• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah ilmu sastra berasal dari bahasa inggris general literature. Di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah ilmu sastra berasal dari bahasa inggris general literature. Di"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Sastra

Istilah ilmu sastra berasal dari bahasa inggris general literature. Di Indonesia ilmu sastra dapat dipadankan dengan studi sastra, telaah sastra, pengkajian sastra, dan kajian sastra (Purba, 2010: 1). Ilmu sastra merupakan ilmu yang mempelajari berbagai macam pendekatan dan teori seperti sosiologi sastra, antropologi sastra, psikologi sastra, dan lain sebagainya. Dari pendekatan dan teori inilah muncul berbagai macam pendapat dari para ahli mengenai konsep sastra.

Sastra merupakan hasil pikiran kreatif seseorang yang dituangkan dalam sebuah karya yang kemudian diwujudkan dalam bentuk bahasa. Menurut Wiyatmi (2011: 14), sastra memiliki dua pengertian yaitu sebagai karya sastra dan sebagai ilmu sastra. Karya sastra merupakan hasil pemikiran kreatif sesorang dalam menciptakan sebuah karya sastra, sedangkan ilmu sastra merupakan ilmu yang menyelidiki atau menganalisis karya sastra.

Berdasarkan pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa sastra merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan seperti puisi, cerpen, novel dan lain sebagainya. Sastra ditulis menggunakan bahasa yang indah tujuannya yaitu supaya sesorang yang membaca hasil karya sastra dapat ikut merasakan kesedihan, keharuan, kesengangan, kebencian dan lain-lain. Melalui karya sastra, penulis dan pembaca mampu memahami lebih luas mengenai keanekaragaman budaya dalam kehidupan masyarakat.

(2)

2.2 Hakikat Novel

Novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti sebuah kisah atau sepotang berita. Novel merupakan sebuah karya fiksi yang di dalamnya menceritakan berbagai macam pengalaman hidup manusia yang disertai berbagai karakter yang digambarkan oleh pengarang (Warisman, 2016: 109). Novel memiliki cerita yang lebih panjang dibandingkan dengan cerpen sehingga cerita di dalam novel digambarkan lebih panjang, jelas, dan terperinci.

Azizah dan Setiana (2016: 79) menyatakan bahwa novel adalah jenis karya sastra yang tidak hanya dijadikan sebagai sebuah karangan semata, melainkan novel juga bisa dijadikan sebagai referensi atau bahan bacaan untuk menambah wawasan mengenai kebudayaan suatu masyarakat. Sejalan dengan pendapat tersebut, Jusriani (2015: 1) mengemukakan bahwa novel menceritakan berbagai macam budaya dan kehidupan di masyarakat, cerita di dalam novel tidak akan pernah lepas dari berbagai macam konflik yang terjadi antar tokoh sehingga hal ini dapat memberikan pengetahun yang baru bagi pembaca mengenai kehidupan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa novel merupakan sebuah karya yang lahir dari imajinasi seorang pengarang yang mampu menggambarkan berbagai macam persoalan maupun konflik yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Mencipatakn sebuah novel bukanlah hal yang mudah bagi setiap pengarangatau penulis karena pengarang harus memikirkan ide yang tepat supaya cerita dalam novel menarik untuk dibaca. Dengan demikian novel merupakan merupakan salah satu bentuk karya sastra fiksi yang di dalamnya menceritakan berbagai macam suasana cerita yang beragam yang didukung oleh adanya tema, alur, karakter, setting cerita, dan lain sebagainya.

(3)

2.3 Psikologi Sastra

Psikologi sastra adalah kajian sastra yang digunakan untuk menginterprestasikan karya sastra, pengarang karya sastra, dan pembaca dengan menggunakan berbagai konsep teori atau pemikiran yang ada dalam psikologi sastra, sehingga hal inilah yang membuat psikologi sastra termasuk dalam satu ilmu yang bersifat interdisipliner ilmu antara psikologi dan sastra (Wiyatmi, 2011: 6).

