• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan. yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan. yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

“Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini tampaknya merupakan suatu kenyataan sederhana. Tetapi hal ini seringkali terlupakan oleh berbagai kesibukan jangka pendek untuk mengumpulkan harta dan uang”. Beberapa kalimat

pembuka pada Human Development Report (HDR) pertama yang dipublikasikan oleh United Nations Development

Programme (UNDP) pada tahun 1990 secara jelas

(2)

tingkat nasional maupun tingkat daerah, yaitu pembangunan yang berpusat pada manusia yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan dan bukan sebagai alat bagi pembangunan.

Berbeda dengan konsep pembangunan yang memberikan perhatian utama pada pertumbuhan ekonomi, dengan asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi pada akhirnya akan menguntungkan manusia. Pembangunan manusia memperkenalkan konsep yang lebih luas dan lebih komprehensif yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia di semua golongan masyarakat pada semua tahap pembangunan. Pembangunan manusia memperluas pembahasan tentang konsep pembangunan dari diskusi tentang cara-cara (pertumbuhan Produk Domestik Bruto) ke diskusi tentang tujuan akhir dari pembangunan. Pembangunan manusia juga merupakan perwujudan tujuan

(3)

jangka panjang dari suatu masyarakat dan meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling pembangunan.

Dalam perspektif UNDP, pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging the choices of people), yang dapat dilihat sebagai proses upaya ke arah “perluasan pilihan” dan sekaligus sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut (UNDP, 1990). Pada saat yang sama pembangunan manusia dapat dilihat juga sebagai pembangunan (formation) kemampuan manusia melalui perbaikan taraf kesehatan, pengetahuan dan keterampilan sekaligus sebagai pemanfaatan (utilization) kemampuan/keterampilan mereka tersebut. Konsep pembangunan di atas jauh lebih luas pengertiannya dibandingkan konsep pembangunan

(4)

growth), kebutuhan dasar (basic needs), kesejahteraan

masyarakat (social welfare), atau pengembangan sumber daya manusia (human resource development).

Paradigma pembangunan manusia UNDP mengandung empat komponen utama :

1. Produktifitas (productivity)

Manusia harus berkemampuan untuk meningkatkan produktifitasnya dan berpartisipasi penuh dalam proses mencari penghasilan dan lapangan kerja.

2. Pemerataan (equity)

Setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama. Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapuskan sehingga semua orang dapat berpartisipasi dan mendapatkan keuntungan dari peluang yang tersedia.

(5)

3. Kesinambungan (sustainability)

Akses terhadap peluang/kesempatan harus tersedia bukan hanya untuk generasi sekarang tapi juga untuk generasi yang akan datang. Semua bentuk sumber daya manusia, sumber daya alam yang dapat diperbaharui.

4. Pemberdayaan (empowerment)

Pembangunan harus dilakukan untuk semua orang, bukannya semata-mata dilakukan untuk sebagian orang. Semua orang harus berpartisipasi penuh untuk proses yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Pembangunan manusia dapat juga dilihat dari sisi pelaku atau sasaran yang ingin dicapai. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) disebutkan bahwa manusia adalah sebagai subyek sekaligus obyek pembangunan, maka seharusnya pembangunan ditujukan

(6)

Dengan demikian harus ada perubahan pandangan yang dulunya pembangunan di Indonesia hanya dilihat dari peningkatan bidang ekonomi semata, digeser ke arah pembangunan manusia melalui strategi pemberdayaan masyarakat. Dalam kaitan ini UNDP melihat pembangunan manusia sebagai semacam model pembangunan tentang

penduduk berupa investasi dibidang pendidikan, kesehatan

dan pelayanan sosial lainnya; untuk penduduk berupa penciptaan peluang kerja melalui perluasan ekonomi dalam negeri; oleh penduduk berupa upaya pemberdayaan penduduk dalam menentukan harkat dan martabat manusia dengan partisipasi dalam proses politik dan pembangunan.

Agar konsep pembangunan manusia dapat dengan mudah diterjemahkan ke dalam pembuatan kebijakan, pembangunan manusia harus dapat diukur dan dipantau dengan mudah. Sebagai alat untuk mengukur/pengontrol

(7)

pembangunan manusia yang telah dilakukan, sejak tahun 1990 United Nations (PBB) memperkenalkan suatu model untuk melihat pemberdayaan manusia melalui Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI).

1.2 Tujuan

Berdasarkan Permendagri No.4 Tahun 1998 tentang Pedoman Penyusunan Pola Dasar Pembangunan Daerah (Poldas), IPM dipakai untuk melihat kondisi dan potensi pembangunan daerah melalui pendekatan pembangunan manusia. IPM merupakan indeks komposit yang diharapkan mampu mencerminkan perkembangan kinerja pembangunan manusia di suatu daerah, khususnya Kabupaten Penajam Paser Utara pada tahun 2006 - 2010.

(8)

Upaya untuk menghitung indeks-indeks pembangunan manusia sampai ke tingkat kabupaten/kota adalah sangat penting karena proses desentralisasi (otonomi daerah) yang sedang berjalan di Indonesia saat ini akan menyerahkan sebagian besar proses pembangunan kepada pemerintah daerah dan masyarakat lokal, yang diharapkan lebih memahami tentang kondisi daerah setempat serta didukung oleh data-data yang lebih memadai untuk kabupaten/kota yang bersangkutan.

1.3 Sumber Data

Penghitungan IPM tahun 2007-2010 sedikit berbeda dengan penghitungan IPM tahun 2005 dan 2006, khususnya dalam penggunaan data dasar untuk

penghitungan Angka Harapan Hidup (e0), sedangkan yang

(9)

yang digunakan dalam penghitungan Angka Harapan Hidup (AHH) tahun 2007-2010 adalah dengan menggunakan sumber data Sensus Penduduk (SP) dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) selama beberapa periode. Sedangkan IPM 2005 dan 2006 masih bersumber dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) KOR. Termasuk menghitung indikator Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata

Lama Sekolah (MYS), Angka Harapan Hidup (e0), dan

pengeluaran perkapita per bulan. Sedangkan Susenas Modul 2005 digunakan untuk menghitung daya beli (PPP) yang didasarkan pada 27 komoditi, serta catatan administrasi dari dinas/instansi terkait yang ada di Kabupaten Penajam Paser Utara.

(10)

1.4 Fungsi dan Keterbatasan IPM

Pada dasarnya HDI atau IPM adalah suatu indeks komposit yang diharapkan mampu mencerminkan kinerja pembangunan manusia sehingga dapat dibandingkan antar wilayah atau bahkan antar waktu. Fungsi utama sebagai alat banding ini sejalan dengan fungsi Indeks Mutu Hidup (IMH) atau Physical Quality of Life Index (PQLI). IMH disusun dari tiga komponen : (1) angka kematian bayi (Infant

Mortality Rate/IMR), (2) angka harapan hidup umur satu

tahun (e1), dan (3) angka melek huruf (Lit). Salah satu kritik

mendasar terhadap IMH adalah bahwa dua komponen pertamanya kurang lebih mengukur hal yang sama, seperti dibuktikan oleh kuatnya korelasi antar keduanya, sehingga cukup diwakili oleh salah satu saja. Kelemahan inilah yang antara lain melatarbelakangi IPM.

(11)

IPM nampaknya meneruskan tradisi mengemban nama yang cukup ‘bombastis’ seperti halnya IMH, yaitu mencoba menggambarkan suatu pembangunan manusia atau mutu hidup dalam suatu angka indeks. Adalah suatu kemustahilan bahwa pembangunan manusia dalam arti luas dapat diukur hanya dengan satu indeks komposit, tak peduli seberapa banyak komponen indikatornya (apalagi jika diingat bahwa semakin banyak variabel yang dimasukkan ke dalam indeks komposit tersebut semakin tinggi pula kemungkinan besarnya kesalahan/error). Hal yang sama juga berlaku bagi IMH, karena mutu hidup sendiri juga mempunyai dimensi sangat luas.

Disamping itu, IPM juga masih mempunyai kelemahan seperti yang terkandung pada IMH, yaitu dari segi data dan arti. Dari segi data kelemahannya terletak pada

(12)

digunakan antar daerah maupun antar negara sangat beragam sehingga mengurangi kekuatan IPM sebagai alat banding internasional. IPM juga membutuhkan indikator yang kuantitatif, sehingga untuk beberapa hal IPM mempunyai kelemahan karena tidak mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan output ketiga komponen di sebuah negara berkembang. Kelemahan lain yang bersifat umum dari suatu indeks komposit adalah tidak memiliki arti tersendiri secara individual.

Dibalik kelemahannya, fungsi IPM sebagai sarana untuk menarik perhatian masyarakat terhadap masalah pembangunan manusia diakui secara luas. Statistical Institute

for Asia and the Pasific (SIAP) merekomendasikan negara

anggotanya untuk menghitung IPM yang cocok untuk perbandingan antar wilayah dalam suatu negara. Rekomendasi SIAP tersebut cukup realistis karena

(13)

konsep/definisi sistem perstatistikan dalam suatu negara pada umumnya relatif seragam sehingga kualitas data yang dihasilkannya tidak berbeda.

