• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. secara material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. secara material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional Indonesia merupakan paradigma pembangunan yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata baik secara material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan pembangunan di berbagai bidang kehidupan. Salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional adalah sektor pariwisata.

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menjabarkan beberapa bentuk usaha pariwisata salah satunya adalah penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi. Penyelenggaraan rekreasi yang dilakukan pelaku usaha dapat berbagai macam bentuk, contohnya rekreasi pantai, taman wisata, dan taman rekreasi.

Pariwisata pada umumnya lebih dipandang sebagai kegiatan ekonomi, mengingat tujuan utama pengembangan pariwisata adalah untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, baik bagi masyarakat maupun daerah dan negara. Kegiatan

(2)

ekonomi ini tentu tidak dapat dilepaskan dari dua peran penting, yaitu pengusaha pariwisata dan pengunjung yang saling berhubungan. Hubungan antara pengusaha pariwisata dengan pengunjung inilah yang kemudian memunculkan suatu permasalahan yang baru yaitu hilang atau berkurangnya hak-hak pengunjung sebagai konsumen.

Perlindungan konsumen merupakan suatu bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kegiatan bisnis yang sehat. Apabila suatu hak konsumen tidak dapat terpenuhi dalam suatu bisnis, maka keseimbangan hukum antara produsen dengan konsumen juga tidak dapat terjadi. Tidak adanya perlindungan yang seimbang menyebabkan konsumen berada dalam posisi yang lemah.1

Perlindungan konsumen diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pembentukan undang-undang ini dimaksudkan agar meningkatkan harkat dan martabat konsumen sehingga dapat meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi dirinya. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diharapkan dapat menjadi payung hukum untuk melindungi hak-hak yang dimiliki konsumen sehingga pelaku usaha dapat bertanggung jawab apabila ada hak konsumen yang tidak terpenuhi. Konsumen dan Pelaku usaha memiliki hak dan kewajiban masing-masing yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya untuk menciptakan keseimbangan perlindungan kepentingan konsumen dengan pelaku usaha sehingga tercipta perekonomian yang baik.

1

Ahmadi Miru, 2011, Prinsip-prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di

(3)

Pihak-pihak yang terkait dengan kepariwisataan seharusnya lebih memperhatikan lagi perlindungan hukum terhadap wisatawan. Hak-hak wisatawan telah diakomodir dalam Pasal 4 butir a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang menyebutkan konsumen berhak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, dalam Pasal 20 menyebutkan bahwa wisatawan memiliki hak yang mendasar, yaitu hak untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata, pelayanan kepariwisataan sesuai dengan standar, perlindungan hukum dan keamanan, pelayanan kesehatan, perlindungan hak pribadi, dan perlindungan asuransi untuk kegiatan pariwisata yang berisiko tinggi. Merupakan kewajiban pengelola obyek wisata untuk memberikan rasa aman, nyaman, dan selamat bagi wisatawan.

Pengembangan kawasan pariwisata tidak terlepas dari ketersediaan sarana dan prasarana di dalam obyek wisata tersebut. Hal tersebut akan memberikan pengaruh terhadap kawasan wisata karena ketersediaan sarana dan prasarana diperlukan guna menunjang kepuasan wisatawan serta dapat meningkatkan pendapatan daerah setempat dimana kawasan wisata tersebut berada. Sarana dan prasarana pada kawasan wisata haruslah memenuhi standar operasional, karena hal ini berdampak langsung kepada keamanan dan keselamatan pengunjung. Apabila sarana dan prasarana tersebut tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan, dikhawatirkan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada

(4)

pelakasanaannya dan dapat merugikan pengunjung obyek wisata baik secara fisik maupun materil.

Keindahan obyek wisata tidaklah selalu menyenangkan bagi wisatawan. Wisatawan kadang harus dihadapkan pada suatu kerugian pada tubuhnya, seperti adanya kecelakaan selama berwisata yang mengakibatkan luka, cacat sampai kematian atau bahkan kerugian pada harta benda wisatawan seperti pencopetan, perampokan, atau kehilangan kendaraan di obyek wisata. Perlindungan konsumen dalam bisnis pariwisata juga harus ditegakkan, mengingat semakin majunya dunia pariwisata di negara kita. Beberapa musibah yang sering terjadi di obyek wisata cenderung selalu dibebankan kepada wisatawan dengan asumsi bahwa musibah tersebut merupakan kelalaian wisatawan itu sendiri.

