1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perkembangan teknologi informasi membuat lingkungan bisnis
mengalami perubahan yang cukup signifikan. Tidak jarang banyak
perusahaan-perusahaan yang mengalami kebangkrutan karena tidak siap akan
perubahan-perubahan yang terjadi secara mendadak dan tidak terduga. Untuk mengatasi hal
ini, perusahaan membutuhkan strategi bisnis yang baik, yang bisa membuat
perusahaan untuk tetap bertahan dan semakin berkembang dan maju.
Strategi umum perusahaan merupakan penetapan sasaran jangka panjang
perusahaan. Strategi bisnis memusatkan pada cara bersaing dalam suatu industri
atau sub kelompok strategis dan cara mencapai keunggulan dalam bersaing.
Dalam penyusunan strategi perlu dihubungkan dengan lingkungan perusahaan
yang menentukan kekuatan dan kelemahan perusahaan, sehingga dapat disusun
dan dipilih alternatif strategi yang pada akhirnya diimplementasikan, selanjutnya
dilakukan evaluasi strategi yang diimplementasikan. Menentukan kerangka kerja
dengan cara mengidentifikasi berbagai dimensi lingkungan serta melibatkan
masalah prediksi pengembangan masa depan perusahaan itu sendiri (David, Fred :
2009)
Strategi perusahaan bermanfaat untuk mengantisipasi tantangan dan
kesempatan masa depan, dapat memberikan arah dan tujuan perusahaan di masa
lebih mudah dan mengurangi resiko, dapat memonitor kejadian di dalam
perusahaan, memberikan informasi pada menajemen puncak merumuskan tujuan
akhir, membantu pembuatan keputusan, membantu praktik para manajer dan
mengarahkan pada efektivitas perusahaan.
Setiap perusahaan hidup dari pelanggannya, karena pelanggan merupakan
salah satu alasan keberadaaan suatu perusahaan. Dengan demikin kepuasan
pelanggan wajib menjadi perioritas setiap perusahaan. Berfokus pada pelanggan
melalui usaha memahami kebutuhan, keinginan, dan harapan mereka merupakan
kunci memenangkan persaingan global yang sedemikian ketat. Oleh karena itu,
setiap perusahaan harus memiliki strategi bisnis yang matang dan jelas, agar dapat
memuaskan pelanggan-pelanggannya .
Setiap perusahaan pasti memiliki struktur yang berbeda-beda yang
memberikan dasar bagi fungsi organisasi tersebut. Desentralisasi adalah
pendelegasian tugas dan tanggung jawab kepada manajer. Tingkat pendelegasian
menunjukkan bahwa manajer yang lebih tinggi mengijinkan manajer yang lebih
rendah untuk membuat kebijakan secara independen. Dengan melakukan
pendelegasian wewenang, maka hal ini dapat mengurangi beban dari manajemen
puncak. Tetapi bukan berarti bahwa setiap organisasi harus mendesentralisasikan
setiap keputusannya (Hansen Mowen :2000).
Pendelegasian yang diberikan kepada manajer yang lebih rendah dalam
otoritas pembuatan keputusan akan diikuti pula dengan tanggung jawab atas
aktifitas yang mereka lakukan (Hansen Mowen:2000) . Kebijakan yang dijalankan
besar atas kebijakan yang dijalankan tersebut. Disini otoritas merupakan sebagai
hak untuk menentukan penugasan dan tanggung jawab yang merupakan
kewajiban untuk mencapai tugas yang telah ditetapkan.
Banyak perusahaan memilih untuk desentralisasi agar bisa meningkatkan
efisiensi secara keseluruhan. Perusahaan-perusahaan melakukan desentralisasi
karena para manajer lokal mampu memberikan keputusan yang baik, berdasarkan
pada informasi lokal. Manajer lokal juga sanggup memberikan tanggapan yang
tepat waktu untuk kondisi-konsdisi yang berubah. Dalam desentralisasi, para
manajer memiliki peran yang lebih besar dalam pembuatan keputusan dan
pengimplementasiannya, serta menjadi lebih bertanggung jawab terhadap aktivitas
unit kerja yang dipimpin. Adanya desentralisasi ini akan menyebabkan para
manajer yang diberikan pelimpahan wewenang membutuhkan informasi yang
berkualitas serta relevan untuk mendukung kualitas keputusannya. Di samping itu,
desentralisasi digunakan untuk perusahaan besar karena keterbatasan kognitif
sebab tidak mungkin ada orang yang dapat memahami secara utuh setiap pasar
dan produk. Alasan lainnya adalah sebagai wadah untuk melatih dan memotivasi
manajer lokal dan membebaskan manajemen puncak dari masalah-masalah
operasional sehari-sehari sehingga mereka dapat menggunakan waktunya untuk
memikirkan hal-hal yang bersifat jangka panjang seperti perencanaan strategis.
Tingkat desentralisasi akan berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan sistem
akuntansi manajemen. Dampak interaksi antara sistem akuntansi manajemen
dengan desentralisasi akan semakin positif terhadap kinerja manajerial.
memberikan dampak terhadap kualitas keputusan yang akan diambil, sehingga
akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
Adanya masalah yang kompleks pada perusahaan mengharuskan
menajemen perusahaan memanfaatkan teknologi informasi dengan baik yang akan
berdampak pada pengambilan keputusan yang efektif, sehingga dapat
memenfaatkan peluang yang ada dan dapat mengidentifikasi masalah serta cara
mengatasai masalah tersebut.
Akuntansi manajemen adalah salah satu bidang akuntansi yang sangat
penting dalam dunia usaha, mulai dari usaha kecil yang tidak mencari sampai
pada perusahaan besar yang mencari keuntungan membutuhkan informasi
akuntansi yang di gunakan sebagai alat perancanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengendalian maupun sebagai dasar pengambilan keputusan (Hansen
Mowen :2000)
Untuk mengoperasikan sebuah organisasi atau perusahaan yang kompleks,
dengan efisien dan efektif, manajemen membutuhkan informasi terinci tentang
operasi perusahaan. Seperti pada PT Jamu Jago Semarang, bagaimana manajemen
Jamu Jago di Semarang harus memperoleh operasi informasi sehari-hari. Seperti,
berapa jumlah bahan jamu jago yang harus disediakan, dari mana bahan diperoleh,
berapa jam peralatan pabrik harus digunakan setiap harinya, berapa jumlah
pegawai yang harus dipekerjakan, bagaimana cara mengembangkan Jamu Jago,
berapa produk jamu jago yang harus dihasilkan agar perusahaan tidak rugi, dan
Lingkungan bisnis yang berubah begitu cepat sangat mempengaruhi
perkembangan konsep dan praktik akuntansi manajemen. Akuntansi manajemen
harus mampu menyediakan informasi yang memungkinkan manajer untuk
berfokus pada nilai pelanggan, manajemen mutu total, kompetensi berbasis waktu
dan pemanfaatan teknologi informasi. Akuntansi manajemen bertugas untuk
membantu tugas manajer dalam usaha mereka untuk meningkatkan kinerja
ekonomi perusahaan. Namun tujuan tersebut harus dicapai oleh manajer untuk
mendukung perilaku tidak etis yang mungkin dilakukannya.
Sebuah perusahaan akan berjalan dengan efektif dan efisien jika dikelola
dengan cara yang tepat. Para pengelola perusahaan, yaitu dewan komisaris, dewan
direktur dan para manajer, tergabung ke dalam suatu kelompok yang disebut
manajemen perusahaan. Manajemen inilah yang bertanggung jawab untuk
menggunakan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan untuk
mencapai tujuan perusahaan (Hansen Mowen : 2000)
Perencanaan sistem akuntansi manajemen merupakan bagian dari sistem
pengendalian organisasi yang berorientasi pada informasi finansial internal
organisasi yang berasal dari data historis, dan perlu mendapat perhatian, sehingga
dapat memberikan kontribusi positif dalam mendukung keberhasilan organisasi.
