• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMUPUKAN P DAN K TERHADAP HASIL KEDELAI DI LAHAN SAWAH VERTISOL NGAWI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMUPUKAN P DAN K TERHADAP HASIL KEDELAI DI LAHAN SAWAH VERTISOL NGAWI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMUPUKAN P DAN K TERHADAP HASIL

KEDELAI DI LAHAN SAWAH VERTISOL NGAWI

Henny Kuntyastuti, Andy Wijanarko, Runik Dyah Purwaningrahayu

dan Abdullah Taufiq

Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jl. Raya Kendalpayak Km 8, Kotak Pos 66 Malang 65101 Telp.(0341) 801468

Email: ofic_rilet@yahoo.com ABSTRAK

Pada lahan sawah Vertisol Ngawi, pemupukan 50-200 kg ZA/ha tidak meningkatkan hasil biji kedelai. Pemupukan 200 kg SP36/ha atau 100 kg KCl/ha meningkatkan hasil 0,15-0,18 t/ha (13-16%) dibanding tanpa pupuk P atau K. Pemupukan 50 kg ZA + 50 kg SP36 + 100 kg KCl/ha meningkatkan hasil 0,15-0,49 t/ha (13-53%) dari 1,04-1,66 t/ha menjadi 1,20-2,03 t/ha dibanding tanpa pupuk NPK pada lahan bekas padi atau bekas kedelai, dengan saluran drainase setiap 2 m atau 4 m. Kombinasi pupuk NP atau NK juga meningkatkan hasil. Pembakaran jerami pada lahan bekas kedelai dengan saluran drainase setiap 2 m juga meningkatkan hasil 0,25 t/ha menjadi 1,85 t/ha. Sebagian besar petani di Ngawi membakar jerami sebelum tanam kedelai dan menerapkan pola tanam padi-padi-kedelai. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian pada MK 2006 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dua faktor, diulang tiga kali, pada dua lingkungan. Faktor I adalah tiga takaran pupuk K, yaitu 0, 50 dan 100 kg KCl/ha. Faktor II adalah lima takaran pupuk P, yaitu 0, 25, 50, 100 dan 200 kg SP36/ha. Sebagai lingkungan adalah tanpa jerami padi dan jerami padi 5 t/ha, disebar kemudian dibakar. Pupuk ZA sebanyak 50 kg/ha digunakan sebagai pupuk dasar. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pupuk P dan K terhadap hasil kedelai pada lahan sawah bekas padi tanpa dan dengan jerami padi dibakar. Hasil penelitian menunjukkan, pada lahan sawah Vertisol Ngawi, pengembalian sisa hasil panen padi ke lahan sawah dalam bentuk jerami padi dibakar meningkatkan produktivitas kedelai varietas Sinabung dibanding tanpa jerami padi. Penggunaan jerami padi dibakar menyumbang kebutuhan pupuk KCl sebanyak 50% (setara 50 kg KCl/ha) pada tanaman kedelai yang ditanam setelah panen padi. Budi daya kedelai tanpa jerami padi membutuhkan pemupukan 50 kg ZA + 200 kg SP36/ha untuk mencapai hasil biji 2,16 t/ha. Budi daya kedelai dengan jerami padi dibakar membutuhkan pemupukan 50 kg ZA + 50 kg KCl/ha untuk mencapai hasil biji 2,32 t/ha.

Kata kunci: kedelai, pupuk anorganik, jerami padi ABSTRACT

The effect of P and K fertilizers on seed yield of soybean grown in Vertisol low-land at Ngawi region. In Vertisol wetlow-land at Ngawi, the application of 50-200 kg ha-1 Zink

Amonium fertilizer did not increase soybean seed yield but the application of 200 kg ha-1 SP36 or 100 kg KCl ha-1 increased yield by 0.15 to 0.18 t ha-1 (13-16%) compared to those without application of P or K fertilizer. When soybean grown in wetland after rice or after soybean, applying 50 kg ZA + 50 kg SP36 + 100 kg KCl ha-1 increased the seed yield by 0.15 to 0.49 t ha-1 (13-53%) i.e. from 1.04-1.66 t ha-1 to 1.20-2.03 t ha-1 compared to the seed yield without any NPK fertilizer. Soybean crops were grown by the presence of drainage channels with 2 or 4 m interval. The combination of NP or NK fertilizer also improved seed yield. Burning rice straw before sowing soybean, also increased yield by 0.25 t to 1.85 t ha-1. Most farmers in Ngawi burns rice straw before planting soybean in rice-soybean-rice cropping pattern. Based on that, a research was conducted in year 2006 using a factorial randomized block design two-factors repeated three times in two environments. Factor I was three dosages

(2)

of K fertilizer (0, 50 and 100 kg KCl ha-1). Factor II was five dosages of P fertilizer (0, 25, 50, 100 and 200 kg SP36 ha-1). These two factors were put in two environments i.e. without and with 5 t ha-1 rice straw spread out onto the field and then burned. An amount of 50 kg ha-1 ZA fertilizer was used as basal fertilizer. The study aimed to evaluate the effect of P and K fertilizer on soybean seed yield grown after rice without and with rice straw burning. The results showed that application of burned rice straw burned rice straw increased soybean yield than those without rice straw, as well as it substituted as much as 50% of required KCl, which was equal to 50 kg KCl ha-1. Soybean cultivation without burned rice straw required 50 kg ZA + 200 kg SP36-1 ha to achieve grain yield of 2.16 t ha-1. Soybean cultivation by burning rice straw required 50 kg ZA + 50 kg KCl ha-1 to achieve grain yield of 2.32 t ha-1.

