• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS POLA PERGERAKAN HARGA KOMODITI OLEIN DI PASAR FISIK JAKARTA DAN PASAR FISIK ROTTERDAM. Oleh : KEMAS IBRAHIM A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS POLA PERGERAKAN HARGA KOMODITI OLEIN DI PASAR FISIK JAKARTA DAN PASAR FISIK ROTTERDAM. Oleh : KEMAS IBRAHIM A"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POLA PERGERAKAN HARGA KOMODITI OLEIN

DI PASAR FISIK JAKARTA DAN

PASAR FISIK ROTTERDAM

Oleh : KEMAS IBRAHIM

A14105566

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(2)

RINGKASAN

Kemas Ibrahim. Analisis Pola Pergerakan Harga Komoditi Olein Di pasar Fisik Jakarta Dan Pasar Fisik Rottedam. (Di bawah Bimbingan Ratna Winandi Asmarantaka)

Ketidakpastian akan harga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan pasar (Market Failure) sehingga menyebabkan pasar terdistorsi dan output ekonomi tidak tercapai secara optimal. Harga komoditi Olein yang terjadi di pasar fisik ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran terhadap komoditas tersebut dipasaran internasional dan domestik. Pergerakan harga olein terkait erat dengan pergerakan harga CPO, karena olein sendiri sebagai minyak turunan dari CPO. Pergerakan harga CPO dipasar internasional ditransmisikan kepada pasar domestik melalui mekanisme pasar dan pada umumnya harga CPO dan olein dipasar domestik searah dengan perkembangan harga olein dan CPO dipasar internasional.

Pada saat ini harga Olein yang terjadi fluktuatif dan cenderung meningkat, perubahan begitu cepat dan gejolak harga yang terjadi begitu tajam sehingga sulit untuk diprediksikan. Harga sendiri merupakan faktor diluar kontrol dari manajemen dan dampaknya bersifat sistematik yang mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan., ketidakpastian dalam perkembangan harga atau yang biasa disebut dengan resiko harga ini akan menyulitkan para pelaku ekonomi, baik domestik maupun internasional, dalam upaya melakukan perencanaan kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi, yang pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.

Keberhasilan dibidang bisnis dan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan mengatasi segala resiko untuk merespon ketidakpastian, maka dari itu diperlukan perhitungan pergerakan pola data dan meramalkan apa yang akan terjadi dimasa mendatang. Adanya perhitungan mengenai pola pergerakan harga akan dapat memprediksikan kedepannya dengan baik. Hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar bahan pertimbangan didalam melakukan pengambilan kebijakan dan pembuatan perencanaan untuk mengambil langkah langkah strategi yang menguntungkan, menyediakan rencana alternatif yang dapat digunakan dengan cepat dan mudah ketika dibutuhkan, meminimalkan resiko akan harga, memilih pasar yang akan dituju sebagai tempat penjualan, juga sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi. meningkatkan kecepatan perusahaan untuk merespon peristiwa yang tidak pasti, ini berarti, perusahaan dapat mengurangi biaya-biaya untuk merespon keadaan yang kurang baik dan dapat dengan cepat beraksi untuk mengambil keuntungan dari peluang yang tidak terduga

Kemampuan memahami perubahan harga dengan baik membutuhkan pendekatan yang tepat yang tercermin dalam Metode Peramalan yang dipilih. Oleh karena itu akan di lakukan pengujian penerapan berbagai metode peramalan, serta memilih metode peramalan terakurat yang mampu menjelaskan karakteristik pola pergerakan harga yang terjadi secara aktualnya. Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :1). Mengidentifikasi pola pergerakan data harga Minyak Olein dan mencari metode peramalan yang sesuai dengan karakter pola data harga yang

(3)

terjadi pada pasar fisik Jakarta maupun pasar fisik Rotterdam.2). Mendapatkan Model peramalan terbaik dan meramalkan harga Olein di pasar fisik Jakarta dan pasar fisik Rotterdam untuk dua bulan kedepan dalam mingguan. 3). Dampak dan Kebijakan dari hasil ramalan harga kedepan yang dihasilkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil plot data harga rata-rata mingguan Olein pada pasar fisik Rotterdam dan pasar fisik Jakarta Plot yang dilakukan menunjukkan pola pergerakan harga yang acak tidak berpola.Ini menunjukkan data historis tidak terpola sehingga harga kedepan masih sulit untuk dipredikasikan dengan baik dan memberikan peluang ketidak pastian yang sangat tinggi. Pola data yang terjadi terdapat tiga periode pola harga. pembagian periode pola harga ini berdasarkan unsur pola data yang terjadi yaitu: pola data stasioner dan pola tren yang naik dan tren yang berbalik arah serta memiliki pola musiman. Pembagian tiga periode demikian membantu memudahkan untuk memahami fenomena yang menyebabkan pola tersebut berlangsung. Pada periode minggu pertama hingga periode 78 atau minggu pertama bulan pertama januari 2005 hingga minggu keempat bulan juni 2006 plot data menunjukkan pola yang stasioner. Memasuki periode minggu 79 hingga minggu166 atau minggu pertama semester dua bulan juli 2006 hingga minggu keempat Maret 2008 terjadi tren kenaikan harga yang sangat tinggi. Pada periode minggu 167 hingga minggu ke 189 atau minggu pertama juni 2008 hingga minggu kedua Agustus 2008 pola data harga mengalami tren penurunan.

Berdasarkan karakteristik masing-masing pola data harga rata-rata mingguan untuk komoditi Olein pada pasar fisik Rotterdam model yang cocok untuk menjelaskan keragaman data dan meramalkan harga delapan periode kedepan dengan tingkat eror yang rendah adalah model Winters Brown Multiflikatif dengan MAPE sebesar 4,7. Artinya 95.3 persen model tersebut mampu menjelaskan keragaman pola data aktual yang terjadi. Harga Olein untuk pasar Fisik Jakarta juga dengan model yang sama yaitu Winters Brown multiflikatif dan nilai mape sebesar.4. Arrtinya 96 persen model tersebut mampu menjelaskan keragaman pola data aktual yang terjadi. Winter Brown memberikan bobot terbesar pada data observasi terbaru dengan mempertimbangkan data musiman dan bobotnya turun secara ekponensial dengan semangkin lamanya data atau observasi. dengan kata lain observasi terbaru menjadi sangat penting dan semangkin lama menjadi tidak penting.

Hasil peramalan delapan periode kedepan bahwa harga Olein pada pasar fisik Rotterdam maupun Jakarta kedepan cenderung menurun yang sangat tajam. Turunnya harga Olein akan memberikan berita baik bagi konsumen minyak goreng didalam negeri menjadi murah dan memberikan dampak yang buruk bagi industri kelapa sawit di Indonesia. Dimana akan terjadi penurunan nilai ekspor sehingga menurunkan nilai penerimaan devisa bagi Negara, penurunan marjin keuntungan bagi produsen olein dan eksportir olein, penurunan nilai harga saham dipasar modal serta pembelian harga tandan buah segar ditingkat petani juga menjadi murah.

Turunnya harga akibat dari permintaan menurun atau mengalami kelesuan, maka beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mendorong permintaan dan upaya untuk menghindari resiko, mengalihkan atau meminimalisir kerugian, upaya tersebut diantaranya: pemerintah menggalakkan pemakaian bahan bakar nabati (BBN), melakukan penyesuaian pungutan ekspor (PE), membuka pasar baru

(4)

dengan mencari pasar ekspor kenegara-negara lainnya yang belum dimasuki. Upaya lain adalah deversifikasi pengolahan atau pengembangan pada industri hilir, memanfaatkan fasilitas bursa berjangka untuk melakukan lindung nilai harga, melakukan efisiensi di dalam berproduksi, petani memperkuat kelembagaan usaha taninya dan pemerintah memberikan kebijakan pembelian harga TBS yang memihak ke petani.

(5)

ANALISIS POLA PERGERAKAN HARGA KOMODITI OLEIN

DI PASAR FISIK JAKARTA DAN

PASAR FISIK ROTTERDAM

Oleh: Kemas Ibrahim

A14105566

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(6)

Judul : Analisis Pola Pergerakan Harga Komoditi Olein Pada Pasar Fisik Jakarta dan Pasar Fisik Rotterdam

Nama : Kemas Ibrahim

NRP : A 14105566

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Ratna Winandi, MS NIP : 130687506

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP : 131 124 019

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS POLA PERGERKAN HARGA KOMODITI OLEIN PADA PASAR FISIK JAKARTA DAN PASAR FISIK ROTTERDAM” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

BOGOR, JANUARI 2009

KEMAS IBRAHIM A 14105566

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Palembang, Sumatera Selatan pada tanggal 23 Oktober 1982, sebagai anak keempat dari tujuh bersaudara. Putra dari pasangan Bapak Muhammad Nasir dan Ibu Masayu Mariyam

Penulis memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri 3I Tanjung Pandan, Belitung pada tahun 1988 dan lulus pada tahun 1994. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 46 Palembang hingga tahun 1997. Sekolah Menengah Umum kejuruan pada Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri Sembawa, Palembang dengan jurusan Hortikultura ditempuh penulis sejak tahun 1997 hingga tahun 2000 dan pada tahun yang sama penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi program diploma III Teknologi Benih, fakultas Pertanian IPB dan lulus pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan kembali studi pada pendidikan strata satu (S1) Program Ekstensi Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2005 hingga tahun 2008.

