• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | 251

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung

Bandung

Andita Aprilina Nugraheni anditaprilina2804@gmail.com

Mahasiswa Program Sarjana, Prodi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung

Abstrak

Masjid Agung Bandung merupakan salah satu masjid tertua di Kota bandung. Masjid ini dibangun pada awal abad ke-19, yaitu pada tahun 1811-1812. Semenjak berdiri pada tahun 1812 hingga saat ini, Majid Agung Bandung telah banyak memegang peranan penting, seperti sebagai pusat penyiaran, simbol keagamaan, dan sebagai tempat beribadah dan berinteraksi bagi masyarakat yang menganut Agama Islam. Lokasinya strategis yaitu berada di pusat Kota Bandung, yang juga berdekatan dengan alun-alun serta kantor Walikota Bandung juga menjadikan bangunan ini penting, dan digunakan sebagai salah satu pusat kota Bandung saat ini. Bentuk bangunan Masjid Agung Bandung ini juga telah mengalami beberapa kali perubahan dan renovasi, dimulai dari ketika bentuknya yang masih sederhana hingga menjadi bentuk yang megah seperti saat ini. Pada artikel ini akan dibahas mengenai sejarah pembangunan, serta renovasi yang dilakukan terhadap Masjid Agung Bandung, sebagai salah satu bangunan arsitektural masjid tertua di Kota Bandung.

Kata-kunci : Islam, masjid, pembangunan, renovasi, sejarah

Pendahuluan

Masjid Agung Bandung merupakan salah satu masjid tertua yang ada dikota Bandung. Masjid ini dibangun pada awal abad ke-19, tepatnya pada tahun 1811-1812. Pembangunan masjid Agung Bandung ini juga bersamaan dengan pemindahan Ibukota Bandung dari Krapyak ke Cikapundung. Masjid Agung terletak di pusat Kota Bandung, tepatnya di Jl. Asia Afrika, Balonggede, Kota Bandung. Lokasinya yang strategis dan berada dipusat Kota Bandung, yaitu berada didekat alun-alun dan kantor Walikota Bandung, menjadikannya sebagai salah satu pusat kota. Masjid ini juga sering disebut sebagai Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat. Sebagai salah satu pusat Kota Bandung, Masjid Raya Agung tentu menyimpan banyak sejarah dan peninggalannya tersendiri.

Masjid Agung Bandung kini telah berdiri kurang lebih dua abad lamanya. Dalam kurun waktu dua abad lamanya, Masjid Agung Bandung telah mengalami banyak perkembangan. Perkembangan pada Masjid Agung Bandung ini terjadi dengan melalui pembangunan atau renovasi. Masjid Agung Bandung telah mengalami banyak sekali renovasi, yaitu sekitar tujuh hingga delapan kali. Dalam kurun waktu tersebut pula, dapat kita amati terjadi perkembangan karakteristik Masjid Agung Bandung dari mulai masa kolonial Belanda hingga masa kini setelah kemerdekaan, dimulai dari bentuknya yang masih sederhana hingga menjadi megah seperti yang dapat kita amati saat ini. Hal ini cenderung berbeda dengan bangunan-bangunan religius lain, seperti gereja dan candi. Bangunan-bangunan tersebut cenderung mempertahankan bentuk fisiknya. Namun, terlepas dari hal tersebut, perubahan-perubahan yang terjadi pada Masjid Agung Bandung terjadi akibat adanya perubahan situasi dan kondisi dari masa ke masa pada lingkungan disekitar masjid tersebut.

(2)

Sebagai salah satu pusat kota Bandung, Masjid Agung Bandung tentu menyimpan banyak sejarahnya sendiri. Masjid Agung Bandung juga telah banyak mengalami perkembangan, melalui beberapa renovasi. Perkembangan-perkembangan ini pun juga telah mengubah karakteristik dari masjid ini. Sehingga dalam artikel ini, akan dibahas, mengenai sejarah dan perkembangan Masjid Agung Bandung. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah mengetahui sejarah pembangunan, serta renovasi yang dilakukan terhadap Masjid Agung Bandung, sebagai salah satu bangunan arsitektural masjid tertua di Kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini merupakan studi literatur, dengan mempelajari buku, sumber dari internet, maupun artikel-artikel yang ada.

