• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULAUAN. perkapita penduduk namun masih belum bisa mengukur tingkat kesejahteraan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULAUAN. perkapita penduduk namun masih belum bisa mengukur tingkat kesejahteraan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULAUAN

1.1 Latar Belakang

Dari tahun ke tahun pertumbuhan perekonomian di Indonesia menunjukkan perkembangan positif. Perkembangan ekonomi diukur berdasarkan salah satu indikator pertumbuhan yaitu PDB (Pendapatan Domestic Bruto), walaupun indikator ini masih banyak kekurangan yaitu hanya mengukur tingkat pendapatan perkapita penduduk namun masih belum bisa mengukur tingkat kesejahteraan penduduk. Oleh karena itulah perlu indikator-indikator lainnya seperti tingkat pendidikan, kemudahan akses kesehatan. Berdasakan berita resmi yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (2013) yaitu produk domestik bruto (PDB) tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen dibandingkan dengan tahun 2012. Pertumbuhan terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi 10,19 persen dan terendah di sektor pertambangan dan penggalian 1,34 persen. Secara kongkrit kenapa industri telkomunikasi khususnya seluler tetap menjadi andalan yaitu tingkat belanja komunikasi masyarakat yang meningkat hingga 10-15% dari penghasilan perbulan. Hal inilah yang menjadikan industri komunikasi seluler selalu menjadi primadona bisnis di Indonesia.

Euforia industri komunikasi seluler di Indonesia diperankan oleh 11 (sebelas) operator telekomunikasi. Yang mana saling bersaing untuk memperebutkan market share dalam sektor industri Ini. Dari 11 (sebelas) operator yang bersaing, ada 3 (tiga) operator selular terbesar yang berperan penting yaitu

(2)

2

Telkomsel, Indosat dan XL. Market share dari ketiga operator ini menguasai sebesar 80% dari total industri ini. Market share dihitung berdasar jumlah pelanggan yang dimiliki oleh masing-masing operator. Berdasarkan data yang dirilis oleh masing-masing operator dalam laporan keuangannya di tahun 2013 Telkomsel(2013) memiliki 131,513 juta pelanggan, Indosat(2013) memiliki 59,600 juta pelanggan dan XL(2013) memiliki 60,549 juta pelanggan. Di Industri seluler ini, Telkomsel merupakan market leader dengan porsi market sebesar 52,3%. Dalam perkembangannya, masing-masing operator berlomba-lomba untuk selalu menambah customer base yang dimilikinya dengan tujuan ingin menambah porsi pasarnya dan memperbesar market size-nya agar bisa bertahan. Perlombaan inilah yang menjadikan indutri ini berkembang dan semakin inovatif. Masing-masing ingin menjadi penyedia layanan terbaik dan termurah sehingga terjadilah perang tarif. Perang tarif saja tidak cukup untuk memenangkan perlombaan ini. Ketersedian produk merupakan hal yang perlu diperhatikan, percuma saja perang tarif bila distribusi dan penyebaran barang tidak merata. Pemerataan produk dan percepatan produk sampai di tangan konsumen atau end user sangat diperlukan oleh masing-masing operator. Oleh karena itulah pentingnya manajemen distribusi dan rantai pasok dari operator sampai ke tangan end user-nya.

Produk yang dikenal dalam industri seluler yaitu perdana atau SIM-card. SIM-card adalah chip atau kartu komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi melalui network yang telah disediakan oleh operator seluler. SIM-card (Subcriber Identity Module) inilah yang digunakan oleh operator telekomunikasi untuk menambah pelanggan. Semakin banyak pelanggan yang di sasar tentu semakin

(3)

3

banyak SIM-card yang dibutuhkan. Oleh karena itulah perlunya manajemen rantai pasok yang mumpuni untuk mendistribusikan SIM-card ini sampai di tangan konsumen.

