FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASIWAJIB
PAJAK DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN
Rengki1 , Herawati1 , Daniati Puttri2
Program Studi Akuntansi Universitas Bung Hatta Email :rengki21@yahoo.com
ABSTRACT
There are some factors that affect the taxpayer’s motivation in meeting tax responsibility.that’s aboutknowledge and taxpayers comprehension of tax laws, firmness tax penalties, tax fraud, and taxpayers think of the performance taxation services. The process of data collect for individual taxpayer in Padang, withtransmit 100 sheets the quisioners , and take the quisioner again. To do the test of dataquality are validity and reliability testing, in classic assumption are doing normality and multicollinearity test, and the hypothesis are doing coefficient of determination ( R ² ), simultaneous test ( F ) and t test .
The results of this study showed the influence of firmness tax penalties , tax fraud andtaxpayer;s think of the performance taxation services to taxpayers motivation in meeting tax responsibility, while the other variable, knowledge and taxpayers comprehension of the tax law there’s no influence of taxpayers motivation in meeting tax responsibility.
Keywords : Knowledge and taxpayers comprehension of tax laws, firmness tax penalties, tax fraud, taxpayers think of the performance taxation services, and motivation in meeting tax responsibility
PENDAHULUAN
Menurut undang-undang no.16 tahun 2009 pasal 1 pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat.
Jumlah wajib pajak yang terdaftar di KPP pratama Padang tahun 2013 yaitu sebanyak 212.032 dan yang menyerahkan
SPT sebanyak 137.098 atau sekitar 64,66%, masih berada jauh dibawah rata-rata nasional yaitu 85,23%. Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya masih terjadi permasalahan terhadap kesadaran dan motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan.Maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Upaya dalam meningkatkan penerimaan negara dari pajak bukanlah pekerjaan yang ringan. Upaya pendidikan, penyuluhan dan sebagainya tidak akan berarti banyak untuk meningkatkan motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan jika wajib pajak tidak merasakan manfaat dari membayar pajak tersebut. Hal ini dikarenakan oleh kurangnya motivasi wajib pajak dalam membayar pajak, dan masih banyak hal-hal lain yang membuat wajib pajak kurang akan kesadaran membayar pajak. Misalnya penyelewengan-penyelewengan atau isu korupsi yang saat sekarang ini sangat banyak terjadi yang dilakukan oleh aparat pajak, misalnya kasus yang dilakukan oleh Gayus Tambunan, dengan terjadinya kasus-kasus tersebut wajib pajak akan merasa khawatir atas pajak yang mereka bayar, kasus seperti ini bisa membuat kepatuhan atau motivasi wajib pajak untuk membayar pajak akan menurun. Dilihat dari sanksi yang kurang tegas wajib pajak
juga kurang kepatuhannya dalam membayar pajak karena sanksi-sanksi tersebut tidak membuat wajib pajak merasa diberatkan atau dirugikan. Dan jika dilihat dari wajib pajak itu sendiri masih banyak juga yang membuat wajib pajak kurang termotivasi dalam membayar pajak salah satunya dari pengetahuan dan pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan dan persepsi wajib pajak mengenai pelayanan kantor pajak. Ketidakpuasan masyarakat atas pelayanan dan mekanisme pajak tersebut akan mempengaruhi motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
LANDASAN TEORI DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak Tentang Peraturan Perpajakan
Pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan adalah proses dimana wajib pajak mengetahui tentang perpajakan dan mengaplikasikan pengetahuan itu untuk membayar pajak (Nugroho, 2012). Pengetahuan dan pemahaman yang dimaksud mengerti dan paham tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan (KUP) yang meliputi tentang bagaimana cara menyampaikan surat pemberitahuan (SPT), pembayaran, denda dan batas waktu pembayaran atau pelaporan SPT.
