1
BUKU SAKU HAM
BAGI PETUGAS PEMASYARAKATAN
Pedoman tentang aspek-aspek Hak Asasi
Manusia di Lembaga Pemasyarakatan
ham.go.id
DIREKTORAT JENDERAL HAK ASASI MANUSIA
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI
Buku Saku HAM bagi Petugas Pemasyarakatan
DIREKTORAT JENDERAL HAK ASASI MANUSIA Jl. HR. Rasuna Said Kav. 4 -5, Kuningan, Jakarta Selatan
Tim Penyusun :
Pengarah : Dr. Mualimin Abdi, SH., MH Penanggung Jawab : Bambang Iriana Djajaatmadja, SH, LLM
Ketua : Bertha E. Saragi, SE, M.Si Sekretaris : Hery Susanto, SH
Anggota : 1. Dra. Fetty 2. Adhi Soewito, SH 3. Saptini Krisniwati, SH
Pakar/Penyusun Utama : 1. Dr. Eva Achjani Zulfa SH, MH 2. Nanang Syamsudin, Amd.IP, SH, MH
1
I. PETUGAS LEMBAGA PEMASYARAKATAN/RUTAN DAN
HAK ASASI MANUSIA
A. Prinsip-Prinsip Umum
Petugas Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan
Rumah Tahanan Negara (Rutan) menerima orang-orang yang
secara sah kehilangan kebebasan mereka. Petugas memiliki
tanggung jawab untuk menahan mereka dengan aman dan
kemudian membebaskan mereka kembali ke masyarakat. Hal
ini berarti, Petugas Lapas dan Rutan berada di garis depan
dalam rangka memberikan pelindungan hak asasi manusia
narapidana dan tahanan. Perampasan kebebasan tersebut
menempatkan narapida dan tahanan bergantung pada otoritas
yang melakukan pemenjaraan dan penahanan untuk
menghormati hak asasi manusia mereka. Oleh karena itu,
pihak otoritas lapas dan rutan memiliki tanggung jawab untuk
memastikan tidak hanya keputusan untuk menahan seorang
individu itu benar-benar sah, tetapi memperlakukan
narapidana/tahanan sesuai dengan standar norma hak asasi
manusia.
1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
2
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum,
Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
pelindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1
angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia).
2. Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap
perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk
aparat negara baik sengaja ataupun tidak disengaja,
atau kelalaian yang secara melawan hukum
mengurangi, menghalangi, membatasi, atau mencabut
hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang
yang dijamin oleh Undang-undang ini dan tidak
mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan
benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
(Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia).
3. Hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
(non derogale rights) oleh siapapun dan dalam
keadaan apapun, meliputi:
3
2. Hak untuk tidak disiksa;
3. Hak atas kemerdekaan berpikir/hati nurani dan hak
beragama;
4. Hak untuk tidak diperbudak;
5. Hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan
hukum;
6. Hak untuk tidak dapat dituntut atas dasar hukum
yang berlaku surut; dan
7. Hak untuk tidak dipenjara karena tidak ada
kemampuan memenuhi perjanjian.
4. Kewajiban negara yang timbul sebagai konsekuensi
logis dari adanya ketentuan menurut hukum HAM
internasional, bahwa individu adalah pihak yang
memegang HAM (right bearer) dan negara berposisi
sebagai pemegang kewajiban (duty bearer) terhadap
HAM, ialah:
1. Melindungi (to protect)
2. Memenuhi (to fulfill)
3. Menghormati (to respect)
4. Memajukan (to promote)
5. Menegakan (to enforce)
4
5. Hak asasi manusia yang berlaku bagi anggota
masyarakat umum sama dengan yang berlaku
bagi narapidana dan tahanan. Satu-satunya
perbedaan adalah narapidana dan tahanan tidak
dapat menikmati hak kebebasan mereka (freedom of
movement) selama jangka waktu tertentu. Namun
demikian,
narapidana/
tahanan
seharusnya
diperlakukan sama seperti manusia lain, di hormati
hak mereka yang tidak dapat dicabut, karena
hukuman yang dijatuhkan kepada narapidana dan
proses hukum yang tengah dihadapi tahanan tidak
berarti mengambil/mencabut semua hak mereka.
6. Hak asasi manusia bersifat universal dan tidak
dapat
dicabut;
tidak
terpisahkan;
saling
tergantung dan saling terkait satu dengan yang
lainnya:
a. HAM bersifat universal karena semua orang lahir
dengan dan memiliki hak yang sama, terlepas dari
mana mereka tinggal, jenis kelamin, ras, atau agama,
atau latar belakang budaya atau etnis mereka.
b. HAM tidak dapat dicabut karena hak-hak setiap
semena-5
mena.
c. HAM tidak terpisahkan dan saling tergantung karena
semua hak, baik politik, sipil, sosial, budaya dan
ekonomi, sama pentingnya dan tidak dapat
sepenuhnya dinikmati tanpa hak yang lain.
d. HAM berlaku untuk semua secara sama dan semua
memiliki hak untuk berpartisipasi dalam keputusan
yang mempengaruhi kehidupan mereka.
e. HAM perlu ditegakkan oleh aturan hukum dan
diperkuat melalui klaim (tuntutan) yang ditujukan
kepada negara, utamanya pemerintah, karena
negara/pemerintah bertanggung jawab untuk
menjamin penikmatan setiap hak asasi manusia
sesuai dengan standar internasional
7. Aparat penegak hukum harus menghormati dan
melindungi martabat manusia serta melakukan
penegakan hukum dalam rangka pemajuan,
pelindungan, penegakan, dan pemenuhan HAM bagi
seluruh umat manusia (Pasal 2 United Nations Code of
Conduct for Law Enforcement Officials)
6
setiap tindakan yang melanggar hukum, kode etik, dan
prinsip-prinsip dalam pemajuan, pelindungan,
penegakan, dan pemenuhan HAM (Pasal 8 Code of
Conduct)
9. Segala tindakan penegak hukum harus menghormati
prinsip-prinsip:
o
hukum,
o
kewajaran,
o
tidak diskriminasi,
o
proporsionalitas, dan
o
kemanusiaan;
(Pasal 2,3, 5, 7 dan 8 Code of Conduct)
B. PELINDUNGAN HAM BAGI PETUGAS PEMASYARAKATAN
Petugas
Lembaga
Pemasyarakatan
(Lapas)
mempunyai posisi yang dilema. Di satu sisi secara ideal
berperan sebagai penjaga keamanan dan ketertiban dalam
menyelenggarakan tugas pemasyarakatan yang berbasis hak
asasi manusia, mememiliki suatu kewenangan/hak istimewa
untuk menggunakan instrumen dan metode kekerasan, dan
dalam konteks penegakan hukum sebagai pihak yang pertama
7
kali berhadapan dengan kemungkinan tindakan pelanggaran di
wilayah kerjanya. Di sisi lain, penggunaan kekerasan tersebut
bisa disalahgunakan dan akan menghasilkan potensi
pelanggaran hak asasi manusia.