Alfian (2014: 159) menyatakan bahwa sastra merupakan ilmu yang berupa suatu ungkapan kejiwaan manusia dalam bentuk seni, sedangakn psikologi mempelajari kejiwaan manusia. Hal inilah yang membuat sastra dan psikologi memiliki keterkaitan yang erat karena objeknya sama yaitu pada kehidupan manusia. Dalam hal ini, psikologi sastra merupakan salah satu kajian sastra yang memandang bahwa suatu karya adalah sebagai aktivitas kejiwaan.

Minderop (2013:53) mengemukakan bahwa psikologi sastra merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu novel yang bergumul dengan spiritual, emosional, dan mental para tokoh dengan cara lebih banyak mengkaji perwatakan daripada mengkaji alur atau peristiwa. Pengarang dalam menciptakan sebuah karya pasti melibatkan perasaannya sehingga hal tersebut dapat dilihat dari cara pengarang menceritakan atau menggambarkan watak tokoh dalam karyanya seperti pada novel, roman, cerpen, drama, dan lain-lain.

Berdasarkan pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa psikolgi sastra merupakan salah satu ilmu sastra yang mempelajari tentang keadaan psikologi manusia dalam kehidupan sehari-sehari. Pengarang dalam menciptakan sebuah karyaseperti cerpen dan novel pasti akan menggambarkan tokoh dengan karakter dan perilaku yang unik dan terdapat berbagai konflik antar tokoh sehingga dapat

(4)

menambah daya tarik bagi tulisannya. Dalam hal ini, konflik yang ada dalam suatu karya sastra dapat dianalisis menggunakan pendekatan psikologi sastra karena psikologi sastra mempelajari dan membahas tentang keadaan psikis atau kejiwaan manusia.

2.4 Psikologi Humanistik

Psikologi humanistik muncul pada tahun 1940-an sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap psikolgi behavioristik dan psikoanalisa. Salah satu tokoh yang paling dikenal oleh sebagain besar orang adalah Abraham Maslow yang mengemukanan bahwa dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti akan mengalami berbagai macam kebutuhan hidup yang terdiri dari kebutuhan yang paling dasar sampai paling tinggi (Rachmahana, 2008: 99).

Qodir (2017: 191) mengemukakan bahwa psikologi humanistik merupakan salah satu ilmu yang mempelajari manusia berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang tidak bersifat ketuhanan seperti kehidupan manusia yang diatur oleh lingkungan masyarakat tertentu. Psikologi humanistik memiliki banyak makna dan definisi sesuai dengan konteksnya. Selain pada karya sastra, psikologi humanistik juga dapat diterapkan pada pembelajaran, wacana, dan lain sebagainya.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi humanistik merupakan salah satu bagian dari ilmu psikologi sastra yang mempelajari manusia berdasarkan kebutuhan hidupnya dalam kehidupan sehari-hari. Psikologi humanistik sangat erat kaitannya dengan tingkah laku manusia,

(5)

cara mengekspresikan dirinya sehingga segala kebahagiaan dan kesedihan ditentukan oleh manusia itu sendiri atau diri sendiri.

2.5 Bentuk Kebutuhan Bertingkat Teori Abraham Maslow

Abraham Maslow merupakan salah satu tokoh kelahiran imgran Rusia dan Yahudi yang tinggal di New York. Maslow hidup pada zaman di mana banyak sekali bermunculan teori-teori psikologi sastra seperti teori Psikoanalisis Sigmund Freud dan toeri Behaviorisme John B. Watson. Maslow memiliki kecerdasan yang luar biasa, sehingga ia mampu menciptakan teori baru tentang kebutuhan bertingkat yang dialami oleh setiap manusia (Iskandar, 2016: 26).

Abraham Maslow memandang bahwa manusia hidup mempunyai kebutuhan bertingkat yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan bertingkat manusia tersusun dari tingakatan yang paling dasar hingga yang paling tinggi. Menurut Maslow (dalam Goble, 1971: 75) bentuk kebutuhan bertingkat tersusun sebagai berikut: fisiologis, rasa aman, cinta dan memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri. Untuk selengkapnya akan dipaparkan pada penjelasan di bawah ini.