Salah satu fungsi dari sistem akuntasi manajemen adalah menyediakan sumber
informasi penting bagi manajer. Informasi tersebut dibutuhkan untuk menjalankan
dua fungsi pokok manajer yaitu perencanaan, dan pengendalian aktivitas
Bagi sebuah organisasi kinerja merupakan salah satu faktor penentu yang
penting sekali agar bisa tumbuh dan berkembang, maka oleh karena itu hampir di
semua organisasi menggunakan kinerja untuk mengukur kemampuan,
keberhasilan dan kegagalan dalam upaya pengelolaan sumber daya yang dimiliki,
agar dapat mencapai tujuan yang efektif dan efisien. Kinerja manajerial
merupakan hasil periodik operasional suatu manajer berdasarkan sasaran, standar
dan kriteria yang telah di buat (Erna dan Dwi :2006).
Penilaian kinerja memiliki peran penting dalam mengetahui atau
mengukur keberhasilan suatu perusahaan. Tapi meskipun demikian pada
kenyataannya kondisi tersebut masih kurang mendapat perhatian penting dari
sebagian besar perusahaan, karena sebagian besar perusahaan masih berorientasi
pada profit yang didapat dan menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu tanpa
memperhatikan hasil kinerjanya. Hal seperti ini sebenarnya kurang sesuai untuk
diterapkan pada jaman modern sekarang ini, dimana persaingan bisnis yang
semakin hari semakin ketat dan banyak juga bermunculan perusahaan yang
bergerak pada berbagai bidang dan tidak sedikit juga perusahaan yang
bermunculan bergerak pada bidang yang sama atau perusahaan sejenis yang
beroperasi pada daerah yang sama.
Dengan demikian hal ini akan membuat persaingan bisnis yang semakin
ketat. Timbulnya persaingan bisnis yang ketat akan menuntut setiap manajemen
perusahaan agar lebih baik lagi dalam penetapan strategi pada perusahaan mereka,
perusahaan-perusahaan yang lainnya, dan mampu melalui dan mengatasi
permasalahan yang ada dan yang akan datang.
Perusahaan yang tidak dapat menghadapi persaingan yang ketat, bisa
memberikan dampak yang fatal pada perusahaan tersebut. Perusahaan tersebut
bisa mengalami kebangkrutan dan tidak sedikit yang akhirnya tutup karena tidak
dapat bersaing karena strategi bisnis dan pemanfaatan sistem akuntansi
manajemen yang kurang baik.
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan industri yang memiliki
kapasitas pekerjaan yang rumit, mulai dari proses produksi sampai dengan
menjadi barang jadi yang siap untuk dipasarkan.Saat ini, bisnis bergerak lebih
cepat daripada sebelumnya. Perubahan-perubahan dalam teknologi, komunikasi,
kondisi ekonomi memengaruhi perusahaan dan akuntan manajemen dalam
cara-cara yang baru. Akuntan manajemen harus mendukung manajemen dalam semua
tahap pengambilan keputusan bisnis. Sebagai ahli dalam akuntansi, mereka harus
cerdas, siap sedia, mengikuti perkembangan terbaru, serta memahami kebiasaan
dan praktik tempat perusahaan mereka beroperasi.
PT JAMU JAGO semarang berdiri pada tahun 1918. Sampai sekarang PT.
Jamu Jago masih beroperasi dengan aktif, dan mengeluarkan berbagai macam
produk jamu. Jamu yang terdiri dari bahan-bahan alami yang diproses sedemikian
rupa untuk perawatan kesehatan dan kecantikan. PT jamu Jago yang didirikan
oleh T.K. Suprana yang merupakan pabrik jamu pertama di Indonesia. Sudah
tetap beroperasi dengan baik dan mengeluarkan berbagai macam produk.’ Dapat dilihat bahwa PT Jamu Jago memiliki Starategi bisnis yang sangat baik.
Sembilan puluh tujuh (97) tahun bukanlah sebuah jangka waktu yang
pendek untuk sebuah perusahaan dapat tetap bertahan dan semakin berkembang
dalam era globalisasi sekarang ini. Banyak perusahaan-perusahaan yang berdiri,
tapi hanya bertahan sekitar 5 tahun sudah mengalami kebangkrutan. Selama 97
tahun PT Jamu Jago Semarang bukanlah satu-satunya perusahaan jamu yang
berdiri di Indonesia. PT jamu jago juga memiliki pesaing perusahaan jamu yang
sama di Semarang, contoh PT Nyonya Meneer (1919) dan PT Sidomuncul (1940).
Kedua perusahaan ini termasuk perusahaan jamu terbesar di Indonesia.
Meskipun memiliki pesaing, tetapi PT Jamu Jago tetap bertahan dan
berkembang dengan memunculkan produk-produk yang berkualitas. Bukan hanya
itu juga, kini PT Jamu Jago juga sudah melakukan ekspor produk-produknya ke
luar negeri seperti Malaysia, Vietnam dan Jepang.
Suksesnya PT Jamu Jago dalam mempertahankan keberadaannya, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada PT Jamu Jago, faktor apa saja
yang mendukung lamanya perusahaan ini berdiri.
Salah satu faktor utama yang menentukan lama tidaknya sebuah
perusahaan berdiri adalah hasil dari kinerja manajarial yang baik. Untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial dalam penelitian ini
menggunakan variabel strategi bisnis, desentralisasi dan sistem akuntansi
Penelitian memilih perusahaan manufaktur untuk diteliti karena alasan
perusahaan manufaktur merupakan pekerjaan yang cukup rumit, yang dimulai dari
proses produksi hingga menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Sehingga hal
seperti ini perusahaan membutuhkan strategi bisnis yang matang, Informasi
Akuntansi Manajemen yang cukup baik untuk meningkatkan kinerja manjerial
yang semakin baik dalam menghadapi era globalisasi sekarang ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Lempas dkk (2014) mengatakan bahwa
sistem akuntansi manajemen memberikan hasil yang signifikan dan positif
terhadap kinerja manajer. Solechan dan Setiawati (2009), menyatakan bahwa
sistem akuntansi manajemen dan kinerja manajerial menunjukkan hasil yang
positif dan signifikan. Sistem akuntansi manajemen dan kinerja manajerial
berbanding lurus, dimana apabila sistem akuntansi manajemen baik maka kinerja
manajer menunjukkan hasil yang baik juga, begitu juga sebaliknya. Tetapi
berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siglilipu (2013) bahwa
sistem akuntansi manajemen belum berhasil memberikan pengaruh terhadap
kinerja manajer.
Erna dan Dwi (2006) mengatakan bahwa desentralisasi berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap kinerja manajerial. Hasil yang sama juga
diberikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2013) bahwa dengan
adanya desentralisasi yang tinggi akan meningkatkan kinerja manajerial pada
dealer mobil di kota Jambi. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Solechan dan Setiawati (2009) mengatakan bahwa desentralisasi tidak
Pada penelitian yang dilakukan oleh Wiryana (2014) mengatakan bahwa
strategi bisnis berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajer.
Sedangkan Sutapa (2003) hasil penelitiannya menunjukkan, ada pengaruh
interaksi antara tingkat desentralisasi dan karakteristik aggregation dan broad
scope SAM terhadap kinerja manajerial. Tingginya tingkat desentralisasi dan
karakteristik broad scope SAM yang lebih dibuat-buat atau tidak jujur akan
berdampak negatif terhadap kinerja manajerial.
Penelitian ini adalah penelitian sintesa dari penelitian Lempas dkk (2014).
Dengan variabel Desentralisasi, Sistem Akuntansi Manajemen, Kinerja Manajer
dan menambahkan Strategi bisnis yang diambil dari penelitian Wiryana dan
Augustine (2014) yang menggunakan enam variabel yaitu sistem akuntansi
manajemen, kinerja manajerial, strategi bisnis, PEU, ketidakpastian tugas dan
desentralisasi.
