• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biologis atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak (Gallahue). yang didasari oleh proses gerak motorik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biologis atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak (Gallahue). yang didasari oleh proses gerak motorik."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Motorik 1. Pengertian Motorik

Motorik berasal dari kata “motor” yang merupakan suatu dasar biologis atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak (Gallahue). Dengan kata lain, gerak (movement) adalah kulminasi dari suatu tindakan yang didasari oleh proses gerak motorik.

Menurut Hurlock dalam Wuryani (2008: 2.14) perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi.

OTAK SARAF OTOT

Ketiga unsur di atas melaksanakan masing-masing perannya secara interaksi positif, artinya unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsurnya untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna keadaannya. Anak yang otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil menggerak-gerakkan tubuhnya.

Berdasarkan tiga unsur di atas bentuk perilaku gerak yang dimunculkan terbagi menjadi dua bentuk yaitu: motorik kasar (melibatkan otot-otot besar, saraf dan otak) dan motorik halus (melibatkan otot-otot kecil, saraf dan otak).

Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi

(2)

anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang ditujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.

Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konsitensi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996) dalam Wuryani (2008: 2.17) sebagai berikut: Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.

Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.

Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis dan baris-berbaris.

Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan)

(3)

Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self-concept atau kepribadian anak.

Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otaklah yang mengendalikan setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan system syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi motorik kasar dan motorik halus.

2. Tahap Perkembangan Motorik Anak Usia Dini

Perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Ada tiga unsur yang menentukan dalam perkembangan motorik, yaitu otak, syaraf dan otot. Ketiga motorik bekerja, ketiga unsur tersebut melakukan masing-masing perannya secara interaktif positif, artinya unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna keadaannya. Ketiga unsur tersebut saling bekerja sama sehingga terbentuk suatu gerakan yang bertujuan, misalnya berbicara, berjalan, menulis, menggambar dan sebagainya.

Proses perkembangan motorik sangat erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di otak. Keterampilan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot. Oleh karena itu, setiap gerakan yang dilakukan anak, sesederhana apapun sebenarnya merupakan hasil pola interaksi kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak. Jadi otaklah sebagai bagian dari susunan saraf pusat yang mengantur semua aktivitas fisik dan mental. Dengan kata lain, aktivitas anak

(4)

terjadi di bawah kontrol otak, secara simultan (berkesinambungan) otak terus mengolah informasi yang diterimanya. Bersamaan dengan itu, otak bersama jaringan saraf yang membentuk sistem saraf pusat yang mencakup lima pusat kontrol akan mendiktekan setiap gerakan anak.

Menurut Hurlock dalam Wuryani (2008: 2.18) dapat dilihat pada bagan yang menggambarkan fungsi lima pusat kontrol di otak tersebut.

Otak dan Pusat Kontrol Saraf

Fungsi Cerebral Cortex

(Otak Besar)

Merupakan pusat kontrol, yang menerima dan memproses informasi pengindraan.

Bagal Ganglia Kumpulan sel saraf di dalam sistem syaraf pusat yang menyebabkan gerakan tanpa direncanakan terlebih dahulu.

Cerebellum (otak kecil)

Bagian yang mengatur pergerakan seluruh tubuh dan koordinasi gerakan tubuh.

Batang Otak Merupakan bagian yang menghubungkan otak dengan jaringan saraf, memiliki fungsi menyeleksi informasi dan membiarkan otak bereaksi sesuai kebutuhan.

Jaringan Saraf Merupakan jalur transmisi bagi pesan-pesan yang datang menuju otak.

Semakin matangnya perkembangan sistem saraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau keterampilan motorik anak. Di samping keterampilan motorik, otak mempunyai pengaruh yang sangat menentukan bagi perkembangan aspek-aspek perkembangan individual lainnya, keterampilan intelektual, emosional, sosial, moral dan kepribadian. Pertumbuhan otak yang normal dan sehat berpengaruh positif bagi perkembangan aspek-aspek lainnya. Apabila pertumbuhan dan perkembangan

(5)

otak tidak normal cenderung akan menghambat perkembangan keseluruhan aspek-aspek tersebut.

Asesmen perkembangan fisik anak dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Oleh karena itu, harus ada rekaman tingkah kemajuan tiap anak untuk mengikuti perkembangan belajarnya. Mengingat bahwa perkembangan anak usia dini berjalan sangat pesat, maka tiap aspek perkembangan perlu dirincikan indikatornya untuk setiap rentangan usia tertentu.

Indikator perkembangan anak sebenarnya merupakan langkah awal yang harus disusun dan ditetapkan dalam proses asesmen perkembangan anak, agar pelaporan menjadi objektif dan tepat sasaran. Indikator perkembangan merupakan gambaran perilaku yang tampak pada anak sebagai derajat atau tingkatan pencapaian suatu kemampuan tertentu. Gambaran perilaku ini harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur (measurable). Pengembangan indikator membutuhkan pemahaman terhadap perkembangan tahun awal. Tantangan koordinasi yang sebelum ini dihindarinya, seperti melompat dengan satu kaki, melompat dengan kedua kaki diangkat bersama, dan menjaga keseimbangan, sekarang dapat dilakukannya dan dia berusaha melakukan banyak aktivitas. Tentu saja masih diperlukan waktu yang lama sebelum dia mencapai kompetensi total dalam bidang-bidang ini. Tapi dia secara bermakna lebih gesit dan atletik daripada sebelumnya. Perbedaan dalam kemampuan bergerak antar anak yang baru berjalan dan anak

(6)

prasekolah amat mencolok. Anak senang mempraktekkan keterampilan fisik baru ini, baik di rumah, di sekolah bermain atau di taman.

Berikut ini akan diuraikan tahap-tahap perkembangan motorik yang meliputi perkembangan koordinasi mata – tangan pada anak usia 3 – 5 tahun secara lebih rinci.

Transformasi fisik

Alasan utama penyebab kematangan keterampilan bergerak ini adalah perubahan fisik yang penting terjadi antara usia 2,5 dan 5 tahun. Tinggi tubuh anak-anak bertambah sekitar 8 cm lebih tinggi setiap tahunnya dan berat badannya bertambah sekitar 3 kg. Ukuran kepalanya menjadi lebih besar dibandingkan dengan bagian tubuh badan yang lain, dan wajahnya menjadi lebih besar dalam persiapan untuk mengkoordinasi rangkaian gigi kedua yang akan muncul dalam beberapa tahun. Perubahan neurologi terjadi dalam otak, tulang belakang, dan juga sistem saraf.