2.5.1 Kebutuhan Fisologis

Kebutuhan fisilogis merupakan kebutuhan yang paling mendasar di antara kebutuhan yang lainnya. Menurut Maslow (dalam Minderop, 2013: 50) dalam kehidupan sehari-hari manusia harus terlebih dahulu memenuhi kebutuhan dasarnya sebelum memenuhi kebutuhan di atasnya, karena dengan hal itu manusia mampu mencapai kesenangan dan kesejahteraan dalam hidupnya.

(6)

Kebutuhan fisologis adalah penentu kehidupan manusia karena apabila manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan fisilogis maka ia tidak akan mampu melangsungkan hidupnya. Kebutuhan fisiologis terdiri dari berbagai macam jenis kebutuhan yaitu kebutuhan akan makan, minum, aktivitas, dan lain sebagainya (Goble, 1971: 71).

Berdasarkan pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan fisilogis merupakan kebutuhan yang paling penting untuk dipenuhi oleh manusia. Hal ini manusia tidak akan mampu bertahan hidup apabila kebutuhan makan dan minumnya tidak dapat terpenuhi. Oleh karena itu, apabila kebutuhan fisiologisnya terpenuhi maka manusia mampu beranjak ke kebutuhan hidup selanjutnya.

2.5.2 Kebutuhan Rasa Aman

Kebutuhan rasa aman merupakan aman dari segala macam bahaya dari lingkungan sekitar baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Kebutuhan ini meliputi aman dari perilaku kejam, tidak takut apabila terjadi suatu kejahatan, tidak gelisah saat memiliki masalah, dan lain sebagainya (Wiyatmi, 2011:13).

Iskandar (2016: 27) menyatakan bahwa kebutuhan keamanan adalah melindungi diri dari segala macam mara bahaya yang dapat melukai dan membahayakan nyawa atau diri sendiri sehingga membutuhkan perlindungan dari orang lain seperti perlindungan dari keluarga, teman dekat, saudara, masyarakat, dan lain sebagainya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan rasa aman adalah kebutuhan yang diperlukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Apabila

(7)

kebutuhan ini tidak dapat terpenuhi maka akan berdampak pada psikis manusia sehingga apabila manusia tidak mampu melindungi dirinya sendiri, maka diperlukan seseorang untuk melindunginya.

2.5.3 Kebutuhan Cinta dan Memiliki

Kebutuhan cinta dan memiliki merupakan salah satu kebutuhan yang dapat mempengaruhi kebahagiaan dan kesedihan pada diri seseorang karena melibatkan perasaan yang mendalam. Kebutuhan rasa cinta dan memiliki ini meliputi cinta kepada pasangan, kebersamaan dengan keluarga, perkumpulan dengan anggota masyarakat dan lain sebagainya (Ivancevich dkk, 2006: 148).

Noor dan Qomariyah (2019: 104) menyatakan bahwa kebutuhan cinta dan memiliki adalah kebutuhan yang berasal dari diri dalam manusia sehingga untuk memenuhi kebutuhan ini manusia harus mampu berinteraksi dengan orang lain, mampu menerima sifat, sikap dan perilaku orang lain, serta mampu bergaul dengan suatu kelompok di dalam masyarakat.

Berdasarkan pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan cinta dan memiliki pasti dirasakan oleh setiap orang. Seluruh manusia yang hidup di dunia pasti menginginkan rasa cinta dan ingin memiliki. Akan tetapi, tidak semua manusia mampu memenuhi kebuthan rasa cinta dan memiliki sehingga manusia harus berupaya dan mencari cara agar dapat memenuhi kebutuhannya.

