• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. kebersihan dan kesehatan seseorang yang dilakukan sehari-hari mulai bangun tidur. dan mandi pagi. Daerah sekitar vagina harus dibersihkan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I. kebersihan dan kesehatan seseorang yang dilakukan sehari-hari mulai bangun tidur. dan mandi pagi. Daerah sekitar vagina harus dibersihkan."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Personal hygiene alat reproduksi adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang yang dilakukan sehari-hari mulai bangun tidur dan mandi pagi. Daerah sekitar vagina harus dibersihkan.

Jangan biarkan vagina dalam kondisi lembab. Saat membersikan basuhlah dengan air bersih dari arah depan hingga belakang. Cara membersikan dari arah belakang kedepan justru akan memindahkan bskteri yang banyak bersarang ke wilayah anus ke organ reproduksi. Akibatnya timbul rasa gatal yang luar biasa di daerah ini gantilah celana dalam minimal 2 kali sehari dan pilihlah pakaian dalam dari bahan katun yang mudah menyerap keringat. Kebersihan yang tidak maksimal menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem vagina, sehingga keluar lendir berlebihan yang biasa di sebut keputihan. Meski begitu, ada juga keputihan normal, yakni muncul di antara masa siklus haid dan merupakan fase dari siklus hormonal wanita. Cairan yang keluar pun tidak banyak.keputihan ini di sebut tidak normal jika cairan yang keluar putih susu dan kental, berwarna kekuning atau kehijau.gejala keputihan seperti ini umumnya di sertai serangan gatal-gatal pada vagina.

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu tindakan kondisi atau keadaan sehat secara menyeluruh baik kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dalam

(2)

segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja (Nugroho, 2012).

Salah satu masalah kesehatan reproduksi remaja khususnya wanita yang sering dikeluhkan adalah keputihan. Sering kali keputihan dapat mengganggu hingga menyebabkan ketidak nyamanan dalam aktifitas sehari-hari. Keputihan dapat berupa fisiologis (normal) dan patologis (tidak normal) dalam keadaan normal vagina akan menghasilkan cairan yang tidak berwarna (bening), tidak berbau, dan dalam jumlahnya tidak terlalu banyak tanpa rasa panas atau nyerih. Sedangkan keputihan tidak normal akan sebaiknya biasanya berwarna kuning hijau dan tersa panas disekitar vagina (Agusstini dalam Qauliyah, 2007)

Hal ini sesuai dengan pendapat WHO (2002) yang menyatakan bahwa Faktor-faktor yang memicu berkembangnya keputihan antara lain kurangnya menjaga personal hygiene (terutama di daerah kemaluan), penggunaan sabun pembersih vagina yang berlebihan, atau mungkin kurangnya pengetahuan tentang keputihan, selain itu karena anatomi organ reproduksi perempuan lebih mudah terjadi keputihan.

Berdasarkan data WHO (2007) angka privalensi tahun 2006, 25%-50% candidiasis, 20%-40% bacterial vaginosis dan 5%-15% trichomoniasis. Menurut Zubier (2002), Wanita di eropa mengalami keputihan sekitar 25%

Menurut BKKBN (2009), di Indonesia sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal 1 kali dalam hidupnya dan 45% diantaranya bisa mengalami keputihan sebanyak 2 kali atau lebih (Nurmah, 2012)

(3)

Penyebab utama keputihan potologis ialah (jamur, kuman, parasit dan virus). Selain penyebab utama, keputihan patologis dapat disebabkan karena kurangnya perawatan remaja putri terhadap alat reproduksi seperti mencuci vagina dengan air yang tergenang di ember, memakai pembilas secara berlebihan menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam dan tidak sering mengganti pembalut (Aulia, 2012)

Pada remaja yang kurang pengetauhuan dan informasi tentang kebersihan alat reproduksi akan berdampak pula pada perilaku remaja dalam menjaga alat reprodusinya. Karena pengetahuan dan perilaku perawatan yang baik merupakan faktor dalam memeliharaha kebersihan alat reproduksi (Notoadmojo, 2010)

Penelitian ini sesuai dengan pernyataan teori Wiwit (2008) disalah satu SMA Negri semarang di dapatkan dari 50 siswi yang di wawancarai terdapat 48 (96%) siswi yang mengalami keputihan. Sebanyak 23 (47,9%) siswi yang mengalami keputihan karena ketidaktahuan tentang merawat alat reproduksi dan 25 (52,1%) siswi karena ketidak seimbangan hormon.

Hal ini sesuai dengan pendapat Pradijdo (2009) yang mengatakan bahwa personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan pisikis.

Data yang diperoleh dari SMK Pencawan School Medan Tuntungan Tahun 2014 di ketahui bahwa populasi 121 siswi yang menjadi sampel dari 55 siswi yang tidak menerapkan personal hygiene 19 siswi dan yang menerapkan personal hygiene ada 11 siswi dan yang mengalami kejadian keputihan ada 19 siswi dan yang tidak

(4)

mengalami kejadian keputihan ada 6 siswi. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian tertarik untuk melakaukan penelitian tentang “Hubungan antara personal hygiene alat reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi di SMK Pencawan School Medan Tuntungan April Tahun 2014”.

Dari uraian tersebut di atas, untuk dapat mnyelesaikan permasalahan cara mnjaga kebersihan alat reproduksi sehingga dapat mnjadi pemahaman sikap dan perilaku terutama pada remaja penulis melakukan penelitian tentang higienitas alat reproduksi pada remaja.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah “Adakah hubungan antara personal hygiene alat reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi di SMK Pencawan School Medan Tuntungan periode april 2014.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara personal hygiene alat reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi di SMK Pencawan School Medan Tuntungan periode april 2014.

(5)

1.3.2. Tujuan khusus

1. Untuk mengidentifikasi antara personal hygiene alat reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi di SMK Pencawan School Medan Tuntungan periode April 2014.

2. Untuk menganalisa hubungan antara personal hygiene alat reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi di SMK Pencawan School Medan Tuntungan periode April 2014.

1.4. Manfaat penelitian 1. Bagi penelitian

Untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan mutu pelayanan dalam penanganan kejadian keputihan yang di sebabkan karena kurangnya melakukan personal hygiene alat reproduksi dan penerapan ilmu dan materi kuliah yang sudah di dapatkan serta merupakan pengalaman pertama dalam perbuatan Karya Tulis Ilmiah.

2. Bagi tempat penelitian

Untuk meningkatkan dan pengetahuan, wawasan dan mutu dalam pelayanan dan penanganan pada siswi yang keputihan yang terutama disebabkan oleh kurangnya melakukan personal hygiene alat reproduksi

3. Bagi responden

Diharapkan dengan adanya penelitian ini siswi bisa memahami tentang bahaya kejadian keputihan.