Pengaruh gabungan dari semua perubahan fisik normal ini adalah bahwa anak menjadi pembelajar dan lebih gesit. Badannya mempunyai bentuk yang lebih baik dan lebih kuat, dengan jaringan lemak yang berkurang sehingga tidak menghalangi gerakannya, dan dia dapat ikut serta dalam aktivitas fisik dengan penuh semangat tanpa merasa lelah. Kita juga akan menyadari bahwa dalam periode ini ukuran dari perutnya berkurang, perubahan ini juga menambah kegesitan dari setiap gerakan lengan dan tungkainya.

(7)

Banyak orang tua yang khawatir bahwa anak mereka tidak cukup makan untuk mengimbangi transformasi fisik ini. Kekhawatiran seperti ini biasanya tidak perlu. Anak yang sedang tumbuh hampir pasti mendapat asupan makanan dan minuman setiap hari, dan memeriksakan anak ke dokter secara rutin menjadi sangat penting.

Perkembangan gerakan

Keterampilan fisik anak menjadi semakin baik. Pada usia ini, anak amat senang menggunakan keterampilan motoriknya yang semakin baik, bahkan ketika beraktivitas itu berbahaya. Banyak orang tua merasa bahwa anak mereka menjadi sedikit pemberani di tahap ini, sebagai hasil dari antusiasme prasekolah yang biasa. Pastikan anak mempunyai banyak peluang untuk menjajaki dengan aman, jadi anak tidak perlu mengambil resiko yang membahayakan dirinya ketika berpetualang dan bergembira.tempat bermain di luar rumah/sekolah yang dibangun dengan baik dengan ayunan dan bagian yang dapat berputar-putar, kerangka untuk dipanjat dan balok untuk melatih keseimbangan badan amat menyenangkan anak dan dapat membantu menjaga rangsangan rasa ingin tahunya dengan keindahannya. Sarana yang dirancang dengan pertimbangan keselamatan anak-anak lebih diutamakan.

Bawalah anak untuk melakukan kegiatan pada waktu senggang, seperti berenang, senam, atau olah raga lainnya. Jadikan kelas terawasi dengan baik, dan mempunyai lingkungan yang aman. Energi dan antusiasme didorong dalam aktivitas jenis ini, bukannya ditekan.

(8)

Walaupun anak mungkin mula-mula enggan mengikutinya, anak akan segera menyesuakan diri setelah dia menyadari kegembiraanya yang akan diperolehnya.

Berikan banyak pujian kepada anak kalau melihatnya bermain dengan penuh semangat. Tunjukkan betapa kita senang bahwa anak memanjat kerangka hanya sampai di tengah karena anak ragu-ragu cara untuk turunnya nanti. Peluklah dia ketika anak ingin untuk berjalan di trotoar, bukan berlari ke sana kemari.

Tidak mudah untuk memperoleh keseimbangan saat melindungi anak sehingga ia menjadi takut ikut dalam permainan, atau membiarkannya berkelana sampai dia mencapai titik yang membahayakan dirinya. Kombinasi dari pedoman yang masuk akal mengenai menjaga keselamatan, digabungkan dengan pengarahan positif mengenai cara bertualang tanpa membahayakan diri, merupakan strategi yang paling efektif.

Takut-takut

Beberapa anak mempunyai sifat takut-takut dan tidak berani menjajaki ruang yang terbuka lebar di taman atau berpetualang di taman bermain. Hal ini akan menghilangkan kesempatan anak untuk menikmati aneka macam aktivitas yang menstimulasi.

Bila anak benar-benar takut dirinya akan terluka atau terjatuh maka dia akan tetap tidak beranjak sekalipun ditekan untuk lebih berani berpetualang. Jauh lebih baik menggunakan bujukan lembut. Sensitif,

(9)

bersikap sarkastis, atau mencemooh tingkah lakunya yang takut-takut hanya akan membuat keadaan menjadi lebih buruk. Dia perlu merasa bahwa orang dewasa ada di sisinya, siap membimbingnya bukan menertawakannya. Ingat bahwa anak yang takut-takut akan lebih bersedia mengeser batas-batas keterampilan fisiknya ketika ada pengawasan dari orang dewasa. Misalnya, rasa takut untuk belajar berenang akan berkurang bila ada pengawas, misalnya orang tua atau seorang guru berada dalam kolam di sampingnya.

Perkembangan koordinasi tangan-mata

Ketika anak sedang tumbuh melewati tahun-tahun prasekolah, pengendalian tangan menjadi semakin penting, bukan hanya karena kendali itu membantunya menjadi lebih mandiri. Tetapi juga karena ada kaitannya dengan pemecahan masalah dan untuk belajar

Proses kematangan

Kemajuan anak dengan koordinasi tangan-mata tergantung pada interaksi anak stimulasi dan dorongan yang diterimanya setiap hari, perkembangan fisik dan sarafnya dan memotivasinya. Tiga dimensi yang berbeda ini perlu diseimbangkan dengan hati-hati sebelum dia dapat bergerak dari satu tahap ke tahap berikutnya. Secara khusus, anak tidak akan mampu menulis seperti anak berumur 5 tahun ketika dia baru berumur 3 tahun. Tidak peduli betapa keras usahanya karena kematangan otot dan sarafnya memang belum memadai untuk melakukan gerakan tangan demikian halus.

(10)

Bila orang tua memaksa anak, misalnya untuk menulis dengan rapi seperti kakaknya, sebenarnya mengandung resiko dia akan kehilangan minat untuk menulis. Jangan menetapkan target yang didasarkan pada gambar dan tulisan yang dibuat oleh anak yang lebih tua, sebaliknya cermati dengan seksama kemampuan anak dan kemudian didorong dia untuk mengembangkannya sedikit lebih maju.

