• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala LIPI tentang Pengelolaan Pengadu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala LIPI tentang Pengelolaan Pengadu"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

REPUBLIK INDONESIA

No.258, 2015 LIPI. Whistleblowing System. Pengaduan.

Pengelolaan.

PERATURAN KEPALA

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015

TENTANG

PENGELOLAAN PENGADUAN WHISTLEBLOWING SYSTEM DI LINGKUNGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun

2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta

Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi telah diatur Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi;

b. bahwa untuk mendorong peran serta pejabat/pegawai di lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan masyarakat dalam upaya pencegahan dan

pemberantasan tindak pidana korupsi serta

penyalahgunaan wewenang oleh pejabat/pegawai di lingkungan LIPI atas layanan yang diberikan oleh LIPI, perlu melakukan pengelolaan dan menindaklanjuti setiap laporan pelanggaran yang terjadi di lingkungan LIPI;

(2)

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu

menetapkan Peraturan Kepala LIPI tentang

Pengelolaan Pengaduan Whistleblowing System di Lingkungan LIPI;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3874), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4150);

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Perlindungan Saksi dan Korban (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4635);

4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);

5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000 tentang

Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan

Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 114,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3995);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang

Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

(3)

2004 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang

Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 99,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5149);

10. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja

Lembaga Non Departemen, sebagaimana telah

beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013; 11. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 110

Tahun 2001 tentang Satuan Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen, sebagaiman telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2013;

12. Keputusan Presiden Nomor 162/M Tahun 2014

tentang Pemberhentian dan Pengangkatan dari dan dalam Jabatan Struktural Eselon I di Lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia;

13. Peraturan Kepala LIPI Nomor 1 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN

INDONESIA TENTANG PENGELOLAAN PENGADUAN

WHISTLEBLOWING SYSTEM DI LINGKUNGAN LEMBAGA

(4)

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Kepala ini yang dimaksud dengan :

1. Pelanggaran adalah perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan, kode etik, dan kebijakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, serta tindakan lain yang sejenis berupa ancaman langsung atas kepentingan umum, serta Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang terjadi di lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang selanjutnya disingkat LIPI.

2. Pelapor Pelanggaran (whistleblower) adalah pegawai/pejabat di

lingkungan LIPI dan masyarakat.

3. Pengaduan adalah informasi yang disampaikan oleh Pelapor

Pelanggaran (whistleblower) sehubungan dengan adanya Pelanggaran.

4. Pejabat yang berwenang menjatuhkan hukuman disiplin adalah

pejabat yang berwenang menjatuhkan hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

5. Media Pengaduan adalah sarana yang digunakan untuk

menyampaikan pengaduan. 6. Kepala adalah Kepala LIPI.

7. Inspektur adalah Inspektur LIPI. Pasal 2

(1) Setiap pejabat/pegawai di lingkungan LIPI yang melihat atau mengetahui adanya Pelanggaran, wajib melaporkannya kepada Inspektorat LIPI.

(2) Masyarakat yang melihat atau mengetahui adanya Pelanggaran dan/atau merasa tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh pejabat/pegawai di lingkungan LIPI, dapat melaporkannya kepada Inspektorat LIPI.

BAB II

PENYAMPAIAN DAN PENGELOLAAN PENGADUAN Pasal 3

(1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 merupakan

Pengaduan yang dapat disampaikan secara langsung maupun tidak langsung kepada Inspektorat LIPI.

(5)

(2) Penyampaian laporan secara langsung dapat dilakukan melalui Media Pengaduan yang berupa help desk yang wajib disediakan oleh Inspektorat LIPI.

(3) Penyampaian laporan secara tidak langsung dapat dilakukan melalui Media Pengaduan berupa telepon, faksimili, layanan pesan singkat (SMS), kotak pengaduan, surat elektronik (email), dan Kotak Pos/PO BOX, yang wajib disediakan oleh Inspektorat LIPI.

(4) Media Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), disediakan oleh Inspektorat LIPI, yaitu:

a. telepon/faksimili dengan nomor: (021) 5225711 / (021) 5277124; b. SMS Centre Inspektorat LIPI dengan nomor 081290003387;

c. surat elektronik (email) dengan alamat:

wbs.inspektoratlipi@mail.lipi.go.id;

d. kotak pos/PO BOX 4994 KPJM 12700; dan/atau

e. website Inspektorat LIPI dengan alamat: wbs.lipi.go.id. Pasal 4

Inspektorat LIPI bertindak sebagai unit kerja yang menerima, mengelola, dan menindaklanjuti Pengaduan dan sebagai koordinator yang mengawasi pelaksanaan pengelolaan Pengaduan.

Pasal 5

(1) Dalam pengelolaan Pengaduan, Inspektorat LIPI mempunyai

kewajiban sebagai berikut:

a. mengadministrasikan Pengaduan;

b. menganalisis Pengaduan untuk menentukan dapat atau tidaknya suatu Pengaduan ditindaklanjuti ke pemeriksaan/audit;

c. melakukan pemeriksaan/audit dan memberikan rekomendasi;

dan

d. membuat laporan pengelolaan Pengaduan, pemeriksaan, dan

tindak lanjut atas rekomendasi.