Semasa kuliah, penulis aktif pada beberapa organisasi kampus, antara lain sebagai ketua sekretariat Badan Koordinasi Mahasiswa Diploma Perbenihan (BKMDP), Club Pencinta Alam Warnacaraka, Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron),Club Hortikultura, Badan Kerohanian Islam Mahasiswa (BKIM), Koprasi Mahasiswa (KOPMA), Staf Divisi Sosial Kemasyarakatan, Departemen Pertanian BEM KM IPB, L-SIMA (lembaga Studi Islam Mahasiswa Agribisnis), club BuluTangkis X10c. serta mengikuti pelatihan-pelatihan dan seminar-seminar yang diadakan dilingkungan kampus.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu tercurahkan kepada sang Khalik pencipta alam beserta isinya, Allah SWT atas kebesaran dan limpahan rahmat serta hidayah-Nya, shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikannya penyusunan skripsi yang berjudul “ Analisis Pola Pergerakan Harga Komoditi Olein Pada Pasar Fisik Jakarta dan Pasar Fisik Rotterdam.” Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan sarjana pertanian pada Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Keberhasilan dibidang bisnis dan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan mengatasi segala resiko untuk merespon ketidakpastian, maka dari itu diperlukan perhitungan pergerakan pola data dan meramalkan apa yang akan terjadi dimasa mendatang. Adanya perhitungan mengenai pola pergerakan harga akan dapat memprediksikan kedepannya dengan baik. Hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar bahan pertimbangan didalam melakukan pengambilan kebijakan dan pembuatan perencanaan untuk mengambil langkah langkah strategi yang menguntungkan, menyediakan rencana alternatif yang dapat digunakan dengan cepat dan mudah ketika dibutuhkan, perusahaan dapat mengurangi biaya-biaya untuk merespon keadaan yang kurang baik dan dapat dengan cepat beraksi untuk mengambil keuntungan dari peluang yang tidak terduga

Upaya memberikan yang terbaik telah dilakukan secara optimal dalam penyusunan skripsi ini, namun seperti pepatah bilang “tak ada gading yang tak retak”. Akhirnya penulis hanya berharap semoga skripsi ini menjadi karya yang bermanfaat bagi penelitian selanjutnya dan bagi pembaca pada umumnya. Wassalamu’alaikum.

Bogor, Desember 2008

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, diawali dengan ucapan syukur kepada Allah SWT penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Kedua orang tua, Ayah dan Ibu serta kakak-kakak dan adik-adikku yang tercinta yang senantiasa memberikan curahan kasih sayang, do’a dan dukungan moril dan materil yang besar

2. Dr.Ir. Ratna Winandi, Ms selaku dosen pembimbing yang telah bersedia mengorbankan waktunya dalam memberikan arahan, masukan evaluasi dan juga nasehat-nasehat untuk pembentukan keperibadian yang lebih baik lagi.

3. Ir. Harmini, Ms selaku dosen evaluator kolokium yang banyak memberikan masukan dalam perencanaan skripsi

4. Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS. selaku dosen penguji utama yang telah memberikan banyak masukan yang berarti bagi penyempurnaan skripsi ini.

5. Etriya, SP. selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan saran dan masukan untuk penyempurnaan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Retno P Manuputty (BBJ), Bak Yetty (Bapebti), Pak Sunarto (Dirjenbun), Ibu Widi dan Pak Bambang (LRPI), Mbak firda (Depdag) yang telah memberikan segenap informasi, buku dan fasilitas perpustakaannya kepada penulis.

(11)

8. Seluruh saudaraku “ Markas Syabab” Mas Bobi, Dendi suganda, Iwan Sunandar

Artar, Helmi, Toufik endut, Rocky, Henson, Een atas Motivasi dan do’anya. Thak

u very much.

9. Temen-temen basecamp Pioneer, tempat kumpul, forum diskusi dan penyelesain tugas2, ngaji, buat program kegiatan, tempat nyatai dan bermain anak ekstensi dengan tuan rumah; Arif, Ubay, Jam’an, Sudar, Fajar, Riyan, Wawan, Aris dan temen sering kumpul bareng, curhat-curhatan; Darlin, Bona, Restu, Ali, Riki, Encep, Timbul, Rudy, Baban, Ende, Nora, Dewi, Siska dan masih bayak yang tak tersebutkan sebagai tempat tercipta keakraban dan persahabatan yang menyenangan dan merefresh kembali

10. Temen-temenku jauh dimana-mana, Rahmat, Erwin fahri, Sudarlin, wulan, supri, agus salim, eka ,ina dan konco-konco Palembang; Iwan, dendi, dwik Andri purna, trima kasih tetep memberikan pengawasan dan perhatianya

11. Yang memberikan semangat dan mimpi baru dalam hidupku Betaria Septiriana trimakasih atas kunjungannya ke Bogor yang hanya untuk menemuiku.

12. Temen-temen Seperjuangan ektensi Eko, Akbar, Capung, Aris. Terimakasih atas penginapan gratis di Darmaga.

13. Temen-temen kost peraliahan Baitul insan; Afif, Munawar, Novan, Boy, Edi, Alex, Doni dan Dapi, trimakasih atas dukungan, dorongan dan kepeduliannya. 14. Temen-temen Inero Club Bulutangkis: Heru, Ipur, Darma, Wawan, Deri, Iyan

(12)

15. Teman-teman Ekstensi’13 dan14 Phasing out serta program baru trimakasih atas kedatangan undangannya dalam kolokium dan seminar yang masih pagi

16. Bapak dan Ibu Dosen ektensi Manajemen Agribisnis, yang telah memberi bekal dan mendidik penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan.

17. Seluruh Staf dan Karyawan di program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis (Khususnya Mbak liska, Mbak Maya, Mbak Nur, Mbak Rahmi, Mas Aji dan Mas Agus), Departemen (Ibu Ida dan pak Yusuf), Fakultas dan Rektorat, trimakasih yang telah memberikan bantuan pelayanan kegiatan akademis.

Semoga segala amal kebaikan yang telah dilakukan menjadi hitungan ibadah dan hanya Allah SWT yang dapat menilai dan membalas semuanya, Amin.

Bogor, Januari 2008

(13)

DAFTAR ISI

HAL.

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 4 1.3. Tujuan Penelitian ... 7 1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umur Produktif Kelapa Sawit ... 9

2.2. Pengolahan kelapa sawit menjadi olein ... 9

2.3. Kantor Pemasaran Bersama (KPB)... 11

2.4. Pasar Berjangka dan Pasar Fisik ... 12

2.5. Lindung Nilai ... 14

2.6. Peramalan ... 15

2.7. Penelitian Terdahulu ... 15

2.8. perbedaan dengan penelitian Terdahulu ... 17

. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis... 18

3.1.1. Harga ... 18

3.1.2. Mekanisme Pasar ... 18

3.1.3. Permintaan ... 18

3.1.4. Penawaran ... 21

3.1.5. Keseimbangan Pasar ... 25

3.1.5.1. Perubahan Titik Keseimbangan Pasar ... 25

3.1.6. Perdagangan Internasional ... 27

3.1.7. Intervensi Pemerintah ... 29

3.1.8. Analisi Teknikal ... 31

3.1.9. Peramalan ... 32

(14)

3.1.11. Pola data ... 34

3.1.12. Teknik peramalan Kuantitatif... 37

3.1.13. Pemilihan Teknik Peramalan ... 39

3.2. Kerangka pemikiran Operasional ... 40

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Dan Sumber Data ... 43

4.2. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 43

4.3. Identifikasi pola harga Olein ... 44

4.4. Penerapan Model peramalan ... 45

4.4.1.Model Trend ... 45

4.4.2.Model Naive ... 45

4.4.3.Model perataan ... 47

1. Model rata-rata sederhana ... 47

2. Rata-rata Bergerak Sederhana ... 47

4.4.4.Model Pemulusan (Smoothing) ... 48

1. Pemulusan Winters Aditif ... 48

2. pemulusan Winters Multiflikatif ... 49

4.4.5.Model Dekomposisi ... 50

1. Model Aditif ... 50

2. Model Multiflikatif ... 50

4.5.5.Model ARIMA ... 51

4.5. Pemilihan Model Peramalan Terbaik ... 58

4.6. Definisi Operasional ... 59

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Permintaan dan Penawaran Minyak Sawit Indonesia ... 60

5.1.1. Luas Areal,Penyebaran da Produktivitas ... 60

5.1.2. Konsumsi ... 62

5.1.3. Ekspor ... 62

5.1.4. Kebijakan Perdagangan ... 64

5.2. Permintaan dan Penawaran Minyak Sawit Dunia ... 65

5.2.1. Negara Produsen dan Eksportir Utama ... 65

5.3. Prospek Pengembangan Kelapa Sawit ... 68

VI. PERGERAKAN POLA DAN PERAMALAN HARGA OLEIN DIPASAR FISIK ROTTERDAM DAN JAKARTA 6.1. Harga Olein di Pasar Fisik Rotterdam ... 69

6.1.1. Identifikasi Pola Data ... 69

6.1.2. Penerapan Teknik Peramalan Time Series ... 72

6.1.3. Pemilihan teknik Peramalan Kuantitatif Terbaik... 73

6.2. Harga Olein di Pasar Fisik Jakarta ... 74

6.2.1. Identifikasi Pola Data ... 74

6.2.2. Penerapan Teknik Peramalan Time Series ... 77

6.2.3. Pemilihan teknik Peramalan Kuantitatif Terbaik... 79

(15)

6.3.1. Hasil Peramalan ... 80

6.3.2. Dampak Dari Penurunan Harga ... 82

VII. KEBIJAKAN KECENDERUNGAN PENURUNAN HARGA 7.1. Kebijakan Turunnya Harga ... 84

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan... ... 88 8.2. Saran ... 89 DAFTAR PUSTAKA ... 90 LAMPIRAN ... 93 DAFTAR TABEL Nomor Halaman      1. Produksi CPO dan Produk Turunannya di Dunia ... 2