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Personal Hygiene Alat Reproduksi

2.1.1. Pengertian Personal Hyiene Alat Reproduksi

Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan pisikis (Agus, 2009).

Personal hygiene alat reproduksi adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan memengaruhi kesehatan dan pisikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Jika seseorang sakit, masalah kebersihan biasanya kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat memengaruhi kesehatan secara umum.

Menurut Tarwoto (2004) personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan.Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik pada orang sehat maupu pada orang sakit. Praktik personal hygiene bertujuan untuk peningkatan kesehatan dimana kulit merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi Dengan implementasi tindakan hygiene pasien, atau membantu anggota keluarga

(7)

untuk melakukan tindakan itu maka akan menambah tingkat kesembuhanpasien (Potter & Perry, 2006).

2.1.2. Tujuan Personal Hygiene

1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang 2. Memelihara kebersian diri seseorang

3. Memperbaiki personal hygiene yang kurang 4. Mencegah penyakit

5. Menciptakan keindahan

Meningkatkan rasa percaya diri (Andita, 2011).

2.1.3. Merawat Kesehatan Reproduksi Dimulai dari Kesehatan Diri Sendiri

Kesehatan reproduksi merupakan tanggung jawab diri sendiri. Dimulai dari menjaga kebersihan celana dalam. Sebaiknya gunakan celana dalam yang terbuat dari kain katun dan gantilah minimal satu kali dalam satu hari. Celana dalam yang tidak diganti akan menciptakan kondisi lembab yang menjadi sumber munculnya bakteri berbahaya dan bisa menimbulkan penyakit (Pribakti, 2010).

Alat reproduksi juga harus sering dibersihkan terutama jika mengeluarkan cairan tertentu. Setelah buang air kecil atau besar, organ kelamin harus dicuci dengan air bersih. Sisa kotoran buang air bisa menyebabkan iritasi dan bahkan infeksi. Untuk wanita, perlu diingat bahwa membersihkan organ reproduksi itu dari depan ke belakang dan bukan sebaliknya. Jika terasa gatal, jangan selalu digaruk karena bisa

(8)

menyebabkan iritasi. Gunakanlah kain atau tisu yang dibasahi dengan air hangat dan basuhlah. (Pribakti, 2010).

Bagi wanita atau pria dewasa, menjaga kesehatan reproduksi dilakukan dengan rajin mencukur bulu kemaluan. Bulu kemaluan yang panjang membuat area reproduksi jadi lembab dan banyak bakteri. Sedangkan jika dicukur habis malahan bisa menghilangkan bakteri yang sifatnya baik. Oleh sebab itu, cukurlah bulu reproduksi yang panjang tapi jangan dicukur habis. Pastikan juga alat pencukurnya bersih. (Tarwoto, 2004)

2.1.4. Merawat Kesehatan Reproduksi dengan Kebiasaan yang Baik

Kebiasaan yang baik bisa menjaga kesehatan reproduksi. Misalnya tidak bermain laptop, ipad, handphone di paha atau di dekat organ reproduksi. Alat elektronik atau gadget yang panas akan membuat suhu area reproduksi juga sperma menjadi tinggi, akibatnya kualitas sperma akan berkurang. Begitupula dengan penggunaan celana yang ketat akan membuat panas organ reproduksi.(tarwoto,2004).

Biasakanlah untuk berprinsip tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. Hubungan seks pranikah memungkinkan hubungan intim dengan lebih dari satu pasangan. Hal ini meningkatkan peluang penularan penyakit kelamin. Penyakit kelamin saat ini banyak yang berbahaya dan beresiko tinggi merusak organ reproduksi (Andita, 2011).

Biasakan merawat organ reproduksi dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Lakukanlah minimal satu tahun sekali untuk mendeteksi penyakit kelamin yang muncul. Deteksi dini akan mempermudah penanganan.

(9)

Pemeriksaan yang bisa dilakukan seperti pap smear, mamografi maupun pengecekan umum menjadi cara ampuh menjaga kesehatan reproduksi (Andita, 2011).

2.1.5. Menjaga dan Merawat Kesehatan Organ Reproduksi

Khususnya organ intim wanita, memang tidak mudah. Padahal, jika tidak dirawat dengan baik bisa muncul berbagai penyakit organ reproduksi yang berbahaya. Menurut dr. Inneke Sirowanto, SpOG Spesialis Kebidanan & Kandungan, “Banyak masalah yang dapat mengganggu cara merawat organ intim misalnya infeksi yang disebabkan oleh jamur, virus, atau bakteri, yang dapat menyebabkan radang panggul atau ada kelainan pada struktur organ reproduksi wanita Tips menjaga dan merawat kesehatan organ intim wanita antara lain:

1. Biasakan untuk membilas vagina setiap kali selesai buang urin atau air besar, harus membilasnya sampai bersi, yaitu dengan membasuh menggunakan air bersih dari arah depan ke belakang setiap kali usai buang air kecil atau buang air besar. Banyak wanita yang tidak memahami hak itu, karena selama ini, banyak yang cenderung membasuh organ intim dari anus ke arah vagina. Hal ini malah akan membuat bakteri yang bersarang di daerah anus masuk ke liang vagina. Akibatnya, timbul rasa gatal di daerah vagina. Kemudian basuh dengan tissu sekali usap sebelum mengenakan celana dalam. Karena jika sekitar organ dibiarkan lembap, maka jamur akan tumbuh dengan mudah.

2. Perhatikan jenis kertas tissu yang digunakan untuk membersihkan daerah vagina. Lendir dan air memang terserap dengan baik oleh tissu. Namun tissu yang digunakan bisa saja tercemar oleh kuman dan bakteri penyebab infeksi.

(10)

3. Gantilah celana dalam paling tidak 2x dalam sehari, apalagi saat udara panas. Pastikan memilih celana dalam yang mudah menyerap keringat, misalnya katun. 4. Hindari celana dalam yang terlalu ketat. Celana dalam yang terlalu ketat akan

menekan otot vagina dan membuat suasana lembab, misalnya celana jeans, karena dapat memicu kelembapan dan memberi peluang jamur tumbuh subur pada area ini.

5. Sebaiknya menggunakan air yang berasal dari kran jika berada di toilet umum, hindari penggunaan air yang berasal dari tempat penampungan karena menurut penelitian air yang ditampung di toilet umum dapat mengandung bakteri dan jamur.

6. Hindari penggunaan pantyliner beraroma (parfum) atau secara terus menerus setiap hari karena dapat menyebabkan iritasi kulit. Pantyliner hanya digunakan saat mengalami keputihan saja, selalu mempersiapkan celana dalam lebih untuk ganti.