Pada waktu liburan jumlah pengunjung tempat wisata meningkat tajam lebih dari 100 persen dibanding hari biasa. Seringkali fasilitas di tempat wisata digunakan hingga melebihi kapasitas dengan ditambah kurangnya sikap kehati-hatian wisatawan. Kurangnya perawatan fasilitas yang ada juga menjadi pemicu terjadinya kecelakaan. Petugas Pemeintah daerah hanya rajin memungut retribusinya, tetapi malas melakukan pengawasan dan membuat standar keselamatan tempat wisata. Tidak ada atau minimnya keberadaan regu penolong dan emergency respond saat terjadi kecelakaan juga layak untuk disorot. Sehingga korban kecelakaan tidak mendapatkan pertolongan pertama secara memadai.2

Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY) melalui ketuanya Saktya Rini Hastuti menghimbau wisatawan yang berkunjung ke obyek-obyek wisata pada

2

http://ylki.or.id, Waspadai Kecelakaan di Tempat Wisata, diakses pada 12 Agustus 2016 pukul 14.00 WIB

(5)

libur lebaran untuk ekstra waspada dalam menjaga keselamatan karena pengunjung dipastikan akan membludak dibandingkan hari biasa. Pada saat jumlah pengunjung objek wisata membludak, tentunya susah dikendalikan, termasuk dalam hal keamanannya. Keamanan wisatawan sudah menjadi kewajiban dari pengelola obyek yang didatanginya. Wisatawan dapat meminta hak mendapatkan keamanan yang layak. Pengelola tempat wisata, baik itu yang dikelola pemerintah, masyarakat maupun swasta sudah seharusnya memberikan jaminan keamanan kepada konsumennya. Apabila ada pelanggaran hak keamanan, konsumen dapat meminta pertanggungjawaban dari pengelola dan mendapatkan ganti rugi ke pihak pengelola.3

Contoh kasus-kasus yang belum lama ini terjadi di Yogyakarta dan sekitarnya, beberapa masih dalam kondisi libur lebaran yang merugikan pengunjung sebagai konsumen baik secara fisik maupun materi. Seorang wisatawan asal Inggris menjadi korban pencurian di salah satu hotel yang berada di wilayah Ngampilan.4 Seorang wisatawan menjadi korban penjambretan di lokasi wisata candi borobudur.5 Seorang Pedagang menjadi korban pencopetan di kawasan Pasar Beringharjo Yogyakarta.6 Seorang wisatawan mengalami kecelakaan laut setelah terseret gelombang pantai selatan di obyek wisata Pantai

3

http://jogja.antaranews.com, LKY : wisatawan harus ekstra waspada saat

Lebaran, diakses pada 12 Agustus 2016 pukul 14.00 WIB

4

http://jogja.tribunnews.com, Bule Asal Inggris Jadi Korban Pencurian di Kamar

Hotel, diakses pada 12 Agustus 2016 pukul 14.00 WIB

5

http://ramadhan.kompas.com, Libur Lebaran, Ada Tim Anti-jambret Wisatawan

di Borobudur, diakses pada 12 Agustus 2016 pukul 14.00 WIB

6

http://www.jogjatribratanews.com, Copet Diamankan Polisi Usai Beraksi di

(6)

Parangtritis.7 Rombongan wisatawan asal Magetan, Jawa Timur terseret ombak di Pantai Baron.8 Korban jiwa di Gembira Loka Zoo yang terjadi akibat pohon Randu Alas tumbang dan menimpa kios dan pengunjung.9

Pelaku usaha tempat wisata selaku pengelola baik masyarakat, swasta maupun pemerintah sebaiknya harus benar-benar memperhatikan tingkat keamanan dan keselamatan pengunjung selama di lokasi tempat wisata itu sendiri karena konsumen telah melakukan kewajibannya yang berupa membayar tiket, sehingga produsen harus menunaikan kewajibannya pula untuk menjamin keamanan dan keselamatan pengunjung sebagai konsumen.