Setelah diperkenalkannya IPM pada tahun 1990, lima tahun kemudian yaitu pada tahun 1995 UNDP memperkenalkan pula dua jenis indeks pembangunan manusia yang berkaitan dengan jender yaitu (1) Gender

Related Development Index (GDI) atau Indeks Pembangunan

Jender (IPJ), dan (2) Gender Empowerment Measure (GEM) atau Indeks Pemberdayaan Jender (IDJ). IPJ seperti halnya IPM merupakan indeks komposit yang diharapkan dapat merefleksikan capaian upaya keseluruhan (overall achivement) pembangunan manusia. Tetapi berbeda dengan IPM, IPJ memperhatikan ketidaksamaan capaian antar jender. Telah diakui secara luas bahwa suatu faktor krusial bagi

(14)

pemberdayaan jender. Sebagai upaya agar faktor tersebut dapat dilihat maka UNDP mengembangkan IDJ. Indeks komposit ini menggunakan variabel yang secara eksplisit mengukur pemberdayaan relatif laki-laki dan perempuan dalam wilayah aktivitas politik dan ekonomi.

HDI/IPM dan ukuran-ukuran lain yang telah dikemukakan digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia secara rata-rata, tetapi tidak mengukur deprivasi manusia (human deprivations). Untuk mengisi kesenjangan ini, pada tahun 1997 UNDP memperkenalkan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM) atau

Human Poverty Index (HPI). Indeks ini mencoba mengungkap deprivasi yang terjadi. Komponen HPI adalah (1) persentase

penduduk yang tidak mampu bertahan hidup (meninggal) hingga umur 40 tahun sebagai refleksi dari deprivasi hidup sehat dan umur panjang, (2) persentase penduduk dewasa

(15)

yang buta huruf sebagai refleksi dari deprivasi di bidang pendidikan, dan (3) akses kepada pembangunan kesehatan, air bersih dan persentase balita yang kurang gizi. Indeks komposit dari ketiganya mewakili deprivasi dari keseluruhan yang terkait dengan ekonomi. Bila HDI mengukur pencapaian rata-rata pada setiap komponennya, maka HPI mengukur magnitude (arah) dan deprivasi (kesenjangan).

Sejak diterbitkannya HDR-HDI oleh UNDP akan memudahkan para pembuat kebijakan untuk mengukur pembangunan manusia. Hal ini disebabkan antara lain karena kesederhanaan metode penghitungannya, bersifat global tidak terlalu rinci, dan merupakan kombinasi komponen sosial dan ekonomi. Dalam era otonomi daerah, prioritas pembangunan perlu betul-betul diarahkan pada kelompok penduduk, daerah dan sektor yang paling kritis

(16)

otonom tersebut sangat terbatas sehingga alokasinya perlu disusun seefisien mungkin. Oleh karena itu kehadiran HDR-HDI menjadi lebih strategis bagi para pembuat kebijakan di kabupaten/kota.

(17)

BAB II

FORMULA DAN METODE PENGHITUNGAN

2.1 Rumus Umum IPM

Menurut UNDP upaya ke arah “perluasan pilihan” hanya mungkin dapat direalisasikan jika penduduk paling tidak memiliki : peluang berumur panjang dan sehat, pengetahuan keterampilan yang memadai, dan peluang untuk merealisasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan yang produktif (misalnya dapat bekerja dan memperoleh uang sehingga memiliki daya beli). Dengan kata lain, tingkat pemenuhan ketiga unsur tersebut sudah dapat merefleksikan, secara minimal, tingkat keberhasilan pembangunan manusia suatu negara.

(18)

berdasarkan pada 3 (tiga) indikator yaitu : angka harapan hidup (life expectancy at age 0 : e0), angka melek huruf

penduduk dewasa (adult literacy rate : Lit) dan rata-rata lama sekolah (mean years of schooling : MYS), dan Purchasing Power

Parity (PPP) merupakan ukuran pendapatan yang sudah

disesuaikan dengan paritas daya beli. Indikator pertama mengukur umur panjang dan sehat, dua indikator berikutnya mengukur pengetahuan dan keterampilan, sedangkan indikator terakhir mengukur kemampuan dalam mengakses sumber daya ekonomi dalam arti luas. Ketiga indikator inilah yang digunakan sebagai komponen dalam penyusunan HDI yang dalam publikasi ini diterjemahkan menjadi IPM.

Ketiga komponen tersebut terlebih dahulu dihitung indeksnya sehingga bernilai antara 0 (keadaan terburuk) dan 1 (keadaan terbaik). Lebih lanjut komponen angka melek

(19)

huruf dan rata-rata lama sekolah digabung menjadi satu sebagai indikator pendidikan dengan perbandingan 2 : 1. Dalam laporan ini indeks tersebut dinyatakan dalam ratusan (dikalikan 100) untuk mempermudah penafsiran. Teknik penyusunan indeks tersebut pada dasarnya mengikuti rumus sebagai berikut : ( )

[

( ) ( )

]

( ) ( )

[

i i

]

i i i

X

Min

X

Max

X

Min

X

I

.

.

.

=

( )

=

i i

I

IPM

3

1

dimana :

I(i) = Indeks komponen IPM ke–i

X(i) = Nilai komponen IPM ke–i

Max. X(i) = Nilai komponen IPM ke–i yang tertinggi

Min. X(i) = Nilai komponen IPM ke–i yang terendah

(20)

Dalam studi ini, nilai ekstrim yang digunakan untuk

e0, Lit dan MYS adalah nilai yang telah ditetapkan UNDP

(1990), sehingga nilai indeks untuk masing-masing komponen tersebut dapat dibandingkan secara internasional. Sedangkan nilai ekstrim untuk komponen PPP ditentukan sebagai berikut :

(1) Nilai minimum adalah nilai PPP propinsi terendah

tahun 1999, dan

(2) Nilai maksimum adalah nilai PPP ”target” yang ingin

dicapai pada akhir Pembangunan Jangka Panjang (PJP) II (tahun 2018) oleh propinsi yang memiliki nilai PPP tertinggi pada tahun 1993.

Nilai maksimum tersebut ditetapkan 4 (empat) kali nilai PPP propinsi tertinggi tahun 1993, suatu nilai yang setara dengan nilai proyeksi PPP untuk propinsi tersebut pada akhir PJP II dengan asumsi tingkat pertumbuhan PDB 6 sampai 7 persen

(21)

per tahun. Nilai ekstrim yang digunakan dalam studi ini disajikan pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Nilai Ekstrim Komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang Digunakan Dalam Penghitungan

Komponen IPM Minimum Nilai Maksimum Nilai

Angka harapan hidup (e0)

Angka melek huruf (Lit) Rata-rata lama sekolah (MYS) Purchasing Power Parity (PPP)

25 0 0 360.000 85 100 15 737.720

2.2 Usia Hidup (longevity)

Pembangunan manusia atau upaya untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk, harus terlebih dahulu mengupayakan agar penduduk dapat mencapai usia hidup yang panjang dan sehat. Sebenarnya banyak indikator

(22)

dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara global, UNDP memilih indikator angka harapan hidup waktu lahir (life expectancy at birth) yang biasa dinotasikan dengan e0.

Angka kematian bayi (IMR) tidak digunakan untuk keperluan itu karena indikator itu dinilai tidak peka bagi negara-negara industri yang telah maju. Seperti halnya IMR,

e0 sebenarnya merefleksikan keseluruhan tingkat

pembangunan dan bukan hanya bidang kesehatan.

Angka Harapan Hidup (AHH) menunjukkan rata-rata umur penduduk mulai lahir sampai dengan akhir hidupnya. Besarnya nilai AHH berkaitan erat dengan angka kematian bayi, dimana semakin tinggi kematian bayi nilai AHH akan menurun. Faktor yang mempengaruhi perubahan AHH dapat ditinjau dari berbagai hal seperti kondisi lingkungan dan status sosial ekonomi penduduk, ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan, status gizi dan

(23)

lain-lain. Oleh karena itu, AHH cukup representatif digunakan sebagai indikator dalam menilai tingkat kesejahteraan penduduk khususnya di bidang kesehatan.

