7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumber Energi
Sumber energi merupakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan
sebagai penghasil tenaga atau bahan bakar untuk berbagai macam kehidupan
manusia dipermukaan bumi.
2.1.1 Sumber Energi PJU Konvensional
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata konvensional
berasal dari konvensi yang artinya kesepakatan yang dilakukan berdasarkan
kebiasaan, adat atau kelaziman. Sehingga PJU Konvensional bisa disebut
penerangan jalan yang dibuat seperti biasanya (kata seperti biasanya berarti PJU
yang dibuat sebelum muncul PJU jenis lain (seperti PJU solar cell. PJU
konvensional sendiri masih menggunakan PLN sebagai supplier (penyuplay)
energi mereka, sehingga sumber energi PJU konvensional adalah energi
konvensional.
Energi konvensional adalah energi yang sumber dayanya berasal dari
alam dimana diproses dan penggunaannya sumber daya itu sendiri dengan
teknologi yang biasa digunakan dari masa lampau hingga sekarang. Sumber
energi konvensional berasal dari bahan bakar yang tidak berkelanjutan, yang akan
berakhir cepat atau lambat dan berbahaya bagi lingkungan. Bahan bakar minyak
bumi, batubara dan gas alam merupakan jenis energi konvensional dan masih
menjadi sumber energi utama bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi
2.1.2 Sumber Energi PJU Solar Cell
Solar cell yang artinya dalam bahasa Indonesia sel surya, adalah sebuah
alat semikonduktor yang terdiri dari diode p-n junction, dimana cahaya matahari
mampu dikonversi menjadi energi listrik yang berguna. Sehingga PJU solar cell
adalah penerangan jalan yang menggunakan alat konversi berbahan
semikonduktor untuk mengubah energi matahari menjadi energi listrik. Dan
sumber energi PJU solar cell berasal dari “energi matahari”.
Energi matahari mengandung dari beberapa energi yaitu sinar dan panas
dari matahari. Energi dalam panas matahari dapat dimanfaatkan dengan
menggunakan serangkaian teknologi seperti pemanas surya, listrik termal surya,
sedangkan “energi dalam cahaya matahari” dapat dimanfaatkan menggunakan
photovoltaik atau sel surya, arsitektur surya, dan fotosintesis buatan. Energi
matahari sangat atraktif karena tidak bersifat polutif, tidak akan habis, dan gratis.
Sinar matahari yang berupa gelombang elektromagnetik pendek menuju atmosfer
dianggap 100% sampai ke permukaan lapisan atmosfer. Tetapi radiasi ini tidak
bias diteruskan keseluruhannya karena ada pantulan yang terjadi dan besarnya
pantulan 31 %. Berarti radiasi yang dapat diteruskan kedaerah atmosfer hanya
69%. Dari jumlah ini akan diserap oleh udara keliling atmosfer sebesar 17,4% dan
pantulan permukaan bumi sebesar 4,3 % sehingga sampai kepermukaan bumi
tinggal 47,326%. Menurut (Dahnil Zainuddun, 1989: 9), sejumlah nilai yang
diserap oleh permukaan bumi, antara lain diserap oleh:
Tabel 2.1 Materi Bumi yang Teradiasi Matahari
Materi bumi yang teradiasi Banyak sinar teradiasi
Laut 37,7 %
9 2.2 Sel Surya (Photovoltaik)
Sel surya (solar cell) juga dikenal dengan nama PV (Photovoltaik).
Namun, perbedaannya terletak pada sumber cahaya yang digunakan. Pada sel
photovoltaik sumber cahaya lebih umum dan tidak disebutkan secara jelas.
Sedangkan pada sel surya, energi cahaya berasal dari radiasi sinar matahari
Sel surya merupakan pembangkit listrik yang mampu mengkonversi sinar
matahari menjadi arus listrik. Energi matahari sesungguhnya merupakan sumber
energi yang paling menjanjikan mengingat sifatnya yang berkelanjutan
(sustainable) serta jumlahnya yang sangat besar.