Standar keamanan dan keselamatan di lokasi obyek wisata yang dilaksanakan berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh pihak pengelola sendiri, karena pada dasarnya standar operasional dari setiap obyek wisata berbeda-beda. Standar keamanan dan keselamatan obyek wisata dilakukan berdasarkan karakteristik wilayah serta risiko yang ada di lokasi obyek wisata tersebut. Pelaksanaan standar operasional tersebut diserahkan kepada pengelola dikarenakan belum adanya badan khusus yang memberikan penilaian terkait standar operasional obyek wisata yang ada di Indonesia.

Obyek Wisata Kebun Buah Mangunan pada pelaksanaannya dikelola oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul. Obyek Wisata Kebun Buah Mangunan yang dikelola oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul

7

http://www.harianjogja.com, Ombak Parangtritis Capai 2,5 Meter, Seorang

Wisatawan Terseret, diakses pada 12 Agustus 2016 pukul 14.00 WIB

8

http://news.okezone.com, Lima Wisatawan Terseret Ombak di Pantai Baron,

Satu Orang Hilang, diakses pada 12 Agustus 2016 pukul 14.00 WIB

9

http://www.antaranews.com, Pohon tumbang di Yogyakarta memakan korban, diakses pada 12 Agustus 2016 pukul 14.00 WIB

(7)

telah melakukan perjanjian asuransi kepada pihak ketiga untuk memberikan asuransi kepada setiap pengunjungnya terkait dengan risiko yang timbul di lokasi tempat wisata. Asuransi tersebut diambil dari sebagian biaya tiket masuk yang dibayarkan oleh pengunjung sebagai premi asuransi. Asuransi yang diberikan oleh pengelola seharusnya tidak lantas menjadikan pihak pengelola untuk tidak melaksanakan kewajiban terkait sarana dan prasarana yang dapat menjamin perlindungan keamanan dan keselamatan pengunjung, meskipun dengan asuransi tersebut risiko kerugian terkait keamanan dan keselamatan dari pengunjung telah ditanggung dan dialihkan kepada pihak ketiga.

Berdasarkan hal-hal diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pelaksanaan kewajiban pengelola obyek wisata terhadap perlindungan hak atas keamanan dan keselamatan wisatawan sebagai dasar penyusunan penulisan hukum dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Hak Atas Keamanan dan Keselamatan bagi Pengunjung di Obyek Wisata Kebun Buah Mangunan Bantul.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu :

1. Apakah pelaksanaan kewajiban pengelola terkait standar perlindungan keamanan dan keselamatan pengunjung sudah sesuai dengan kondisi dan karakteristik wilayah di lokasi Obyek Wisata Kebun Buah Mangunan?

(8)

2. Apakah perjanjian asuransi yang dilakukan pengelola sudah memberikan perlindungan hukum kepada pengunjung yang mengalami kerugian terkait keamanan dan keselamatan di lokasi Obyek Wisata Kebun Buah Mangunan? C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan hukum ini yaitu sebagai berikut :

1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan kewajiban pengelola terkait standar perlindungan keamanan dan keselamatan pengunjung dikaitkan dengan kondisi dan karakteristik wilayah di lokasi Obyek Wisata Kebun Buah Mangunan.

b. Untuk mengetahui pelaksanaan perlindungan hukum dari perjanjian asuransi yang dilakukan pengelola kepada pengunjung yang mengalami kerugian terkait keamanan dan keselamatan di lokasi Obyek Wisata Kebun Buah Mangunan.

2. Tujuan Subjektif

Tujuan subjektif dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data-data guna menyusun penulisan hukum sebagai salah satu syarat untuk meraih derajat S-1 di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.

D. Keaslian Penelitian

Sejauh pengamatan yang dilakukan penulis di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan penelusuran yang dilakukan secara online, penelitian hukum dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Hak Atas

(9)

Keamanan dan Keselamatan bagi Pengunjung di Obyek Wisata Kebun Buah Mangunan Bantul” belum pernah dilakukan. Meskipun demikian, telah ada beberapa penelitian yang mengangkat tema tentang perlindungan hukum terkait aspek jasa dibidang kepariwisataan. Beberapa penelitian yang terkait dengan penulisan hukum penulis yaitu :