Situasi dilema tersebut perlu diberikan rambu-rambu,
yaitu
dengan
memberikan
toleransi
penggunaan
instrumen/metode kekerasan yang dikompromikan dengan
pelindungan hak asasi, baik hak asasi publik maupun hak asasi
dari Petugas Pemasyarakatan itu sendiri, dengan menetapkan
prasyarat normatif, seperti Prinsip Proporsionalitas, Prinsip
Keperluan Mendesak (necessity), Keabsahan secara Hukum
(lawfulness), dan akuntabilitas.
8
Prinsip Umum HAM Dasar Hukum/Instrumen HAM
Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor : 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor : 5076);
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5038);
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (Lembaran Negara Republik Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5038);
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor : 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076);
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Nomor : 5076);
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;
Peraturan Pemerintah Nomor : 58 Tahun 1999 Tentang Syarat-Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan.
9
Kegiatan Aktivitas Norma HAM Landasan Hukum
Penerimaan dan Pendaftaran
o Pemeriksaan dan meneliti terhadap keabsahan surat-surat dokumen dan mencocokan identitas narapidana : - Surat pengantar dari
instansi - Surat putusan Pengadilan yang memutus perkara - Surat perintah pelaksanaan putusan Pengadilan dan berita acara pelaksanaan putusan pengadilan dari Kejaksaan Negeri. - Surat-surat lain yang
berkaitan dengan
PRINSIP HAM TERHADAP HAK ATAS KEBEBASAN PRIBADI DALAM PENANGANAN NARAPIDANA
Orang yang dirampas kebebasannya harus di tempatkan di tempat yang secara resmi diakui sebagai tempat pemasyarakatan.
Prinsip pada Ringkasan Eksekusi, prinsip 6 Pasal 38 Ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
Pasal 1 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 34 UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 1 PP No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Semua narapidana harus segera diberi informasi tertulis tentang peraturan yang berlaku bagi mereka
Prinsip tentang Penahanan atau Penjara, prinsip 13 SMR, aturan 35
10 perkaranya.
o Penggeledahan badan dan barang bawaan o Pencatatan identitas jati
diri narapidana termasuk pengambilan o Melakukan perhitungan
tanggal bebas, pengurangan masa pidana (remisi) dan pentahapan masa pidana. o Melakukan pencatatan
dan penyimpanan barang bawaan/ titipan narapidana.
dan tentang hak dan kewajiban
mereka. Pasal 52 Ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 14 UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
Keluarga, perwakilan hukum dan, jika sesuai, misi diplomatik narapidana akan menerima informasi lengkap tentang fakta penahanan mereka dan di mana mereka ditahan.
Prinsip tentang Penahanan atau Penjara, prinsip 12 Prinsip pada Ringkasan Eksekusi, prinsip 6 Pasal 52 Ayat 1 UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
Semua narapidana diberikan hak atas pemeriksaan medis dan perawatan yang tepat sesegera mungkin setelah masuk.
Prinsip tentang Penahanan atau Penjara, prinsip 24 SMR, aturan 24
Pasal 11 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 9 UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 14 PP No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
11 PENGELOLAAN NARAPIDANA
Semua orang yang dirampas kebebasannya harus diperlakukan dengan manusia dan dengan menghormati martabat manusia yang melekat.
Semua orang yang dirampas kebebasannya memiliki hak atas standar hidup yang layak, termasuk makanan yang cukup, air minum, akomodasi, pakaian, dan selimut. Akomodasi untuk narapidana harus menyediakan konten kubik yang cukup dari udara, ruang lantai, pencahayaan, pemanas dan ventilasi.
SMR, aturan 10
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 2 dan Pasal 4 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pasal 7 dan Pasal 19 PP No. 32 Tentang Tata Cara dan Syarat Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Permenkumham No. 40 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Makanan bagi Tahanan, Anak dan Narapidana
Pakaian sebagai komponen hak atas standar hidup yang layak adalah hak asasi manusia.
ICESCR, pasal 11
Pasal 5 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 7 PP No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Permenkumham No. 40 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Makanan bagi Tahanan, Anak dan Narapidana
12 Semua narapidana yang tidak
diizinkan untuk mengenakan pakaian mereka sendiri harus diberikan pakaian yang cocok.
SMR, aturan 17 ayat (1)
Pasal 5 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 5 Ayat (3) UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pasal 7 PP No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Permenkumham No. 40 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Makanan bagi Tahanan, Anak dan Narapidana
HAK ATAS KESEHATAN UNTUK NARAPIDANA Menikmati standar kesehatan fisik
dan mental tertinggi yang dapat dicapai adalah hak asasi manusia
ICESCR, pasal 12
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 4 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 14 PP No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
HAK RASA AMAN DALAM PENGELOLAAN NARAPIDANA Lapas harus lingkungan yang aman
bagi semua orang yang tinggal dan bekerja di dalamnya, termasuk untuk
SMR, aturan 27
Pasal 46 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
13 narapidana, petugas pemasyarakatan,
dan untuk pengunjung. Tidak seorang pun di penjara harus
takut akan keamanan fisiknya. SMR, aturan 27
Pasal 46 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 15 Ayat (3) PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
Tidak ada narapidana yang akan dihukum sebelum diberi tahu tentang dugaan pelanggaran dan memiliki kesempatan untuk menghadirkan pembelaan yang layak.
SMR, aturan 30 ayat (2)
HAK ATAS KUNJUNGAN KELUARGA BAGI NARAPIDANA Narapidana asing akan diizinkan
untuk berkomunikasi dengan perwakilan diplomatik mereka.
SMR, aturan 38
Permintaan seorang narapidana untuk ditahan di Lapas dekat rumahnya akan diberikan sejauh mungkin.
Prinsip tentang Penahanan atau Penjara, prinsip 20 Pasal 12 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
MEKANISME KEBERATAN DAN PENGADUAN ATAS PERLAKUAN BAGI NARAPIDANA Setiap narapidana saat masuk akan
diberikan informasi tertulis tentang peraturan dan tentang keluhan dan prosedur disipliner dalam bahasa yang dia mengerti. Jika perlu, aturan
SMR, aturan 35
Pasal 15 huruf i UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
14 ini harus dijelaskan secara lisan.
LAPAS KHUSUS Semua orang setara di hadapan
hukum dan berhak, tanpa diskriminasi, untuk pelindungan hukum yang sama.
UDHR, pasal 7 ICCPR, pasal 2 dan 26
Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial, Pasal 2 dan 5 Pasal 5 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 2 Permenkumham No. 3 Tahun 2018 tentang Syarat Dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat Seorang narapidana yang tidak cukup
memahami atau berbicara bahasa yang digunakan oleh pihak berwenang berhak untuk menerima informasi yang relevan segera dalam bahasa yang dia mengerti.
