• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK. pencarian pengetahuan yang relevan dan reliable tentang dunia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIK. pencarian pengetahuan yang relevan dan reliable tentang dunia"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual

1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Berpikir kritis dimaksudkan sebagai berpikir yang benar dalam pencarian pengetahuan yang relevan dan reliable tentang dunia realita.Seseorang yang berpikir secara kritis mampu mengajukan pertanyaan yang cocok, mengumpulkan informasi yang relevan, bertindak secara efisien dan kreatif berdasarkan informasi, dapat mengemukakan argumen yang logis berdasarkan informasi, dan dapat mengambil simpulan yang dapat dipercaya (Schafersman, 1991).Berpikir kritis merupakan aktivitas mental dalam mengevaluasi suatu argumen atau proposisi dan membuat keputusan yang dapat menuntun diri seseorang dalam mengembangkan kepercayaan dan melakukan tindakan (Ennis, 1992).

Menurut Rudinov dan Barry (Afrizon, 2013) berpikir kritis adalah sebuah proses yang menekankan sebuah basis kepercayaan-kepercayaan yang logis dan rasional, dan memberikan serangkaian standard an prosedur untuk menganalisis, menguji, dan mengevaluasi. Jhonson (2002) berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Kuswana (2012) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan berpikir kritis

(2)

secaralogis, reflektif, dan produktif yang diaplikasikan dalam menilai situasi untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang baik.

Menurut Glaser (Afrizon, 2013) berpikir kritis adalah sebagai berikut:

1) Mengenal masalah: mengidentifikasi asumsi yang digunakan dalam suatu pernyataan, merumuskan pokok-pokok permasalahan, menemukan cara-cara yang dipakai untuk menangani masalah-masalah, mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan, memahami dan menggunakan bahasa yangtepat, jelas, dan khas. 2) Menganalisis data: menilai fakta dan evaluasi

pernyataan-pernyataan, mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah, menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan, menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seseorang ambil

3) Menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas

4) Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari yaitu mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan dan menetapkan argumentasi atau tuntutan yang paling kuat

Menurut Ennis (1993) kemampuan berpikir kritis adalah berpikir yang wajar dan reflektif yang berfokus pada memutuskan apa yang harus

(3)

diyakini atau dilakukan. Berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa meliputi: a) mencari pernyataan yang jelas dari pertanyaan; b) mencari alas an: c) berusaha mengetahui informasi dengan baik; d) memakai sumber yang memilikikredibilitas dan menyebutkannya; e) memerhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan; f) berusaha tetap relevan dengan ide utama; g) mengingat kepentingan yang asli dan mendasar; h) mencari alternative; i) bersikap dan berpikir terbuka; j) mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu; k) mencari penjelasan sebanyak mungkin; l) bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah.

Indikator kemampuan berpikir kritis yang diturunkan dari aktivitas

kritis (a) adalah mampu merumuskan pokok-pokok

permasalahan.Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis (c), (d), dan (g) adalah mampu mengungkap fakta yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu masalah.Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis (b), (f), dan (l) adalah mampu memilih argumen logis, relevan dan akurat. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis (h), (j), dan (k) adalah mampu mendeteksi bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis (e) dan (i) adalah mampu menentukan akibat dari suatu pernyataan yang diambil sebagai suatu keputusan (Direktori file UPI).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis matematis yaitu kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah

(4)

dengan alasan yang tepat, sistematis, dan terarah, serta dapat mengevaluasi suatu argumen dengan membuktikannya. Adapun indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Kemampuan menganalisis masalah dengan alasan yang logis

Dalam penelitian ini, kemampuan menganalisis yang dimaksud yaitu siswa paham akan pokok persoalan yang tersurat maupun tersirat dan dapat menjelaskan alasan secara logis.

2) Bersikap dan berpikir terbuka dalam mengambil alternatif penyelesaian yang terbaik

Dalam penelitian ini, bersikap dan berpikir terbuka yang dimaksud yaitu siswa mampu menyusun sebuah konsep dari permasalahan yang ada dan mampu mencari alternatif lain dari permasalahan yang ada. 3) Kemampuan memecahkan masalah yang rinci dan jelas

Dalam penelitian ini, kemampuan yang dimaksud yaitu siswa dapat menyelesaikan atau mengoperasikan soal sehingga diperoleh hasil yang tepat.

