• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI PEMBANTU PENGGUNA ANGGARAN ESELON I BA TAHUN ANGGARAN 2019 (AUDITED)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI PEMBANTU PENGGUNA ANGGARAN ESELON I BA TAHUN ANGGARAN 2019 (AUDITED)"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KEUANGAN

UNIT AKUNTANSI PEMBANTU PENGGUNA

ANGGARAN ESELON I BA. 018.11

TAHUN ANGGARAN 2019 (AUDITED)

Untuk Periode yang Berakhir

Tanggal 31 Desember 2019

BADAN KETAHANAN PANGAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

Gedung E, Lantai 2

Jl. Harsono RM No. 3, Ragunan Pasar-Minggu

Jakarta Selatan – 12550

(2)

Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Pengguna

Anggaran/Barang mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya.

Badan Ketahanan Pangan adalah salah satu entitas akuntansi di bawah Kementerian Pertanian yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dengan menyusun Laporan Keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Penyusunan Laporan Keuangan Badan Ketahanan Pangan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat dalam pemerintahan. Laporan Keuangan ini telah disusun dan disajikan dengan basis akrual sehingga diharapkan dapat menyajikan informasi keuangan yang lebih transparan, akurat, dan akuntabel.

Informasi yang dihasilkan tersebut diharapkan dapat berguna kepada para pengguna laporan dalam pengambilan keputusan. Salah satunya adalah untuk menilai akuntabilitas/pertanggungjawaban dan transparansi pengelolaan keuangan negara pada Badan Ketahanan Pangan. Disamping itu, Laporan Keuangan ini juga dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada manajemen dalam pengambilan keputusan dalam usaha untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good

governance).

(3)

ii

DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

Pernyataan Tanggung Jawab ... iii

Ringkasan ... 1

I.

Laporan Realisasi Anggaran ... 4

II. Neraca ... 5

III. Laporan Operasional ... 6

IV. Laporan Perubahan Ekuitas ... 7

V. Catatan atas Laporan Keuangan ... 8

A. Penjelasan Umum ... 8

B. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran ... 22

C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca ... 67

D. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Operasional ... 93

E. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Perubahan Ekuitas ... 111

F. Pengungkapan Penting Lainnya ... 117

(4)

Penggabungan Laporan Keuangan Badan Ketahanan Pangan tingkat Eselon I selaku UAPPA-E1 yang terdiri dari: (a) Laporan Realisasi Anggaran, (b) Neraca, (c) Laporan Operasional, (d) Laporan Perubahan Ekuitas dan (e) Catatan atas Laporan Keuangan Tahunan Tahun 2019 sebagaimana terlampir adalah merupakan tanggung jawab kami, sedangkan substansi Laporan Keuangan dari masing-masing Satuan Kerja

merupakan tanggungjawab UAKPA.

Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

(5)

-1-

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

Laporan Keuangan Badan Ketahanan Pangan

Tahunan Tahun 2019

untuk periode yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2019 disusun dan disajikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian melakukan Penyusunan Laporan Keuangan

Tahunan Tahun 2019

untuk periode yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2019 disusun secara berjenjang dan lengkap yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN (LRA)

Laporan Realisasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan menggambarkan

perbandingan antara anggaran dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur

Pendapatan-LRA dan Belanja selama periode 1 Januari sampai dengan 31

Desember 2019.

Realisasi Pendapatan Negara pada Laporan Keuangan Tahunan Tahun 2019

yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 adalah berupa Pendapatan Negara

Bukan Pajak sebesar Rp2.998.777.179 atau mencapai 0%

dari estimasi

Pendapatan-LRA sebesar Rp0. Realisasi Belanja Negara pada 31 Desember 2019

adalah sebesar Rp659.662.417.614 atau mencapai 97,05% dari alokasi anggaran

sebesar Rp679.706.664.000.

2. NERACA

Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban dan

ekuitas pada 31 Desember 2019. Nilai Aset per 31 Desember 2019 dicatat dan

disajikan sebesar Rp36.616.811.612 yang terdiri dari : Aset Lancar sebesar

Rp13.560.980.086, Aset Tetap (netto) sebesar Rp22.767.170.526; Piutang Jangka

Panjang (netto) sebesar Rp0,00; dan Aset Lainnya (netto) sebesar Rp288.661.000.

Nilai Kewajiban dan Ekuitas masing-masing sebesar

Rp59.800.735

dan

Rp36.557.010.877.

(6)

-2-

3. LAPORAN OPERASIONAL (LO)

LO disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis akrual

sehingga penyusunan laporan operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan

Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan. LO

menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas

pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban dan surplus/defisit dari

kegiatan non-operasional, surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar biasa,

dan surplus/defisit-LO, yang diperlukan untuk penyajian yang wajar dari suatu

entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.

Pendapatan-LO untuk periode sampai dengan 31 Desember 2019 adalah sebesar

Rp55.038.561, sedangkan jumlah beban adalah sebesar Rp633.767.923.734

sehingga terdapat Defisit Kegiatan Operasional sebesar Rp(633.712.885.173).

Kegiatan Non Operasional dan Pos-Pos Luar Biasa masing-masing sebesar

Surplus Rp801.987.475 dan Defisit Rp0 sehingga entitas mengalami Defisit-LO

sebesar Rp(632.910.897.698).

4. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan

ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ekuitas pada

tanggal 01 Januari 2019 adalah sebesar Rp12.102.110.040 ditambah Defisit-LO

sebesar Rp(632.910.897.698).kemudian ditambah/dikurangi dengan

koreksi-koreksi sebesar Rp(600.000) dan ditambah Transaksi Antar Entitas sebesar

Rp657.366.398.535 sehingga Ekuitas entitas pada tanggal 31 Desember 2019

adalah sebesar Rp36.557.010.877.

5. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menyajikan informasi tentang penjelasan

atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan

(7)

-3-

Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan

Ekuitas. Termasuk pula dalam CaLK adalah penyajian informasi yang diharuskan

dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta

pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan

keuangan.

Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran Tahunan Tahun 2019 untuk periode

yang berakhir sampai dengan tanggal 31 Desember 2019 disusun dan disajikan

berdasarkan basis kas. Sedangkan Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan

Perubahan Ekuitas untuk Tahunan Tahun 2019 disusun dan disajikan dengan

menggunakan basis akrual.

(8)

- 4 -

I. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

BADAN KETAHANAN PANGAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2019 dan

31 DESEMBER 2018

(Dalam Rupiah)

ANGGARAN

REALISASI

REALISASI

PENDAPATAN

Penerimaan Negara Bukan Pajak

B.1

-

2,998,777,179

#DIV/0!

5,950,629,922

JUMLAH PENDAPATAN

-

2,998,777,179

#DIV/0!

5,950,629,922

BELANJA

B.2.