Key words: soybean, inorganic fertilizer, rice straw

PENDAHULUAN

Tanah Vertisol hampir selalu kahat K, kadar Kdd berkisar 0,2-0,3 me/100 g (Kuntyastuti dan Adisarwanto 1996; Adisarwanto dkk. 1998; Kuntyastuti dan Sunaryo 2000; Kuntyastuti 2001 dan 2002; Taufiq dan Kuntyastuti 2002), dan pemupukan 50-400 kg KCl/ha dapat meningkatkan hasil biji kedelai 0,16-0,81 t/ha. Pada Vertisol Lombok Tengah dengan kadar Kdd, Cadd dan Mgdd masing-masing 0,21, 17,2 dan 1,4 me/100 g, pemupukan 50 kg KCl/ha meningkatkan hasil biji kedelai 0,34 t/ha (Kuntyastuti dan Santoso 2001). Hasil biji 3,18 t/ha diperoleh melalui pemupukan 50 kg KCl + 200 kg tepung belerang/ha. Pemupukan 50 kg K/ha dari ZK atau K2SO4 pada tanah Vertisol kahat K juga meningkatkan hasil biji kedelai (Taufiq dan Kuntyastuti 2002).

Kuntyastuti (2001) melaporkan, efisiensi KCl sebesar 6,5 - 15,7 kg hasil biji kedelai/kg K2O/ha di lahan sawah Vertisol Ngawi. Efisiensi pemupukan K di tanah Vertisol Ngawi tidak dapat ditingkatkan melalui cara penempatan pupuk K (sebar atau larik) dan pembe-rian jerami (sebar atau bakar) (Kuntyastuti dan Adisarwanto 1996). Pupuk ZKplus lebih efisien dibanding K2SO4 (Taufiq dan Kuntyastuti 2002), karena ZKplus lebih lambat melepas K. Pupuk K2SO4 cepat melepas K sehingga mudah hilang tercuci atau dijerap mineral liat montmorilonit. Khan dkk. (1994) menyarankan penggunaan pupuk yang lambat melepas K atau pemberian lebih satu kali untuk meningkatkan efektivitas pupuk K. Namun Harsono dkk. (1994) melaporkan hal sebaliknya, bahwa hasil biji kedelai pada tanah Vertisol Ngawi yang dipupuk dua dan tiga kali (saat tanam, V7 dan R6) tidak berbeda dengan pemupukan satu kali pada saat tanam.

Pemupukan 20-160 kg P/ha pada Vertisol meningkatkan serapan P tanaman kedelai, dan pertumbuhan maksimal tercapai pada takaran 80 kg P/ha dengan kelembaban tanah 95% kapasitas lapang. Peningkatan kelembaban sampai kapasitas lapang memperbaiki pola serapan dan efisiensi penggunaan P, dan serapan P maksimum tercapai pada takaran 160 kg P/ha pada kapasitas lapang (Suyamto 1987; Suyamto dkk. 1988). Peningkatan kelembaban tanah sampai 90% kapasitas lapang dan takaran P sampai 160 kg P/ha meningkatkan serapan P-pupuk dan P-tanah, dan peningkatan serapan P-pupuk lebih tinggi dibanding P-tanah. Peningkatan kelembaban tanah sampai 90% kapasitas lapang meningkatkan efisiensi pupuk, sedangkan peningkatan takaran pupuk P menurunkan efisiensi pupuk P (Suyamto dkk. 1989).

Pada lahan sawah Vertisol Ngawi bekas padi, pemupukan 50-200 kg ZA/ha tidak meningkatkan hasil biji kedelai varietas Sinabung. Pemupukan 200 kg SP36/ha atau 100 kg KCl/ha meningkatkan hasil biji kedelai 0,15-0,18 t/ha (13-16%) dibanding tanpa pupuk P atau K. Pemupukan 50 kg ZA + 50 kg SP36 + 100 kg KCl/ha meningkatkan hasil biji

(3)

kedelai 0,15-0,49 t/ha (13-53%) dari 1,04-1,66 t/ha menjadi 1,20-2,03 t/ha dibanding tanpa pupuk NPK pada lahan bekas padi atau bekas kedelai, dengan saluran drainase setiap 2 m atau 4 m. Kombinasi pupuk NP atau NK juga meningkatkan hasil biji kedelai. Hasil penelitian lainnya pada lahan bekas padi dan bekas kedelai menunjukkan, kom-binasi antara cara pemanfaatan jerami padi dengan lebar bedengan tidak mempengaruhi hasil biji kedelai, kecuali perlakuan jerami padi dibakar pada lahan bekas kedelai dengan saluran drainase setiap 2 m meningkatkan hasil biji kedelai 0,25 t/ha menjadi 1,85 t/ha (Kuntyastuti dkk 2011a, 2011b, 2011c).