Penggunaan cat atau krayon

Mungkin kita juga menyadari bahwa anak lebih suka menggunakan cat daripada krayon, dan juga menggambar garis lurus seperti dasar yang kita inginkan. Kuas cat lebih menarik daripada pensil atau krayon bagi seorang anak, dengan beberapa alasan. Pertama, lebih mudah untuk membuat gambar berukuran besar dan berwarna-warni dengan menyapukan kuas daripada dengan sebatang krayon. Gambar tercipta dengan lebih cepat dengan cat. Kedua tangkai kuas yang gemuk lebih mudah untuk dipegang dan tidak memerlukan kendali yang halus dengan jari. Ketiga, menggambar menggunakan cat biasanya berakhir dengan tangan, baju, meja dan sebagian kotor yang pada umumnya disukai oleh anak-anak prasekolah.

Anak perlu merasakan sendiri pengalaman mengambar dengan cat dan juga menggambar dan menulis. Setiap aktivitas mengembangkan keterampilan yang membantu keterampilan lain. Jadi, biarkanlah dia memilih antara cat, krayon dan pensil. Seiring dengan aktivitas

(11)

mencoba-coba pilihan di atas, koordinasi tangan-mata anak akan mengalami kemajuan dengan kecepatan yang memuaskan.

Kiri atau kanan

Pilihan anak untuk menggunakan tangan kiri atau tangan kanannya sudah terbentuk sepenuhnya pada waktu anak mulai sekolah walaupun kira-kira 10 persen anak-anak balita masih berganti-ganti antara tangan kiri dan tangan kanannya. Ahli psikologi tidak mengetahui dengan pasti apakah kidal dan tidak merupakan sifat bawaan atau dipelajari, namun ada beberapa bukti yang dihubungkan dengan kedua belah otak. Misalnya, pada anak-anak yang tidak kidal, otak sebelah kiri mempunyai hubungan yang lebih kuat dengan seluruh sisi kanan badan. Akan tetapi, apapun penjelasannya yang sebenarnya, kita akan sudah mempunyai pilihan menggunakan tangan kanan atau kiri mulai dari sekitar umur 2 tahun. Tolak dorongan yang mungkin kita rasakan untuk mengubah anak yang kidal menjadi tidak kidal sebelum dia mulai sekolah. Itu merupakan tindakan yang keliru.

Perbandingan

Pada masa ini anak lebih banyak berbaur dengan anak-anak lain, baik temah-temannya yang datang ke rumah untuk bermain maupun bergabung dengan anak-anak lain di kelompok bermain. Dia membandingkan dirinya sendiri dengan teman-temannya. Dia menilai hasil mewarnai dan lukisannya dengan hasil dari anak-anak lain yang bermain dengannya. Ini mempunyai pengaruh positif apabila dia

(12)

menganggap usaha kreatifnya paling sedikit sama, baik dengan hasil teman-temannya dan pengaruh negatif bila dia yakin bahwa kemampuan menggambarnya lebih rendah dibandingkan dengan bakat kreatif teman-temannya.

Antusiasme anak berumur 4 tahun terhadap tantangan yang melibatkan koordinasi tangan-mata akan menguap dengan cepat kalau menghadapi temannya yang lebih baik. Ketika anak kehilangan keyakinan pada kemampuannya sendiri, dia akan amat enggan untuk mewarnai, melukis atau menulis bila kesempatan berikutnya datang. Itulah sebabnya dia memerlukan banyak bujukan untuk melanjutkan aktivitas yang memerlukan pengendalian tangan, seperti merangkai manik-manik kayu kecil menggunakan benang, memotong kertas menjadi potongan-potongan kecil menggunakan gunting, meniru tulisan namanya di atas secarik kertas, mewarnai gambar, atau menggambar garis atau menyelesaikan teka-teki menghubungkan titik-titik menjadi gambar. Komentar positif akan meningkatkan motivasinya.

Perbaikan koordinasi tangan-mata biasanya terjadi dengan matang secara berangsur-angsur antara umur 3 – 5 tahun. Namun, kemajuan tersebut sulit dideteksi. Anak mungkin memerlukan petunjuk bahwa dia sekarang jauh lebih pandai memotong makanan menggunakan pisau daripada beberapa bulan yang lalu. Anak memerlukan orang dewasa untuk mengarahkan perhatiannya pada langkah-langkah kecil.

(13)

3. Indikator Pencapaian Tahap Perkembangan Motorik Anak Usia Dini

Benyamin Bloom dalam Wuryani (2008: 2.23) menyatakan bahwa rentangan penguasaan psikomotorik ditunjukkan oleh gerakan yang kaku sampai kepada gerakan yang lancar dan luwes. Dave (1970) dalam Wuryani (2008: 2.23) memperjelaskannya dengan mengklasifikasikan domain psikomotorik ke dalam lima kategori mulai dari yang paling rendah sampai pada tingkatan yang paling tinggi sebagai berikut:

Imitation (Peniruan)

Yaitu suatu keterampilan untuk menirukan suatu gerakan yang telah dilihat, didengar atau dialaminya. Jadi kemampuan ini terjadi ketika anak mengamati suatu gerakan, dimana ia mulai memberi respon serupa dengan apa yang diamatinya. Gerakan meniru ini akan mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot syaraf, karena peniruan gerakan umumnya dilakukan dalam bentuk global dan tidak sempurna. Contoh gerakan ini adalah menirukan gerakan binatang, menirukan gambar tentang suatu gerakan dan menirukan langkah kaki.

Manipulation (Penggunaan Konsep)

Yaitu suatu keterampilan untuk menggunakan konsep dalam melakukan kegiatan (gerakan). Keterampilan manipulasi ini menekankan pada perkembangan kemampuan mengikuti arahan, penampilan gerakan-gerakan pilihan dan menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Jadi penampilan gerakan anak menurut petunjuk-petunjuk dan tidak hanya meniru tingkah laku saja. Contohnya adalah menjalankan mesin,

(14)

menggergaji, dan melakukan gerakan senam kesegaran jasmani yang didemontrasikan.

Presition (Ketelitian)

Yaitu suatu keterampilan yang berhubungan dengan kegiatan melakukan gerakan secara teliti dan benar. Keterampilan ini sebenarnya hampir sama dengan gerakan manipulasi tetapi dilakukan dengan kontrol yang lebih baik dan kesalahan yang lebih sedikit. Keterampilan ini selain membutuhkan kecermatan juga proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilannya. Respons-respons lebih terkoreksi dan kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum. Contoh gerakan ini adalah gerakan mengendarai/menyetir mobil dengan terampil, atau berjalan di atas papan titian.