7. Gunakan pembalut dengan permukaan yang lembut dan kering sehingga tidak menimbulkan iritasi ketika anda menstruasi. Selain itu gantilah pembalut sesering mungkin. Pada saat aliran darah banyak, minimal 5-6 jam sekali. Darah yang tertampung pada pembalut bisa menjadi media tumbuhnya kuman penyebab infeksi.

8. Hindari penggunaan cairan khusus pembersih organ intim secara rutin karena akan mengganggu keseimbangan flora dalam vagina. Bila terlalu sering dipakai,

(11)

justru akan membunuh bakteri baik dalam vagina, yang selanjutnya akan memicu tumbuhnya jamur. Akibatnya, muncul gatal-gatal di area organ intim.

9. Hindari hubungan seks saat haid. Karena saat menstruasi dinding rahim cenderung lebih lunak sehingga dapat menyebabkan luka.

10. Hindari stres berlebihan dan beralihlah ke gaya hidup aktif dengan teratur berolahraga dan konsumsi makanan seimbang.

Pada beberapa wanita ada yang dengan sengaja menaburkan bedak di vagina dan di daerah sekitarnya. Tujuannya agar organ intimnya menjdi harum dan kering sepanjang hari. Cara itu tidak di anjurkan karena bedak tersebut akan mengumpul di sela-sela lipatan vagina yang sulit terjangkau tangan untuk di bersikan. Bila di biarkan, tumpukan bedak ini lama kelamaan akan mengundang kuman. Ini di sebabkan karena struktur vagina yang memiliki banyak lipatan (rague), sehingga di anjurkan untuk membilas dan menggosok bagian vagina dengn cermat terutama buang air kecil. Hal ini di maksudkan untuk mencegah tertinggalnya sisa air atau pun kotoran lainya (Pribakti, 2010).

2.1.6. Cara Mendeteksi Alergi

Gangguan pada organ intim tidak mudah dideteksi. Selain banyak penyebabnya, gejalanya pun hampir serupa. Berikut cara mudah apabila anda ingin mengetahui apakah gangguan itu merupakan alergi pembalut atau bukan.

(12)

b. Bila rasa gatal sudah hilang, gunakan kembali. Bila gatal hilang sama sekali, mungkin anda hanya perlu ganti pembalut saja atau kurang menjaga kebersihan. Namun, bila gatal berlanjut maka anda harus mewaspadainya.

c. Cobalah pembalut lain bila anda ingin mengetahuinya apakah cocok atau tidak dengan suatu jenis pembalut.

d. Tetap gatal, sebaikanya anda mengonsultasikan keluhan tersebut dengan dokter (Agutini, 2007).

2.2. Keputihan

2.2.1. Pengertian Keputihan

Menurut dr. Sugi Suhandi, spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan RS Mitra Kemayoran Jakarta, keputihan (flour albus) adalah cairan yang berlebihan yang keluar dari vagina. Keputihan bisa bersifat fisiologis (dalam keadaan normal) namun bisa juga bersifat patologis (karena penyakit). Dan keputihan tidak mengenal batasan usia. Berapa pun usia seorang wanita, bisa terkena keputihan (Sugi Suhandi, 2009).

Secara definisi keputihan adalah cairan tubuh (bukan darah) yang keluar dari organ reproduksi wanita. Keadaan ini dapat bersifat fisiologis atau patologis. Keputihan yang fisiologis dapat timbul saat terjadi perubahan siklus hormonal, seperti sebelum pubertas, stress psikologis, sebelum dan setelah datang bulan, kehamilan, saat menggunakan kontrasepsi hormonal, atau saat menopause.

Keputihan merupakan masalah klinis yang umum dengan banyak penyebab. Dalam terminologi terdahulu seperti non spesifik vaginitis atau non spesifik infeksi

(13)

saluran kelamin bawah sering digunakan untuk menggambarkan kondisi yang menyebabkan keputihan. Baru-baru ini, definisi cermat dari sindrom klinis dan peningkatan pengetahuan tentang agen khusus yang menyebabkan infeksi genital pada wanita telah membuat kemungkinan diagnosis yang tepat (Puri, Madan, & Bajaj, 2003).

Keputihan Leukore/fluor albus/vaginal discharge leukore merupakan cairan yang keluar dari vagina. Dalam keadaan biasa, cairan ini tidak sampai keluar namun belum tentu bersifat patologis (berbahaya). Pengertian lain adalah setiap cairan yang keluar dari vagina selain darah dapat berupa sekret, transudasi atau eksudat dari organ atau lesi dari saluran genital. Cairan normal vagina yang berlebih. Jadi hanya meliputi sekresi dan transudasi yang berlebih, tidak termasuk eksudat (Mansjoer et al, 2001). Leukorea (keputihan yaitu cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan (Manuaba, 2009).

Keputihan merupakan data yang sering ditemukan pada peradangan saluran genetalia wanita. Normalnya, pada waktu ovulasi cairan yang keluar jumlahnyasedikit, encer dan berwarna putih (Long, 1996).

2.2.2. Epidemiologi

Penelitian secara epidemiologi, fluor albus patologis dapat menyerang wanita mulai dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak mengenal tingkat pendidikan, ekonomi dan sosial budaya, meskipun kasus ini lebih banyak dijumpai pada wanita dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah. Fluor albuspatologis sering disebabkan oleh infeksi, salah satunya bakteri vaginosis

(14)

(BV) adalah penyebab tersering (40-50% kasus terinfeksi vagina), vulvovaginal candidiasis

(VC) disebabkan oleh jamur candida species, 80-90% oleh candida albicans, trichomoniasi disebabkan oleh trichomoniasis vaginalis, angka kejadiannya sekitar 5-20% dari kasus infeksi vagina (Haryadi, 2011).

2.2.3. Etiologi

Fluor albus sampai sekarang masih sangat bervariasi sehingga disebut multifaktorial. Faktor-faktor tersebut mengharuskan seorang dokter meningkatkan ketajaman dalam pemeriksaan pasien, analisis penyebab serta memberikan terapi atau tindakan yang sesuai. Fluor albus dapat dijumpai pada wanita dengan diagnosa vulvitis vaginitis servisitis, endometriti, dan adneksitis. Mikroorganisme patologis dapat memasuki traktus genitalia wanita dengan berbagai cara, misalnya seperti senggama, trauma atau perlukaan pada vagina dan serviks, benda asing, alat-alat pemeriksaan yang tidak steril, pada saat persalinan dan abortus (Candran, 2002). Keputihan disebabkan oleh beberapa hal yaitu infeksi, benda asing, penyakit organ kandungan, kelelahan, gangguan hormon, pola hidup tidak sehat dan stres akibat kerja. Keputihan disebabkan oleh adanya perubahan flora normal yang berdampak terhadap derajat keasaman (pH) organ reproduksi wanita (Indarti, 2004). Burke (2006), menyatakan bahwa ada beberapa penyebab keputihan. Keputihan fisiologis terjadi ketika pada masa ovulasi. Selain itu keputihan juga disebabkan oleh adanya infeksi vagina, infeksi dalam servik adanya tampon atau benda asing dan adanya keganasan servik.