2. Ekspor CPO dan Produk Turunannya dari Indonesia (dalam Ribu Metrik Ton) ... 3

3. Perubahan Kebijakan Penetapan PE dan HPE Tahun 2007 dan 2008 ... 6

4. Pasar Internasional Hasil Perkebunan Kelapa Sawit Tahun 2008 ... 11

5. Pasar Nasional Hasil Perkebunan Kelapa Sawit Tahun 2008 ... 12

6. Pola ACF dan PACF Model ARIMA ... 57

7. Keseimbangan Permintaan dan Penawaran Minyak Sawit Indonesia Tahun 2000-2006 Dalam (000 Ton) ... 60

8. Perkembangan Volume Ekspor Minyak CPO dan Produk Turunannya, Th. 2000-2006 Dalam (000 ton) ... 63

9. Perkembangan Perubahan PE dan HPE Untuk Tahun 2007 Hingga 2008 65 10. Keseimbangan Permintaan dan Penawaran Minyak Sawit Dunia, Tahun 2000-2006 ... 66

(16)

12. Negara Eksportir Utama Minyak Sawit Dunia ... 68

13. Statistik Periode-Periode Unsur Pola data Harga Olein Rotterdam ... 72

14. Perbandingan Hasil Penerapan Model Peramalan ... 73

15. Statistik periode-periode unsur pola data harga Olein Jakarta ... 77

16. Perbandingan hasil penerapan Model Peramalan ... 80

17. Hasil Peramalan Harga Delapan Periode Kedepan ... 81

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Bagan Proses Penyulingan Minyak Kelapa Sawit ... 10

2. Kurva Penawaran ... 20

3. Pergeseran dan Pergerakan Kurva Penawaran ... 21

4. Kurva Primary dan Derived Demand ... 22

5. Pergeseran dan Pergerakan Kurva Permintaan ... 25

6. Perubahan Keseimbangan Pasar (a) ... 26

7. perubahan Keseimbangan Pasar (b) ... 26

8. Perubahan Keseimbangan Pasar (c) ... 27

9. Kurva Perdagangan Internasional ... 28

10. Dampak Pengenaan Pajak Ekspor ... 30

(17)

12. Bagan alur kerangka Operasional ... 41

13. Tahapan dalam Model Box Jenkins ... 55

14. Luas Areal Produksi Kelapa Sawit Indonesia, Tahun 2000- 2006 ... 61

15. Penyebaran Arel Produksi Kelapa Sawit Indonesia Tahun 2006 ... 61

16. Ekspor CPO Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan Tahun 2006 ... 63

17. Ekspor Other Palm Oil Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan Tahun 2006 ... 64

18. Grafik Plot data Harga rata-rata mingguan komoditi Olein Pada Pasar fisik Rotterdam, periode Januari 2005 s/d Minggu kedua Agustus 2008 ... 70

19. Grafik Plot data Harga rata-rata mingguan komoditi Olein Pada Pasar fisik Jakarta, periode Januari 2005 s/d Minggu kedua Agustus 2008 ... 75

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Data Harga Rata-rata Mingguan Olein Pada Pasar Fisik Rotterdam dan Jakarta ... 94

2. Sambungan Data Harga Rata-rata Mingguan Olein Pada Pasar Fisik Rotterdam dan Jakarta 1. ... 95

3. Hasil Estimasi Penerapan Model Olein Rotterdam ... 96

4. Hasil Estimasi Penerapan Model Harga Olein Jakarta ... 97

(18)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan utama sumber minyak nabati yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan bagi jutaan keluarga petani, sumber devisa Negara, penyedia lapangan kerja, pemicu dan pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru, kelapa sawit juga berperan mendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilir berbasis minyak kelapa sawit di Indonesia

Di antara berbagai jenis tanaman penghasil minyak nabati, kelapa sawit merupakan tanaman dengan produksi minyak tertinggi. Pangsa produksi minyak

(19)

sawit terhadap minyak nabati dan lemak dunia dari tahun ketahun meningkat yaitu 16 persen (13,69 juta ton) pada tahun 1993 menjadi 25 persen (37,16 juta ton ) pada tahun 2006. Nilai ini jauh lebih tinggi bila dibadingkan dengan minyak nabati lainnya (minyak kedelai, minyak matahari, minyak repesed minyak kelapa) (IPOC,2006). Negara konsumen minyak sawit terbesar di dunia adalah China (5,44 juta ton), India sebesar 3,07 juta ton, pakistan 1,55 juta, mesir 0,60 juta ton sisanya negara lainnya (Oil word, 2006). Negara produsen terbesar adalah Indonesia dan Malaysia memasok 85 persen minyak sawit dunia sisanya Nigeria, Thailand dan Kolombia, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Permintaan minyak sawit meningkat untuk kebutuhan pangan, kebutuhan industri non pangan (oleochemical) dan sumber energi. Indonesia sebagai Negara yang memiliki ketersediaan lahan berkeinginan menjadi negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Luas areal perkebunan pada tahun 2006 sebesar 6,07 juta ha yang terdiri dari kebun rakyat (2,6 juta ha), kebun pemerintah (0,69 juta ha) dan perkebunan swasta (2,7 juta ha) dan terus terjadi peningkatan dengan laju pertumbuhan nasional 12,5 persen per tahun (BPS,2006).

Tabel 1. Produksi CPO dan Produk Turunannya di Dunia

Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Malaysia Produksi (Juta Ton) 11.80 11.91 13.35 13.98 14.96 15.88

Prosentase (%) 48.54 46.41 47.56 45.60 44.76 42.7 Pertumbuhan (%) 8.86 0.93 12.09 4.72 7.01 6.14 Indonesia Produksi (Juta Ton) 8.40 9.62 10.44 12.23 13.92 16.08

Prosentase (%) 34.55 37.49 37.19 39.89 41.6 43.2 Pertumbuhan (%) 20.00 14.52 8.52 17.15 12.14 22.6 Lainnya Produksi (Juta Ton) 4.11 4.13 4.28 4.45 4.54 5.20

(20)

Prosentase (%) 16.91 16.10 15.25 14.51 13.58 13.99 Pertumbuhan (%) 3.01 0.49 3.63 3.97 2.02 14.5 Dunia Produksi (Juta Ton) 24.31 25.66 28.07 30.66 33.42 37.16

Prosentase (%) 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Pertumbuhan (%) 11.36 5.55 9.39 9.23 9.00 11,1

Sumber: BPS, 2006

Produksi minyak kelapa sawit Indonesia yang dihasilkan pada tahun 2006 sebesar 16 juta ton, hal ini menunjukkan dari segi produksi minyak sawit sudah melampaui Malaysia yang hanya 15,8 juta ton, namun dari besaran ekspornya masih di bawah Malaysia, dengan volume ekspor (14,4 juta ton dan Indonesia baru 12,5 juta ton (BPS,2006), Diperkirakan pada tahun 2008 dengan produksi nasional diatas 18 juta ton, dengan ini produksi dan ekspor Indonesia mampu melampaui Malaysia dikarenakan Indonesia melakukan perluasan areal perkebunan,(Derektorat Jendral perkebunan, 2007).

Ekspor Crude Palm Oil (CPO) dan produk turunannya pada tahun 2006 mencapai 12,1 juta ton. Angka tersebut terdiri dari 5,2 juta ton berupa CPO dan 6,9 juta ton berupa produk turunannya. Salah satu produk turunanya adalah Refined

Bleached Deodorized (RBD olein) sebesar 4 juta ton (Gapki, 2007). Ekspor CPO

Indonesia terbanyak ditujukan ke India (1,89 juta ton), Belanda (830 ribu ton), Malaysia (470 ribu ton), dan China (310 ribu ton). Sedangkan ekspor produk turunan CPO terbanyak ditujukan ke China (1,45 juta ton), India (590 ribu ton), Belanda (380 ribu ton) dan Malaysia (190 ribu ton). Sisanya dari 16 juta ton produksi nasional tersebut sebesar 3,8 juta ton dikonsumsi dalam negeri atau sekitar 23 persen dari produksi nasional tersebut. (BPS, 2006)

Tabel 2. Ekspor CPO dan Produk Turunannya dari Indonesia (dalam Ribu Metrik Ton)

(21)

Hasil Minyak sawit (CPO) dipisahkan menjadi minyak sawit padatan (Crude

stearin sebesar 20 persen dan minyak sawit cair (crude olein) sebesar 80 persen dan

hasil sampingan berupa asam lemak (fatty acid). Crude Olein merupakan bahan utama pembuatan minyak goreng menjadi RBD Olein, disamping itu dipakai sebagai bahan baku kosmetik , sabun, plastik dan farmasi.

Minyak goreng termasuk kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia. Sebagai salah satu kebutuhan pokok, minyak goreng yang merupakan salah satu produk turunan CPO menjadi komoditi yang sangat penting. Kenaikan harga minyak goreng akan langsung berpengaruh pada pengeluaran rumah tangga dan dampaknya akan semakin signifikan untuk masyarakat miskin ataupun industri kecil yang banyak menggunakan minyak goreng. Kenaikan harga minyak goreng juga berkaitan langsung dengan inflasi, indikator ekonomi makro yang selalu diwaspadai semua pihak.