Estimasi e0 yang digunakan untuk menghitung IPM

merupakan angka proyeksi yang disusun dari series data e0

yang dihitung berdasarkan data Sensus Penduduk 2000 dan Survei Penduduk Antar Sensus 2005 menggunakan metode tidak langsung (indirect technique). Metode ini menggunakan dua macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih hidup. Dengan

menggunakan metode ini akan diperoleh tujuh estimasi e0

untuk rujukan waktu yang berbeda dari setiap sumber data sehingga diperoleh angka estimasi e0 yang dijadikan dasar

(24)

2.3 Pengetahuan (knowledge)

Untuk mengukur dimensi pengetahuan, Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan dua indikator yaitu angka melek huruf (Lit) dan rata-rata lama sekolah (MYS) dengan perbandingan bobot 2 untuk Lit dan 1 untuk MYS. Keabsahan muka (face validity) kedua indikator ini jarang dipertanyakan. Yang sering dipertanyakan adalah kepekaan Lit sebagai ukuran dimensi pengetahuan karena angkanya dinilai sudah sangat tinggi di semua wilayah di Indonesia. Walaupun demikian BPS tetap mempertahankan indikator itu karena dua alasan. Pertama, ketika digunakan untuk menghitung IPM pada tingkat kabupaten/kota indikator ini ternyata masih cukup peka. Kedua, UNDP sampai saat ini masih menggunakan indikator itu sehingga dinilai masih ada baiknya digunakan untuk kepentingan perbandingan internasional. UNDP sebenarnya tidak lagi menggunakan

(25)

MYS sebagai komponen IPM dan diganti dengan angka partisipasi sekolah (APS) tetapi alasan yang dikemukakan adalah kesulitan pengumpulan data secara internasional, bukan alasan substansial. Secara substansial MYS yang merupakan indikator dampak diakui lebih unggul dari APS yang merupakan indikator proses sebagai komponen IPM. Karena alasan itu BPS tetap menggunakan MYS sebagai komponen IPM.

Catatan lain mengenai Lit adalah indikator tersebut tidak terlalu peka menggambarkan variasi antar propinsi. Dampak kelemahan tersebut berkurang dengan memasukkan MYS dalam penghitungan rata-rata Indeks Pendidikan (IP) yang menurut UNDP dihitung dengan cara sebagai berikut :

(26)

Populasi yang digunakan UNDP untuk penghitungan MYS dibatasi pada penduduk berumur 25 tahun ke atas. Batasan itu diperlukan agar angkanya lebih mencerminkan kondisi sebenarnya mengingat penduduk yang berusia kurang dari 25 tahun masih dalam proses sekolah sehingga belum pantas ditanyakan MYS-nya. Dalam studi ini, populasi yang digunakan adalah penduduk berumur 15 tahun keatas dan penghitungan MYS dilakukan dengan cara penghitungan tidak langsung.

2.4 Standar Hidup Layak

Selain usia hidup dan pengetahuan, unsur dasar pembangunan manusia yang diakui secara luas adalah standar hidup layak. Banyak indikator alternatif yang dapat digunakan untuk mengukur unsur ini. Dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara internasional,

(27)

UNDP memilih GDP per kapita riil yang telah disesuaikan

(adjusted real GDP per capita) sebagai indikator standar hidup

layak.

Berbeda dengan indikator untuk kedua unsur IPM lainnya, indikator standar hidup layak diakui sebagai indikator input, bukan indikator dampak, sehingga sebenarnya kurang sesuai sebagai unsur IPM. Walaupun demikian UNDP tetap mempertahankannya karena indikator lain yang sesuai tidak tersedia secara global. Selain itu, dipertahankannya indikator input juga merupakan argumen bahwa selain usia hidup dan pengetahuan masih banyak variabel input yang pantas diperhitungkan dalam penghitungan IPM. Dengan alasan itu maka GDP riil per kapita yang telah disesuaikan dianggap mewakili input IPM lainnya.

(28)

Untuk keperluan penghitungan IPM sub-nasional (propinsi atau kabupaten/kota), BPS tidak menggunakan PDRB per kapita yang kira-kira setara dengan ukuran yang digunakan UNDP. Alasannya karena PDRB per kapita hanya mengukur produksi suatu wilayah dan tidak mencerminkan daya beli riil masyarakat yang merupakan fokus IPM. Sebagai penggantinya digunakan konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan untuk keperluan yang sama.

Standar hidup dalam laporan ini didekati dari pengeluaran riil per kapita yang telah disesuaikan. Untuk menjamin keterbandingan antar daerah dan antar waktu, dilakukan penyesuaian sebagai berikut :

1. Menghitung pengeluaran per kapita dari data kor

(29)

2. Menaikkan nilai Y sebesar 20% [ = Y1 ], karena dari

berbagai studi diperkirakan bahwa data dari Susenas cenderung lebih rendah sekitar 20%;

3. Menghitung nilai riil Y1 dengan mendeflasi Y1 dengan

Indeks Harga Konsumen (IHK) [ = Y2 ];

4. Menghitung nilai daya beli -Purchasing Power Parity

(PPP)- untuk tiap daerah yang merupakan harga suatu kelompok barang relatif terhadap harga kelompok barang yang sama di daerah yang ditetapkan sebagai standar, yaitu Jakarta Selatan;

5. Membagi Y2 dengan PPP untuk memperoleh nilai

rupiah yang sudah disetarakan antar daerah [ = Y3 ];

6. Mengurangi nilai Y3 dengan menggunakan formula

Atkinson untuk mendapatkan estimasi daya beli [ =

(30)

2.5 Tingkatan Status Pembangunan Manusia

Tingkatan status pembangunan manusia suatu wilayah oleh UNDP dibagi ke dalam tiga golongan yaitu rendah (kurang dari 50), sedang atau menengah (antara 50-80), dan tinggi (80 ke atas). Sedangkan untuk keperluan perbandingan antar kabupaten/kota tingkatan status menengah dipecah lagi menjadi dua, yaitu menengah bawah dan menengah atas. Dengan demikian kriteria tingkatan status pembangunan manusia sebagai berikut :

Tingkatan Status Kriteria

Rendah Menengah bawah Menengah atas Tinggi IPM < 50 50 ≤ IPM < 66 66 ≤ IPM < 80 IPM ≥ 80

(31)

2.6 Kecepatan Perubahan IPM (Shortfall )

Kebijakan pembangunan perlu memperhatikan tingkat kemajuan pembangunan manusia yang terbandingkan antar wilayah. Dengan besaran IPM, dapat dikaji pencapaian berbagai program yang diimplementasikan dalam suatu periode tertentu. Dalam hal ini kemajuan dari pencapaian pembangunan manusia dikaitkan dengan sasaran pencapaian yang ideal dari IPM yakni nilai 100.

Perbedaan laju perubahan IPM selama periode waktu tertentu dapat diukur dengan rata-rata reduksi

shortfall per tahun. Nilai shortfall mengukur keberhasilan

dipandang dari segi jarak antara apa yang telah dicapai dengan apa yang harus dicapai, yaitu jarak dengan nilai maksimum. Angka shortfall juga merefleksikan prestasi pencapaian dan gambaran yang terbandingkan dari

(32)

di suatu wilayah. Nilai reduksi shortfall yang lebih besar menandakan peningkatan IPM yang lebih cepat. Pengukuran ini didasarkan pada asumsi bahwa laju perubahan tidak bersifat linier, tetapi laju perubahan cenderung melambat pada tingkat IPM yang lebih tinggi. Nilai reduksi shortfall juga dapat dihitung untuk masing-masing komponen IPM. Prosedur penghitungan reduksi

shortfall IPM (=r) dapat dirumuskan sebagai berikut :

(

)

(

)

n t ref t n t

IPM

IPM

x

IPM

IPM

r

1

100

=

+ dimana :

IPMt = IPM pada tahun t

IPMt +n = IPM pada tahun t+n

IPMref = IPM acuan atau ideal yang dalam hal ini sama

(33)

BAB III

STATUS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

3.1 Kabupaten Penajam Paser Utara Selayang Pandang

Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Paser sesuai dengan diterbitkannya UU No. 7 Tahun 2002 tanggal 10 April 2002 tentang “Pembentukan Kabupaten Penajam Paser Utara”. Kabupaten Penajam Paser Utara secara geografis memiliki kedudukan yang cukup strategis diantara kabupaten yang ada di Kalimantan Timur. Jalan arteri primer/jalan negara yang menghubungkan Propinsi Kalimantan Timur dengan Propinsi Kalimantan Selatan melintasi Kabupaten Penajam Paser Utara (Trans

(34)

Sumber daya alam yang tersedia dan dapat dimanfaatkan sangat besar, terutama sumber daya alam berupa kesediaan alam yang cocok untuk pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan. Selain sumber kayu bundar (log) sebagai produksi hutan, terdapat juga hasil hutan yang meliputi rotan, kayu ulin (sirap), dan sarang burung.

Bahan galian yang terdapat di Kabupaten Penajam Paser Utara meliputi minyak bumi, batu bara, batu kapur, batu gunung, kerikil, pasir kwarsa, dan lain – lain.

Usaha industri masih terbatas pada usaha industri kecil/rumah tangga. Memperhatikan potensi sumber daya bahan baku yang tersedia, kegiatan industri yang perlu dikembangkan adalah industri yang mengolah lebih lanjut hasil–hasil pertanian (agro industri) seperti karet, kelapa sawit, sagu, perikanan, buah- buahan, hasil kehutanan

(35)

seperti industri kayu dan rotan serta industri semen dengan bahan baku kapur yang cukup tersedia.