Belanja Operasi

Belanja Pegawai

B.3

21,395,550,000

20,027,724,209

93.61

19,509,140,476

Belanja Barang

B.4

639,569,170,000

621,340,775,249

97.15

563,071,477,006

Belanja Bantuan Sosial

B.5

-

-

-

Jumlah Belanja Operasi

660,964,720,000

641,368,499,458

97.04

582,580,617,482

Belanja Modal

Belanja Tanah

-

-

-

Belanja Peralatan dan Mesin

B.6

15,455,712,000

15,057,391,598

97.42

2,277,039,149

Belanja Gedung dan Bangunan

B.7

2,937,732,000

2,903,442,158

98.83

669,095,000

Belanja Jalan, Irigasi, Jaringan

B.8

-

-

-

Belanja Modal Lainnya

B.9

348,500,000

333,084,400

-

749,840,200

Jumlah Belanja Modal

18,741,944,000

18,293,918,156

97.61

3,695,974,349

JUMLAH BELANJA

679,706,664,000

659,662,417,614

97.05

586,276,591,831

% thd Angg

CATATAN

(9)

Laporan Keuangan Badan Ketahanan Pangan Tahunan Tahun 2019 (Audited)

- 5 -

II. NERACA

BADAN KETAHANAN PANGAN

NERACA

PER 31 DESEMBER 2019 DAN 31 DESEMBER 2018

(Dalam Rupiah)

CATATAN PER 31 DESEMBER 2019

PER 31 DESEMBER 2018

Kas di Bendahara Pengeluaran C.2.1 30.373.682 -Kas Lainnya dan Setara -Kas C.2.2 291.598.872

Belanja Dibayar Dimuka (prepaid) C.2.3 6.695.000.000

Piutang Bukan Pajak C.2.4 19.025.000 39.025.000 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Bukan Pajak C.2.5 (1.902.500) (195.125) Bagian Lancar TP/TGR C.2.6 92.444.035 74.517.671 Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Jangka Pendek C.2.7 (9.244.403) (372.588) Persediaan C.2.8 6.443.685.400 548.000 Persediaan yang belum diregister -Jumlah Aset Lancar 13.560.980.086 113.522.958

Peralatan dan Mesin C.3.1 52.253.829.266 44.260.902.534 Gedung dan Bangunan C.3.2 864.181.000 864.181.000 Aset Tetap Lainnya C.3.3 2.903.442.158 600.000 Konstruksi Dalam Pengerjaan C.3.4 - -Akumulasi Penyusutan Peralatan dan Mesin C.3.5 (33.254.281.898) (33.109.529.971) Akumulasi Penyusutan Gedung dan Bangunan C.3.6 - -Akumulasi Tetap Lainnya C.3.7 - -Jumlah Aset Tetap 22.767.170.526 12.016.153.563

ASET LAINNYA

Aset Tak Berwujud C.5.1 285.205.000 40.000.000 Aset Lain-Lain C.5.2 1.132.290.000 2.109.665.706 Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi Aset Lainnya C.5.3 (1.128.834.000) (2.131.391.616) Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi Aset Lainnya C.5.4 - -Jumlah Aset Lainnya 288.661.000 18.274.090

JUMLAH ASET 36.616.811.612 12.147.950.611

Utang kepada Pihak Ketiga C.6.1 29.427.053 45.840.571 Uang Muka dari KPPN C.6.2 30.373.682 -Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 59.800.735 45.840.571

59.800.735 45.840.571 Ekuitas C.7.1 36.557.010.877 12.102.110.040 JUMLAH EKUITAS 36.557.010.877 12.102.110.040 36.616.811.612 12.147.950.611 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS

URAIAN ASET ASET TETAP ASET LANCAR KEWAJIBAN JUMLAH KEWAJIBAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

(10)

- 6 -

III. LAPORAN OPERASIONAL

BADAN KETAHANAN PANGAN

LAPORAN OPERASIONAL

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2019 dan

31 DESEMBER 2018

(Dalam Rupiah)

CATATAN 31 DESEMBER 2019 31 DESEMBER 2018

Penerimaan Negara Bukan Pajak D.1 55.038.561 69.102.468

55.038.561

69.102.468

Beban Pegawai D.2 20.022.804.490 19.514.060.195

Beban Persediaan D.3 12.657.868.645 8.133.619.666

Beban Barang dan Jasa D.4 133.084.755.948 203.195.410.171

Beban Pemeliharaan D.5 4.701.246.850 4.638.757.918

Beban Perjalanan Dinas D.6 129.917.244.271 108.214.714.000

Beban Barang untuk Diserahkan kepada Masyarakat

D.7 328.521.027.919 242.955.316.083 Beban Bantuan Sosial - -Beban Penyusutan dan Amortisasi D.8 4.852.396.421 4.066.446.277 Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih D.9 10.579.190 (29.559.542) Beban Lain-Lain -

-633.767.923.734

590.688.764.768 SURPLUS (DEFISIT) DARI KEGIATAN

OPERASIONAL

(633.712.885.173)

(590.619.662.300)

SURPLUS /DEFISIT PELEPASAN ASET NON LANCAR

Pendapatan Pelepasan Aset Non Lancar 7.934.489 91.448.453 Beban Pelepasan Aset Non Lancar 2.260.282.862 917.218.267 Jumlah Surplus/Defisit Pelepasan Aset Non

Lancar

(2.252.348.373)

(825.769.814) SURPLUS /DEFISIT PELEPASAN DARI

KEGIATAN NON OPERASIONAL LAINNYA Pendapatan dari Kegiatan Non Operasional Lainnya

3.635.480.038

5.697.251.127 Beban dari Kegiatan Non Operasional Lainnya 581.144.190 150.425.859 Jumlah Surplus/Defisit Dari Kegiatan Non

Operasional Lainnya

3.054.335.848

5.546.825.268 SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON

OPERASIONAL D.10

801.987.475

4.721.055.454

Pendapatan PNBP - -Beban Perjalanan Dinas - -Beban Persediaan -

-SURPLUS/DEFISIT LO (632.910.897.698) (585.898.606.846) URAIAN

BEBAN

JUMLAH BEBAN

KEGIATAN NON OPERASIONAL

POS LUAR BIASA

KEGIATAN OPERASIONAL

JUMLAH PENDAPATAN PENDAPATAN

(11)

- 7 -

IV. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

BADAN KETAHANAN PANGAN

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2019 DAN

31 DESEMBER 2018

(Dalam Rupiah)

URAIAN

CATATAN

31 DESEMBER 2019

31 DESEMBER 2018

EKUITAS AWAL

E.1

12.102.110.040

13.938.784.850

SURPLUS/DEFISIT LO

E.2

(632.910.897.698)

(585.898.606.846)

DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN

AKUNTANSI/KESALAHAN MENDASAR

E.3

-

-KOREKSI YANG MENAMBAH/MENGURANGI EKUITAS

E.4

(600.000)

1.259.744.460

PENYESUAIAN NILAI ASET

E.4.1

-

KOREKSI NILAI PERSEDIAAN

E.4.2

-

SELISIH REVALUASI ASET TETAP

E.4.3

-

119.102.746

KOREKSI NILAI ASET TETAP NON REVALUASI

E.4.4

(600.000)

1.140.641.714

LAIN-LAIN

E.4.5

-

-TRANSAKSI ANTAR ENTITAS

E.5

657.366.398.535

582.802.187.576

KENAIKAN/PENURUNAN EKUITAS

24.454.900.837

(1.836.674.810)

(12)

- 8 -

A. PENJELASAN UMUM

A.1. Profil dan Kebijakan Teknis Badan Ketahanan Pangan Dasar Hukum

Entitas dan Rencana Strategis

Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang pangan mengamanatkan bahwa penyelenggaraan pangan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil, merata dan berkelanjutan berdasarkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan dan ketahanan pangan.