Pergerakan harga Olein di pasar domestik sangat terkait erat dengan pergerakan harga Olein di pasar internasioanal, karena penetapan harga Olein di pasar domestik mengacu pada harga yang terbentuk di pasar komoditi Olein di pasar Rotterdam. Sehingga untuk mengkaji perilaku harga komoditi Olein yang terjadi pada pasar fisik Jakarta kita juga harus melihat perilaku harga yang terjadi di pasar Rotterdam sebagai pasar acuan harga Olein dalam negeri.

Tahun CPO

Produk Turunan CPO

Total Porsi CPO RBD Ole in RBD Pal m Oil RBD Stearine PFAD 2001 1,800 950 350 930 300 4,330 41.57% 2002 2,800 2,025 280 970 280 6,355 44.06% 2003 2,900 2,500 325 1,200 300 7,225 40.14% 2004 3,800 3,100 550 1,430 380 9,260 41.04% 2005 4,600 3,330 650 1,600 340 10,520 43.73% 2006 5,000 4,050 980 1,650 460 12,140 41.19% Sumber: GAPKI, 2007

(22)

1.2. Perumusan Masalah

Ketidakpastian akan harga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pasar terdistorsi dan output ekonomi tidak tercapai secara optimal. Harga komoditi Olein yang terjadi di pasar fisik ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran terhadap komoditas tersebut di pasaran Internasional dan domestik. Pergerakan harga olein terkait erat dengan pergerakan harga CPO, karena olein sendiri sebagai minyak turunan dari CPO. Pergerakan harga CPO di pasar Internasional ditransmisikan kepada pasar domestik melalui mekanisme pasar dan pada umumnya harga CPO dan olein di pasar domestik searah dengan perkembangan harga olein dan CPO di pasar Internasional.

Pada saat ini harga Olein yang terjadi fluktuatif dan cenderung meningkat, perubahan begitu cepat dan gejolak harga yang terjadi begitu tajam sehingga sulit untuk diprediksikan. Harga olein pada pertengahan Maret 2008 yang terjadi di pasar fisik Jakarta sebesar Rp 8.983,3/kg, sedangkan harga Olein (Crude Olein) yang terjadi pada pasar fisik Rotterdam sebesar US$ 1.054,3/MT harga ini merupakan harga FOB Malaysia jika dikonversi dengan nilai tukar rupiah pada saat itu sebesar Rp 9.100/$ maka harganya Rp 9.543/kg, lonjakan harga lebih-lebih terjadi pada harga minyak goreng eceran di pasaran domestik yang terjadi berkisar Rp 9.000 – Rp 15.000

Naiknya harga Olein ini akibat dari kenaikan harga komoditi CPO di pasar Internasional. Harga CPO yang terjadi pada pasar Internasional dengan pasar Malaysia sebagai pasar acuan saat ini sebesar RM 3.239,4/ton, pada pasar Rotterdam sebesar US$ 1.049,2/MT, sedangkan harga CPO pada pasar fisik dengan acuan pasar domestik belawan di Medan harga yang terjadi sebesar US$ 979,2/ton. Selisih yang terjadi antara harga CPO di pasar Internasional di Rotterdam dengan pasar domestik sebesar. Rp 757,4/kg, sedangkan selisih yang terjadi atara komoditi CPO dengan Olein sekitar Rp 200/kg, hal ini menunjukkan terjadi ketidak normalan harga untuk Olein itu sendiri, karena Olein merupakan produk olahan dari minyak CPO dimana di dalam proses pengolahannya diperlukan tambahan biaya. Harga normal biasanya

(23)

untuk Olein diatas harga CPO dengan besaran selisihmya berkisar antar Rp 200-Rp 700/kg.

Lonjakan harga terjadi pada komoditas sawit untuk Olein dan CPO beserta prodak turunannya yang lain sudah dimulai sejak pertengahan tahun 2007. Harga Olein rata-rata pada Januari 2007 sebesar Rp 5.911/kg untuk pasar domestik dan US$ 576,05/MT, sedangkan minyak goreng eceran yang terjadi pada pasar di Indonesia berkisar Rp 6.500-Rp 7.000/kg. Harga Olein rata-rata awal Semester dua (bulan Juni 2007) sebesar Rp 7.765/kg untuk pasar domestik dan US$ 784,9/MT untuk pasar Internasional, sedangkan minyak goreng eceran yang terjadi di pasar-pasar Indonesia diatas Rp 7.500-Rp 10.000/kg. Pada hal harga Olein sebelumnya pada semester kedua pada tahun 2006 hanya Rp 4.433,3/kg pada pada domestik dan US$ 441,0/MT pada pasar Internasional sedangkan harga minyak goreng eceran di pasaran berkisar Rp 4.500/kg-Rp 6.000/kg. Akibat ketidaknormalan ini produsen domestik cendrung untuk mengekspor CPO karena lebih menguntungkan sehingga industri minyak goreng dalam negeri tidak mendapatkan pasokan yang cukup untuk berproduksi, konsekuensinya konsumen menanggung harga yang cukup tinggi. Dari melambungnya harga CPO dan Olein tersebut.

Kenaikan harga minyak goreng yang demikian tinggi, peran pemerintah untuk melakukan pengendalian merupakan suatu keharusan. Kenaikan harga tersebut kini tidak hanya meresahkan masyarakat miskin dan industri kecil, tetapi sudah berimbas pada kenaikan harga-harga kebutuhan pokok lainnya. Jika ini tidak dikendalikan, dampak kenaikan harga minyak goreng dapat berkembang tidak hanya terbatas pada isu ekonomi, tetapi merambat ke masalah sosial dan politik.

Upaya-upaya kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk menstabilkan harga minyak goreng di dalam negeri diantaranya: penetapan pajak ekspor dan harga patokan ekspor, kebijakan wajib setor pasar domestik yaitu Domestic Obligation

market (DMO), operasi pasar, subsidi diberikan pada konsumen. Untuk penetapan

(24)

perubahan didalam kurun waktu satu tahun terakhir ini. Perubahan kebijakan yang terjadi dapat dilihat pada tabel.3.

Tabel 3. Perubahan Kebijakan Penetapan Pajak Ekspor (PE)dan Harga Patokan Ekspor Tahun 2007 Dan 2008

Sumber: Departemen perdagangan RI,2007-2008, data diolah.

Beberapa kali perubahan kibijakan Pajak Ekspor (PE) dan Harga Patokan Ekspor (HPE), perubahan harga yang begitu cepat di pasar Internasional dan terjadi ketidak normalan harga Cpo dengan minyak Olein sebagai minyak turunan telah menunjukkan adanya ketidakpastian akan harga yang akan datang semangkin besar dan tingkat risiko yang sangat tinggi. Harga merupakan faktor diluar kontrol dari manajemen dan dampaknya bersifat sistematik yang mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan., ketidakpastian dalam perkembangan harga atau yang biasa disebut dengan resiko harga ini akan menyulitkan para pelaku ekonomi, baik domestik maupun Internasional, dalam upaya melakukan perencanaan kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi, yang pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.

Keberhasilan di bidang bisnis dan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan mengatasi segala resiko dan merespon ketidakpastian, maka dari itu diperlukan perhitungan dan meramalkan apa yang akan terjadi dimasa mendatang

komoditi

Periode tahun 2007

PE HPE (US$)/MT PE HPE (US$)/MT jan feb mar apr mei jun juli agus

CPO 1,5 458 487 490 525 558 622 6,5 676 728

CrudeOlein 0,3 477 541 553 564 571 669 6,5 740 767

RBD olein 0,3 488 552 570 574 585 676 6,5 746 801

Periode tahun 2008

sep okt nov des PE (%) Feb (10) April (20) Juni(15% Juli(20) CPO 7,5 786 760 784 862 progres if 944 1196 1196 1144 CrudeOlein 7,5 786 763 814 892 983 1288 1288 1224 RBD olein 7,5 779 773 824 902 996 1303 1303 1261

(25)

sangat dibutuhkan. Adanya perhitungan akan harga dengan memprediksikan kedepannya dapat dijadikan sebagai dasar bahan pertimbangan didalam melakukan pengambilan kebijakan dan pembuatan perencanaan untuk mengambil langkah langkah strategi yang menguntungkan, menyediakan rencana alternatif yang dapat digunakan dengan cepat dan mudah ketika dibutuhkan, meminimalkan resiko akan harga, memilih pasar yang akan dituju sebagai tempat penjualan, juga sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi. meningkatkan kecepatan perusahaan untuk merespon peristiwa yang tidak pasti, ini berarti, perusahaan dapat mengurangi biaya-biaya untuk merespon keadaan yang kurang baik dan dapat dengan cepat beraksi untuk mengambil keuntungan dari peluang yang tidak terduga. Peramalan bisnis dan ekonomi dibutuhkan mengingat kondisinya sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang bersifat sangat dinamis dan tidak pasti( tidak deterministik).

Kemampuan memahami perubahan harga dengan baik membutuhkan pendekatan yang tepat yang tercermin dalam metode peramalan yang dipilih. Oleh karena itu akan di lakukan uji coba penerapan berbagai metode peramalan, serta memilih metode peramalan terakurat yang mampu menjelaskan karakteristik harga yang terjadi secara aktualnya

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi pola pergerakan data harga Minyak Olein dan mencari metode peramalan yang sesuai dengan karakter pola data harga yang terjadi pada pasar fisik jakarta maupun pasar fisik Rotterdam.