Sebagian besar petani di Ngawi membakar jerami sebelum tanam kedelai dan mene-rapkan pola tanam padi-padi-kedelai. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi pemu-pukan P dan K dengan kombinasi jerami padi dibakar atau tanpa jerami padi pada lahan sawah Vertisol bekas padi. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pupuk P dan K terhadap hasil kedelai pada lahan sawah tanpa dan dengan jerami padi dibakar.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan pada lahan sawah Vertisol bekas padi di Desa Wonokerto, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi Jawa Timur pada MK 2006, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dua faktor, diulang tiga kali pada dua lingkungan. Faktor I adalah tiga takaran pupuk K, yaitu 0, 50 dan 100 kg KCl/ha. Faktor II adalah lima takaran pupuk P, yaitu 0, 25, 50, 100 dan 200 kg SP36/ha. Sebagai lingkungan adalah tanpa jerami padi dan jerami padi 5 t/ha, disebar kemudian dibakar. Pupuk ZA sebanyak 50 kg/ha digunakan sebagai pupuk dasar.

Benih kedelai varietas Sinabung ditanam pada petak berukuran 4 m x 5 m dengan jarak tanam 40 cm x 10 cm, dua tanaman/rumpun. Tanah tidak diolah, pupuk NPK dilarik 10 cm dari baris tanaman pada saat tanam dan berbunga (masing-masing 50%). Penyi-angan dilakukan dua kali pada umur 21 dan 35 HST, dan lahan diairi setiap 20 hari sekali. Penjarangan atau penyulaman tanaman dilakukan pada umur 10 hari dan disisa-kan dua tanaman/rumpun. Pengendalian hama dan penyakit dilakudisisa-kan secara intensif. Tanaman dipanen pada saat 95% polong sudah berwarna coklat dan daun rontok. Tanaman dipotong menggunakan sabit, sedangkan tanaman contoh untuk pengamatan komponen hasil dicabut. Pengambilan contoh tanaman menggunakan sekop agar akar tanaman ikut terambil. Pengamatan dilakukan terhadap:

1. Sifat fisik (tekstur, porositas, kapasitas menahan air, bobot isi, dan penetrasi tanah) dan sifat kimia tanah (pH, C-organik, KTK, kadar unsur makro) pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm sebelum tanam.

2. Bobot kering brangkasan pada fase berbunga penuh (R2).

3. Tinggi tanaman, jumlah polong isi, bobot 100 biji, dan bobot biji/tanaman dari 10 tanaman contoh, serta jumlah tanaman dipanen dan bobot biji kering dari petak panen berukuran 3,2 m x 3 m.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada awal penelitian, tanah Vertisol Ngawi bekas padi pada lapisan olah bereaksi netral, miskin bahan organik dan miskin unsur N, K dan S (Tabel 1). Tanah kaya unsur P, Ca dan Mg, sebagai efek residu pupuk P takaran tinggi pada tanaman padi dalam jangka panjang. Timbunan unsur P pada lahan sawah akibat pemupukan intensif dapat mencu-kupi kebutuhan tanaman sampai enam musim tanam berikutnya (Simatupang 1997). Tingginya kadar unsur P, Ca dan Mg dapat menghambat ketersediaan unsur K dalam

(4)

tanah dan serapannya oleh tanaman. Namun laju pencucian unsur K dapat dikurangi oleh tingginya kapasitas tanah menjerap kation. Nilai KTK tanah penelitian ini sangat tinggi, lebih dari 40 me/100 g tanah.

Tabel 1. Sifat kimia tanah Vertisol bekas padi pada awal penelitian. Ngawi, MK 2006. Jerami padi dibakar Tanpa jerami padi Sifat kimia tanah