Letak Kabupaten Penajam Paser Utara yang strategis tidak saja menjadikan daerah ini penting artinya bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan regional Kalimantan Timur, tetapi juga bagi kepariwisataan apabila potensinya dikembangkan.

Pembangunan yang dilaksanakan selama ini di Kabupaten Penajam Paser Utara telah banyak mendatangkan kemajuan baik kualitas maupun kuantitas. Walaupun demikian upaya perbaikan terus ditingkatkan agar pembangunan semakin tertib sehingga benar–benar mengenai sasaran yaitu : masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar Tahun 1945.

(36)

Strategi, prioritas dan sasaran pembangunan serta arah kebijaksanaan daerah telah disusun dalam Program Perencanaan Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara yang dititikberatkan pada bidang ekonomi dengan prioritas pembangunan sektor pertanian sesuai dengan usaha masyarakat dan kondisi fisik yang ada. Pembangunan usaha pertanian masyarakat terutama diarahkan pada usaha perkebunan dan perikanan. Kegiatan ini didukung oleh pengembangan usaha pertanian tanaman pangan dan ekstensifikasi usaha perikanan.

Kesemuanya ditekankan pada pengembangan usaha pertanian yang tangguh, diimbangi dengan peningkatan sektor industri yang sesuai dengan potensi yang ada terutama agro industri, guna menciptakan struktur ekonomi yang berimbang dan saling menunjang.

(37)

Setelah mengalami pemekaran dari Kabupaten Paser pada tahun 2002, Kabupaten Penajam Paser Utara sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Loa Kulu dan Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Samboja Kota Balikpapan dan Selat Makasar, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Long Kali Kabupaten Paser, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bongan Kabupaten Kutai Barat dan Kecamatan Long Kali Kabupaten Paser. Luas

Kabupaten Penajam Paser Utara adalah 3.333,06 km2 yang

terdiri dari empat kecamatan yaitu Kecamatan Babulu, Waru, Penajam dan Sepaku.

3.2 Gambaran Pendidikan Kabupaten Penajam Paser Utara

(38)

untuk memperoleh pendidikan sehingga tercapai tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal yang sama juga tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2002 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di dalam Sistem Pendidikan Nasional dapat dibedakan atas struktur pendidikan yaitu pendidikan umum, pendidikan masyarakat dan pendidikan kedinasan. Pada bahasan ini lebih ditekankan pada pendidikan umum, yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Pendidikan dasar adalah pendidikan yang bertujuan untuk memberikan dasar pengembangan kehidupan, baik untuk pribadi maupun untuk masyarakat. Pendidikan dasar juga dipersiapkan untuk dapat mengikuti pendidikan menengah. Dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), dibidang pendidikan telah

(39)

dicanangkan program wajib belajar (Wajar) pendidikan dasar 9 tahun sejak tahun 1994.

Pasal 31 ayat 2 UUD 1945 beserta amandemennya menyatakan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Landasan ini memberikan gambaran bahwa pemerintah serius dalam upaya meningkatkan kualitas SDM bidang pendidikan. Di tingkat regional, khususnya di Kabupaten Penajam Paser Utara, untuk menambah tingkat kesejahteraan dan peningkatan mutu pendidikan, pemerintah kabupaten juga memberikan honor tambahan bagi tenaga pendidik dan administrasi untuk semua jenjang pendidikan baik negeri maupun swasta, termasuk Taman Kanak-Kanak serta melakukan pelatihan-pelatihan terhadap tenaga pendidik.

(40)

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat yang berperan meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat, semakin baik pula kualitas sumber daya manusianya. Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Oleh karenanya agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan masing-masing individu, maka pendidikan adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Strategi pembangunan pendidikan dijabarkan melalui empat sendi pokok yaitu pemerataan kesempatan, relevansi pendidikan dengan pembangunan, kualitas pendidikan dan efisiensi pengelolaan. Pemerataan kesempatan pendidikan diupayakan melalui penyediaan

(41)

sarana dan prasarana belajar seperti gedung sekolah baru dan penambahan tenaga pengajar mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Relevansi pendidikan merupakan konsep ‘link and match’, yaitu pendekatan atau strategi meningkatkan relevansi sistem pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Kualitas pendidikan adalah menghasilkan manusia terdidik yang bermutu dan handal sesuai dengan tuntutan zaman. Sedangkan efisiensi pengelolaan pendidikan dimaksudkan bahwa pendidikan diselenggarakan secara berdaya guna dan berhasil guna.

Pemerintah sampai saat ini dan juga di masa-masa mendatang akan terus berusaha meningkatkan pendidikan bangsanya agar cita-cita kemerdekaan dapat menjadi kenyataan. Dalam pelaksanaannya tercermin pada pasal 31 ayat 1 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang

(42)

menyatakan, “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”.

Pemerintah sadar, bahwa untuk mendapatkan pendidikan yang memadai harus ditunjang dengan kemampuan masyarakat. Rendahnya pendapatan keluarga selalu menjadi kendala untuk tidak menyekolahkan anaknya. Realita ini senantiasa ditemui di sekeliling kita. Banyak anak yang mestinya belajar, namun sudah harus bekerja untuk membantu menambah penghasilan keluarga. Kondisi ini mendorong Pemerintah membuat kebijaksanaan wajib belajar sekolah dasar enam tahun yang kemudian disusul dengan wajib belajar pendidikan sembilan tahun. Kebijaksanaan lain adalah melalui program sekolah terbuka.

Program atau kebijakan pemerintah dewasa ini dalam bidang pendidikan pada hakekatnya adalah bertujuan untuk menampung jumlah murid sebanyak-banyaknya.

(43)

Penekanan program adalah pada aspek kuantitas. Hal ini sangat dimaklumi karena pemerintah ingin agar penduduk Kalimantan Timur khususnya dan penduduk Indonesia pada umumnya terbebas dari masalah buta huruf, buta bahasa Indonesia dan buta pendidikan dasar.

Selain itu aspek kualitas juga harus mendapat perhatian. Hal ini dalam rangka menyongsong abad globalisasi, dimana berbagai pengaruh dari luar masuk dengan bebas ke negeri ini. Kualitas harus dimiliki untuk siap bersaing dengan pihak luar.

Semakin tinggi akses terhadap fasilitas pendidikan, diharapkan semakin banyak pula penduduk yang dapat bersekolah, sehingga pemerataan pendidikan dapat terwujud. Salah satu indikator untuk mengukur pemerataan akses pendidikan adalah Angka Partisipasi Kasar (APK).

(44)

Dari Tabel 3.2.1 di bawah ini dapat kita ketahui bahwa APK SD tahun 2010 menunjukkan angka 114,28 persen, sedangkan APM SD hanya mencapai 95,69 persen. Selisih sekitar 19 persen antara APK dan APM disebabkan oleh adanya penduduk yang seharusnya tidak bersekolah di SD tetapi sudah/masih bersekolah di SD. Penduduk tersebut terdiri atas penduduk yang seharusnya belum bersekolah di SD atau usianya kurang dari 7 tahun dan penduduk yang seharusnya sudah menyelesaikan pendidikannya di SD atau penduduk yang berusia di atas 12 tahun. Besarnya proporsi ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kecenderungan orang tua untuk menyekolahkan anaknya lebih dini atau sebaliknya, terdapat pula orang tua yang terlambat menyekolahkan anaknya.

Pada jenjang pendidikan SLTP, APK mencapai 89,97 persen dan APM mencapai 75,97 persen. Selisih ini

(45)

disebabkan oleh banyaknya penduduk berumur kurang dari 13 tahun dan penduduk berumur di atas 15 tahun yang bersekolah di SLTP. Uraian di atas perlu dilakukan kajian lebih mendalam untuk melihat keterersediaan fasilitas pendidikan lanjutan dengan jarak dari Lokasi SD, serta melihat motifasi dan dukungan orang tua. Sementara itu APK dan APM SLTA sebesar 68,86 dan 56,10 persen.

Tabel 3.2.1 Angka Partisipasi Kasar (APK) Kabupaten Penajam Paser Utara

Tahun 2010

Sumber : Susenas Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010

Indikator penting lainnya yang dapat dipakai untuk

Jenjang Pendidikan APK APM

SD 114,28 95,69

SLTP 89,97 75,97

(46)

tertinggi yang ditamatkan. Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk, semakin baik kualitas sumber dayanya.

Kualitas sumber daya manusia Kabupaten Penajam Paser Utara masih rendah. Walaupun demikian jika dilihat perkembangan dari tahun 2006 ke tahun 2010, pendidikan masyarakat Kabupaten Penajam Paser Utara mengalami perubahan yang cukup bagus. Berdasarkan Susenas tahun 2009, lebih dari setengah penduduk usia 10 tahun ke atas berpendidikan Sekolah Dasar (SD) ke bawah.

