• Tidak ada hasil yang ditemukan

PSIKOLOGI DAN KONSELING ISLAM. Zulkarnain Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PSIKOLOGI DAN KONSELING ISLAM. Zulkarnain Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Zulkarnain

Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram.

Abstrak

Bimbingan Konseling Islam adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis terhadap individu atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin untuk dapat memahami dirinya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya. Dalam tulisan ini ingin diangkat permasalahan tentang apakah urgensi dari disiplin ilmu Psikologi dan Bimbingan Konseling Islam dalam upaya untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh klien (dalam hal ini siswa-siswa di sekolah yang bermasalah?) Tulisan ini menggunakan studi kepustakaan atau analisis dokumenter berkenaan dengan apa yang sudah dikemukakan oleh para ahli psikologi, lebih utama lagi oleh para ahli konseling Islam. Yang mana dari uraian data yang dikemukakan terkuak urgensitas, bahwa dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah/madrasah, bukan terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).

Kata Kunci:

(2)

A. Pendahuluan

Manusia pada dasarnya mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi terhadap segala sesuatu, baik hal-hal yang bersifat fisika maupun metafisika. Rasa ingin tahu yang tinggi ini juga tidak jarang menggiringnya pada rasa ingin tahu akan Tuhan; tidak saja terjadi pada manusia-manusia masa kini; namun juga terjadi pada manusia-manusia masa lampau. Apabila manusia melihat alam yang terbentang luas (dengan segala keindahannya), maka timbul dalam hati sanubarinya suatu pertanyaan tentang siapa yang membuat alam yang luas dan indah itu? Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dalam mencari Tuhannya seperti yang termaktub dalam Alquran surat al-An’am (ayat: 76-78) sebagai berikut.

                                                         Artinya :

Ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." Kemudian tatkala Dia melihat bulan terbit Dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah bulan itu terbenam, Dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat." Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.”

(3)

Kisah Ibrahim dalam mencari Tuhan tersebut merupakan bentuk peristiwa psikologis yang dialami oleh seorang nabi yang diabadikan dalam Al-Qur’an.1 Kisah di atas mengantarkan kita pada apa yang hendak dibahas

dalam tulisan ini, yakni mengenai Psikologi dan Bimbingan Konseling Islam. Tulisan ini hendak mengangkat topik kajian tentang urgensi dari disiplin ilmu Psikologi, khususnya lagi ilmu Konseling Islam dalam upaya membantu setiap masalah yang dihadapi oleh klien (terutama sekali dalam hal ini adalah para siswa sekolah) agar dapat keluar dari masalah yang dihadapinya. Tulisan ini menandaskan kajiannya pada kajian kepustakaan atau studi dokumenter, yang mana diharapkan melalui berbagai pernyataan yang dikemukakan oleh para ahli dapat dijadikan rujukan untuk bertindak dan berprilaku.

B. Konsep Psikologi

Psikologi berasal dari bahasa Yunani psyche yang artinya jiwa, dan logos yang artinya ilmu dan pengetahuan. Jadi, secara etimologis (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya.

Berbicara tentang jiwa, terlebih dahulu harus dibedakan antara nyawa dengan jiwa. Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya bergantung pada hidup jasmani dan menimbulkan perbuatan badaniyah (organic behaviour), yaitu perbuatan yang dilakukan oleh anggota badan. Misalnya: makan, minum, tidur, berbicara, membaca, dan lain sebagainya. Sedangkan jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian perbuatan-perbuatan pribadi (personal behaviour) dari hewan tingkat tinggi atau manusia. Perbuatan pribadi ialah perbuatan yang dilakukan diri seseorang yang timbul dari kesadarannya. Dalam beberapa dasawarsa ini, istilah “jiwa” saat ini sudah jarang dipakai dan diganti dengan istilah “psikis.” Beberapa ahli mempelajari jiwa atau psikis manusia dari gejala-gejala yang diakibatkan oleh keberadaan psikis tersebut.

(4)

Dimiyanti Mahmud dalam Sugiharto menjelaskan bahwa manusia menghayati kehidupan kejiwaan berupa kegiatan berfikir, berfantasi, mengingat, sugesti, sedih dan senang, berkemauan, dan lain sebagainya.2