Berdasarkan uraian diatas, diketahui bahwa terjadi ketidakkonsistenan
hasil dari penelitian sebelumnya, maka penulis tertarik untuk mengetahui apakah
strategi bisnis, desentralisasi, dan sistem akuntansi manajemen mempunyai
pengaruh terhadap kinerja manajer. Sehingga penulis melakukan penelitian yang
berjudul "Pengaruh Strategi Bisnis, Desentralisasi, Sistem Akuntansi
Manajemen terhadap Kinerja manajer pada PT Jamu Jago Semarang”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang diatas, sehingga dapat dirumuskan
a. Adakah pengaruh Desentralisasi terhadap Kinerja Manajer pada Jamu
Jago?
b. Adakah pengaruh Strategi Bisnis terhadap Kinerja Manajer?
c. Adakah pengaruh Sistem Akutansi Manajemen terhadap Kinerja
Manajer?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
a. Untuk mengetahui pengaruh Desentralisasi terhadap Kinerja Manajer
b. Untuk mengetahui pengaruh Strategi Bisnis terhadap Kinerja Manajer
c. Untuk mengetahui pengaruh Sistem Akuntansi manajemen terhadap
Kinerja Manajer
1.4 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi Instansi, memberikan masukan bagi yang berkepentingan atau
perusahaan untuk meningkatkan kinerja manajerial yang berkenaan
dengan strategi bisnis, desentralisasi dan sistem akuntansi manajemen
2. Pembaca, diharapkan berguna sebagai informasi tambahan yang mungkin
diperlukan di bidang strategi bisnis, desentralisasi, dan sistem akuntansi
manajemen di masa yang akan datang
3. Pihak lain, memperkuat penelitian yang sebelumnnya yang berkenaan
dengan adanya pengaruh antara strategi bisnis, desentralisasi, dan sistem
1.5 Sistematika Penulisan
Penelitian skripsi ini dibagi dalam 5 bab dan setiap bab dibagi menjadi sub
bab-sub bab, hal ini dimaksudkan agar lebih jelas dan mudah dipahami. Secara
garis besar materi pembahasan dari masing-masing bab tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah,
tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi tentang landasan teori yang mendasari
penelitian ini yaitu strategi bisnis, desentralisasi, sistem
akuntansi manajemen dan kinerja manajerial serta untuk
menganalisa masalah yang dibahas, penelitian terdahulu
sebagai dasar dari penelitian yang akan dilakukan,
pengembangan hipotesis dan kerangka teoritis dalam
penelitian ini.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini akan menguraikan mengenai variabel inependen,
variabel dependen, definisi operasional, penentuan
populasi, sampel penelitian, jenis dan sumber data
penelitian, metode pengumpulan data serta metode analisis
Bab IV : Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang deskripsi objek penelitian dan analisis
data hasil olahan SPSS serta pembahasan dari hasil
penelitian.
Bab V : Penutup
Merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang berisi
kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan, saran
yang berguna bagi pihak terkait, serta keterbatasan yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Kontijensi
Pendekatan kontijensi pada akuntansi manajemen didasarkan pada premis
bahwa tidak ada sistem akuntansi manajemen secara universal selalu tepat untuk
bisa menetapkan pada seluruh organisasi pada semua keadaan (Lubis, 2011).
Sistem akuntansi mnanajemen tersebut tergantung pada faktor-faktor situsional
yang ada dalam organisasi.
Ouley (1980) dalam Wiryana dan Augustine (2014) menyatakan “The
contingency approach to management accounting is based on the premise that there is no universally appropriate accounting system which applies equally to all organizations in all circumstances”.
Dengan cara melakukan pendekatan kontijensi dapat digunakan untuk
menganalisis dan mendesain sistem akuntansi manajemen untuk memberikan
informasi yang digunakan perusahaan dalam berbagai tujuan. Sudah banyak
penelitian yang telah menggunakan pendekatan kontijensi guna menganalisis serta
mendesain sistem kontrol, khususnya pada sistem akuntansi manajemen.
Berdasarkan pendekatan kontijensi , terdapat dugaan bahwa ada faktor-faktor
situasional lain yang mungkin akan saling berinteraksi dalam suatu keadaan
dapat mengevaluasi variabel-variabel seperti desentralisasi, strategi bisnis dan
sistem akuntansi manajemen, sehingga kinerja manajerial menjadi lebih efektif.
Strategi yang telah dipilih dan diterapkan oleh sebuah perusahaan akan
memaksa perusahaan tersebut untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh
perusahaan dalam mengiplementasikan strategi yang telah diterapkan tersebut.
Informasi dalam struktur organisasi desentralisasi akan mempengaruhi
kemampuan organisasi dalan mengolah dan mengumpulkan informasi.
Perusahaan yang menganut sistem sentralisasi sebuah informasi mngkin hanya
akan mengalir dan terpusat pada manajemen tingkat atas saja, namun pada
perusahaan desentralisasi informasi tersebut juga dapat mengalir pada tingkatan
manajemen yang lebih rendah.
2.1.2 Strategi Bisnis
2.1.2.1 Pengertian Strategi Bisnis
David Fred (2009) mengatakan bahwa strategi adalah sarana bersama
dengan tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Strategi mempunyai
konsekuensi multifungsional atau multidivisional serta perlu mempertimbangkan,
baik faktor eksternal maupun internal yang dihadapi perusahaan.
Strategi disebut juga konsep bisnis perusahaan dan juga merupakan
perencanaan yang melihat ke depan yang dipadukan dalam konsep dasar atau misi
2.1.2.2 Alternatif Strategi Bisnis
Penyususnan alternatif strategi adalah bagian adalah tahap awal dari
pengembangan strategi dan melibatkan pencarian dan perancangan rutin.
Pembuatan keputusan strategi akan memulai untuk menimbulkan penyelesaian
alternatif jika suatu masalah diterima sebagai suatu celah. Dalam menimbulkan
penyelesaian alternatif, penyusunan strategi dapat memilih metode-metode
penyusunan alternative yang sifatnya rutin atau mengunakan
pendekatan-pendekatan kreatif.
Pada umumnya, perusahaan besar dan dominan akan sepenuhnya
mengembangkan alternatif strategi aktif dalam segmen pasar utamanya.
Perusahaan kecil bertahan hidup jika mereka mempunyai strategi pasif kearah
segmen pasar utama perusahaan besar dan strategi aktif kearah segmen yang tidak
diindahkan atau diabaikan oleh perusahaan dominan sehingga perusahaan kecil
tersebut diharapkan dapat berkembang.
Perusahaan dapat pula mengembangkan strategi aktif pada salah satu
bagian lingkungan dan mengembangkan strategi pasif pada bagian lingkungan
lainnya. Kenyataanya, penentuan karakteristik krusial dalam pemilihan strategi
aktif atau strategi pasif dipengaruhi oleh ukuran relatif perusahaan dalam
pasarnya.
Miles dan Snow (1978) dalam Wiryana dan Augistine (2014) menentukan
secara historikal perushaan dapat digolongkan ke dalam empat postur yaitu:
prospectors, analyzers, defender dan reactors.
1. Prospector
Perusahaan yang masuk ke dalam kategori tipe strategi prosppector
merupakan perusahaan yang secara kontinyu mencari peluang-peluang pasar
dengan berkompetensi memunculkan produk-produk baru dan market
development serta bereksperimen dengan melakukan respon-respon potensial
terhadap kecenderungan lingkungan yang muncul. Maka oleh karena itu,
perusahaan yang masuk ke dalam kategori prospector, sering merupakan
kreator perubahan dan ketidakpastian, sehingga kompetitornya harus
senantiasa merespon.
2. Defender
Perusahaan yang masuk ke dalam kategori tipe defender perusahaan
yang memiliki domain produk yang sempit. Manajemen puncak perusahaan
adalah orang-orang yang ahli dalam area yang terbatas dan tidak berusaha
mencari peluang-peluang dengan area yang lebih luas keluar dari ruang
lingkupnya. Sehingga karakteristik perusahaan tipe defender cenderung
memiliki sifat kurang dinamis. Sehingga hasil dari focus yang sempit ini
perusahaan jarang melakukan penyesuain-penyesuaian dalam teknologi
3. Analyzer
Analyzer merupakan kombinasi dari prospector dan defender.
Perusahaan yang masuk ke dalam kategori analyzer merupakan
perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam dua tipe domain produk pasar yang relatif
stabil dan tetap melakukan perubahan-perubahan. Pada area yang selalu
mengalami perubahan manajer puncak senantiasa memperhatikan pesaingnya
secara seksama berkenan dengan ide-ide yang akan diambil kemudian dengan
cepat mengadopsi mengadopsi sesuatu yang paling menjanjikan.