2.5.4 Kebutuhan Harga Diri

Kebutuhan harga diri merupakan kebtuhan yang melibatkan perasaan ingin dihargai dan ingin diakui keberadaannya. Kebutuhan ini meliputi status yang

(8)

dimiliki seseorang di lingkungan masyarakat, kebanggaan atas prestasi atau karya yang dimiliki, rasa percaya diri, dan kebutuhan harga diri lainnya (Robbins dan Judge, 2008: 224).

Hikma (2015: 6) menyatakan bahwa kebutuhan harga diri manusia dibagi menjadi dua macam yaitu kebutuhan rendah dan tinggi. Kebutuhan rendah meliputi kebutuhan untuk menghormati orang lain, pengakuan, ketenaran, dan reputasi. Sedangkan kebutuhan tinggi meliputi dihormati, prestasi, kekuasaan, dan kebebasan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan harga diri merupakan kebutuhan manusia berupa penghargaan dari diri sendiri maupun orang lain, guna untuk mengetahui keberadaan dirinya berharga atau tidak, dan mampu mengatasi semua masalah dalam kehidupan.

2.5.5 Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang paling tinggi di antara kebutuhan yang lainnya. Orang-orang yang mengatualisasikan dirinya lebih banyak memiliki pengalaman hidup dibandingkan dengan orang-orang yang tidak yang tidak mengatualisasikan dirinya (Jumniartanti dan Mulyani 2017: 87).

Kebutuhan aktualiasasi mendorong manusia atau individu untuk melakukan sesuatu atas keinginannya, tujuannya yaitu untuk memuaskan dirinya sendiri dengan menyadari potensi atau kemampuan yang dimiliki supaya meraih prestasi seperti yang diinginkan (Hikma, 2015: 7).

Berdasarkan pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan aktualisasi diri adalah salah satu kebutuhan yang tidak semua manusia mampu

(9)

memenuhi dan meraihnya. Apabila manusia mampu memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, maka kehidupan selanjutnya pasti akan terasa aman, nyaman, dan bahagia. Begitu juga sebaliknya, apabila manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, maka kehidupannya pasti akan selalu merasa kurang.

2.6 Cara Manusia Memenuhi Kebutuhan Bertingkat

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di antara makhluk yang lainnya. Manusia diciptakan memiliki akal dan pikiran yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Berbagai masalah kehidupan pasti akan dialami oleh setiap manusia, tidak ada satupun manusia yang mampu mengindari masalah dalam kehidupannya sehingga ada yang mencari cara agar kehidupannya sejahtera dan ada juga yang tidak mencari cara untuk menghadapi masalah dalam kehidupannya. Dalam hal ini, beberapa cara yang dilakukan manusia dalam memenuhi kebutuhan bertingkat yaitu kerja keras, bangkit dari masalah, dan pantang menyerah.

2.6.1 Kerja Keras

Kerja keras merupakan usaha sesorang untuk mencapai kesuksesan dengan sungguh-sungguh tidak mengeluh dengan keadaan yang dihadapi. Kerja kerja yang paling penting ialah kerja keras yang positif tidak melakukan hal-hal atau perbuatan yang melanggar hukum, merugikan orang lain, dan lingkungan sekitarnya (Mirhan dan Jusuf, 2016: 94).

Elfindri (2012: 102) menyatakan bahwa kerja keras adalah sifat yang dimiliki oleh orang-orang yang hebat karena tidak akan mudah putus asa untuk mencapai keinginannya. Hidayatullah (2010: 29), juga berpendapat bahwa kerja

(10)

keras adalah kemampuan seseorang untuk mencurahkan seluruh kemampuan yang dimiliki untuk mencapai tujuannya.

Berdasarkan pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa kerja keras adalah keinginan yang disertai usaha untuk mencapai keberhasilan atau kesuksesan dalam hidup. Semua orang pasti menginginkan keberhasilan, akan tetapi tidak semua orang memiliki keinginan untuk bekerja keras sehingga sifat kerja keras hanya dimiliki oleh orang-orang yang hebat.