2. Mendapatkan Model peramalan terbaik dan meramalkan harga Olein di pasar fisik jakarta dan pasar fisik Rotterdam untuk dua bulan kedepan dalam mingguan

(26)

1.4. Manfaat Penelitian

Sebagai bahan pertimbangan didalam melakukan pengambilan kebijakan dan pembuatan perencanaan untuk mengambil langkah langkah strategi yang menguntungkan, menyediakan rencana alternatif yang dapat digunakan dengan cepat dan mudah ketika dibutuhkan, meminimalkan resiko akan harga, memilih pasar yang akan dituju sebagai tempat penjualan, juga sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi. meningkatkan kecepatan perusahaan untuk merespon peristiwa yang tidak pasti, ini berarti, perusahaan dapat mengurangi biaya-biaya untuk merespon keadaan yang kurang baik dan dapat dengan cepat beraksi untuk mengambil keuntungan dari peluang yang tidak terduga

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini, hanya menekankan kepada peramalan time series untuk melihat perilaku dari harga yang terjadi dalam rangka untuk meminimalkan resiko akan ketidakpastian harga pada masa yang akan datang. Untuk analisis kausalitas untuk melihat perilaku faktor-faktor yang mempengaruhi harga olein bukan menjadi bagian dari penelitian ini.

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umur Produktif Kelapa Sawit

Tanaman Kelapa Sawit secara umum waktu tumbuh rata-rata 20 – 25 tahun. Pada tiga tahun pertama disebut sebagai kelapa sawit muda, hal ini dikarenakan kelapa sawit tersebut belum menghasilkan buah. Kelapa sawit mulai berbuah pada usia empat sampai enam tahun. Dan pada usia tujuh sampai sepuluh tahun disebut sebagi periode matang (the mature periode), dimana pada periode tersebut mulai menghasilkan buah tandan segar (Fresh Fruit Bunch). Tanaman kelapa sawit pada usia sebelas sampai dua puluh tahun mulai mengalami penurunan produksi buah tandan segar. Dan terkadang pada usia 20 - 25 tahun tanaman kelapa sawit mati (Lubis, 1992).

2.2 Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi CPO, Olein dan Turunan Lainnya

Lubis (1992) Semua komponen buah sawit berdasarkan penelitian dapat dimanfaatkan secara maksimal. Buah sawit memiliki daging dan biji sawit (kernel), dimana daging sawit dapat diolah menjadi CPO (crude palm oil) sedangkan buah sawit diolah menjadi PK (kernel palm). Ekstraksi CPO rata-rata 20 persen sedangkan PK 2.5 persen. Sementara itu serat dan cangkang biji sawit dapat dipergunakan sebagai bahan bakar ketel uap.

Minyak sawit dapat dipergunakan untuk bahan makanan dan industri melalui proses penyulingan, penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPO (Refined,

(28)

Bleached and Deodorized Palm Oil). Disamping itu CPO dapat diuraikan untuk

produksi minyak sawit padat (RBD Stearin) dan untuk produksi minyak sawit cair (RBD Olein). RBD Olein terutama dipergunakan untuk pembuatan minyak goreng. Sedangkan RBD Stearin terutama dipergunakan untuk margarin dan shortening, disamping untuk bahan baku industri sabun dan deterjen. Pemisahan CPO dan PK dapat menghasilkan oleokimia dasar yang terdiri dari asam lemak dan gliserol. Secara keseluruhan proses penyulingan minyak sawit tersebut dapat menghasilkan 73 persen olein, 18 pesen stearin, 5 persen PFAD ( Palm Fatty Acid Distillate) dan 4% buangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.

RBDP olein (73 %)

Palm fatty Acid (5 %) RBD Stearin (18%) Kristalisasi (100%) Fraksinasi (100%)

Olein kasar Crude Olein (80%) Pembuangan lendir Pemucatan (bleaching) (80%) Crude Stearin (20%)

Minyak mentah (CPO) (100%)

(29)

Keterangan : Proses Penyulingan Kelapa Sawit Sumber : Lubis 1992

Gambar 1. Bagan Proses Penyulingan Minyak Kelapa Sawit

Pada gambar diatas yang menjadi objek penelitian ini adalah Crude Olein (minyak curah) dan Refine Blenched Deodorized Olein (RBD Olein) atau disebut sebagai minyak kemasan. Sedangkan CPO sebagai bahan bakunya tidak menjadi objek yang diteliti.

2.3 Kantor Pemasaran Bersama (KPB)

Minyak sawit adalah minyak nabati yang digunakan sebagai bahan mentah untuk bahan baku minyak goring. Minyak goreng termasuk sembilan bahan pokok, maka sejak semula pemasaran minyak sawit dalam negeri mendapat perhatian dari pemerintah untuk mengalokasikan CPO milik PTP Nusantara (perusahaan perkebunan negara) diserahkan kepada kantor Pemasaran Bersama (KPB). Kantor pemasaran bersama didirikan dengan tujuannya yaitu : Meningktkan efesiensi dan efektivitas pemasaran, meningkatkan posisi tawar (Barganing Position) maupun daya saing dipasar domestik dan pasar internasional, mencegah persaingan antar PTPN, meningkatkan Citra dan Bonafiditas di pasar dunia, membuat pemasaran lebih terarah dalam memasuki pasar baru atau pasar yang sudah ada, dan mempermudah pencarian mitra kerjasama bagi PTPN dalam mengembangkan industri hilir.

Dalam menentukan harga jual CPO dan hasil-hasil ikutannya termasuk Olein, KPB menggunakan Quotations pasar Rotterdam yang datanya diperoleh dari Reuter setiap hari kerja, harga jual dari Malaysia melalui Kuala Lumpur Commodity Exchange (KLCE) dan Bursa Berjangka Jakarta (BBJ). KLCE dan BBJ merupakan bursa berjangka untuk komoditas kelapa sawit dimana melalui bursa komoditi

(30)

tersebut produsen dan prosesor minyak dapat melakukan hedging (lindung nilai) dan speculation (spekulasi). Tabel 4 menunjukan gambaran jumlah pasar ouput kelapa sawit domestik dan internasional.

Tabel 4. Pasar Internasional Hasil Perkebunan Kelapa Sawit Tahun 2008

Komoditi Kondisi Lokasi Pasar

C P O CIF Rotterdam Rotterdam CPO (KLCE) FOB Malaysia Kuala Lumpur RBD Olein FOB Malaysia Rotterdam RBD Stearin FOB Malaysia Rotterdam Fatty Acid FOB Malaysia Rotterdam P K O CIF Rotterdam Rotterdam P K M CIF Germany Germany Sumber: Kantor Pemasaran Bersama 20 Februari 2008

Di dalam negeri, pasar olein terdapat di Medan, Jakarta, Surabaya dan Semarang. Pasar hasil perkebunan kelapa sawit yang banyak adalah pasar Olein, yang merupakan produk turunan dari CPO. Kondisi ini dapat dilihat di tabel 5.

Tabel 5. Pasar Nasional Hasil Perkebunan Kelapa Sawit Tahun 2008

Komoditi Kondisi Penyerahan Lokasi Pasar

CPO FOB Belawan (Franco Pabrik Medan) Medan incl.PPn Olein FOB Belawan (Franco Pabrik Medan) Medan incl.PPn Olein Franco Pabrik Jakarta Jakarta incl.PPn Olein Franco Pabrik Surabaya Surabaya incl.PPn Olein Franco Pabrik Semarang Semarang incl .PPn

2.4 Pasar Berjangka (Future) dan Pasar Fisik (Forward)

Bursa berjangka atau pasar berjangka merupakan pasar derivatif, yang berbeda dari pasar komoditi secara fisik yang telah umum kita kenal. Di pasar berjangka, diperdagangkan kontrak berjangka atas komoditi tertentu yang telah dipersyaratkan secara standar. Berdasarkan UU No.32/1997 tentang perdagangan berjangka komoditi, perdagangan berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan penyerahan kemudian berdasarkan kontrak berjangka dan opsi atas kontrak berjangka (Badan Pengawas Berjangka Komoditi,

(31)

2003). Beberapa ketentuan yang telah ditetapkan secara standar dalam kontrak berjangka, antara lain jenis komoditi, mutu, jumlah satuan perkontrak, bulan penyerahan, tempat penyerahan, dan persyaratan penyerahan. Karena bentuknya yang standar itu, maka yang di”negoisasi”kan hanya harganya saja. Performance atau ”terpenuhinya” kontrak berjangka sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam kontrak, dijamin oleh suatu lembaga khusus yaitu Lembaga Kliring Berjangka.

Dengan demikan di bursa berjangka akan terdapat banyak pasar berjangka, sesuai dengan banyaknya komoditi yang diperdagangkan. Di bursa, pembeli dan penjual bertemu satu sama lain dan melakukan transaksi untuk membeli atau menjual sejumlah komoditi untuk kemudian hari, sesuai isi atau spesifikasi kontrak. Harga komoditi yang terbentuk di bursa berlangsung secara transparan. Dengan demikian, harga tersebut akan mencerminkan kekuatan pasokan dan permintaan yang sebenarnya. Transaksi di bursa dilakukan oleh para anggota bursa, yang terdiri dari

Hedger (para petani produsen, pedagang komoditi, prosesor dan industri pemakai),

Spekulator dan pialang berjangka, baik dengan cara berteriak (open outcry) atau secara elektronik (electronic trading system). Selanjutnya, harga yang terjadi dicatat menurut bulan penyerahan masing-masing kontrak berjangka dan diumumkan secara luas kepada masyarakat.