4. Reactor
Reactor adalah strategi perusahaan yang manajer puncaknya seringkali
menerima perubahan dan ketidakpastian yang terjadi pada lingkungan
organisasinya, tetapi tidak menanggapinya secara efektif, sehingga tipe
perusahaan yang seperti ini tidak memiliki strategi untuk selalu menyesuaikan
teknologi informasi dengan perubahan lingkungan yang terjadi.
2.1.2.3 Manfaat Strategi
Supriyono (1998) mengatakan bahwa, perlu untuk mengetahui manfaat
dari srategi, strategi itu sangat penting bagi perusahaan. Berikut manfaat strategi
bagi perusahaan:
1. Strategi merupakan cara untuk mengantisipasikan tantangan-tantangan dan
kesempatan-kesempatan (peluang-peluang) masa depan pada kondisi
2. Strategi dapat memberikan tujuan dan arah perusahaan di masa depan
dengan jelas kepada semua karyawan. Karena dengan tujuan dan arah
masa depan yang jelas, maka bagi karyawan bermanfaat untuk :
a. Mengetahui apa yang diharapakan dari pada karyawan dan kemana
arah tujuan perusahaan.
b. Dapat mengurangi konflik yang timbul karena strategi tang efektif
mengarahkan pada karyawan untuk mengikutinya.
c. Memberikan semangat atau dorongan pada karyawan dan
manajemen dalam mencapai tujuan.
d. Menjamin adanya dasar pengendalian manajemen dan evaluasi.
e. Menjamin para eksekutif puncak mempunyai kesatuan opini atas
masalah strategi dan tindakan-tindakan
f. Dapat digunakan untuk mempertimbangkan berbagai alternatif
terbaik.
g. Mengurangi celah dan tumpang tindih berbagai aktivitas.
h. Mengurangi hambatan0-hambatan untuk berubah.
i. Meningkatkan kemampuan mencegah timbulnya masalah.
3. Pada saat ini, strategi banyak dipraktekkan di dalam industri, karena
membuat tugas para eksekutif puncak menjadi lebih mudah dan
mengurangi resiko.
4. Strategi adalah kacamata yang bermanfaat untuk memonitor apa yang
5. Memberikan informasi kepada manajemen puncak di dalam merumuskan
tujuan akhir dalam perusahaan dengan memperhatikan etika masyarakat
dan lingkungannya.
6. Strategi dapat membantu manajemen dalam pembuatan keputusan proaktif
maupun reaktif agresif.
7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi dapat membantu
praktik-praktik manajer.
8. Perusahaan yang menyusun strategi umumnya lebih efektif dibandingkan
dengan perusahaan yang tidak menyusun strategi.
2.1.2.4 Keterbatasan Strategi
Meskipun manfaat strategi banyak, tetapi strategi juga mempunyai
keterbatasan-keterbatasan yang harus diperhatikan oleh para penyusun strategi
sehingga keterbatasan dapat ditekan serendah mungkin. Berikut dari strategi :
1. Strategi didasarkan atas prediksi, tetapi perusahaan sulit menyusun
prediksi keadaan masa depan secara terinci karena masa depan sangat
kompleks dan berubah-ubah. Untuk menghadapi masalah ini diperlukan
teknik probabilitas yang lebih akurat di dalam memprediksi apa yang akan
terjadi di masa depan.
2. Dedikasi yang berlebihan terhadap strategi yang sudah ditetapkan dapat
mengakibatkan hilangnya kesempatan yang ada. Perlu disadari bahwa
srategi hasrus bersifat fleksibel di dalam menghadapi lingkungan yang
mungkin tidak cocok dengan perubahan lingkungan dengan akibat
perubahan kesempatan dan hambatan yang ada.
3. Strategi yang disusun harus merupakan suatu kesatuan, komprehensif, dan
terpadu: tetapi syarat ini seringkali sulit dipenuhi karena adanya konflik
antara tujuan corporate dengan tujuan devisi atau departemen-departemen
di dalam organisasi, juga dapat timbul konflik antara tujuan devisi yang
satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini perlu konsep kseimbangan
alokasi sumber perusahaan dan eliminasi konflik antardivisi organisasi.
4. Kesulitan menyusun pola-pola tujuan, kebijakan, dan implementasinya
secara bijaksana. Dalam hal ini diperlukan pertimbangan-pertimbangan
(judgments) manajemen. Pertimbangan manajemen diperlukan di dalam
menyusun strategi.
5. Proses manajemen stategi memerlukan waktu, usaha, dan biaya namun
tidak ada jaminan manfaatnya lebih besar.
2.1.3 Desentralisasi
2.1.3.1 Pengertian Desentralisasi
Pengambilan keputusan memegang peranan yang sangat penting karena
keputusan yang diambil oleh manajer merupakan hasil pemikiran akhir yang harus
dilaksanakan oleh bawahannya atau mereka yang bersangkutan dengan organisasi
yang dipimpin. Hal ini penting karena menyangkut semua aspek. Kesalahan
dalam pengambilan keputusan bisa merugikan orgnisasi, muai dari kerugian citra
sendiri, tetapi tidak jarang jugapi bersama dengan staf, tergantung dari besar
kecilnya masalah dan gaya kepemimpinan yang di anut oleh si manajer.
Setiap perusahaan pasti memiliki struktur yang berbeda-beda yang
memberikan dasar bagi fungsi organisasi tersebut. Desentralisasi adalah
pendelegasian tugas dan tanggung jawab kepada manajer. Tingkat pendelegasian
menunjukkan bahwa manajer yang lebih tinggi mengijinkan manajer yang lebih
rendah untuk membuat kebijakan secara independen. Pendelegasian yang
diberikan kepada manajer yang lebih rendah dalam otoritas pembuatan keputusan
akan diikuti pula dengan tanggung jawab atas aktifitas yang mereka lakukan.
Kebijakan yang dijalankan karena inisiatif sendiri, maka akan menimbulkan rasa
tanggung jawab yang lebih besar atas kebijakan yang dijalankan tersebut. Disini
otoritas merupakan sebagai hak untuk menetukan penugasan, dan tanggung jawab
merupakan kewajiban untuk mencapai tugas yang telah ditetapkan.
Garrison & Narren (2000) memberikan pengertian bahwa perusahaan yang
terdesentralisasi yaitu perusahaan yang pembuat keputusannya tidak diserahkan
kepada beberapa eksekutif puncak tetapi diserahkan diseluruh organisasi, dengan
manajer di berbagai tingkatan membuat keputusan-keputusan penting yang
berhubungan dengan lingkup tanggung jawab mereka. Desentralisasi hanyala
masalah tingkatan karena seluruh organisasi didesentralisasikan pada lingkup
tertentu sejauh diperlukan. Desentralisasi adalah konsep yang lebih luas dan
berhubungan dengan seberapa jauh manajemen puncak mendelegasikan wewenag
ke bawah yaitu ke devisi-devisi, cabang-cabang, atau satuan-satuan organisasi
dalam membuat keputusan dan kebijakan kepada manajer atau orang-orang yang
berada pada level bawah dalam suatu struktur organisasi dan dapat memperbaiki
serta meningkatkan efektifitas dan produktifitas suatu organisasi.
Hansen & Mowen (2000) mengatakan bahwa desentralisasi
(decentralization) merupakan praktek pendelegasian wewenang pengambilan
keputusan kepada jenjang yang lebih rendah. Esensi dari desentralisasi adalah
kebebasan pengambilan keputusan. Suatu perusahaan yang desentralisasi, manajer
pada jenjang yang lebih rendah membuat dan mengimplementasikan keputusan,
sedangkan pada organisasi yang tersentralisasi, manajer pada jenjang yang lebih
rendah hanya bertanggunng jawab terhadap implementasi keputusan.
Desentralisasi sangatlah diperlukan karna kondisi administratif organisasi
atau perusahaan yang semakin kompleks, begitu juga terhadap tugas dan tanggung
jawab, sehingga diperlukan pendistribusian otoritas kepada manajemen yang lebih
rendah. Untuk mendapatkan kebijakan-kebijakan yang telah di ambil lebih
berkualitas, maka dengan adanya desentralisasi, penetapan kebijakan dilakukan
oleh manajer yang lebih memahami kondisi unit yang dipimpinnya.