Gejala jiwa pada manusia dibedakan menjadi gejala pengenalan (kognisi), gejala perasaan (afeksi), gejala kehendak (konasi), dan gejala campuran (psikomotorik). Gejala pengenalan (kognisi) merupakan suatu upaya manusia dalam mengenal berbagai macam stimulus atau informasi yang masuk ke dalam alat indranya, menyimpan, menghubung-hubungkan, menganalisis, dan memecahkan masalah berdasarkan stimulus atau informasi tersebut. Pengenalan adalah pengindraan dan persepsi, asosiasi, memori, berfikir, dan inteligensi. Gejala perasaan (afeksi) adalah kemampuan untuk merasakan suatu stimulus yang diterima, termasuk di dalamnya adalah perasaan sedih, senang, bosan, marah, benci, cinta, dan lain sebagainya. Afeksi merupakan perasaan manusia yang kuat sering pula disebut dengan kata “emosi.” Gejala campuran (psikomotorik) merupakan gabungan dari gejala kognitif dan afektif, yang memunculkan suatu gerakan/tingkah laku tertentu.3 Jiwa juga merupakan salah satu kekuatan yang tidak dapat dilihat

oleh pancaindra tentang wujud dan zatnya (bersifat abstrak), kecuali yang tampak hanya gejala-gejalanya saja. Oleh karena itu, maka bentuk umum daripada kelakuan manusia merupakan sasaran atau objek penyelidikan dari psikologi, karena secara proporsional makna jiwa dalam pandangan Islam disebut (nafsiyah) menepati posisi antara jasmani (jismiyah) dan ruh (ruhaniah), atau ibarat titik api dengan sumbunya yang dapat dilihat adalah kobaran api dan rasa panas di sekelilingnya atau ibarat aliran listrik dan lampu neon yang dapat dilihat adalah terangnya lampu neon itu. Demikian juga kekuatan ruhiyah seseorang dan beberapa besar aktivitas seseorang yang berupa perilaku sehari-hari yang tampak, antara yang satu dengan yang lainnya dalam diri setiap orang berbeda-beda, tidak ubahnya perbedaan daya terang masing-masing lampu neon.4

2 Sugihartono et. al, Psikologi Pendidikan, (UNY Press, 2007), 2. 3 Ibid

(5)

Untuk dapat memberikan penjelasan pandangan/pendapat tentang psikologi, berikut ini penulis sampaikan beberapa pendapat para ahli.

1. Edwin G. Boring dan Herbet S. Langeveld, psikologi adalah studi tentang hakikat manusia5

2. Garden Murphy, psikologi adalah ilmu yang mempelajari responden yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.6

3. Woodworth dan Marquis

Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas individu dari sejak masih dalam kandungan sampai meninggal dunia dalam hubungannya dengan alam sekitar.7

4. Wilhem Wundt.

Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yang timbul dari dalam diri manusia; seperti perasaan, pikiran, dan kehendak.8

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang jiwa yang berwujud tingkah laku dalam diri manusia, baik individu maupun kelompok dalam hubungannya dengan lingkungannya; tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak; tingkah laku yang disadari maupun tidak disadari.

C. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam a) Bimbingan

Berdasarkan Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor: 29/90, Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depannya. Dalam pengertian yang lebih luas sebagaimana menurut Rochman Natawidjaja, dikatakan bahwa bimbingan diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara

5 Sarlito W.S, pengantar psikologi umum, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), 4. 6 Ibid hal 5

7 Mahfudh. S, pengantar psikologi umum, (Surabaya: Sinar Wijaya, 1986), 8. 8 Sanapiah faisal, dimensi-dimensi psikologi, (Surabaya: usaha nasional, tt), 34.

(6)

berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. Demikian juga menurut Muhammad Surya, bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan diri yang optimal dan penyesuain diri dengan lingkungannya.9

b) Konseling

Edwin C. Lewis (1970), mengemukakan bahwa konseling adalah suatu proses di mana orang yang bermasalah (klien) dibantu secara pribadi untuk merasa dan berperilaku yang lebih memuaskan melalui interaksi dengan seseorang yang tidak terlibat (konselor) yang menyediakan

informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk

mengembangkan perilaku-perilaku yang memungkinkannya berhubungan secara lebih efektif dengan dirinya dan lingkungannya.10

c) Islam

Istilah Islam dalam wacana studi Islam berasal dari bahasa Arab dalam bentuk masdar yang secara harfiyah berarti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata kerja salima diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri. Dengan demikian arti pokok Islam secara kebahasaan adalah ketundukan, keselamatan, dan kedamaian.11 Secara terminologis, Ibnu

Rajab merumuskan pengertian Islam, yakni Islam ialah penyerahan, kepatuhan, dan ketundukan manusia kepada Allah SWT. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Di samping itu, Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Maliki al-Shawi mendefinisikan Islam dengan rumusan Islam, yaitu atauran Ilahi yang dapat membawa manusia yang berakal sehat menuju kemaslahatan atau kebahagiaan hidupnya di dunia dan

9 Mohammad Surya, Psikologi Konseling, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2003), 2. 10 Ibid.

(7)

akhiratnya.12 Pendapat lain menyatakan bahwa Islam adalah agama yang

dibawa oleh para utusan Allah dan disempurnakan oleh rasullullah SAW yang memiliki sumber pokok Alquran dan Sunah rasullullah SAW sebagai petunjuk buat seluruh manusia sepanjang masa.

d) Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan dan Konseling merupakan alih bahasa dari istilah Inggris

guidance dan conseling.13. Menurut Bimo Walgito bimbingan adalah

tuntunan, bantuan ataupun pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu agar dapat mencapai kesejahteraan hidup.14

Konseling Islam secara bahasa berarti perundingan, pendapat, dan rencana sesuai dengan ajaran agama Islam. Adapun dari segi terminologi, konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.15

Berdasarkan beberapa rumusan tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa yang dimaksud dengan Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis terhadap individu atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin untuk dapat memahami dirinya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dapat hidup secara harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya demi tercapainya kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah.16

Pengertian tersebut antara lain didasarkan pada rumusan yang dikemukakan oleh H.M. Arifin, Ahmad Mubarok, dan Hamdani Bakran adz-Dzaki. Bahkan pengertian yang dimaksudkannya adalah mencakup beberapa unsur utama yang saling terkait antara satu dengan lainnya,

12 Ahmad Bin Muhammad Al-Mali Al-shawi, Syarh ala auhar al-tauhid, 62.,

13 Anur Rahum Faqih, Bimbingan dan konseling dalam islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), 1. 14 Bimo Walgito, Bimbingan dan penyuluhan di sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), 3-4.

15 Tohari Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan konseling Islami, (Yogyakarta: UII Press

1992), 5.

16 Ahmad Mubarok, Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama teori dan Kasus, (Yogyakarta: Fajar Pustaka

(8)

yaitu: konselor, konseli, dan masalah yang dihadapi. Konselor dimaksudkan sebagai orang yang membantu konseli dalam mengatasi masalahnya di saat yang amat kritis sekalipun dalam upaya menyelamatkan konseli dari keadaan yang tidak menguntungkan, baik untuk jangka pendek maupun utamanya jangka panjang dalam kehidupan yang terus berubah. Konseli dalam hal ini berarti orang yang sedang menghadapi masalah karena dia sendiri tidak mampu dalam menyelesaikan masalahnya. Menurut Imam Sayuti Farid, konseli atau mitra Bimbingan Konseling Islam adalah individu yang mempunyai masalah yang memerlukan bantuan bimbingan dan konseling. Sedangkan yang dimaksudkan dengan masalah ialah suatu keadaan yang mengakibatkan individu maupun kelompok menjadi rugi atau terganggu dalam melakukan suatu aktivitas.17

Farid Hariyanto dalam makalahnya, mengatakan bahwa bimbingan dan konseling dalam Islam adalah landasan berpijak yang benar tentang bagaimana proses konseling itu dapat berlangsung baik dan menghasilkan perubahan-perubahan positif pada klien mengenai cara dan paradigma berfikir, cara menggunakan potensi nurani, cara berperasaan, cara berkeyakinan dan cara bertingkah laku berdasarkan wahyu dan paradigma kenabian (Sumber Hukum Islam).18

Beberapa ayat Alquran yang berhubungan dengan bimbingan konseling di antaranya adalah surat al-Imran (ayat: 104)

               

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”

17 Imam Sayuti farid, pokok-pokok bahasan tentang Bimbingan Konseling Penyuluhan Agama sebagai

teknik Dakwah, 29.

(9)

                

“Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan melakukan amal kebaikan, saling menasehati supaya mengikuti kebenaran dan saling menasehati supaya mengamalkan kesabaran”. (al-Ashr :1-3)                           Artinya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalann-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (an-Nahl:125)

D. Tujuan bimbingan dan konseling islam

Secara garis besar tujuan Bimbingan dan Konseling Islam dapat dirumuskan untuk membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Sedangkan tujuan dari bimbingan dan konseling dalam Islam yang lebih terperinci adalah sebagai berikut:

a. Untuk menghasilkan suatu perbuatan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai, bersikap lapang dada, dan mendapatkan pencerahan (taufik dan hidayah) Tuhannya.

b. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat, baik pada diri sendiri, lingkungan

(10)

keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya.

c. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong-menolong, dan rasa kasih sayang.

d. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya serta ketabahan menerima ujian-Nya.

e. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar; ia dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup;

dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi

lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.

f. Untuk mengembalikan pola pikir dan kebiasaan konseli yang sesuai dengan petunjuk ajaran Islam (bersumber pada Alquran dan paradigma kenabian).

Sedangkan dalam bukunya Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, Aunur Rahim Faqih membagi tujuan Bimbingan dan Konseling Islam dalam tujuan umum dan tujuan khusus.19 Tujuan umumnya adalah membantu individu

mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sedangkan Tujuan khususnya adalah:

a. membantu individu agar tidak menghadapi masalah

b. membantu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya c. membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan

kondisi yang baik atau yang tetap baik menjadi tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.