Pada tahun 2010, persentase penduduk yang berpendidikan SD ke bawah sekitar 59,34 % (tidak memiliki ijazah SD sebanyak 28,04 persen dan tamat SD/sederajat 31,30 %)

Pada jenjang pendidikan menengah dimana persentase pendidikan penduduk tahun 2010 yang

(47)

menamatkan pendidikan tingkat SLTP/sederajat 17,35 persen dan persentase pendidikan penduduk tahun 2010 yang menamatkan pendidikan tingkat SMU/sederajat sekitar 18,34 persen. sedangkan untuk tahun 2010 penduduk yang menamatkan pendidikan Perguruan Tinggi mengalami kenaikan dibandingkan dengan Tahun 2009 menjadi sekitar 4,97. Hal ini diduga terjadi karena adanya keharusan bagi Tenaga Pendidikan dan Tenaga Kesehatan yang diwajibkan mengikuti peendidikan di Perguruan Tinggi.

(48)

Tabel 3.2.2 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010

Sumber : Susenas Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010

3.3 Gambaran Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara

Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional karena kesehatan menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia. Tujuan akhir dari pembangunan kesehatan adalah terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Laki-laki Perempuan Perempuan Laki +

% % %

Tidak punya ijazah SD 28,01 32,35 28,04

SD/Sederajat 29,23 32,07 31,30

SLTP/Sederajat 18,12 18,12 17,35

SLTA/Sederajat 19,89 14,11 18,34

Perguruan Tinggi 4,75 3,35 4,97

(49)

sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum. Upaya pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara dibidang kesehatan untuk mencapai tujuan tersebut antara lain dengan memberikan penyuluhan kesehatan agar keluarga berperilaku hidup sehat, memberikan ASKES PRIMA (berlaku untuk berobat ke dokter praktek) kepada seluruh pegawai negeri sipil daerah, serta penyediaan fasilitas kesehatan seperti puskesmas, posyandu, serta penyebaran tenaga medis (dokter dan bidan desa).

Selain pendidikan, kualitas kesehatan yang dimiliki seseorang menggambarkan kualitas manusianya. Manusia yang sehat rohani dan jasmani, dapat dikatakan bahwa kualitas gizi yang dikonsumsinya relatif baik, disamping itu agar kondisi tetap sehat tubuh perlu dijaga. Untuk menjaga kesehatan tubuh, perlu pengetahuan mengenai hal tersebut.

(50)

Jika kondisi tubuh baik dan sehat, maka dapat diharapkan angka harapan hidup sejak lahir meningkat pula.

Menurut GBHN 1993 program pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup, dan mempertinggi kesadaran masyarakat atas pentingnya hidup sehat. Target grup program pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok masyarakat tertinggal. Peran serta masyarakat terus ditingkatkan melalui pengelolaan kesehatan terpadu, termasuk dunia usaha. Secara kuantitas dan kualitas penyediaan berbagai sarana kesehatan, tenaga kesehatan, penyediaan obat juga terus ditingkatkan.

Salah satu unsur penting yang menentukan keberhasilan pembangunan bidang kesehatan adalah ketersediaan fasilitas kesehatan. Dengan tersedianya sarana

(51)

dan prasarana kesehatan yang cukup memadai akan sangat mendukung pelayanan kesehatan masyarakat. Tahun 2010 di Kabupaten Penajam Paser Utara terdapat 2 buah rumah sakit pemerintah yang terletak di ibukota 1 buah di ibukota Kabupaten dan 1 buah di Kecamatan Sepaku serta 11 puskesmas, 44 puskesmas pembantu yang tersebar di seluruh kecamatan. Sarana pendukung lainnya seperti posyandu terdapat di setiap desa dengan jumlah seluruhnya 243 buah. Dengan jumlah fasilitas kesehatan yang demikian itu, semestinya pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat Kabupaten Penajam Paser Utara sudah dapat terpenuhi.

Dalam usaha pendayagunaan Sumber Daya Manusia (SDM) secara lebih efektif, peran kesehatan yang mempengaruhi kinerja produktifitas sangat menentukan. Apabila seseorang sedang menderita sesuatu penyakit, maka

(52)

akan berkurang/menurun secara signifikan. Dari hasil survei, tercatat beberapa jenis penyakit yang umum diderita oleh penduduk.

Dari beberapa jenis penyakit tersebut, yang banyak dikeluhkan adalah penyakit batuk dan pilek yang masing-masing diderita lebih dari 32,64 persen penduduk, penyakit lainnya 11,02 persen dan penyakit kepala berulang lebih dari 9,52 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Penajam Paser Utara.

Pada tahun 2010 proses persalinan yang dibantu oleh tenaga medis lebih dari 80 persen, hal ini menggambarkan adanya peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pemanfaatan tenaga-tenaga kesehatan.

(53)

Tabel 3.3 Indikator Kesehatan Masyarakat Kabupaten Penajam Paser Utara

Tahun 2010

Jenis Keluhan Kesehatan Ada Keluhan (%) Keluhan (%) Tidak Ada

Panas 9,48 90,52

Batuk 15.91 84,09

Pilek 16,73 83,27

Asma/napas sesak/cepat 2,23 97,77

Diare/buang air 1,08 98,92

Sakit kepala berulang 9,52 90,48

Sakit gigi 3,18 96,82

Lainnya 11,02 88,98

Sumber : Susenas Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010

3.4 Gambaran Ketenagakerjaan Kabupaten Penajam Paser Utara

Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting yang tidak hanya untuk mencapai kepuasan

(54)

rumah tangga dan kesejahteraan masyarakat. Konsep dasar yang layak bagi kemanusiaan”. Dari pernyataan tersebut terkandung makna bahwa perempuan dan laki-laki mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak.

Dalam bab ini disajikan beberapa indikator ketenagakerjaan. Indikator ketenagakerjaan yang disajikan antara lain Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), persentase formal dan pekerja di sektor informal, hal i ni dapat dilihat pada Tabel 3.4.

TPAK dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja. Angkatan kerja mencakup penduduk yang bekerja dan penduduk yang mencari pekerjaan.

(55)

Tabel 3.4 Indikator Dasar Ketenagakerjaan Kabupaten Penajam Paser Utara

Tahun 2006 – 2010 Indikator Ketenagakerjaan 2006 2007 2008 2009 2010 - TPAK 60,96 60,38 64,03 64,08 67,91 - % pekerja sektor formal 51,28 44,77 41,71 42,16 43,62 - % pekerja sektor informal 48,72 55,23 58,29 57,84 56,38

Sumber : Sakernas Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2006 – 2010

Pekerja formal dapat diartikan hanya berdasarkan status pekerjaan, namun dalam publikasi ini, pendekatan batasan kegiatan informal diambil dari kombinasi antara jenis pekerjaan utama dan status pekerjaan. Batas kegiatan informal dapat dilihat sebagai berikut.

(56)

Tenaga Profesi onal Tenaga Kepemi mpinan Pejabat Pelaksa na dan Tata Usaha Tenaga Penjual an Tenaga Usaha Jasa Tenaga Usaha Pertani an Tenaga Produks i Tenaga Operasi onal Pekeja Kasar Lainnya (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Berusaha Sendiri F F F INF INF INF INF INF INF INF

Berusaha dibantu buruh tdk tetap/buruh tak dibayar F F F F F INF F F F INF Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar F F F F F F F F F F Buruh /Karyawan/pegawai F F F F F F F F F F Pekerja bebas di

pertanian F F F INF INF INF INF INF INF INF

Pekerja bebas di

nonpertanian F F F INF INF INF INF INF INF INF

Pekerja tak dibayar INF INF INF INF INF INF INF INF INF INF

Status Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Utama

Keterangan: F= Formal INF= Informal

3.5 Gambaran Perekonomian Kabupaten Penajam Paser Utara

Kabupaten Penajam Paser Utara mempunyai luas

wilayah 3.333,06 km2 serta jumlah penduduknya pada

tahun 2010 adalah 142.922 jiwa. Jika dibandingkan dengan luas wilayah Propinsi Kalimantan Timur, luas Kabupaten

(57)

Penajam Paser Utara sekitar 1,54 persen, sedangkan jumlah penduduknya sekitar 4,02 persen dari jumlah penduduk Propinsi Kalimantan Timur. Dengan proporsi luas wilayah dan jumlah penduduk di atas, PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Penajam Paser Utara pada tahun 2010 mampu memberi kontribusi terhadap PDRB Kalimantan Timur sebesar 0,91 persen (PDRB Kalimantan Timur dengan Migas) atau sebesar 1,79 persen bila PDRB Kalimantan Timur dihitung tanpa Migas.

Dari angka kontribusi PDRB Kabupaten Penajam Paser Utara terhadap PDRB Kalimantan Timur di atas, dapat dikatakan bahwa Kabupaten Penajam Paser Utara memiliki potensi ekonomi yang cukup bagus, sehingga sangat diperlukan sikap pro aktif untuk mengembangkan potensi ekonominya tersebut, dan diharapkan nantinya

(58)

modalnya di Kabupaten Penajam Paser Utara. Disamping situasi politik dan keamanan cukup kondusif juga potensi ekonomi yang dihasilkan daerah ini sebagian besar merupakan komoditi ekspor, sehingga daerah ini prospektif untuk berinvestasi. Dengan demikian diharapkan Kabupaten Penajam Paser Utara dapat lebih besar menyumbangkan PDRB dimasa yang akan datang.