Pengetahuan peraturan perpajakan dalam sistem perpajakan yang baru , wajib pajak diberikan kepercayaan untuk melaksanakan sistem menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak terutangnya. Dengan adanya sistem ini wajib pajak tau akan fungsi membayar pajak. Dan pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan adalah cara wajib pajak dalam memahami peraturan perpajakan yang telah ada. Wajib pajak yang tidak memahami peraturan perpajakan secara jelas cenderung akan menjadi wajib pajak yang tidak taat. H1 :Pengetahuan dan Pemahaman Wajib
Pajak Tentang Peraturan Perpajakan Berpengaruh Terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan. Ketegasan Sanksi Perpajakan
Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti, ditaati atau dipatuhi. Atau bisa dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo, 2011).
Semakin tinggi sanksi yang diberikan kepada wajib pajak jika melakukan pelanggaran maka semakin
rendah pelanggaran-pelanggaran yang terjadi karena wajib pajak merasa sangat dirugikan dari sanksi-sanksi yang akan mereka terima jika melakukan pelanggaran. Dan begitupun sebaliknya jika semakin rendah sanksi yang diberikan kepada wajib pajak jika melakukan pelanggaran pajak maka semakin tinggi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi karena wajib pajak tidak merasa diberatkan atas sanksi yang diterima jika melakukan pelanggaran.
H2 :Ketegasan sanksi berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Penyelewengan Pajak
Penyelewengan pajak adalah sikap, cara, proses menyimpang atau penyalahgunaan dana yang digunakan oleh mafia pajak terhadap dana pajak yang di bayar oleh wajib pajak ( Irawan, 2013) . Terjadinya penyelewengan pajak disebabkan oleh lemahnya sistem dalam perpajakan.Dengan adanya penyelewengan pajak tentunya dapat mengurangi penerimaan negara dari sektor perpajakan, sehingga menghambat pembangunan infrastuktur.
Penyelewengan yang dilakukan oleh aparat pajak tergantung dari seberapa besar yang mereka dapatkan dari penyelewengan tersebut dan seberapa besar sanksi yang akan mereka terima jika
tertangkap. Jika tidak ada penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh aparat pajak maka akan meningkatkan motivasi wajib pajak dalam membayar pajak, karena pajak yang mereka bayarkan tersebut benar-benar digunakan untuk keperluan negara dan kemakmuran rakyat.
H3 :Penyelewengan pajak berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan
Persepsi Wajib Pajak atas Kinerja Pelayanan Perpajakan
Persepsi Wajib pajak atas kinerja pelayanan perpajakan adalah penilaian wajib pajak mengenai baik atau buruknya pelayanan perpajakan (Irawan, 2013).Menurut Tumiwa (2006) dalam Ghania (2010) Pelayanan adalah proses aktifitas atau manfaat yang ditawarkan kepada pihak lain yang ada dasarnya tidak berwujud yang bersifat langsung dalam suatu organisasi atau institusi.Pelayanan pajak merupakan pelayanan publik.Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
pelayanan perpajakan dapat mempengaruhi motivasi wajib pajak dalam memenuhi kebutuhan perpajakan, apabila pelayanan yang diberikan oleh aparat pajak
kepada wajib pajak sangat baik, maka biasanya motivasi wajib pajak untuk membayar pajaknya juga semakin tinggi, dan sebaliknya apabila pelayanan yang diberikan oleh kantor pelayanan pajak tidak sesuai dengan yang diinginkan wajib pajak maka motivasi wajib pajak biasanya akan rendah.
H4 :Persepsi wajib pajak tentang peraturan perpajakan berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan
METODOLOGI PENELITIAN Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang melaporkan SPT yang terdaftar di KPP Pratama Padang berjumlah 137.098.Wajib pajak yang menjadi sampel dipilih dengan menggunakan random sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi.
Penentuan jumlah sampel diperoleh dari perhitungan penentuan jumlah sampel minimal dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut (Sunyoto, 2013):
N n =
1 + Ne2 Dimana :
n = jumlah sampel N = populasi
e = eror / tingkat kesalahan maksimum yang ditolerir (10%).