SMR, aturan 38 ayat (2)
Narapidana yang merupakan warga negara dari Negara-negara tanpa perwakilan diplomatik di negara atau pengungsi atau orang tanpa kewarganegaraan harus diizinkan fasilitas yang wajar untuk berkomunikasi dengan perwakilan diplomatik Negara yang mengambil
15 alih kepentingan mereka atau otoritas
nasional atau organisasi internasional yang tugasnya adalah untuk memberikan pelindungan.
LAPAS WANITA Perempuan berhak atas kenikmatan
dan pelindungan yang setara atas semua hak asasi manusia di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil, dan semua bidang lainnya.
UDHR, artikel 2 ICCPR, pasal 3 CEDAW, pasal 1, 2 dan 3
Deklarasi tentang Kekerasan terhadap Perempuan, pasal 3
Pasal 5 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 3 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 2 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Narapidana wanita tidak akan
mengalami diskriminasi dan harus dilindungi dari segala bentuk kekerasan atau eksploitasi.
CEDAW, pasal 1, 6 dan 7
Deklarasi tentang Kekerasan terhadap Perempuan, pasal 2 dan 4
Pasal 2 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Narapidana perempuan harus ditahan
secara terpisah dari Narapidana laki-laki.
Prinsip tentang Penahanan atau Penjara, prinsip 5 SMR, aturan 8 (a)
16 Pemasyarakatan
Pasal 49 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Wanita hamil dan ibu menyusui yang dipenjara harus diberikan fasilitas khusus yang mereka perlukan untuk kondisi mereka.
SMR, aturan 23 ayat (1)
Pasal 49 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 128 Ayat (2) UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
LPKA/Anak Anak Didik Pemasyarakatan harus
diperlakukan dengan cara yang mempromosikan rasa martabat dan nilai mereka, memfasilitasi reintegrasi mereka ke dalam masyarakat, mencerminkan kepentingan terbaik mereka dan mempertimbangkan kebutuhan mereka.
CRC, pasal 3 dan 37 Aturan Beijing, aturan 1, 5 dan 6
Aturan untuk Remaja, aturan 1,4,14,31,79 dan 80 Pasal 3 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 2 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Pasal 3 dan Pasal 14 PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
Pasal 1 PP No. 32 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak
17 Warga Binaan Pemasyarakatan
Anak-anak yang ditahan harus dipisahkan dari narapidana dewasa. Remaja yang dituduh harus dipisahkan dari orang dewasa dan dibawa ke pengadilan secepat mungkin.
ICCPR, pasal 10, para.2 (b) CRC, pasal 37 (c)
Aturan Beijing, aturan 13.4 dan 26.3 Aturan untuk Remaja, aturan 29 Pasal 18 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 3 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Pasal 16 PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan Privasi seorang anak yang ditahan
harus dihormati, dan catatan lengkap dan aman harus dijaga dan dijaga kerahasiaannya.
CRC, pasal 40, para.2 (b) (vii) Aturan Beijing, aturan 21.1
Pasal 3 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Pemeriksaan
Kesehatan o Melakukan pemeriksaan kesehatan, skrining dan mencatat hasil pemeriksaan kesehatan dalam laporan kesehatan
PRINSIP UMUM HAM Semua manusia dilahirkan bebas dan
setara dalam martabat dan hak DUHAM Pasal 1 ICCPR
Pasal 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
18 Pemasyarakatan
Pasal 4 UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Pasal 2 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Pasal 4 UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
Tidak seorang pun boleh mengalami penyiksaan atau perlakuan atau hukuman yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia tanpa kecuali.
DUHAM Pasal 5 ICCPR Pasal 7
Konvensi Anti Penyiksaan (CAT) Pembukaan dan Pasal 2
Kode Perilaku Petugas Pemasyarakatan Pasal 5 Pasal 47 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 34 UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Pasal 3 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Pasal 33 UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
19 Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Penyiksaan merupakan tindakan apa
pun yang menderitakan atau penderitaan fisik atau mental yang berat secara sengaja ditimpakan pada seseorang, kecuali yang berkaitan dengan pemidanaan yang sah menurut hukum.
Pasal 1 Konvensi Anti Penyiksaan
Pasal 1 UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
Narapidana (dengan persetujuan atau tanpa persetujuannya) tidak dapat dijadikan subyek percobaan medis atau ilmiah yang dapat merugikan kesehatan.
Pasal 7 Statuta Roma
Pasal 14 PP No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
PRINSIP HAM TERHADAP HAK ATAS KEBEBASAN PRIBADI DALAM PENANGANAN NARAPIDANA
Setiap individu yang mengalami penyiksaan memiliki hak untuk mengajukan keluhan dan agar kasusnya diperiksa dengan tepat dan tidak memihak oleh pihak yang berwenang
Pasal 13 CAT
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 17 UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
20 Pasal 26 PP No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Semua narapidana harus ditawari pemeriksaan medis dan perawatan yang tepat sesegera mungkin setelah masuk.
Prinsip tentang Penahanan atau Penjara, prinsip 24 SMR, aturan 24
Pasal 11 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 9 UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 14 PP No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
PEMENUHAN HAK ATAS KESEJAHTERAAN DAN KEHIDUPAN LAYAK DALAM PENGELOLAAN NARAPIDANA
Semua orang yang dirampas kebebasannya memiliki hak atas standar hidup yang layak, termasuk makanan yang cukup, air minum, akomodasi, pakaian, dan selimut.
SMR, aturan 10
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
21 Akomodasi untuk narapidana harus
menyediakan konten kubik yang cukup dari udara, ruang lantai, pencahayaan, pemanas dan ventilasi.
Pasal 3 PP No. 31 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan Pasal 7 dan Pasal 19 PP No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Permenkumham No. 40 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Makanan bagi Tahanan, Anak dan Narapidana
Makanan dan air minum yang
memadai adalah hak asasi manusia. ICESCR, pasal 11
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 48 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 3 PP No. 31 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
Pasal 29 PP No. 58 Tahun 1999 Tentang Syarat-syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan Pasal 19 PP No 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Permenkumham No. 40 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Makanan bagi Tahanan, Anak dan Narapidana
22 Semua narapidana harus diberikan
makanan sehat dan memadai pada jam-jam biasa dan dengan air minum tersedia kapan saja dibutuhkan.
SMR, aturan 20
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 19 PP No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Permenkumham No. 40 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Makanan bagi Tahanan, Anak dan Narapidana
Pakaian sebagai komponen hak atas standar hidup yang layak adalah hak asasi manusia.