Searah dengan kebijakan pangan serta memperhatikan kondisi ketahanan pangan masyarakat selama periode 5 (lima) tahun terakhir tersebut, maka arah kebijakan Badan Ketahanan Pangan adalah untuk pemantapan ketahanan pangan, yang meliputi aspek ketersediaan pangan, keterjangkauan pangan dan pemanfaatan pangan.

Untuk mewujudkan tujuan diatas,Badan Ketahanan Pangan berkomitmen dengan visi “Terwujudnya ketahanan pangan melalui penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal berlandaskan kedaulatan pangan dan kemandirian pangan.”Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan maka Badan Ketahanan Pangan mengemban misi tahun 2015-2019 sebagai berikut :

 Meningkatkan ketersediaan pangan yang beragam berbasis sumber daya lokal;

 Memantapkan penanganan kerawanan pangan;

 Meningkatkan keterjangkauan pangan masyarakat untuk pangan pokok;  Mewujudkan penganekaragaman konsumsi panga masyarakat berbasis

sumber daya, kelembagaan dan budaya lokal;  Mewujudkan keamanan pangan segar.

Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan

A.2. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan

Laporan Keuangan Tahunan Tahun 2019 ini merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh Badan Ketahanan Pangan. Laporan Keuangan ini dihasilkan melalui Aplikasi E-Rekon-LK. Laporan Keuangan Badan Ketahanan Pangan Tahunan Tahun 2019 ini merupakan laporan konsolidasi dari seluruh satker baik kantor pusat, dekonsentrasi maupun tugas pembantuan yang bertanggung jawab atas

V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

(13)

- 9 -

anggaran yang diberikan.

Jumlah satker dilingkup Badan Ketahanan Pangan sebanyak 35 satker. Rincian satker tersebut tersaji sebagai berikut:

Rekapitulasi Jumlah Satker UAPPA-E1

KP DK M M

1 452332 | BADAN KETAHANAN PANGAN √ 1

2 019032 | DINAS KETAHANAN PANGAN, KELAUTAN DAN PERTANIAN PROVINSI DKI JAKARTA - √ 1

3 029346 | DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT - √ 1

4 039427 | DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH - √ 1

5 049037 | DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY - √ 1

6 059444 | DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR - √ 1

7 069027 | DINAS PANGAN ACEH - √ 1

8 079318 | DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN PROVINSI SUMATERA UTARA - √ 1

9 089266 | DINAS PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT - √ 1

10 099426 | DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU - √ 1

11 109019 | DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAMBI - √ 1

12 119225 | DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN PROVINSI SUMATERA SELATAN - √ 1

13 129224 | DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI LAMPUNG - √ 1

14 139021 | DINAS PANGAN, PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT - √ 1

15 149214 | DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH - √ 1

16 159192 | DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN - √ 1

17 169000 | DINAS PANGAN, TANAMAN PANGAN, DAN HORTIKULTURA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR - √ 1

18 179212 | DINAS PANGAN DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA - √ 1

19 189206 | DINAS PANGAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - √ 1

20 199374 | DINAS KETAHANAN PANGAN, TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI SULAWESI SELATAN - √ 1

21 209186 | DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA - √ 1

22 219169 | DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI MALUKU - √ 1

23 229164 | DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI BALI - √ 1

24 239220 | DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT - √ 1

25 249020 | DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR - √ 1

26 259022 | DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI PAPUA - √ 1

27 269189 | DINAS KETAHANAN PANGAN PROPINSI BENGKULU - √ 1

28 289039 | DINAS PANGAN PROVINSI MALUKU UTARA - √ 1

29 299444 | DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI BANTEN - √ 1

30 309208 | DINAS PANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG - √ 1

31 319005 | DINAS PANGAN PROVINSI GORONTALO - √ 1

32 320097 | DINAS KETAHANAN PANGAN, PERTANIAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU - √ 1

33 339029 | DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI PAPUA BARAT - √ 1

34 340161 | DINAS KETAHAHAN PANGAN PROVINSI SULAWESI BARAT - √ 1

35 417679 | DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA - √ 1 TOTAL 1 34 35 JUMLAH SATKER No NAMA SATKER JENIS

(14)

- 10 -

Basis Akuntansi A.3. Basis Akuntansi

Badan Ketahanan Pangan menerapkan basis akrual dalam penyusunan dan penyajian Neraca, Laporan Operasi dan Laporan Perubahan Ekuitas. Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.

Sedangkan Laporan Realisasi Anggaran basis kas untuk disusun dan disajikan dengan basis kas. Basis kas adalah basis akuntansi yang yang mengakui pengaruhi transaksi atau peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Hal ini sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Dasar Pengukuran

A.4.Dasar Pengukuran

Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan.Dasar pengukuran yang diterapkan Badan Ketahanan Pangan dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan adalah dengan menggunakan nilai perolehan historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan.

Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.

Kebijakan akuntansi

A.5. Kebijakan Akuntansi

Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Tahunan Tahun 2019 telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Kebijakan akuntansi merupakan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam laporan keuangan ini adalah merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh Badan Ketahanan Pangan yang merupakan entitas pelaporan dari Kementerian Pertanian. Disamping itu, dalam penyusunannya telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan

(15)

- 11 -

pemerintahan.

Kebijakan-kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan Badan Ketahanan Pangan adalah sebagai berikut:

Pendapatan-LRA

(1) Pendapatan- LRA

 Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.

 Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima pada Kas Umum Negara (KUN).

 Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).  Pendapatan-LRAdisajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan. Pendapatan-LO (2) Pendapatan- LO

 Pendapatan-LO adalah hak pemerintah pusatyang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.

 Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan dan /atau Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi.

 Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

 Pendapatan disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan. Belanja (3) Belanja

 Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.

 Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN.

 Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran

(16)

- 12 -

tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).

 Belanja disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi akan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Beban (4) Beban

 Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.

 Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban; terjadinya konsumsi aset; dan terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.  Beban disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan

selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

 Beban yang berasal dari belanja barang yang akan diserahkan kepada masyarakat (526) dan belanja bantuan sosial dalam bentuk barang dan jasa (57) diakui dan disajikan sebagai beban apabila sudah diterbitkan berita acara serah terima (BAST).

Aset (5) Aset

Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Aset Tetap, Piutang Jangka Panjang dan Aset Lainnya.

Aset Lancar Aset Lancar

 Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.

 Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas dalam bentuk valuta asing disajikan di neraca dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca.  Piutang diakui apabila menenuhi kriteria sebagai berikut:

 Piutang yang timbul dari Tuntutan Perbendaharaan/Ganti Rugi apabila telah timbul hak yang didukung dengan Surat

(17)

- 13 -

Keterangan Tanggung Jawab Mutlak dan/atau telah dikeluarkannya surat keputusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

 Piutang yang timbul dari perikatan diakui apabila terdapat peristiwa yang menimbulkan hak tagih dan didukung dengan naskah perjanjian yang menyatakan hak dan kewajiban secara jelas serta jumlahnya bisa diukur dengan andal.