Sel surya bekerja berdasarkan efek fotoelektrik pada material
semikonduktor untuk mengubah energi cahaya menjadi energi listrik. Berdasarkan
teori Maxwell tentang radiasi elektromagnet, cahaya dapat dianggap
sebagai spektrum gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang
yang berbeda. Pendekatan yang berbeda dijabarkan oleh Einstein bahwa
efek fotoelektrik mengindikasikan cahaya merupakan partikel diskrit atau
quanta energi. Dualitas cahaya sebagai partikel dan gelombang dirumuskan
dengan persamaan :
(2.2)
Dimana : f = frekuensi pada cahaya (Hz)
λ = panjang gelombang (m)
h = konstanta Planck (6,625 X 10-34 Js)
Angin Gelombang 0,2 %
Panas Bumi 0,02 %
Kehidupan Manusia 0,004 %
c = kecepatan cahaya (3 x 108 m/s)
E = energi yang datang berupa bentuk paket-paket foton (joule)
2.2.1 Klasifikasi Sel Surya
Secara sederhana klasifikasi sel surya yang ada hingga saat ini
diilustrasikan pada Gambar :
Gambar 2.1 Skema Klasifikasi Sel Surya
i) Sel surya konvensional (silicon based)
Sel surya berbahan dasar silikon adalah sel surya komersil pertama yang
berhasil dikembangkan. Efiiensi komersilnya saat ini sudah mencapai 15%
sedangkan efisieni lab sudah mencapai 24,7%. Silikon adalah suatu material
semikonduktor bervalensi empat. Saat ini silicon based solar cell masih
11
Untuk mengurangi biaya produksi, maka pengembangan dilakukan dengan
meminimalisir material yang digunakan. Antara lain dengan menciptakan
crytalline thin film silicon. Selain itu telah dikembangkan metode-metode baru
yang lebih mudah dan murah dalam memproduksi semiconductor-grade
silicon.
ii) Advance solar cell
Sel surya non-silikon yang sampai saat ini berhasil dikembangkan antara
lain sel surya berbasis lapisan tipis atau thin film section solar cell, sel surya
organik dan polimer dan dye sensitized solar cell.
Adapun beberapa alasan dan konsep dasar dikembangkannya solar cell
dengan konsep baru yang berbeda dari sel surya konvensional (advance solar
cell) adalah:
Meningkatkan efisiensi, antara lain dengan cara :
Thermodinamik, besarnya energi yang diterima dan energi yang
diserap.
Detailed balanced, menyeimbangkan perbedaan flux partikel.
Mengurangi biaya (Reduce cost), antara lain dengan cara:
Menggunakan bahan dasar yang lebih murah, sedikit dan efisiensi
Sistem manufaktur yang lebih murah.
2.2.2 Struktur dan Mekanisme Konversi Energi Matahari
Pada dasarnya mekanisme konversi energi cahaya terjadi akibat adanya
perpindahan elektron bebas di dalam suatu atom. Konduktifitas elektron atau
kemampuan transfer elektron dari suatu material terletak pada banyaknya elektron
Struktur umum dari sel surya (solar cell) menggunakan material
semikonduktor sebagai penghasil elektron bebas. Material semikonduktor adalah
suatu padatan (solid) dan seperti logam, konduktifitas elektriknya juga
ditentukan oleh elektron valensinya. Namun, berbeda dengan logam yang
konduktifitasnya menurun dengan kenaikan temperatur, material
semikonduktor konduktifitasnya akan meningkat secara signifikan.
Ketika foton dari suatu sumber cahaya menumbuk suatu elektron
valensi dari atom semikonduktor (seperti yang terlihat pada Gambar 2.2), hal ini
mengakibatkan suatu energi yang cukup besar untuk memisahkan elektron
tersebut terlepas dari struktur atomnya. Elektron yang terlepas tersebut
menjadi bebas bergerak di dalam bidang kristal dan elektron tersebut menjadi
bermuatan negatif dan berada pada daerah pita konduksi dari material
semikonduktor.
Sementara itu akibat hilangnya elektron mengakibatkan
terbentuknya suatu kekosongan pada struktur kristal yang disebut dengan
hole dan bermuatan positif. Skema sederhana terjadinya elektron bebas pada
material semikonduktor diilustrasikan pada Gambar 2
Daerah semikonduktor dengan elektron bebas dan bersifat negatif
bertindak sebagai donor elektron. Daerah ini disebut negatif type (n-type).
