeluaran) yang sangat besar.

 Adanya kegagalan dalam pelaksanaan program pemerintah. Pelaksanaan

Gambar

Gambar 2.1 Skema Klasifikasi Sel Surya
Gambar 2.2 Desain dan Ilustrasi Struktur Sel Surya
Tabel 2.3 Sistem Penempatan Lampu Penerangan Jalan
 gambar
+5

Referensi

Dokumen terkait

PJU pada Jalan Tol Darmo Surabaya ini dilakukan perubahan dengan mengganti PJU biasa yang memakai lampu merkuri dengan sistem baru yaitu menggunakan sollar

(2) me ngetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara pajak penerangan jalan umum dengan alokasi dana penerangan jalan umum tahun 2001-2005. Latar belakang penelitian ini adalah

Teknik analisi data yang digunakan (1) analisi kontribusi digunakan untuk menjawab masalah pertama yaitu seberapa besar kontribusinya pajak penerangan jalan unum terhadap pajak

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui besarnya kontribusi pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah dan mengetahui apakah terdapat hubungan antara penerimaan

Sedangkan untuk pajak hotel, pajak sarang burung walet dan pajak penerangan jalan bukan PLN maka pembayaran pajak yang terutang dilakukan oleh wajib pajak melalui

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dan analitis dengan mengumpulkan data kebutuhan dan tipe PJU di Jalan

Untuk mengetahui perkembangan pajak penerangan jalan di Kabupaten Minahasa Selatan dapat dilihat dari data Target dan Realisasi Pajak Penerangan Jalan Kabupaten

Penggunaan solar cell ini telah banyak digunakan di Negara-negara berkembang dan negara maju dimana pemanfaatnya tidak hanya pada lingkup yang kecil, tetapi sudah