ICESCR, pasal 11
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 7 PP No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Permenkumham No. 40 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Makanan bagi Tahanan, Anak dan Narapidana
Akan ada fasilitas untuk menjaga pakaian bersih dan dalam kondisi yang layak.
SMR, aturan 17 ayat (2) dan 18 Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Permenkumham No. 40 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Makanan bagi Tahanan,
23 Anak dan Narapidana
Semua narapidana harus dilengkapi dengan tempat tidur terpisah dan tempat tidur bersih, dengan fasilitas untuk menjaga kebersihan tempat tidur.
SMR, aturan 19
Pasal 5 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Permenkumham No. 40 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Makanan bagi Tahanan, Anak dan Narapidana
Harus ada fasilitas untuk mencuci dan mengeringkan pakaian dan tempat tidur secara teratur.
SMR, aturan 19
Permenkumham No. 40 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Makanan bagi Tahanan, Anak dan Narapidana
HAK ATAS KESEHATAN UNTUK NARAPIDANA Menikmati standar kesehatan fisik
dan mental tertinggi yang dapat dicapai adalah hak asasi manusia.
ICESCR, pasal 12
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 14 PP No. 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Pasal 4 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Merupakan persyaratan dasar bahwa
semua tahanan harus diberikan pemeriksaan medis segera setelah mereka dimasukkan ke penjara atau tempat penahanan.
Prinsip tentang Penahanan atau Penjara, prinsip 24 SMR, aturan 24
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
24 Pasal 14 PP No. 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Pasal 28 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Keputusan Dirjen Pemasyarakatan Kemenkumham No. PAS-129.PK.01.07.01 tahun 2017 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN) Pengendalian HIV-AIDS bagi Warga Binaan Pemasyarakatan dan Tahanan di Indonesia tahun 2017-2019 Perawatan medis yang diperlukan
harus diberikan gratis. Prinsip tentang Penahanan atau Penjara, prinsip 24 Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 17 PP No. 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Pasal 28 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Narapidana umumnya harus memiliki
hak untuk meminta pendapat medis kedua.
Prinsip tentang Penahanan atau Penjara, prinsip 25 Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Narapidana memiliki hak atas standar kesehatan fisik dan mental tertinggi yang dapat dicapai.
UDHR, pasal 25 ICESCR, pasal 12
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
25 Pasal 14 PP No. 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Pasal 4 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Narapidana harus memiliki akses
gratis ke layanan kesehatan yang tersedia di negara tersebut.
BPT, prinsip 9
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 17 PP No. 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Pasal 28 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Keputusan tentang kesehatan seorang
narapidana harus diambil hanya atas dasar medis oleh orang-orang yang berkualifikasi medis.
SMR, aturan 25
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 15 PP No. 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Pasal 22 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Petugas medis memiliki tanggung
jawab penting untuk memastikan bahwa standar kesehatan yang tepat terpenuhi. Ia dapat melakukan ini dengan secara teratur memeriksa dan
SMR, aturan 26
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
26 memberi nasihat kepada Kepala
Lapas tentang kesesuaian makanan, air, kebersihan, kebersihan, sanitasi, pemanasan, penerangan, ventilasi, pakaian, tempat tidur, dan kesempatan untuk berolahraga.
Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Pasal 23 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Setiap Lapas harus memiliki fasilitas kesehatan dan staf medis yang tepat untuk menyediakan berbagai kebutuhan kesehatan, termasuk perawatan gigi dan psikiater. Narapidana yang sakit yang tidak dapat dirawat di Lapas, seperti narapidana dengan penyakit mental, harus dipindahkan ke rumah sakit atau ke rumah sakit khusus.
SMR, aturan 22 ayat (1) dan (2) Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 14 PP No. 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Semua narapidana harus memiliki
akses ke dokter gigi. SMR, aturan 22 ayat (3)
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 14 PP No. 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Pasal 94 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Layanan untuk diagnosis psikiatri
dan, jika sesuai, pengobatan harus tersedia di setiap penjara.
SMR, aturan 22 ayat (1)
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
27 Pasal 14 PP No. 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Pasal 149 Ayat (3) UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Narapidana yang gila tidak akan ditahan di Lapas, tetapi dipindahkan sesegera mungkin ke lembaga mental.
SMR aturan 82 ayat (1)
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 149 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Narapidana yang menderita penyakit mental lainnya harus dirawat di institusi khusus di bawah manajemen medis.
SMR, aturan 82 ayat (2)
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Selama mereka tinggal di Lapas, narapidana yang sakit jiwa dan gila harus diawasi oleh petugas medis.
SMR, aturan 82 ayat (3)
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 14 PP No. 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Pasal 147 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
28 Penting bahwa perawatan kesehatan
bagi narapidana diberikan oleh setidaknya satu petugas medis yang berkualifikasi
SMR, aturan 22 ayat (1)
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 14 PP No. 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Tanggung jawab utama petugas perawatan kesehatan adalah untuk melindungi kesehatan semua narapidana.
Prinsip Etika Medis, prinsip 1 hingga 6 Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 15 PP No. 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Petugas perawatan kesehatan tidak akan melakukan atau memberikan izin mereka untuk tindakan apa pun yang dapat berdampak negatif pada kesehatan narapidana.
Prinsip Etika Medis, prinsip 1 hingga 6 Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 23 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Semua narapidana harus diberi
fasilitas untuk memenuhi kebutuhan alam dengan cara yang bersih dan layak serta menjaga kebersihan dan penampilan yang baik.
SMR, aturan 12 hingga 16
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 163 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
29 setidaknya satu jam berangin-angin di
udara terbuka jika cuaca memungkinkan.
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
PP No. 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
HAK RASA AMAN DALAM PENGELOLAAN NARAPIDANA Tidak seorang pun di penjara harus
takut akan keamanan fisiknya. SMR, aturan 27
Pasal 46 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 15 Ayat (3) PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
Semua hukuman yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan sama sekali dilarang, termasuk hukuman fisik atau ditempatkan di sel gelap.
SMR, aturan 31
Pasal 47 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 26 PP No. 32 Tahun 1999 sebagai mana telah diubah terakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Hukuman dengan kurungan yang ketat atau pengurangan diet tidak akan pernah terjadi kecuali narapidana dinyatakan oleh petugas medis sebagai sehat secara medis untuk mempertahankannya.
30 HAM DALAM PROSES PEMBINAAN NARAPIDANA
Peraturan perundang-undangan nasional tentang kesehatan dan keselamatan di tempat kerja akan berlaku di Lapas dengan cara yang sama seperti di masyarakat.
SMR, aturan 71 ayat (5), 72 ayat (1), dan 74
LAPAS WANITA Wanita hamil dan ibu menyusui yang
dipenjara harus diberikan fasilitas khusus yang mereka perlukan untuk kondisi mereka.