4) Memberikan kesimpulan dengan pembuktian yang tepat

Dalam penelitian ini, kesimpulan yang dimaksud yaitu siswa dapat menilai benar atau salah suatu permasalahan serta dapat membuktikannya dengan alasan yang tepat.

(5)

2. Spiritual Quotient (SQ)

Kecerdasan spiritual ditemukan oleh Zohar dan Marshall pada pertengahan tahun 2000. Zohar dan Marshall (2007) menegaskan bahwa kecerdasan spiritual adalah landasan untuk membangun kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional.

Kata spiritual memiliki akar kata spirit yang berarti roh.Kata ini berasal dari bahasa Latin, spiritus, yang berarti napas.Roh bisa diartikan sebagai energi kehidupan yang membuat manusia dapat hidup, bernapas dan bergerak.Spiritual berarti pula segala sesuatu di luar fisik, termasuk pikiran, perasaan, dan karakter yang dikenal dengan kodrat (Yaumi dan Ibrahim, 2013:22).

Zohar dan Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai. Kecerdasan yang memberi makna, yang melakukan kontekstualisasi, dan bersifat transformatif.Mereka mengatakan kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya.Dan kecerdasan itu untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain (Agustian, 2001:57).Zohar dan Marshall (2007) juga menjelaskan bahwa spiritualitas tidak harus dikaitkan dengan kedekatan seseorang dengan aspek ketuhanan, sebab seorang humanis atau atheis pun dapat memiliki spiritualitas tinggi. Kecerdasan spiritual lebih berkaitan dengan pencerahan jiwa.Orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi mampu memaknai

(6)

hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif akan mampu membangkitkan jiwa dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.

Berbeda dengan Agustian (2001:57) yang menyatakan bahwa kecerdasan spiritual sebagai kemampuan seseorang dalam memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia seutuhnya (hanif), dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik) serta berprinsip “hanya karena Allah”.Adapun Sukmadinata (2005) mengemukakan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan rohaniah yang menuntun diri kita memungkinkan kita utuh.Kecerdasan spiritual berada pada bagian yang paling dalam dari diri kita, terkait dengan kebijaksanaan (wisdom) yang berada di atas ego.Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang bukan saja mengetahui nilai-nilai yang ada tetapi juga secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.

Sedangkan Yaumi dan Ibrahim (2013) yang mendefinisikan kecerdasan spiritual adalah kapasitas hidup manusia yang bersumber dari hati yang dalam (inner-capasity) yang terilhami dalam bentuk kodrat untuk dikembangkan dan ditumbuhkan dalam mengatasi berbagai kesulitan hidup. Hal ini mencakup kesadaran terhadap hakikat dan eksistensi diri mendorong hadirnya pandangan luas terhadap dunia, toleran yang merujuk pada kesadaran terhadap eksistensi diri akan membawa

(7)

dampak yang berharga bagi munculnya keinginan untuk mengakui keberadaan yang lain, kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan objeknya, kebermaknaan yang merujuk pada sesuatu yang dapat bermakna kalau dapat memberi nilai tambah dan memiliki gagasan-gagasan yang segar dan aneh, rasa humor yang dewasa, penyerahan diri sepenuhnya kepada suatu kekuatan yang dapat mengatur seluruh alam dan isinya, kedamaian, suatu kondisi jiwa yang merasa tenang, nyaman, dan aman.

Menurut Zohar dan Marshall (2007), ciri-ciri dari kecerdasan spiritual yang telah berkembang dengan baik secara umum adalah sebagai berikut: 1) Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif), 2) Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan untuk menghadapi dan melampaui rasa takut. 3) Kualitas hidup yang diilhami oleh kualitas visi dan nilai. 4) Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu. 5) Kecenderungan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu. 6) Kecenderungan nyata untuk bertanya “mengapa? Atau bagaimana jika?” untuk mencari jawaban-jawaban mendasar. 7) Kepemimpinan yang penuh pengabdian dan tanggung jawab.

Zohar dan Marshall (2007) menyebutkan fungsi kecerdasan spiritual adalah: 1) Menjadikan manusia yang apa adanya serta member potensi untuk lebih berkembang. 2) Menjadikan manusia lebih kreatif. 3) Dapat digunakan pada masalah sangat krisis yang membuat kita merasa seakan kehilangan keteraturan diri. 4) Dapat meningkatkan pengetahuan

(8)

keberagaman yang luas. 5) Mampu menjembatani atau menyatukan hal yang bersifat personal dan interpersonal. 6) Untuk mencapai kematangan pribadi yang lebih utuh karena kita mempunyai potensi untuuk hal tersebut. 7) Dapat digunakan dalam menghadapi pilihan dan realitas yang pasti akan datang dan harus kita hadapi bagaimanapun bentuknya.