 Piutang diharapkan diterima pengembaliannya dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.

 Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai Bagian Lancar TPA/TGR.

 Nilai Persediaan dicatat berdasarkan hasil perhitungan fisik pada tanggal neraca dikalikan dengan:

harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan pembelian;

harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;  harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh

dengan cara lainnya.

Penatausahaan Persediaan

Prosedur penatausahaan persediaan baik berasal dari akun 526 maupun non 526 dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 70/Permentan/PL.200/12/2016 tanggal 28 Desember 2016 tentang Penatausahaan Persediaan Lingkup Kementerian Pertanian.

Pada peraturan tersebut pada Pasal 12 Akun Belanja Barang Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf d meliputi:

1. Belanja Tanah Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526111);

2. Belanja Peralatan dan Mesin Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526112);

3. Belanja Gedung dan Bangunan Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526113);

(18)

- 14 -

4. Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526114);

5. Belanja Barang Fisik Lainnya Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526115);

6. Belanja Barang Penunjang Kegiatan Dekonsentrasi Untuk Diserahkan Kepada Pemda (526211);

7. Belanja Barang Penunjang Kegiatan Tugas Pembantuan Untuk Diserahkan Kepada Pemda (526212); dan

8. Belanja barang lainnya untuk diserahkan kepada Masyarakat/Pemda (526311).

Sedangkan pada Pasal 36 bahwa persediaan yang langsung diserahkan kepada pihak penerima, transaksi penyerahan/dijual kepada masyarakat/pemda dibuktikan dengan dokumen sumber pengeluaran persediaan untuk:

a. Satuan Kerja Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan dapat berupa:  BAST Persediaan antara pihak pelaksana pengadaan dengan

penerima dan diketahui oleh satuan kerja;

 BAST Persediaan antara kepala satuan kerja atau PPK dengan penerima;

 BAST Persediaan antara Eselon I dengan penerima/SKPD; atau

 Surat pernyataan persediaan telah diserahkan kepada Masyarakat/Pemerintah Daerah dari Kuasa Pengguna Barang atau pejabat yang ditunjuk.

b. Kantor Pusat dan Kantor Daerah dapat berupa:  Surat Keputusan Hibah;

 BAST Persediaan antara Eselon I dengan penerima/SKPD;  BAST Persediaan antara kepala satuan kerja/PPK dengan

penerima;

 BAST Persediaan antara pihak pelaksana pengadaan dengan penerima dan diketahui oleh satuan kerja; atau

(19)

- 15 -

 Surat pernyataan persediaan telah diserahkan kepada Masyarakat/Pemerintah Daerah dari Kuasa Pengguna Barang atau pejabat yang ditunjuk.

Disamping itu, Pasal 43 menjelaskan bahwa seluruh pelaporan persediaan pada tanggal pelaporan dicatat berdasarkan opname fisik. Persediaan dilakukan untuk mengetahui jumlah Persediaan dan kondisi catatan dalam pembukuan pengelolaan Persediaan yang belum dipakai.Opname fisikPersediaan sebagaimana dimaksud dilakukan secara sensus per semester atau periode laporan.

Aset Tetap Aset Tetap

 Aset tetap mencakup seluruh aset berwujud yang dimanfaatkan oleh pemerintah maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.

 Nilai Aset tetap disajikan berdasarkan harga perolehan atau harga wajar.

 Pengakuan aset tetap didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi sebagai berikut:

a. Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olah raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp1.000.000 (satujuta rupiah);

b. Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp25.000.000 (Duapuluh lima juta rupiah);

c. Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian.

 Pemerintah melakukan penilaian kembali (revaluasi) berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2017 tentang Penilaian Kembali Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.06/2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian

(20)

- 16 -

Kembali Barang Milik Negara. Revaluasi dilakukan terhadap aset tetap berupa Tanah, Gedung dan Bangunan, serta Jalan, Jaringan,dan lrigasi berupa Jalan Jembatan dan Bangunan Air pada Kementerian Negara/Lembaga sesuai kodefikasi Barang Milik Negara yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2015. Termasuk dalam ruang lingkup objek revaluasi adalah aset tetap pada Kementerian/Lembaga yang sedang dilaksanakan Pemanfaatan. Pelaksanaan penilaian dalam rangka revaluasi dilakukan dengan pendekatan data pasar, pendekatan biaya, dan/atau pendekatan pendapatan oleh Penilai Pemerintah di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan. Revaluasi dilakukan pada tahun 2017 dan 2018. Berdasarkan pertimbangan efisiensi anggaran dan waktu penyelesaian, pelaksanaan penilaian dilakukan dengan survei lapangan untuk objek penilaian berupa Tanah dan tanpa survei lapangan untuk objek penilaian selain Tanah.

 Nilai aset tetap hasil penilaian kembali menjadi nilai perolehan baru dan nilai akumulasi penyusutannya adalah nol. Dalam hal nilai aset tetap hasil revaluasi lebih tinggi dari nilai buku sebelumnya maka selisih tersebut diakui sebagai penambah ekuitas pada Laporan Keuangan. Namun, apabila nilai aset tetap hasil revaluasi lebih rendah dari nilai buku sebelumnya maka selisih tersebut diakui sebagai pengurang ekuitas pada Laporan Keuangan.

 Aset Tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah yang disebabkan antara lain karena aus, ketinggalan jaman, tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi yang makin berkembang, rusak berat, tidak sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR), atau masa kegunaannya telah berakhir direklasifikasi ke Aset Lain-Lain pada pos Aset Lainnya

 Aset tetap yang secara permanen dihentikan penggunaannya, dikeluarkan dari neraca pada saat ada usulan penghapusan dari entitas sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang pengelolaan BMN

(21)

- 17 -

Piutang Jangka

Panjang

Piutang Jangka Panjang

 Piutang Jangka Panjang adalah piutang yang akan jatuh tempo atau akan direalisasikan lebih dari 12 bulan sejak tanggal pelaporan. Termasuk dalam Piutang Jangka Panjang antara lain adalah Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) yang jatuh tempo lebih dari satu tahun.

 TPA menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah yang dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayar oleh pegawai ke kas negara atau daftar saldo tagihan penjualan angsuran.

 Tuntutan Perbendaharaan adalah tagihan yang ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan kepada bendahara yang karena lalai atau perbuatan melawan hukum mengakibatkan kerugian negara/daerah.

 Tuntutan Ganti Rugi adalah suatu proses yang dilakukan terhadap pegawai negeri atau bukan pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugasnya.

Aset Lainnya Aset Lainnya

 Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, aset tetap, dan piutang jangka panjang. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan, aset kerjasama dengan pihak ketiga (kemitraan), dan kas yang dibatasi penggunaannya.

 Aset Tak Berwujud (ATB) disajikan senilai nilai tercatat neto yaitu senilai harga perolehan setelah dikurangi akumulasi

(22)

- 18 -

amortisasi.