SMR, aturan 23 ayat (1)
UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 41
Pasal 128 Ayat (2) UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Kapan pun praktis, narapidana wanita harus dibawa ke rumah sakit/klinik kebidanan di luar (Lapas) untuk melahirkan.
SMR, aturan 23 ayat (1)
Pasal 49 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 73 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan LPKA/Anak
Anak-anak tidak akan dikenakan hukuman fisik, hukuman mati atau penjara seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan.
CRC, pasal 37 (a) Aturan Beijing, aturan 27
Aturan untuk Remaja, aturan 64,66 dan 67 Pasal 3 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
31 dipisahkan dari narapidana dewasa.
Remaja yang dituduh harus dipisahkan dari orang dewasa dan dibawa ke pengadilan secepat mungkin.
CRC, pasal 37 (c)
Aturan Beijing, aturan 13.4 dan 26.3 Aturan untuk Remaja, aturan 29 Pasal 18 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 3 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Pasal 16 PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan Orang tua harus diberitahu tentang
penerimaan, transfer, pembebasan, penyakit, cedera atau kematian seorang remaja.
CRC, pasal 37 (c) dan pasal 40, para.2 (b) (ii) Aturan Beijing, aturan 10.1 dan 26.5 SMR, aturan 37 dan 44
Aturan untuk Remaja, peraturan 56 dan 57 Pasal 3 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Pasal 61; Pasal 62; Pasal 64; dan Pasal 65 PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
Pasal 17 dan Pasal 18 PP No. 32 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara
32 Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan Hak Terpidana Seumur Hidup
Tujuan utama dari perawatan terpidana adalah perubahan perilaku dan rehabilitasi sosial mereka.
ICCPR, pasal 10, para.3
Pasal 3 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 2 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Pasal 73 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 1 PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan Pasal 1 PP No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Penilaian dan
Klasifikasi Profiling, pengkategorian dan pengklasifikasian Semua manusia dilahirkan bebas dan PRINSIP UMUM HAM setara dalam martabat dan hak. DUHAM Pasal 1
ICCPR
Pasal 5 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
33 Publik
Pasal 2 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Pasal 4 UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
Pasal 3 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Penilaian resiko pengulangan tindak pidana kembali
Hak asasi manusia berasal dari martabat yang melekat pada diri pribadi manusia yang tidak dapat dikurangi dan dikesampingkan
DUHAM Pasal 1 ICCPR (Pembukaan)
Pasal 5 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 4 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Penilaian faktor kriminologi Semua orang yang dirampas kebebasannya harus diperlakukan dengan manusiawi dan dengan tetap
menghormati martabat
kemanusiaannya.
Prinsip 1 Pelindungan dari segala bentuk penahanan dan Pemenjaraan
DUHAM Pasal 5
Tidak seorang pun boleh mengalami penyiksaan atau perlakuan atau hukuman yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia tanpa kecuali.
ICCPR Pasal 7
Konvensi Anti Penyiksaan (CAT) Pembukaan dan Pasal 2
34
Pasal 47 UU No. 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan
Pasal 34 UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Pasal 3 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Pasal 33 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 26 PP No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Eksekusi mati sama sekali dilarang kecuali berdasarkan suatu putusan yang sah dan berkekuatan hukum tetap
Pasal 22 Prinsip Pemenjaraan dan Penahanan Pasal 3 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Pasal 73 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Semua petugas penegak hukum harus diinformasikan sepenuhnya dan dididik tentang larangan penyiksaan dan penganiayaan
Pasal 10 Konvensi Anti Penyiksaan
Pasal 47 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
35 Manusia
Perintah dari atasan tidak boleh digunakan sebagai justifikasi penyiksaan
Pasal 2 Konvensi Anti Penyiksaan
Pasal 34 UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Pasal 4 PP No. 58 Tahun 1999 Tentang Syarat-Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan HAK ATAS KEBEBASAN PRIBADI DALAM PENANGANAN NARAPIDANA Petugas penegak hukum dapat
menggunakan kekerasan hanya jika benar-benar diperlukan
Pasal 3 Code of Conduct
Pasal 73 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Orang yang dirampas kebebasannya harus di tempatkan di tempat yang secara resmi diakui sebagai tempat pemasyarakatan
Prinsip pada Ringkasan Eksekusi, prinsip 6 Pasal 38 Ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
Pasal 1 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 34 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 1 PP No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
36 Pemasyarakatan
HAK ATAS KESEHATAN UNTUK NARAPIDANA Setiap Lapas harus memiliki fasilitas
kesehatan dan staf medis yang tepat untuk menyediakan berbagai kebutuhan kesehatan, termasuk perawatan gigi dan psikiater. Narapidana yang sakit yang tidak dapat dirawat di Lapas, seperti narapidana dengan penyakit mental, harus dipindahkan ke rumah sakit atau ke rumah sakit khusus.
SMR, aturan 22 ayat (1) dan (2)
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 14 PP No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Pasal 94 dan Pasal 149 Ayat (2) UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
HAK RASA AMAN DALAM PENGELOLAAN NARAPIDANA Pengekangan dapat digunakan hanya
sebagai tindakan pencegahan terhadap pelarian selama pemindahan. Narapidana harus segera di lepaskan saat tindakan ini tidak lagi sangat diperlukan, atau ketika narapidana muncul di hadapan otoritas peradilan atau administratif; atau atas dasar medis.
SMR, aturan 33
Pasal 47 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Penempatan o Pemberian penjelasan tentang hak, kewajiban dan peraturan tata tertib Lembaga Pemasyarakatan o Menempatkan narapidana
pada kamar yang
PRINSIP HAM TERHADAP HAK ATAS KEBEBASAN PRIBADI DALAM PENANGANAN NARAPIDANA
Semua narapidana harus segera diberi informasi tertulis tentang peraturan yang berlaku bagi mereka dan tentang hak dan kewajiban
Prinsip tentang Penahanan atau Penjara, prinsip 13 SMR, aturan 35
37
ditentukan. mereka. Kekuasaan Kehakiman
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,
Pasal 14 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Keluarga, perwakilan hukum dan, jika sesuai, misi diplomatik narapidana akan menerima informasi lengkap tentang fakta penahanan mereka dan di mana mereka ditahan.
Prinsip tentang Penahanan atau Penjara, prinsip 12 Prinsip pada Ringkasan Eksekusi, prinsip 6 Pasal 52 Ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
PEMENUHAN HAK ATAS KESEJAHTERAAN DAN KEHIDUPAN LAYAK DALAM PENGELOLAAN NARAPIDANA
Semua orang yang dirampas kebebasannya harus diperlakukan dengan manusia dan dengan menghormati martabat manusia yang melekat
SMR, aturan 10
Pasal 5 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 2 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Permenkumham No. 40 tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Makanan bagi Tahanan, Anak dan Narapidana
HAK RASA AMAN DALAM PENGELOLAAN NARAPIDANA Lapas harus lingkungan yang aman
bagi semua orang yang tinggal dan bekerja di dalamnya, dengan kata lain untuk narapidana, petugas
SMR, aturan 27
Pasal 46 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
38 pemasyarakatan, dan untuk
pengunjung.
