• Tidak ada hasil yang ditemukan

BLADDER TRAINING PADA IBU-IBU PASCA SEKSIO SESAREA DI RS SANTA ELISABETH LUBUK BAJA BATAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BLADDER TRAINING PADA IBU-IBU PASCA SEKSIO SESAREA DI RS SANTA ELISABETH LUBUK BAJA BATAM"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BLADDER TRAINING PADA IBU-IBU PASCA SEKSIO SESAREA DI RS SANTA ELISABETH LUBUK BAJA BATAM

BLADDER TRAINING IN POST-SECTION MOMENTS IN SANTA ELISABETH HOSPITAL BATAM LUBUK BAJA

R.Oktaviance.S, SST, M.Kes; Anita Veronika, SSiT, M.KM; Bernadetta Ambarita, SST, M.Kes STIKes Santa Elisabeth Medan

ABSTRAK

Persalinan sectio caesaria suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina menggunakan anestesi spinal yang menimbulkan efek samping seperti gangguan eleminasi uriene yang dapat menyebabkan retensi urine. Salah satu asuhan keperawatan yang dapat diberikan adalah bladder training. Bladder training merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Bladder training pada ibu pasca seksio sesarea di RS Santa Elisabeth Lubuk Baja Batam. Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil dalam penelitan ini adalah ibu pasca seksio sesarea sebanyak 45 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara total sampling, penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember Tahun 2017. Alat pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah kuisioner yang berisi data tentang data demografi. Kusioner diisi sendiri oleh peneliti dengan cara diisi langsung oleh peneliti, Hasil penelitian distribusi frekuensi responden berdasarkan bladder training didapatkan hasil seluruh responden melakukan bladder training pasca seksio sesarea. Berdasarkan berumur 21-30 tahun merupakan responden terbanyak yaitu 30 orang (66,6%) responden, paritas yang primigravida lebih dari separuh (57,8 %) 26 orang responden, pekerjaan banyak IRT yaitu 32 orang (71,1 %) responden. Rata-rata volume buang air kecil setelah bladder training adalah 300 ml dengan jumlah 20 orang (44,4 %), rata-rata frekuensi buang air besar setelah bladder training adalah 1 x/hari dengan jumlah 31 orang (68,9 %), rata-rata jumlah lokia setelah bladder training pada 2x ganti doek/hari dengan jumlah 36 orang (80 %). Dapat disimpulkan seluruh responden mau melakukan bladder training dan sangat bermanfaat bagi ibu-ibu pasca seksio sesarea.

PENDAHULUAN

Setiap perempuan menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi dengan sempurna. Persalinan bisa saja berjalan secara normal, namun tidak jarang proses persalinan mengalami hambatan dan harus dilakukan melalui operasi. Hal ini berarti janin dan ibu dalam keadaan gawat darurat dan hanya dapat diselamatkan jika persalinan dilakukan dengan jalan operasi.

Persalinan sesarea atau seksio sesarea (SS) merupakan proses pembedahan untuk melahirkan janin melalui irisan pada dinding perut dan dinding uterus. Tindakan SS diperkirakan terus meningkat sebagai tindakan akhir dari berbagai kesulitan persalinan seperti persalinan lama sampai persalinan macet, rupture uteri iminens, gawat janin, janin besar dan perdarahan setelah melahirkan.1 Persalinan SS memiliki risiko tinggi tidak hanya bagi sang ibu tapi juga bagi janin yang dikandungnya. Meskipun berisiko, namun pada kenyataannya angka kejadian SS terus meningkat di banyak negara termasuk Indonesia. Saat ini persalinan SS bukan saja karena adanya indikasi dari ibu ataupun bayinya, akan tetapi karena ada permintaan pasien sendiri (cesarean section on request).

Komplikasi kehamilan berhubungan dengan kejadian persalinan sesar di Indonesia. Ibu dengan komplikasi kehamilan lebih cenderung melahirkan secara operasi sesar dibandingkan ibu tanpa komplikasi kehamilan.

Apabila tidak dilakukan bladder training, akan meningkatkan angka kejadian retensi urin. Retensi urin dapat menyebabkan kurang adekuatnya kontraksi uterus (hipotoni). Uterus yang hipotoni akan menyebabkan perdarahan setelah melahirkan (Marmi 2012, h.163).

Pada perawatan maternitas bladder training dilakukan pada ibu yang mengalami gangguan berkemih seperti inkontinensia urin atau retensio urin (Potter dan Anne, 2006, h. 1733). Bladder training dapat mulai dilakukan sebelum masalah berkemih terjadi pada ibu postpartum, sehingga dapat mencegah intervensi invasi seperti pemasangan kateter yang justru akan meningkatkan kejadian infeksi kandung kemih (Smeltzer dan Brenda, 2002, h.414). Agar bladder training ini berhasil, klien

(2)

harus menyadari dan secara fisik mampu mengikuti program pelatihan. Program tersebut meliputi penyuluhan, upaya berkemih yang terjadwal, dan memberikan umpan balik positif. Fungsi kandung kemih untuk sementara mungkin terganggu setelah suatu periode kateterisasi (Potter dan Anne , 2006, h.1732).