0−20 cm 20−40 cm 0−20 cm 20−40 cm pH H2O 6,85−6,95 6,80−7,05 6,80−6,90 6,95−7,05 pH KCl 6,30−6,50 6,35−6,40 6,45−6,60 6,40−6,45 C-organik (%) 1,44−1,58 1,13−1,38 1,21−1,41 1,06−1,41 N-total (%) 0,07−0,11 0,06−0,10 0,07−0,10 0,08 P2O5 Bray I (ppm) 45,4−52,8 46,8−51,5 48,4−52,8 48,4−56,7 SO4 (ppm) 13,5−14,6 10,2−14,0 11,1−18,1 11,8−15,5 Kdd (me/100 g) 0,25−0,47 0,17−0,37 0,23−0,63 0,23−1,15 Nadd (me/100 g) 0,22−0,35 0,16−0,24 0,21−0,38 0,18−0,62 Cadd (me/100 g) 33,7−35,3 29,7−34,5 32,6−36,9 29,7−33,9 Mgdd (me/100 g) 0,59−0,61 0,61−0,67 0,58−0,61 0,56−0,59 KTK (me/100 g) 39,6−52,9 50,2−66,1 47,6−55,5 44,9−50,2 Lahan sawah Vertisol Ngawi bertekstur liat, kadar fraksi liat pada lapisan olah 67−69% dan kadar fraksi debu 27−30%. Terdapat perbedaan nilai porositas dan kapasitas tanah menahan air antara lahan untuk penelitian dengan perlakuan tanpa jerami padi dibanding perlakuan jerami padi dibakar. Tanah untuk perlakuan jerami padi dibakar lebih porus (porositas 82,78%) dan air tersedia (26,8%) lebih rendah dibanding tanah untuk perlaku-an tperlaku-anpa jerami padi (porositas 75,95%, air tersedia 29,9%) (Tabel 2). Kapasitas tperlaku-anah menahan air cukup tinggi, mungkin karena kadar fraksi debu mencapai 30%. Tingginya kapasitas tanah menahan air bukan sumbangan bahan organik, karena tanah miskin C-organik.

Penggunaan jerami padi 5 t/ha secara disebar kemudian dibakar mempengaruhi semua peubah pertumbuhan dan hasil kedelai. Perlakuan takaran pupuk KCl dan SP36 atau interaksinya mempengaruhi hasil biji kedelai, namun tidak demikian untuk interaksi antara pupuk KCl atau SP36 dengan jerami padi. Interaksi ordo tiga hanya mempengaruhi bobot kering tanaman pada fase berbunga dan bobot biji per tanaman (Tabel 3).

Penggunaan jerami padi dibakar mempengaruhi semua peubah yang diamati. Berarti cara penyiapan lahan, khususnya keputusan pengangkutan semua sisa hasil panen padi atau pengembalian ke lahan dalam bentuk jerami bakar merupakan faktor penentu pro-duktivitas kedelai yang ditanam setelah padi di lahan sawah Vertisol.

Pada penelitian ini, hasil biji kedelai pada lahan dengan jerami padi dibakar rata-rata 2,15 t/ha, lebih tinggi dibanding tanpa jerami padi (2,03 t/ha). Peningkatan produktivitas kedelai akibat pemakaian jerami padi dibakar ditunjang oleh tingginya jumlah tanaman dipanen, komponen pertumbuhan (bobot kering brangkasan dan tinggi tanaman), dan komponen hasil, khususnya bobot biji/tanaman dan bobot 100 biji (Tabel 4).

(5)

Tabel 2. Sifat fisik tanah Vertisol bekas padi pada awal penelitian. Ngawi, MK 2006.

Jerami padi dibakar Tanpa jerami padi Sifat fisik tanah

0−20 cm 20−40 cm 0−20 cm 20−40 cm Kjh (cm/jam) 0,145 0,121 0,152 0,141 Berat isi (g/cm3) 0,99 0,99 0,94 0,95 Berat jenis (g/cm3) 2,50 2,50 2,40 2,42 Porositas (%) 82,78 78,24 75,95 88,15 Nilai COLE 0,75 0,85 0,73 0,81 Penetrasi (N/cm2) 208,6 200,7 202,0 199,6 Kadar air pF 0 (cm3/ cm3) 0,826 0,782 0,760 0,881 Kadar air pF 2 (cm3/ cm3) 0,653 0,683 0,704 0,786 Kadar air pF 2,5 (cm3/ cm3) 0,635 0,664 0,631 0,720 Kadar air pF 4,2 (cm3/ cm3) 0,385 0,410 0,405 0,425 Air tersedia (cm3/ cm3) 0,268 0,273 0,299 0,361 Pasir (%) 3 3 4 3 Debu (%) 30 32 27 32 Liat (%) 67 65 69 65

Klas tekstur Liat Liat Liat Liat

Air tersedia: kadar air pF 2,5 dikurangi kadar air pF 4,2.

Tabel 3. Hasil analisis ragam gabungan peubah pertumbuhan dan hasil kedelai varietas Sinabung di lahan sawah Vertisol bekas padi. Ngawi, MK 2006.

Peubah/perlakuan Jerami

(J) Pupuk K (K) Interks JK Pupuk P (P) Interks JP Interks KP Interks JKP Bobot kering tajuk fase R2 * tn tn ** tn tn *

Bobot kering akar fase R2 ** tn * * tn tn *

Jumlah tnm dipanen/ha * tn tn tn tn tn tn

Tinggi tnm saat panen (cm) ** tn tn tn tn tn tn

Jumlah polong isi/tnm ** tn tn * tn tn tn

Bobot biji/tnm (g) ** tn tn ** tn * *

Bobot 100 biji (g) ** tn tn ** tn tn tn

Hasil biji kedelai (t/ha) * * tn * tn * tn

* : uji F nyata pada P≤ 0,05; ** : uji F nyata pada P P≤ 0,01; tn : uji F tidak nyata pada P≤ 0,05. J : jerami padi, K : takaran pupuk KCl, P : takaran pupuk SP36; Interks : interaksi.