Menurut Djunaidi (1999), perbedaan antara perdagangan berjangka

(futures) dengan perdagangan fisik (forward) atau dikenal dengan pasar Spot adalah

sebagai berikut: 1. Kontrak

Pada perdagangan fisik syarat kontrak berdasarkan negoisasi sedangkan pada perdagangan berjangka syarat kontrak standard sesuai dengan ketetapan yang berlaku di bursa dan menurut Rambey (1999) kontrak forward yang diperdagangkan di pasar fisik dibuat secara ’tailor made’, tidak terstandarisasi, umumnya hanya terdapat satu delivery date, Settlement dilaksanakan diakhir periode kontrak dan umumnya terjadi delivery berupa cash settlement pada saat berakhirnya kontrak. Sedangkan kontrak berjangka diperdagangkan sesuai standard melalui bursa dan terdaftar pada lembaga kliring, terdapat delivery date dalam satu rentang waktu

(32)

dengan settlement dilaksanakan secara harian melalui mekanisme margin trading dan kontrak umumnya diakhiri sebelum kontrak dilakukan penyerahan

2. Aktivitas Pasar

Pada perdagangan fisik aktivitas pasar tidak diregulasi, sedangkan di pasar berjangka diregulasi oleh bursa.

3. Penetapan Harga

Penetapan harga pada perdagangan fisik kurang kompetitif karena adanya negoisasi antara penjual dan pembeli. Sedangkan di pasar berjangka terjadi tawar menawar secara kompetitif sesuai dengan sistem lantai bursa.

4. Likuidasi

Likuidasi pada perdagangan fisik biasanya sulit, sedangkan pada perdagangan berjangka mudah di offset (ditutup).

Manfaat utama dari penyelenggaraan perdagangan berjangka komoditi yaitu sarana pembentukan harga (price discovery) yang transparan dan wajar, yang mencerminkan kondisi yang sebenarnya dari komoditi yang diperdagangkan dan sebagai sarana pengelolaan resiko (risk management) melalui kegiatan lindung nilai atau hedging (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, 2003a). Pada dasarnya, harga komoditi primer sering berfluktuasi karena ketergantungannya pada faktor-faktor yang sulit dikuasai seperti kelainan musim, bencana alam, dan lain-lain. Dengan kegiatan lindung nilai menggunakan kontrak berjangka, mereka dapat mengurangi sekecil mungkin resiko yang diakibatkan gejolak harga tersebut. Dengan memanfaatkan kontrak berjangka, produsen komoditi dapat menjual komoditi yang baru akan mereka panen beberapa bulan kemudian, pada harga yang telah dipastikan atau “dikunci” sekarang (sebelum panen).

Dengan demikian, mereka dapat memperoleh jaminan harga sehingga tidak terpengaruh oleh kenaikan atau penurunan harga jual di pasar tunai. Sebagai jaminan, semua pengguna pasar berjangka, dipersyaratkan menyerahkan sejumlah uang yang disebut “margin”. Besarnya per kontrak umumnya berkisar antara 5 % - 10 % dari nilai kontrak. Adapun besarnya margin berbeda-beda tergantung pada komoditi, waktu, dan gejolak harga yang terjadi. Dalam perjalanannya, margin ini

(33)

memerlukan tambahan (margin call), karena berkurang dari margin awalnya akibat pergerakan harga yang berlawanan dengan yang diperkirakan semula. Bila saldo margin mencapai batas tertentu, kepada setiap nasabah yang memiliki posisi “terbuka” baik beli atau jual, harus menambahkan marginnya kebesaran semula (margin awal). Margin yang telah ditetapkan berlaku untuk periode waktu tertentu, dan dapat diubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Selain itu ada biaya komisi yang dikenakan oleh pialang berjangka, yang besaran minimumnya ditetapkan bursa atas persetujuan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bapppebti, 2003).

2.5 Lindung Nilai (Hedging)

Dalam setiap kegiatan perdagangan, pengusaha selalu mengharapkan keuntungan, akan tetapi juga dihadapkan kepada resiko kerugian yang selalu melekat dalam kegiatan usahanya. Resiko umumnya berasal dari akibat perubahan harga barang, perubahan kurs mata uang, suku bunga, inflasi dan lain sebagainya. Untuk melindungi pengusaha dari resiko tersebut, dapat dilakukan lindung nilai yaitu suatu kegiatan pengambilan posisi di pasar berjangka yang berlawanan dengan posisinya di pasar fisik (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, 2003). Dengan lindung nilai, resiko tersebut dapat dialihkan kepada investor yang mengharapkan keuntungan dari perubahan harga di Bursa Berjangka.

Manfaat lindung nilai selain merupakan sarana untuk mengurangi atau meminimalkan resiko akibat perubahan harga juga memberikan kepastian berusaha karena membantu pengendalian produk dan persediaan bahan baku guna memenuhi kebutuhan produsen, pengolah atau pabrikan. Lindung nilai memberikan peluang bagi Bank untuk menyediakan dana yang lebih besar karena lebih terjamin. Menurut Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (2003b) secara garis besar ada dua jenis lindung nilai yaitu lindung nilai jual untuk mengatasi resiko turunnya harga dan lindung nilai beli untuk mengatasi resiko kenaikan harga.

(34)

Peramalan merupakan suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Adanya perhitungan akan harga dengan memprediksikan kedepannya dapat dijadikan sebagai dasar bahan pertimbangan didalam melakukan pengambilan kebijakan dan pembuatan perencanaan untuk mengambil langkah langkah strategi yang menguntungkan, menyediakan rencana alternatif yang dapat digunakan dengan cepat dan mudah ketika dibutuhkan, meminimalkan resiko akan harga, memilih pasar yang akan dituju sebagai tempat penjualan, juga sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi. meningkatkan kecepatan perusahaan untuk merespon peristiwa yang tidak pasti, ini berarti, perusahaan dapat mengurangi biaya-biaya untuk merespon keadaan yang kurang baik dan dapat dengan cepat beraksi untuk mengambil keuntungan dari peluang yang tidak terduga. Peramalan bisnis dan ekonomi dibutuhkan mengingat kondisinya sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang bersifat sangat dinamis dan tidak pasti. Peramalan yang baik membutuhkan pendekatan yang tepat yang tercermin dalam metode peramalan yang dipilih. Terutama sekali dengan menggunakan metode kuantitatif dalam mengeksplorasi pola data untuk membuat model secara matematis yang mampu menjelaskan karakteristik dari data aktualnya secara baik

Menurut Hanke et al, (2003) faktor utama yang mempengaruhi pemilihan teknik peramalan untuk data deret waktu (time series) adalah identifikasi dan pemahaman pola historis data. Pola data tersebut terbagi menjadi empat, yaitu :

1. Pola Horisontal

Pola ini terjadi pada saat data observasi berfluktuasi disekitar nilai rata-rata konstan. Pola ini disebut juga pola stasioner.

2. Pola Trend

Pola ini muncul ketika observasi data menaik atau menurun pada periode yang panjang. Contoh dari rangkaian trend adalah pertumbuhan populasi, inflasi harga, perubahan teknologi, preferensi konsumen dan kenaikan produktifitas.

(35)

Pola ini muncul pada saat observasi data memperlihatkan kenaikan dan penurunan pada periode yang tidak tetap. Komponen siklik mirip fluktuasi gelombang disekitar trend yang sering dipengaruhi oleh kondisi ekonomi. Fluktuasi siklik sering dipengaruhi oleh perubahan pada ekspansi dan kontraksi ekonomi. 4. Pola Musiman (seasonality)

Pola terjadi pada saat data observasi dipengaruhi oleh faktor musiman. Komponen musiman mengacu pada suatu pola perubahan yang berulang dengan sendirinya dari tahun ketahun. Untuk deret bulanan, komponen musiman mengukur keragaman deret dari setiap Januari, setiap Februari dan seterusnya. Untuk deret triwulanan, ada empat elemen musim, masing-masing satu untuk setiap triwulan.

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai peramalan dengan menggunakan metode kuantitatif sebagai alat bantu sudah banyak dilakukan. Hasibuan (2003) melakukan penelitian mengenai peramalan produksi CPO PT Sucofindo Medan, penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pola data produksi CPO dengan mengamati plot data dan plot autokorelasinya. Berdasarkan plot data dan plot autokorelasi data produksi CPO PT Sucofindo Medan, diketahui bahwa pola data tidak stasioner, memiliki unsur trend dan musiman. Berdasarkan nilai MSE terendah, maka metode peramalan yang dipilih adalah metode ARIMA (1,1,1).

Zega (2003) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan harga CPO di PTPN III dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemasaran CPO, dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pemasaran CPO sangat dipengaruhi oleh faktor produk. Faktor produk yang dimaksud adalah kualitas CPO, sedangkan penetapan harga CPO sangat tergantung kepada mekanisme pasar, baik pasar domestik maupun pasar luar negeri. Beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan pemasaran CPO di PTPN III, yaitu faktor internal yang terdiri dari kapasitas pabrik dan pengadaan modal kerja, kebijaksanaan harga jual dan para kesan pembeli. Faktor eksternal yang diketahui terdiri dari kebijakan

(36)

pemerintah, perkembangan perekonomian dunia, perkembangan sosial ekonomi masyarakat dan situasi persaingan. Selain itu, fluktuasi harga CPO dipengaruhi oleh beberapa faktor yang antara lain penawaran dan permintaan yang terjadi, kondisi politik dan keamanan negara, kondisi nilai tukar rupiah, perkembangan komoditi subtitusi CPO dunia, siklus informasi aktual dunia dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan.

Jafarudin, M. (2005) melakukan penelitian mengenai Peramalan Produksi TBS di Kebun Percobaan Betung II A. Tujuan penelitiannya adalah menganalisis pola data produksi TBS dikebun percobaan Betung II A dan mendapatkan metode peramalan time series yang paling sesuai untuk meramalkan produksi TBS di kebun percobaan Betung II A. Berdasarkan plot data disimpulkan bahwa data produksi tidak stasioner, terdapat unsur tren dan musiman. Dari hasil analisis metode peramalan terbaik disimpulkan bahwa metode ARIMA merupakan metode yang terbaik dengan nilai MSE yang terkecil dibandingkan dengan metode peramalan yang lain.