Menurut WHO (World Health Organization, 2015), angka kejadian Sectio Caesarea (SC) meningkat di negara-negara berkembang. WHO menetapkan indikator persalinan SC 5-15% untuk setiap negara, jika tidak sesuai indikasi operasi SC dapat meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi.

Pada tahun 2010 Asia Pacific Continence Advisory Board (APCAB) menyatakan prevalensi inkontinensia urine pada wanita Asia sekitar 14,6%. Prevalensi inkontinensia urine bervariasi di setiap negara yang disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya perbedaan definisi, populasi, sampel penelitian, dan metodologi penelitian.

Di Indonesia prevalensi angka kejadian inkontinensia urine belum dapat terdeteksi secara pasti dikarenakan banyak orang yang menganggap inkontinensia urine merupakan hal yang wajar (Lucky Angelia Shabrini, 2015). Salah satu usaha yang dilakukan untuk mengatasi keadaan ini pada pasien pasca operasi adalah dengan melakukan program latihan kandung kemih atau bladder training (Smelzer & Bare,2013).

Data dari hasil Riskesdas (Survey Kesehatan Dasar,2013) menunjukan bahwa kejadian persalinan dengan tindakan SC di Indonesia secara umum pola persalinan melalui bedah SC menurut karakteristik menunjukkan proporsi tertinggi pada kuantil indeks kepemilikan teratas 18,9%, dan yang tinggal di perkotaan 13,8%, pekerjaan sebagai pegawai 20,9% dan pendidikan tinggi/lulus Perguruan Tinggi sebesar 25,1%.

Berdasarkan studi pendahuluan di Ruangan Elisabeth Afdeling (Ruang Nifas) di RS Santa Elisabeth Lubuk Baja Batam belum terdapat data mengenai sejauh mana pengaruh Bladder Training yang dilakukan pada pasien yang terpasang kateter di ruang tersebut. Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di tempat tersebut.

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui bladder training pada ibu-ibu pasca seksio sesarea di RS Santa Elisabeth Lubuk Baja Batam. Penelitian ini diukur satu kali saja dalam kurun waktu yang bersamaan (Hidayat, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan ibu yang melahirkan dengan seksio sesarea di RS Santa Elisabeth Lubuk Baja Batam sebanyak 45 orang.

Sampel penelitian ini adalah ibu-ibu pasca seksio sesarea sebanyak 32 orang dengan menggunakan teknik sampling aksidental yaitu sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu. Penelitian dilakukan di RS Santa Elisabeth Lubuk Baja Batam di Ruang Elisabeth Afdeling (lantai 2 EA). Penelitian dilakukan pada bulan Oktober – Desember 2017 di RS Santa Elisabeth Lubuk Baja Batam.

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Kuesioner berisi data demografi yaitu umur, pekerjaan, paritas, anestesi responden. Kuesioner diisi sendiri oleh peneliti dengan cara melakukan wawancara langsung kepada responden mengenai data demografi. Pengisian lembar observasi dilakukan langsung oleh peneliti dengan melihat dan melakukan wawancara kepada responden terhadap jumlah BAK, BAB, melihat perubahan lokia, yang dilakukan bladder training.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian bladder training pada ibu-ibu pasca seksio sesarea Bladder training pada ibu pasca seksio sesarea di RS Santa Elisabeth Lubuk Baja Batam dengan jumlah responden 45 orang. Setelah data dikumpulkan kemudian diolah secara komputerisasi didapatkan sebagai berikut :

(3)

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Bladder Training pada Ibu – Ibu Pasca Seksio Sesarea di RS Santa Elisabeth Lubuk Baja Batam

No Karakteristik F % A. 1. 2. Bladder training Dilakukan Tidak dilakukan 45 0 100 0 B. 1. 2. 3. Umur 21-25 tahun 26-30 tahun 31-35 tahun 16 14 15 35,5 31,1 33,3 C. 1. 2. 3. Pekerjaan IRT PNS Wiraswasta 32 - 13 71,1 - 28,9 D. 1. 2. 3. Paritas Primigravida Scundigravida Multigravida 26 9 10 57,8 20,0 22,2 E. 1. 2. 3. Anestesi General Spinal Epidural - 45 - - 100 - Total 45 100.0 Table . 5.2