Tabel 4. Pengaruh jerami padi dibakar pada kedelai varietas Sinabung di lahan sawah Vertisol bekas padi. Ngawi, MK 2006

Peubah Jerami padi dibakar Tanpa jerami padi KK (%) Bobot kering tajuk fase R2 (g/tnm) 4,7 a 4,2 b 13,17 Bobot kering akar fase R2 (g/tnm) 0,7 a 0,5 b 16,10 Jumlah tanaman dipanen/ha 310.995 a 272.755 b 20,38 Tinggi tanaman saat panen (cm) 45,4 a 42,8 b 9,54

Jumlah polong isi/tanaman 48,6 b 53,6 a 9,66

Bobot biji/tanaman (g) 20,1 a 17,6 b 11,49

Bobot 100 biji (g) 11,1 a 10,9 b 3,38

Hasil biji kedelai (t/ha) 2,15 a 2,03 b 13,79

Tanah Vertisol Ngawi yang digunakan sebagai lokasi penelitian miskin unsur K (Tabel 1), dan pemakaian jerami padi dibakar dapat menyumbang unsur K untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Pada kondisi tersebut pertumbuhan kedelai varietas Sinabung pada

(6)

lahan dengan jerami padi dibakar lebih baik dibanding tanpa jerami padi, yang terlihat dari bobot kering tajuk dan akar pada fase berbunga penuh (Tabel 4).

Tabel 5. Pengaruh pemupukan P dan K terhadap pertumbuhan kedelai varietas Sinabung di lahan sawah Vertisol bekas padi tanpa jerami padi. Ngawi, MK 2006.

Bobot kering fase R2 (g/tnm) KCl / SP36 (kg/ha) Jumlah tnm

dipanen/ha Akar Tajuk

Tinggi tanaman (cm) Pupuk KCl 0 KCl 270.625 a 0,5 ab 4,5 a 42,1 a 50 KCl 276.458 a 0,4 b 3,7 b 42,6 a 100 KCl 271.180 a 0,6 b 4,3 ab 43,9 a Pupuk SP36 0 SP36 272.801 a 0,5 b 3,6 b 43,1 a 25 SP36 276.505 a 0,5 ab 4,3 ab 42,1 a 50 SP36 293.403 a 0,4 b 3,6 b 42,4 a 100 SP36 264.815 a 0,5 ab 4,3 ab 41,3 a 200 SP36 256.250 a 0,7 a 5,2 a 45,4 a Rata-rata 272.755 0,5 4,2 42,8 KK (%) 18,10 15,80 11,60 10,66 Interaksi KP tn tn tn tn

Angka sekolom yang didampingi huruf sama tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%. tn: tidak nyata.

Pada lahan tanpa jerami padi, jumlah tanaman dipanen sekitar 270 ribu tanaman/ha, hanya separuh dari populasi penuh (500 ribu tanaman/ha). Perlakuan pupuk P dan K tidak mempengaruhi jumlah tanaman dipanen (Tabel 5). Walaupun demikian, pemu-pukan P memperbaiki pertumbuhan kedelai pada fase berbunga penuh (R2). Pemupemu-pukan 200 kg SP -36/ha meningkatkan bobot kering akar dan tajuk kedelai pada fase verbunga berturut-turut 38% (0,18 g/tanaman) dan 42% (1,54 g/tanaman) dibanding tanpa pupuk P. Sebaliknya, pemupukan KCl tidak meningkatkan bobot kering akar dan tajuk kedelai. Tinggi tanaman pada saat panen juga tidak dipengaruhi oleh pemupukan SP36 dan KCl. Tanaman kedelai tidak terlalu tinggi, hanya 43 cm pada saat panen.

Tabel 6. Pengaruh pemupukan P dan K terhadap hasil biji dan komponen hasil kedelai varietas Sinabung di lahan sawah Vertisol bekas padi tanpa jerami padi. Ngawi, MK 2006. KCl / SP36 (kg/ha) Hasil biji (t/ha) Jml polong

isi/tanaman tanaman (g) Bobot biji/ Bobot 100 biji (g)

Pupuk KCl 0 KCl 1,97 a 51,8 a 9,1 a 11a 50 KCl 2,08 a 56,0 a 9,1 a 10,9 a 100 KCl 2,04 a 52,9 a 8,2 b 10,8 a Pupuk SP36 0 SP36 1,87 b 53,4 a 7,2 b 10,6 b 25 SP36 2,07 ab 51,9 a 9,3 a 11,1 a 50 SP36 2,09 ab 52,3 a 9,0 a 10,9 ab 100 SP36 1,97 ab 53,8 a 9,2 a 11,0 ab 200 SP36 2,16 a 56,5 a 9,2 a 10,8 ab Rata-rata 2,03 53,6 8,8 10,9 KK (%) 10,28 10,10 11,58 4,00 Interaksi KP tn tn tn tn

