ISSN 0126-1886
FORUM
PASCASARJANA
Volume 32 Nomor 2 April 2009
Deteksi Mycobacterium avium Subspecies Paratuberculosis pada Susu Formula Lanjutan d i Bogor
Widagdo S. Nugroho, Mirnawati Sudarwanto, Denny W. Lukman, Surachmi Setyaningsih, Rochman Na'im, dan Ewald Usleber
Dinamika Populasi Plankton dalam Area Pusat Penangkapan Benur dan Nener di Perairan Pantai Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selata n
Nur Asia Umar, R.F. Kaswadji, Ario Damar, I. Muchsin, dan I W. Nu~aya Dampak Pengembangan Agropolitan Bas.s Jagung dan Partisipasi Masyarakat di Provinsi Gorontalo: Kasus Kabupaten Pohuwato Sherly G. Jocom, Eka Intan K. Putri , dan Himawan Hariyoga
Dampak Investasi Sumber Daya Manusia terhadap Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan di Indonesia
Rasidin K. Sitepu, Bonar M. Sinaga, Rina Oktaviani, dan Mangara Tambunan
Pengambilan Keputusan Pemilihan Janis Tanaman dan Pola Tanam di Lahan Hutan Negara dan Lahan Milik: Studi Kasus di Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung
Indra G. Febryano , Didik Suharjito, dan Sudarsono Soedomo
Perencanaan Sosial dalam Pengelolaan Sampah Perrnukiman Berbasis Masyarakat di Kotamadya Jakarta Timur
Nonon Saribanon, Endriatmo Soetarto, Surjono H. Sutjahjo, E. Gumbira Sa'id, dan Sumardjo
Sekolah Pascasarjana
[I
Institut Pertanian Bogor
Bogor, Indonesia
81-90 91-102 103116 117-127 129-141 143-153 II
IFORUMPASCASARJANA
Volume 32 No.1 Januari 2009 ISSN 0126-1886
' ' i' 'ii'"
Pelindung
Rektor (H. Herry Suhardiyanto) Penanggung Jawab
: . Dekan Sekolah Pascasarjana IPB (Khairil Anwar Notodiputro)
-Pemimpin Redak~i
Wakil Dekan Sekolah Pascasarjana IPB (Dedi Jusadi) Wakil Pemimpin Redaksi
Sekretaris Program Doktor Sekolah Pascasarjana IPB (Marimin) Sekretaris Program Magister Sekolah Pascasarjana I PB (Naresworo Nugroho)
Sekretaris Bidang Pengembangan dan Kerjasama (Muladno) Dewan Redaksi
Alex Hartana (Genetika dan Pemuliaan Tanaman) Ari Purbayanto (Kelautan)
Basita Ginting S (Penyuluhan Pembangunan dan Komunikasi Pertaniqn) Tri Koesoemaningtyas (Ekofisiologi Tanaman)
Lailan Syaufina (Ilmu Pengetahuan Kehutanan) I G. Putu Purnaba (Matematika dan Statistika) M. Parulian Hutagaol (Ekonomi Pertanian dan Sosiologi)
M. Zairin Jr (Budi Daya Perairan)
Maggy
T.
Suhartono (Biokimia dan Bioteknologi)Reviany Widjajakusuma (Fisiologi Hewan, Biologi Nuklir) Set yo Pertiwi (Teknik Pertanian)
Asep Sudarman (Ilmu Produksi Ternak)
Utomo Kartosuwondo (Hama da.n Penyakit Tumbuhan) Redaksi Pelaksana Wahju Q. Mugnisjah Komaruddin Idris Administrasi Muhammad Fikri Alamat Redaksi Sekolah Pascasarjana IPB
Gedung Andi Hakim Nasoetion Lt. 5, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680
Telp. 0251-8628448, 862264,2 ext. 510 Fax. 0251-622986
e-mail: forum_pascasarjana@bima.ipb.ac.id
;
Forum Pascasafjana men.ipakan jurnal ilmiah yang<literbitkan setiap triwulan
Forum Pascasarjana Vol. 32 No.2 April 2009 ISSN 0126-1886
DAFTAR lSI CONTENTS
Deteksi Mycobacterium av;um Subspecies Paratuberculosis pada 81·90
Susu Formula Lanjutan di Bogor
Detection of Mycobacterium avium subspecies paratuberculosis in Growing up Milk Formula in Bogor
I
t
l
(Widagdo Sri Nugroho, Mirnawati Sudarwanto, Denny Widaya Lukman, Surachmi Setyaningsih, Rochman Na'im, dan Ewald Usleber)/
Dinamika Populasi Plankton dalam Area Pusat Penangkapan Benur 91·102
dan Nener di Perairan Pantai Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang, I~
Sulawesi Selatan
Plancton Population Dynamics in Area Fishing Ground of Tiger Prawn Post Larvae and Milk Fish Fry on Coastal Water of Suppa District, Pinrang Regency, South Sulawesi
(Nur Asia Umar, R.F. Kaswadji, Ario Damar, I. Muchsin, dan I W . Nurjaya)
Dampak Pengembangan Agropolitan Basis Jagung dan Partisipasi 103116
Masyarakat di Provinsi Gorontalo: Kasus Kabupaten Pohuwato
The Impact of Corn-Based Agropolitant Development and Community's Participation in the Province of Gorontalo: A Case Study of Pohuwato Regency
(Sherly G. Jocom, Eka Intan K. Putri, dan Himawan Hariyoga)
Dampak Investasi Sumber Daya lVIanusia terhadap Distribusi 117·127
Pendapatan dan Kemiskinan di Indonesia
The Impact of Human Capital Investment on Income Distribution and Poverty Incidence in Indonesia
(Rasidin K. Sitepu, Bonar M. Sinaga, Rina Oktaviani, dan Mangara Tambunan)
Pengambilan Keputusan Pemilihan Jenis Tanaman dan Pola Tanam di 129·141
Lahan Hutan Negara dan Lahan Milik: Studi Kasus di Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung
Decision Making of Crop and Cropping System Selection in State Forest and Private Land: A Case Study at Sungai Langka Village, Gedong Tataan Subdistrict, Pesawaran District, Lampung Province
(Indra G. Febryano, Didik Suharjito, dan Sudarsono Soedomo)
Perencanaan Sosial dalam Pengelolaan Sampah Permukiman 143·153
Berbasis Masyarakat di Kotamadya Jakarta Timur
Social Planning on Community-Based Residaential Solid Waste Management in East Jakarta District
(Nonon Saribanon, Endriatmo Soetarto, Surjono H. Sutjahjo, E. Gumbira Sa'id, dan Sumardjo)
Dinamlka Populasi Plankton da/am Area Pusat Penangkapan Benur dan Nener (N.A. Umar et al.)