Jenis danTeknik Pengumpulan data Pada penelitian ini, peneliti menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden. Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada responden yaitu wajib pajak orang pribadi yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara langsung. Daftar pertanyaan tersebut disusun dalam sebuah kuisioner kemudian disebarkan kepada responden untuk diisi, setelah selesai pengisian kuesioner tersebut dikembalikan kepada penyebar kuesioner.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan
Motivasi wajib pajak dalam memnuhi kewajiban perpajakan adalah kewajiban wajib pajak untuk melakukan kewajiban dalam perpajakan yang diukur dengan instrument kuisioner yang digunakan penelitian terdahulu yang dikembangkan oleh Istanto (2010). Kuisioner yang dikembangkan Istanto (2010) berdasarkan beberapa indikator yaitu sukarela, mendaftarkan diri untuk
mendapatkan NPWP, Pengabdian kepada negara, Sosialisasi perpajakan, sanksi perpajakan, hadiah penghargaan, fasilitas pelayanan dan tarif pajak. Kuisioner ini menggunakan skala likert 5 poin ( 1= sangat tidak setuju dan 5=sangat setuju ). Pengetahuan dan pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan
Pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan adalah proses dimana wajib pajak mengetahui tentang perpajakan dan mengaplikasikan pengetahuan itu untuk membayar pajak (Nugroho, 2012). Pengetahuan dan pemahaman yang dimaksud mengerti dan paham tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan (KUP) yang meliputi tentang bagaimana cara menyampaikan surat pemberitahuan (SPT), pembayaran, denda dan batas waktu pembayaran atau pelaporan SPT. Variabel diukur dengan instrumen pertanyaan yang berasal dari penelitian terdahulu yang dikembangkan oleh Handayani, Faturokhman dan Pratiwi (2011). Indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengetahuan dan pemahaman tentang sanksi jika melakukan pelanggaran perpajakan, pengetahuan dan pemahaman mengenai PTKP, PKP dan tarif pajak, pengetahuan dan pemahaman peraturan pajak melalui sosialisasi dan pengetahuan dan pemahaman peraturan pajak melalui training.Kuisioner ini menggunakan skala
likert 5 poin ( 1= sangat tidak setuju dan 5=sangat setuju ).
Ketegasan sanksi perpajakan
Ketegasan sanksi perpajakan adalah terjadi karena pelanggaran terhadap peraturan perpajakan sehingga apabila terjadi pelanggaran maka wajib pajak dihukum dengan indikasi kebijakan perpajakan dan perundang-undangan.Instrument kuisioner yang digunakan penelitian terdahulu yang dikembangkan oleh Istanto (2010).Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah sanksi pajak, penegakan hukum oleh aparat pajak, sosialisasi sanksi perpajakan. Kuisioner ini menggunakan skala likert 5 poin ( 1= sangat tidak setuju dan 5=sangat setuju ). Penyelewengan Pajak
Penyelewengan pajak adalah sikap, cara, proses menyimpang atau penyalahgunaan dana yang digunakan oleh mafia pajak terhadap dana pajak yang dibayar oleh wajib pajak, penyelewengan pajak diukur dengan menggunakan instrumen kuisioner yang digunakan penelitian terdahulu yang dikembangkan oleh Irawan (2013). Instrumen tersebut terdiri dari pertanyaan-pertanyaan mengenai informasi yang berhubungan dengan penyelewengan pajak dengan indikator informasi, peristiwa penting, menarik, fakta dan efek dari
penyelewengan pajak, dengan menggunakan skala Likert 5 poin (1=sangat tidak setuju dan 5=sangat setuju).