Sedangkan daerah semikonduktor dengan hole, bersifat positif dan
bertindak sebagai penerima (acceptor) elektron. Daerah ini disebut dengan
13 keterangan : 1. Charge separation;
2. Recombination;
3. Unused photon energy (e.g. transmission) ; 4. Reflection and shading caused by front contacts; Gambar 2.2 Desain dan Ilustrasi Struktur Sel Surya
Ikatan dari kedua sisi positif dan negatif (p-n junction) menghasilkan
energi listrik internal yang akan mendorong elektron bebas dan hole untuk
bergerak ke arah yang berlawanan. Elektron akan bergerak menjauhi sisi
negatif, sedangkan hole bergerak menjauhi sisi positif. Ketika p-n junction
ini dihubungkan dengan sebuah beban (lampu) maka akan tercipta sebuah arus
listrik.
2.2.3 Masalah Umum Sel Surya
Selainbanyaknyakeuntunganyangdapatdidapatkandariselsurya,ada
pulakekurangansertamasalahyangditimbulkanakibatpenggunaanselsurya.
a. Ketersediaan
Waktupenyinaranke bumi dan pemanfaatannya yang terbatas hanya ada
pagi hingga sore hari dan cahaya maksimum pada sianghari sedangkan
dimalam harihalinimenjaditidak mungkinkecualidiluarangkasa.Selain itu
akan menjadi semakin berkurang efisiensinya di cuaca yang berawan karena
sinarmataharitidakbisasecaraoptimalterserapolehselsurya.
b. Jalur matahari
Jalurpergerakanmataharitidak selalu beradatepattegaklurus, danhalini
berubah – ubahseiring denganwaktu. Ditiapbagiandunia mempunyai waktu
serta arah pergerakan yang berbeda, serta bergantung pada musim dan jam.
Sehingga jalur ini harus diperhatikan dengan baik agar proses pengumpulan
sinarmenjadioptimal.
c. Tata letak sel surya
Penempatan menjadi masalah tambahan yang perlu diperhatikan dengan
seksama,karenasel surya hanya akan menjadiefektif apabila mendapat sinar
langsungdenganarahnormaltegak lurusterhadappermukaanataudengan kata
laincahaya matahar jatuh tepatdengan sudut 90oterhadap permukaannya jika
dimungkinkan. Akan tetapi letak pengumpulan sinar matahari efektf
hingga20o,jikasemakinjauhdarisuduttegaknyamakaakan semakin rendah
juga tinggat penerimaannya. Dan juga jika perbedaan sudutnya lebihdari 35o
terhadap sudut tegakmakaakansebagianbesarsinar matahari memantul dari
permukaan sel surya. Dan juga ruang yang baik untuk penempatannya pada
15 d. Perubahan arus
Arus yang didapat dari sel surya adalah DC (Direct Current) atau arus
searah, sehingga jika dipergunakansebagaisumberlistrik bagirumah ataupun
industrimakaperludiubahmenjadiAC(AlternatingCurrent)atau arusbolak–
balik. Tidak hanya menambah kerumitan perangkat, tapi juga menyebabkan
adanyaenergiyanghilangkuranglebih4hingga12%..
e. Limbah produksi
Permasalahan yang sangat sering dikemukakan adalah penggunaan
Cadmium dalam Cadmium Telluride (CdTe), yang merupakan salah satu
senyawa berbahaya yang jika penanganannya tidak tepat justru akan
menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah. Solusi yang baik adalah
denganadanya pengendalian tingkatemisicadmiumpadaprosespembuatansel
suryamaka jumlahnyadapatditekanhinggamendekatinol.
2.3 Penerangan Jalan Umum
Penerangan Jalan Umum atau yang sering disingkat PJU adalah bagian
dari bangunan pelengkap jalan yang dapat diletakkan/dipasang di kiri/kanan jalan
dan atau di tengah (di bagian median jalan) yang digunakan untuk menerangi
jalan maupun lingkungan di sekitar jalan. PJU dipasang di berbagai jenis atau
kelas jalan, dimana kebutuhannya (seperti tertera pada Tabel 2.6) disesuaikan.