Articulation (Perangkaian)

Yaitu suatu keterampilan untuk merangkaikan bermacam-macam gerakan secara berkesinambungan. Gerakan artikulasi ini menekankan pada koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal antara gerakan-gerakan yang berbeda. Contoh keterampilan gerakan-gerakan ini adalah mengetik dengan ketepatan dan kecepatan tertentu, menulis dan menjahit.

Naturalization (Kewajaran/Pengalamiahan)

Yaitu suatu keterampilan untuk melakukan gerakan secara wajar. Menurut tingkah laku yang ditampilkan, gerakan ini paling biasanya dilakukan secara rutin sehingga telah menunjukkan keluwesannya.

(15)

Misalnya memainkan bola dengan mahir, menampilkan gaya yang benar dalam berenang, mendemonstrasikan suatu gerakan, pantomim dan sebagainya.

Apa yang dikemukakan oleh Dave di atas menggambarkan tentang tingkatan yang terendah sampai tertinggi tentang keterampilan motorik manusia. Artinya setiap aktivitas motorik yang dilakukan anak, pada dasarnya memiliki ciri khas dan membutuhkan kecakapan yang berbeda. Untuk sampai pada tingkat yang tertinggi yaitu naturalization (kewajaran/pengalamiahan) membutuhkan proses yang panjang dan prasyarat kemampuan awal/sebelumnya yang harus dikuasai anak. Oleh karena itu setiap anak harus memiliki kemampuan akan berbagai indikator-indikator pencapaian tahap perkembangan fisik/motorik yang sesuai dengan tingkat usianya.

Berikut ini akan dijabarkan indikator-indikator pencapaian tahap perkembangan fisik/motorik anak yang meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus usia 3 – 6 tahun. Indikator-indikator ini diturunkan dari karakteristik yang terlihat pada tahap-tahap perkembangan anak, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.

(16)

Tabel 1

Indikator Pencapaian Tahap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3 – 6 tahun

USIA INDIKATOR PENCAPAIAN

Kegesitan dan koordinasi anak membuat dia cukup percaya diri untuk mencoba semua jenis permainan di area bermain di luar rumah, bukan membatasi diri sendiri hanya pada beberapa mainan yang sudah dikenal. Bergerak dengan gesit ketika menaiki anak tangga tidak lagi menjadi tugas yang demikian menantang bagi anak. Anak dapat secara matang naik-turun tangga dengan sikap yang lebih matang dan percaya diri.

3,5 - 4 tahun

Sekarang anak lebih tertarik pada permainan dengan bola. Keterampilan bergeraknya membuat dia dapat mengambil bagian dalam aktivitas yang berkaitan dengan bola yang sebelumnya dirasakan demikian sulit. Keseimbangan, kekuatan otot, tungkai, dan koordinasi anggota badan anak sudah memadai baginya untuk melakukan usaha yang masuk akal untuk melompat dengan satu kaki di lantai. Anak dapat juga berjalan mengikuti garis lurus yang sempit.

Anak berusaha untuk melompat tali, walaupun aktivitas ini amat sulit karena kombinasi keterampilan gerakan, keseimbangan dan koordinasi.

4 - 4,5 tahun

Anak dapat mengendalikan gerakkannya ketika berlari sehingga dia dapat mempertahankan kecepatan dengan cukup mantap sementara dia dapat berbelok-belok untuk menghindari halangan yang menghadang di jalan.

Kemampuan anak bergerak membuatnya dapat mengambil bagian dalam semua aktivitas permainan energik, paling sedikit sampai tingkat tertentu.

Anak dapat menghadapi tes kegiatan dasar, karena percaya dirinya, keterampilannya bergerak dan kematangan secara umum.

4,5 – 6 tahun

Anak bersedia mencoba permainan dan mainan yang melibatkan gerakan, walaupun dia akan memerlukan dukungan dan dorongan ketika dia belajar cara menggunakannya.

(17)

Tabel 2

Indikator Pencapaian Tahap Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 3 – 6 tahun

USIA INDIKATOR PENCAPAIAN

Keterampilan menggambar anak mengalami kemajuan demikian pesat sehingga ia dapat meniru secara akurat banyak garis-garis dasar yang menjadi bagian dari huruf tertulis, walaupun ia belum dapat membentuk huruf yang lengkap.

3,5 – 4 tahun

Koordinasi tangan-matanya yang bertambah baik membuat dia dapat menggunakan satu macam alat makan di masing-masing tangan, untuk makan dengan cara yang lebih rapi dan untuk minum dari cangkir tanpa ada yang tumpah.

Dia suka aktivitas menantang yang menggunakan koordinasi tangan-mata dan bersiap untuk mencobanya beberapa kali agar sukses.

Pemahaman anak yang mengalami kemajuan ditambah dengan pengendalian tangannya yang lebih baik berarti bahwa dia ingin menulis namanya asalkan dia mempunyai contoh tulisan untuk ditiru.

Dia sudah sepenuhnya mendahulukan kepentingan sendiri, berkehendak melakukan sendiri tugas dasar untuk dirinya tanpa bantuan. Anak lebih suka membasuh tangan, mengenakan baju, dan makan sendiri secara mandiri.

Dia menggubah plastisin menjadi sebuah bentuk, menggunakan jari-jarinya untuk mencetaknya bukan membentuk dengan tekanan dari tangannya.

Anak akan memperoleh banyak keterampilan menulis awal yang diperlukan untuk mengikuti kurikulum kelas balita, dan dia terus mengalami kemajuan dalam setiap bulan yang berlaku.

4 – 6 tahun

Kendalinya atas pensil lebih matang dan hal ini ditunjukkan dalam hal segala aspek dari kegiatan menggambar dan mewarnai. Hasil dari mewarnai gambar lebih rapi dan lebih dekat dengan baris batas. Dibandingkan dengan hasil setahun yang lalu, orang dan benda yang digambarnya mempunyai jauh lebih banyak rincian. Orang yang digambarnya mempunyai hidung, mata, telinga, rambut, kaki, tangan, dan bahkan jari-jari tangan.