Suganda (2006) menganalisa harga CPO pada pasar fisik Medan serta pasar berjangka Malaysia dan Rotterdam. Tujuan menganalisis pola harga CPO, mencari model peramalan terbaik dan meramalkan harga. Model peramalan terbaik yang didapatkan untuk pasar fisik Medan adalah ARIMA (1,0,0) (1,1,0), untuk pasar berjangka Malaysia ARIMA (2,0,0) dan untuk pasar Rotterdam (2,0,0) (2,1,0).

Askadarimi (2007) menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan minyak CPO Indonesia. Tujuan penelitiannya selain menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, luas area, produktifitas, ekspor dan impor juga menganalisis dampak perubahan pajak terhadap volume perdagangan, dengan menggunakan alat analisis persamaan 2SLS. Hasilnya produksi tergantung luas areal dan produktivitas, luas areal tergantung harga CPO, produktivitas dipengaruhi harga ekspor, ekspor dipengaruhi oleh harga, ekspor nilai tukar dan pajak produksi, impor dipengaruhi produksi CPO dan permintaan domestik serta dampak penurunan pajak ekspor sebesar 5 persen menyebabkan peningkatan ekspor sebesar 1,19 persen.

(37)

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terutama mengenai objek yang diteliti yaitu komoditi Olein dan masalah sekarang yang sedang dihadapi terutama mengenai harga komoditi olein yang dihadapi saat ini hingga tahun tahun kedepanya perubahannya begitu cepat dari waktu kewaktunya sehingga sulit untuk diprediksikan, meskipun ada kesamaan di dalam tujuaan yang ingin dicapai dan alat analisis time series yang digunakan yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sekarang ini.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Harga Olein

Harga adalah sejumlah nilai yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk beserta pelayanannya (Swastha, 1997). Biaya yang dikeluarkan suatu perusahaan dalam memproduksi, mendistribusikan, memasarkan dan biaya atas resiko harus dapat menentukan perusahaan dalam menetapkan harga jual. Untuk menentukan harga diperlukan suatu metode yang terdiri atas penetapan harga mark up, penetapan harga sasaran pengembalian, penetapan harga nilai yang

(38)

diterima, penetapan harga tingkat yang sedang berlaku dan penetapan harga tawaran tertutup. Di dalam bauran pemasaran harga merupakan satu-satunya unsur yang mewakili pendapatan (Kotler, 2000). Penetapan harga Olein, produsen tersebut menggunakan metode penetapan harga berdasarkan nilai, dengan mempertimbangkan harga-harga Olein pesaing. Harga Olein internasional merupakan harga yang berlaku di pasar fisik Olein di luar negeri seperti pasar Rotterdam dan pasar Malaysia, sedangkan harga Olein lokal (nasional) adalah harga Olein yang berlaku di pasar lokal seperti pasar spot Jakarta. Dinamika Perubahan harga atau fluktuasi harga terjadi disebabkan bekerjanya mekanisme pasar yang berlangsung 3.1.2. Mekanisme pasar

Pasar dalam pengertian ilmu ekonomi adalah pertemuan permintaan dan penawaran. Dalam pengertian ekonomi pasar bersifat interaktif. Mekanisme pasar adalah proses penentuan tingkat harga berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran (Raharja, 2004). Penetapan harga Olein sangat tergantung pada mekanisme pasar, baik pasar lokal maupun internasional.

3.1.3. Penawaran

Menurut Lipsey (1995) penawaran adalah jumlah komoditi yang ditawarkan pada tingkat harga tertentu. Hipotesis yang mendasarinya bahwa harga komoditi dan kuantitas atau jumlah yang akan ditawarkan berhubungan secara positif dengan asumsi faktor-faktor yang lain ceteris paribus. Makin tinggi harga suatu komoditi, maka makin besar jumlah komoditi yang akan ditawarkan. Sebaliknya, semakin rendah harga, maka semakin kecil jumlah komoditi yang akan ditawarkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran suatu komoditi ditentukan:

a. Biaya produksi (input)

Tinggi/rendahnya biaya produksi akan mempengaruhi harga jual yang pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah yang ditawarkan.

(39)

Maju/mundurnya atau canggih tidaknya teknologi akan mempengaruhi jumlah penawaran. Makin canggih teknologi, produktifitas semakin besar, harga menjadi murah, jumlah yang ditawarkan meningkat dan sebaliknya.

c. Harapan keuntungan

Tingkat keuntungan produsen, besar kecilnya laba akan menentukan harga jual. Keuntungan yang besar akan diperoleh jika harga barang murah, sehingga jumlah penawaran meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan.

d. Kebutuhan akan uang tunai

Mendesak atau tidaknya kebutuhan uang tunai bagi perusahaan akan berpengaruh kepada harga jual yang akhirnya berpengaruh pada jumlah penawaran barang/jasa.

e. Harapan harga masa yang akan datang

Bagi produsen yang mampu menahan barang untuk dijual pada saat harga dianggap lebih menguntungkan, produsen akan menahan barang, sehingga mempengaruhi jumlah penawaran.

Hubungan antara penawaran dan berbagai faktor yang mempengaruhinya menurut Lipsey et al.(1995) dapat dituliskan dalam suatu fungsi penawaran sebagai berikut :

Sqx = f (Px, Py,Pt, M, N, T)

Dimana : Sqx = Jumlah komoditi yang ditawarkan Px = Harga komoditi X

Py = Harga komoditi lain Pf = Harga Input

M = Teknologi T = Pajak

N = Keadaan alam

Keterkaitan antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini, Misalnya kenaikan penawaran Olein, mengakibatkan harga komoditi Olein akan turun.

(40)

P S0

Q

Keterangan : Keterkaitan antara harga komoditi dengan penawaran terhadap komoditi Sumber : Halcrow (1992)

Penting sekali untuk membedakan antara perpindahan sepanjang kurva penawaran dan pergeseran kurva penawaran. Istilah perubahan penawaran digunakan untuk menunjukkan pergeseran keseluruhan kurva penawaran. Artinya, perubahan dalam jumlah yang ditawarkan pada tingkat harga komoditi tersebut. Suatu perpindahan sepanjang kurva penawaran menunjukkan adanya perubahan jumlah yang ditawarkan sebagai reaksi atas terjadinya perubahan harga dari komoditi tersebut. Kenaikan dalam penawaran berarti keseluruhan kurva penawarannya telah bergeser ke arah kanan (S1 ke S2) pada keseimbangan E1 ke E2; sehingga kuantitas yang ditawarkan akan lebih besar pada tingkat harga yang sama. Pergerakan sepanjang kurva penawaran ke kanan atas (P1Q1 ke P2Q2) menunjukkan kenaikan kuantitas yang ditawarkan sebagai respon terhadap kenaikan harga komoditi dimana keseimbangan berubah dari E0 ke E1. Pergeseran dan pergerakan sepanjang kurva penawaran dapat dilihat pada Gambar 3.

P S1 S2

Gambar 2. Kurva Penawaran S2

(41)

P2 E1 E2

P1 E0

Q

Q1 Q2 Q3

Gambar 3. Pergeseran dan Pergerakan Sepanjang Kurva Penawaran

3.1.2. Permintaan

Menurut Lipsey 1995 permintaan adalah jumlah komoditi yang diminta pada tingkat harga tertentu. Hipotesis yang mendasarnya bahwa harga suatu komoditi dan kuantitas yang akan diminta berhubungan secara negatif dengan faktor-faktor lain

ceteris paribus. Semakin rendah harga suatu komoditi, maka jumlah yang akan

diminta untuk komoditi itu semakin besar. Sebaliknya, semakin tinggi harga maka semakin rendah jumlah yang diminta. Permintaan ada dua jenis yaitu permintaan untuk konsumen akhir dan permintaan antara atau konsumen antara dimana produk ajasa akan diperjualbelikan kembali atau diolah pabrik. Perilaku Permintaan konsumen akhir yaitu memaksimumkan kepuasan, sedangkan permintaan antara orientasinya memaksimumkan keuntungan.

komoditi olein merupakan input produksi yang akan diperjual belikan kembali atau diolah pabrik Oleh karena itulah, permintaan akan komoditi olein merupakan permintaan turunan (derived demand) yang sangat dipengaruhi oleh permintaan utamanya (primary demand) seperti hasil olahan minayk olein. Derived demand digunakan untuk menunjukkan daftar permintaan bagi input yang dipakai dalam menghasilkan produk akhir. Derived demand juga menyangkut sistem pemasaran

(42)

secara keseluruhan ataupun fungsi permintaan di tingkat produsen olein. Derived

demand berbeda dengan primary demand dalam banyak pasar dan proses pergantian

per unit produk. Kurva derived demand dapat berubah salah satunya karena pergeseran primary demand atau perubahan marjin pemasaran. Secara empiris hubungan derived demand dapat diperkirakan dengan antara lain dengan mengurangkan marjin yang terdapat dalam daftar primary demand atau secara tidak langsung dapat menggunakan data harga dan jumlah yang diperoleh dari setiap tingkat pemasaran (Tomek dan Robinson, 1972).