(15)

Ada 2 penyebab utama yang dapat menyebabkan perubahan flora normal dan memicu keputihan (Ichwan, 2009):

a. Faktor Fisiologis

Keputihan yang bersifat normal (fisiologis) pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior vagina. Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Sedangkan pada keputihan yang patologik terdapat banyak leukosit. Keputihan yang fisiologis dapat ditemukan pada: Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen; keputihan ini dapat menghilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan kecemasan pada orang tua.Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh pengeluaran ansudat dari dinding vagina. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelanjar serviks uterimenjadi lebih encer. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri (Wiknjosastro, 2005).

b. Faktor konstitusi

Faktor konstitusi misalnya karena kelelahan, stres emosional, karena ada masalah dalam keluarga atau pekerjaan, bisa juga karena penyakit yang melelahkan seperti gizi yang rendahataupun diabetes. Bisa tertentu kadar pH bisa berubah menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari normal. Jika pH vagina naik menjadi

(16)

lebih tinggi kurang asam/basa), maka jamur akan tumbuh dan berkembang. Akibatnya akan kalah dari bakteri pathogen. Keputihan patologis akibat infeksi diakibatkan oleh infeksi alat reproduksi bagian bawah atau pada daerah yang lebih proksimal, yang bisa disebabkan oleh infeksi gonokokus, trikomonas, klamidia, treponema, candida, human papiloma virus dan herpes genitalis (Koneman, 1992).

2.2.4. Bakteri 1. Gonoccus

Penyebab gonococcus adalah coccus gram negatif Neisseria gonorrhoeae ditemukan oleh Neisser pada 1879. Neisseria gonorrhoeae adalah diplokokus berbentuk biji kopi, bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora, jenis diplokokkus gram negatif dengan ukuran 0,8-1,6 mikro, bersifat tahan asam. Bakteri gonokokkus tidak tahan terhadap kelembaban, yang cenderung mempengaruhi transmisi seksual. Bakteri ini bersifat tahan terhadap oksigen tetapi biasanya memerlukan 2-10% CO2dalam pertumbuhannya di atmosfer. Bakteri ini membutuhkan zatbesi untuk tumbuh dan mendapatkannya melalui transferi laktoferin dan hemoglobin Organisme ini tidak dapat hidup pada daerah kering dan suhrendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37°C dan pH 7,2-8,5 untuk pertumbuhan yang optimal. Pada sediaan langsung dengan gram, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram bersifat gram negatif, terlihat di luar dan dalam leukosit, kuman ini tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, dan tidak tahan zat desinfektan. Secara

(17)

morfologik gonokok terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili dan bersifat virulen, serta 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menyebabkan reaksi radang. Organisme ini menyerang membran mukosa, khususnya epitel kolumnar yang terdapat pada uretra servik uteri rectum dan konjungtiva.

2. Clamidya Trachomatis

Bakteri ini sering menyebabkan penyakit mata yang dikenal dengan penyakit traukoma. Bakteri ini juga dapat ditemukan pada cairan vagina yang berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal. Dan terlihat melalui mikroskop setelah diwarnai dengan pewarnaan 3. Giemsa

Bakteri ini membentuk suatu badan inklusi yang berada dalam sitoplasma sel-sel vagina.

4. Gardanerella

Gardanerella menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik dan kadang dianggap sebagai bagian dari mikroorganisme normal dalam vagina karena seringnya ditemukan. Bakteri ini biasanya mengisi penuh seepitel vagina dengan membentuk bentukan khas dan disebut clue cell Pertumbuhan yang optimal pada pH 5-6,5.

5. Treponema Palidum

Bakteri ini merupakan penyebab penyakit sifilis. Pada perkembangan penyakit dapat terlihat sebagai kutil-kutil kecil di vulva dan vagina yang disebut

(18)

kondilomalata. Bakteri berbentuk spiral panjang 6-15, lebar 0, 25, lilitan 9-24 dan tampak bergerak aktif (gerak maju & mundur, berotasi undulasi sisi ke sisi) pada pemeriksaan mikroskopis lapangan gelap.

6. Parasit (Trichomonas Vaginalis)

Parasit ini berbentuk lonjong dan mempunyai bulu getar dan dapat bergerak berputar-putar dengan cepat. Gerakan ini dapat dipantau dengan mikroskop. Cara penularan penyakit ini dengan senggama. Walaupun jarang dapat juga ditularkan melalui perlengkapan mandi, seperti handuk atau bibir kloset.

7. Jamur (Candida Albicans)

Cairan yang dikeluarkan biasanya kental, berwarna putih susu seperti susu pecah atau seperti keju, dan sering disertai gatal, vagina tampak kemerahan akibat proses peradangan. Dengan KOH 10% tampak sel ragi (blastospora) dan hifa semu (pseudohifa). Beberapa keadaan yang dapat merupakan tempat yang subur bagi pertumbuhan jamur ini adalah kehamilan, diabetes mellitus, pemakai pil kontrasepsi. Pasangan penderita juga biasanya akan menderita penyakit jamur ini. Keadaan yang saling menularkan antara pasangan suami-istri disebut sebagai fenomena ping-pong.

8. Human Papilloma Virus

Papovavirus merupakan virus kecil (diameter 45-55 μm) yang mempunyai genom beruntai ganda yang sirkuler diliputi oleh kapsid (kapsid ini berperan pada tempat infeksi pada sel) yang tidak berpembungkus menunjukkan bentuk simetri ikosahedral. Berkembang biak pada inti sel.

(19)

9. Human papilloma

Virus merupakan penyebab dari kondiloma akuminata. Kondiloma ditandai dengan tumbuhnya kutil-kutil yang kadang sangat banyak dan dapat bersatu membentuk jengger ayam berukuran besar. Cairan di vagina sering berbau tanpa rasa gatal. Penyakit ini ditularkan melalui senggama dengan gambaran klinis menjadi lebih buruk bila disertai gangguan sistem imun tubuh seperti pada kehamilan, pemakaian steroid yang lama seperti pada pasien dengan gagal ginjal atau setelah transplantasi ginjal, serta penderita (Indarti, 2004).