2.6.2 Bangkit dari Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti akan mengalami berbagai macam masalah yang tidak dapat dihindari. Masalah yang terjadi dapat menimbulkan hal yang tidak menyenangkan dan menekan batin sehingga dapat menimbulkan dampak negatif bagi fisik maupun psikis manusia. Dalam hal ini, manusia harus mampu bangkit dari masalah kehidupannya (Mayasari, 2014: 268).

Bangkit dari masalah adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk menghadapi dan mengatasi segala persoalan kehidupan. Setiap orang memiliki cara tersendiri untuk menyelesaikan masalah hidupnya. Ada yang membutuhkan dukungan dari orang sekitar seperti keluarga dan teman, dan ada juga yang tidak mau orang lain ikut campur dengan masalahnya (Grotberg dalam Pratiwi, 2014: 50).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam kehidupan setiap manusia pasti akan mengalami masalah. Masalah yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor yaitu faktor ekonomi, budaya, psikologis dan lain sebagainya. Berbagai macam masalah yang menghampiri kehidupan manusia mulai

(11)

dari masalah yang paling ringan hingga yang paling berat. Oleh karena itu, manusia harus mampu menghadapi masalah kehidupannya karena saat seseorang berhasil melawan masalahnya, maka ia akan menjadi orang yang kuat dan terlatih untuk menghadapi masalah yang lebih berat di kemudian hari.

2.6.3 Pantang Menyerah

Pantang menyerah merupakan usaha seseorang untuk mencapai keberhasilan. Keberhasilan yang diraih memerlukan perjuangan yang penuh semangat, tidak mudah putus asa, dan pantang menyerah menghadapi berbagai macam kesulitan. Sikap pantang menyerah akan melahirkan seorang pemenang karena berhasil melawan segala masalah kehidupannya. (Sunaryo, 2016: 76).

Sejalan dengan pendapat Sunaryo, Kasali (2010: 1) mengemukakan bahwa pantang menyerah adalah usaha seseorang untuk menghadapi berbagai masalah yang menghambat kesuksesan atau keberhasilan dalam hidupnya. Untuk menghadapi berbagai persoalan hidup, maka diperlukan semangat berjuang yang ditanamkan pada diri sendiri. Semangat berjuang harus terpelihara dalam kondisi apapun karena itulah yang bisa membangkitkan dari keterpurukan dalam meraih mimpi dan cita-cita.

Berdasarkan pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pantang menyerah merupakan sikap tidak mudah putus asa yang dimiliki oleh orang-orang tertentu. Semua orang pasti akan mengalami masalah dalam kehidupannya sehingga ada yang menyerah kemudian kalah, ada juga yang pantang menyerah dan terus maju sampai meraih kemenangan atau kesuksesan. Oleh karena itu, apabila

(12)

ingin mencapai kesuksesan maka harus memiliki sikap pantang menyerah karena orang yang terus berusaha pasti akan berhasil meraih impiannya.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Keputusan Rektor Universitas Negeri Malang

yang jelek, sehingga menghasilkan keturunan yang tidak baik, tetapi apabila masih terdapat pohon-pohon dewasa berkualitas baik yang dijadikan pohon induk dan didukung dengan

Untuk itu dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian dan penentuan kondisi optimum operasi boiler pipa api menggunakan campuran bahan bakar biodiesel minyak solar pada

PC digunakan untuk membuat dan mengirimkan file Gcode yang berisi titik koordinat pengeboran, mikrokontroler arduino uno akan menginstruksikan pada driver motor IC

Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur acoustic backscattering strength dasar perairan pada berbagai tipe substrat di perairan Selat Gaspar dan sekitarnya...

Football dilafalkan /fʊtbɔ:l/ dalam bahasa Inggris dan /futbol/ dalam bahasa Prancis. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Prancis sebagai bahasa penerima memiliki perbedaan

Tidak semua pembiayaan yang dilakukan BMT Pahlawan berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan, termasuk dalam melakukan pembiayaan Qardhul Hasan BMT Pahlawan

Manfaat dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu landasan ilmiah bagi para peneliti dalam formulasi sediaan tabir surya bahan alam ekstrak etanol