Persepsi wajib pajak atas kinerja pelayanan perpajakan
Persepsi wajib pajak atas kinerja pelayanan perpajakan adalah penilaian wajib pajak mengenaibaik buruknya pelayanan perpajakan yang diukur dengan menggunakan instrumen kuisioner yang dilakukan penelitian terdahulu yang dikembangkan oleh Irawan (2013).Instrumen tersebut terdiri dari pertanyaan-pertanyaan mengenai informasi yang berhubungan dengan persepsi tentang kinerja pelayanan perpajakan yang indikatornya adalah bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan dan empati. Variabel ini menggunakan skala Likert 5 poin ( 1=sangat tidak setuju dan 5=sangat setuju).
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN Uji Validitas
Uji Validitas data dilakukan untuk mengukurvalid atau tidaknya suatu data. Pengujian ini dilakukan untuk mengukur tingkat interkorelasi antar variabel dan dapat atau tidaknya dilakukan analisis faktor dengan menggunakanKaiser-Meyer-Olkinmeasure of Sampling Adequacy
(KMO MSA). Nilai KMO bervariasi dari 0 sampai dengan 1. Nilai yang dikehendaki harus > 0,50 untuk dapat dilakukan analisis faktor (ghozali, 2011).
Dari hasil pengujian diketahui bahwa seluruh pertanyaan dalam kuesioner yang digunakan valid, karena nilai KMO seluruh variabel besar dari 0,5. Dan nilai factor loadingpada semua item-item pernyataan sudah valid karena sudah berada diatas 0.40.
Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu kewaktu. Menurut Nunnally (1994) dalam Ghozali (2011) Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan uji statistik Cronbach’s Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha> 0,50 (Ghozali, 2005).
Darihasil pengujian reliabilitas menunjukkan bahwa tiap variabel baik independen dan dependen memiliki nilai Cronbach's Alpha diatas 0,5. Jika dilihat dari nilai minimum Cronbach's Alpha yaitu 0,5 dapatdisimpulkan bahwa variabel pernyataan dalam kuesioner tersebut reliabel dan penelitian ini dapat dilakukan ke tingkat selanjutnya.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011).Model regresi yang baik adalah data yang berdistribusi normal atau mendekati normal.Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan model Kolmogorov-Smirnov (KS). Jika nilai signifikan besar dari 0,05 maka distribusi datanya dikatakan normal. Sebaliknya jika signifikan yang dihasilkan dibawah 0,05 maka data tidak terdistribusi normal.
Dari hasil pengujian semua variabel berdistribusi normal karena memiliki nilai asymp sig (2-tailed) yang besar dari 0.05. Hasil Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi dapat dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya dan Variance Inflation Factor (VIF).
Berdasarkan hasil pengujian diketahui nilai VIF lebih kecil dari 10 dan nilai toleransinya mendekati angka 1.
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi ini bebas dari gangguan multikolinearitas.
Hasil Uji Koefisien Determinasi ( R2 ) Pengujian koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur berapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variabel independen. Uji koefisien determinasi memiliki nilai adjusted R2 adalah sebesar 31,3%. Hal ini menunjukan bahwa motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan dipengaruhi oleh 4 variabel bebas, yaitu pengetahuan dan pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan, ketegasan sanksi perpajakan, penyelewengan pajak dan persepsi wajib pajak atas kinerja pelayanan perpajakan sebesar 31,3% dan sisanya yaitu 68,7% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model.
Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel bebas (independen) yang dimasukan ke dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Nilai signifikan uji statistik F kecil dari 0.05 yaitu sebesar 0.000.Maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan, ketegasan sanksi perpajakan, penyelewengan pajak dan persepsi wajib pajak atas kinerja pelayanan perpajakan
berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Uji statistik t digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresivariableindependent (X1, X2, X3,X4) secara parsial (individual) berpengaruhterhadap variabeldependent (Y). Jika masing-masing variabel bebas memiliki nilai t sig < 0,05, maka dapat dikatakan variabel bebas X1, X2,X3 dan X4memiliki pengaruh terhadap variabel Y (motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan)
Hasil pengujian hipotesis 1 diketahui t sig besar dari 0.05 yaitu sebesar 0.146, sehingga dapat dikatakan pengetahuan dan pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan tidak berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan. H1 ditolak.Berdasarkan dari pengamatan dilapangan dan jawaban pernyataan dari responden hal ini terjadi karena kurangnya sosialisasi atau pelatihan yang diberikan petugas pajak terhadap wajib pajak orang pribadi, dan pada pernyataan tersebut rata-rata jawaban responden berada pada pilihan jawaban tidak setuju dan kurang setuju. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hardiningsih (2011) dan Rahmawaty, Ningsih dan Fadhlia (2011).
Hasil pengujian hipotesis 2 diketahui nilai t sig lebih kecil dari 0.05 yaitu sebesar 0.005, sehingga dapat disimpulkan ketegasan sanksi perpajakan berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan. H2 diterima.Hal ini menunjukan sikap wajib pajak tentang sanksi perpajakan cukup baik.
Hasil pengujian hipotesis 3 diketahuinilai t sig lebih kecil dari 0.10 yaitu sebesar 0.067, sehingga dapat dinyatakan bahwa penyelewengan pajak berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan. H3 diterima, hal ini menunjukan bahwa wajib pajak akan merasa dirugikan apabila terjadi penyelewengan pajak yang dilakukan oleh aparat pajak.
Hasil pengujian hipotesis 4 diketahuinilai t sig lebih kecil dari 0.10 yaitu sebesar 0.082, sehingga dapat dinyatakan bahwa persepsi wajib pajak atas kinerja pelayanan perpajakan berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan. H4 diterima, hal ini menunjukkan sikap wajib pajak cukup memiliki kepercayaan terhadap pelayanan yang berkualitas yang telah dilakukan oleh fiskus.
Pada hipotesis ke 3 dan 4 pada level signifikan 5% hipotesis ditolak namun pada level signifikan 10% hipotesis diterima.
Kesimpulan
Dari hasil pengujian dan analisis terhadap data, diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Hasil pengujian hipotesis 1 menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan tidakberpengaruh terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
2. Hasil pengujian hipotesis 2 menyatakan bahwa ketegasan sanksi perpajakan berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
3. Hasil pengujian hipotesis 3 menyatakan bahwa penyelewengan pajak berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan. 4. Hasil pengujian hipotesis 4
menyatakan bahwa persepsi wajib pajak atas kinerja pelayanan perpajakan berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan. 5. Dan hasil pengujian secara
simultan didapat pengetahuan dan pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan, ketegasan sanksi perpajakan, penyelewengan pajak dan persepsi wajib pajak atas
kinerja pelayanan perpajakan berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya menggunakan 100 responden dikarenakan waktu yang diberikan terbatas. Belum semua responden mewakili penelitian ini dikarenakan pengambilan sampel secara acak.
Saran
1. Untuk pemerintah sangat disarankan untuk merencanakan, membuat, dan memutuskan peraturan perpajakan yang dapat dimengerti dan dipahami dengan mudah oleh wajib pajak. Peraturan yang sulit dipahami apalagi sulit dan rumit untuk dimengerti dapat berakibat pada aktivitas wajib pajak dalam melaksanakan dan
memenuhi kewajiban
perpajakannya.
2. Bagi fiskus atau petugas pajak untuk mengadakan waktu yang lebih banyak untuk terjun ke lapangan dan bertemu langsung dengan wajib pajak, dengan demikian pandangan wajib pajak akan kinerja pelayanan perpajakan akan meningkat. Selain itu petugas pajak perlu membekali diri dengan pengetahuan perundang-undangan
serta ketentuan umum dan tata cara perpajakan agar dapat memberikan jawaban yang tepat serta memuaskan wajib pajak.