Distribusi Volume Buang Air Kecil Ibu-Ibu Pasca Seksio Sesarea Setelah Dilakukan Bladder Training di RS Santa Elisabeth Lubuk Baja Batam

No Volume BAK F % 1 200 1 2,2 2 250 5 11,1 3 300 20 44,4 4 350 9 20 5 400 9 20 6 450 1 2,2 Total 45 100 Tabel . 5.3

Distribusi Volume Buang Air Besar Ibu-Ibu Pasca Seksio Sesarea Setelah Dilakukan Bladder Training di RS Santa Elisabeth Lubuk Baja Batam

No Volume BAB F %

1 1 31 68,9

2 2 14 31,1

Total 45 100

Table . 5.4

Distribusi Jumlah Lokea Ibu-Ibu Pasca Seksio Sesarea Setelah Dilakukan Bladder Training di RS Santa Elisabeth Lubuk Baja Batam

No Lokea F %

1 1 5 11,1

2 2 36 80

3 3 4 8,9

(4)

PEMBAHASAN

Penelitian ini menyatakan bahwa bladder training dapat membantu proses penyembuhan ibu yang telah melahirkan, untuk menghindari terjadinya infeksi pada bekas luka sayatan setelah operasi seksio sesarea, mengurangi resiko terjadinya konstipasi, mengurangi terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot – otot di seluruh tubuh, mengatasi terjadinya gangguan sirkulasi darah, pernafasan, peristaltik maupun berkemih (Llwelyen, 2003 dalam Gregor, 2007)

Ibu selama hamil mengalami perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang berperanmeningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok setelah plasenta dilahirkan. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.

Hasil penelitian tentang bladder training pada ibu-ibu pasca seksio sesarea sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya hiperplasi dan jaringan otot membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dari waktu masa kehamilan. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu akan sering buang air kecil. Buang air besar harus terjadi pada hari kedua sampai ketiga post partum. Pada hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata ibu buang air besar pada hari kedua pasca operasi.

Pasien post sectio caesarea yang diberikan intervensi bladder training setelah 6 jam post operasi dapat meningkatkan kemampuan pasien dalam berkemih. Pasien post sectio caesarea yang mampu berkemih dengan baik dapat mencegah terjadinya retensi urine dan dapat membantu meningkatkan jantung dalam memompa darah sehingga sirkulasi darah berfungsi

Pada hari keempat lokia pada ibu pasca seksio sesarea normalnya 2 x ganti doek/ hari. Lokia yang keluar biasanya lebih banyak daripada darah yang keluar saat menstruasi. Pada hasil penelitian umumnya ibu mengganti doeknya 2 – 3 kali dalam sehari yaitu pada pagi dan sore setelah personal hygiene secara normal.

Penyembuhan luka operasi dan involusi uterus yang baik karena melakukan latihan paska melahirkan dengan mengeluarkan sisa darah dan terhindar dari infeksi atau gejala infeksi seperti peningkatan suhu tubuh, perdarahan yang abnormal, dengan bladder training kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka; involusi uterus yang tidak baik, tidak dilakukan bladder training akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus (Fauzi, C.M, 2007).

Prosedur pembedahan yang dilakukan dengan Anestesi dapat mempengaruhi kesadaran pasien termasuk tentang kebutuhan berkemih sehingga berdampak pada pengeluaran urine, anestesi dapat memperlambat laju filtrasi glomerolus dan mengurangi haluaran urin. Klien yang pulih dari anestesi dan analgetik seringkali tidak mampu merasakan bahwa kandung kemihnya penuh dan tidak mampu memulai atau menghambat berkemih oleh karena itu selama prosedur pembedahan pasien dilakukan kateterisasi urine (Potter & Perry, 2010)

Pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan curah jantung, memperbaiki kontraksi miokardial, kemudian menguatkan otot jantung, menurunkan tekanan darah, memperbaiki aliran balik vena; pada sistem respiratori meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan, meningkatkan ventilasi alveolar, menurunkan kerja pernafasan, meningkatkan pengembangan diafragma; pada sistem metabolik dapat meningkatkan laju metabolisme basal, meningkatkan penggunaan glukosa dan asam lemak, meningkatkan pemecahan trigliseril, meningkatkan mobilitas lambing, meningkatkan produksi panas tubuh; pada sistem muskuloskletal memperbaiki tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendiri, memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mungkin meningkatkan masa otot; pada sistem toleransi

(5)

otot, meningkatkan toleransi, mengurangi kelemahan, meningkatkan toleransi terhadap stres, perasaan lebih baik, pengurangan penyakit (Potter, Perry, 2006).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang bladder training pada ibu-ibu pasca seksio sesarea di RS Santa Elisabeth Lubuk Baja Batam dari 45 responden maka dari pengolahan data yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut dilihat dari Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur, dari rentang umur responden 21-30 tahun separuh atau 30 orang (66,6%) responden yang di seksio di RS Santa Elisabeth Lubuk Baja Batam, paritas pada ibu diperoleh hasil paritas yang primigravida lebih dari separuh (57,8 %) 26 orang responden dan pekerjaan banyak IRT yaitu 32 orang (71,1 %).