Sejarah Pembangunan dan Renovasi Masjid Agung Bandung

Masjid Agung Bandung merupakan masjid yang berlokasi dekat dengan alun-alun Kota Bandung dan dengan ruas Jalan Asia-Afrika, yang merupakan pusat Kota Bandung. Lokasinya yang berada pada pusat kota membuatnya menjadi tempat yang strategis karena kemudahan dalam mengaksesnya. Masjid Agung Bandung juga terletak dekat dengan Gedung Merdeka dan Hotel Preanger.

Masjid Raya Bandung yang kini disebut dengan Masjid Raya Bandung Jawa Barat merupakan masjid yang didirikan pada tahun 1812. Masjid ini didirikan bersamaan dengan dipindahkannya pusat Kota Bandung dari Krapyak menuju ke lokasi yang sampai saat ini masih dijadikan pusat Kota Bandung. Pada awalnya, Masjid Agung Bandung dibangun dengan bentuk yang masih sederhana, yaitu dengan bentuk bangunan panggung tradisional dengan tiang kayu, dinding anyaman bambu, atap rumbia, dan sebuah kolam besar sebagai tempat berwudhu. Air pada kolam mini juga pernah difungsikan sebagai tempat mengambil air untuk memadamkan kebakaran yang pernah terjadi di alun-alun Kota Bandung pada tahun 1825.

Gambar 1. Masjid Agung Bandung masa kini. Masjid Agung Bandung yang telah berdiri kurang lebih dua abad lamanya ini, telah mengalami banyak perubahan dan perkembangan. Perubahan dan perkembangannya dimulai dari ketika bentuknya yang masih sederhana pada masa kolonial, hingga menjadi megah seperti yang dapat kita amati saat ini.

(3)

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | 253 Pada tahun 1826, tepatnya setahun setelah terjadinya kebakaran di alun-alun Kota Bandung, perombakan atau renovasi pertama terhadap Masjid Agung Bandung pun dilakukan. Perombakan pertama yang dilakukan pada Masjid Agung Bandung ini adalah mengganti dinding serta atapnya menjadi menggunakan bahan kayu.

Perubahan kedua dilakukan pada tahun 1850, hal ini dilakukan seiring dengan dibangunnya jalan Groote Postweg, atau yang kini dikenal dengan Jl. Asia Afrika. Perubahan yang dilakukan berupa perluasan wilayah masjid, serta renovasi bangunan, berupa penggantian atap masjid menjadi genteng, dan dinding menjadi tembok batu-bata. Pada tahun 1875, Masjid Agung Bandung kembali mengalami perkembangan, berupa penambahan pondasi dan pagar tembok yang mengelilingi masjid.

Gambar 3. Masjid Agung Bandung pada tahun 1880.

Sumber: http://el-cukil.blogspot.co.id/2011/03/menyimak-wajah-bandoeng-tempo-doeloe.html Gambar 2. Lukisan Masjid Agung Bandung pada tahun 1852, oleh pelukis Inggris, yaitu W. Spreat

(4)

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, Masjid Agung Bandung mulai dijadikan sebagai pusat kegiatan keagamaan, seperti pengajian, perayaan Muludan, Rajaban, bahkan tempat dilangsungkannya akad nikah. Berdasarkan hal tersebut, tahun 1900, Masjid Agung Bandung kembali mengalami pengembangan guna melengkapi kegiatan-kegiatan tersebut. Pengembangan ini berupa penambahan mihrab dan pawestren atau teras disamping kanan dan kiri). Selanjutnya, pada tahun 1930, dilakukan pembangunan pendopo yang difungsikan sebagai teras masjid, serta penambahan dua buah menara pada bagian kiri dan kanan bangunan, dengan atap menara berbentuk sama seperti atap masjidnya, yaitu berbentuk nyungcung.

Gambar 4. Masjid Agung Bandung pada tahun 1920.

Sumber: http://el-cukil.blogspot.co.id/2011/03/menyimak-wajah-bandoeng-tempo-doeloe.html

Gambar 5. Masjid Agung Bandung pada tahun 1929, dengan bentuk atap nyungcung, yang bercorak khas kebudayaan Sunda.

(5)

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | 255 Menjelang konfrensi Asia-Afrika, pada tahun 1955, Masjid Agung Bandung kembali mengalami perombakan. Perombakan yang dilakukan kali ini cukup drastis atas dasar rancangaan Presiden Republik Indonesia pertama, yaitu Soekarno. Perubahan yang dilakukan dimulai dengan pengubahan bentuk kubahnya menjadi bentuk kubah persegi empat yang bergaya timur tengah. Selain itu, menara yang berada pada bagian kiri dan kanan masjid serta pawestren nya dibongkar.

