Mata Kuliah
Sosiologi Pertanian
POKOK BAHASAN
1.
Pengertian kelembagaan pertanian
2.
Kebutuhan dasar manusia dan kelembagaan
sosial – ekonomi
3.
Lembaga tradisional dan lembaga modern di
pedesaan
4.
Kelompok sosial dan organisasi sosial
5.
Social capital di daerah pedesaan
Pengertian Kelembagaan Sosial
Menurut Koentjaraningrat (1964), lembaga
kemasyarakatan/lembaga sosial atau pranata sosial
adalah
suatu sistim norma khusus yang menata suatu
rangkaian tindakan berpola mantap guna memenuhi suatu
kebutuhan khusus dari manusia dalam kehidupan
masyarakat
Kesimpulan dari definisi di atas :
◦Adanya sistem norma
◦
Sistem norma yang mengatur tindakan berpola
◦Tindakan berpola itu untuk memenuhi kehidupan
Soekanto (2003) mendefinisikan lembaga
kemasyarakatan sebagai
himpunan dari norma-norma
segala tindakan berkisar pada suatu kebutuhan pokok
manusia di dalam kehidupan masyarakat.
Ada dua hal penting didalamnya yaitu:
◦ himpunan norma - norma dalam segala tingkatan
Rahardjo (1999) menyatakan bahwa kelembagaan sosial
(social institution) secara ringkas dapat diartikan sebagai
kompleks norma-norma atau kebiasaan-kebiasaan untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipandang sangat penting dalam masyarakat, merupakan wadah dan perwujudan yang lebih konkret dari kultur dan struktur.
Berdasarkan pada beberapa pengertian tadi , dapat
dipahami bahwa kelembagaan pertanian adalah “norma atau kebiasaan yang terstruktur dan terpola serta dipraktekkan terus menerus untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat yang terkait erat dengan penghidupan dari bidang pertanian di pedesaan”.
Kelembagaan pertanian pada masyarakat pedesaan yang masih bersahaja terkait erat dengan kegiatan ekonomi masyarakat
tradional
Pada masyarakat desa yang kegiatan ekonominya masih belum didominasi sistim ekonomi uang, menyebabkan masih kuatnya kait-mengkait antara kegiatan ekonomi dan sosial.
Sistim gotong royong dalam proses produksi pertanian sistim bagi hasil
sistim tebasan
sistim borongan pengolahan tanah dan pemanenan sistim buruh tani
sistim tradisional lainnya yang terkait dengan operasi produksi
Selain kelembagaan pertanian yang bersifat tradisonal juga muncul kelembagaan pertanian yang dikelola dengan cara lebih modern :
kelompok tani,
kelompok pemakai air, kelompok kredit usaha, koperasi desa,
kelompok pemasaran,
Peran lembaga Pertanian
Kelembagaan pertanian baik formal maupun informal belum
memberikan peranan yang berarti khususnya di daerah perdesaan, hal ini disebabkan :
Peran antarlembaga pendidikan dan pelatihan, balai penelitian, dan penyuluhan belum terkoordinasi dengan baik
Fungsi dan keberadaan lembaga penyuluhan cenderung terabaikan Koordinasi dan kinerja lembaga-lembaga keuangan perbankan
perdesaan masih rendah
Koperasi perdesaan khususnya yang bergerak di sektor pertanian masih belum berjalan optimum
Keberadaan lembaga-lembaga tradisi di perdesaan belum dimanfaatkan secara optimum
Revitalisasi kelembagaan pertanian
1. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia para pelaku
kelembagaan sehubungan dengan perkembangan teknologi, permasalahan dan kebutuhan para petani
2. Diperlukan restrukturisasi kelembagaan penyuluhan
pertanian yang mampu menyentuh langsung kebutuhan petani dengan melibatkan petani secara lebih aktif lagi
3. Meningkatkan kualitas manajemen koperasi yang ada, khususnya dalam kualitas sumberdaya manusia para pengurus dan manajer, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani
Revitalisasi (Lanjut.)