Adapun jenis/kelas jalan tersebut adalah:
Jalan trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan
dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan
pejalan kaki yang bersangkutan.
Jalan Lokal
Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Jalan Kolektor
Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
Jalan Arteri
Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara berdaya guna.
Jalan Layang
Jalan layang merupakan perlengkapan jalan bebas hambatan untuk mengatasi
hambatan karena konflik dipersimpangan, melalui kawasan kumuh yang sulit
ataupun melalui kawasan rawa-rawa.
Jalan Terowongan
Terowongan adalah sebuah tembusan di bawah permukaan tanah atau
gunung. Terowongan biasa digunakan untuk lalu lintas kendaraan (umumnya
mobil atau kereta api) maupun para pejalan kaki atau pengendara sepeda
17 Jalan Simpang Susun
Simpang susun adalah persimpangan tidak sebidang dimana dapat dilakukan
perpindahan dari satu kaki persimpangan ke kaki lainnya melalui akses yang
terhubung tidak sebidang
Dan adapun fungsi penerangan jalan di kawasan perkotaan antara lain :
a. Menghasilkan kekontrasan antara obyek dan permukaan jalan;
b. Sebagai alat bantu navigasi pengguna jalan;
c. Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan, khususnya
pada malam hari;
d. Mendukung keamanan lingkungan;
e. Memberikan keindahan lingkungan jalan
2.3.1 Ketentuan Penempatan Penerangan Jalan
Dalam perencanaan instalasi penerangan jalan umum haruslah semestinya
dengan standar dan ketentuan yang telah berlaku dan ditetapkan oleh suatu
lembaga di daerah tersebut. Di Indonesia ketentuan dan standar ini dinamakan
SNI (Standar Nasional Indonesia).
a. Penempatan Lampu Penerangan Jalan
1) Penempatan lampu penerangan jalan harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan :
a. Kemerataan pencahayaan yang sesuai dengan ketentuan Tabel2.2
Tabel 2.2 Rasio Kemerataan Pencahayaan
Lokasi penempatan Rasio maksimum
Jalur lalu lintas : - di daerah permukiman - di daerah komersil/pusat kota
Jalur pejalan kaki : - di daerah permukiman - di daerah komersil/pusat kota
10 : 1 4:1
Terowongan 4:1
Tempat-tempat peristirahatan (rest area) 6:1
Uniformity Ratio 3 : 1 berarti rata-rata nilai kuat penerangan/luminansi adalah
3 (tiga) kali nilai kuat penerangan/luminasi pada suatu titik dari penerangan
minimum pada permukaan/perkerasan jalan.
b. Keselamatan dan keamanan bagi pengguna jalan
c. Pencahayaan yang lebih tinggi di area tikungan atau persimpangan,
dibanding pada bagian jalan yang lurus
d. Arah dan petunjuk (guide) yang jelas bagi pengguna jalan dan pejalan
kaki.
2) Sistem penempatan lampu jalan disarankan pada Tabel 2.3
Tabel 2.3 Sistem Penempatan Lampu Penerangan Jalan
Jenis jalan / jembatan Sistem penempatan lampu yang digunakan
Jalan arteri sistem menerus dan parsial
Jalan kolektor sistem menerus dan parsial
Jalan lokal sistem menerus dan parsial
Persimpangan, simpang susun, ramp sistem menerus
Jembatan sistem menerus
Terowongan sistem menerus bergradasi pada
ujung-ujung terowongan
Sistem Penempatan Menerus, adalah sistem penempatan lampu
penerangan jalan yang menerus/kontinyu di sepanjang jalan/jembatan.
Sistem Penempatan Parsial (setempat), adalah sistem penempatan lampu
penerangan jalan pada suatu daerah - daerah tertentu atau pada suatu
19
3) Pada sistem penempatan parsial, lampu penerangan jalan harus memberikan
adaptasi yang baik bagi penglihatan/pandangan pengendara, sehingga
ketidaknyamanan terhadap efek pandangan silau dan silhoutte dapat
dikurangi.