Manajemen rantai pasok perdana atau SIM-card yang dibutuhkan dalam persaingan bisnis ini tentu harus mengedepankan timeless, ini merupakan strategi kunci. Timeless menunjukan bahwa perkembangan dan inovasi produk yang dimiliki operator, seberapa cepat sampai di tangan end-user. selain itu juga, untuk menjaga agar Telkomsel tetap kompetitif, menurut Annisa (2008) perusahaan harus meningkatkan performansi dengan cara mengurangi biaya produksi dan distribusi serta mengurangi tingkat persediaan di sepanjang rantai pasoknya dan terus menerus meningkatkan pelayanan kepada end user. Dan bagi yang mampu memiliki waktu tercepat dalam mendistribusikan inovasi teknologi (SIM-card) akan produknya tentu akan memiliki momentum yang baik dibandingkan pesaingnya (first mover advantage). Memiliki strategi yang timeless tentu bukan perkara yang mudah. Operator harus memperhatikan layanan atau produk apa yang sedang berkembang dan diminati dengan menyusun perencanaan pengembangan yang tepat, serta time to market yang akurat agar tidak kehilangan momentum untuk mendapatkan pelanggan baru. Oleh sebab itulah, maka operator sangat memerlukan informasi yang akurat dan valid mengenai “berapa jumlah produk yang di minta oleh pelanggan? , kapan produk itu dibutuhkan? serta berapa lama produk itu akan sampai ke pasar atau end-user?”. Apabila informasi-informasi ini tidak digunakan oleh para operator selular untuk menentukan manajemen rantai pasoknya maka mengakibatkan terjadinya inefficiency distribusi produk dari

(4)

4

operator ke konsumen. Salah satu bentuk inefficiency misalnya pada saat tertentu produk terlalu banyak dipasar dan pada waktu tertentu juga produk kekurangan dipasar. Ketidaksesuaian informasi permintaan produk dan jumlah produksi beserta distribusinya menyebabkan bullwhip effect dalam rantai pasok yang dimiliki oleh operator. Semakin banyak informasi yang simpangsiur maka semakin tidak efektif dan efisien dalam bersaing dipasar. Menurut Pujawan (2005), bullwhip effect merupakan distorsi informasi mengenai permintan agreggate dari masing-masing level distribusi yang mana semakin ke hulu permintaanya semakin besar sedangkan permintaan sebenarnya cenderung stabil atau menunjukkan pola yang sebaliknya.

Berdasarkan data dari internal management Telkomsel di Magelang tahun 2012, diperoleh bahwa adanya shortage SIM-card sebanyak 33.940 pcs kartu selama bulan Februari, April, Oktober, November, dan Desember. Hal ini menjadi indikasi awal adanya distrosi informasi mengenai jumlah permintaan dan jumlah supply SIM-card yang bisa menyebabkan terjadinya bullwhip effect. Maka dalam tesis ini akan membahas bagaimana mengindentifikasi bullwhip effect yang terjadi dalam supply chain SIM-card dan bagaimana meningkatkan efisiensi supply chain SIM-card agar tepat waktu dan memenuhi permintaan konsumen. Tesis ini akan mengevaluasi dan mengidentifikasi bullwhip effect yang terjadi pada operator Telkomsel di wilayah Magelang. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pengamatan bahwa Telkomsel yang merupakan market leader secara nasional, namun tidak berlaku di cluster Magelang yang mana wilayah ini banyak didominasi oleh pengguna operator seluler Indosat.

(5)

5

Dalam model rantai pasoknya, Telkomsel mendistribusikan SIM-card ke cluster melalui pihak ketiga yaitu PT.POS, lalu kemudian dikirimkan kepada autorized distributor di wilayah Magelang. Kemudian didistribusikan ke level dibawahnya yaitu wholesaler dan reseller untuk sampai di tangan end-user.

Pada Gambar 1.1 menjelaskan tentang aliran distribusi SIM-card Telkomsel dari mulai proses produksi hingga proses distribusi dan penjualan hingga sampai ke konsumen atau end user.

HQ Telkomsel Branch Office

Retailer/Outlet Authorized Ditributor

Wholesales Sub Branch Office

SIM-card 12 End-User Ruang Lingkup Penelitian Aliran SIM-card Aliran informasi Batas ruang lingkup KETERANGAN

Gambar 1.1 Aliran produk dan informasi supply chain SIM-card Telkomsel

Menurut Chopra dan Meindl (2007) Koordinasi fungsi logistik lintas perusahaan adalah kunci keberhasilan integrasi dalam sistem rantai pasok.

(6)

6

Berdasarkan Gambar 1.1 dijelaskan tentang koordinasi antar fungsi logistik dalam rantai pasok SIM-card. Produk SIM-card di produksi di kantor pusat kemudian didistribusikan ke masing-masing wilayah menggunakan jasa pihak ketiga yaitu PT.POS Indonesia. Pengiriman produk dari kantor pusat ke masing-masing wilayah didasarkan pada order atau pesanan dari masing-masing wilayah. Kemudian dari masing-masing wilayah melakukan distribusi ke authorized distributornya. Dan dari authorized distributor kemudian didistribusikan ke level dibawahnya yaitu melalui wholesaler dan juga direct ke reseller.