4. Meningkatkan koordinasi peran lembaga-lembaga keuangan/perbankan dengan lembaga-lembaga penyuluhan, sarana produksi, dan koperasi untuk
meningkatkan pelayanan kepada petani secara optimum
5. Meningkatkan peran badan penerapan teknologi dan informasi pertanian
6. Meningkatkan peran dari lembaga-lembaga tradisional seperti organisasi lumbung desa dan pengairan
Kebutuhan Dasar Manusia dan Kelembagaan
Sosial dan Ekonomi
Lembaga sosial dan ekonomi lahir ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kehidupannnya
Kebutuhan masyarakat meskipun tidak linier cenderung
merupakan kebutuhan yang lahir dari kebutuhan individu
sebagai anggotanya.
Menurut Abraham Maslow (teori Maslow), kebutuhan
manusia itu merupakan kebutuhan yang berjenjang dan
dapat dirinci sebagai berikut:
Kebutuhan fisik/fisologis
Kebutuhan rasa aman/safety
Kebutuhan hubungan sosial/social affiliation Kebutuhan pengakuan atau esteem
Teori Maslow tersebut diperbaiki oleh teori M. Celland
tentang teori motivasi yang pada dasarnya dibagi
menjadi tiga yaitu :
kebutuhan untuk berprestasi (needs of achievements), kebutuhan untuk kekuasaan (needs of power) dan
Lembaga Tradisional dan
Lembaga Modern di Pedesaan
Lembaga kemasyarakatan merupakan susunan tata kelakuan dan hubungan yang terpusat pada pemenuhan kompleks
kebutuhan masyarakat
Secara ringkas lembaga kemasyarakatan bertujuan memenuhi kebutuhan pokok manusia yang bertujuan untuk:
memberikan pedoman pada masyarakat bagaimana harus
berbuat dan menghadapi permasalahan dalam masyarakat,
menjaga keutuhan masyarakat,
memberikan pegangan pada masyarakat untuk
Lembaga-lembaga masyarakat yang tradisonal telah
tumbuh dan terlembagakan untuk mengatur berbagai
aspek kehidupan kemasyarakatan
Cara – kebiasaan – tata kelakuan – adat
Lembaga modern umumnya mempunyai struktur yang
jelas, tata nilai yang jelas dan telah diformalkan,
adanya proses yang pasti, adanya pemimpin yang
resmi
Kelompok Sosial dan Organisasi Sosial
Ibrahim (2003) mendefinisikan kelompok sosial sebagai
“suatu sistim sosial yang terdiri dari sejumlah orang yang
berinteraksi satu sama lain dan terlibat dalam satu kegiatan
bersama”.
Yang dimaksud interaksi di sini adalah interaksi tatap
Definisi yang lebih luas mengenai kelompok sosial :
kelompok sosial adalah sejumlah orang yang
mengadakan hubungan tatap muka secara berkala karena mempunyai tujuan dan sikap bersama;
hubungan-hubungan yang dilakukan diatur oleh
norma-norma; tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kedudukan (status) dan peran (role) masing-masing; dan antara orang-orang itu terdapat rasa ketergantungan satu sama lain
Organisasi Sosial (masyarakat)
Organisasi adalah unit sosial (atau pengelompokan
manusia) yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali
dengan penuh pertimbangan dalam rangka mencapai
tujuan tertentu, dengan ciri ciri sbb :
adanya pembagian kerja, kekuasaan dan tanggungjawab
komunikasi
adanya satu atau beberapa pusat kekuasaan yang
berfungsi untuk mengawasai usaha-usaha organisasi serta mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan,
ada pergantian tenaga (kaderisasi) bila ada individu yang
Social Capital di Daerah Pedesaan
Social capital mencakup institutions, relationships, attitudes dan values yang mengarahkan dan menggerakan interaksi-interaksi
antar orang dan memberikan kontribusi terhadap pembangunan sosial dan ekonomi
Menurut World Bank (1998) social capital tidaklah sesederhana hanya sebagai penjumlahan dari institusi-institusi yang dibentuk oleh masyarakat, tetapi juga merupakan perekat dan penguat yang menyatukan mereka secara bersama-sama
Social capital meliputi shared values dan rules bagi perilaku
sosial yang terekspresikan dalam hubungan-hubungan antar personal, trust dan common sense tentang tanggung jawab terhadap masyarakat, semua hal tersebut menjadikan
Simpulan sederhana dan umum yang dapat diajukan tentang elemen
utama social capital mencakup norms, reciprocity, trust, dan network.