2.2.5. Gejala

Indikasi keputihan dapat dilihat dari jumlah cairan, warna, bau dan konsistensi. Pada keputihan normal, jumlah cairannya sedikit, warnanya putih jernih, bau yang ditimbulkan tidak menyengat dan khas dan dengan konsistensi agak lengket. Sedangkan keputihan yang abnormal jumlahnya lebih banyak, warnanya dapat kuning, coklat, kehijauan, bahkan bahkan kemerahan, baunya dapat berbau asam, amis, bahkan busuk. Konsistensinya bisa cair atau putih kental seperti kepala susu (Indarti, 2004).

Keluarnya cairan berwarna putih, kekuningan atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat encer atau kental, dan kadang-kadang berbusa. Mungkin gejala ini merupakan proses normal sebelum atau sesudah haid pada wanita tertentu. Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya. Biasanya keputihan yang normal tidak disertai dengan rasa gatal. Keputihan juga dapat dialami oleh

(20)

wanita yang terlalu lelah atau yang daya tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi, atau alat kelamin luar (Joseph & Nugroho, 2010).

keputihan yang abnormal dapat dilihat dari warna, bau, atau konsistensi dan peningkatan atau penurunan jumlahnya. Hal tersebut bervariasi, konsistensinya dapat kental, seperti bubur atau encer. Warnanya dapat jernih atau keabu-abuan, dan baunya dapat berbau normal (khas), amis, atau berbau busuk (Burke, 2006).

2.2.6. Patogenesis

Greer, Cameron dan Mangowan (2003) mengemukakan bahwa di dalam vagina terdapat berbagai bakteri, 95% adalah bakteri lactobacillus dan selebihnya bakteri patogen bakteri yang menyebabkan penyaki. Dalam keadaan ekosistem vagina yang seimbang, bakteri patogen tidak akan mengganggu. Peran penting dari bakteri dalam flora normal vagina adalah untuk menjaga derajat keasaman (pH) agar tetap pada level normal. Dengan tingkat keasaman tersebut, lactobacillus akan tumbuh subur dan bakteri patogen akan mati. Pada kondisi tertentu, pH bisa berubah menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari normal. Jika pH wanita naik menjadi 4,2 (kurang asam), maka jamur akan tumbuh dan berkembang. Akibatnya lactobacillus akan kalah dari bakteri patogen. Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak sekali.

(21)

Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mukus serviks, yang akan bervariasi (Greer et al 2003).

Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik terhadap bakteri patogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus Doderlein dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambatpertumbuhan bakteri lain (Greer et a, 2003).

Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh candida sp. terutama . albican. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensiseksual yang tinggi (Greer et al, 2003).

Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesteron karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan candida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi pertumbuhan jamur. candida albicansberkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai menimbulkan

(22)

gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresanjuga menjadi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis (Greer et al, 2003).

Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesteron menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari trichomonas vaginalis.Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri pathogen (Greer et al, 2003).

Pada vaginosis bakterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh lactobacillu acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan gardnerella vaginalis, mycoplasma hominis dan mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada fluor albuspada vaginosis bacterial (Greer et al, 2003).

Fluor albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis, anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan keadaan umum yang jelek, higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat (Donders, 1999).

(23)

2.2.7. Klasifikasi Keputihan

Keputihan dapat dibedakan antara keputihan yang fisiologis dan patologis. Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang terkadang berupa mucus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jaran. Sedangkan pada keputihan yang patologis terdapat banyak leukosit. Keputihan fisiologis ditemukan pada: Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari; di sini sebabnya ialah pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin. .Waktu disekitar menarchekarena mulai terdapat pengaruh estrogen; leukoredi sini hilang sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelejar servik uteri menjadi lebih encer. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelanjar servik uteri juga bertambah pada wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri. Penyebab paling penting dari Leukorea patologik ialah infeksi. Di sini cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks, dan cavum uteri dapat menyebabkan leukorea patologik; pada adneksitisgejala tersebut dapat pula timbul. Selanjutnya leukoreaditemukan pada neoplasmajinak atau ganas, apabila tumor itu dengan permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat genital (Wiknjosastro, 2005).

(24)

Keputihan dapat di bedakan menjadi 2 macam yaitu keputihan normal dan keputihan tidak normal disebabkan oleh penyakit (Andita, 2011).

2.2.8. Keputihan Normal

Keputihan dikatakan normal bila tanpa gejala dan tanda lainnya yang menunjukan kemungkinan adanya kelainan. Vagina yang normal selalu berada dalam kondisi lembab dan permukaan basah oleh cairan/lendir. Secret diproduksi oleh kelenjar pada leher rahim (serviks), dinding vagina dan kelenjar bartolin di bibir kemaluan,menyatu dengan sel-sel dinding vagina yang lepas serta bakteri normal di dalam vagina,bersifat asam dan berperan penting dalam menjamin fungsi yang optimal (Boyke, 2009).

2.2.9. Keputihan yang Berlebihan (Tidak Normal)

Keputihan tidak normal adalah keputihan yang di sebabkan oleh suatu penyakit terpenting diantaranya adalah infeksi berasal dari vagina, vulva, leher, rahim maupun adneksa. Keputihan tidak normal mengandung lebih banyak limfosit, berwarna agak kekuningan sehingga hingga hijau lebih kental dan berbau. Gejala lainya bergantung pada kuman penyebabnya (Boyke, 2009).

2.2.10. Mekanisme Keputihan Patologis

Di dalam vagina terdapat berbagai bakteri, 95 persen adalah bakteri lactobacillus dan selebihnya bakteri patogen (bakteri yang menyebabkan penyakit). Dalam keadaan ekosistem vagina yang seimbang, bakteri patogen tidak akan mengganggu. Peran penting dari bakteri dalam flora vaginal adalah untuk menjaga derajat keasaman (pH) agar tetap pada level normal. Dengan tingkat keasaman

(25)

tersebut, lactobacillus akan tumbuh subur dan bakteri patogen akan mati. Pada kondisi tertentu, kadar pH bisa berubah menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari normal. Jika pH vagina naik menjadi lebih tinggi dari 4,2 (kurang asam), maka jamur akan tumbuh dan berkembang. Akibatnya, lactobacillus akan kalah dari bakteri patogen.

2.2.11. Faktor Penyebab Keputihan

Dengan memperhatikan cairan yang keluar, terkadang dapat diketahui penyebab keputihan.