Gambar 7. Masjid Agung Bandung pada tahun 1955-1970. Atap Masjid Agung Bandung telah mengalami perubahan, atap ini merupakan rancangan dari presiden RI saat itu, Ir. Soekarno.

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Raya_Bandung

Gambar 6. Tahun 1930 Masjid Agung Bandung dilengkapi dengan serambi (pendopo) depan dan sepasang menara pendek beratap tumpang di kiri dan di kanan bangunan.

(6)

Gambar 8. Tabel perubahan Masjid Agung Bandung.

Sumber: Artikel “Perkembangan Karakteristik Arsitektural Masjid Agung Bandung 1810-1955”, yang ditulis oleh Esti Istiqomah dan Bambang Setia Budi, http://jlbi.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2013/10/V2N2-p034-p049-Perkembangan-Karakteristik-Arsitektural-Masjid-Agung-Bandung-1810-1955.pdf

(7)

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | 257 Namun, kubah rancangan dari Soekarno ini hanya bertahan sekitar 15 tahun akibat mengalami kerusakan akibat tertiup angina kencang. Meskipun pernah mengalami perbaikan pada tahun 1967, kubah ini tetap berganti bentuk pada tahun 1970. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat, tahun 1973, Masjid Agung Bandung akan mengalami perubahan besar-besaran lagi. Perubahan ini berupa perluasan lantai masjid dan dibuat bertingkat, pembuatan ruang basement sebagai tempat wudhu, serta lantai dasar sebagai tempat shalat utama dan kantor DKM. Lantai atas pada masjid ini difungsikan sebagai mezanin yang menghubungkan langsung dengan serambi luar. Pada bagian depan masjidjuga dibangun menara baru. Menara ini menggunakan ornament berbentuk bulat seperti bawang dan atap kubah masjid berbentuk joglo.

Perubahan terakhir pada Masjid Agung Bandung terjadi pada tahun 2001. Perubahan yang dilakukan berupa perombakan total, akibat adanya rencana penataan ulang alun-alun Kota Bandung. Dalam rencana penataan tersebut, Masjid Agung Bandung bagian dari satu kesatuan yang tak terpisahkan

dari alun-alun sebagai bagian dari ruang terbuka umum. Pembangunan dan renovasi Masjid Agung

Bandung pada tahun ini merupakan hasil rancangan dari 4 orang perancang kondang dari Bandung,

yaitu Ir. H. Keulman, Ir. H. Arie Atmadibrata, Ir. H. Nu’man dan Prof. Dr. Slamet Wirasonjaya. Proses

pembangunan Masjid Agung Bandung ini dimulai dengan peletakkan batu pertama, proses pembangunan yang memakan waktu selama 829 hari, hingga diresmikan pada tanggal 4 Juni 2003 oleh Gubernur Jawa Barat, yaitu H. R. Nuriana. Selanjutnya, bersama dengan selesainya proses pembangunan dan penataan ulang kawasan alun-alun dan Masjid Agung Bandung dinyatakan selesai pada tanggal 13 Januari 2004. Bersamaan dengan selesainya pembangunan dan penataan ini, Masjid Agung Bandung resmi berganti nama menjadi Masjid Raya Bandung, dan menyandang predikat sebagai masjid provinsi.

Gambar 6. Masjid Agung Bandung pada tahun 2001. Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Raya_Bandung

(8)

Pembahasan

Masjid Agung Bandung yang kini telah berdiri kurang lebih dua abad lamanya memiliki sejarahnya tersendiri. Pada kurun waktu tersebut pula, Masjid Agung Bandung telah mengalami banyak perubahan. Perubahan pada Masjid Agung Bandung ini berupa pembangunan dan renovasi. Masjid Agung Bandung telah mengalami banyak pembangunan dan renovasi, yaitu sekitar tujuh hingga delapan kali. Dalam kurun waktu tersebut pula, dapat kita amati terjadi perkembangan karakteristik Masjid Agung Bandung dari mulai masa ke masa. Dimulai dari bentuknya yang masih sederhana hingga menjadi megah seperti yang dapat kita amati saat ini. Perubahan dan pengembangan Masjid Agung Bandung ini memang cenderung berbeda dari bangunan-bangunan religius lain yang cenderung mempertahankan bentuk fisiknya, seperti candi dan gereja.