Contoh bentuk yang ada di Indonesia :
¤ Tradisi gotong royong memiliki aturan main yang disepakati
bersama (norm)
¤ menghargai prinsip timbal-balik dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dan dalam waktu tertentu akan
menerima kompensasi/reward sebagai suatu bentuk dari sistim resiprositas (reciprocity)
¤ ada saling kepercayaan antar pelaku bahwa masing-masing
akan mematuhi semua bentuk aturan main yang telah disepakati (trust)
¤ serta kegiatan kerjasama tersebut diikat kuat oleh
hubungan-hubungan spesifik antara lain mencakup kekerabatan--kinship, pertetanggan-- neighborship dan pertemanan--friendship
Tradisi gotong royong secara nyata telah melembaga dan mengakar kuat, ini diwujudkan dalam berbagai aktivitas keseharian
masyarakat Indonesia
Secara umum aktivitas gotong royong memiliki tema sentral sebagai
mutual help antar anggota masyarakat yang mana masing-masing
pihak terlibat saling memberikan kontribusi dan sebagai reward-nya mereka mendapatkan gain dari aktivitas yang dikerjasamakan
Semangat timbal balik-- reciprocity melekat kuat sebagai penunjuk bahwa proses kerjasama berlangsung dengan fair
Aktivitas gotong royong dalam berbagai dimensinya memberikan implikasi semangat dan value untuk saling memberikan
jaminan/self-guarantying atas hak dan kelangsungan hidup antar sesama warga
Subejo dan Iwamoto (2003) memberikan terminologi pada praktek gotong royong yang dilembagakan sebagai tradisi oleh warga pedesaan sebagai “institutionalized stabilizers”
karena aktivitas tersebut memungkinkan proses
keberlanjutan (sustainability) dan menjamin stabilitas secara ekonomi dan sosial pada kehidupan rumah tangga di
Studi-studi yang terkait dengan social capital di pedesaan
Indonesia dan secara khusus di pedesaan Jawa umumnya masih dilakukan secara parsial dari setiap elemen sosial capital
Elemen-elemen dasar tersebut antara lain mencakup institusi lokal yang memiliki fungsi pelayanan sosial, kelompok simpan pinjam berotasi/arisan,
jaring pengaman sosial tradisional lainya, sistim pewarisan yang seimbang,
sistim penyakapan dan bagi hasil serta pelayanan
Asosiasi perusahaan perkebunan
◦ Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO)
◦ Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI)
◦ Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI)
◦ Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI)
◦ Asosiasi Eksportir Lada Indonesia (AELI)
◦ Asosiasi Eksportir Pala Indonesia (AEPA)
◦ Asosiasi Eksportir Panili Indonesia (AEPI)
◦ Asosiasi Eksportir Cassiavera Indonesia (AECI)
◦ Asosiasi Teh Indonesia (ATI)
◦ Asosiasi Pala Indonesia (API)
◦ Asosiasi Kakao Indonesia (ASKINDO)
◦ Asosiasi Gula Indonesia (AGI)
◦ Indonesian Tobacco Association (ITA)
◦ Asosiasi Industri Mete Indonesia (AIMI)
Asosiasi petani perkebunan
Asosiasi Petani Lada Indonesia (APLI) Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI) Asosiasi Petani Kelapa Indonesia (APKI) Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI)
Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Asosiasi Petani Karet Indonesia (APKARINDO)
Asosiasi Petani Kapas Indonesia (ASPEKINDO) Asosiasi Petani Jambu Mete Indonesia (APJMI) Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APKI)
Asosiasi Petani Teh Indonesia (APTEH)
Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI)
Badan Koordinasi Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (BKAPTRI) Masyarakat Perkelapaan Indonesia (MAPI)
Gabungan Induk Koperasi Perkebunan Nusantara (GIKPN)
Gabungan asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (GAPERINDO) Masyarakat Rempah Indonesia (MARI)