Distribusi frekuensi responden berdasarkan dilakukan bladder training pada ibu pasca seksio sesarea didapatkan hasil bahwa seluruh responden mau melakukan bladder training pasca seksio sesarea dengan rata-rata volume buang air kecil setelah bladder training adalah 300 ml dengan jumlah 20 orang (44,4 %) dan rata-rata frekuensi buang air besar setelah bladder training adalah 1 x/hari dengan jumlah 31 orang (68,9 %) serta rata-rata jumlah lokia setelah bladder training pada 2x ganti doek/hari dengan jumlah 36 orang (80 %) pasca seksio sesarea di RS Santa Elisabeth Lubuk Baja Batam

DAFTAR PUSTAKA

1. Gondo HK dan Sugiharta K. Profil Operasi Seksio Sesarea di SMF Obstetri & Ginekologi RSUP Sanglah Denpasar, Bali Tahun 2001 dan 2006. CDK 2010.

2. Henderson-smart DJ, Lumbiganon P, Festin MR, Ho JJ, Mohammad H, Mcdonald SJ, et al. Methodology Optimising reproductive and child health outcomes by building evidencebased research and practice in South East Asia ( SEA-ORCHID ): study protocol. BMC Med Res Methodol [Internet]. 2007;7(43):1–9. Available from: https://link.springer.com/content/pdf/10. 1186%2F1471-2288-7-43.pdf

3. Hilda Ekasari Utami, Suparni , Wahyu Ersila Waktu Pertama Buang Air Kecil (BAK) pada Ibu Postpartum yang Dilakukan Bladder Training. Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK) Vol VI, No I,

Maret 2014 ISSN 1978-3167 School of Health Science

Muhammadiyah_Pekajangan_Pekalongan

4. Indah Wulaningsih. Pengaruh Bladder Training Terhadap Kemampuan Ibu Postpartum Sectio Caesarea Dalam Berkemih Di Rsud Kajen Kabupaten Pekalongan VOL.4 NO.1 JUNI 2017 ISSN: 2503-0388 Jurnal SMART Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Karya Husada Semarang www.stikesyahoedsmg.ac.id/ojs/index.php/sjkp(perawat)

5. Kemenkes RI. (2014). Mother’s Day: Situasi Kesehatan Ibu. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.

6. Lelly Andayasari Proporsi Seksio Sesarea dan Faktor yang Berhubungan dengan Seksio Sesarea di Jakarta; Submitted : 18-2-2014, Revised 1 : 20 -2-2014, Revised 2 : 5-4-2014, Accepted : 9-8-2014. Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 43, No. 2, Juni 2015 : 105 - 116 7. Patted S. Caesarean section on maternal request (CDMR). Recent research in science and

technology. 2011

8. Potter, Patricia A. dan Anne Griffin Perry 2006, Buku Ajar Fundamental Keperawatan, EGC, Jakarta.

9. Salfariani I, Nasution S-S. Caesarea Tanpa Indikasi Medis di RSU Bunda Thamrin Medan. J Keperawatan Klin [Internet]. 2012;1(1):7–12. Available from: https://jurnal.usu.ac.id/index.php/jkk/arti cle/view/94

Referensi

Dokumen terkait

1 Informas i keuangan per tanggal dan untuk periode yang berakhir 30 J uni 2016 dan 30 J uni 2015 tidak di audita. 2 Untuk informa s i ke ua nga n pe r ta ngga l da n untuk pe riode

Bourdieu and Passeron propose that members of the working class fail in school because of their own lack of cultural capital; that is, they are put at fault by the education

[r]

Pada hari ini, Kamis tanggal tiga puluh bulan Agustus tahun dua ribu dua belas , Panitia Pengadaan Barang/Jasa Pembangunan Assessment Center Kementerian

- Tenaga Terampil Sipil D3/STM Bangunan SKT Tukang Pekerjaan Tanah tidak melampirkan Ijazah, SKA/SKT dan KTP. - Tenaga Terampil Arsitek D3/STM Bangunan SKT Tukang

[r]

Jumlah calon penyedia barang/jasa yang telah mendaftar untuk mengikuti lelang Perbaikan Jaringan Listrik, Fire Alarm, Smoke Detektor Dan Sprinkle Air Di

Dari 1 (satu) calon penyedia yang lulus evaluasi administrasi kemudian dilakukan evaluasi teknis sebagaimana dimaksud dalam dokumen pengadaan, disimpulkan bahwa 1