Fungsi kecerdasan spiritual menurut Agustian (2008:286-287) yaitu membentuk perilaku seseorang yang berakhlaq mulia, seperti: 1) Kerendahan hati yaitu menghormati dan menerima segala nasehat dan kritik dari orang lain. 2) Tawakal (berusaha dan berserah diri) yaitu tabah terhadap segala cobaan dan selalu berserah diri pada Allah SWT. 3) Keikhlasan (ketulusan) yaitu selalu mengerjakan sesuatu tanpa pamrih. 4) Kaffah (totalitas) yaitu kecenderungan untuk melihat antara berbagai hal dan mencari jawaban yang mendasar dengan bersikap kritis terhadap berbagai persoalan dan melihat kebenaran dari berbagai sumber. 5) Tawazun (keseimbangan) yaitu kemampuan bersifat fleksibel dengan memprioritaskan pekerjaan yang lebih penting dan bisa membagi waktu dengan baik. 6) Ihsan (integritas dan penyempurnaan) yaitu memiliki integritas dan tanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi dengan melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh dan menjadi contoh yang baik dalam bertingkah laku.

Karakteristikkecerdasan spiritual yang tinggi yaitu memiliki kerendahan hati, mampu mengendalikan masalah, mampu memaknai sesuatu dari konteks yang lebih luas, sikap hidupnya yang fleksibel atau

(9)

luwes, cenderung untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal, kecenderungan nyata untuk bertanya “Mengapa?” atau “Bagaimana jika” untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar, bertanggung jawab.. Sedangkan karakteristik kecerdasan spiritual yang rendah yaitu kehendaknya berlawanan dengan kehendak Tuhan, visi-motivasi imannya tidak aktf, tidak menikmati/mensyukuri nikmat atau limpahan rahmat-Nya. Berdasarkan pemaparan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang menempatkan tindakan dan kehidupan manusia dalam konteks makna yang lebih luas yakni kemampuan untuk mengakses suatu jalan kehidupan bermakna yang bersumber dari hati yang terilhami dalam bentuk kodrat untuk dikembangkan dan ditumbuhkan dalam mengatasi berbagai kesulitan hidup. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa indikator kecerdasan spiritual, yaitu:

1. Memiliki tingkat kesadaran yang tinggi dan istiqomah dalam menjalani hidup yang di ilhami oleh visi dan nilai.

2. Kecenderungan untuk melihat antara berbagai hal dan mencari jawaban yang mendasar (kaffah).

3. Ikhlas dan tawakal. 4. Rendah hati.

5. Kemampuan bersifat fleksibel (tawazun).

6. Memiliki integritas dan tanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi pada orang lain.

(10)

3. Materi

Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Relasi dan Fungsi. Standar kompetensi dan kompetensi dasar disesuaikan dengan silabus KTSP yaitu sebagai berikut :

a) Materi Pokok

Relasi dan Fungsi

b) Standar Kompetensi

1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus.

c) Kompetensi Dasar

1.3 Memahami relasi dan fungsi 1.4 Menentukan nilai fungsi masalah.

d) Indikator

1.3.1 Menjelaskan pengertian relasi dan fungsi

1.3.2 Menjelaskan pengertian relasi dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari

1.3.3 Menyatakan relasi dan fungsi dengan diagram panah, diagram cartesius dan himpunan pasangan berurutan.

1.3.4 Menentukan domain, kodomain dan range. 1.4.1 Menentukan nilai fungsi.

(11)

B. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan kemampuan generalisasi matematis dan gaya berpikir yaitu:

1. Arjani (2014) telah meneliti tentang pengaruh tingkat inteligensi dan motivasi belajar terhadap kemampuan berpikir kritis matematis menunjukkan bahwa tingkat inteligensi merupakan faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis matematis.

2. Kasih (2015) telah meneliti tentang pengaruh kecerdasan spiritual dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika menunjukkan bahwa terdapat pengaruh langsung yang signifikan kecerdasan spiritual terhadap motivasi belajar dan prestasi belajar matematika.