Tidak seorang pun di penjara harus
takut akan keamanan fisiknya. SMR, aturan 27
Pasal 46 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 15 Ayat (3) PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
MEKANISME KEBERATAN DAN PENGADUAN ATAS PERLAKUAN BAGI NARAPIDANA Setiap narapidana saat masuk akan
diberikan informasi tertulis tentang peraturan dan tentang keluhan dan prosedur disipliner dalam bahasa yang dia mengerti. Jika perlu, aturan ini harus dijelaskan secara lisan.
SMR, aturan 35
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 15 huruf i UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
LAPAS KHUSUS Semua orang setara di hadapan
hukum dan berhak, tanpa diskriminasi, untuk pelindungan hukum yang sama.
UDHR, pasal 7 ICCPR, pasal 2 dan 26
Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial, pasal 2 dan 5 Pasal 5 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
39 Syarat Dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat
LAPAS WANITA Narapidana wanita tidak akan
mengalami diskriminasi dan harus dilindungi dari segala bentuk kekerasan atau eksploitasi.
CEDAW, pasal 1, 6 dan 7
Deklarasi tentang Kekerasan terhadap Perempuan, pasal 2 dan 4
Pasal 5 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Narapidana perempuan harus ditahan secara terpisah dari Narapidana laki-laki.
Prinsip tentang Penahanan atau Penjara, prinsip 5 SMR, aturan 8 (a)
Pasal 12 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 49 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Narapidana wanita harus diawasi dan dibina hanya oleh petugas dan staf perempuan.
SMR, aturan 53
Pasal 49 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
40 Wanita hamil dan ibu menyusui yang
dipenjara harus diberikan fasilitas khusus yang mereka perlukan untuk kondisi mereka.
SMR, aturan 23 ayat (1)
Pasal 49 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 128 Ayat (2) UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
LPKA/Anak Anak-anak yang ditahan harus
dipisahkan dari tahanan dewasa. Remaja yang dituduh harus dipisahkan dari orang dewasa dan dibawa ke pengadilan secepat mungkin.
ICCPR, pasal 10, para.2 (b) CRC, pasal 37 (c)
Aturan Beijing, aturan 13.4 dan 26.3 Aturan untuk Remaja, aturan 29 Pasal 18 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 3 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Pasal 16 PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan Privasi seorang anak yang ditahan
harus dihormati, dan catatan lengkap dan aman harus dijaga dan dijaga kerahasiaannya.
CRC, pasal 40, para.2 (b) (vii) Aturan Beijing, aturan 21.1
Pasal 3 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
41 Mapenaling (Masa Pengenalan Lingkungan) o Perencanaan program Mapenaling o Penentuan dan penunjukan Wali Narapidana o Perkenalan narapidana
dengan unit-unit kerja yang secara teknis melaksanakan tugas dan fungsi pada Lembaga Pemasyarakatan
PRINSIP HAM TERHADAP HAK ATAS KEBEBASAN PRIBADI DALAM PENANGANAN NARAPIDANA
Semua narapidana harus segera diberi informasi tertulis tentang peraturan yang berlaku bagi mereka dan tentang hak dan kewajiban mereka.
Prinsip tentang Penahanan atau Penjara, prinsip 13 SMR, aturan 35
Pasal 52 Ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 14 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
PRINSIP HAM TERHADAP HAK ATAS KEBEBASAN PRIBADI DALAM PENANGANAN NARAPIDANA
Keluarga, perwakilan hukum dan, jika sesuai, misi diplomatik narapidana akan menerima informasi lengkap tentang fakta penahanan mereka dan di mana mereka ditahan.
Prinsip tentang Penahanan atau Penjara, prinsip 12 Prinsip pada Ringkasan Eksekusi, prinsip 6 Pasal 52 Ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
HAM DALAM PROSES PEMBINAAN NARAPIDANA Tujuan utama dari otoritas Lapas
dalam memperlakukan narapidana adalah untuk mendorong reformasi pribadi dan rehabilitasi sosial.
ICCPR, pasal 10, para.3
Pasal 3 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 1 PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
42 Pasal 1 PP No. 32 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Tujuan dari rezim penjara seharusnya adalah membantu narapidana untuk menjalani kehidupan yang taat hukum dan mandiri setelah mereka dibebaskan.
SMR, aturan 65 dan 66 (1) Pasal 3 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 1 PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan Pasal 1 PP No. 32 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
MEKANISME KEBERATAN DAN PENGADUAN ATAS PERLAKUAN BAGI NARAPIDANA Setiap narapidana saat masuk akan
diberikan informasi tertulis tentang peraturan dan tentang keluhan dan prosedur disipliner dalam bahasa yang dia mengerti. Jika perlu, aturan ini harus dijelaskan secara lisan.
SMR, aturan 35
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 15 huruf i UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
Pemberian Program Pembinaan
Pemberian Program
Pembinaan Kepribadian Tujuan utama dari otoritas Lapas dalam memperlakukan narapidana adalah untuk mendorong reformasi pribadi dan rehabilitasi sosial.
ICCPR, pasal 10, para.3
Pasal 3 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
43 Pendidikan Nasional
Pasal 1 PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan Pasal 1 PP No. 32 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Tujuan dari rezim penjara seharusnya adalah membantu narapidana untuk menjalani kehidupan yang taat hukum dan mandiri setelah mereka dibebaskan.
SMR, aturan 65 dan 66 (1)
Pasal 3 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 1 PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan Pasal 1 PP No. 32 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Dari awal pertimbangan hukuman penjara harus diberikan kepada masa depannya setelah dibebaskan dan narapidana harus dibantu untuk memastikan reintegrasi ke masyarakat di masa depan.
SMR, aturan 81; BPT, prinsip 10
Pasal 3 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 1 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
44 Pasal 1 PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan Pasal 1 PP No. 32 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Semua lembaga dan layanan yang bertanggung jawab untuk reintegrasi narapidana ke dalam masyarakat harus memastikan bahwa semua narapidana memiliki sarana dan sumber daya yang tersedia untuk mempertahankan diri mereka dalam periode segera setelah pembebasan mereka.
SMR, aturan 81 BPT, prinsip 10
Pasal 3 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 1 PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan Pasal 1 PP No. 32 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Pelatihan kejuruan harus disediakan,
terutama bagi narapidana muda ICESCR, pasal 13 CRC, pasal 28
Aturan untuk Remaja, aturan 38 dan 42 Pasal 2 PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan
45 Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
Pendidikan dan kegiatan budaya harus disediakan dan didorong, termasuk akses ke perpustakaan yang memadai.