1. Penulisan Hukum oleh Anas Farkhan dengan Judul “Perlindungan Hukum bagi Pemakai Jasa Perjalanan Wisata Apabila Terjadi Kerugian yang Diakibatkan oleh Pihak Penyedia Jasa (Studi di PT. Gamawisata)”, pada tahun 2015. Penelitan yang dilakukan Anas Farkhan menekankan pada aspek kerugian akibat dari wanprestasi dalam perjanjian jual beli paket jasa perjalanan wisata dan pertanggungjwaban pihak penyedia jasa terhadap kerugian konsumen akibat dari wanprestasi.10

2. Penulisan Hukum oleh Dena Radiansyah dengan Judul “Tanggung Jawab Pelaku Jasa Perhotelan terhadap Konsumen Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus di Hotel Santosa Tasikmalaya)”, pada tahun 2012. Penelitan yang dilakukan Dena Radiansyah menekankan pada aspek pertanggungjawaban pelaku usaha hotel terhadap kerugian yang diderita konsumen atas kehilangan perlengkapan mobil yang diparkir di lingkungan area parkir hotel.11

10

Anas Farkhan, 2015, Perlindungan Hukum bagi Pemakai Jasa Perjalanan

Wisata Apabila Terjadi Kerugian yang Diakibatkan oleh Pihak Penyedia Jasa (Studi di PT. Gamawisata), Skripsi Program Sarjana Hukum, Universitas Gadjah

Mada. 11

Dena Radiansyah, 2012, Tanggung Jawab Pelaku Jasa Perhotelan terhadap

(10)

3. Penulisan Hukum oleh Roma Rita Oktaviyanti dengan Judul “Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Peawaran Voucher Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus: Penawaran Voucher Wisata oleh PT. Angkasa Pura Pariwisata Indonesia)”, pada tahun 2012. Penelitan yang dilakukan Roma Rita Oktaviyanti menekankan pada permasalahan hukum dan penyelesaian sengketa yang terjadi terkait dengan penawaran voucher wisata dengan adanya penyimpangan kepada konsumen serta pertanggungjawaban pihak PT terhadap kerugian konsumen dikarenakan kesalahan informasi terkait voucher terhadap pihak ketiga.12

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Akademis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum, yaitu hukum Perdata sebagai salah satu referensi tambahan yang membahas mengenai pelaksanaan kewajiban pengelola obyek wisata terhadap perlindungan hak atas keamanan dan keselamatan wisatawan.

Perlindungan Konsumen (Studi Kasus di Hotel Santosa Tasikmalaya), Skripsi

Program Sarjana Hukum, Universitas Jenderal Soedirman 12

Roma Rita Oktaviyanti, 2012, Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen

Peawaran Voucher Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus: Peawaran Voucher Wisata oleh PT. Angkasa Pura Pariwisata Indonesia), Skripsi Program Sarjana Hukum,

(11)

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran serta menambah wawasan maupun pengetahuan di bidang hukum Perdata, khususnya mengenai konsep Hukum perlindungan konsumen.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana bagi penulis untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam bidang penelitian hukum, yang merupakan bentuk pelatihan dan pembelajaran terhadap penerapan teori yang telah dipelajari.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran atau masukan kepada pemerintah, pelaku usaha, dan wisatawan mengenai perlindungan terhadap hak-hak khusus bagi wisatawan di lokasi obyek wisata.

Referensi

Dokumen terkait

Principal Component Analysis akan digunakan untuk mereduksi citra wajah yang menghasilkan output berupa feature yang akan dijadikan inputan ke dalam algoritma

Range kadar hormon steroid pada ikan Lukas pada akhir periode predomestikasi 1; 2; 4 dan 8 bulan dari sampel dengan bobot badan terendah – tertinggi ... 38 5.9 Variasi

Tinjauan pelaksanaan simpan pinjam pada KOPPAS Terpadu adalah meninjau atau mempelajari suatu masalah secara mendalam pada KOPPAS Terpadu -

Oleh karena itu, secara implisit dapat dikatakan bahwa Coorporate Governance dan agresifitas pajak memilik sebuah korelasi, karena perusahaan merupakan wajib pajak

“Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu

PLN (Persero) yang dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan di saat adanya perselisihan yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini yakni mengenai

Untuk mengatasi masalah perilaku siswa sangat diperlukan peran serta keluarga dalam mendidik anak-anaknya agar berkepribadian baik, di lingkungan sekolah sangat

34 Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah, namun dalam undang-undang ini cenderung menerapkan sebuah konsep pemerintahan yang bersifat federalis, sehingga