(18)

USIA INDIKATOR PENCAPAIAN

Tugas rumit seperti memotong kertas menggunakan gunting menjadi lebih mudah, dan dia melakukan ini dengan akurat kalau dia diberi waktu dan bersiap untuk bersikap sabar.

4. Jenis Motorik

Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan sebagainya.

Sedangkan menurut Sumantri (2005: 11) motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencorat-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.

a. Motorik Kasar

1) Pengembangan Motorik Kasar

Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Perkembangan motorik kasar meliputi penggunaan otot-otot kasar seperti tangan, kaki dan badan.

(19)

Pertumbuhan dan perkembangan masing-masing anak berbeda, ada yang cepat dan ada yang lambat, tergantung faktor bakat (genetik), lingkungan (gizi dan cara perawatan kesehatan), dan konvergensi (perpaduan antara bakat dan lingkungan). Oleh karena itu perlakukan terhadap anak tidak dapat disamaratakan, sebaiknya dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak (Diteknis Diklusepa, 2003: 8)

Pada prinsipnya, motorik kasar merupakan gerakan otot-otot besar. Yakni gerakan yang dihasilkan otot-otot besar seperti otot tungkai dan lengan. Misalnya gerakan menendang, menjejak, meraih dan melempar.

Tujuan pendidikan fisik motorik atau disebut motorik kasar ini agar anak-anak yang masih kecil adalah untuk mengembangkan keterampilan dan ketertarikan fisik jangka panjang.

Seperti halnya teori Karl Groos dalam Izzaty (2005: 27), yang teorinya bermana teori biologis mengatakan:

“Anak-anak bermain oleh karena anak-anak harus mempersiapkan diri dengan anak-anak binatang, yang bermain sebagai latihan mencari nafkah, maka anak manusiapun bermain untuk melatih organ-organ jasmani dan rohaninya untuk menghadapi masa depannya.”

Hakekatnya, perkembangan motorik anak berkaitan erat dengan faktor lainnya. Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorikpun berhubungan dengan aspek psikologis anak.

(20)

Damon & Hart menyatakan bahwa kemampuan fisik berkaitan dengan self imager anak. Anak yang memiliki kemampuan fisik yang lebih baik di bidang olah raga akan menyebabkan dia dihargai teman-temannya. Hal ini juga seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan Ellerman bahwa kemampuan motorik yang baik berhubungan erat dengan self-esteem. (Sumantri, 2005: 25)

Anak-anak menyenangi latihan keterampilan. Anak akan berdiri pada papan keseimbangan atau menendang bola, mencoba beberapa teknik berbeda sampai menentukan suatu pekerjaan yang benar. Hal ini memberikan rasa percaya diri untuk mengembangkan keterampilan selanjutnya seperti aktif berinisiatif ketika anak bermain sendiri. Banyak aktivitas permainan yang melibatkan motorik kasar anak pada usia 0 – 6 tahun yang dilakukan di lembaga Pendidikan Usia Dini antara lain bermain ayunan, memanjat, menggali terowongan di pasir, melempar dan menangkap bola, melompat tali, berjalan lambat pada papan keseimbangan, mengendarai sepeda roda tiga, meluncur diperosotan, menarik gerobak mainan, mendorong kereta dorong, melukis dengan cat air, berlari di atas rumput, mengetuk palu, menggergaji, menanam, bermain pasir dan lain sebagainya.

(21)

Sebagai gerakan dasar motorik kasar adalah sebagai berikut: Berjalan, meliputi jalan cepat, jalan lambat, jalan mundur, jalan dengan ujung jari, jalan dengan tangan di pinggang dan lain-lain.

Berdiri, meliputi berdiri dengan ujung kaki dan dihitung sampai 5, berdiri dengan satu kaki dan menghitung sampai 5, berdiri dengan cara sebelumnya dengan mata tertutup.

Keseimbangan. Aktivitas ini dapat dilakukan pada papan titian. Pertama berdiri di atas papan titian, berjalan dengan satu kaki pada papan titian dan satu kaki lainnya di lantai, berjalan pada papan titian dengan dua kaki, berjalan perlahan ( ke depan), berjalan menyamping (dimulai dengan kaki yang dominan), berjalan dengan tas (benda lain) di atas kepala, berjalan perlahan (mundur) dan berjalan mundur dengan tas (sesuatu) di atas kepala.

Berlari, meliputi berlari cepat, berlari perlahan, berlari dengan ujung jari, berlari dengan tangan ke belakang, berlari dengan langkah pendek dan langkah panjang, berlari ke arah tertentu yang disebutkan guru dan seterusnya.

Melompat, meliputi, melompat di tempat ke atas dan ke bawah, melompat dengan satu kaki (engklek), melompat ke depan, melompat ke belakang, melompat ke udara dan melompat dengan membuat putaran (memutar), melompat dengan mata tertutup dan seterusnya. Melompat dengan ketinggian tertentu (mulai dari

(22)

melompat rendah), melompat seperti binatang (katak, belalang atau kanguru).

Mencongklang, yaitu gerakan dengan langkah maju pada satu kaki dan satu kaki lainnya mengikuti namun dengan posisi tetap di belakang. Gerakan ini dilakukan seperti gerakan kuda atau rusa berlari. Sebaiknya anak-anak dibantu melakukan gerakan dengan prosedur/cara yang benar.

Meloncat. Meloncat mungkin merupakan gerakan tubuh yang cukup sulit bagi anak usia dini. Sebelum melakukan, pendidik harus menjelaskan cara melakukan gerakan meloncat. Gerakan ini dilakukan dengan cara melangkahkan satu kaki, ketika kaki tersebut berada di udara, kaki lainnya melangkah maju.

Bermain bola, seperti melempar, menangkap, menendang, menyepak, menggiring, menggelinding, melambungkan, memukul bola yang dilambungkan dan menyebak bola.