2.1.3.2 Alasan-alasan Desetralisasi
Berikut beberapa alasan organisasi atau perusahaan melakukan
desentralisasi, yaitu sebagai berikut:
1. Kemudahan terhadap pengumpulan dan pemanfaatan informasi lokal.
Kualitas dalam pengambilan keputusan sangat dipengaruhi oleh
dan beroperasi pada pasar dan wilayah yang berbeda, manajemen pusat
mungkin tidak memahami kondisi-kondisi lokal. Namun, manajer yang
berada pada jenjang yang lebih rendah dapat berhubungan dengan
kondisi-kondisi pengoperasian, sehingga mempunyai akses yang lebih untuk
pengoperasian tersebut, maka manajer yang berada pada jenjang yang
lebih rendah sering unggul dalam pembuatan keputusan-keputusan yang
lebih baik.
2. Fokus Manajemen Pusat.
Dengan mendesentralisasikan keputusan-keputusan operasi,
manajemen pusat bebas berperan dalam upaya perumusan perencanaan
dan pengambilan keputusan strategis. Kelangsungan operasi jangka
panjang dari perusahaan harus penting bagi manajemen pusat daripada
operasi sehari-hari.
3. Melatih dan Memotivasi Manajer.
Organisasi selalu membutuhkan manajer yang terlatih untuk
menggantikan posisi manajer jenang yang lebih tinggi. Memberikan
kesempatan pada manajer tingkat bawah dalam membuat keputusan dapat
membantu para manajer puncak untuk mengevaluasi kapabilitas manajer
tingkat bawah. Pertanggungjawaban yang lebih besar mampu
menghasilkan kepuasan kerja yang lebih tinggi memotivasi manajer lokal
untuk berupaya lebih baik, Inisiatif dan kreativitas yang lebih tinggi akan
muncul.
Perusahaan-perusahaan besar sekarang menyadari bahwa mereka
tidak akan mampu bertahan apabila tetap mengoperasikan suatu devisi
yang tidak berdaya saing.
2.1.3.3 Unit-unit Desetralisasi
Desentralisasi diwujudkan dengan membentuk unit-unit yang disebut
divisi. Hansen & Mowen (2000) mengatakan bahwa ada beberapa cara untuk
membedakan divisi, yaitu:
1. Berdasarkan jenis barang atau jasa yang diproduksi.
Diorganisasikan berdasarkan lini produknya, bahwa beberapa
divisi lain bergantung kepada divisi yang lainnya. Dalam pengaturan
desentralisasi , terdapat beberapa yang saling ketergantungan, jika tidak
demikian, maka suatu perusahaan hanya akan menyerupai kumpulan dari
entitas yang terpisah secara total.
2. Menurut garis geografis.
Kehadiran divisi-divisi yang membentang di satu atau lebih
wilayah menciptakan kebutuhan akan evaluasi kinerja yang mampu
mempertimbangkan perbedaan lingkungan divisional.
3. Berdasarkan jenis pertanggungjawaban.
Diorganisasikan berdasarkan jenis pertanggungjawabannya,
seperti: pusat biaya, pusat pendapatan, pusat ;aba, dan pusat investasi.
Pusat investasi mencerminkan tingkat tertinggi desentralisasi diikuti
manajernya memiliki kebebasan untuk membuat beragam keputusan
penting.
2.1.3.4 Keunggulan Desentralisasi
Menurut Garisson & Norren (2000) Desentralisasi memiliki beberapa
keungggulan, sebagai berikut :
a. Manajemen puncak dibebaskan atau diringankan dari pemecahan berbagai
persoalan hari ke hari yang lebih banyak dan dapat lebih berkonsentrasi
pada strategi dan pada bagian-bagian organisasi.
b. Desentralisasi dapat memberikan peluang manajer-manajer yang lebih
rendah untuk memperoleh pengalaman-penalaman poko dalam
pengambilan keputusan. Tanpa pengalaman yang seperti itu mereka akan
mengalami kesulitan-kesulitan jika akan dipromosikan ke jenjang yang
lebih tinggi.
c. Menambah tanggungjawab dan wewenang pembuatan keputusan yang
sering kali dapat mengakibatkan bertambahnya kepuasan atas hasil kerja
yang telah dilakukan. Hal tersebut membuat pekerjaan lebih menarik dan
memberikan insentif yang lebih besar agar orang-orang tersebut terpacu
untuk memgeluarkan usaha-usaha terbaik mereka.
d. Manajer-manajer yang berada pada tingkat yang lebih rendah secara
umum memiliki informasi yang lebih rinci dan diperbaharui mengenai
kondisi-kondisi dalam bidang tanggungjawab mereka sendiri datipada
manajer pada tingkat yang lebih rendah seringkali didasarka pada
informasi yang lebih baik, sehingga dapat lebih tepat sasaran.
e. Sulit untuk mengevaluasi prestasi seorang manajer jika manajer tidak
banyak diberikan kebebasan, karena kemampuan yang dimilikinya tidak
dapat terlihat.
2.1.3.5 Kelemahan Desentralisasi
Selain memiliki keunggulan, desentralisasi juga memiliki beberapa
kelemahan. Ada empat kelemahan utama dari desentralisasi, yaitu:
a. Memungkinkan manajemen-manajemen pada tingkatan yang lebih rendah
untuk membuat keputusa-keputusan tanpa sepenuhnya memahami,
sedangka manajer tingkat puncak biasanya memiliki informasi yang lebih
terperinci tentang operasi-operasi daripada manajer-manajer pada
tingkatan yang lebih rendah. Manajer puncak biasanya memiliki lebih
banyak informasi tentang organisasi sebagai satu keseluruhan dan
mungkin memiliki suatu pemahaman yang lebih baik dari strategi
perusahaan. Situasi tersebut dapat dihindari sampai pada suatu lingkup
dengan penggunaan sistem informasi manajemen modern yang dapat
memberikan informasi yang sama kepada setiap menajer yang sampai
pada CEO (Chif Executive Officer) dan manajer puncak lainnya.
b. Organisasi yang benar-benar terdesentralisasi, memungkinkan akan terjadi
sesuatu kekurangan koordinasi bagi antara manajer yang memiliki
mendefinisikan strategi perusahaan secara jelas dan mengkonsumsikannya
seara efektif pada seluruh bagian organisasi.
c. Manajer pada tingkatan yang lebih rendah mugkin memiliki tujuan yang
berbeda dari tujuan perusahaan secara keseluruhan.
d. Seseorang dalam bagian organisasi mungkin memiliki gagasan inovatif
yang luar biasa yang akan menguntungkan bagian-bagian lain dari
organisasi, tetapi tanpa adanya arahan dari pusat, gagasan tersebut
mungkin tidak dibagi bersama dan digunakan oleh bagian-bagian lain dari
organisasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat desentralisasi dalam suatu
organisasi mungkin berbeda. Hal ini mungkin dikarenakan berbedanya devisi atau
departemen organisasi atau perubahan lingkungan internal maupun eksternal. Jadi
pendekatan yang paling logic yang dapat digunakan organisasi adalah mengamati
segala kemungkinan yang terjadi.
2.1.4 Sistem Akuntansi Manajemen
Akuntansi manajemen dan laporan akuntansi menyajikan informasi yang
terutama ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi financial dalam
pencapain tujuan perusahaan. Di lain pihak manajer harus menentukan tujuan
perusahaan, menjabarkan tujuan tersebut, mengevaluasi dan mengambil tindakan
untuk pencapain, sesudah itu mengendalikan apa yang telah ditetapkan. Informasi
akuntansi sangat membantu menjalankan fungsi manajer tersebut. Tugas pokok
laporan yang berupa informasi keuangan untuk pencapain tujuan perusahaan.
Sehingga diharapakan tugas manajemen lebih terarah dan efisien , sebab diberi
informasi oleh akuntan manajemen dalam memberi informasi keuangan.
Hansen dan Mowen (2009) Sistem informasi akuntansi manajemen adalah
system informasi yang menghasilkan keluaran (output) dengan menggunakan
masukan (input) dan memprosesnya untuk mencapai tujuan khusus manajemen.