1. Infeksi Gonore, misalnya, menghasilkan cairan kental, bernanah dan berwarna kuning kehijauan.

2. Parasit Trichomonas Vaginalis menghasilkan banyak cairan, berupa cairan encer berwarna kuning kelabu.

3. Keputihan yang di sertai bau busuk dapat di sebabkan oleh kanker. 4. Kelehan yang sangat

5. Kurangnya melakukan kebersian diri. 2.2.12. Pencegahan Keputihan

Menurut Wijayanti (2009) bila ingin terhindar dari keputihan, anda mesti menjaga kebersihan daerah sensitif itu. Kebersihan organ kewanitaan hendaknya sejak bangun tidur dan mandi pagi. Berikut tip yang dapat dilakukan:

1. Bersihkan organ reproduksi dengan pembersih yang tidak menggangu kestabilan pH di sekitar vagina. Salah satunya produk pembersih yang terbuat dari bahan dasar susu. Produk seperti ini mampu menjaga keseimbangan pH sekaligus

(26)

meningkatkan pertumbuhan flora normal dan menekan pertumbuhan bakteri yang tak bersahabat. Sabun antiseptic biasa umumnya bersifat keras dan terdapat flora normal divagina. Ini tidak menguntungkan bagi kesehatan vagina dalam jangka panjang.

2. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar vagina harum dan kering sepanjang hari. Bedak memiliki partikel-partikel halus yang mudah terselip di sana sini dan akhirnya mengundang jamur dan bakteri bersarang di tempat itu.

3. Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian.

4. Gunakan celana dalam yang kering. Seandainya basah atau lembab, usahakan cepat mengganti dengan yang bersih dan belum dipakai. Tak ada salahnya anda membawa cadangan celana dalam untuk berjaga-jaga manakala perlu menggantinya.

5. Gunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat, seperti katun. Celana dari bahan satin atau bahan sintetik lain membuat suasana di sekitar organ intim panas dan lembab.

6. Pakaian luar juga diperhatikan. Celana jeans tidak dianjurkan karena pori-porinya sangat rapat. Pilihlah seperti rok atau celana bahan non jeans agar sirkulasi udara di sekitar organ intim bergerak leluasa.

7. Ketika haid sering-seringlah berganti pembalut. (Wijayanti 2009)

Gunakan panty liner di saat perlu saja. Jangan terlalu lama. Misalkan saat bepergian ke luar rumah dan lepaskan sekembalinya anda di rumah. Selain itu untuk

(27)

mencegah keputihan, wanita pun harus selalu menjaga kebersihan dan kesehatan daerah kewanitaannya. Antara lain adalah :

Selalu cuci daerah kewanitaan dengan air bersih setelah buang air, jangan hanya di seka dengan tisu. Membersihkannya pun musti dilakukan dengan cara yang benar yaitu dari depan kebelakang, agar kotoran dari anus tidak masuk ke vagina. Hindari pemakaian sabun vagina berlebihan karena justru dapat mengganggu keseimbangan flora normal vagina.

1. Jaga daerah kewanitaan tetap kering. Hal ini karena kelembapan dapat memicu tumbuhnya bakteri dan jamur. Selalu keringkan daerah tersebut dengan tisu atau handuk bersih setelah dibersihkan. Karena tidak semua toilet menyediakan tisu, bawalah tisu kemana pun anda pergi. Selain itu buatlah celana dalam yang terbuat dari katun agar dapat menyerap keringat dan gantilah secara teratur untuk menjaga kebersihan.

2. Bila sedang mengalami keputihan atau menstruasi tinggal sedikit, boleh saja menggunakan pelapis celana panty liner. Tetapi sebaiknya tidak digunakan setiap hari. Panty liner justru dapat memicu kelembapan karena bagian dasarnya terbuat dari plastik. Pilih panty liner yang tidk mengandung parfum, terutama buat yang berkulit sensitif.

3. Bulu yang tumbuh di daerah kemaluan bisa menjadi sarang kuman bila dibiarkan terlalu panjang. Untuk menjaga kebersihan, potonglah secara berkala bulu di sekitar kemaluan dengan gunting atau mencukurnya dengan hati-hati.

(28)

Ciri-ciri dari cairan lendir yang normal adalah berwarna putih encer, bila menempel pada celana dalam maka warnanya kuning terang, konsistensinya seperti lendir (encer kental) tergantung dari siklus hormon, tidak berbau dan tidak menimbulkan keluhan. Sebaliknya, bila terjadi gejala antara lain: gatal pada organ intim perempuan, rasa terbakar, kemerahan, nyeri selama berhubungan intim, nyeri saat berkemih, keluar cairan berlebihan dari organ intim perempuan (baik berlendir ataupun bercampur darah), dan berbau.

2.2.14. Cara Mengatasi Kejadian Keputihan

1. Membersikan organ intim dengan pembersih yang tidak menggangu kestabilan pH di sekitar vagina.salah satunya produk pembersih yang terbuat dari bahan susu. Produk seperti ini mampu menjaga keseimbangan Ph sekaligus meningkatkan pertumbuhan flora normal dan menekan pertumbuhan bakteri yang tidak bersahabat.sabun antiseptic biasa umumny bersifat keras dan dapat flora normal di vagina. Ini tidak menguntungkan bagi kesehatan vagina dalam jangka panjang

2. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar vagina harum dan kering sepanjang hari. Bedak memiliki partikel-partikel halus yang mudah terselip disana sini dan akhinya mengundang jamur dan bakteri bersarang di tempat ini

3. Gunakanlah celana dalam yang kering. Seandainya basah atau lembab,usahakan cepat mengganti dengan yang bersih dan belum dipakai.

(29)

Obat yang bisa di gunakan untuk mengatasi keputihan khususnya kaum hawa, diantaranya adalah :

1. Daun sirih (piper betle L)

Khasiatnya : antiradang, anti infeksi dan dapat menghilangkan gatal. 2. Sambiloto (Andrographis paniculata)

Khasiatnya : antiradang menghilangkan bengkak, menghilangkan panas. 3. Kunyit (curcuma longa L)

Khasiatnya: anti radang dan sebagai anti bakteri 4. Kulit delima (punica granatum)

Khasiatnya:mengurangi sekresi cairan 5. Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa)

Khasiatnya :sebagai anti radang dan anti kanker. 6. Tumbuhan leunca (solanun nigrum L)

Khasiatnya :antiradang,antikanker,menghilangkan bengkak,peluruh kemih, dan menghilangkan panas.

2.2.16. Hubungan antara Personal Hygiene Alat Reproduksi dengan Kejadian Keputihan

Kebersihan yang tidak maksimal bisa menyebabkan keputihan faktor-faktor yang memicu berkembangnya keputihan antara lain kurangnya menjaga personal hygiene terutama di bagian alat reproduksinya, penggunaan sabun vagina yang berlebihan atau mungkin kurangnya pengetahuan tentang keputihan selain itu karena

(30)

anatomi organ reproduksi perempuan lebih mudah terjadi keputihan menurut WHO (2002).