1) Jenis-Jenis Motorik Kasar

Motorik kasar mencakup gerakan otot-otot besar seperti otot tungkai dan lengan. Adapun jenis perkembangan motorik kasar menurut Sumantri (2005: 26) pada anak adalah:

Menangkap sesuatu Meraih sebuah benda Berjalan

(23)

Memainkan jari-jari Melempar benda Meremas-remas kertas Menirukan sesuatu berjalan Duduk

Berdiri

Menendang sesuatu Naik dan turun tangga Merangkak

Memukul

Mengayunkan tangan

Berguling ke kanan dan ke kiri 2) Motorik Halus

a) Pengembangan Motorik Halus

Perkembangan motorik halus anak usia dini ditekankan pada koordinasi gerak motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada anak usia 4 tahun koordinasi gerak motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna. (Sumantri, 2005: 28) Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak meletakkan

(24)

balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri.

Pada usia 5-6 tahun koordinasi gerakan motorik halus sangat berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan antara lain dapat dilihat pada anak waktu menulis atau menggambar.

Anak-anak usia prasekolah harus dikenalkan dengan kegiatan motorik halus di samping kegiatan motorik kasarnya. Hal ini dikarenakan kegiatan motorik halus adalah sebuah awalan pematangan dalam hal menulis dan menggambar.

Anak-anak butuh sebuah persiapan yang matang sebelum bersekolah sehingga dia akan mampu menguasai gerakan-gerakan yang akan dilakukan nantinya pada saat dia bersekolah.

b) Jenis-Jenis Motori Halus

Persiapan dan alat-alatnyapun sangat mudah didapatkan di sekitar kita bahkan itu adalah sesuatu yang tanpa kita sadari bisa dijadikan sebagai sebuah pembelajaran buat si anak. Adapun aktivitas-aktivitas yang bisa dilakukan adalah:

Senam Tangan

Kegiatan membuka dan menutup tangan secara berulang-ulang disertai dengan nyanyian adalah sesuatu yang

(25)

sangat disenangi oleh si anak dan ini adalah sebuah pemanasan awal buat anak sebelum dia melakukan aktivitas menulisnya. Cara ini digunakan untuk melenturkan otot-otot tangan agar si anak mudah melakukan gerakan-gerakan yang lebih rumit.

Menggunting Kertas

Kegiatan ini sangat baik sekali karena melatih otot-otot tangan, usahakan posisi dalam memegang gunting tepat karena kegiatan memegang dan menggerakkan gunting sama halnya dengan menulis, maka jikalau salah maka akan berpengaruh dengan cara anak menulis.

Menempel

Menempel adalah kegiatan yang melibatkan visual, imajinasi dan motorik halus anak. Cobalah dengan gambar yang lebih sederhana seperti gambar sebuah mobil kemudian anak disuruh menempel pada bidang kertas yang kosong. Setelah anak mulai terbiasa dengan hal ini maka naiklah tingkat kesulitan tempelan dengan cara membuat gambar kemudian si anak menempel pada kertas yang sebelumnya sudah diberikan pola yang sama dengan gambar yang akan ditempel.

Meronce

Untuk kegiatan meronce bahan yang digunakan pun lebih murah dan bervariasi. Contohnya saja sedotan yang

(26)

banyak sekali kita temui di toko-toko atapun warung-warung. Sedotan dipotong kecil-kecil kemudian potongan tersebut dimasukkan ke dalam sebuah benang maka terbentuklah sebuah kalung bertahtah plastik atapun gelang dan cincin. Bahan tidak mesti dengan sedotan, kertas origami pun bisa yaitu dengan cara kertas origami digunting bulat-bulat kemudian tengahnya diberi bolongan (memakai pembolong kertas) lalu dimasukkan ke dalam benang atau lidi. Kegiatan meronce sangat berpengaruh terhadap konsentrasi anak dan juga anak memegang benang/lidi untuk dimasukkan ke dalam sedotan atau kertas sama dengan ketika anak memegang pensil untuk menulis.

Menyambung titik-titik

Kegiatan menyambung titik-titik ini mengajarkan kepada anak untuk melatih kekuatan tangan, ketelitian, konsentrasi dan kesabaran, untuk anak yang masih belajar maka jangan terlalu memaksakan untuk mendapatkan hasil yang baik tapi teruslah berikan dia latihan dan semangat agar dia bisa menyelesaikan dengan baik.

Melipat kertas

Melipat kertas dengan menggunakan kertas origami adalah sesuatu yang sangat menyenangkan bagi anak karena bisa dibuat apa saja, mulailah dengan kegiatan melipat yang

(27)

sederhana seperti melipat bentuk segitiga, segiempat kemudian ke bentuk yang agak sulit. Yang dilatih dari kegiatan melipat ini adalah bagaimana anak menekan lipatan-lipatan itu karena kegiatan ini akan memperkuat otot-otot telapak dan jari tangan anak.

Plastisin

Plastisin sering dipakai dalam kegiatan mengasah keterampilan motorik dan kreatifitas karena bahannya yang lunak dan liat serta berwarna warni sangatlah cocok untuk anak. Selain mudah dibentuk, tekstur plastisin yang khas memberi stimulasi tersendiri terhadap saraf-saraf di ujung jemari si kecil. Buatlah yang sederhana contohnya bola, mie dan lain-lain. Plastisin juga sangat bagus untuk terapi bagi anak yang mengalami permasalahan temperamen keras karena leturnya bahan ini sehingga anak harus ekstra hati-hati agar bentuk yang diinginkan sesuai dengan keinginan.

B. Standar Kompetensi

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedangkan pendidik adalah seseorang atau

(28)

sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

Dalam pembelajaran ada sebuah standar yang dijadikan sebuah titik pencapaian dan itulah standar kompetensi yaitu target pembelajaran. Standar kompetensi yang ingin dicapai pada pembelajaran ini adalah dapat menggerakkan badan dan kaki dalam rangka keseimbangan, kekuatan, koordinasi dan melatih keberanian.

1. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar merupakan suatu ketercapaian suatu pembelajaran yang mana harus dicapai, Kompetensi dasar adalah sebuah keterkaitan antara standar kompetensi dengan peserta didik. Cronbach (1954) berpendapat : Learning is shown by a change in behavior as result of experience, yang artinya belajar dapat dilakukan secara baik dengan jalan mengalami. Sehingga dengan kompetensi dasar dapat menjembatani peserta didik dengan belajar untuk mencapai hasil.

Kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah anak mampu melakukan aktivitas fisik secara terkoordinasi dalam rangka kelenturan dan persiapan menulis, keseimbangan, kelincahan dan melatih keberanian.