UDHR, artikel 26 dan 27 ICESCR, pasal 13 SMR, aturan 40,77 dan 78
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 5 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 1 PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan Pasal 1 PP No. 32 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Pendidikan di Lapas harus ditujukan untuk mengembangkan keseluruhan pribadi, dengan mempertimbangkan latar belakang sosial, ekonomi dan budaya narapidana.
BPT, prinsip 6
Resolusi Dewan Ekonomi dan Sosial 1990/20 dari 24 Mei 1990, paragraf 3 (a)
Pasal 1 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
46 Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan Pendidikan wajib bagi narapidana
muda dan narapidana yang buta huruf. Otoritas Lapas harus memberikan prioritas tinggi ini.
SMR, aturan 77
UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 8 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 22 PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan Komunitas luar harus dilibatkan
sebanyak mungkin dalam kegiatan pendidikan dan budaya di Lapas.
Resolusi Dewan Ekonomi dan Sosial 1990/20 dari 24 Mei 1990, paragraf 3 (i)
Pasal 5 PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan Pasal 10 PP No. 32 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Pemberian Program
Pembinaan Kemandirian Narapidana dewasa yang sehat secara medis harus bekerja. Sejauh mungkin, pekerjaan ini harus memberi mereka keterampilan yang akan memungkinkan mereka untuk mendapatkan kehidupan yang jujur setelah pembebasan mereka.
SMR, aturan 66 (1) dan 71 BPT, prinsip 8
Pasal 1 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 3 PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
47 Peraturan perundang-undangan
nasional tentang kesehatan dan keselamatan di tempat kerja akan berlaku di Lapas dengan cara yang sama seperti di masyarakat.
SMR, aturan 71 ayat (5), aturan 72 ayat (1) dan 74
Narapidana harus dibayar untuk
pekerjaan yang mereka lakukan. UDHR, pasal 23 SMR, aturan 76 (1)
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 29 PP No. 32 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Narapidana harus diizinkan untuk menghabiskan setidaknya sebagian dari penghasilan mereka, untuk mengirimkan bagian kepada keluarga mereka dan untuk menabung sebagian.
SMR, aturan 76 ayat (2) dan (3)
LAPAS KHUSUS Semua orang setara di hadapan
hukum dan berhak, tanpa diskriminasi, untuk pelindungan hukum yang sama.
UDHR, pasal 7 ICCPR, pasal 2 dan 26
Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial, Pasal 2 dan 5
48 Pasal 5 UU No. 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan
Pasal 2 Permenkumham No. 3 tahun 2018 tentang Syarat Dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat LAPAS WANITA
Narapidana wanita tidak akan mengalami diskriminasi dan harus dilindungi dari segala bentuk kekerasan atau eksploitasi.
CEDAW, pasal 1, 6 dan 7
Deklarasi tentang Kekerasan terhadap Perempuan, pasal 2 dan 4
Pasal 5 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 49 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Kapan pun praktis, narapidana wanita harus dibawa ke rumah sakit/klinik kebidanan di luar (Lapas) untuk melahirkan.
SMR, aturan 23 ayat (1)
Pasal 41 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 73 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan LPKA/Anak
Anak Didik Pemasyarakatan harus diperlakukan dengan cara yang mempromosikan rasa martabat dan nilai mereka, memfasilitasi reintegrasi mereka ke dalam masyarakat,
CRC, pasal 3 dan 37 Aturan Beijing, aturan 1, 5 dan 6
49 mencerminkan kepentingan terbaik
mereka dan mempertimbangkan kebutuhan mereka.
Pasal 3 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 2 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Pasal 14 Ayat (3) PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
Pasal 1 PP No. 32 Tahun 1999 sebagaimana telah diubahterakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentangSyarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Pemberian Program Integrasi Mengusulkan dan memberikan program asimilasi, CMK, CMB, CB maupun PB sesuai dengan syarat subtantif dan administratif yang telah terpenuhi
HAK RASA AMAN DALAM PENGELOLAAN NARAPIDANA Narapidana yang tunduk pada
tindakan disiplin harus memiliki hak untuk mengajukan banding ke otoritas yang lebih tinggi.
ICCPR, artikel 2
Prinsip tentang Penahanan atau Penjara, prinsip 30, para.2
HAM DALAM PROSES PEMBINAAN NARAPIDANA Narapidana dewasa yang sehat secara
medis harus bekerja. Sejauh mungkin, pekerjaan ini harus memberi mereka keterampilan yang akan memungkinkan mereka untuk mendapatkan kehidupan yang jujur setelah pembebasan mereka.
SMR, aturan 66 (1) dan 71 BPT, prinsip 8
Pasal 3 PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
Narapidana harus dibayar untuk
pekerjaan yang mereka lakukan. UDHR, pasal 23 SMR, aturan 76 (1)
50 Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 29 PP No. 32 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Dari awal pertimbangan hukuman penjara harus diberikan kepada masa depannya setelah dibebaskan dan narapidana harus dibantu untuk memastikan reintegrasi ke masyarakat di masa depan. Semua lembaga dan layanan yang bertanggung jawab untuk reintegrasi narapidana ke dalam masyarakat harus memastikan bahwa semua narapidana memiliki sarana dan sumber daya yang tersedia untuk mempertahankan diri mereka dalam periode segera setelah pembebasan mereka.
SMR, aturan 81 BPT, prinsip 10
Pasal 3 No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 1 PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan Pasal 1 PP No. 32 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
HAK ATAS KUNJUNGAN KELUARGA BAGI NARAPIDANA Tidak seorang pun dapat mengalami
gangguan sewenang-wenang dengan privasi, keluarga, rumah atau korespondensinya.
UDHR, artikel 12 ICCPR, artikel 17
Pasal 34 UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
51 Semua narapidana berhak
berkomunikasi dengan dunia luar, terutama dengan keluarga mereka.
Prinsip tentang Penahanan atau Penjara, prinsip 19 SMR, aturan 37 dan 79
Pasal 30 PP No. 32 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Pasal 37 PP No. 58 Tahun 1999 Tentang Syarat-Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan Narapidana asing akan diizinkan
untuk berkomunikasi dengan perwakilan diplomatik mereka.
SMR, aturan 38
Permintaan seorang narapidana untuk ditahan di Lapas dekat rumahnya akan diberikan sejauh mungkin.