2.3. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian tentang hubungan antara personal hygiene alat reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi di SMK Pencawan School Medan Tuntungan april 2014.

Variable independent Variable dependent

Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka ada dua variable yang akan di nilai yaitu variable independent personal hygiene alat reproduksi dan variable dependent kejadian keputihan.

2.4. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara personal hygiene alat reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi di SMK Pencawan School Medan Tuntungan.

Personal hygiene alat

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian yang bersifat deskriptif analitik dengan cross sectional untuk menganalis hubungan antara personal hygiene dengan kajadian keputihan pada siswi di SMK Pencawan School Medan Tuntungan tahun 2014

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di lakukan di SMK Pencawan School Medan Tuntungan april 2014.adapun alasan penelitian dilakukan di SMK Pencawan School Medan Tuntungan kerena tingginya angka kejadian keputihan dan personal hygiene. Karena masih kurangnya pengetahuan siswi tentang kebersihan organ intim di SMK tersebut. 3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian mulai bulan januari sampai bulan Januari- April tahun 2014.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi di SMK Pencawan School Medan Tuntungan Tahun 2014 sebanyak 121 orang.

(32)

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian adalah sebagian populasi dijadikan menjadi sampel dan dianggap mewakili seluruh populasi. Besar sampel dalam penelitian ini didapat berdasarkan rumus yaitu sebagai berikut :

rumus: N n = 1+N(d)2 121 n = 1+121(0,1)2 n = 55 n : jumlah sampel N: Jumlah populasi d : tingkat signifka

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus diatas didapatkan sampel sebanyak 55 siswi. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematik. Untuk mendapatkan sejumlah sampel, semua anggota populasi dibagi dengan jumlah sampel yang diinginkan. Populasi sebanyak 121 kemudian di bagi dengan 55 sampel, maka interval adalah 121:55 = 2 maka yang menjadi sampel adalah 2 yaitu 4, 8, dan seterusnya hingga di peroleh sebanyak 55 sampel.

(33)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data

a. Data primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner kepada siswi di SMK Pencawan School Medan Tuntungan meliputi:

b. Data sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data daridokumen atau catatan yang di peroleh dari SMK Pencawan School Medan Tuntungan Tahun 2014.

3.5. Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1. Variabel Independent

Personal hygiene alat reproduksi adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersian dan kesehatan. Di ukur dengan menggunakan kuisioner

Kategori :

Untuk mengukur tingkat penerapan siswi tentang kebersihan alat reproduksi di susun sebanyak 20 pertanyaan

a. Menerapkan personal hygiene dan tidak menerapkan personal hygiene 0. Apabila siswi menjawab pertanyaan dengan skor >50% dari 20 = 10-20. 1. Apabila siswi menjawab pertanyaan dengan skor <50% dari 20 =1-10.

(34)

3.5.2. Dependen

Keputihan merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan yang di sebabkan oleh infeksi biasanya biasanya di sertai dengan rasa gatal didalam vagina dan disekitar bibir vagina bagian luar, kerap pula disertai bau busuk.

Keputihan dikategorikan menjadi 2 yaitu :

0. Keputihan normal : keputihan dikatakan normal bila tanpa gejala dan tanda lain yang menunjukan kemungkinan adanya kelainan

1. Keputihan tidak normal : keputihan tidak normal disebabkan oleh satu penyakit terpentingnya diantaranya adalah infeksi berasal dari vagina.

3.6. Pengolahan Data dan Analisa 3.6.1. Pengolahan Data

Salah satu berhasil di kumpulkan, selanjutnya data di olah, adapun cara pengolahan data adalah sebagai berikut:

1. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah di isi dengan lengkap, jelas jawabanya dari responden,relevan jawaban dengan pertanyaan,konsisten.

2. Coding

(35)

3. Tabulating

Merupakan memasukan data yang telah di kumpulkan ke dadalm master data table atau data base computer, kemudian membuat distribusi sederhana dengan table contigensi.

4. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya, kemudian di lakukan pembetulan atau koreksi.

3.6.2. Analisa Data 1. Analiasa Univariat

Analisa secara univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan tiap variable penelitian. Analisa ini digunakan untuk menghasilkan distribusi Frekuensi dari setiap variable.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara kebersihan organ intim dengan kejadian keputihan pada siswi.

(36)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMK Pencawan School Medan Tuntungan bediri pada tahun 1990 jalan Bunga Ncole No.50 Medan, Kecamatan Medan Tuntungan Kelurahan Kemenangan Tani, km 12 terdiri dari kelas Adminitrasi Perkantoran, Akutansi, Teknik Komputer Jaringan, Tataboga, Tatabusana, Seni kerajinan dan Peristiwa/Akomodasi perhotelan. Kelurahan kemenangan tani merupakan salah satu kelurahan dari 9 (Sembilan) kelurahan yang terdapat di wilayah kecamatan medan tuntungan dengan luas 150 Hektar dan terdiri dari 5 lingkungan yang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah utara dengan kelurahan simp.selayang kec.Medan Tuntungan. b. Sebelah selatan berbatas dengan kelurahan Lau Cih Kec.Medan Tuntungan c. Sebelah Timur berbatas dengan kelurahan Lau Chi Kec.Medan Tuntungan d. Sebelah Barat berbatas dengan Kelurahan Namo Gajah Kec.Medan Tuntungan.

4.2. Analisis Univariat

4.2.1. Distribusi Frekuensi Personal Hygiene

Untuk melihat responden personal hygiene pada siswi di SMK Pencawan School Medan Tuntungan 2014 dapat di lihat pada Tabel 4.1

(37)

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Personal Hygiene Alat Reproduksi di SMK Pencawan School Medan Tuntungan Tahun 2014

No personal hygiene alat reproduksi f %

1 Menerapkan personal hygiene 30 54,5

2 Tidak menerapkan personal hygiene 25 45,5

Jumlah 55 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa lebih banyak yang menerapkan personal hygiene 30 Siswi (54,5%) dan yang tidak menerapkan personal hygiene 25 Siswi (45,5%).

4.2.2. Distribusi Frekuensi Kejadian Keputihan

Untuk melihat kejadian keputihan pada siswi di SMK Pencawan School Medan Tuntungan Tahun 2014 dapat di lihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Keputihan di SMK Pencawan School Medan Tuntungan Tahun 2014

No Kejadian Keputihan f %

1. Keputihan 30 54,5

2. Tidak Keputihan 25 45,5

Jumlah 55 100,0

Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa kejadian keputihan sebanyak 30 Siswi (54,5%) dan yang tidak keputihan sebanyak 25 siswi (45,5%).