2. Indikator

Indikator adalah suatu tugas pencapaian yang diharapkan pendidikan dengan suatu cara. Menurut Breen dan Candlin (dalam Sheldon ed. 1987) tugas pembelajaran adalah rencana kerja yang dirancang secara sistematis

(29)

mulai dari latihan yang paling sederhana dengan tingkat kesulitan paling rendah sampai dengan kegiatan komunikasi total atau pemecahan masalah. Sehingga indikator dalam pencapaian dari tugas pembelajaran. Indikator dalam pembelajaran ini adalah anak bersedia mencoba permainan dan mainan yang melibatkan gerakan, walupun ia akan memerlukan dukungan dan dorongan ketika dia belajar cara menggunakannya.

C. Materi / Bahan Ajar

Materi yang digunakan adalah standar materi Anak Usia Dini yang menjadi pengetahuan bahan ajar bagi anak. Cara belajar yang dilakukan pada usia prasekolah ini melalui bermain serta rangsangan dari lingkungannya, terutama lingkungan rumah. Terdapat pula pendidikan di luar rumah yang melakukan kegiatan belajar lebih terprogram dan terstruktur, walau tidak selamanya lebih baik.

Materi atau bahan ajar untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar melalui sarana permainan bebas di luar kelas adalah dengan disediakannya sarana permainan di luar kelas serta diberinya motivasi dan arahan dalam bermain bebas.

D. Metode

a. Pengertian Metode

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengaplikasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa

(30)

metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran diantaranya:

2. Jenis Metode Ceramah

Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. (Muhibbin Syah, 2000: 76)

Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.

Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang dikaji. (Muhibbin Syah, 2000: 76).

Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. (Djamarah, 2000: 97)

Metode demonstrasi adalah suatu strategi pengembangan dengan cara memberikan pengalaman belajar melalui perbuatan melihat dan

(31)

mendengarkan yang diikuti dengan meniru pekerjaan yang didemonstrasikan. Metode demonstrasi dapat juga dikatakan sebagai metode untuk memperagakan serangkaian tindakan berupa gerakan yang menggambarkan suatu cara kerja atau urutan proses sebuah peristiwa atau kejadian. Biasanya metode demonstrasi dipakai untuk membuktikan sesuatu atau gerakan untuk dicontoh.

Diskusi

Muhibbin Syah (2000: 77) mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitas bersama (socialized recitation)

Percobaan atau Eksperimen

Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah (2000: 97), menyatakan metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan bahan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di laboratorium.

Metode eksperimen menurut Djamarah (2000: 98) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen siswa mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu.

(32)

Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari sesuatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.

Resitasi

Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri. Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri. (Djamarah, 2000: 98)

Karya Wisata

Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.

Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang lain. Menurut Roestiyah dalam Sudjana (2001: 85), karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataan. Karena itu dikaitkan teknik karya wisata ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya.

(33)

Menurut Djamarah (2002: 105), pada saat belajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataan. Karena itu, dikatakan teknik karya wisata merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pegadaian.

Latihan Keterampilan

Menurut Martiningsih metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar dimana siswa diajak membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik. (Sudjana, 2001: 34)

Discovery

Metode discovery menurut Suryosubroto (2002: 192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.

Metode discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan refleksi. Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan

(34)

merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional bisa diberitahukan atau diceramahkan saja.

Suryobroto (2002: 193) mengutip pendapat Sund (1975) bahwa discovery adalah proses metal dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau suatu prinsip. Proses metal tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.

Metode mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.

3. Bermain Outdoor

a. Pengertian Bermain Outdoor

Selama ini kita sering terikat dengan satu sistem pembelajaran yang sangat formal dan membosankan terutamanya bagi kanak-kanak. Perkara ini perlahan-lahan akan mengurangkan minat untuk belajar dan

(35)

perkembangan anak juga menjadi sangat perlahan. Guru perlu lebih kreatif dalam menjadikan proses pembelajaran menarik dan efektif.

Cara belajar yang dilakukan pada anak usia prasekolah adalah melalui bermain serta rangsang dari lingkungannya, terutama lingkungan rumah. Terdapat pula pendidikan di luar rumah yang melakukan kegiatan belajar lebih terprogram dan terstruktur, walau tidak selamanya lebih baik. Kegiatan bermain di lingkungan atau di luar ruangan ini yang dinamakan bermain outdoor.

Penyediaan peralatan bermain di luar ruangan bisa mendorong anak untuk mengembangkan kekuatan tubuh bagian atas dan juga bagian bawah. Stimulasi-stimulasi tersebut akan membantu pengoptimalkan motorik kasar. Sedangkan kekuatan fisik, koordinasi, keseimbangan dan stamina secara perlahan-lahan dikembangkan dengan latihan sehari-hari. Lingkungan luar ruangan tempat yang baik bagi anak untuk membangun semua keterampilan.

b. Jenis Bermain Outdoor

Bermain outdoor ini lebih bersifat untuk menyegarkan anak agar tidak bosan dengan pembelajaran yang ada di kelas. Bermain outdoor cenderung melibatkan kekuatan anak untuk melakukan sesuatu dengan bersenang-senang sehingga dapat membantu tumbuh kembang motorik kasar.

Dalam hal ini guru harus berusaha agar anak-anak betah berada di lingkungan, salah satu triknya yaitu dengan membuat tempat bermain di

(36)

halaman atau sering disebut dengan outdoor play. Dengan outdoor play otomatis anak-anak akan senang dan guru sebagai orang tua menjadi senang karena dapat memantau. Adapun jenis-jenis outdoor play antara lain: Jungkat-jungkit Ayunan Prosotan Tangga majemuk Meniti tali Trampoline Terowongan

Arena untuk meloncat-loncat

Apabila ada anak yang pemberani dapat dikenalkan dengan flying fox. Dengan demikian permainan ataupun pembelajaran yang disediakan guru dapat memanfaatkan fasilitas yang sudah ada dalam sekolah atau bersifat kreatifitas guru sehingga perkembangan motorik anak dapat berkembang secara baik.