Hansen dan Mowen (2009) mengatakan bahwa Sistem akuntansi
manajemen mempunyai 3 tujuan umum, yaitu:
a. Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perhitungan harga
pokok jasa, produk dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.
b. Menyediakan informasi yang diperlukan dalam perencanaan,
pengendalian, pengevaluasian dan perbaiakan berkelanjutan.
c. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
Ketiga tujuan ini mengungkapkan bahwa manajer dan pengguna lainnya
membutuhkan informasi akuntansi manajemen dan perlu mengetahui bagaimana
cara menggunakannya. Para manajer, pekerja dan eksekutif menggunakan
informasi akuntansi manajemen untuk mengidentifikasi masalah, memecahkan
masalah, dan mengevaluasi kinerja. Pada intinya, informasi akuntansi manajemen
membantu manajer menjalankan perannya dalam perencanaan, pengendalian, dan
pengambilan keputusan. Perencanaa merupakan formulasi terperinci dari tindakan
implementasi suatu rencana, sedangkan pengambilan keputusan adalah pemilihan
di antara alternatif yang ada.
Peranan akuntan manajemen dalam sebuah perusahaan merupakan peranan
pembantu. Mereka membantu orang-orang yang bertanggung jawab
melaksanakan tujuan dasar organisasi. Posisi yang bertanggung jawab langsung
pada tujuan dasar organisasi disebut sebagai lini posisi. Posisi yang mendukug
dan tidak bertanggung jawab langsung terhadap tujuan dasar organisasi disebut
posisi staf.
Karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen Chenhall dan Morris
(1986) dalam Wiryana dan Augustine (2014) :
1. Broad scope
Informasi sistem akuntansi manajemen yang bersifat broad scope
merupakan informasi yang memperhatikan dimensi fokus, time horizon dan
kualifikasi. Informasi broad scope memberikan informasi tentang faktor-faktor
eksternal, internal, informasi ekonomi, non ekonomi, kejadian yang mungkin
terjadi dimasa yang akan datang, dan informasi yang berhubungan dengan
aspek-aspek lingkungan. Desentralisasi akan mendorong manajer untuk
mengembangkan kompetesinya di dalam perusahaan, yang akanmendorong
kearah peningkatan kinerja, sehingga mereka memerlukan informasi broad scope
untuk mendukung daya saing. Disamping itu, broad scope dapat memenuhi
kebutuhan manajer terhadap informasi-informasi tertentu, sebab tiap-tiap manajer
manajer yang lainnya sesuai dengan fungsi masing-masing manajer. Pemenuhan
terhadap kebutuhan para manajer akan mampu membantu para manajer
menghasilkan kebijakan yang lebih efektif, sehingga hasilnya diharapkan dapat
meningkatkan kinerja organisasi secara menyeluruh ke arah yang lebih baik
2. Timelines
Timelines yaitu ketepatan waktu dalam memperoleh informasi mengenai
suatu kejadian. Ketepatan waktu menunjukkan rentang waktu antara permohonan
informasi dangan penyajian informasi yang diinginkan serta frekuensi
penyampaian informasi akuntansi manajemen. Informasi yang tepat waktu sangat
mempengaruhi kemampuan manajer agar dapat merespon setiap kejadian. Apabila
informasi disampaikan terlambat, maka akan berakibat informasi tersebut
kehilangan nilai dalam mempengaruhi kualitas keputusan.
3. Aggregated
Informasi agregad diperlukan oleh organisasi yang menganut sistem
desentralisasi karena dapat mencegah terjadinya overload informasi. Informasi
yang teragregasi dengan tepat dapat memberikan masukan penting dalam proses
pengambilan keputusan, karena waktu yang dibutuhkan untuk mengevaluasi
menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan informasi yang tidak teragregasi
karena tidak terorganisir. Aggregated merupakan penyampaian informasi dalam
bentuk yang lebih ringkas tetapi mencakup hal-hal penting dan tidak mengurangi
nilai informasi itu sendiri. Dimensi aggregate merupakan ringkasan informasi
4. Integreated
Karakteristik informasi integrasi mencerminkan kompleksitas dan saling
keterkaitan antara bagian satu dengan bagian lain. Berperan sebagai koordinator
untuk mengendalikan pengambilan keputusan yang beragam. Informasi
terintegarsi sangat membantu para manjer ketika dihadapkan dalam melakukan
pengambilan keputusan yang mungkin berpengaruh terhadap sub unit lainnya.
Informasi yang terintegrasi juga menunjukkan akan sifat transparansi informasi
dari masing-masing manajer, karena informasi mengenai dampak dampak suatu
kebijakan dengan unit lainnya tercermin dalam informasi integrasi.
2.1.5 Kinerja Manajerial
2.1.5.1 Pengertian Kinerja Manajerial
Kinerja Manajerial adalah hasil dari proses aktivitas manajerial yang
efektif mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, laporan pertanggung jawaban,
pembinaan dan pengawasan. Kinerja manajerial akan dikatakan efektif apabila
tujuan organisasi yang telah tertuang dalam anggaran dapat tercapai.
Menurut Mulyadi (2005) kinerja manajerial adalah kinerja individu
anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial. Kinerja manajerial
merupakan hasil dari proses aktivitas manajerial yang efektif mulai dari proses
perencanaan, pelaksanan, penatausahaan, laporan pertanggungjawaban,
Mahoney (1963) dalam Dwirandra (2007) mengatakan bahwa kinerja
manajer sebagai salah satu faktor yang dapat meningkatkan efektifitas kinerja
organisasi. Mahoney mendefinisikan kinerja manajer berdasarkan fungsi
manajemen pada teori manajamen klasik.
Mahoney (1963) dalam Yuristisia (2009) menyebutkan bahwa kinerja
manajerial sebagai kinerja para individu dalam kegiatan manajerial. Variable
kinerja manajerial di ukur dengan menggunakan self-rating yang dikembangkan
oleh Mahoney, dimana setiap responden diminta untuk mengukur kinerja sendiri
ke dalam sembilan dimensi, yaitu :
1. Perencanaan
Penentuan kebijakan dan sekumpulan kegiatan untuk selanjutnya
dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi waktu sekarang dan yang akan
dating. Perencanaan bertujuan untuk memberikan pedoman dan tata cara
pelaksanaan tujuan, kibijakan, prosedur, penganggaran dan program kerja
sehingga terlaksanasesuai dengan sasaran.
2. Investigasi
Kegiatan untuk melakukan pemeriksaan melalui pengumpulan dan
penyampaian informasi sebagai bahan pencatatan, pembuatan laporan, sehingga
mempermudah dilaksanakannya pengukuran hasil dari analisis terhadap pekerjaan
yang telah dilakuakan. Pengkoordinasian merupakan proses jalinan kerjasama
dengan bagian-bagian dalam organisasi melalui tukar menukar informasi yang
3. Koordinasi
Menyelaraskan tindakan yang meliputi pertukaran informasi dengan
orang-orang dalam unit organisasi lainnya, guna dapat berhubungan dan
menyesuaikan program yang akan dijalankan.
4. Evaluasi
Penilaian yang dilakukan oleh pimpinan terhadap rencana yang telah
dibuat, dan ditujukan untuk menilai pegawai dan catatan hasil kerja sehingga dari
hasil penilaian tersebut dapat diambil keputusan yang diperlukan.
5. Pengendalian
Penilaian atas usulan kinerja yang diamati dan dilaporkan
6. Pemilihan Staf
Memeilihara dan mempertahankan bawahan dalam suatu unit kerja,
menyeleksi pekerjaan baru, menempatkan dan mempromosikan pekerjaan tersebut
dalam unitnya atau unit kerja lain
7. Negosiasi
Usaha untuk memperoleh kesepakatan dalam hal pembelian, penjualan,
atau kontrak untuk barang-barang dan jasa.
Menyampaikan informasi tentang visi, misi, dan kegiatan-kegiatan
organisasi dengan menghadiri pertemuan kelompok bisnis dan konsultasi dengan
kantor-kantor lain.
9. Kinerja secara menyeluruh
2.1.5.2 Peranan Manajer
Henry Mintzberg berkesimpulan bahwa semua manajer, mulai dari
manajer perusahaan sampai pimpinan gangster, mempunyai aktivitas yang serupa.
Pertama, mereka memperoleh status dari otoritas formal. Manajer perusahaan
ditunjuk oleh Dewan Komisaris dan manajer tersebut memperoleh otoritas dengan
penunjukan tersebut. Pimpinan gangster barangkali diangkat oleh anggotanya dan
dengan demikian status kepemimpinan diperoleh dari penunjukan tersebut. Dari
penunjukan tersebut manajer terlibat kegiatan hubungan manusia (interpersonal)
dengan karyawan, manajer di bawahnya, teman manajer maupun atasannya.