Tahun 2010 perekonomian nasional telah menunjukkan adanya kemajuan, hal ini dapat terlihat dari membaiknya kinerja beberapa indikator ekonomi makro setelah sebelumnya mengalami keterpurukan. Membaiknya perekonomian ini ditandai juga dengan adanya pertumbuhan ekonomi nasional yang bergerak positif dan menurunnya tingkat inflasi.

Kondisi perekonomian Nasional yang membaik ini juga mempengaruhi perekonomian regional terutama

(59)

perekonomian Kabupaten Penajam Paser Utara, bila kita cermati selama lima tahun terakhir yaitu tahun 2006 – 2010 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Penajam Paser Utara sangat berfluktuasi, yaitu pada tahun tahun 2006 sebesar 1,63 persen, tahun 2007 sebesar 3,79 persen, tahun 2008 tumbuh sebesar 4,99 persen, tahun 2009 tumbuh sebesar 3,51 persen dan tahun 2010 tumbuh sebesar 7,28 persen.

Dari angka pertumbuhan ekonomi antara tahun 2006 – 2010 ini dapat dikatakan bahwa perekonomian Kabupaten Penajam Paser Utara meningkat. Dengan adanya berbagai program yang dilaksanakan pemerintah guna pemulihan ekonomi nasional, membawa dampak nyata terhadap perbaikan kinerja ekonomi regional, ditambah lagi dengan diberlakukannya UU No. 32 dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang pelaksanaan Otonomi Daerah dan

(60)

merupakan modal untuk memacu pembangunan dan berdampak langsung terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi di daerah. Hal tersebut dapat terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Penajam Paser Utara pada tahun 2010 masih tumbuh positif, yaitu sebesar 7,28 persen.

Gambaran mengenai perkembangan dan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Penajam Paser Utara tahun 2006 sampai dengan 2010 dapat dilihat pada tabel 3.5.1.

(61)

Tabel 3.5.1 Perkembangan Dan Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Penajam Paser Utara

Tahun 2006 – 2010 (Ribu Rupiah)

Tahun A.D. Harga Berlaku A.D. Harga Konstan 2000 Laju Pertumbuhan (%) Adh. Berlaku Adh. Konstan ‘00 2006 2.049.445 1.639.973 6,10 1,63 2007 2.205.357 1.702.082 7,61 3,79 2008 2.769.209 1.787.049 25,57 4,99 2009 r) 2.577.863 1.849.722 – 6,91 3,51 2010 *) 2.923.168 1.984.290 13,40 7,28

Keterangan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara Pertumbuhan ekonomi Regional berkaitan erat dengan pertumbuhan masing – masing sektor dan sub sektor. Bila diamati menurut sektor – sektor ekonomi atau lapangan usaha di Kabupaten Penajam Paser Utara, hanya pada tahun 2008 semua sektor mengalami pertumbuhan

(62)

dan penggalian mengalami pertumbuhan negatif. Sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2006 dan 2007 mengalami pertumbuhan negatif hal ini akibat turunnya produksi sub sektor Minyak dan Gas di sumur – sumur minyak yang terdapat di Kabupaten Penajam Paser Utara. Tabel 3.5.2 dapat memperlihatkan pertumbuhan ekonomi sektoral di Kabupaten Penajam Paser Utara.

Grafik 3.5.1 PDRB Kabupaten Penajam Paser Utara ADHB dan ADHK 2000, Tahun 2006 – 2010

(63)

Paser Utara pada tahun 2010. Angka pertumbuhan yang positif menunjukkan bahwa Nilai Tambah Bruto (NTB) sektor tersebut meningkat, di lain pihak besar kecilnya angka pertumbuhan menunjukkan tingkat laju pertumbuhannya, apabila angka pertumbuhan lebih besar dari angka pertumbuhan tahun sebelumnya artinya laju pertumbuhan tahun ini lebih cepat dibanding tahun sebelumnya, demikian sebaliknya bila lebih kecil berarti pertumbuhannya mengalami perlambatan. Sebaliknya, angka pertumbuhan negatif menunjukkan bahwa NTB sektor tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

(64)

Tabel 3.5.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2006 – 2010 (%)

Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 r) 2010 *)

1. Pertanian, Peternakan,

Kehutanan & Perikanan 14,29 8,25 7,74 –0,97 11,53

2. Pertambangan &

Penggalian –5,26 –1,86 0,42 1,81 3,09

3. Industri Pengolahan 8,12 9,57 7,52 5,69 7,33

4. Listrik, Gas dan Air

Bersih 12,58 8,49 13,79 5,97 7,71

5. Bangunan 3,14 8,57 4,99 5,51 8,02

6. Perdag, Hotel &

Restoran 1,72 5,46 9,77 7,62 13,72

7. Pengangkutan &

Komunikasi 3,94 6,00 5,78 6,18 9,48

8. Keu, Persew. & Jasa

Perusahaan 3,96 9,32 7,73 8,30 12,21

9. Jasa-jasa 16,87 12,65 14,15 6,77 6,74

PDRB 1,63 3,79 4,99 3,51 10,03

Keterangan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara Dari tabel 3.5.2 juga dapat dilihat angka PDRB Kabupaten Penajam Paser Utara relatif stabil, walaupun

(65)

angka pertumbuhan tahun 2008, 2009 dan 2010 cukup berfluktuatif dengan nilai masing-masing sebesar 4,99 persen, 3,51 persen, dan 7,28 persen. Perekonomian Kabupaten Penajam Paser Utara pada tahun 2010 cukup baik, ini dapat dilihat dari angka pertumbuhannya yang cukup tinggi yaitu sebesar 7,28 persen.

Jika kita amati, Sektor yang mengalami

pertumbuhan tertinggi pada tahun 2010 ini adalah Sektor Perdagangan, hotel, dan restoran dengan pertumbuhannya

sebesar 13,72 persen. Pertumbuhan terbesar pada sector ini adalah sub sektor perdagangan besar dan eceran. Pertumbuhan sektor–sektor lain cukup baik mendukung peningkatan yang signifikan pada sub sektor perdagangan besar dan eceran ini.

(66)

angka pertumbuhan pada tahun 2010 sebesar 12,21 persen. Pada Sektor ini, Sub Sektor Bank memiliki angka pertumbuhan sebesar 15,21 persen. Perkembangan ekonomi yang cukup baik mengakibatkan perputaran uang di bank semakin cepat, sehingga peningkatan pendapatan yang diperoleh bank juga semakin baik. Disamping membaiknya ekonomi di Penajam Paser Utara juga beberapa bank telah melakukan ekspansi dengan menmbuat beberapa kantor cabang di kecamatan–kecamatan yang ada di Kabupaten Penajam Paser Utara, sehingga meningkatkan keinginan masyarakat untuk menggunakan jasa bank.

Sektor yang memiliki nilai pertumbuhan tertinggi ketiga yaitu Sektor Pertanian. Pada tahun 2010 Sektor Pertanian tumbuh sebesar 11,53 persen. Pertumbuhan ini disebabkan oleh tumbuhnya sektor tanaman bahan makanan sebagai sub sektor dominan sebesar 11,53 persen

(67)

dimana pada tahun sebelumnya sektor ini mengalami penurunan sebesar –0,97 persen.

Pada tahun 2010 Sektor Pertambangan dan Penggalian sebagai sector yang memiliki kontribusi yang besar terhadap perekonomian di Penajam Paser Utara mengalami pertumbuhan sebesar 3,09 persen. Hal ini disebabkan oleh produksi minyak mentah yang berada di Kabupaten Penajam Paser Utara pada tahun 2010 mengalami kenaikan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan produksi tahun 2009.

(68)

Grafik 3.5.2 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Penajam Paser Utara ADHK 2000, Tahun 2006 – 2010

Melihat agregat PDRB Kabupaten Penajam Paser Utara pada tahun 2010 perekonomian Kabupaten Penajam Paser Utara tumbuh sebesar 7,28 persen, pertumbuhan ini merupakan yang tertinggi selama lima tahun terakhir, yaitu pada tahun 2006 sebesar 1,63 persen, tahun 2007 sebesar 3,79 persen, tahun 2008 mengalami sebesar 4,99 persen dan pada tahun 2009 sebesar 3,51. Hal ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan yang cukup tinggi pada sektor pertanian khususnya tanaman pangan. Sektor pertanian ini

(69)

merupakan sektor dominan yang kedua dalam pembentukan PDRB Kabupaten Penajam Paser Utara, sehingg sangat mempengaruhi laju pertumbuhan PDRB.

Selama tahun 2006 – 2010 perekonomian Kabupaten Penajam Paser Utara sangat tergantung pada nilai tambah yang diciptakan oleh dua sektor primer/sektor tradisional. Dominasi kedua sektor primer ini dalam membentuk perekonomian di wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dapat dilihat pada tabel 3.5.3 PDRB Kabupaten Penajam Paser Utara tahun 2010.