(7)

Hasil biji kedelai pada lahan tanpa jerami padi tergolong baik, rata-rata 2,03 t/ha (Tabel 6). Pada kondisi tersebut pemupukan KCl tidak meningkatkan hasil biji kedelai, demikian juga halnya pemupukan 25-100 kg SP36/ha. Peningkatan takaran pupuk P menjadi 200 kg SP36/ha meningkatkan hasil biji kedelai 0,29 t/ha (16%) dibanding tanpa P. Peningkatan hasil biji tidak didukung oleh peningkatan jumlah polong isi dan bobot 100 biji, rata-rata 54 polong isi/tanaman dan 10,88 g/100 biji. Peningkatan hasil biji hanya didukung oleh peningkatan bobot biji/tanaman. Pemupukan 25-200 kg SP36/ ha mening-katkan bobot biji 1,78-2,08 g/tanaman (25–29%) dibanding tanpa SP36.

Pada lahan dengan jerami padi dibakar, jumlah tanaman dipanen tidak mencapai populasi penuh, rata-rata 311 ribu tanaman/ha (Tabel 7). Pemupukan 50-100 kg KCl /ha tidak memperbaiki pertumbuhan varietas Sinabung, khususnya bobot kering akar dan tajuk pada fase berbunga, serta tinggi tanaman pada saat panen. Pemupukan 25-200 kg SP36/ha juga tidak mempengaruhi bobot kering akar, rata-rata 0,66 g/tanaman, tetapi memperbaiki pertumbuhan tajuk kedelai. Pertumbuhan terbaik tercapai pada pemupukan 200 kg SP36/ha (bobot kering tajuk 5,96 g/tanaman), lebih tinggi 59% dibanding tanpa SP36, sedangkan peningkatan tinggi tanaman dicapai dengan pemupukan 50 kg SP36/ha. Tabel 7. Pengaruh pemupukan P dan K terhadap pertumbuhan kedelai varietas Sinabung di

lahan sawah Vertisol bekas padi dengan jerami padi dibakar. Ngawi, MK 2006. Bobot kering fase R2 (g/tnm)

KCl / SP36 (kg/ha) Jumlah tnm

dipanen/ha Akar Tajuk

Tinggi tnman (cm) Pupuk KCl 0 KCl 309.027 a 0,7 a 5,0 a 45,0 a 50 KCl 302.916 a 0,7 a 4,7 a 45,7 a 100 KCl 321.041 a 0,6 a 4,3 a 45,4 a Pupuk SP36 0 SP36 315.162 a 0,6 a 3,8 b 42,9 b 25 SP36 282.060 a 0,6 a 4,4 b 45,5 ab 50 SP36 348.842 a 0,7 a 5,0 ab 47,2 a 100 SP36 299.652 a 0,6 a 4,2 b 44,6 ab 200 SP36 309.259 a 0,8 a 6,0 a 46,7 ab Rata-rata 310.995 0,7 4,7 45,4 KK (%) 21,90 16,56 14,81 7,93 Interaksi KP tn tn tn tn

Angka sekolom yang didampingi huruf sama tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%. tn: tidak nyata.

Pemupukan 50 kg KCl/ha meningkatkan hasil biji kedelai 0,3 t/ha (15%) menjadi 2,32 t/ha dibanding tanpa KCl. Pemupukan KCl tidak mempengaruhi komponen pertumbuhan dan komponen hasil kedelai (Tabel 8). Sebaliknya, pemupukan SP36 tidak meningkatkan hasil biji kedelai. Akan tetapi pemupukan 200 kg SP36/ha meningkatkan jumlah polong isi dari 45 menjadi 53 polong isi/tanaman dan bobot biji/tanaman dari 8,02 menjadi 11,35 g/tanaman. Pemupukan 25-200 kg SP36/ha meningkatkan bobot 100 biji dari 10,64 g/100 biji menjadi 11,13-11,34 g/100 biji.

Reddy et al. (2000) melaporkan, pada tanah Vertisol dengan pH 8,1 dan P-Olsen 1,68 ppm, pemupukan 22 kg P/ha meningkatkan hasil biji kedelai dari 1,62 t/ha menjadi 2,06 t/ha. Tanah Vertisol Ngawi mengandung P sebanyak 45-57 ppm P2O5, setara 20-24 ppm P (Tabel 1). Pada kondisi tersebut kedelai memerlukan tambahan 200 kg SP36/ha (setara 31,4 kg P/ha) untuk meningkatkan hasil biji dari 1,87 t/ha menjadi 2,16 t/ha. pada lahan

(8)

tanpa jerami padi (Tabel 6). Apabila jerami padi dibakar, maka pemupukan 25-200 kg SP36/ha tidak meningkatkan hasil biji kedelai.