E. Media

Secara etimologi kata “media” merupakan bentuk jamak dari “medium”, yang berasal dari Bahasa Latin “medius” yang berarti tengah. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia kata “medium” dapat diartikan sebagai “antara” atau “sedang” sehingga pengertian media dapat mengarah pada sesuatu yang mengantar atau

(37)

meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media dapat diartikan sebagai suatu bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi (AECT, 1977: 162). Media pembelajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Berdasarkan fungsinya media ini dapat menjadi alat peraga ataupun sarana.

Media pembelajaran merupakan media sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan pengirim pesan kepada penerima pesan, sehingga dapat merangsang perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan efektif dan efisien sesuai dengan yang diharapkan (Sadiman, dkk., 2002: 6).

Media pembelajaran ada bermacam-macam yang mana semuanya pasti mengedepankan perkembangan anak secara maksimal. Dari proses bermain bebas dengan sarana permainan yang ada di luar kelas pastinya perpengaruh pada perkembangan motorik kasar anak.

F. Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi adalah proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral, positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau manfaatnya. (Dikutip dari http://wikipedia.org ). Evaluasi merupakan proses akhir setelah melakukan sesuatu. Setiap pembelajaran

(38)

memerlukan evaluasi untuk mengetahui sejauhmana ketercapaian hasil yang didapat sehingga evaluasi perlu dilakukan.

2. Tujuan Evaluasi

Tujuan dari evaluasi adalah:

Pengambilan putusan tentang hasil belajar Pemahaman tentang peserta didik

Perbaikan dan pengembangan program pengajaran

Pengambilan putusan tentang hasil belajar merupakan suatu keharusan bagi seorang guru agar ia dapat mengetahui berhasil atau tidaknya siswa dalam proses belajar mengajar tersebut. Jika berhasil, maka tentu ini yang diharapkan. Sebaliknya jika tidak berhasil, maka banyak faktor yang harus diselidiki antara lain:

Kemampuan anak didik memang rendah

Kualitas pembelajaran tidak sesuai dengan tingkat usia anak.

Jumlah bahan pelajaran tertalu banyak, sehingga tidak sesuai dengan waktu yang tersedia.

Komponen proses belajar mengajar yang kurang sesuai dengan tujuan. Disamping itu pengambilan putusan juga diperlukan untuk memahami anak didik dan untuk mengetahui sejauhmana terhadap kekurangan-kekurangan anak didik dapat diberikan bantuan. Dengan evaluasi dimaksudkan agar memperbaiki dan mengembangkan proses pengajaran (Sudirman, dkk., 1987: 242).

(39)

Menetapkan Penilaian Kegiatan Demonstrasi

Penilaian kegiatan demonstrasi dapat dilakukan dengan penilaian proses.

a. Penilaian proses

Oleh karena metode demonstrasi berkaitan dengan proses dan bersifat langsung (direct), maka penilaian proses sesuai untuk digunakan. Penilaian proses ini dilakukan dengan cara observasi dimana guru mengamati reaksi dan kemampuan anak yang ditujukan pada saat itu. Observasi dapat dilakukan dengan teknik check list atau skala sikap. Sebaiknya format observasi telah disiapkan sebelum kegiatan dilaksanakan.

b. Daftar Isian (Check List)

Check list dilakukan untuk melihat apakah indikator yang telah diperkirakan, yaitu kemampuan anak muncul atau tidak muncul pada saat proses kegiatan berlangsung. Daftar isian ini dibuat sebelum kegiatan demonstrasi diadakan. Jumlah item tergantung keluasan cakupan kemampuan anak yang akan terjadi dalam kegiatan itu. Semua anak perlu diamati. Oleh karena metode demonstrasi lebih cocok menggunakan sistem kelompok yang terdiri dari delapan sampai 10 anak, maka guru tidak akan kesulitan mengamati sejumlah anak tersebut yang berarti satu orang guru mengisi delapan sampai 10 format check list.

(40)

c. Skala Sikap

Skala sikap digunakan untuk melihat tingkat frekuensi atau kemunculan kemampuan yang diharapkan. Skala bersifat kualitatif, terentang dari tingkat yang terbaik sampai yang terburuk, terbanyak sampai yang paling sedikit atau sebaliknya. Kegiatan penilaian ini dilakukan oleh guru pada saat proses kegiatan berlangsung. Format skala sikap ini dibuat sebelum demonstrasi diadakan. Jumlah item tergantung keluasan cakupan kemampuan anak yang akan terjadi dalam kegiatan itu. Semua anak diamati, sehingga guru perlu mengisi format skala sikap sebanyak jumlah anak.

G. Hipotesis

Hipotesis yang peneliti ajukan adalah “Melalui bermain dengan sarana permainan di luar kelas kelompok bermain “Mekar” Sokanegara Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga dalam kemampuan motorik kasar dapat ditingkatkan.”

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan Kreativitas melalui Pendekatan Tematik dalam Pembelajaran Seni Grafis Cetak Tinggi Bahan Alam di SD Sistem pendidikan Sekolah Dasar, sebagaimana diungkapkan

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN GANDUM (Triticum aestivum L.) VARIETAS DEWATA DALAM POLYBAG PADA BERBAGAI POPULASI DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM. THE GROWTH AND YIELD OF DEWATA

Menyampaikan materi tentang luas permukaan kubus dan balok secara online melalui bahan ajar dalam bentuk file word/pdf dan diikuti berupa video pembelajaran

Dalam sub proses bisnis A/R ini, data-data tentang Customer juga dimasukkan dalam Master Database yang disebut Master Customer.Dalam setiap transaksi penjualan akan dibuat Sales

APAC INTI CORPORA Bawen, Semarang berdasarkan SNI 7231:2009 tentang Metode Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja dan hubungannya pada perubahan nilai ambang

Perbanyakan tunas dan bulblet bawang merah in vitro cv Sumenep berhasil dilakukan Hidayat (1997). Eksplan disiapkan seperti metoda yang dilakukan Mohamed-Yasseen

Dengan penggunaan modul perkuliahan bahasa dan sastra Indonesia berbasis karakter pada mahasiswa PGSD, maka diharapkan: (1)Dapat menjadi stimulant bagi penggunaan

Hasil dari penelitian diperoleh bahwa pengukuran kelembaban tanah permukaan di lapangan dengan nilai spektral dari hasil transformasi memiliki hubungan yang