Menurut Santoso.et,al (2009) koordinasi aliran produk antar eselon termasuk pemindahan produk dari satu eselon ke eselon dibawahnya. Pengaturan pemindahan produk atau yang dikenal dengan kebijakan transportasi ini mempengaruhi kebijakan persediaan (kebijakan produksi dan pemesanan) di pabrik dan distributor. Oleh karena itulahlah perlunya integtrasi informasi antara masing-masing level dalam rantai pasok SIM-card supaya tidak terjadi distorsi informasi antara produksi dan pemesanan.

Dalam penelitian ini, ruang lingkup yang akan dibahas yaitu bagaimana distribusi SIM-card dan proses pemesanan yang terjadi di level distributor hingga reseller dijelaskan pada Gambar 1.2

Reseller_1 Authorized Ditributor Main Cluster wholesaler 12 End User Telkomsel Reseller_2

(7)

7

Pada Gambar 1.2 diatas dijelaskan bahwa aliran barang mengalir dari kiri ke kanan, namun arus informasi dan uang mengalir dari kanan ke kiri. Pada ruang lingkup inilah yang akan dibahas lebih detail tentang bullwhip effect yang terjadi di rantai pasok SIM-card Telkomsel di cluster Magelang.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam aktifitas pendistribusian barang yang telah dilakukan oleh Telkomsel melalui authorized distributor-nya hingga sampai ke level reseller belum efektif dan efisien. Hal ini diidentifikasi dengan adanya shortage selama 5 (lima) bulan sebesar 33.940 pcs dan surplus sebesar 100.525 pcs selama 7 (tujuh) bulan di tahun 2012, walaupun secara aggregate surplus sebesar 66.585. Hal ini menjadikan SIM-card menumpuk di salah satu level distribusi tentu, efeknya yaitu ada level yang memang sangat membutuhkan SIM-card namun SIM-card yang didapat tidak sesuai dengan yang dipesan dan disisi lain ada level yang sudah berlebih SIM-card justru memperoleh SIM-card yang lebih pula. Perlu diketahui bahwa SIM-card yang distribusikan tersebut memiliki masa expired. Apabila melebihi masanya maka SIM-card akan mati dan tidak bisa dijual. Tentu hal ini sangat merugikan bagi reseller karena SIM-card tidak bisa dijual. Dan juga efek upstream-nya yaitu Telkomsel sebagai produsen SIM-card sekaligus operator kehilangan kesempatan untuk memperoleh customer base karena aliran SIM-card tidak tepat sasaran (ineffective) dan juga adanya overproduction yang menjadikan beban produksi meningkat (inefficiency). Ketidaktepatan sasaran distribusi inilah diindikasikan

(8)

8

adanya distorsi informasi mengenai permintaan SIM-card dengan jumlah SIM-card yang didistribusikan yang secara teori bisa disebut sebagai bullwhip effect.

Maka permasalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu bagaimana meminimalisir terjadinya bullwhip effect pada rantai pasok SIM-card dengan mencari faktor-faktor kunci penyebabnya dan melakukan perbaikan agar rantai pasokan efektif (tepat sasaran dan tepat waktu) dan efisien (jumlah yang diproduksi sesuai dengan jumlah yang dipesan).

1.3 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan yang muncul dari latar belakang diatas yaitu:

1. Seberapa besar bullwhip effect yang terjadi antara permintaan dan pengiriman yang diterima dalam rantai pasok SIM-card Telkomsel di cluster Magelang?

2. Apa faktor yang paling berpengaruh terhadap bullwhip effect dalam rantai pasok distribusi SIM-card Telkomsel di cluster Magelang? 3. Apa alternatif perbaikan yang dilakukan untuk meminimalisir terjadinya

bullwhip effect di dalam rantai pasok SIM-card Telkomsel di Magelang?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini antara lain:

1. Mengidentifikasi bullwhip effect pada rantai pasok SIM-card (Telkomsel-distributor-wholesales-reseller) dengan menggunakan koefisien variasi

(9)

9

antara supply (pengiriman) dengan demand (permintaan). dan menghitung rasionya pada masing-masing level distribusi.

2. Menentukan pada level mana bullwhip effect itu sering kali terjadi dengan membandingkan nilai BE (bullwhip effect) di tiap-tiap level.