(2) Dalam hal ditemukan indikasi pelanggaran disiplin berat, Inspektorat LIPI wajib meneruskan proses Pengaduan kepada Biro Organisasi dan Sumber Daya Manusia LIPI dan/atau Pejabat yang berwenang menjatuhkan hukuman disiplin untuk ditindaklanjuti.

Pasal 6

Rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c dapat berupa:

(6)

b. pengembalian kerugian negara; dan/atau

c. penyampaian hasil pemeriksaan/audit kepada instansi penegak

hukum.

BAB III

TINDAK LANJUT PENGADUAN Pasal 7

(1) Rekomendasi berupa penjatuhan hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf (a) wajib disampaikan kepada Pejabat yang berwenang menjatuhkan hukuman disiplin.

(2) Pejabat yang berwenang menjatuhkan hukuman disiplin wajib melaksanakan rekomendasi hasil pemeriksaan/audit paling lambat 3 (tiga) bulan sejak diterimanya rekomendasi hasil pemeriksaan tersebut.

(3) Pejabat yang berwenang menjatuhkan hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib menyampaikan tembusan Surat Keputusan penjatuhan hukuman disiplin kepada Inspektur.

(4) Pejabat yang berwenang menjatuhkan hukuman disiplin yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan sanksi hukuman disiplin atas usul Inspektur kepada Kepala.

Pasal 8

Rekomendasi berupa pengembalian kerugian negara sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6 huruf (b) wajib disampaikan kepada Pejabat yang berwenang menindaklanjuti.

Pasal 9

(1) Rekomendasi berupa penyampaian hasil pemeriksaan/audit kepada instansi penegak hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf (c) dilakukan dalam hal:

a. kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia, dalam hal hasil pemeriksaan/audit berindikasi tindak pidana umum;

b. kepada Komisi Pemberantasan Korupsi, dalam hal hasil

pemeriksaan/audit berindikasi tindak pidana korupsi.

(2) Penyampaian hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui Inspektorat LIPI.

Pasal 10

Dalam hal Pelapor Pelanggaran (whistleblower) meminta penjelasan mengenai perkembangan tindak lanjut atas laporan yang disampaikan,

(7)

Inspektorat LIPI wajib memberi penjelasan mengenai hal dimaksud kepada Pelapor Pelanggaran (whistleblower) tersebut.

BAB IV

PERLINDUNGAN WHISTLEBLOWER Pasal 11

(1) Inspektorat LIPI wajib memberikan perlindungan kepada Pelapor Pelanggaran (whistleblower).

(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menjaga kerahasiaan identitas Pelapor Pelanggaran (whistleblower). (3) Inspektorat LIPI hanya dapat mengungkapkan identitas Pelapor

Pelanggaran (whistleblower) untuk keperluan penyidikan dan

persidangan.

Pasal 12

(1) Kewenangan untuk memublikasikan hasil pengelolaan Pengaduan di lingkungan LIPI berada pada Inspektur LIPI.

(2) Dalam memublikasikan hasil pengelolaan Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Inspektorat LIPI wajib bekerja sama dengan Biro Kerjasama, Hukum, dan Hubungan Masyarakat LIPI, dalam rangka akuntabilitas dan keterbukaan informasi.

BAB V

MONITORING DAN PELAPORAN PENGADUAN Pasal 13

(1) Inspektorat LIPI wajib memonitor dan mengevaluasi tindak lanjut penyelesaian Pengaduan oleh satuan kerja terkait.

(2) Inspektorat LIPI wajib melaporkan pelaksanaan pengelolaan

Pengaduan secara per semester (6 (enam) bulan) atau sewaktu-waktu kepada Kepala.

BAB VI

KETENTUAN LAIN Pasal 14

Standar Operasional Prosedur Pengelolaan Pengaduan Whistleblowing System di LIPI, sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 15

(8)

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 13 Februari 2015 KEPALA LEMBAGA ILMU

PENGETAHUAN INDONESIA, ISKANDAR ZULKARNAIN Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 13 Februari 2015

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

(9)
(10)

Referensi

Dokumen terkait

ketentuan hukum alam yang tidak dapat dimungkiri bahwa suatu negara tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dari negara lain.Ketergantungan antara negara satu

A Match); b) bertukar pasangan; c) berpikir-berpasangan-membagi (Think- Pair-Share); d) berkirim salam dan soal; e) kepala bernomor (Numbered Heads Together); f)

Dari uraian di atas bahwa lebih setengah responden pengetahuan kurang dengan sikap negatif tentang olahraga pada diabetes mellitus, hal ini dikarenakan penderita

Bakat merupakan kapasitas seseorang sejak lahir, yang juga berarti kemampuan terpendam yang dimiliki seseorang sebagai dasar dari kemampuan nyatanya. Bakat seseorang

Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Gresik kurang memperhatikan tentang masalah bahaya fly ash yang berceceran di sekitar lingkungan unit finish mill, jadi sejauh ini

Oleh karena itu Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Magetan sebagai Lembaga BPPKB Daerah Provinsi Jawa Timur sesuai PERDA

Kuesioner Penelitian Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Kepala Keluarga Tentang Sanitasi Dasar dan Rumah Sehat di Lingkungan III Desa Perjuangan Pelabuhan Teluk Nibung Tanjungbalai

Berdasarkan analisa permasalahan yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan dari rumusan masalah mengenai sistem informasi manajemen arsip kependudukan