Prinsip tentang Penahanan atau Penjara, prinsip 20 Pasal 12 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Keamanan dan ketertiban o Melaksanakan administrasi dan pelaporan penempatan, penggeledahan, pengawalan, penjagaan, pemeriksaan dan penindakan o Melaksanakan
administrasi sarana dan prasarana kamtib
PRINSIP HAM TERHADAP HAK ATAS KEBEBASAN PRIBADI DALAM PENANGANAN NARAPIDANA
Petugas penegak hukum dapat menggunakan kekerasan hanya jika benar-benar diperlukan Setiap individu yang mengalami penyiksaan memiliki hak untuk mengajukan keluhan dan agar kasusnya diperiksa dengan tepat dan
CAT, Pasal 13
Prinsip tentang Penahanan atau Penjara, prinsip 13 SMR, aturan 35
Pasal 3 Code of Conduct
Pasal 52 Ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
52 o Melaksanakan pengurusan
ijin penggunaan senjata api
o Melaksanakan kegiatan pengamanan
o Melakukan penggeledahan secara berkala dan insendenti o Melakukan pengawalan o Melaksanakan penindakan
terhadap pelanggaran o Melakukan pengawasan
dan pemeriksaan lalu lintas orang dan barang o Melaksanakan penjagaan
dan pengawasan blok hunian
o Membuat laporan pengamanan
tidak memihak oleh pihak yang berwenang.
Semua narapidana harus segera diberi informasi tertulis tentang peraturan yang berlaku bagi mereka dan tentang hak dan kewajiban mereka.
Pasal 6 dan Pasal 47 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 14; Pasal 17; dan Pasal 33 UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 26 PP No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP No. 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
PEMENUHAN HAK ATAS KESEJAHTERAAN DAN KEHIDUPAN LAYAK DALAM PENGELOLAAN NARAPIDANA
Semua orang yang dirampas kebebasannya harus diperlakukan dengan manusiawi dan dengan menghormati martabat manusia yang melekat.
Narapidana yang diperlukan untuk berbagi akomodasi tidur harus dipilih dan diawasi dengan hati-hati pada malam hari.
SMR, aturan 10; aturan 9 ayat (2)
Pasal 5 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 2 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Permenkumham No. 40 tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Makanan bagi Tahanan, Anak dan Narapidana
HAK RASA AMAN DALAM PENGELOLAAN NARAPIDANA Penggunaan kekuatan, termasuk
penggunaan senjata api, untuk mencegah pelarian seharusnya hanya diterapkan ketika cara yang kurang
Prinsip-Prinsip tentang Kekuatan dan Senjata Api, prinsip 9
Pasal 46 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
53 ekstrim tidak cukup untuk mencegah
pelarian
Pengekangan dapat digunakan hanya sebagai tindakan pencegahan terhadap pelarian selama pemindahan
Narapidana harus segera di lepaskan saat tindakan ini tidak lagi sangat diperlukan, atau ketika narapidana muncul di hadapan otoritas peradilan atau administratif; atau atas dasar medis.
Lapas harus lingkungan yang aman bagi semua orang yang tinggal dan bekerja di dalamnya, dengan kata lain untuk narapidana, petugas pemasyarakatan, dan untuk pengunjung.
Tidak seorang pun di penjara harus takut akan keamanan fisiknya. Rantai dan setrika tidak akan digunakan sebagai pengekangan. Disiplin dan ketertiban harus dijaga dengan ketegasan, tetapi tanpa pembatasan lebih dari yang
Pasal 15 Ayat (3) PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
SMR, aturan 27, 29, 30, 31, dan 33
54 diperlukan untuk pelindungan yang
aman dan kehidupan masyarakat yang teratur.
Semua pelanggaran disiplin dan hukuman harus ditentukan oleh hukum atau peraturan hukum yang dipublikasikan.
Semua hukuman yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan sama sekali dilarang, termasuk hukuman fisik atau ditempatkan di sel gelap.
MEKANISME KEBERATAN DAN PENGADUAN ATAS PERLAKUAN BAGI NARAPIDANA Siapa pun yang hak-hak dan
kebebasannya telah dilanggar memiliki hak atas pemulihan yang efektif, yang ditentukan oleh pengadilan yang berwenang. Setiap narapidana berhak mengajukan keluhan terkait perlakuannya dan, kecuali jika keluhan itu kelihatannya sembrono, harus ditangani segera dan, jika diminta, secara rahasia. Jika perlu, keluhan dapat diajukan atas nama narapidana oleh kuasa hukumnya, wali atau keluarganya.
ICCPR, artikel 2 CAT, pasal 12; pasal 13
Prinsip tentang Penahanan atau Penjara, prinsip 33; prinsip 29, para. 1 dan para. 2
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Pasal 15 dan pasal 18 UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
Pasal 26 PP No. 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
55 Setiap narapidana saat masuk akan
diberikan informasi tertulis tentang peraturan dan tentang keluhan dan prosedur disipliner dalam bahasa yang dia mengerti. Jika perlu, aturan ini harus dijelaskan secara lisan. Negara harus memastikan investigasi yang cepat dan tidak memihak kapan pun ada alasan yang masuk akal untuk percaya bahwa tindakan penyiksaan atau perlakuan sewenang-wenang telah dilakukan.
Harus ada penyelidikan menyeluruh, cepat dan tidak memihak terhadap semua kasus yang dicurigai dari eksekusi ekstra-hukum, arbitrer, dan ringkasan, termasuk kasus-kasus di mana keluhan oleh kerabat atau laporan terpercaya lainnya menunjukkan kematian yang tidak wajar dalam situasi di atas. Penjara harus diperiksa secara teratur oleh pengawas yang berkualitas dan berpengalaman dari otoritas yang kompeten terpisah dari administrasi penjara.
Tata Cara Pelaksanaan Tugas Dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan
Pasal 8 Permenkumham No. 25 Tahun 2012 Tentang Penanganan Laporan Pengaduan di lingkungan Kemenkumham sebasgaimana yang telah diubah dengan Permenkumham No. 57 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 25 Tahun 2012 tentang Penanganan Laporan Pengaduan di Lingkungan Kemenkumham
SMR, aturan 35, dan 36, dan 55
Prinsip tentang Investigasi yang Efektif dan Dokumentasi Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan, prinsip 2.
56 Setiap narapidana memiliki hak untuk
berkomunikasi secara bebas dan rahasia dengan para pengawas, yang hanya tunduk pada tuntutan ketertiban dan disiplin dalam institusi.
LAPAS KHUSUS Prinsip Umum : Non Diskriminasi Semua orang setara di hadapan
hukum dan berhak, tanpa diskriminasi, untuk pelindungan hukum yang sama.
UDHR, pasal 7 ICCPR, pasal 2 dan 26
Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial, pasal 2 dan 5 Pasal 5 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Pasal 2 Permenkumham No. 3 Tahun 2018 tentang Syarat Dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat LAPAS WANITA
Perempuan berhak atas kenikmatan dan pelindungan yang setara atas semua hak asasi manusia di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil, dan semua bidang lainnya. Narapidana wanita tidak akan
UDHR, artikel 2 ICCPR, pasal 3
CEDAW, pasal 1, 2 dan 3, 6, dan 7