Tabel 8. Pengaruh pemupukan P dan K terhadap hasil biji dan komponen hasil kedelai varietas Sinabung di lahan sawah Vertisol bekas padi dengan jerami padi dibakar. Ngawi, MK 2006.

KCl / SP36 (kg/ha) Hasil biji (t/ha) Jml polong

isi/tanaman tanaman (g) Bobot biji/ Bobot 100 biji (g)

Pupuk KCl 0 KCl 2,02 b 48,2 a 9,8 a 11,1 a 50 KCl 2,32 a 48,7 a 10,3 a 11,2 a 100 KCl 2,10 ab 48,9 a 10,0 a 11,1 a Pupuk SP36 0 SP36 2,06 a 45,4 b 8,0 c 10,6 b 25 SP36 2,15 a 47,1 b 10,4 ab 11,3 a 50 SP36 2,16 a 48,4 b 10,6 ab 11,1 a 100 SP36 2,09 a 48,8 ab 9,9 b 11,2 a 200 SP36 2,28 a 53,3 a 11,4 a 11,3 a Rata-rata 2,15 48,6 10,0 11,1 KK (%) 15,66 9,11 11,66 2,76 Interaksi KP tn tn tn tn

Angka sekolom yang didampingi huruf sama tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%. tn: tidak nyata.

KESIMPULAN Pada lahan sawah Vertisol Ngawi

1. Pengembalian sisa hasil panen padi ke lahan sawah dalam bentuk jerami padi dibakar meningkatkan produktivitas kedelai varietas Sinabung dibanding tanpa jerami padi. 2. Penggunaan jerami padi dibakar menyumbang pupuk KCl sebanyak 50% (setara 50

kg KCl/ha) pada tanaman kedelai yang ditanam setelah padi.

3. Budi daya kedelai tanpa jerami padi membutuhkan pemupukan 50 kg ZA + 200 kg SP36/ha untuk mencapai hasil biji 2,16 t/ha.

4. Budi daya kedelai dengan jerami padi dibakar membutuhkan pemupukan 50 kg ZA + 50 kg KCl/ha untuk mencapai hasil biji 2,32 t/ha.

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T., H. Kuntyastuti, dan Suhartina. 1998. Efisiensi pemupukan menggunakan uji tanah dan tanaman kedelai di beberapa jenis tanah lahan sawah. Hlm. 1−19. Buku 4. Bidang Ekofisiologi Tanaman. Peningkatan Efisiensi Penggunaan Input, Sumberdaya dan Produktivitas Kedelai. Laporan Teknis Balitkabi 1997/1998.

Harsono, A., T. Adisarwanto, dan Tri Wardani. 1994. Pemupukan kalium dan perbaikan sifat fisik tanah Vertisol untuk bertanam kedelai setelah padi sawah. Hlm. 38−47. Dalam A. Taufiq dkk. (Peyt.) Perakitan Teknologi Budidaya Tanaman Pangan untuk Tanah Vertisol. Kasus Kabupaten Ngawi. Edisi Khusus Balittan Malang. No 2−1994. Balittan Malang.

Khan, H.R., S.F. Elahi, M.S. Hussein, and T. Adachi. 1994. Soil characteristics and behavior of potassium under various moisture regimes. Soil Sci. Plant Nutr. 40(2):243−254.

Kuntyastuti, H., dan T. Adisarwanto. 1996. Pemupukan kalium pada kedelai di tanah Vertisol dan Regosol. Penelitian Pertanian. 15(1):10−15

Kuntyastuti, H., dan L. Sunaryo. 2000. Efisiensi pemupukan dan pengairan pada kedelai di tanah Vertisol kahat K. Hlm. 205−216. Dalam A.A. Rahmianna dkk. (Peyt.). Pengelolaan Sumber Daya Lahan dan Hayati pada Tanaman Kacang−kacangan dan Umbi−umbian. Puslitbangtan.

(9)

Kuntyastuti, H. 2001. Pengaruh saat pengairan dan pemupukan KCl, kotoran ayam serta sesbania terhadap kedelai di lahan sawah Vertisol Ngawi. Hlm. 105−112. Dalam N.K. Wardhani dkk. (Peyt.). Pros. Seminar Nasional Teknologi Pertanian Pendukung Agribisnis Dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Wilayah di Yogyakarta tanggal 14 November 2001. Puslitbangsosek, Bappeda Prop. DIY dan UPN Veteran Yogyakarta.

Kuntyastuti, H., dan G.W.A. Santoso. 2001. Pemupukan kalium dan sulfur pada kedelai di lahan sawah dan lahan kering. Tropika. 9(1):32−44.

Kuntyastuti, H. 2002. Penggunaan pupuk KS anorganik dan kotoran ayam pada kedelai di lahan sawah Entisol dan Vertisol. Hlm. 111−117. Dalam Rob. Mudjisihono dkk. (Peyt.). Pros. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Agribisnis di Yogyakarta tanggal 2 November 2002. Puslitbangsosek, Univ. Muhammadiyah Yogyakarta.