(11)

E. Urgensi bimbingan konsleing islam dalam pemelajaran

Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah/madrasah, bukan terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).

Konseli sebagai seorang individu yang berada dalam proses berkembang atau proses menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan dan kemandirian tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Di samping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam arus linier, lurus, atau se arah dengan potensi, harapan, dan nilai-nilai yang dianut.

Perkembangan konseli tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis, maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku konseli, seperti terjadinya stagnasi (kemandekan) perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku. Iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti maraknya tayangan televisi dan media-media lain, penyalahgunaan alat kontrasepsi, ketidakharmonisan dalam kehidupan keluarga, dan dekadensi moral orang dewasa ini mempengaruhi perilaku atau gaya hidup konseli (terutama pada usia remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlak yang mulia);

(12)

seperti pelanggaran tata tertib, pergaulan bebas, tawuran, dan berbagai kriminalitas lainnya.

Upaya menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang tidak diharapkan, seperti yang disebutkan adalah mengembangkan potensi konseli dan memfasilitasi mereka secara sistematik dan terprogram untuk mencapai standar kompetensi kemandirian. Dengan demikian, pendidikan yang bermutu efektif dan ideal adalah pendidikan yang tidak mengesampingkan bimbingan dan konseling. Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan instruksional dengan mengabaikan bimbingan dan konseling, hanya akan menghasilkan konseli yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek kepribadian.

Dengan dasar itulah bimbingan dan konseling sangat berperan penting dalam pembentukan sosok peserta didik yang dicita-citakan seperti yang dicantumkan dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003, yaitu:

a. beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa b. berakhlak mulia

c. memiliki pengetahuan dan keterampilan d. memiliki kesehatan jasmani dan rohani e. memiliki kepribadian yang mantap, dan

f. memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan itu bimbingan konseling di sekolah diorientasikan pada upaya memfasilitasi perkembangan potensi konseli yang meliputi aspek pribadi, belajar, dan karir atau terkait dengan perkembangan konseli sebagai makhluk yang berdimensi

biopsikososiospiritual (biologis, psikis, social, dan spiritual).20

F. Kesimpulan

1. Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan

20 Direktorat jenderal peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan departemen

pendidikan nasional, rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. (2007), 15.

(13)

lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun tidak disadari. 2. Konseling Islam adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus

menerus dan sistematis terhadap individu atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin untuk dapat memahami dirinya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dapat hidup secara harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya demi tercapainya kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah. 3. Konseli sebagai seorang individu yang berada dalam proses berkembang

yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan dan kemandirian tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman menentukan arah hidupnya. Di samping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu berlangsung mulus, atau bebas dari masalah atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Sutoyo. 2007. Bimbingan dan Konseling Islam (Teori dan Praktik).Semarang: Prima Nusantara.

Bimo Walgito. 1980. Bimbingan dan Penyuluhan Di sekolah. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya

Erhamwilda. 2009. Konseling Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arifin, H.M. 2006. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Konseling dan Penyuluhan Agama Islam (Di Sekolah dan Luar Sekolah). Jakarta: Bulan Bintang.

Tim Penulis Modul. 2009. Modul Tarbiyah Islamiyah. Robbani Press.

Tim Dosen PPB FIP UNY. 2000. Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah. Yogyakarta: UNY Press.

Referensi

Dokumen terkait

Studi Recovery Tembaga Dari Limbah Elektrolit Pemurnian Perak Menggunakan Proses Ekstraksi Pelarut-Electrowinning Dengan Mextral 5640H Sebagai Ekstraktan.. Muhammad

pendidik dengan siswa tersebut dapat dilihat dari proses belajar mengajar di

holoselulosa dan α -selulosa bagas oleh ketiga jamur dengan tiga media kultur awal yang berbeda. commit

Kemudian Bapak I.B.Wirawan SU, sebagai pembimbing, dalam rutinitas yang sangat padat dengan berbagai aktifitas, masih dapat meluangkan waktu untuk membimbing dengan

sampai semua ikan terendam. - Tutuplan bak dengan papan dan diberi pemberat supaya semua ikan tetap terendam dalam larutan garam. - Bila konsentrasi cairan didalam dan di luar

bibit pensdduhai/pdeend, dun seleksi bibil. Sul ini, p€nulaE kulu lal te lmme inatrg dilalarkan pada. set teeald kesmbi bm'mnr

Registrasi peserta dimulai pukul 15.00 hari pertama pelatihan. Registrasi peserta dimulai pukul 15.00 hari pertama

[r]