 Amortisasi ATB dengan masa manfaat terbatas dilakukan dengan metode garis lurus dan nilai sisa nihil. Sedangkan atas ATB dengan masa manfaat tidak terbatas tidak dilakukan amortisasi.

 Masa Manfaat Aset Tak Berwujud ditentukan dengan berpedoman Keputusan Menteri Keuangan Nomor 620/KM.6/2015 tentang Masa Manfaat Dalam Rangka Amortisasi Barang Milik Negara berupa Aset Tak Berwujud pada Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum tabel masa manfaat adalah sebagai berikut.

Penggolongan Masa Manfaat Aset Tak Berwujud Kelompok Aset Tak Berwujud Masa Manfaat (Tahun)

Software Komputer 4

Franchise 5

Lisensi, Hak Paten Sederhana, Merk, Desain Industri, Rahasia Dagang, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

10

Hak Ekonomi Lembaga Penyiaran, Paten Biasa, Perlindungan Varietas Tanaman Semusim

20

Hak Cipta Karya Seni Terapan,

Perlindungan Varietas Tanaman Tahunan 25 Hak Cipta atas Ciptaan Gol. II, Hak

Ekonomi Pelaku Pertunjukan, Hak Ekonomi Produser Fonogram

50

Hak Cipta atas Ciptaan Gol.I 70

 Aset Lain-lain berupa aset tetap pemerintah yang dihentikan dari penggunaan operasional entitas.

Kewajiban (6) Kewajiban

 Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.

 Kewajiban pemerintah diklasifikasikan kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.

a. Kewajiban Jangka Pendek

Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua

(23)

- 19 -

belas bulan setelah tanggal pelaporan.

Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak Ketiga, Belanja yang Masih Harus Dibayar, Pendapatan Diterima di Muka, Bagian Lancar Utang Jangka Panjang,dan Utang Jangka Pendek Lainnya.

b. Kewajiban Jangka Panjang

Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.

 Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung.

Ekuitas (7) Ekuitas

Ekuitas merupakan selisih antara aset dengan kewajiban dalam satu periode. Pengungkapan lebih lanjut dari ekuitas disajikan dalam Laporan Perubahan Ekuitas.

Penyisihan Piutang Tak Tertagih

(8) Penyisihan Piutang Tidak Tertagih

 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu dari piutang berdasarkan penggolongan kualitas piutang. Penilaian kualitas piutang dilakukan dengan mempertimbangkan jatuh tempo dan upaya penagihan yang dilakukan pemerintah.

 Kualitas piutang didasarkan pada kondisi masing-masing piutang pada tanggal pelaporan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 69/PMK.06/2014 tentang Penentuan Kualitas Piutang dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tak Tertagih pada Kementerian Negara/Lembaga dan Bendahara Umum Negara. Kriteria kualitas piutang diatur sebagai berikut:

(24)

- 20 -

Kualitas Piutang Uraian Penyisihan

Lancar Belum dilakukan pelunasan s.d. tanggal jatuh tempo 0.5%

Kurang Lancar Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan

Pertama tidak dilakukan pelunasan 10%

Diragukan Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan

Kedua tidak dilakukan pelunasan 50%

Macet 1. Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat

Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan

100%

2. Piutang telah diserahkan kepada Panitia

Urusan Piutang Negara/DJKN

Penyusutan Aset Tetap

(9) Penyusutan Aset Tetap

 Penyusutan aset tetap adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap. Kebijakan penyusutan aset tetap didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan No.01/PMK.06/2013 tentang Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat sebagaimana diubah dengan PMK 90/PMK.06/2014 tentang Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat.

 Penyusutan aset tetap tidak dilakukan terhadap: a. Tanah

b. Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP)

c. Aset Tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan dokumen sumber sah atau dalam kondisi rusak berat dan/atau usang yang telah diusulkan kepada Pengelola Barang untuk dilakukan penghapusan.

 Penghitungan dan pencatatan Penyusutan Aset Tetap dilakukan setiap akhir semester tanpa memperhitungkan adanya nilai residu.  Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan menggunakan metode

garis lurus yaitu dengan mengalokasikan nilai yang dapat disusutkan dari Aset Tetap secara merata setiap semester selama Masa Manfaat.

 Masa Manfaat Aset Tetap ditentukan dengan berpedoman Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara

(25)

- 21 -

berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum tabel masa manfaat adalah sebagai berikut:

Penggolongan Masa Manfaat Aset Tetap

Kelompok Aset Tetap Masa Manfaat

Peralatan dan Mesin 2 s.d. 20 tahun

Gedung dan Bangunan 10 s.d. 50 tahun

Jalan, Jaringan dan Irigasi 5 s.d 40 tahun Alat Tetap Lainnya (Alat Musik Modern) 4 tahun

Implementasi Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Pertama Kali

(10) Implementasi Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Pertama Kali Mulai tahun 2015 Pemerintah mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual sesuai dengan amanat PP No. 71 Tahun 2010 tentang Akuntansi Pemerintahan. Implementasi tersebut memberikan pengaruh pada beberapa hal dalam penyajian laporan keuangan. Pertama, Pos-pos ekuitas dana pada neraca per 31 Desember 2014 yang berbasis cash toward accrual direklasifikasi menjadi ekuitas sesuai dengan akuntansi berbasis akrual. Kedua, keterbandingan penyajian akun-akun tahun berjalan dengan tahun sebelumnya dalam Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas tidak dapat dipenuhi. Hal ini diakibatkan oleh penyusunan dan penyajian akuntansi berbasis akrual pertama kali mulai dilaksanakan tahun 2015.

(26)

- 22 -

B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Selama periode berjalan, Badan Ketahanan Pangan telah mengadakan revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dari DIPA awal. Hal ini disebabkan oleh adanya program penghematan belanja pemerintah dan adanya perubahan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan situasi serta kondisi pada saat pelaksanaan. Perubahan tersebut berdasarkan sumber pendapatan dan jenis belanja adalah sebagai berikut:

Uraian Anggaran Awal Anggaran Setelah Revisi Pendapatan

Pendapatan Gratifikasi dan Uang Sitaan Hasil Korupsi

0 0 Jumlah Pendapatan 0 0 Belanja Belanja Pegawai 20.377.811.000 21.395.550.000 Belanja Barang 654.046.414.000 639.569.170.000 Belanja Modal 4.264.700.000 18.741.944.000 Jumlah Belanja 678.688.925.000 679.706.664.000 Realisasi Pendapatan Rp2.998.777.179,- B.1 PENDAPATAN

Realisasi Pendapatan untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp2.998.777.179,- atau mencapai 0% dari estimasi pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp0,- Pendapatan lingkup Badan Ketahanan Pangan terdiri dari Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan, dan Pendapatan Lain-lain. Rincian estimasi pendapatan dan realisasinya adalah sebagai berikut:

Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan

PNBP - 2.998.777.179,00 #DIV/0! Pendapatan Lain-lain - #DIV/0!