OINAMIKA POPULASI PLANKTON OALAM AREA PUSAT PENANGKAPAN BENUR OAN NENER 01 PERAIRAN PANTAI KECAMATAN SUPPA
KABUPATEN PINRANG, SULAWESI SELATAN1)
(Plankton Population Dynamics in Area Fishing Ground of Tiger Prawn Post Larvae and Milk Fish Fry on Coastal Water of Suppa District, Pin rang
Regency, South Sulawesi)
Nur Asia Umar, Richardus F. Kaswadji2), Ario Oama,-2),
Ismudi Muchsin2J
, dan I Wayan NurjayaZ) ABSTRACT
This research to study relation between environment parameter, plankton abundance and primary productivity with abundance of tiger prawn post larvae and milk fish fry, calculates plankton predating rate speed by tiger prawn post larvae and milk fish fry and other larva and studies plankton population dynamics, tiger prawn post larvae and milk fish fry before, at the time and after peak season. Result of research indicates that some environment parameters significant differs according to observation period and season. Highest abundance of tiger prawn post larva, milk fish fry and other larva reaches to 29067, 7733 and 54400 ind/1000
a
m
Highest grazing rate to population of phytoplankton and plankton (phytoplankton + zooplankton) found when predator consisted of tiger prawn post larva, milk fish fry and other larva with grazing rate up to 125 cells/liter/hour and 129 plankter /liter/hour respectively. Highest predating rate to zooplankton population when predator consist of tiger prawn post larva and milk fish fry and there is phytoplankton as their prey up to 12 individual/liter/hour. The certain plankton species significant correlation and estimated as natural food of tiger prawn post larva and milk fish fry that is some types of diatom and crustaceae from zooplankton. Plankton population dynamics especially controlled by predator by tiger prawn post larva, milk fish fry and other larva, while influence of environment parameter is small relative. Abundance of each phytoplankton and zooplankton ranged from 583-28563 cells/liter and 22-3413 ind/liter. Average abundance of phytoplankton and zooplankton significant differs higher at peak season compare . before and after tiger prawn post larva and milk fish fry season. Predator-prey 'relation between phytoplankton and zooplankton shows phase change which succession between phytoplankton controls to zooplankton phases with zooplankton control to phytoplankton. Abundance of plankton influences abundance of population of tiger prawn post larva and milk fish fry especially after peak season. There is concordance of time between peak abundance of tiger prawn post larva and milk fish fry and other larva with peak abundance of phytoplankton and zooplankton.
Key words: population dynamics, predator, phytoplankton, tiger prawn post larva, milk fish fry, Pinrang
1) Bagian dari disertasi penulis pertama, Program Studi IImu Kelautan, Sekolah Pascasarjana IPB Z) Berturut-turut Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing
Forum Pascasarjana Vol. 32 No.2 April 2009:91-102 PENDAHULUAN
Plankton memiliki peranan penting dalam ekosistem perairan. Fitoplankton dan zooplankton menjadi sumber makanan utama larva berbagai jenis ikan, udang
dan hewan lainnya. Komposisi jenis dan kelimpahan fitoplankton sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan aktivitas pemangsaan oleh zooplankton
dan organisme planktivor lainya. Intensitas pemangsaan zooplankton dan
pemangsaan oleh larva berbagai jenis hewan tingkat tinggi merupakan faktor
utama yang cukup berpengaruh terhadap dinamika kelimpahan fitoplankton .
Kelimpahan dan kelangsungan hidup populasi larva udang windu Penaeus
monodon Fabricus (benur), larva ikan bandeng Chanos chanos Forskal (nener), dan larva lainnya secara musiman mempengaruhi kelimpahan fitoplankton dan zooplankton di beberapa perairan pantai di pesisir pantai barat Sulawesi Selatan.
Kegiatan penangkapan benur dan nener pad a beberapa sentra
penangkapan dilakukan secara musiman, mengikuti kelimpahan populasinya di
alam. Puncak musim biasanya terjadi pad a musim barat. Secara alamiah dengan
meningkatnya populasi benur dan nener di alam pad a musim tertentu akan
berpengaruh terhadap populasi plankton sebagai prey. Perubahan kondisi
lingkungan dan tekanan pemangsaan pada musim tersebut menyebabkan populasi plankton akan mengalami perubahan sesuai keseimbangan antara daya
dukung lingkungan dan laju pemangsaan . Melihat gejala ini, dapat dipastikan
bahwa ada faktor-faktor yang menyebabkan populasi benur dan nener itu sangat melimpah pada musim tersebut. Bagaimana hubungan populasi plankton dengan kelimpahan benur dan nener berikut mekanisme mangsa memangsa membentuk dinamika populasinya merupakan salah satu kajian yang dianggap perlu untuk
diteliti. Hal ini merupakan salah satu yang melatarbelakangi penelitian ini
dilaksanakan.
Tujuan penelitian adalah mempelajari bagaimana hubungan parameter
lingkungan, kelimpahan plankton, dan produktivitas primer dengan kelimpahan '
benur dan nener di lokasi penelitian serta mengkaji dinamika populasi plankton,
benur dan nener sebelum, pada saat, dan setelah puncak musim. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar mengenai karakteristik perairan pantai, kapasitas daya dukung dan dinamika sistem planktonik, serta pengaruhnya
terhadap populasi benur dan nener.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai dari bulan September 2005 sampai Februari 2006 di pantai Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang,
Provinsi Sulawesi Selatan . Pengambilan data dilakukan dengan pengukuran in
situ pada 16 stasiun (4 transek) dengan mengukur parameter lingkungan (suhu ,
salinitas, pH, kadar DO, dan kecepatan arus). produktivitas primer, pengambilan
air sampel untuk plankton dan kadar nutrien (nitrat, fosfat, dan silikat), kelimpahan
benur, nener dan larva lainnya, pengamatan pemangsaan fitoplankton oleh
zooplankton. dan pengamatan pemangsaan plankton (fitoplankton dan
zooplankton) oleh benur, nener, dan larva lain. Kegiatan di laboratorium terdiri
dari: identifikasi jenis plankton dan larva, pengambilan gambar plankton ,
percobaan isolasi plankton dan pengukuran kadar nutrien. Pengukuran parameter lingkungan dilakukan 2 kali dalam sebulan bersamaan pengambilan sam pel
Dina if: :: plan~" air ke dengal"' Pengar:: menar. ~ -~:.c. -~ pemang- dibua :ra· Kotak ~::... bervol dari zoopla per~ kurunga - B;:.-:'. r zooplar (ANO memba'"' benur, diguna ;, lain de'-~ populas : a denga correIa' dilakuka~ J faktoria . :: plankto
:.a
anal isis :e5I
dan
Ex
bantu parametE~ grafik, do 92 5=::maeus ~ -ener),
dan
; ;-airan
;'="
_hnya{)jnamika Populasi Plankton da/am Area Pusat Penangkapan Benur dan Nener (N.A. Umar et al.)
plankton, benur, nener, dan larva pada semua stasiun pengamatan. Pengambilan air kelimpahan fitoplankton, dan zooplankton menggunakan plankton net bersusun dengan mesh size 35 IJm dan 50 IJm dengan menyaring air sebanyak 80 liter. Pengambilan sam pel untuk benur, nener, dan larva lainnya dilakukan dengan menarik seser sejauh 25 meter sejajar garis pantai pada 4 transek.
Pengukuran produktivitas primer menggunakan metode botol-gelap dan botol-terang, mengikuti eara yang telah dilakukan Kaswadji (1996). Pengamatan pemangsaan di lapangan dilakukan dengan pemeliharaan dalam alat/kotak yang dibuat dari plankton net yang tidak meloloskan fitoplankton (mesh size 35 IJm).
Kotak dibuat dalam bentuk kubus dengan ukuran 10 X 10 X 10 em 3 atau bervolume 1 liter. Kotak pemangsaan ditempatkan dalam kolom air sekitar 50 em dari permukaan dengan jarak antarkotak 20 em. Setiap kotak diisi fitoplankton ,
zooplankton, benur/nener, dan larva lain dalam 12 kombinasi (antara fitoplankton, zooplankton, benur/nener, dan larva lain). Masing-masing kombinasi terdiri dari 6
kurungan untuk diamati setiap interval 4 jam selama 24 jam.
Beberapa anal isis data yang digunakan di antaranya anal isis ragam (ANOVA) dengan raneangan pereobaan aeak kelompok dan Uji Tukey untuk membandingkan antarmusim beberapa parameter lingkungan, kelipahan plankton,
benur, nener, dan larva lain. Analisis regresi linear sederhana dan berganda digunakan untuk menghubungkan kelimpahan plankton, benur, nener, dan larva lain dengan parameter lingkungan, serta antara pemangsaan dan dinamika populasi plankton. Untuk menduga seberapa besar korelasi salah satu komponen dengan yang lainnya, digunakan analisis korelasi Spearman/Sperman rank
correlation (Siegel, 1946) dan uji t berpasangan. Analisis komponen utama (PCA)
dilakukan untuk melihat sebaran spasiotemporal parameter lingkungan. Analisis faktorial korespondensi (FCA) digunakan untuk melihat asosiasi antara kelimpahan plankton dan stasiun dan waktu pengamatan. Dalam menjalankan beberapa analisis tersebut digunakan perangkat lunak sebagai alat bantu seperti SPSS 15.0 dan Exel Stat 6.0. Di samping beberapa analisis tersebut, digunakan pula alat bantu lain seperti Surfer 7.0 untuk menggambarkan sebaran mendatar beberapa parameter lingkungan dan Microsoft Excel untuk penyajian dalam bentuk diagram, grafik, dan histogram.
HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter Lingkungan
Kisaran dan rata-rata ± S.D beberapa parameter lingkungan yang diukur pada 16 stasiun selama penelitian disajikan dalam Tabel 1. Hasil analisi ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa semua parameter lingkungan keeuali pH dan kadar fosfat signifikan berbeda menurut musim (sesuai kelimpahan benur dan nener).
Sebaran spasiotemporal parameter lingkungan sangat dipengaruhi oleh musim yang berhubungan dengan eurah hujan dan masuknya air tawar di perairan pantai.
Hasil analisis PCA terhadap 24 observasi (6 bulan x 4 transek) menunjukkan bahwa sebaran spasiotemporal parameter Iingkungan di lokasi penelitian lebih dicirikan oleh perbedaan menurut waktu pengamatan. Pada bulan Januari dan Februari dicirikan oleh keeepatan arus tinggi. Pada bulan September dan Oktober dicirikan oleh kadar DO dan suhu lebih tinggi di stasiun dekat pantai dan nilai pH dan salinitas yang lebih tinggi di stasiun tebih jauh dari pantai.
Dinamika Pc.r.
(2) (3)
Forum Pascasarjana Vol. 32 No. 2 April 2009:91-102
Tabel 1. Kisaran beberapa parameter lingkungan dari semua stasiun selama penelitian dan rata-rata berdasarkan musim benur dan nener
Kisaran Musim benur dan nener
Parameter oseanografi
SebeJum Puncak SeteJah
(satuan) Minimum Maksimum
(Sept.1-0kt.2J (Nop.1-Jan.1) (Jan.2-feb.2)
Suhu (OC) 26.7 31.4 29.31±0.10· 29.30±0.09 2B.OB±0.W
SaJinitas (%.) 23.0 33.5 30.BO±0.23' 29.64±0.16b 27.00±0.20'
pH 5.4 B.1 6.66±0.O5 6.60±0.04 6.67±O.06
DO (ppm) 3.5 B.7 6.01±O.11· 6.19±0.10 5.15±O.W
Kecematan arus (m/detik) O.OB 107 0.339±0.014< 0.523±O.013b O.632±0.O25'
Nitrat (ppm) 0.02 O.4B 0.195±0.033ob 0.139±0.027' 0.255±0.033b
Fosfat (ppm) 0.09 0.20 0.111±0.O09 0.116±0.007 0.127±OO09
Kelimpahan Benur, Nener, dan Larva Lain
Kelimpahan benur yang didapatkan dari setiap stasiun selama penelitian berkisar 0-29067 (rata-rata 6990 ekor/1000 m\ nener berkisar 0-7733 (rata-rata 1586 ekor/1000 m\ dan larva lain berkisar 1600-54400 (rata-rata 16362
ekor/1000 m\ Hasif ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
kelimpahan benur, nener dan larva lain menurut waktu pengamatan dengan pola perubahan kelimpahan benur, nener, dan larva lain seperti ditunjukkan dalam
Gambar 1.
-- ... -", ... "Ir .. '" ... -... --;:; .... '" ... ...
". " 4',f " " " Waktu pengamatan J'J' J' #
#'"
Gambar 1. Kelimpahan benur (A) nener (8) dan larva lain (C) pada setiap transek menurut waktu pengamatan selama penelitian
Pemangsaan Plankton
Pengamatan laju pemangsaan plankton pada berbagai kombinasi mangsa dan pemangsa menunjukkan bahwa laju pemangsaan cenderung meningkat
dengan meningkatnya kelimpahan awal mangsa (prey). Laju pemangsaan,
kelimpahan minimal terjadinya dampak pemangsaan, dan hubungan laju
50000 "'E 45000 '0 40000 ~3S<XXl ~ 30000 iii 25000
.
~ 30000 ~ 151XlOi
10000 . ~ 5000 ;ji • ..1 ' ... 8 , r... c _ _ '....ak C Waktu pengamatan ketika-c -
.--a
(4) Kelim ~-:: zoopa-·
-
:
lain a-:-E ~ terda-c: ~.:~ lain dc - o~o -(5) Kelimoc -=: terhaa:
:
lain secc r:: (6) Kena.
o
s
-
terti 9_:£:
-a
ketikaC
-
c
(7) Kenao 2- :0 terting::: O£:_c:
diman£S2 : of (8) KenalKa mening· -~° dimangsc terjadi c' -Tabel 2. Ra~' te":.a;: a:a-a
paCE -Kombinasi pe~ F+Z F+B/N Z+BIN F+Z+BIN F-+t Z-+t F+Z-+t F+BIN-+t Z+B/N-+t F+Z-+B/N-+t Keterangan : F=
"'_.
94selama ~
e
o
Selelah Jan.2-Feb.21 28.08±O.W 27.()()±0.20c : 57±O.06 i 15±0.11" ~ 532±0.025· 1255±0.033b 1127±0.009 sSa..~a penelitian :--33 (rata-rata ~ata 16362 !C:la: perbedaan engan pola " an dalam ._
_.
, ·_c ' _ 0 ~....
~-_____
.J
.1- ii
,
i
.j" setlap transek man gsa meningkat angsaan, gan lajuDinamika Populasi Plankton dalam Area Pusat Penangkapan Benur dan Nener (N.A. Umar et al.)
pemangsaan dengan kelimpahan awal prey dari 7 periode pengamatan hasilnya
seperti dirangkum dalam Tabel 2. Selain perbedaan laju pemangsaan
berdasarkan kombinasi antara prey dan predator, kelimpahan awal prey, informasi
mengenai indikasi adanya persaingan antarpredator juga terlihat.
Berdasarkan data dalam Tabel 2 dapat disimpulkan beberapa hal di antaranya sebagai berikut.
(1) Laju pemangsaan fitoplankton dan plankton (fitoplankton dan zooplankton)
secara simultan tertinggi terjadi ketika dimangsa secara simultan oleh zooplankton, benur, nener, dan larva lain.
(2) Laju pemangsaan terhadap zooplankton tertinggi terjadi ketika dim an gsa
oleh benur dan nener dan terdapat fitoplankton.
(3) Kelimpahan minimal terendah populasi fitoplankton untuk dimangsa terjadi
ketika dimangsa oleh zooplankton, benur, nener, dan larva lain dan tertinggi ketika hanya dimangsa oleh zooplankton.
(4) Kellmpahan minimal untuk terjadinya pemangsaan terhadap populasi
zooplankton terendah terjadi ketika dim an gsa oleh benur, nener, dan larva lain tanpa fitoplankton, dan juga ketika dimangsa oleh benur dan nener dan terdapat fitoplankton, sedangkan tertinggi terjadi ketika dim an gsa oleh larva
lain dan terdapat fitoplankton .
(5) Kelimpahan minimal terendah untuk terjadinya dampak pemangsaan
terhadap populasi plankton ketika dimangsa oleh benur, nener, dan larva
lain secara simultan.
(6) Kenaikan laju pemangsaan dengan meningkatnya kelimpahan fitoplankton
tertinggi terjadi ketika dimangsa oleh benur dan nener dan terendah terjadi ketika dimangsa oleh zooplankton.
(7) Kenaikan laju pemangsaan dengan meningkatnya kelimpahan zooplankton
tertinggi terjadi ketika dimangsa oleh larva lain dan terendah terjadi ketika
dimangsa oleh benur dan nener.
(8) Kenaikan laju pemangsaan terhadap populasi plankton dengan
meningkatnya kelimpahan plankton tertinggi terjadi ketika plankton dimangsa oleh benur, nener, dan larva lain secara simultan dan terendah terjadi ketika hanya dimangsa oleh larva lain.
Tabel 2. Rata-rata laju pemangsaan (sel induklliter/jam), kelimpahan minimal
terjadinya dampak pemangsaan (sel induklliter) dan koefisien regresi antara laju pemangsaan dengan kelimpahan awal prey (sel induklliter) pada setiap kombinasi pengamatan pemangsaan
Rata-rata laju Il!lmaogsaan Kelim(lahan minimalleaadinya Koefisien r~resi laju Kombinasi pemangsaan F Z F+Z F Z F+Z F Z F+Z F+Z 82 2005 0.D105 F-+BIN 104 1386 0.0224 Z-+BIN 6 66 0.0056 F+Z-+B/N 121 12 127 947 36 1076 0.0197 F+L 78 1971 0.0150 Z+L 5 49 0.0125 F+Z+L 112 8 116 1257 80 1363 0.0166 F-+BIN+L 96 1226 0.0199 Z-+B/N+L 5 36 0.0066 F+Z-+B/N+L 125 10 128 855 41 945 0.0200
Keterangan: F
=
fitoplankton, Z=
zooplankton, BIN = benur/nener, L=
larva lainForum Pascasatjana Vol. 32 No. 2 April 2009:91-102
Estimasi Spesies Potensial Makanan Alami Benur dan Nener
Beberapa genus fitoplankton yang diduga dimangsa oleh benur dan nener di antaranya adalah Bacteriastrum, Chaetoceros, C/imacospaenia, Cocconeis,
Coscinodiscus, Cylindrocystis, Oity/um sp. , Eucampia, Ghompospaeria,
Hya/odiscus, /sthnia, Lauderia, Ske/etonema, Tabellaria, Thallassiosira,
Thallassionema, dan Thallassiothrix. Beberapa hal menarik yang didapatkan selama penelitian ini adalah adanya genus fitoplankton yang secara temporal
melimpah dan bertepatan dengan fase melimpahnya benur yaitu Climacospaenia.
Beberapa jenis zooplankton yang ditemukan cukup melimpah ketika kelimpahan benur dan nener mencapai puncaknya seperti telur, nauplii dan larva copepoda,
Tartonus, Paraca/anus, Parapa vella , dan Mikrosetella. Jensi-jenis tersebut diduga kuat merupakan jenis yang dimangsa oleh benur dan nener
Dinamika Populasi dalam Komunitas Plankton
Kelimpahan fitoplankton yang terhitung pada 16 stasiun (Gam bar 2) berkisar
583-28563 sel per liter dengan rata-rata
±
SO (7433±
4770) sel per liter,mengalami fluktuasi' dengan tendensi secara umum meningkat dari bulan
September hingga November dan menurun dari bulan Oesember sampai Februari. Kelimpahan zooplankton yang didapatkan selama penelitian berkisar 22-3413 individu per liter dengan rata-rata ± SO (631 ± 533) sel per liter. Perubahan rata rata kelimpahan zooplankton dari seluruh stasiun selama penelitian menunjukkan
fluktuasi naik turun seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2, Pola perubahan
kelimpahan fitoplankton dan zooplankton sesuai hasil ANOVA menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan antarmusim (Tabel 3). Perubahan populasi
plankton diduga terkait pengaruh parameter lingkungan yang bergantung pada musim dan pengaruh pemangsaan baik oleh benur maupun nener. Oidukung oleh pernyataan Clark (1974) bahwa suhu mempunyai pengaruh yang besar di ekosistem pesisir. Berbagai aktivitas hewan akuatik diatur oleh suhu, misalnya migrasi, pemijahan, kebiasan makan, kecepatan berenang, perkembangan larva,
dan laju metabolisme. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa
pengaruh parameter lingkungan terhadap perubahan kelimpahan plankton tidak terlalu besar meskipun dalam analisis FCA terlihat adanya assosiasi antara jenis plankton tertentu dan stasiun dan waktu pengamatan tertentu (Gambar 3).
t5lXlO ... -_..._ ... _... _-_.. _ -_ ...-... ...- . - - - - -.. -... -.- ... .
~ Total F"rtlJplanktDn - -ti- - Total looplanttto,.
Waktu pengamatan
Gambar 2. Kelimpahan rata-rata fitoplankton dan zooplankton berdasarkan waktu pengamatan Fitoplankton Diatom Dinonagellata Cyanophyceae Chlorophyceae Total fitopla Zooplankton Crustaceae Protozoa Rotatoria Chaetognatha
Total zooplanJ
Keterangan: awal bula zooplankto _ 8400 ekor' -~ memungk""" E- , 33%. Se~e 2- ~ karena per: _~: •
populasi Z<Y.:: E
sesuai de
a.
larva ikan "....,., pemangsaa " ;:W minimal te'e kelimpahar=
-
mendukung =~-A Gambar 3. 96Dinamika Populasi Plankton dalam Area Pusat Penangkapan Benur dan Nener (N.A. Umar et al.)
ener Tabel 3. Rata-rata ± standard error (s.e) kelimpahan setiap kelas fitoplankton dan
zooplankton (seilliter) menurut musim benur dan nener
r dan nener di Cocconeis, : . :- _ ~r ~. -;:; '-ompospaeria, allassiosira, 'Q didapatkan ~=cara temporal macospaenia.
e
:.
·
s kelimpahan,.-
z-
.
a
copepoda, - ·,e.rsebut didugaMusim benur dan nener Fitoplanicton dan zooplankton
Sebelum (Sept.1-Okt,2) Puncak (Nop, Han, 1) Setelah (Jan, 1- Feb.2)
Fitoplankton Diatom Dinoflagellata Cyanophyceae Chlorophyceae Total fitoplankton Zooplankton Crustaceae Protozoa Rotatoria Chaetognatha Total zooplankton 5936±256a 433±19' 453±25' 164±9' 6986±291· 310±18· 117±8· 17±1a 21±2' 466±25' 8121±265b 3918±171' 597±24b 311±17' 632±33b 319±20' 230±1b 113±8' 9580±308b 4661±200< 577±27b 289±16' 188±1Qb 119±9> 43±2" 17±1' 49±3b 31±2' 857±38b 456±25' ;.~:::'ar 2) berkisar
--: 5el per liter,
;-
a:
dari bulan ~. ~pai Februari. :::~",jsar 22-3413 • =c' ubahan rata -~r Tlenunjukkan ;'c!a perubahan - .. :.. menunjukkan ,..,-: ahan populasi : ergantung pada• Didukung oleh ! ang besar di
e-
suhu, misalnya e,"""Dangan larva, _;"l" .lkkan bahwa ....- :>Iankton tidak i antara jenis a~~r3).E-'":asarkan waktu
Keterangan: Huruf yang berbeda dalam bans yang sarna menunjukkan perbedaan rata-r.ata kelimpahan menurut
musim berdasarkan uji Tukey (0=0,05), Jika antar dua musim tidak terdapat minimal satu huruf yang sama, rata-rata kelimpahan antar kedua musim tersebut signifikan berbeda
Kelimpahan rata-rata fitoplankton pada saat pertama kali pengamatan pada awal bulan September adalah 5490 sel per liter. Pada saat tersebut kelimpahan
zooplankton dan larva lain cukup rendah dengan rata-rata 499 individulliter dan
8400 ekor/106 liter. Karena kondisi kepadatan pemangsa yang relatif rendah
memungkinkan pertambahan populasi fitoplankton selama dua minggu sekitar
33% , Setelah dua minggu kemudian kelimpahan fitoplankton menurun kembali
karena pertumbuhan fitoplankton dua minggu sebelumnya memicu pertumbuhan
populasi zooplankton. Dalam waktu yang bersamaan benur sudah mulai muncul,
sesuai dengan pernyataan Fiil,iukiena dan Fiiliukas (2000), bahwa kelimpahan
larva ikan menunjukkan korelasi positif dengan kelimpahan zooplankton. Dampak pemangsaan terhadap populasi fitoplankton dapat mencapai nilai kelimpahan
minimal terendah kedua sebesar 947 sei/liter. Oleh karena itu, terjadi penurunan
kelimpahan populasi fitoplankton meskipun kondisi parameter lingkungan masih
mendukung pertumbuhan fitoplankton.
'
.
'
''
',
... ... _..._._-, ~ ' 1.5 Rjchelia " -"'< - - - .,
--
' 0.' ..---J . p - [ • PronocIMIca A Axis 1(33%)Gambar 3. Distribusi jenis fitoplankton (A) dan zooplankton (8) berdasarkan kelimpahan di setiap transek dan bulan pengamatan pada sumbu faktorial F1 dan F2 dari anal isis FCA
Forum Pascasarjana Vol. 32 No.2 April 2009:91-102
Pada pengamatan ke-4 minggu akhir bulan Oktober kelimpahan benur
semakin meningkat dan nener mulai muncul. Larva lain juga mengalami
peningkatan kelimpahan yang cukup signifikan, sesuai dengan pernyataan Alemany dan Ignacio (2003) bahwa tingkat kelangsungan hidup larva ikan dipengaruhi oleh kondisi pemijahan dan makanan dalam suatu waktu dan periode
tertentu . Karena kelimpahan fitoplankton menurun pada pengamatan sebelumnya
dan dengan meningkatnya tekanan pemangsaan terhadap populasi zooplankton menyebabkan intensitas pemangsaan zooplankton terhadap populasi fitoplankton
menurun sehingga populasi fitoplankton meningkat kembali .
Kelimpahan fitoplankton yang meningkat cukup tajam pada pengamatan ke 4 menyediakan makanan yang cukup untuk populasi zooplankton. Akibatnya pada pengamatan ke-5 kelimpahan zooplankton naik cukup tajam. Dalam waktu yang bersamaan kelimpahan benur dan nener mengalami peningkatan yang cukup drastis, sesuai dengan pernyataan Trumble et al., 1981 dalam Mann Lazier, 1991 bahwa kelimpahan ikan terkait dengan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton. Tingginya intensitas pemangsaan disebabkan oleh peningkatan kelimpahan tiga jenis pemangsa fitoplankton, yaitu zooplankton, benur, dan nener menyebabkan penurunan populasi fitoplankton pada pengamatan ke-5.
Pada pengamatan ke-6 populasi fitoplankton kembali mengalami
peningkatan yang cukup tinggi sehingga mencapai puncak kelimpahan tertinggi
selama penelitian, yaitu 13064 seilliter. Meningkatnya kelimpahan populasi
fitoplankton pada saat tersebut disebabkan oleh me!emahnya tekanan
pemangsaan . Pertumbuhan populasi fitoplankton yang cukup tinggi ditandai
dengan peningkatan rata-rata produktivitas primer (Gam bar 4) dari pengamatan sebelumnya dan penurunan konsentrasi rata-rata nitrat yang mengindikasikan intensifnya pemanfaatan oleh fitoplankton, sesuai dengan pernyataan Mackentum (1969 dalam Yuliana 2002) bahwa nutrien merupakan unsur penting yang
dibutuhkan oleh fitiplankton dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Pengulangan pengaruh predator-prey antara fitoplankton dan zooplankton terlihat
kembali pada pengamatan ke-7 pada akhir bulan November. Peningkatan
populasi fitoplankton menyediakan sumber makanan yang cukup dan mendukung pertumbuhan zooplankton sebagai pemangsa, hal ini sesuai dengan pernyataan
Bradford-Grieve et al. (2001), bahwa konstribusi zooplankton cukup besar dalam
aliran turunnya karbon dalam suatu perairan . Efek ganda pemangsaan terjadi
karena dalam waktu yang bersamaan terjadi ledakan populasi benur yang mencapai puncaknya hingga mencapai kelimpahan tertinggi selama penelitian,
yaitu 16811 ekor/106 liter. Sinergisme tekanan pemangsaan zooplankton dan
benur terhadap fitoplankton menyebabkan tekanan pemangsaan yang kuat dan menurunkan populasi fitoplankton dengan cepat, sesuai dengan pernyataan Hinrichsen et al. (2002) bahwa dinamika populasi larva dikontrol oleh perubahan populasi fitoplankton di laut. Populasi fitoplankton dari pengamatan ke-6 pada pertengahan Nopember setelah mencapai puncaknya terus mengalami penurunan hingga pengamatan ke-9 pertengahan Desember. Penurunan kelimpahan pada pengamatan ke-8 masih cukup besar meskipun tidak sebesar dengan periode sebelumnya. 98 Dinamika Pc ::; _ : , E 140
-'"
"".s
120C
~ 1JO - ,¢
8J ! :~~
c: o. Gambar 4. S":' \:. ~ Pada . mengalami P;:''' mencapai p ~ Penurunan 6 populasi ne"'.c:;. pemangsaa:
c
ke-11 dia
\
·
.c
_
karena pe~~- ~ Kone 5 akhir pene : - Karena fit ketersediaa ~ C; - :; :: ~a :.
a.:
-_e" 56 .... : ' :: ,,-rikut menga
ar
diduga terka ~ dari berba kelimpahan .
a:r
;
Korel as dan parame:::.. didapatkan zooplanktor sebelumnya dibandingka kelimpahan DE yang berses a-Salah bahwa kura diregresika dilakukan berdasarka. dapat te~ad populasi mar; mangsa diko""'-:; ke-10, keli.
nan benur
r
J9C!
mengalami~?" pemyataan
'-,5j'..;J larva ikan
.a.~ :_ dan periode sebelumnya
zoopl an kton
~. fitoplankton
...=
':e.'1idamatan ke :._" :Jatnya pada_a...a
-
waktu yang.E-:c." l ang cukup ;"azjer, 1991 zooplankton. pahan tiga ~ """'enyebabkan mengalami ;:,ahan tertinggi
:::.a~an popul'asi
-~--joa tekanan :,. :'-99i ditandai
·
:an
pengamatan _ ~er~indikasikan ~:aa~ Mackentum enting yanger'bangannya. a"Kton terlihat ;ieningkatan Ga.~ fTlendukung _;c .~.... :>ernyataan oosar 'talam ~_aan terjadi :lenur yang a penelitian,
):;Jankton dan -a".g kuat dan
pernyataan
. perubahan
-::::a"
ke-6 padaDinamika Populasi Plankton dalam Area Pusat Penangkapan Benur dan Nener (N.A. Umar et al.)
§ 14<) ~rr,,"'ok"
o
TranSl!kft ~ "! ~20 ~ Tr~sOkC (S []rrar\S ekD2
lJO • F!1IiHal6 .~ 80 ;0'"
"> ~ ~ c:::Sept. 2 Nop. 2 Des. 1 Oes. 3 Jan . 2 Feb.2
Waktu Penga malan
Gambar 4. Histogram rata-rata produktivitas primer bersih (lJg C/liter/jam) menurut watu pengamatan di setiap transek
Pada akhir Desember ketika pengamatan ke~10, kelimpahan fitoplankton mengalami peningkatan kembali. Rata-rata kelimpahan fitoplankton pada saat itu m encapai puncak terbesar ke dua selama penelitian sebesar 11798 sel/liter. Penurunan kelimpahan zooplankton pada saat itu dan periode sebelumnya serta populasi nener yang hampir habis tampaknya signifikan menurunkan tekanan pemangsaan terhadap fitoplankton. Kelimpahan populasi fitoplankton pengamatan ke-11 di awal Januari mengalami penurunan yang drastis. Penurunan ini terjadi karena pengaruh intensitas cahaya yang sang at rendah.
Kondisi lingkungan dengan intensitas cahaya yang terus menurun hingga akhir penelitian menyebabkan penurunan kelimpahan populasi fitoplankton. Karena fitoplankton sebagai prod user primer menjadi mangsa zooplankton, ketersediaan makan zooplankton menjadi minim. Akibatnya populasi zooplankton ikut mengalami penurunan . Sementara hilangnya populasi benur dan nener diduga terkait dengan fase pemijahan yang sudah berakhir. Larva lain yang terdiri dari berbagai golongan hewan masih terus ditemukan meskipun dengan kelimpahan yang juga terus mengalami penurunan hingga akhir penelitian.
Korelasi parsial yang dihitung antara kelimpahan fitoplankton pada saat t dan parameter lingkungan dan kelimpahan pemangsa pada saat t-1 dan t-2 didapatkan hasil bahwa suhu, salinitas, pH, dan kecepatan arus, kelimpahan zooplankton dan kelimpahan benur pada saat t-1 (satu periode pengamatan sebelumnya) lebih besar korelasinya dengan kelimpahan fitoplankton saat t dibandingkan dengan pada waktu yang bersesuaian (t). Kadar nitrat, fosfat, kellmpahan benur dan kelimpahan I~rva lain lebih besar korelasinya pada waktu yang bersesuaian dengan kelimpahan fitoplankton .
Salah satu makna penting yang dapat ditarik dari hasil analisis ini adalah bahwa kurang tepat jika hubungan antara mangsa dan pemangsa dianalisis atau diregresikan secara serempak selama penelitian. Hasil yang diperoleh jika dilakukan seperti itu adalah tidak menggambarkan kondisi yang terjadi berdasarkan dinamika hubungan predator-prey karena selama waktu tertentu dapat terjadi perubahan yang silih berg anti yang pada rentang waktu tertentu populasi mangsa mengontrol pemangsanya dan dalam rentang waktu lainnya mangsa dikontrol oleh pemangsanya. Selama periode pengamatan ke-5 sampai . ke-1 0, kelimpahan zoopklankton berbanding terbalik dengan kelimpahan 99
Forum Pascasarjana Vol. 32 No. 2 April 2009:91-102
fitoplankton. Selama periode tersebut populasi fitoplankton (prey) dikontrol oleh
zooplankton (predator). Berdasarkan peranan fitoplankton sebagai makanan bagi
benur dan nener, nampaknya puncak kelimpahan benur dan nener hampir
bersamaan atau sedikit lebih lambat dengan kelimpahan fitoplankton. Karena
tidak ada pola yang sistematis dalam hubungan kelimpahan benur dan nener dengan kelimpahan fitoplankton diduga bahwa kemungkinan benur dan nener lebih banyak bergantung pada zooplankton jika dibandingkan dengan fitoplankton. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fiiliukiena dan Fiiliukas (2000) yang mendapatkan larva ikan cukup melimpah di perairan pantai dan
menyatakan bahwa walaupun hubungannya tidak tenalu kuat (r
=
0.399) ,kelimpahan larva ikan menunjukkan korelasi positif dengan kelimpahan
zooplankton. Ditambahkan pula oleh penyataan Clorboe et al. (1988 bahwa
pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup larva ikan herring di daerah frontal dipengaruhi oleh fitoplankton dan zooplankton. Karena zooplankton memangsa fitoplankton, secara ekologis peranan fitoplankton lebih sebagai makanan zooplankton dibanding makan.an benur dan nener.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
(1) Perubahan dan perbedaan parameter lingkungan antarmusim menyebabkan
perbedaan plankton . Kelimpahan plankton dan produktivitas primer lebih
tinggi pada puncak musim benur dan nener, yaitu bulan November dan Desember. Komposisi dan kelimpahan plankton tidak mengalami banyak perubahan spasiotemporal. Terdapat genus-genus tertentu dari fitoplankton
dan zooplankton yang berasosiasi dengan lokasi dan bulan tertentu.
Assosiasi antara genus dengan jenis plankton disebabkan oleh perbedaan preferensi dan toleransi terhadap parameter lingkungan.
(2) Laju pemangsaan plankton dipengaruhi oleh kelimpahan plankton dan
berbeda menurut kombinasi pemangsanya. Terjadi kompetisi antara benur dan nener dengan larva lain dalam memangsa plankton, utamanya terhadap zooplankton.
(3) Ada spesies plankton tertentu yang signifikan berkorelasi dan diduga
sebagai makanan alami benur dan nener, yaitu beberapa jenis diatom dari
fitoplankton (Bacteriastrum, Chaetoceros, Climacospaenia, Cocconeis,
Coscinodiscus, Cylindrocystis, Ditylum sp., Eucampia, Ghompospaeria, Hyalodiscus, Isthnia, Lauderia, Skeletonema, Tabellaria, Thallassiosira, Thallassionema, dan Thallassiothrix) dan crustaceae dari zooplankton (telur, nauplii, dan larva copepoda, Tartonus, Paracalanus, Parapavella, dan
Mikrosetella).
(4) Dinamika populasi plankton dikontrol oleh parameter lingkungan terutama
suhu dan salinitas dan pemangsaan oleh benur, nener, dan larva lain.
Hubungan pemangsaan antara fitoplankton dan zooplankton menunjukkan perubahan fase yang bergantian antara fase fitoplankton mengontrol zooplankton dengan zooplankton mengontrol fitoplankton.
Dinamika =: (5)
B
er:-
beberapa beberapa (1) Ka '= per:m
er_
dfjao·a
(2) Seia""'3 te diir seba 100ontrol oleh ~akanan bagi ener hampir
~,;;,~.-:on. Karena t"E~ _~ dan nener
t..?~
...
r
dan nener --ga"" fitoplankton. j an Fiiliukas pantai dan"
=
0.399), Kelimpahan 1988 bahwa " Gaerah frontal seberapa hal 5 ~ rnenyebabkan as primer lebih ~vember dan -e~;;ajami banyak_
:a
i
frtoplankton;- t ... Ian tertentu. ::;-1<: :?h perbedaan ~-'"" -::.: ~ 3nkton dan
_7:5- antara benur :.12... ;:: '1ya terhadap an diduga :; ~- s diatom dari 5-=~Fa Cocconeis,
:=
-
:;mpospa eria , alJassiosira, :: = :i ankton (telur, ==.rapavelJa, dan ; . ... ~.gan terutama an larva lain. menunjukkan n mengontrolDinamika Populasi Plankton dalam Area Pusat Penangkapan Benur dan Nener (N.A. Umar et al.)
(5) Dinamika populasi plankton tidak terlalu besar pada periode sebelum musim benur/nener sampai puncak musim. Kelimpahan plankton mempengaruhi kelimpahan populasi benur dan nener pada saat setelah puncak musim. Ada kesesuaian waktu antara puncak kelimpahan benur dan nener dengan puncak kelimpahan frtoplankton dan zooplankton. Pemijahan induk udang dan ikan sangat mungkin te~adi beberapa saat sebelum fitoplankton mencapai puncaknya.
Saran
Berdasarkan pada hasil yang didapatkan dalam penelitian ini dan adanya beberapa kendala yang dial ami selama proses penelitian maka direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut :
(1) Karena indikasi adanya jenis frtoplankton dan zooplankton tertentu yang perubahan kelimpahannya berkorelasi cukup kuat dan diduga kuat menjadi makanan alami benur dan nener, perlu tindak lanjut peneltian untuk membuktikan dugaan ini agar dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pembuktian kebenaran dugaan tersebut. (2) Selama percobaan pengamatan pemangsaan pada berbagai kombinasi
terlihat adanya penurunan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton yang diinkubasi tunggal (tanpa pemangsa). Penurunan kelimpahan ini diduga sebagai akibat perlakuan prainkubasi dan pengaruh ukuran kotak pemangsaan. Oleh karena itu, disarankan agar digunakan ukuran kotak pemangsaan yang lebih besar supaya dapat mendapatkan hasil yang lebih.
DAFTAR PUSTAKA
Alemany, C. and Ignacio. 2003. Condition Indices and their Relationship with Environmental Factors in Fish Larvae. http://www.tdx.cesca.esITOX 0915103-0940071 (diakses 16 desember 2003).
Bradford-Grieve, J.M., Nodder, S.D., Jillett', J.B., Currie, K., dan Lassey, K.R 2001. Potential Contribution that the Copepod Neocalanus Tonsus Makes to
Downward Carbon Flux in The Southern Ocean. Journal of Plankton Research.23 (9).
Clark, J. 1974. Coastal Ecosystem: Ecological Consideration for anagement of Coastal Zone. Washinton D.C: National Oceanic and Atmospheric Administratio.
Ciorboe, T., Munk, P., Richardson, K,
Christe~tin,
V., dan Paulse, H. 1988. Plankton Dynamic and Survival in a Frontal Are.Fiiliukiena, F. and Fiiliukas, V. 2000. Ecological Characteristics of the Ichthyoplankton of the Curonian Lagoon. Acta Zoologica Lituanica. 10 (4).
Hinrichsen, H.H., Moellmann, C., Voss, R., Koester, F.w., and dan Kornilovs, G. 2002. The Impact of Physical Forcing on Eastern Baltic Cod Larval Survival: A Coupled HydrodynamidBiological Modelling Approach: Fisheries Population Linkage Spatial and Temporal Variation in Zooplankton.
http://aslo.orglmeetingslvictoria2002larchive/300.htm/(12 Maret 2003).
Dampak Pe,,~-::. - ;
(The Impac Participa
-The ob. ~_ . on the regio ::: -:-: Forum Pascasarjana Vol. 32 No. 2 April 2009:91-102
Kaswadji, R. F. 1996. Perairan Laguna: Potensi, Predasi dan Pemanfaatannya
untuk Perikanan. Laporan Penelitian Hibah Bersaing 11/3 Perguruan Tinggi
Tahun Anggaran 1995/1996. Bogor: Fakultas Perikanan, Institut Pertanian
Bogor, Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat,
Dirjen Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Mann, K.H. and Lazier, J.R.N. 1991. Dynamics of Marine Ecosystems, Biological
Physical Interactions in the Ocean. Boston: Balckwell Scientific Publications.
Siegel, S. 1946. Nonparametric Statistics, for the Behavioral Sciences. New York:
McGraw-Hili Book Company.
Yuliana. 2002. Hubungan antara Kandungan Nutrient dan Intensitas Cahaya
dengan Produktivitas Primer Fitoplankton di Perairan Teluk Lampung. [tesis). Bogor: Program Studi Ilmu Kelautan, Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor. participation. - ~
has improve :~'='-:
structure of r~q major (priorit.iz:; transportation a-== . agropolitant a~7a Key words: a~ _:: .: BerbaG2 : : menunjukka
:-a'
dapat menjac : wilayah bagi I'"' .:. menggunaka~ .:-"' tersebut. De~;c manusia ya : :.:. kegiatan eks~ : pertumbuha - :-5 ekonomi ya, G:
-::sc
wilayah sela a- :::. antardua wil,,_c- -~ Kecence-_ -;;dengan mela ~.
a
kutub perturrt-_ trickle down C' ....