3. Untuk KPP Pratama Padang sebaiknya lebih intensif memberikan penyuluhan kepada wajib pajak, dan perlu ditingkatkan secara terus menerus karena pengetahuan dan pemahaman terbukti memiliki hubungan positif dan signifikan dengan motivasi patuh membayar pajak. Penyuluhan tersebut diberikan sesuai perkembangan atau perubahan peraturan perpajakan. Selain itu, juga perlu sesekali diselenggarakan pelatihan cara menghitung dan mengisi formulir pajak kepada wajib pajak tanpa dipungut biaya
4. Penyelewengan pajak yang dilakukan oleh mafia pajak seharusnya ditindak dengan tegas sehingga tidak ada lagi bermunculan mafia-mafia pajak lainnya karena penyelewengan pajak terbukti memiliki hubungan negatif dan signifikan dengan motivasi patuh membayar pajak, maka jika ingin meningkatkan motivasi wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakanya maka harus menghilangkan budaya penyelewengan pajak.
5. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel lainnya yang
diprediksi dapat mempengaruhi
motivasi wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakan.
DAFTAR PUSTAKA
Benjamin, Aga Vanesha. 2013. Pengaruh Persepsi, Kualitas Layanan, Pengetahuan dan Pemahaman Perpajakan Terhadap Motivasi Membayar Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Usahawan di Hi-Tech Mall, Surabaya. Skripsi-S1 Universitas Katolik Darma Cendika
Direktorat Jenderal Pajak. 2012. Susunan Dalam Satu Naskah Undang-Undang Perpajakan
Ghania, Nurul. 2010. Analisis Pengaruh Kecerdasan Spritual, Kinerja Pelayanan Perpajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan. Skripsi-S1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19, Edisi 5. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Handayani, Faturokhman dan Umi Pratiwi. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan membayar pajak wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas. Jurnal
Akuntansi. Universitas Jenderal Soedirman
Hardiningsih, Pancawati. 2011. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak. Jurnal Dinamika Keuangan dan Perbankan.Vol.3 No.1 (126-142)
Hasibuan, Melayu S.P. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara Irawan, Candra. 2013. Pengaruh
Pengetahuan Wajib Pajak Tentang Peraturan Perpajakan, Penyelengan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak Mengenai Kinerja Pelayanan Pajak Terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan.Jurnal
Akuntansi.Universitas Riau Istanto, Fery. 2010. Analisis Pengaruh
Pengetahuan Tentang Pajak, Ketegasan Sanksi Perpajakan dan Tingkat Pendidikan Terhadap Motivasi Wajib Pajak dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan. Skripsi-S1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Mardiasmo. 2011. Perpajakan,Edisi revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi Nugroho, Rahman Adi. 2012.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Dengan Kesadaran Membayar Pajak Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Akuntansi dan Ekonomi Bisnis. Universitas Diponegoro. Vol.1. No.2 (1-11)
Pajak. 2013. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Masih Rendah.
(www.pajak.go.id) diakses 10 November 2013
Rahmawaty, Ningsih dan Wida Fadhlia. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak. Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi. Vol.4 No.2 (202-215)
Suhartono. 2006. Hubungan Antara Kecerdasan Spritual dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kinerja Pelayanan Perpajakan Dengan Motivasi Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakannya Di Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Grogol Petamburan. Tesis-S2 Universitas Indonesia
Sunyoto, Danang. 2013. Metode dan Instrumen Penelitian: Ekonomi Dan Bisnis. Jakarta: CAPS (Center For Academic Publishing Service).
Undang-undang perpajakan no 16. 2012. Susunan Dalam Satu Naskah Undang-Undang Perpajakan. Waluyo, 2011.Perpajakan Indonesia, Edisi
10. Penerbit Salemba Empat Widayati dan Nurlis. 2010. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto. Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Yamin dan Titi Muswati. 2009. Model
Penyelewengan Pajak Menggunakan Faktur Pajak Fiktif. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi. Vol.16 No.1 (1-7)