Jumlah - 2.998.777.179,00 #DIV/0! Uraian

31-Dec-19

Anggaran Realisasi % Realisasi Anggaran

(27)

- 23 -

penurunan sebesar 49,61 persen dibandingkan 31 Desember 2018. Hal ini disebabkan oleh adanya penurunan PNBP atas penerimaan kembali belanja barang, pendapatan dari pemindahtangan BMN Lainnya, Pendapatan dari Penjualan Peralatan dan Mesin, Pendapatan dari penyelesaian tuntutan ganti rugi non bendahara dan Pendapatan dari penyelesaian tuntutan ganti rugi pihak ketiga.

Perbandingan Realisasi Pendapatan 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 URAIAN REALISASI 31 DESEMBER 2019 REALISASI 31 DESEMBER 2018 NAIK (TURUN) %

Pendapatan dari Penjualan Peralatan dan Mesin 4.300.000 9.895.000 (56,54) Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN Lainnya 3.634.489 81.553.453 (95,54) Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro) 25.610.722 265.918 9.531,06

Pendapatan Bunga Lainnya - 0 #DIV/0!

Pendapatan Penjualan Hasil Lelang Gratifikasi #DIV/0!

Pendapatan Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan

Pemerintah 49.427.839 29.811.545 65,80

Pendapatan Penyelesaian Tuntutan Ganti Rugi Non bendahara 8.252.500 183.054.000 (95,49)

Pendapatan Penyelesaian Tuntutan Ganti Rugi bendahara 21.724.814 Pendapatan Penyelesaian Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Pihak

Ketiga 50.489.616 127.990.250 (60,55)

Pendapatan Penyelesaian Tuntutan Perbendaharaan - 153.706.700 (100,00) Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Tahun Anggaran Yang Lalu 51.975.190 31.919.600 62,83 Penerimaan Kembali Belanja Barang Tahun Anggaran Yang Lalu 2.783.362.009 5.332.433.451 (47,80)

Penerimaan Kembali Belanja Modal Tahun Anggaran Yang Lalu - 0 #DIV/0! Penerimaan Kembali Belanja Bantuan Sosial Tahun Anggaran Yang

Lalu - 0 #DIV/0!

Pendapatan Anggaran Lain-lain - 5 (100,00)

Total 2.998.777.179 5.950.629.922 (49,61) Penerimaan kembali belanja barang tahun anggaran yang lalu sebesar Rp2.783.362.009 terdiri atas : Pengembalian perjalanan dinas sebesar Rp275.530.444, pengembalian belanja mak 526 atas kegiatan KRPL sebesar Rp81.300.000, P3L sebesar Rp30.000.000, PUPM sebesar Rp261.474.235, pengembalian DPM-LUEP sebesar Rp1.924.224.365, pengembalian atas honor narasumber dan moderator sebesar Rp153.886.500 dan pengembalian atas kegiatan lainnya sebesar Rp56.946.465.

Tidak ada perbedaaan antara realisasi pendapatan menurut data saiba dan data di bendahara penerimaan sebesar Rp2.998.777.179.

(28)

- 24 -

Realisasi Belanja Rp

659.662.417.614,-

B.2. BELANJA

Realisasi Belanja untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp659.662.417.614 atau 97,05% dari anggaran belanja sebesar Rp679.706.664.000. Rincian anggaran dan realisasi belanja sampai dengan 31 Desember 2019 adalah sebagai berikut:

Rincian Estimasi dan Realisasi Belanja 31 Desember 2019

ANGGARAN REALISASI

Belanja Pegawai 21.395.550.000 20.027.741.224 93,61 Belanja Barang 639.569.170.000 622.710.189.399 97,36

Belanja Bantuan Sosial 0,00

Belanja Modal 18.741.944.000 18.293.918.156 97,61

Total Belanja Kotor 679.706.664.000 661.031.848.779 97,25

Pengembalian Belanja (1.369.431.165) 0 Total Belanja 679.706.664.000 659.662.417.614 97,05

URAIAN 31-Dec-19 %

Sedangkan realisasi belanja berdasarkan kegiatan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2019 adalah sebagai berikut:

ANGGARAN REALISASI

1814 - Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

221.693.960.000 219.354.334.535 98,94 1815 - Pengembangan

Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

47.475.000.000 45.307.955.513 95,44 1816 - Pengembangan

Penganekaragaman Komsumsi dan Keamanan Pangan

268.779.525.000 261.659.113.385 97,35 1817 - Dukungan Manajemen dan

Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan

141.758.179.000 134.710.445.346 95,03

Total Belanja Kotor 679.706.664.000 661.031.848.779 97,25

Pengembalian Belanja -1.369.431.165

Total Belanja 679.706.664.000 659.662.417.614 97,05

KEGIATAN 31-Dec-19 %

(29)

- 25 -

Dibandingkan dengan realisasi belanja 31 Desember 2018, realisasi belanja 31 Desember 2019 mengalami kenaikan sebesar 12,52% dibandingkan realisasi belanja pada tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan antara lain :

1. Adanya kenaikan pagu anggaran 2. Adanya kenaikan gaji

3. Adanya pegawai baru dan pegawai yang beralih menjadi pejabat fungsional

4. Adanya penambahan Kegiatan prioritas yaitu Pengembangan Industri Pangan Lokal (PIPL) dan Pengembangan Korporasi Usahatani (PKU) dalam bentuk peralatan untuk pengolahan pasca panen

5.

Penambahan Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di lokasi stunting dan KRPL Bekerja

6.

Penambahan Kegiatan Obor Pangan Lestari (OPAL)

Perbandingan Realisasi Belanja 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018

URAIAN REALISASI 31 DESEMBER 2019 REALISASI 31 DESEMBER 2018 NAIK (TURUN) % Belanja Pegawai 20.027.724.209 19.509.140.476 2,66 Belanja Barang 621.340.775.249 563.071.477.006 10,35 Belanja Modal 18.293.918.156 3.695.974.349 394,97

Belanja Bantuan Sosial #DIV/0!

Jumlah 659.662.417.614 586.276.591.831 12,52 21395,550 639569,170 18741,944 - 20027,724 621340,775 18293,918 100000,0 200000,0 300000,0 400000,0 500000,0 600000,0 700000,0 Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial M ill io n s Anggaran Realisasi

(30)

- 26 -

Belanja Pegawai

Rp20.027.724.209,-

B.3 Belanja Pegawai

Belanja Pegawai adalah belanja kompensasi, baik dalam bentuk uang maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang diberikan kepada Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. Selain itu Belanja Pegawai dapat diartikan sebagai belanja yang berupa honorarium tetap yang hanya dipergunakan untuk pembayaran honor pegawai honorer yang akan diangkat menjadi pegawai dalam rangka mendukung tugas pokok dan fungsi unit organisasi yang bersangkutan.