Adapun persamaan penelitian ini dengan beberapa penelitian diatas sama-sama mengacu pada kemampuan berpikir kritis matematis dan ditinjau dari kecerdasan spiritual.Sedangkan perbedaan variabel tinjauan, subjek, dan tempat penelitian.Sedangkan tempat penelitiannya di SMP N 3 Banyumas dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VIII tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini akan terfokus untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis matematis siswa ditinjau dari Spiritual Quotient (SQ).

C. Kerangka Pikir

Berpikir kritis merupakan aktivitas mental dalam mengevaluasi suatu argumen atau proposisi dan membuat keputusan yang dapat menuntun diri seseorang dalam mengembangkan kepercayaan dan

(12)

melakukan tindakan (Ennis, 1992).Untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis salah satunya dengan meningkatkan kecerdasan spiritual.Dengan kecerdasan spiritual, diharapkan siswa dapat lebih cermat dalam mengambil keputusan.Sebab dengan kecerdasan spiritual siswa dituntut untuk memahami dan terampil dalam memilih dan mengidentifikasi masalah-masalah yang ada.Dengan demikian diharapkan siswa terampil menghadapi masalah dan berusaha memecahkannya, serta memiliki pengetahuan yang berguna untuk kehidupan kelak di masyarakat, dan hasil akhirnya adalah di tangan Tuhan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau dari Spiritual Quotient (SQ).

Sebelum melakukan penelitian, akan dilakukan observasi untuk mendapatkan data awal dan menentukan kelas yang akan dijadikan subyek penelitian. Langkah selanjutnya adalag mengumpulkan data hasil tes kemampuan berpikir kritis matematis setelah mendapatkan data Spiritual

Quotient (SQ) masing-masing siswa.Selain data hasil tes kemampuan

berpikir kritis matematis dan Spiritual Quotient (SQ), pengumpulan data juga berasal dari hasil wawancara dan dokumentasi.Setelah data terkumpul, lamgkah selanjutnya mereduksi data, menyajikan data dan menyimpulkan data. Data yang akan disajikan berupa deskripsi kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau dari Spiritual Quotient (SQ).

(13)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Banyumas, terletak di Jalan Raya KejawarKM-1 Banyumas pada tahun pembelajaran 2016/2017 semester ganjil.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dinamakan deskriptif kualitatif karena peneliti melakukan analisa hanya sampai taraf deskripsi yaitu mendeskripsikan dan menyajikan data secara sistematis.

C. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain analisis deskripsi kualitatif karena data yang terkumpul berbentuk tulisan, kata-kata, atau gambar. Selainitu, penelitian ini lebih menitikberatkan pada deskripsi kemampuan berpikir kritis siswa SMP Negeri 3 Banyumas ditinjau dari

Spiritual Quotient (SQ), kemudian data yang diperoleh dipaparkan dalam

rangkaian kalimat. Penelitian ini menggunakan model Miles and Huberman yang terdiri dari tiga tahap yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan kesimpulan (verification/conclusion drawing). Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menentukan sekolah yang akan digunakan sebagai tempat penelitian yaitu SMP Negeri 3 Banyumas.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian tugas akhir ini, hasil yang dicapai adalah pergeseran jarak posisi pilar acuan antara pengukuran lapangan dengan pelacakan dari atas citra

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar matematika antara pembelajaran menggunakan pendekatan langkah Polya dipadukan dengan diskusi kelompok

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Rokhmah yang menunjukkan mayoritas ODHA memiliki sikap yang positif terhadap HIV/AIDS dan

Penggunaan abu sawit sebagai bahan stabilisasi tanah dapat menambah nilai kuat tekan tanah , meningkatkan kuat geser tanah dan menurunkan nilai indeks plastis sebesar 14,2 prosen

Rumah Perawatan Psiko-Neuro-Geriatri atau yang lebih dikenal dengan “Puri Saras” adalah klinik kesehatan yang bergerak dalam bidang layanan kesehatan jiwa, mulai beroperasi sejak

Berdasarkan sekilas latar belakang di atas, penulis menyimpulkan sebagai konsep penelitian dan perancangan yang akan dilakukan untuk penulisan skripsi ini adalah dengan judul

3) Guru tidak melaksanakan prinsip-prinsip evaluasi yang efisien dan efektif. 4) Kebanyakan guru memiliki cara penilaian yang tidak seragam. 5) Guru kurang

• Sementara satu orang menjadi pelatih utama yang memimpin kegiatan belajar, anggota Tim Pelatih lainnya sebaiknya membaur dengan para peserta pelatihan.