Kuntyastuti H., R.D. Purwaningrahayu, A. Wijanarko, dan A. Taufiq. 2011a. Pengaruh pemupukan dan pengelolaan jerami terhadap kedelai di tanah Vertisol Ngawi. Hlm. 174−187. Dalam Adi Wijono dkk. (Peyt.) Akselerasi Inovasi Teknologi untuk Mendukung Peningkatan Produksi Aneka Kacang dan Ubi. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian tanggal 21 Desember 2009. Puslitbangtan. Bogor.

Kuntyastuti H., A. Taufiq, R.D. Purwaningrahayu, dan A. Wijanarko. 2011b. Pemanfaatan jerami padi dan pemupukan NPK pada kedelai di lahan sawah Vertisol. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi di Malang, tanggal 15 Nopember 2011. Puslitbangtan. Bogor.

Kuntyastuti H., A. Wijanarko, R.D. Purwaningrahayu, dan A. Taufiq. 2011c. Pengaruh residu pupuk organik dan NPK terhadap kedelai di lahan sawah Vertisol Ngawi. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi di Malang, tanggal 15 Nopember 2011. Puslitbangtan. Bogor.

Reddy, D. Damodar, A. Subba Rao, and T.R. Rupa. 2000. Effect of continuous use of cattle manure and fertilizer phosphorus on crop yields and soil organic phosphorus in a Vertisol. Bioresource Technology. 75:113−118.

Simatupang, P. 1997. Daya susul pupuk fosfat persawahan Sumatera Utara. Hlm. 225−231. Dalam Subagyo, H. dkk. (Peyt). Penatagunaan Tanah Sebagai Perangkat Penataan Ruang Dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Prosiding Kongres Nasional VI HITI, Jakarta 12−15 Desember 1995. Buku II. HITI.

Suyamto, H. 1987. Pemupukan P pada tanaman kedelai pada beberapa tingkat kelengasan tanah. Pemberitaan Penelitian Sukarami. 12:3−7.

Suyamto, H., T. Notohadiprawiro, S. Soekodarmodjo, dan B. Radjagukguk. 1988. Kajian kelengasan tanah dan pemupukan P pada tanaman kedelai: 1. Keragaan tanaman dan serapan P. Penelitian Palawija. 3(2):66−75.

Suyamto, H., B. Radjagukguk, S. Soekodarmodjo, dan T. Notohadiprawiro. 1989. Kajian kelengasan tanah dan pemupukan P pada tanaman kedelai: II. Efisiensi pemupukan P. Penelitian Palawija. 4(1):9−19.

Taufiq, A., dan H. Kuntyastuti. 2002. Pengelolaan drainase dan pupuk kalium untuk kedelai serta efek residunya pada lahan sawah Vertisol. Hlm. 71-86. Dalam M. Yusuf dkk. (Peyt.). Teknologi Inovatif Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Mendukung Ketahanan Pangan. Puslitbangtan.

Gambar

Tabel 1. Sifat kimia tanah Vertisol bekas padi pada awal penelitian. Ngawi, MK 2006.
Tabel 2. Sifat fisik tanah Vertisol bekas padi pada awal penelitian. Ngawi, MK 2006.
Tabel 5.  Pengaruh pemupukan P dan K terhadap pertumbuhan kedelai varietas Sinabung di  lahan sawah Vertisol bekas padi tanpa jerami padi
Tabel 7.  Pengaruh pemupukan P dan K terhadap pertumbuhan kedelai varietas Sinabung di  lahan sawah Vertisol bekas padi dengan jerami padi dibakar
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, And Intellectual)

Bukan ciri arsitektur Indis awal yang masih kental dengan ornamen dan ragam hias pada tiap elemen bangunan. Kusen, pintu, dan jendela merupakan jendela

Hasil dari analisis leverage attributes atau atribut sensitif pada dimensi sosial yang memiliki nilai RMS ≥ 2% yaitu, pengetahuan tentang usahatani komoditas

Berdasarkan fenomena tentang keunikan cara pembelian produk Abekani yang membuat konsumen loyal terhadap merek dan adanya penelitian sebelumnya tentang Brand

Dalam penelitian ini dilakukan proses membandingkan Jumlah Perguruan Tinggi provinsi lain terhadap Jumlah Perguruan Tinggi Provinsi Jawa Barat, Hal ini dikarenakan Provinsi Jawa

This research is about framing analysis in Jawa Pos and Kompas printed media reporting Partai Demokrat during the campaign’s period for general national election 2014.. Since

Kuat tarik belah 3% memperoleh hasil kuat tarik sebesar 7,81 Mpa,Dari hasil analisa test kuat tekan dan kuat tarik belah beton dengan menambahkan serat daun pandan

Setelah istri bekerja di luar negeri suami menghabiskan dengan sia-sia uang yang dikirim, keluarga menjadi tergantung sepenuhnya pada uang yang dikirim, serta uang