Realisasi Belanja Pegawai untuk periode yang berakhir 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah masing-masing sebesar Rp20.027.724.209 dan Rp19.509.140.476. Realisasi belanja pegawai 31 Desember 2019 mengalami kenaikan sebesar 2,66% dari 31 Desember 2018. Hal ini disebabkan antara lain :

1. Adanya pegawai baru 2. Adanya kenaikan gaji

3. Adanya pegawai yang beralih menjadi pejabat fungsional

Perbandingan Belanja Pegawai 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018

Uraian Belanja Barang 31 Desember 2019 31 Desember 2018 Naik (Turu n) (%) Realisasi mbaliaPenge

n Realisasi Netto (Rp) Realisasi

Pengemb

alian Realisasi Netto (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Belanja Gaji & Tunjangan PNS 20.027.741.224 17.015 20.027.724.209 19.510.245.250 1.104.774 19.509.140.476 2,66 Belanja Gaji & Tunjangan Non PNS Belanja Honorariu m Belanja Lembur Belanja Tunj.Khusu s & Bel.Pegaw ai Transito Jumlah 20.027.741.224 17.015 20.027.724.209 19.510.245.250 1.104.774 19.509.140.476 2,66

(31)

- 27 -

2019 berjumlah 282 orang. Menurut status pegawai terdiri dari 265 orang pegawai negeri sipil dan 17 orang calon pegawai negeri sipil. Menurut pembagian pelaksanaan tugas menurut jabatan dan golongan sebagai berikut : Pejabat Eselon I = 1 Orang

Pejabat Eselon IIa = 3 Orang Pejabat Eselon IIIa = 13 Orang Pejabat Eselon IVa = 30 Orang Pejabat Fungsional = 106 orang

Pejabat Fungsional Umum = 129 orang

Belanja Barang Rp622.710.189.399

B.4 Belanja Barang

Belanja Barang adalah pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan, dan pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan.

Realisasi Belanja Barang per 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah masing-masing sebesar Rp622.710.189.399 dan Rp401.894.554.062. Realisasi Belanja Barang 31 Desember 2019 mengalami penurunan 6,57% dari Realisasi Belanja Barang 31 Desember 2018. Hal ini antara lain disebabkan oleh :

 Adanya kenaikan pagu anggaran

 Adanya penambahan Kegiatan prioritas yaitu Pengembangan Industri Pangan Lokal (PIPL) dan Pengembangan Korporasi Usahatani (PKU) dalam bentuk peralatan untuk pengolahan pasca panen

Penambahan Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di lokasi stunting dan KRPL Bekerja

Penambahan Kegiatan Obor Pangan Lestari (OPAL)

Perbandingan Belanja Barang 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018

Uraian Belanja Barang

31 Desember 2019 31 Desember 2018

Naik (Turun) (%) Realisasi Pengembalian Realisasi Netto

(Rp)

Realisasi Pengembalian Realisasi Netto (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Belanja Barang Operasional 10.646.766.546 10.646.766.546 9.548.350.765 9.548.350.765 11,50 Belanja Barang Non Operasional 108.903.734.520 62.961.300 108.840.773.220 158.697.419.135 89.503.000 158.607.916.135 -31,38

(32)

- 28 -

Belanja Mak 526

Belanja Mak 526 ini di anggarkan untuk mencapai Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat yang berfokus pada pemerataan kesejahteraan dan penanganan kemiskinan dan rawan pangan. Maka di TA. 2019 dianggarkan sebesar Rp346.557.700.000 yaitu dalam bentuk barang sebesar Rp73.307.700.000 dan dalam bentuk uang Rp273.250.000.000. Dari alokasi anggaran tersebut terealisasi sampai dengan 31 Desember 2019 sebesar Rp341.902.532.991 yaitu realisasi dalam bentuk barang sebesar Rp71.286.334.976 dan realisasi berupa uang sebesar Rp270.616.198.015. Belanja Mak 526 dianggarkan untuk mendukung kegiatan sebagai berikut :

KETERANGAN Grand Total

Pagu Realisasi % 1814 Pengembangan Sistem

Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan 221.693.960.000 218.956.199.875 98,77 Barang 115.613.960.000 113.270.001.860 97,97 Uang 106.080.000.000 105.686.198.015 99,63 Belanja Barang Persediaan 12.718.419.390 12.718.419.390 8.204.835.420 10.000.000 8.194.835.420 55,20 Belanja Jasa 12.746.916.881 200.000 12.746.716.881 31.044.270.685 14.000.000 31.030.270.685 -58,92 Belanja Pemeliharaan 4.568.321.950 4.568.321.950 4.522.223.918 4.522.223.918 1,02 Belanja Perjalanan Dalam Negeri 128.066.132.206 104.590.190 127.961.542.016 106.334.754.885 98.105.435 106.236.649.450 20,45 Belanja Perjalanan Luar Negeri 1.955.702.255 1.955.702.255 1.978.898.838 834.288 1.978.064.550 -1,13 Belanja Barang untuk diserahkan kepada Masy. 15.830.778.323 15.830.778.323 95.905.000 95.905.000 16.406,73 Belanja Barang Fisik dan Penunjang Dana Dekonsentrasi untuk diserahkan kepada Masy. 329.795.112 329.795.112 492.896.600 492.896.600 -33,09 Belanja Barang Lainnya untuk diserahkan kepada Masy. 326.943.622.216 1.201.662.660 325.741.959.556 243.464.011.000 1.099.646.517 242.364.364.483 34,40 622.710.189.399 1.369.414.150 621.340.775.249 564.383.566.246 1.312.089.240 563.071.477.006 10,35

(33)

- 29 -

1815 Pengembangan Ketersediaan

dan Penanganan Rawan Pangan 47.475.000.000 45.299.617.213 95,42

Barang 44.225.000.000 42.049.617.213 95,08

Uang 3.250.000.000 3.250.000.000 100,00

1816 Pengembangan

Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan

268.779.525.000 260.740.119.194 97,01

Barang 104.859.525.000 99.060.119.194 94,47

Uang 163.920.000.000 161.680.000.000 98,63

1817 Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan

141.758.179.000 134.666.481.332 95,00

Barang 141.758.179.000 134.666.481.332 95,00

Grand Total 679.706.664.000 659.662.417.614 97,05 Rincian Pagu dan Realisasi Fisik per output kegiatan sebagai berikut :

KETERANGAN Grand Total Fisik

Pagu Realisasi % Target Realisasi Ket 1814 Pengembangan

Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

156.356.500.000 155.370.503.695 99,37 1,781 1,777

1814.102 Lumbung

Pangan Masyarakat 26.580.000.000 26.579.860.675 100,00 443 443 Unit Bantuan uang - 526312 26.580.000.000 26.579.860.675 100,00 443 443 Unit 1814.112 Layanan

Stabilisasi Harga komoditas pangan strategis di tingkat Produsen dan Konsumen

276.500.000 275.795.112 99,75 13 13 Lokasi

Bantuan Barang - 526211 276.500.000 275.795.112 99,75 13 13 Lokasi 1814.113 Lembaga

Distribusi Pangan yang Dibina

129.500.000.000 128.514.847.908 99,24 1,325 1,321 Bantuan Barang - 526311 50.000.000.000 49.408.510.568 98,82 500 500 Gapoktan Bantuan uang - 526312 79.500.000.000 79.106.337.340 99,50 1,325 1,321 Gapoktan 1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan 4.558.500.000 4.546.678.590 99,74 14 14 1815.106 Kawasan Mandiri Pangan 4.550.000.000 4.538.378.590 99,74 13 13 Lokasi Bantuan Barang - 526311 1.300.000.000 1.288.378.590 99,11 13 13 Lokasi Bantuan uang - 526312 3.250.000.000 3.250.000.000 100,00 13 13 Lokasi 1815.107 Pemantauan