Pandangan Silau, terjadi ketika suatu cahaya terang masuk di dalam area
pandangan pengendara bahkan jika cahaya tersebut datang secara tiba-tiba.
Pandangan Silhoutte, terjadi pada suatu kondisi dimana obvek yang gelap
berada di latar belakang yang sangat terang.
4) Perencanaan dan penempatan lampu penerangan jalan dapat dilihat pada
gambar
l E
H
E
L
keterangan : H = tinggi tiang lampu
L = lebar badan jalan, termasuk median jika ada E = jarak interval antar tiang lampu
S1 + S2 = proyeksi kerucut cahaya lampu
S1 = jarak tiang lampu ke tepi kereb/perkerasan
S2 = jarak dari tepi kereb/perkerasan ke titik penyinaran terjauh
Gambar 2.3 Penempatan Lampu Penerangan
5) Penataan/pengaturan letak lampu penerangan jalan diatur seperti pada
Tabel 2.4., Gambar 2.4, 2.5, 2.6, 2.7 Di daerah-daerah atau kondisi dimana
median sangat lebar (> 10 meter) atau pada jalan dimana jumlah lajur sangat
banyak (> 4 lajur setiap arah) perlu dipertimbangkan dengan pemilihan
penempatan lampu penerangan jalan kombinasi dari cara-cara tersebut
di atas dan pada kondisi seperti ini, pemilihan penempatan lampu penerangan
jalan direncanakan sendiri - sendiri untuk setiap arah lalu-lintas.
Tabel 2.4 Penataan Letak Lampu Penerangan Jalan
Tempat Penataan / pengaturan letak
Jalan satu arah - di kiri atau kanan jalan;
- di kiri dan kanan jalan berselang-seling; - di kiri dan kanan jalan berhadapan; - di bagian tengah / separator jalan. Jalan dua arah - di bagian tengah / median jalan;
- kombinasi antara di kiri dan kanan berhadapan dengan di bagian tengah / median jalan;
- katenasi (di bagian tengah jalan dg sistem digantung) Persimpangan - dapat dilakukan dengan menggunakan lampu
menara dengan beberapa lampu, umumnya
ditempatkan di pulau-pulau, di median jalan, diluar daerah persimpangan (dalam RUMIJA ataupun dalam RUWASJA)
21 Gambar 2.5 Penempatan Lampu PJU di Kiri dan Kanan Jalan Berselang-
seling di Jalan Dua Arah
Gambar 26 Penempatan Lampu PJU di Kiri dan Kanan Jalan Berhadapan
di Jalan Dua Arah
Gambar 2.7 Penempatan Lampu PJU di Median Jalan di Jalan Dua Arah
2.3.2 Ketentuan Kualitas Pencahayaan
Kualitas pencahayaan pada suatu jalan diukur berdasarkan metoda
iluminansi atau luminansi. Kualitas pencahayaan normal menurut jenis/klasifikasi
fungsi jalan ditentukan seperti pada Tabel 2.5.
Jenis/
Trotoar 1-4 0,10 0,10 0,40 0,50 4 20
Jalan lokal :
TJ = batas ambang kesilauan
2.3.3 Jenis dan Kualitas Lampu PJU
Berdasarkan jenisnya lampu PJU dibagi beberapa kelompok antara lain:
a. Lampu Tabung Fluorescent atau lebih dikenal dengan istilah lampu TL,
bekerja menggunakan merkuri dan gas argon, dimana merkuri akan berfungsi
untuk menhasilkan radiasi ultraviolet. Sinar ultraviolet itu akan mebangkitkan
23
pada sisi bagian dalam tabung lampu sehingga akan menimbulkan cahaya
Sedangkan gas argon berfungsi untuk keperluan start..
b. Lampu Merkuri, prinsip kerja lampu merkuri hampir sama dengan prinsip
kerja lampu fluorescent, perbedaannya lampu merkuri bekerja pada faktor
daya yang rendah, oleh karena itu harus menggunakan kapasitor untuk
memperbaiki faktor daya lampu
c. Lampu Sodium Tekanan Rendah (SOX) termasuk dalam kelompok lampu tabung, sehingga prinsip kerjanya pun hampir sama dengan yang
lainnya. Hanya perbedaannya menggunakan campuran gas argon dan neon,
dan logam murni sodium. Gas argon dan neon dimaksudkan untuk keperluan
penyalaan awal, sedangkan logam sodium dimaksudkan untuk menghasilkan
cahaya kuning.