Kemudian dia memperoleh informasi dari interaksi dengan orang-oang lain.
Informasi tersebut kemudian digunakan untuk pengambilan keputusan.
Peranan Manajer sebagai informasi (Information Roles) merupakan
konsekuensi lanjutan dari peranan hubungan manusia yang mencakup tiga
peranan yaitu:
a. Monitor.
Peranan monitor membuat manajer selalu aktif mencari informasi yang
dapat bermanfaat bagi organisasi. Majaner selalu bertanya kepada
bisnis melalui jaringan kontaknya. Peranan monitor ini membuat manajer
menjadi orang yang paling terinformasi atau paling banyak mempunyai
informasi dalam organisasinya.
b. Disemanasi (disseminator)
Manajer mendistribusikan informasi yang diperolehnya kepada pihak lain,
khususnya kepada bawahannya, agar bawahan mampu mengerjakan
tugasnya dengan baik. Informasi tersebuat dapat berupa hasil rapat, atau
hasil perkiraan atau hasil analisis manajer, atau informasi yang diperoleh
dari pihak luar orgaisasi. Apabila peranan monitor dengan peranan
diseminasi digabungkan, akan terlihat posisi manajer yang sangat penting
dalam arus informasi di dalam, maupun keluar organisasi.
c. Juru bicara (Spokesman)
Peranan juru bicara memposisikan manajer sebagai wakil organisasi dalam
menyampaikan informasi ke pihak luar. Manajer devisi perlu
menyampaikan informasi mengenai divisinya kepada manajer puncak.
Sumber daya selalu terbatas, sedangkan kebutuhan tidak pernah terbatas.
Manajer harus mengalokasikan sumberdaya yang terbatas tersebut agar organisasi
dapat tercapai dengan efisien. Manajer biasanya akan menentukan prioritas,
kebutuhan mana yang harus didahulukan dan lihat-lihat mana yang dapat
dilakukan kemudian.
Manajer perlu mengetahui bagaimana hasil yang telah dicapainya selama
tahun berjalan. Dengan memberikan pelaporan kinerja secara berkala dan tepat
dapat mengambil tindakan korektif dan mengubah rencana bila perlu. Laporan
kinerja secara berkala dapat memberikan dorongan perilaku yang positif dan
memberikan kesempatan serta waktu bagi manajer untuk beradaptasi dalam
kondisi yang berubah-ubah.
2.1.6 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian, peneliti merujuk pada beberapa penelitian terdahulu
untuk dijadikan acuan, antara lain:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama
Peneliti/T ahun
Judul Tujuan Metode
Penelitian Hasil Penelitian 1 Lempas dkk (2014) Desentralisasi Dan Sistem Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajer Pada PT.Sinar Galesong Prima Manado Untuk mengetahui pengaruh antara desentralisasi terhadap sistem akuntansi dan kinerja manajer dan pengaruh sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajer pada Pt. Sinar Galesong Prima Manado Pengembanga deskripsi 1.Variabel desentralisasi dan sistem akuntansi manajemen secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada PT. Sinar Galoseng Prima Cabang Manado 2.sistem akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajer pada PT Sinar Galesong Prima Manado 2 Wiryana dan Augustine (2014) Pengaruh Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen terhadap kinerja manajerial dengan variable moderasi strategi bisnis, PEU, ketidakpastian tugas dan desentralisasi Untuk memberikan bukti empiris mengenai penngaruh karakteristik SAM terhadap kinerja manajerial, pengaruh PEU, ketidakpastian tugas dan desentralisasi dalam hubungan karakteristik SAM
Metode survey 1)SAM berpengaruh positif da signifikan terhadap kinerja manajerial. 2)strategi bisnis, PEU dan ketidakpastian tugas sebagai variabel moderator dengan karakteristik SAM berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial. 3)
dengan kinerja manajerial, desentralisasi sebagai variabel moderator dengan karakteristik SAM tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial 3 Suryani (2013) Pengaruh penggunaan informasi akuntansi manajemen dan desentralisasi terhadap kinerja manajerial (survey pada dealer mobil kota jambi) Untuk mengetahui pengaruh dari sinformasi sistem akuntansi manajemen dan desentralisasi terhadap kinerja manajerila pada dealer mobil di kota jambi
Metode survey Secara parsial terdapat pengaruh antara frekuensi penerbitan laporan rutin, kualitas informasi akuntansi manajemen, desentralisasi terhadap kinerja manajerial 4 Solechan dan Seriawati (2009) Pengaruh karakteristik system akuntansi manajemen dan desentralisasi sebagai variabel moderating terhadap kineja manajerial (studi empiris perusahaan manufaktur di kabupaten Semarang) Mengetahui bukti empiris pengaruh karakteristik system akuntansi manajemen dan desentralisasi terhadap kinerja manajerial. Metode survey terhadap perusahaan manufaktur di Kabupaten Semarang 1)Terdapat pengaruh positif sa signifikan anatara karakteristik SAM terhadap kinerja manajerial. 2) tidak ada pengaruh yang posiitif dan signifikan antara desentalisasi dan karalteristik SAM terhadap kinerja manajerial. 5 Yuristisia (2009) Pengaruh Sistem Akuntansi Manajemen terhadap Kinerja Manajerial dengan variable moderasi strategi bisnis perceived environmental uncertainty peu dan sesentralisasi pada perusahaan manufaktur di propinsi Jambi Untuk memperoleh bukti emperis mengenai pengaruh sistem akuntansi manajemen, interaksi sistem informasi akuntansi manajemen dan strategi bisnis serta desentralisasi terhadap kinerja manajer pada perusahaan manufaktur di propinsi Jambi Pengembangan deskriptif Sistem akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajer di dukung leh strategi
bisnis dan desentralisasi sebagai variable moderator 6 Erna dan Dwi Pengaruh desentralisasi, Untuk mengetahui pengaruh antara Melalui data primer berupa Secara parsial Variabel
(2006) karakteristik sistem akuntansi manajemn dan ketidakpastian lingkungan terhadap kinerja manajerial pada PT Alim Surya Steel desentralisasi, karakteristik informasi akuntansi manajemen dan ketidakpastian tugas terhadap kinerja mansjerial. jawaban kuesioner oleh responden. desentralisasi , karakteristik sistem akuntansi manajemen dan ketidakpastian lingkungan berpengaruh terhadap kinerja manajerial 2.2 Kerangka Teoritis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi bisnis,
desentralisasi dan sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajer pada PT
Jamu Jago Semarang. Sehingga dari penjelasan tersebut dapat digambarkan dalam
bentuk diagram sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian
sampai terbukti melalui data yang terkumpul, Arikunto (2006).
2.3.1 Pengaruh Strategi Bisnis Terhadap Kinerja Manajerial
Strategi Bisnis (X1) Kinerja Manajer (Y) Desentralisasi (X2) Sistem informasi Akuntansi (X3)
Kinerja manajerial dipengaruhi oleh interakasi antara sistem informasi
akuntansi manajemen dan strategi bisnis. Adanya kesesuaian antara strategi bisnis
dan sistem informasi akuntansi manajemen akan mengakibatkan kinerja
manajerial semakin tinggi.
Yuristisia (2011) mengatakan bahwa strategi bisnis mempunyai pengaruh
positif terhadap kinerja manajerial. Begitu juga dengan Wiryana dan Augstine
(2014) mengatakan bahwa interaksi strategi bisnis yan berfungsi sebagai variabel
moderator dengan sistem informasi akuntansi manajemen berpengaruh positif dan
signifkan terhadap kinerja manajerial.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Ada pengaruh positif dan signifikan antara strategi bisnis terhadap kinerja
manajerial
2.3.2 Pengaruh Desentralisasi Terhadap Kinerja Manajerial
Tingkat desentralisasi akan mempengaruhi tingkat kebutuhan terhadap
informasi sistem akuntansi manajemen. Dampak Interaksi antara sistem akuntansi
manajemen dengan desentralisasi akan semakin positif terhadap kinerja
manajerial. Hubungan tersebut terjadi karena adanya desentralisasi, para manajer
diberikan hak untuk mengambil keputusan oleh superior (atasannya) dan
mengimplementasikannya, tetapi di sisi lain manajer bertanggung jawab terhadap
Solechan (2009) mengatakan bahwa tidak terdapat pengaruh positif dan
signifikan hubungan antara desentralisasi dengan kinerja manajerial. Hal ini
diperkuat juga oleh peneleitian yang dilakukan oleh lempas (2014) bahwa
desentralisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerila.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara desentralisasi terhadap
kinerja manajerial.