P

Pr Er

Pf Ef Dr

Df

Qd Q

Gambar 4. Kurva Primary dan Derived Demand

Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa Keseimbangan primary market terjadi di titik (Er). Keseimbangan primary market terbentuk dari primary price (Pr) dengan primay demand (Qd) yang menggambarkan permintaan pasar secara keseluruhan. Sedangkan derived demand (Df) yang merupakan turunan pertama dari primary demand (Dr) bersama dengan derived price (Pf) membentuk keseimbangan di derived market (Ef). Keseimbangan di derived market ini menunjukkan permintaan yang terjadi di tingkat produsen olein pada tingkat derived price (Pf).

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu komoditi ditentukan:

(43)

Naik atau turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya terhadap jumlah barang yang diminta.

b. Pendapatan konsumen

Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi/rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas permintaan.

c. Intensitas kebutuhan

Mendesak/tidaknya atau penting tidaknya kebutuhan seseorang terhadap barang/ jasa, mempengaruhi jumlah permintaan. Kebutuhan primer, lebih penting dibanding kebutuhan sekunder. Kebutuhan

sekunder lebih penting dibanding tersier, sehingga pengaruhnya terhadap jumlah permintaan berbeda.

d. Distribusi Pendapatan

Makin merata pendapatan, maka jumlah permintaan semakin meningkat, sebaliknya pendapatan yang hanya diterima/dinikmati oleh kelompok tertentu, maka secara keseluruhan jumlah permintaan akan turun.

e. Pertambahan penduduk

Jumlah penduduk akan mempengaruhi jumlah permintaan. Makin banyak penduduk, maka jumlah permintaan akan meningkat.

f. Barang pengganti (substitusi)

Adanya barang pengganti akan berpengaruh terhadap jumlah permintaan. Pada saat harga barang naik, jika ada barang pengganti maka jumlah permintaan akan dipengaruhinya.

Lipsey et al. (1995) menyatakan hubungan antara tingkat harga dan jumlah komoditi yang diminta dapat ditulis dalam suatu fungsi permintaan sebagai berikut :

Qdit = f (Pit, Pjt,Pkt, . . . . .Yt) dimana ; Qdi = permintaan komoditi i

Pi = harga komoti i

Pj = harga komoditi substitusi dari komoditi i Pk = harga komiditi komplemen dari komiditi i

(44)

Y = pendapatan konsumen t = periode waktu ke t

Selain beberapa faktor di atas, pengetahuan mengenai pergeseran dan pergerakan kurva permintaan juga penting untuk diketahui. Istilah perubahan permintaan untuk menggambarkan pergeseran seluruh kurva permintaan, yaitu perubahan jumlah yang akan dibeli pada setiap tingkat harga. Istilah perubahan dalam kuantitas yang diminta mengacu pada perubahan dari satu titik pada kurva permintaan ke titik lain pada kurva permintaan asli atau kurva permintaan baru. Peningkatan permintaan berarti seluruh kurva permintaan telah bergeser ke kanan (D0 ke D2). Penurunan permintaan berarti seluruh kurva permintaan telah bergeser ke kiri (D0 ke D1). Pada harga tertentu, kenaikan permintaan menyebabkan kenaikan kuantitas yang diminta. Sementara itu penurunan permintaan menyebabkan penurunan kuantitas yang diminta. Pergerakan sepanjang kurva permintaan dapat ditunjukkan dengan suatu perpindahan ke arah bawah menyebabkan kenaikan dalam jumlah atau kuantitas yang diminta (P0Q0 ke P1Q1). Sementara itu, perpindahan ke kiri atas sepanjang kurva permintaan menyebabkan penurunan dalam jumlah yang diminta (P0Q0 ke P2Q2). Ilustrasi pergeseran dan pergeakan kurva permntaan dapat dilihat pada Gambar 5.

P

D1 D0 D2

(45)

E0 P0 E1 P1 Q Q2 Q0 Q1

Gambar 5. Pergeseran dan Pergerakan Sepanjang Kurva Permintaan 3.1.3 Keseimbangan Harga

Harga keseimbangan atau harga pasar (Equilibrium Price) adalah tinggi rendahnya tingkat harga yang terjadi atas kesepakatan antara produsen/penawaran dengan konsumen atau permintaan. Pada harga keseimbangan produsen/penawaran bersedia melepas barang/jasa, sedangkan permintaan/konsumen bersedia membayar harganya. Dalam kurva harga keseimbangan terjadi titik temu antara kurva permintaan dan kurva penawaran, yang disebut Equilibrium Price.

3.1.3.1 Perubahan Keseimbangan Harga

Terbentuknya harga pasar dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran. Masing-masing faktor dapat menyebabkan bergesernya jumlah permintaan dan jumlah penawaran. Dengan bergesernya permintaan dan penawaran akan mengakibatkan bergesernya tingkat harga keseimbangan. Jika faktor yang menyebabkan perubahan adalah harga keseimbangan akan kembali ketitik awal, Tetapi jika yang berubah adalah faktor-faktor cateris paribus seperti teknologi pada sisi penawaran atau pendapatan pada sisi permintaan, keseimbangan tidak kembali ketitik awal

(46)

Gambar 6. Perubahan keseimbangan (a)

Jika harga berubah (misal ke P1) terjadi kelebihan penawaran yang menyebabkan harga turun kembali ke P0. Titik keseimbangan tetap E0

Gambar 7. Perubahan keseimbangan (b)

Kurva penawaran bergeser kekanan karena perubahan teknologi. Titik keseimbangan bergeser dari E0 ke E1

(47)

Gambar 8. Perubahan keseimbangan (c)

Kurva permintaan bergeser ke kanan karena perubahan pendapatan. Titik keseimbangan bergeser dari E0 ke E1.

3.1.4 Perdagangan internasional

Perdagangan tersebut dapat dijelaskan oleh teori Heckescher –Ohlin menekankan pada perbedaan relatif faktor alam dan harga faktor produksi sebagai determinan yang paling penting. Teori H-O menganggap bahwa tiap negara akan mengekspor komoditi yang mempunyai faktor produksi berlimpah dan murah dan mengimpor komoditi yang relatif jarang dan mahal. Penyamaan harga faktor produksi dengan perdagangan akan menghapuskan atau mengurangi perbedaan harga faktor produksi sebelum perdagangan.

Secara teori suatu negara (A) akan mengekspor suatu komoditi (Olein) kenegara lain (B) apabila harga dipasar domestik relatif lebih rendah (P1) sebelum terjadinya perdagangan bila dibandingkan negara (B), ini disebabkan karena adanya kelebihan penawaran (Excess Supllay) karena itu negara (A) memiliki kesempatan untuk menjual kelebihannya kenegara lain. Dilain pihak negara(B) terjadi kekurangan supplai (exess demand) sehingga harga menjadi tinggi (P3), dengan demikian negara (B) berkeinginan untuk membeli minyak Olein dari negara lain yang harganya relatif murah.

Pada panel X menunjukkan pada harga p2 jumlah impor komoditi Olein yang diminta sama dengan jumlah expor yang ditawarkan negara A jadi p2 adalah harga keseimbangan dengan perdagangan. Ini akan menggerakka harga

(48)

keseimbangan p3 pada negara B turun ke harga kesemibangan dengan perdagangan pada p2, dan sebakliknya pada negara A akan mengerakkan harga keseimbangan pasar dinegara A(P1) naik ke harga keseimbangan perdagangan ke (P2) untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2. di bawah in

Sumber: Dominic Salvatore, 1997

Gambar 9. Kurva Perdagangan Internasional

Maka dapat disimpulkan dengan adanya perdagangan Internasional maka menguntungkan kedua negara, dimana negara A dapat menjual kelebihan produksinya sehingga menghasilkan devisa bagi negara disamping itu negara B di untungkan degan terpenuhinya kebutuhan domestik dengan mengimpor barang negara A.

Dengan adanya perdagangan antar negara, maka akan menimbulkan harga Internasional yang merupakan harga keseimbangan berupa peningkatan harga pada negara A dari P1 ke P2 dan negara B di untungkan dengan terjadinya penurunan harga dari P3 ke P2

3.1.7 Intervensi Pemerintah (pajak, subsidi) B X Ekspor Impor Panel A Pasar Negara A Untuk komoditi Panel x Perdagangan Internasional Panel B Pasar Negara C Untuk komoditi P1 P2 P3 A” B* A’ P4 P3 A D D E S E

PX?PY PX?PY PX?PY

B’ E’

X 0 X

0 0

Gambar

Tabel 1.   Produksi CPO dan Produk Turunannya di Dunia
Tabel 2.   Ekspor CPO dan Produk Turunannya dari Indonesia        (dalam Ribu Metrik Ton)
Tabel 3. Perubahan Kebijakan Penetapan Pajak Ekspor (PE)dan Harga  Patokan Ekspor Tahun 2007 Dan 2008
Tabel 5. Pasar  Nasional Hasil Perkebunan Kelapa Sawit Tahun 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

ˆThe Next Level˜ is a phrase commonly thrown around by athletes referring to the ability to play in a professional arena such as the NFL, NBA or MLB.. To me ˆThe Next Level˜ is not

Berdasarkan hasil evaluasi administrasi, teknis, evaluasi harga, serta evaluasi penilaian kualifikasi penawaran oleh Pokja ULP Dinas Pekerjaan Umum dan Pertambangan

[r]

A variety of different engine models are available for you to choose from, but in general most cars of this type will have what are commonly referred to as ˆglow˜ engines.. A

Berdasarkan hasil evaluasi administrasi, teknis, evaluasi harga, serta evaluasi penilaian kualifikasi penawaran oleh Pokja ULP Dinas Pekerjaan Umum dan Pertambangan

[r]

Check your local classified listings for liquidation closeout sales, auctions for seized items from bankrupted businesses, and so on.. There you might be able to nab a brand new