Ketersediaan, akses dan Kerawanan Pangan

8.500.000 8.300.000 97,65 1 1 Rekomend asi Bantuan Barang - 526211 8.500.000 8.300.000 97,65 1 1 Rekomend

asi 1816 Pengembangan

Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan

168.944.200.000 166.133.072.383 98,34 4,629 4,544

1816.101 Pemberdayaan

Pekarangan Pangan 160.670.000.000 158.680.000.000 98,76 4,600 4,517 Kelompok Bantuan uang - 526312 160.670.000.000 158.680.000.000 98,76 4,600 4,517 Kelompok 1816.105 Pengembangan

Pangan Lokal 8.250.000.000 7.428.872.383 90,05 25 23 Unit Bantuan Barang - 526311 5.000.000.000 4.428.872.383 88,58 10 9 Unit Bantuan uang - 526312 3.250.000.000 3.000.000.000 92,31 25 23 Kelompok

(34)

- 30 -

1816.107 Percepatan

penganekaragaman konsumsi pangan

24.200.000 24.200.000 100,00 4 4 Unit

Bantuan Barang - 526211 24.200.000 24.200.000 100,00 4 4 Unit 1817 Dukungan

Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan 16.698.500.000 15.852.278.323 94,93 337 322 1817.950 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I 16.698.500.000 15.852.278.323 94,93 335 320 Bantuan Barang - 526112 127.000.000 126.025.492 99,23 3 3 Rekomend

asi Bantuan Barang - 526115 16.550.000.000 15.704.752.831 94,89 331 316 Paket Bantuan Barang - 526211 21.500.000 21.500.000 100,00 1 1 Uniti Grand Total 346.557.700.000 341.902.532.991 98,66 7,268 7,171

 PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN

Kegiatan ini ditujukan untuk mendorong pengembangan sistem distribusi dan stabilitas harga pangan dalam rangka meningkatkan keterjangkauan pangan masyarakat. dan antisipasi kebutuhan pangan.

Sasaran output kegiatan adalah meningkatnya kemampuan kelembagaan distribusi dan cadangan pangan serta stabilitas harga pangan.

Alokasi anggaran belanja mak 526 untuk kegiatan tersebut TA. 2019 sebesar Rp156.356.500.000 yang terdiri atas pagu banper barang Rp50.276.500.000 dan banper uang Rp106.080.000.000. Sampai dengan 31 Desember 2019 , dana bantuan yang terealisasi sebesar Rp155.370.503.695 yang terdiri atas realisasi banper barang Rp49.684.305.680 dan banper uang Rp105.686.198.015.

Berikut Pagu dan Realisasi anggaran per output kegiatan :

Dana Bantuan tersebut di berikan untuk membantu pelaksanaan kegiatan : (1)Lumbung Pangan Masyarakat (2) Layanan Stabilisasi Harga komoditas pangan strategis di tingkat Produsen dan Konsumen dan (3) Lembaga Distribusi Pangan yang Dibina melalaui kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat - Toko Tani Indonesia (PUPM-TTI)

 Lumbung Pangan Masyarakat

Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) merupakan kegiatan pengembangan cadangan pangan masyarakat dalam rangka pemberdayaan dan perlindungan masyarakat dari kerawanan pangan dengan memfasilitasi

(35)

- 31 -

pembangunan fisik lumbung. pengisian cadangan pangan dan penguatan kelembagaan kelompok.

Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat bertujuan :

1.

Meningkatkan volume cadangan pangan kelompok untuk menjamin akses dan kecukupan pangan bagi anggotanya; dan

2. Meningkatkan modal kelompok melalui pengembangan usaha ekonomi produktif di bidang pangan

.

Sasaran Kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat TA. 2019 adalah 443 (empat ratus empat puluh tiga) kelompok penerima manfaat yang berada di 26 (dua puluh enam) provinsi yang tersebar di 138 kabupaten/kota. Kelompok ini merupakan penerima manfaat pembangunan lumbung pangan melalui anggaran DAK Fisik Bidang Pertanian Tahun 2016 atau DAK tahun sebelumnya yang belum pernah mendapat bantuan pemerintah melalui APBN untuk pengisian cadangan pangan.

Anggaran bantuan pemerintah untuk kegiatan Lumbung Pangan di TA. 2019 di alokasikan sebesar Rp26.580.000.000 berupa uang. Realisasi anggaran sampai dengan 31 Desember 2019 sebesar Rp26.579.860.675. Rincian Realisasi Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) per satker adalah sebagai berikut :

KETERANGAN Uang

Pagu Realisasi 1814.102 Lumbung Pangan Masyarakat 26.580.000.000 26.579.860.675 Banper Berupa Uan

526312 Belanja Barang Bantuan Lainnya yang Memiliki Karakteristik Bantuan Pemerintah

26.580.000.000 26.579.860.675

029346 DINAS KETAHANAN PANGAN DAN

PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT 2.160.000.000 2.160.000.000

039427 DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH

3.420.000.000 3.420.000.000

049037 BADAN KETAHANAN PANGAN DAN

PENYULUHAN PROPINSI D.I. YOGYAKARTA 180.000.000 180.000.000

059444 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN

PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR 3.300.000.000 3.300.000.000

069027 DINAS PANGAN ACEH 720.000.000 720.000.000

089266 DINAS PANGAN PROVINSI SUMATERA

BARAT 660.000.000 660.000.000

109019 DINAS KETAHANAN PANGAN

PROVINSI JAMBI 240.000.000 240.000.000

119225 DINAS KETAHANAN PANGAN DAN

PETERNAKAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 1.140.000.000 1.140.000.000

129224 DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI LAMPUNG

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Keuangan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Entikong yang terdiri dari: (a) Laporan Realisasi Anggaran, (b) Neraca, (c) Laporan Operasional, (d) Laporan Perubahan

Laporan Keuangan Balai Karantina Pertanian Kelas II Palangkaraya yang terdiri dari: (a) Laporan Realisasi Anggaran, (b) Neraca, (c) Laporan Operasional, (d) Laporan Perubahan

Jika dijelaskan lebih lanjut mengenai sikap keagamaan, menurut Ramayulis (2007), sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang

Pelaksanaan pembinaan karakter agamis melalui program mentoring anak asuh Rumah Zakat ICD Ujungberung Bandung sudah terlaksana dengan maksimal, terlihat dari hasil yang

Jadi dapat disimpulkan bahwa ekuitas merek (brand equity), adalah kekuatan suatu merek (brand) yang dapat menambah atau mengurangi nilai dari merek itu sendiri dan dapat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran scaning electron microscope (SEM) kerusakan struktur dinding telur cacing Fasciola gigantica yang direndam

Untuk melihat seberapa besar Nilai Dukungan terhadap pencapaian sasaran, maka selanjutnya perlu dilakukan evaluasi terhadap pencapaian sasaran, maka selanjutnya

Respirasi adalah proses perombakan senyawa yang lebih kompleks di dalam sel seperti pati, gula dan asam organik, dengan menggunakan oksigen, sehingga