2.3.3 Pengaruh Sistem Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial
Manajer yang memiliki informasi akuntansi manajemen yang broadscpoe,
timelines, aggregation dan integration akan mampu meningkatkan kinerja
manajer dalam pembuatan perencanaan yang lebih baik serta mampu mencapai
target yang telah ditetapkan. Agar dapat menjalankan fungsi dan tugas yang telah
diberikan dengan baik, maka dibutuhkan informasi akuntansi manajemen dari
berbagai sumber yang sifatnya luas.
Lempas dkk (2014) mengatakan bahwa sistem akuntansi manajemen
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial. Hal ini
juga dinyataka dalam penelitian yang dilakukan oleh Solechan dan Setiawati
(2009) bahwa sistem akuntansi manajemen berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja manajerial.
H3 : Ada pengaruh positif dan signifikan antara sistem akuntansi manajemen
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1 Variabel Penelitian
Variabel variabel yang dipakai dalam penelitian ini adalah variabel terikat
(variabel dependen) dan variabel bebas (variabel independen).
1) Variabel Bebas (Independen Variabel)
Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel lain. Variabel independen juga dapat disebut sebagai
variabel yang mendahului (antecedent variabel). Pada penelitian ini variabel
independen terdiri dari strategi bisnis, desentralisasi, dan sistem
kuntansi.manajemen
2) Variabel Terikat (Dependen Variabel)
Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelasakan atau
dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen juga dapat disebut
sebagai variabel konsekuensi (consequent variabel). Dalam penelitian ini
variabel dependennya yaitu kinerja manajerial.
3.1.2 Definisi Operasional
Definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam
1. Strategi Bisnis
Strategi bisnis dalam penelitian ini merupakan variabel independen.
Variabel strategi bisnis diukur dengan instrumen Miles dan Snow (1978)
dalam Wiryana dan Augustine (2014), dengan dimensi prospector dan
defender dimana responden diminta untuk menjawab 6 butir pertanyaan.
Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert, yaitu Sangat Setuju =
SS dengan skor 5, Setuju = S dengan skor 4, Netral = N dengan skor 3, Tidak
Setuju = TS dengan skor 2, Sangat Tidak Setuju = STS dengan skor 1.
2. Desentralisasi
Desentralisasi dalam penelitian ini merupakan variabel independen.
Variabel desentralisasi diukur dengan instrumen yang diadopsi dari
Dwirandra (2007), dimana setiap responden diminta untuk menjawab 6 butir
pertanyaan. Setiap pertanyaan berisikan mengenai seberapa besar peran
manajer dalam perusahaan, yang diukur dengan menggunakan skala likert 1,
tidak setuju (persepsi desentralisasi rendah) sampai 5, sangat setuju (persepsi
desentralisasi tinggi).
3. Sistem Akuntansi Manajemen
Variabel sistem akuntansi manajemen merupakan variabel independe.
Variabel sistem akuntansi manajemen yang diukur dengan karekteristik sistem
akuntansi manajemen yang dikembangkan oleh Chenhall dan Morris (1986),
dengan dimensi Broadscope, timelines, aggregated, integrated, dimana
dengan menggunakan skala likert, yaitu Sangat Setuju = SS dengan skor 5,
Setuju = S dengan skor 4, Netral = N dengan skor 3, Tidak Setuju = TS
dengan skor 2, Sangat Tidak Setuju = STS dengan skor 1.
4. Kinerja Manajerial
Dalam penelitian kinerja manajerial merupakan variabel dependen.
Variable kinerja manajerial di ukur dengan menggunakan self-rating yang
dikembangkan oleh Mahoney (1963) dalam Yuristisia (2009), dimana setiap
responden diminta untuk mengukur kinerja sendiri ke dalam sembilan
dimensi, yaitu perencanaan, investigasi, pengkoordinasiaan, evaluasi,
pengawasan, pemilihan staf, negosiasi, perwakilan dan kinerja secara
menyeluruh. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert, yaitu
Sangat Setuju = SS dengan skor 5, Setuju = S dengan skor 4, Netral = N
dengan skor 3, Tidak Setuju = TS dengan skor 2, Sangat Tidak Setuju = STS
dengan skor 1.
3.2 Populasi Dan Sampel
Populasi (population) adalah keseluruhan dari unit yang diteliti yang
merupakan sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai
karakterietik tertentu. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah top
manager, middle manager dan low manager pada PT jamu Jago Semarang.
Pemilihan sampel dalam penelitian yaitu dengan metode sensus, dikarenakan
3.3 Jenis Dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitia ini adalah berupa data primer.
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung
dari sumber asli, tidak melalui media perantara. Data primer dalam penelitian ini
diperoleh dari jawaban atas kuesioner yang diajukan atau desebarkan kepada
responden. Respondennya yaitu manajer pada PT Jamu Jago Semarang.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan
metode survei dengan memberikan kuesioner atau angket kepada responden.
Kuesioner atau angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada para
manajer di PT Jamu Jago Semarang.
Pada penelitian ini responden diberikan lima pilihan jawaban. Untuk
mengetahui distribusi masing-masing variabel dimana pengumpulannya dengan
menggunakan kuesioner, setiap indikator dari data yang dikumpulkan terlebih
dahulu diklasifikasikan dan kemudian diberi skor. Adapaun pemberian skor
indikator strategi bisnis, desentralisasi, sistem akuntansi manajemen dan kinerja
manajerial adalah sebagai berikut:
a. Jawaban pernyataan Sangat Setuju (SS) = 5
b. Jawaban pernyataan Setuju (S) = 4
c. Jawaban pernyataan Netral (N) = 3
d. Jawaban pernyataan Tidak Setuju (TS) = 2
3.5 Metode Analisis
Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah
hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini metode
anallisis data yang digunakan adalah sebagaia berikut:
3.5.1 Uji Validitas
Pengujian terhadap validitas dilakukan untuk meyakinkan bahwa
pengukuran yang digunakan benar-benar mengukur konsep yang akan diukur.
Validitas yang akan diuji dalam penelitian ini adalah contruct validity. Kuisioner
bisa dinyatakan valid atau tidak tergantung pada pertanyaan pada kuisioner,
dinyatakan valid apabila pertanyaa pada kuisioner tersebut mampu
mngungkapkan sesuatu yang diukur pada kuisioner tersebut. Uji signifikansi
dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of
freedom (df)=n-2. (Ghozali:2013)
3.5.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas pengukuran menunjukkan tingkat kebebasan pengukuran dari
bias atau kesalahan. Reliabilitas pengukuran menunjukkan stabilitas dan
konsistensi instrument pengukuran dalam mengukur konsep. Reliabililitas
merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
diandalakn. Cara yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah dengan menghitung
Cronbach alpha yang mensyaratkan satu instrument yang reliabel jika memiliki
3.5.3 Uji Asumsi Klasik
3.5.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk tujuan menguji apakah data penelitian
yang dilakukan memiliki distribusi yang normal atau tidak. Uji normalitas data
pada penelitian ini dengan uji kolmogorov-Smirmov (Ghozali:2013).
Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas yaitu, jika nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal.
Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut tidak
berdistribusi normal.
3.5.3.2 Uji Multikolinearitas
Pengujian ini untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variable bebas atau independen (Ghozali, 2013). Syarat berlakunya
model regresi ganda adalah antar variabel bebasnya tidak memiliki hubungan
sempurna atau mengandung multikolinearitas.
Cara mendeteksi adanya multikolinearitas adalah dengan melihat besaran
Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance melalui SPSS dan koefesien
korelasi antar variabel bebas. Jika VIF lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih
dari 10% (0,1), maka model regresi tersebut terbebas dari multikolinearitas