3. Menganalisa faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya bullwhip effect dan menghitung faktor apa yang paling berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya bullwhip effect menggunakan analisa Multiple Regression.

4. Memberikan rekomendasi perbaikan untuk meminimalisir terjadinya bullwhip effect di dalam rantai pasok SIM-card Telkomsel di Magelang.

1.5 Manfaat Penelitian

Memberikan rekomendasi kepada Telkomsel dalam mengelolah rantai pasoknya supaya lebih efektif dan efisien (minimum bullwhip) dengan mengedepankan strategi timeless & accurate agar mampu bersaing di wilayah cluster Magelang.

1.6 Ruang Lingkup atau Batasan Penelitian

1. Level distribusi yang diukur hanya di wilayah kota Magelang dan kabupaten Magelang.

(10)

10

3. Jumlah level distribusi yang diukur sama (tidak berubah) yaitu ada 1 (satu) distributor, 10 (sepuluh) wholesaler dan 250 (dua ratus lima puluh) reseller.

4. Pengukuran yang dilakukan yaitu membandingkan jumlah permintaan dengan jumlah pengiriman dari level retailer (outlet) , wholesaler dan distributor Telkomsel diwilayah Magelang.

5. Produk yang diteliti adalah SIM-card Telkomsel yaitu “simPATI” reguler dan “Kartu As” reguler seperti pada Gambar 1.3. Dengan asumsi harga jual produk sama

Gambar 1.3 Ruang lingkup produk

Dalam penelitian ini menganalisa 2 (dua) produk SIM-card dari Telkomsel yaitu “Kartu As” dan “simPATI”. Dua produk ini adalah produk prepaid (prabayar) yang dimiliki oleh Telkomsel. Dan hanya produk prepaid yang didistribusikan ke authorized distributor. Sedangkan SIM-card postpaid (pasca bayar) dijual langsung oleh Telkomsel kepada pelanggan melalui kantor-kantor pelayanan Telkomsel. Produk prepaid mengkontribusi 80% revenue Telkomsel secara nasional maupun di masing-masing wilayah.

(11)

11 1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tesis ini ini dibagi menjadi 4 bagian besar yaitu antara lain:

1. Tahap Identifikasi.

Tahapan ini berisi tentang rumusan masalah dan tujuan penelitian. 2. Tahap Pengumpulan dan pengolahan data.

Tahapan ini berisi tentang langkah-langkah pengumpulan data penelitian dan metode pengolahan data penelitian.

3. Tahap Analisa data

Tahap ini berisi tentang analisa dari hasil pengolahan data penelitian 4. Tahap Kesimpulan

Tahap ini berisi hasil penelitan yang dirangkum dalam bentuk simpulan atas temuan penelitian.

Gambar

Gambar 1.1 Aliran produk dan informasi supply chain SIM-card Telkomsel
Gambar 1.2 Aliran distribusi produk dari Telkomsel ke Reseller

Referensi

Dokumen terkait

Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang digunakan sebagai dasar untuk membahas permasalahan dalam penyusunan skripsi ini, guna mendukung pemecahan

Dalam studi manajemen, kehadiran konflik pendidikan tidak bisa terlepas dari permasalahan keseharian yang dirasakan oleh pengelola lembaga pendidikan. Konflik tersebut

1. Bahasa Leukon adalah salah satu bahasa dari 3 bahasa asli yang ada di pulau Simeulue,bahasa Sigulai atau Sibigo. Masyarakat tuturnya meliputi 2 desa yaitu

berperilaku dengan baik kepada lingkungan sosialnya sehingga anak akan diterima oleh lingkungan. Sehingga masing-masing disiplin ilmu memiliki hubungan yang saling

Pembangunan pesat pada Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia mulai pesatnya pembangunan pada tahun 1996 yang hingga kini pembangunan tersebut masih berlangsung, beserta

3.3.4 Disediakan teks panatacara, peserta didik dapat menentukan teknik membaca teks panatacara berdasarkan contoh yang diberikan secara mandiri.. Pertemuan ke-10

Saunders 360 Review untuk UKNI (Edisi 1) terbitan 2016 oleh tim Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) yang diadaptasi dari buku "Comprehensive Review

Untuk menjadi pasangan yang bahagia, suami-istri harus saling mengenal dan menerima pasangannya, saling mencintai, saling memiliki komitmen terhadap pasangannya, tetap bersama