Kedua sektor primer dimaksud yaitu : Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan dan Penggalian, dalam kurun waktu lima tahun terakhir kontribusi kedua sektor ini menunjukkan kisaran antara 13 – 50 persen. Pada tahun 2010 kedua sektor tersebut kontribusinya terhadap PDRB

(70)

Sektor Industri Pengolahan mampu memberi kontribusi sebesar 16,75 persen dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mampu memberi kontribusi sebesar 16,59 persen terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Penajam Paser Utara tahun 2010. Sedangkan sektor – sektor lainnya hanya dapat memberikan sumbangan di bawah 7 persen, dengan kontribusi terendah berasal dari Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar 0,22 persen.

Secara rinci peranan masing – masing sektor terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Penajam Paser Utara di tahun 2006 – 2010 dapat tergambar pada tabel 3.5.3 berikut.

(71)

Tabel 3.5.3 Struktur Ekonomi

Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2006 – 2010 (%) (Kontribusi NTB Sektoral Terhadap PDRB ADHB)

Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 r) 2010 *) 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 14,97 16,49 15,51 18,39 19,31 2. Pertambangan & Penggalian 46,14 43,23 47,81 35,26 33,44 3. Industri Pengolahan 15,30 16,22 13,92 17,21 16,75

4. Listrik, Gas dan Air

Bersih 0,19 0,21 0,20 0,23 0,22

5. Bangunan 3,28 3,53 2,96 3,40 3,38

6. Perdagangan, Hotel &

Restoran 13,00 12,79 11,72 15,33 16,59

7. Pengangkutan &

Komunikasi 1,30 1,31 1,13 1,32 1,31

8. Keuangan, Pers. &

Jasa Perush. 2,29 2,40 2,19 2,65 2,74

9. Jasa-jasa 3,53 3,82 4,56 6,21 6,25

TOTAL 100 100 100 100 100

(72)

Grafik 3.5.3 Struktur Ekonomi Kabupaten Penajam Paser Utara

Tahun 2010

Perkembangan PDRB perkapita dan pendapatan perkapita Kabupaten Penajam Paser Utara dari tahun ke tahun juga terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 PDRB perkápita sebesar 20,45 juta rupiah, sedangkan pada tahun 2009 PDRB perkapita sebesar 18,46 juta rupiah. Peningkatan PDRB perkapita tersebut diikuti oleh peningkatan pendapatan perkapita. Pada tahun 2010

(73)

pendapatan perkapita sebesar 17,49 juta rupiah, sedangkan pada tahun 2009 sebesar 15,78 juta rupiah.

Kenaikan PDRB perkapita maupun pendapatan perkapita dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu kenaikan PDRB itu sendiri dan pertambahan penduduk. Jika PDRB tumbuh lebih cepat dari pertumbuhan penduduk, maka pendapatan perkapita akan mengalami peningkatan yang lebih cepat juga, namun sebaliknya jika PDRB tumbuh lebih lambat dari pertumbuhan penduduk, maka pertumbuhannya akan melambat juga.

Untuk lebih jelasnya gambaran PDRB perkapita maupun pendapatan perkapita bisa dilihat pada tabel 3.5.4.

(74)

Tabel 3.5.4 PDRB Per Kapita Dan Pendapatan Per Kapita Migas Dan Non Migas, Tahun 2006 – 2010 (Jutaan Rupiah)

Tahun

PDRB Perkapita Pendapatan Perkapita

Migas Non Migas Migas Non Migas

2006 15,85 8,59 13,55 7,34

2007 16,62 9,49 14,21 8,11

2008 20,34 10,67 17,39 9,13

2009 r) 18,46 12,01 15,78 10,21

2010 *) 20,45 13,68 17,49 11,70

(75)

Grafik 3.5.4 PDRB Perkapita dan Pendapatan Perkapita Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2006 – 2010

3.6 Status Pembangunan Manusia Kabupaten Penajam Paser Utara

Dimasukkannya konsep pembangunan manusia ke dalam kebijakan – kebijakan pembangunan sama sekali tidak berarti meninggalkan berbagai strategi pembangunan terdahulu, yang antara lain bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan absolut dan mencegah perusakan lingkungan. Perbedaannya adalah

(76)

bahwa dari sudut pandang pembangunan manusia, semua tujuan tersebut di atas diletakkan dalam kerangka untuk mencapai tujuan utama, yaitu memperluas pilihan – pilihan bagi manusia.

Pendekatan pembangunan manusia menggabungkan aspek produksi dan distribusi komoditas,

serta peningkatan dan pemanfaatan kemampuan manusia. Pembangunan manusia melihat secara bersamaan semua isu dalam masyarakat baik itu tentang pertumbuhan ekonomi, perdagangan, ketenagakerjaan, kebebasan politik ataupun nilai-nilai kultural dari sudut pandang manusia. Pembangunan manusia juga mencakup isu penting lainnya, yaitu jender. Dengan demikian, pembangunan manusia tidak hanya memperhatikan sektor sosial, tetapi merupakan pendekatan yang komprehensif dari semua sektor.

(77)

Pada periode tahun 2006 – 2010 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Penajam Paser Utara terus mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu dari 71,70 tahun 2006 menjadi 72,00 pada tahun 2007 menjadi 72,69 tahun 2008, tahun 2009 menjadi 73,11 dan tahun 2010 menjadi 73,59. Reduksi shortfall tahunan IPM Kabupaten Penajam Paser Utara periode 2009 – 2010 sebesar 1,78 yang berarti tingkat pertumbuhan setahun mencapai IPM ideal (IPM=100) adalah 1,78 persen.

Angka harapan hidup (AHH) menunjukkan rata-rata umur penduduk mulai lahir sampai dengan akhir hidupnya. Besarnya nilai AHH berkaitan erat dengan angka kematian bayi, dimana semakin tinggi kematian bayi nilai AHH akan menurun. Faktor yang mempengaruhi perubahan AHH dapat ditinjau dari berbagai hal seperti

(78)

ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan, status gizi dan lain-lain. Oleh karena itu, AHH cukup representatif digunakan sebagai indikator dalam menilai tingkat kesejahteraan penduduk khususnya di bidang kesehatan

Angka harapan hidup Kabupaten Penajam Paser Utara tahun 2010 sekitar 71,46 tahun, angka tersebut mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yaitu pada 2006 besarnya sekitar 70,90 tahun, 2007 sekitar 71,04 tahun, 2008 sekitar 71,18 tahun, dan pada 2009 sekitar 71,32 tahun. Upaya penurunan mortalitas perlu dilakukan pula usaha pengendalian fertilitas, karena keberhasilan mengurangi laju pertumbuhan penduduk pada dasarnya akan mempercepat terjadinya peningkatan kualitas hidup. Dengan demikian penanganan masalah demografi sepatutnya ditempatkan sebagai isu sentral dalam perencanaan pembangunan yang terintegrasi, baik untuk

(79)

kesehatan, pendidikan, perumahan maupun perluasan kesempatan kerja. Hal ini diupayakan karena sebagai dasar untuk memperkuat pertumbuhan dan pemerataan ekonomi.

Perkembangan paling cepat dari indikator pembangunan manusia adalah pengeluaran riil perkapita yang telah disesuaikan dan yang paling lambat adalah indikator angka melek huruf penduduk dewasa (usia di atas 15 tahun). Perubahan indikator pendidikan tidak sebesar pengeluaran riil perkapita kemungkinan berkaitan dengan kendala kesadaran bersekolah yang belum tinggi. Pemanfaatan prasarana pendidikan yang belum maksimal serta pengaruh krisis ekonomi global yang memaksa sebagian masyarakat kurang mampu menunda anak mereka melanjutkan sekolah. Kendati angka perubahan indikator pendidikan belum besar namun secara umum angka

(80)

Tabel 3.6 Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2006 – 2010

Indikator Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 2010 *) Tahun

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

- Angka harapan hidup

(tahun) 70,90 71,04 71,18 71,32 71,46

- Angka melek huruf penduduk dewasa (%) 93,80 93,80 94,46 94,93 95,55 - Rata-rata lama sekolah (tahun) 7,40 7,53 7,57 7,58 7,66 - Pengeluaran riil perkápita yang disesuaikan (000 rupiah) 617,94 619,55 625,27 628,25 630,91 - IPM 71,70 72,00 72,69 73,11 73,59

- Tingkatan IPM Menengahatas Menengahatas Menengah atas Menengah atas Menengah atas

- Reduksi shortfall tahunan (2009 - 2010) 1,78

Berdasarkan tingkatan kriteria yang telah ditetapkan oleh UNDP, maka dapat dilihat bahwa pembangunan manusia di Kabupaten Penajam Paser Utara yang berlangsung selama periode 2006 – 2010 tidak mengalami perubahan yang cukup berarti yaitu selalu berada pada

(81)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Salah satu faktor yang menyebabkan tidak terjadinya penurunan kehadiran siswa di sekolah adalah adanya program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Program BOS bidang pendidikan mengkompensasi pemotongan anggaran pendidikan, dan bertujuan untuk melindungi golongan miskin melalui pemberian subsidi tambahan. Dukungan ini diberikan dalam bentuk paket hibah yang diberikan kepada sekolah di wilayah-wilayah yang paling miskin, yang diberikan bersamaan dengan program beasiswa yang diberikan langsung pada murid-murid yang

(82)

membantu orang tua untuk tetap menyekolahkan anaknya, terutama di sekolah menengah pertama, tingkat yang paling rawan di mana siswa sangat mudah untuk ditarik ke luar dari sekolah untuk bekerja.