Perubahan paling drastis terjadi pada tahun 1955, menjelang konfrensi Asia-Afrika, dan pada tahun 2001, saat akan diadakan penataan ulang alun-alun Kota Bandung. Adanya perubahan dan perkembangan pada Masjid Agung Bandung ini merupakan dampak dari adanya perkembangan dan perubahan kebutuhan masyarakat dari masa kemasa.

Kesimpulan

Masjid Agung Kota Bandung yang telah berdiri kurang lebih dua abadnya memiliki banyak sejarahnya tersendiri. Dalam kurun waktu itu pula, Masjid Agung Bandung telah mengalami banyak perubahan. Perubahan pada Masjid Agung Bandung ini berupa pembangunan dan renovasi. Perubahan terbesarnya terjadi pada tahun 1955, menjelang konfrensi Asia-Afrika, dan pada tahun 2001, saat akan diadakan penataan ulang alun-alun Kota Bandung. Adanya perubahan pada Masjid Agung Bandung ini merupakan dampak dari adanya perkembangan dan perubahan kebutuhan masyarakat dari masa ke masa.

Acknowledgement

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.Eng. Bambang Setiabudi, ST., MT., selaku pengampu pada mata kuliah Arsitektur Islam, Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung, atas informasi, diskusi, bimbingan, serta komentar dalam penulisan artikel ini.

Daftar Pustaka

Irshanto, A.B. etc. (2013). Sejarah Masjid Agung Bandung dan Peranannya dalam Syiar Islam di Kota Bandung. Retrieved from http://sejarahakademika.blogspot.co.id/2013/09/sejarah-masjid-agung-bandung-dan.html Istiqomah. Esti. & Setia Budi, B. (2013). Perkembangan Karakteristik Arsitektural Masjid Agung Bandung

1810-1955. Retrieved from http://jlbi.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2013/10/V2N2-p034-p049-Perkembangan-Karakteristik-Arsitektural-Masjid-Agung-Bandung-1810-1955.pdf

Tinjauan Arsitektur Masjid Agung Bandung dari Masa ke Masa (Bambang Setia Budi). Retrieved from http://bambangsb.blogspot.co.id/2005/11/tinjauan-arsitektur-masjid-agung.html

Masjid Raya Bandung (n.d.). Retrieved from

Gambar

Gambar 1. Masjid Agung Bandung masa kini. Masjid Agung Bandung yang telah berdiri kurang lebih dua abad  lamanya ini, telah mengalami banyak perubahan dan perkembangan
Gambar 3. Masjid Agung Bandung pada tahun 1880.
Gambar 5. Masjid Agung Bandung pada tahun 1929, dengan bentuk atap nyungcung, yang bercorak khas   kebudayaan Sunda
Gambar 7. Masjid Agung Bandung pada tahun 1955-1970. Atap Masjid Agung Bandung telah mengalami  perubahan, atap ini merupakan rancangan dari presiden RI saat itu, Ir
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya pembangunan Masjid Agung yang terletak di sebelah barat Alun-alun Utara, pada masa kerajaan, memiliki makna yang berkaitan dengan kedudukan

Masjid Raya Magatsari selain menjadi salah satu masjid tertua di kota jambi, masjid ini juga dikenal oleh masyarakat masjid yang selalu ramai jama’ahnya ketika masuk waktu sholat

Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid yang banyak dikunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun mancanegara dan pada umumnya tujuan utama dari para wisatawan tersebut adalah

Skripsi yang berjudul: “MANAJEMEN BADAN PENGELOLA WAKAF MASJID AGUNG KAUMAN SEMARANG DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI HARTA WAKAF” ini disusun untuk memenuhi salah satu

Skripsi ini membahas tentang “Sejarah Perkembangan Arsitektur Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi Jawa Timur” yang bertujuan untuk mengkaji beberapa permasalahan 1)

Dengan hormat kami beritahukan, bahwa berita acara nomor 027/06.J.ULP/012 tentang hasil prakualifikasi Kegiatan Manajemen Konstruksi Pembangunan Masjid Agung dan surat

Penerapan salah satu fungsi manajemen yaitu perencanaan, dalam hal ini pengurus Ta’mir Masjid Agung Magelang telah melakukan beberapa hal perencanaan, termasuk

Hizbul Muflihin, M.Pd., selaku Ketua Takmir Masjid Agung Baitussalam Purwokerto yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian serta