4.3. Analisa Bivariat

4.3.1. Hubungan Personal Hygiene Alat Reproduksi dengan Kejadian Keputihan

Analisa bivariat bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara personal hygiene alat reproduksi dengan kejadian keputihan, maka di pakai analisa data

(38)

dengan menggunakan uji cli-square yang di tunjukan dengan analisa crosstab dan di dapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.3 Tabulasi Silang Hubungan Antara Personal Hygiene Alat Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Siswi di SMK Pencawan School Medan Tuntungan Tahun 2014

No Personal Hygiene

Alat Reproduksi

Kejadian Keputihan

Total Prob

Normal Tidak Normal

n % n % n %

0,004 1. Menerapkan 11 36,6 19 63,4 30 100

2. Tidak menerapkan 19 76 6 24 25 100

Dari 30 responden yang menerapkan personal hygiene alat reproduksi 11 responden keputihannya normal dan 19 tidak normal.dari uji chi square di peroleh probilitas 0,004 < α (0,005) yang mengalami kejadian keputihan sebanyak 19 siswi (76%) siswi dan tidak mengalami kejadian keputihan sebanyak 6 siswi (24%).

Berdasarkan hasil uji statistic dengan chi-square menunjukkan bahwa probalbilitas (0,004) α (0,05), maka di dapatkan ada hubungan antara personal hygiene alat reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi di SMK Pencawan School Medan Tuntungan Tahun 2014.

(39)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Distribusi Berdasarkan Personal Hygiene Alat Reproduksi

Dari hasil penelitian di SMK Pencawan School Medan Tuntungan Tahun 2014 menunjukan responden yang mengalami kejadian keputihan dengan tidak menerapkan 25 (45,5%) dan responden dengan kebersihan organ intim yang menerapkan ada 30 siswi (54,5%).

Hal ini sesuai dengan pendapat WHO (2002) yang menyatakan bahwa Faktor-faktor yang memicu berkembangnya keputihan antara lain kurangnya menjaga personal hygiene (terutama di daerah kemaluan), penggunaan sabun pembersih vagina yang berlebihan, atau mungkin kurangnya pengetahuan tentang keputihan, selain itu karena anatomi organ reproduksi perempuan lebih mudah terjadi keputihan.

Penelitian ini sesuai dengan pernyataan teori Wiwit (2008) disalah satu SMA Negri semarang di dapatkan dari 50 siswi yang di wawancarai terdapat 48 (96%) siswi yang mengalami keputihan. Sebanyak 23 (47,9%) siswi yang mengalami keputihan karena ketidaktahuan tentang merawat alat reproduksi dan 25 (52,1%) siswi karena ketidak seimbangan hormone.

Hal ini sesuai dengan pendapat Pradijdo (2009) yang mengatakan bahwa personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

(40)

5.2. Distribusi Responden dengan Kejadian Keputihan

Dari hasil penelitian di SMK Pencawan School Medan Tuntungan Tahun 2014 dapat di lihat bahwa mayoritas siswi yang mengalami kejadian keputihan sebanyak 30 (54,4%) siswi dan minoritas yang tidak mengalami keputihan yaitu sebanyak 25 (45,5%) siswi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor penyebab kejadian keputihan.

Menurut Notoadmodjo (2005), bahwa pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Pengetahuan mencakup dalam dominant kognitif yaitu tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya setelah mengamati sesuatu, memahami artinya bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang di maksud dengan menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Analisis artinya kemampuan seseorang untuk menjabarkan materi atau abjek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain, sintesis artinya kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk melakukak justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

(41)

Menurut Nursalam (2007) bahwa makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Responden yang berpendidikan tinggi akan mudah menyerap informasi sehingga ilmu pengetahuan yang dimiliki lebih tinggi namun sebaliknya yang berpendidikan rendah akan mengalami hambatan dalam penyerapan informasi sehingga ilmu yang dimiliki juga lebih rendah. Dengan berpendidikan rendah maka wawasan pengetahuan tentang cairan alat kegetalian dan cara merawat personal hygiene alat reproduksi.

Berdasarkan asumsi yang telah diperoleh, didapatkan hasil semangkin tidak melalukan personal hygiene maka akan semangkin memicu kejadian keputihan. Penelitian ini menunjukan ada hubungan antara personal hygiene alat reproduksi dengan kejadian keputihan.

Hasil penelitian ini pada bulan januari-april Tahun 2014 bahwa kejadian keputihan sering kali kejadian pada siswi karena di sebababkan siswi kurang melakukan kebersihan organ intim dan sebabkan juga oleh memakai celana dalam yang lembab sehingga menimbulkan gatal dan infeksi yang bisa menimbulkan keputihan.

(42)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Kejadian keputihan di SMK Pencawa School Medan Tuntungan sebesar (54,5%) 2. Siswi yang tidak menerapkan personal hygiene alat reproduksi sebesar (45,5%) 3. Hubungan personal hygiene alat reproduksi dengan kejadian keputihan sebesar

(63,4%)

6.2. Saran

1. Siswi diharapkan meningkatkan penetahuan tentang keputihan dengan mencari informasi, media massa dan melalui petugas kesehatan.

2. Petugas kesehatan mau memberikan penyuluhan tentang keputihan kepada siswi, sehingga siswi dapat menjaga kesehatan dan kebersian alat reproduksinya dengan benar.

3. Siswi di harapkan meningkatkan personal hygiene untuk menghindari kejadian keputihan

4. Di harapkan pihak sekolah rajin mengadakan acara seminar atau penyuluhan tentang keputihan, supaya pengetahuan siswi lebih baik tentang personal hygiene dan keputihan.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, peneliti mendapati bahwa, (1) siswa tidak memahami tiga sinar istimewa yang digunakan untuk mengetahui posisi bayangan, (2) siswa tidak

(3) bukti memilikiilmu pengetahuan dinilai dari keterampilannya, bukan dari sert ifikatnya, (4) biasanya tidak terlalu terikat dengan ketentuan yang ketat, (5) isi, staf

(3) Apabila dalam waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah terlampaui dan Kepala Dinas tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengurangan Bea Perolehan Hak Atas Tanah

Dalam laporan skripsi membatasi pembatasan dengan judul “ SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN STOK BARANG DI GUDANG PT HARTA JAYA KUDUS BERBASIS SMS GATEWAY ” yang

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Differensial diagnosa terhadap pneumonia adalah didasarkan pada adanya kemiripan diantara penyakit seperti gejala klinis respirasi cepat dan dangkal, sesak nafas

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

Penegakan s Penegakan sanksi anksi pidana pidana pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun