• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi sekarang ini, sumber daya manusia merupakan hal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi sekarang ini, sumber daya manusia merupakan hal"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi sekarang ini, sumber daya manusia merupakan hal terpenting suatu organisasi karena perannya sebagai subyek pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional suatu organisasi. Sumber daya manusia yang dibutuhkan adalah yang benar-benar kompetensi, kompetitif dan berkinerja tinggi, karena akan sangat mempengaruhi kualitas dan kinerja pegawai.

Pendidikan penting bagi pembangunan masa depan bangsa, oleh karena itu, semangat dan komitmen untuk memajukan dunia pendidikan dengan membangun mutu dan sistem yang handal, adalah keharusan bila suatu bangsahendakmaju.Fakta yang ada di bangsa ini menunjukkan bahwa belenggu kemerosotan dunia pendidikan belum berhasil diatasi.Kualitas masih rendah.Sistem yang mengatur belum kokoh dan stabil, bahkan cenderung parsial dan mudah goyah. Keadilan pendidikan pun belum juga dirasakan masyarakat dengan proporsi yang sama disemua daerah. para pemimpin bangsa ini sudah berulangkali menegaskan komitmennya untuk memajukan pendidikan di negeri ini.

Kita tentunya tidak sedang pesimis dengan masa depan bangsa ini. Optimisme memang harus tetap terbangun.Sekalipun kita sama-sama mengetahui bahwa tantangan dalam membenahi dunia pendidikan kita tidaklah mudah, namun keyakinan untuk lebih baik jangan sampai sirna.Dunia pendidikan yang masih

(2)

dengan beragam persoalan klasik, misalnya soal keterbatasan anggaran, luasnya wilayah nusantara sehingga untuk menjangkaunya sangat sulit, kemudian soal ketersediaan guru yang berkualitas, khususnya didaerah tertinggal, harus diatasi secara tepat. Inilah fakta empiric yang harus diatasi. Ke depan, kita harus serius dan satu persepsi untuk membangun pendidikan yang berkualitas dan handal. Yang mampu mencetak anak bangsa menjadi generasi yang tangguh, yang tidak saja mapan untuk mengikuti perkembangan dunia, namun juga harus bisa menjadi pelopor pembaharuan. Hanya dengan cara yang seperti itulah bangsa kita bisa bangkit, kokoh dan menjadi mandiri.

Membangun dunia pendidikan yang berkualitas tentu membutuhkan waktu, dana dan yang utama keseriusan. Harus ada komitmen.Setahap demi setahap, dunia pendidikan harus digerakkan dan diarahkan sebagai alat untuk mencapai cita-cita bersama.Dan untuk itu, peran pemimpin dalam merumuskan segala kebutuhan pendidikan sangatlah vital.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka para kepala sekolah/madrasah khususnya dan pemangku kepentingan pendidikan pada umumnya, mutlak perlu mengetahui secara benar konsep, maksud dan tujuandari sekolah sehingga kepala sekolah/madrasah akan lebih dapat melaksanakan kompetensi manajerialnya secara menyeluruh dan bermakna yang akan membantu peningkatan kinerja sekolah.

Rendahnya kualitas pendidikan dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu yang berhubungan dengan aktivitas guru dalam mengajar, siswa dalam

(3)

pembelajaran dan peran serta kepemimpinan sekolah yaitu kepela sekolah yang perlu mengoptimalkan fungsinya sehingga dapat meningkatkan kualitas sekolah.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin mengglobal saat ini membuat sekolah membutuhkan adanya pemimpin yang handal yang mampu mengatur dan mengelola sekolah dengan baik agar menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien dalam menjalankan kegiatan organisasiya serta dapat bersaing di zaman yang semakin berkembang.Dengan perkembangan yang ada saat ini persaingan dalam dunia pendidikan menjadi semakin besar, dibutuhkan kepemimpinan yang mampu memberikan pengaruh yang signifikan bagi lembaga pendidikan agar dapat terus eksis.Kepemimpinan di era modern berbeda dengan kepemimpinan di era sebelumnya, saat ini pemimpin harus bisa menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang semakin berkembang.Ada berbagai model kepemimpinan yang saat ini diterapkan oleh perusahaan-perusahaan diantaranya kepemimpinan transaksional, kepemimpinan transformasional, tapi yang menjadi permasalahan setiap model kepemimpinan memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Penelitian yang dilakukan oleh Riaz dan Haider (2010) menunjukkan bahwa kepemimpinan transaksional memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa keberhasilan pekerjaan dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan tranformasional dan transaksional.

(4)

Penelitian yang dilakukan oleh Mutaqin (2010) menunjukkan bahwa iklim organisasi, disiplin kerja, dan etos kerja berpengaruh positif terhadap efektivitas kerja.

Peningkatan mutu pendidikan khususnya pada satuan pendidikan memerlukan adanya kepala sekolah/madrasah yang handal, Tangguh dan berkemampuan yang secara bersama-sama dengan seluruh pemangku kepentingan di sekolah dapat memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada semua peserta didik.Kepala sekolah/madrasah yang handal diharapkan dapat menjadi lokomotif dan kekuatan untuk membimbing, menjadi contoh, serta menggerakkan para pendidik dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah/madrasah.

Di dalam penyelenggaraan sekolah menengah atas (SMA), tingkatkeberhasilannya ditentukan oleh standar pelayanan minimal (SPM). Untukmengetahui apakah SPM ini telah diterapkan dengan baik dan benar,diperlukan suatu indikator keberhasilan. Dalam indikator keberhasilantertuang berbagai indikator dan ukuran ketercapaian minimal sesuai dengankomponen yang ada di dalam SPM. Komponen SPM terdiri dari: kurikulum,pesertadidik,ketenagaan,sarana prasarana, organisasi, pembiayaan,manajemen sekolah, dan peran serta masyarakat.

Etos kerja yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok masyarakat, akan menjadi sumber motivasi bagi perbuatannya. Apabila dikaitkan dengan situasi kehidupan manusia yang sedang “membangun”, maka etos kerja yang tinggi akan dijadikan sebagai prasyaraat yang mutlak, yang harus ditumbuhkan dalam

(5)

kehidupan itu. Karena hal itu akan membuka pandangan dan sikap kepada manusianya untuk menilai tinggi terhadap kerja keras dan sungguh-sungguh, sehingga dapat mengikis sikap kerja yang asal-asalan, tidak berorientasi terhadap mutu atau kualitas yang semestinya.

Menurut Tasmara (2006: 45), etos menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang. Di dalam harapan tersimpan kekuatan dahsyat di dalam batinnya yang terus bercahaya, berbinar-binar, sehingga menyedot seluruh perhatiannya.Mereka terobsesi, terpikat, dan terus berjalan untuk memenuhi harapannya tersebut.Mereka yang ingin mewujudkan harapan atau cita-citanya itu memiliki sikap ketabahan yang sangat kuat.Mereka tidak gampang menyerah atau bergantu haluan dari arah yang telah diyakininya.

Kinerja pegawai yang optimal dapat diwujudkan dengan adanya seorang pemimpin yang mampu mengetahui motivasi dan kemampuan para pegawainya dalam melakukan pekerjaannya.Pemimpinmengelola tugas organisasi sesuai dengan motivasi dan kemampuan masing-masing pegawainya.Penting untuk diperhatikan, motivasi yang tinggi yang didukung dengan kemampuan dan ketepatan dalam melaksanakan tugas, belum menjamin tercapainya performa yang tinggi tanpa dibarengi dengan penciptaan lingkungan kerja yang kondusif.

Kinerja seseorang dapat ditingkatkan bila ada kesesuaian antara pekerjaan dengan keahliannya, begitu pula halnya dengan penempatan guru pada bidang tugasnya.Menempatkan guru sesuai dengan keahliannya secara mutlak harus dilakukan. Bila guru diberikan tugas tidak sesuai dengan keahliannya akan berakibat menurunnya cara kerja dan hasil pekerjaan mereka, juga akan

(6)

menimbulkan rasa tidak puas pada diri mereka. Rasa kecewa akan menghambat perkembangan moral kerja guru.

Posisi strategi guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan professional, factor kesejahteraan, etos kerja, motivasi kerja, gaya kepemimpinan kepala sekolah serta fasilitas dari sekolah itu sendiri. Guru merupakan salah satu sumber daya manusia yang berada di sekolah, kinerja guru mempunyai peran penting dalam pencapaian tujuan sekolah.

Gaya kepemimpinan seorang atasan atau kepala sekolah merupakan salah satu factor yang mempengaruhi kinerja guru di sekolah, Kepala sekolah merupakan seorang manajer sekolah yang memimpin berjalannya kegiatan pada suatu sekolah.Keberadaan Kepala Sekolah sangat diperlukan oleh seluruh guru, siswa serta karyawan yang merupakan warga sekolah. Jabatan Kepala Sekolah dibatasi oleh peraturan yang berlaku, sehingga dalam suatu sekolah sering terjadi pergantian Kepala Sekolah, begitupun di SMAN 112 Jakarta, sejak berdirinya tahun 1991 sudah terjadi sebelas kali pergantian Kepala Sekolah.

Kepala Sekolah menampilkan perilaku gaya kepemimpinan yang berbeda-beda, hal tersebut sangat mempengaruhi kinerja para guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk berkinerja secara optimal sesuai dengan kompetensi dan profesionalitas dibidangnya, oleh karena itu untuk meningkatkan mutu suatu sekolah diperlukan figur Kepala Sekolah yang memiliki kemampuan mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan serta mampu memberikan umpan balik informatif terhadap kebutuhan para guru agar memiliki etos kerja yang tinggi. Dalam hal ini Kepala Sekolah harus memiliki

(7)

teknik- teknik untuk dapat memelihara kinerja guru antara lain dengan memberikan penerapan etos kerja yang tepat dan konsisten, karena etos kerja juga merupakan faktor yang berpengaruh dalam kinerja seseorang.

Penelitian ini dilakukan, karena fenomena yang terjadi di SMA N 112 Jakarta Barat yang mengalami beberapa kali pergantian kepala sekolah, dan yang terjadi adalah setiap pergantian kepala sekolah ternyata memberikan atmosfir baru, karena masing-masing kepala sekolah memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Sebagai contoh jika kepala sekolah mempunyai kepedulian terhadap kinerja guru maka guru akan memiliki kinerja yang baik, tetapi jika suatu periode yang menjabat seorang kepala sekolah yang kurang memperhatikan atau kurang peduli terhadap perkembangan kemajuan sekolah dan guru maka kinerja guru menjadi rendah, hal ini dapat dilihat berdasarkan data hasil peringkat ujian sekolah se Jakarta Barat dimana dalam beberapa tahun belum mendapat hasil yang memuaskan.

Tabel 1.1. Peringkat SMA Negeri 112 Jakarta Barat Berdasarkan Perolehan Nilai Ujian Nasional Tingkat Kota ADM Jakarta Barat.

Tahun Peringkat Sekolah Berdasarkan Nilai UN IPA IPS Jumlah SMA Negeri

2009 7 4 17

2010 4 4 17

2011 3 4 17

2012 4 4 17

2013 4 5 17

Sumber: Bagian Kurikulum SMAN 112

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa peringkat ujian nasional SMAN 112 pada tahun 2009 berada di peringkat 7 dari 17 sekolah untuk program IPA dan untuk program IPS berada di peringkat 4 dari 17 sekolah yang ada Jakarta

(8)

Barat. Pada tahun berikutnya peringkat sekolah meningkat menjadi peringkat 4 untuk program IPA sedangkan untuk program IPS tetap di posisi yang sama.

Jumlah siswa kelas XII yang ada di SMAN 112 mencapai hampir 300 siswa, bahkan pada tahun 2011 jumlahnya mencapai 337 orang siswa. Akan tetapi jumlah siswa yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri masih cukup rendah.

Tabel 1.2.Jumlah Siswa di SMAN 112 Jakarta Barat.

Tahun Jurusan Jumlah

IPA IPS 2009 156 112 268 2010 200 120 320 2011 160 177 337 2012 160 120 280 2013 160 116 276

Sumber: Bagian Kurikulum SMAN 112

Selama periode tahun 2009-2013 jumlah siswa kelas XII yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri sebanyak 583 orang, sedangkan jumlah siswa kelas XII pada periode yang sama adalah sebanyak 1.481 orang. Hasil tersebut menunjukkan selama periode tersebut hanya kurang lebih 39% siswa yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Adapun jumlah siswa yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri pada periode 2009-2013 dapat dilihat pada tabel 1.3.

Table 1.3.Jumlah Siswa yang Diterima di Perguruan Tinggi Negeri.

Tahun Jurusan Jumlah

IPA IPS 2009 48 21 69 2010 135 29 164 2011 37 23 60 2012 104 41 145 2013 113 37 150

(9)

Berdasarkan data di atas dapat diindikasikan bahwa kinerja guru di SMAN 112 Jakarta masih belum sesuai dengan harapan, dapat terlihat dari masih rendahnya peringkat sekolah berdasarkan hasil ujian nasional, dan masih sedikitnya siswa yang diterima di perguruan tinggi negeri. Dari fenomena yang ada maka kinerja guru dapat mempengaruhi prestasi atau hasil belajar siswa.

Penelitian-penelitian terdahulu mengenai pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja guru menunjukkan ketidakkonsistenan hasil, misalnya penelitian oleh Irra Chrisyanti Dewi dan Nuri Herachwati (2010) kepemimpinan transaksional efektif namun penelitian oleh Munawaroh (2011) menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru.

Berdasarkan alasan tersebut penulis akan meneliti sejauh mana keterkaitan dan pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent, dan penulis menentukan judul Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional, Gaya

Kepemimpinan Transaksional dan Etos Kerja terhadap Kinerja Guru (Studi Kasus di SMA Negeri 112 Jakarta).

1.2 Identifikasi Masalah, Perumusan Masalah dan Batasan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan data diatas mengindikasikan bahwa kinerha guru di SMA Negeri 112 masih belum sesuai dengan harapan, hal ini juga dapat terlihat dari beberapa indikator.

(10)

1. Kepala sekolah yang sering berganti, membuat kepemimpinan kepala sekolah belum maksimal sehingga kinerja guru rendah.

2. Guru yang masuk ke kelas datang terlambat walaupun guru datang ke sekolah tepat waktu, hal ini dapat mengurangi lamanya kegiatan belajar mengajar di dalam kelas sehingga pemanfaatan waktu menjadi tidak efektif dan efisien 3. Masih ada guru yang mengajar tanpa persiapan yang maksimal.

4. Masih rendahnya peringkat sekolah berdasarkan hasil ujian nasional. 5. Target kurikulum belum tercapai secara maksimal.

1.2.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti merumuskan pokok-pokok permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap kinerja guru di SMAN 112 Jakarta ?

2. Apakah gaya kepemimpinan transaksional berpengaruh terhadap kinerja guru di SMAN 112 Jakarta ?

3. Apakah etos kerja berpengaruh terhadap kinerja guru di SMAN 112 Jakarta ? 4. Apakah gaya kepemimpinan transformasional, gaya kepemimpinan

transaksional dan etos kerja berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja guru di SMAN 112 Jakarta ?

1.2.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memberikan batasan masalah yang terdiri dari empat variabel, yaitu variabel gaya kepemimpinan

(11)

transformasional, gaya kepemimpinan transaksional dan variabel etos kerja sebagai variabel independen dan variabel kinerja guru sebagai variabel dependent.

Peneliti membatasi hanya empat variabel namun tidak menutup kemungkinan bahwa dalam penelitian masih terdapat variabel lain yang mempengaruhi kinerja guru.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menjelaskan hal-hal yang dapat mempengaruhi kinerja guru dengan menggunakan variabel gaya kepemimpinan transformasional, gaya kepemimpinan transaksional dan etos kerja guru.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis :

1. Pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja guru di SMA Negeri 112 Jakarta.

2. Pengaruh gaya kepemimpinan transaksional terhadap kinerja guru di SMA Negeri 112 Jakarta.

3. Pengaruh etos kerja terhadap kinerja guru di SMA Negeri 112 Jakarta.

4. Pengaruh gaya kepemimpinan transformasional, gaya kepemimpinan transaksional dan etos kerja terhadap kinerja guru di SMA Negeri 112 Jakarta.

(12)

1.4 Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini baik secara teoritis maupun praktiknya adalah:

1. Bagi sekolah diharapkan dapat digunakan sebagai masukan atau informasi dalam meningkatkan kinerjanya.

2. Sebagai bahan masukkan untuk kepala sekolah untuk mengambil keputusan dan menentukan kebijakan di sekolahnya khususnya yang berhubungan dengan kinerja guru.

3. Dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian lanjutan dan menambah wawasan bagi pembaca.

4. Bagi penulis diharapkan dapat memperdalam pengetahuan tentang gaya kepemimpinan transformasioanal dan transaksional serta etos kerja.

Gambar

Tabel 1.1.  Peringkat SMA Negeri 112 Jakarta Barat Berdasarkan Perolehan  Nilai Ujian Nasional Tingkat Kota ADM Jakarta Barat
Table 1.3.Jumlah Siswa yang Diterima di Perguruan Tinggi Negeri.

Referensi

Dokumen terkait

INSTIPER Yogyakarta saat ini telah menjadi Perguruan Tinggi yang khas dengan desain model pendidikan University Industry Partnership, dan telah mendapatkan kepercayaan yang luar

Dalam hal penanggulangan pelanggaran undang-undang hak cipta terdapat tiga faktor utama untuk penerapan sanksinya diantanya harga perangkat lunak yang asli

dengan yang lain karena meskipun diberikan informasi iklan yang sama calon konsumen akan memberikan rangsangan persepsi yang berbeda-beda sesuai dengan yang

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara

Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut antara lain mengenai kondisi geografis garis pantai Indonesia dan Timor Leste yang saling berhadapan maupun berdampingan,

Nilai rata-rata f-score dan relative utility pada skenario 2 lebih besar daripada skenario 2, sehingga pengulis membuat kesimpulan bahwa hasil pengujian peringkasan berbasis

Mendorong kehidupan masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan bagi semua, dan membangun institusi yang

Jurnal Ilmiah Islam Futura (JIIF) (P-ISSN: 1412-1190; E-ISSN: 2407-7542) is published by Center for Research and Publication, Institute for Research and Community Service (LP2M/LPPM)