d. Lampu Sodium Tekanan Tinggi (SON), memiliki prinsip kerja yang sama
dengan SOX, hanya lampu ini tidak mampu distart dengan tegangan
nominal 220 Volt, maka dibutuhkan tegangan tinggi dan frekuensi tinggi
sesaat dan pelepasan elektron dalam tabung gas sampai mencapai temperatur
kerja yang dibutuhkan membutuhkan waktu yang lama (kira-kira 10 menit).
e. Lampu LED merupakan sejenis dioda semikonduktor istimewa, sehingga
seperti sebuah dioda normal, LED terdiri dari sebuah chip bahan
semikonduktor yang diisi penuh, atau di-dop, dengan ketidakmurnian untuk
menciptakan sebuah struktur yang disebut p-n junction. Pembawa muatan -
elektron dan lubang mengalir ke junction dari elektroda dengan voltase
yang lebih rendah, dan melepas energi dalam bentuk photon atau energi
(cahaya).
Pemilihan jenis lampu mempengaruhi kualitas dari pencahayaan
penerangan jalan, adapun syarat dalam pemilihan jenis dan kualitas lampu
penerangan jalan didasarkan pada :
Nilai efisiensi
Umur rencana
Kekontrasan permukaan jalan dan obyek.
25 2.3.4 Sistem Penerangan dan Pemasangan Armatur
Armatur (luminair) atau rumah lampu penerangan merupakan sangkar atau
tempat dudukan lampu. Armatur (luminair) dimaksudkan untuk mengontrol
distribusi cahaya dari sebuah lampu dan juga melindungi lampu serta tempat
penyambungan rangkaian ke sumber. Armatur yang baik mempunyai IP 65 yaitu
Armatur yang dipakai sangat berperan dalam sistem penerangan lampu
atau sumber cahaya tersebut. Berikut beberapa sistem penerangan:
1) Penerangan langsung: cahaya yang dipancarkan sumber cahaya seluruhnya
diarahkan ke bidang yang harus diberikan penerangan, langit-langit hampir
tidak berperan. Penerangan langsung terutama digunakan di ruangan-ruangan
yang tinggi, misalnya di bengkel, pabrik dan untuk penerangan luar/jalan.
2) Terutama penerangan langsung: sejumlah kecil cahaya dipancarkan ke atas.
Sistem penerangan ini digunakan di gedung-gedung ibadat, untuk tangga
dalam rumah, gang dan lain-lain.
3) Penerangan baur/merata: sebagian dari cahaya sumber-sumber cahaya
diarahkan ke dinding dan langit. Penerangan ini digunakan di
ruangan-ruangan sekolah, ruangan-ruangan kantor dan tempat-tempat kerja.
4) Terutama penerangan tak langsung: sebagian besar dari cahaya
sumber-sumber cahaya diarahkan ke atas. Karena itu langit-langit dan dinding-dinding
ruangan harus diberi warna terang. Penerangan ini digunakan di rumah-rumah
sakit, di ruangan baca, toko-toko, kamar tamu, dan lain-lain.
5) Penerangan tidak langsung: cahayanya dipantulkan oleh langit-langit dan
dinding-dinding. Warna dinding dan langit-langit harus terang. Penerangan ini
digunakan di ruangan-ruangan untuk membaca, menulis dan untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan halus lainnya.
2.5 Barang Publik
Pada umumnya PJU merupakan barang publik sehingga masyarakat dapat
27
dan tidak ada pengecualian. Non persaingan berati konsumsi oleh satu individu
tidak mengurangi ketersediaan untuk dikonsumsi oleh orang lain, dan tak dapat
dikecualikan berarti bahwa tidak ada yang dapat dikecualikan secara efektif
menggunakan barang tersebut. Jadi, barang publik merupakan barang konsumsi
bersama dimana semua masyarakat dapat mengkonsumsinya tanpa persaingan dan
tidak pengucualian terhadap individu atau suatu kelompok, serta tanpa adanya
suatu pengorbanan dan tanggung jawab secara langsung akan kerusakan.