Salah satu unsur penting yang menentukan keberhasilan pembangunan bidang kesehatan adalah ketersediaan fasilitas kesehatan. Dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan yang cukup memadai akan sangat mendukung pelayanan kesehatan masyarakat. Berbagai indikator kesehatan dasar menunjukkan bahwa keadaan kesehatan penduduk Kabupaten Penajam Paser Utara pada tahun 2010 lebih baik dibandingkan keadaan tahun-tahun sebelumnya (tahun 2006 – 2010). Derajat kesehatan masyarakat suatu daerah dapat diukur dengan menggunakan indikator Angka Harapan Hidup (AHH).

(83)

Perubahan mendasar dalam struktur ketenagakerjaan pada masa lima tahun terakhir adalah terjadinya peningkatan yang cukup besar pada penduduk yang bekerja di sektor informal yang pada tahun 2006 berjumlah 48,72 persen kemudian pada tahun 2010 naik menjadi 56,38 persen. Pembangunan yang sedang berlangsung telah banyak menambah kesempatan kerja di sektor informal sehingga menyebabkan terjadinya penurunan kesempatan kerja di sektor formal.

Perkembangan paling cepat dari indikator pembangunan manusia adalah pengeluaran riil perkapita yang telah disesuaikan dan yang paling lambat adalah indikator angka melek huruf penduduk dewasa (usia di atas 15 tahun). Perubahan indikator pendidikan tidak sebesar pengeluaran riil perkapita kemungkinan berkaitan dengan

(84)

Pemanfaatan prasarana pendidikan yang belum maksimal serta pengaruh keadaan ekonomi yang memaksa sebagian masyarakat kurang mampu menunda anak mereka melanjutkan sekolah. Kendati angka perubahan indikator pendidikan belum besar namun secara umum angka pencapaian pendidikan pada tahun 2010 cukup tinggi.

Berdasarkan tingkatan kriteria yang telah ditetapkan oleh UNDP, maka dapat dilihat bahwa pembangunan manusia di Kabupaten Penajam Paser Utara yang berlangsung selama periode 2006 – 2010 tidak mengalami perubahan yang cukup berarti yaitu berada pada tingkatan menengah atas.

4.2 Saran

Undang – Undang Nomor 32 tahun 2004 dan

(85)

daerah, memberikan keleluasaan dan kewenangan yang lebih kepada pemerintah daerah untuk mengatur daerahnya masing-masing termasuk di dalamnya adalah keleluasaan dan kewenangan pembelanjaan. Kesempatan ini diberikan kepada DPRD baik di tingkat propinsi maupun di tingkat kabupaten/kota.

Upaya desentralisasi yang dilakukan belakangan ini telah membangkitkan kekhawatiran bahwa pemerintah daerah akan mengabaikan pembangunan sosial jangka panjang karena mereka cenderung untuk mengarahkan perhatian pada kegiatan ekonomi jangka pendek yang menghasilkan uang. Oleh karenanya, pemanfaatan konsep pembangunan manusia sebagai alat advokasi bagi pembangunan daerah yang berkelanjutan akan menjadi sangat penting.

(86)

Salah satu cara untuk menjamin bahwa desentralisasi akan berjalan untuk kepentingan semua rakyat adalah dengan membuat kesepakatan sosial baru (new social

compact) : suatu kesepakatan bahwa semua warga negara

Indonesia berhak atas suatu standar pembangunan manusia yang menjadi kesepakatan nasional. Mereka berhak untuk bisa membaca dan menulis, misalnya, untuk hidup sehat, untuk bisa mendapat penghasilan yang layak, dan untuk mendapat rumah yang memadai.

Konsep pembangunan manusia mempunyai cakupan yang sangat luas melingkupi hampir seluruh aspek kehidupan manusia mulai dari kebebasan untuk menyatakan pendapat, untuk mencapai kesetaraan jender, untuk memperoleh pekerjaan, untuk menjaga gizi anak, untuk bisa membaca dan menulis. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di lain pihak mempunyai cakupan yang lebih

(87)

sempit. Meskipun IPM mencoba untuk mengukur tingkat pembangunan manusia, indeks ini hanya mampu mengukur sebagian saja. Hal ini disebabkan karena berbagai aspek seperti tingkat partisipasi masyarakat atau kesehatan mental sangat sulit untuk diukur atau dikumpulkan datanya.

Oleh karenanya daerah harus lebih memfokuskan diri pada konsep pembangunan manusia secara luas serta penerapan prinsip-prinsip utamanya, daripada hanya memfokuskan pada indeks semata. Artinya, dalam setiap aspek pekerjaannya, pejabat dan pegawai daerah harus mengutamakan manusianya dengan meletakkan manusia bukan sebagai alat pembangunan tetapi sebagai tujuan utama dari pembangunan. Misalnya, daripada meningkatkan pendidikan dan menjaga kesehatan masyarakat hanya untuk menyediakan tenaga kerja yang

(88)

selayaknya pejabat dan pegawai daerah membantu masyarakat di daerahnya untuk menjalankan kehidupan yang lebih berarti dan memuaskan. Oleh karena itu, semua kegiatan mulai dari pembangunan jalan atau pemberian lisensi penambangan, atau pembangunan fasilitas kesehatan baru harus bertujuan untuk memperluas kesempatan dan pilihan yang dimiliki masyarakat secara merata dan berkelanjutan.

Pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi, tetapi tidak anti pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi bukanlah tujuan akhir. Pertumbuhan ekonomi adalah alat untuk mencapai tujuan akhir, yaitu memperluas pilihan – pilihan bagi manusia. Dalam jangka pendek, dengan pengeluaran publik yang teratur, suatu daerah dapat mencapai kemajuan yang

(89)

signifikan dalam pembangunan manusia, meskipun tanpa adanya pertumbuhan ekonomi yang cukup berarti. Meskipun demikian, adalah salah untuk menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak mempunyai arti penting bagi pembangunan manusia. Dalam jangka panjang tidak akan ada kemajuan yang berkelanjutan tanpa adanya pertumbuhan ekonomi.

Perhatian pembangunan manusia tidak hanya terfokus pada laju pertumbuhan ekonomi tetapi juga pada aspek pendistribusiannya. Jadi bukan hanya masalah berapa besar pertumbuhan ekonomi, tetapi pertumbuhan yang seperti apa. Perhatian harus lebih ditujukan pada struktur dan kualitas dari pertumbuhan untuk menjamin bahwa pertumbuhan diarahkan untuk mendukung perbaikan kesejahteraan manusia baik bagi generasi sekarang maupun

Gambar

Tabel 2.1 Nilai Ekstrim Komponen Indeks Pembangunan  Manusia (IPM) yang Digunakan Dalam Penghitungan
Tabel 3.2.1 Angka Partisipasi Kasar (APK)  Kabupaten Penajam Paser Utara
Tabel 3.2.2 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas  Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan  Di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010
Tabel 3.3  Indikator Kesehatan Masyarakat   Kabupaten Penajam Paser Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain mengunakan teknik observasi dan wawancara peneliti menggunakan teknik studi kepustakaan atau studi dokumentasi untuk membantu mendapatkan kelengkapan data

Pengunduran beliau daripada jawatan utama negara tersebut menjadi polemik untuk perlantikan Perdana Menteri yang baharu kepada Sweden yang akan ditentukan oleh Speaker

Perubahan tegangan jala-jala terhadap motor induksi tiga fasa didalam tulisan ini dilakukan dengan simulasi menggunakan program matlab, hasil dari simulasi ini akan dianalisa

Tanah yang digunakan untuk menutup lubang bekas penambangan pada TS 1.44 Mapur PT Timah (Persero) Tbk, berasal dari pekerjaan stripping (pengupasan tanah atas),

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengembangan Bahan Ajar Berbasis

Untuk menemukan asesmen alternatif didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) evaluasi hendaknya berbasis unjuk kerja sehingga selain memanfaatkan penilaian

Dalam pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam tindak pidana penganiayaan rumusan deliknya dititik beratkan terhadap akibat yang dialami oleh korban yang dilakukan oleh

Menyebabkan pelanggan potensial tidak dapat menilai suatu jasa sebelum mengkosumsinya. Ini menyebabkan resiko yang dipersepsikan konsumen dalam keputusan pembelian