Kebalikan dari barang publik adalah barang swasta, dimana terdapat pengecualian
terhadap konsumsi barang tersebut.
Tabel 2.7 Jenis Barang Berdasarkan Sifatnya
Sifat Barang Excludable
(Dikecualikan)
Pendidikan, perlindungan hukum, perpustakaan, museum, umumnya
merupakan diklasifikasikan sebagai barang publik, tetapi secara teknis atau dalam
kehidupan sebenarnya mereka dianggap sebagai barang kuasi-publik karena ada
pengecualian, disebabkan untuk mendapatkan/memakai mereka terkadang terlebih
dahulu mengeluarkan pembayaran uang.
Penggunaan barang publik secara bersama-sama tersebut menimbulkan
eksternalitas.
Eksternalitas adalah dampak dari suatu tindakan pihak tertentu terhadap
pihak lain baik dampak yang menguntungkan maupun yang merugikan.
Eksternalitas terjadi apabila tindakan seseorang menimbulkan dampak terhadap
orang lain atau sekelompok orang tanpa ada kompensasi apapun sehingga timbul
inefisiensi dalam alokasi faktor produksi. Eksternalitas timbul pada dasarnya
karena aktivitas manusia yang tidak mengikuti prinsip-prinsip ekonomi yang
berwawasan lingkungan.
Ditinjau dari dampaknya, eksternalitas dapat dibagi dua, yaitu eksternalitas
positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas positif adalah dampak yang
menguntungkan pihak lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang
diuntungkan. Sedangkan eksternalitas negatif adalah dampak dari suatu kegiatan
yang merugikan pihak lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang
melaksanakan kegiatan.
Agar barang publik tidak mengalami eksternalitas negatif diperlukan
pemerintah sebagai penyedia dan pengawas barang publik.
b. Peran Pemerintah
Menyediakan barang-barang yang tidak disediakan oleh pihak swasta,
seperti halnya dengan jalan, dam-dam dan sebagainya merupakan salah satu
fungsi pemerintah. Barang publik hanya dapat disediakan oleh pemerintah,
dimana pemerintah tidak meminta kompensasi secara langsung kepada
masyarakat yang mengkonsumsinya.
Dalam perekonomian modern, peranan pemerintah terhadap barang publik
29 Peranan alokasi. Peran pemerintah dalam bidang alokasi adalah untuk
mengusahakan agar lokasi sumber - sumber ekonomi dilaksanakan secara
efisien.
Peranan distribusi. Pemerintah dapat merubah distribusi pendapatan secara
langsung dengan pajak yang progresif yaitu relatif beban pajak yang lebih
besar bagi orang kaya dan relatif ringan bagi golongan miskin. misalnya;
pajak penerangan jalan yang terlampir pada Lampiran 3, yang lebih diberatkan kepada bisnis sebesar 10%, sedangkan untuk sosial (seperti mesjid,
gereja, dll) sebesar 0%..
Peranan stabilisasi. Inflasi atau deflasi meruapakan hal yang dapat
mengganggu stabilitas ekonomi. Masalah inflasi atau deflasi harus ditangani
pemerintah melalui kebijaksanaan moneter. Apabila pemerintah menghendaki
perkembangan ekonomi yang pesat, dana swasta dalam negeri harus
dikerahkan sebesar mungkin yang berarti golongan kaya harus dikenakan
pajak yang lebih rendah dari pada golongan miskin sehingga golongan kaya
dapat menggunakan tabungan mereka untuk berinvestasi.
Tetapi ada beberapa faktor penyebab kegagalan pemerintah sebagai
penyedia dan pengawas barang publik:
Informasi yang didapat tidak sempurna
Pengawasan yang terbatas (atas reaksi swasta dan perilaku birokrat)
Hambatan dalam proses politik
Adanya biaya transaksi (pengeluaran) yang sangat besar.
Adanya kegagalan dalam pelaksanaan program pemerintah. Pelaksanaan