• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. terdahulu, konsep yang digunakan serta landasan teori yang menjadi unsur pokok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. terdahulu, konsep yang digunakan serta landasan teori yang menjadi unsur pokok"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

20

BAB II

KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Pada bagian ini akan diberi pendeskripsian beberapa hasil penelitian terdahulu, konsep yang digunakan serta landasan teori yang menjadi unsur pokok mendasar dalam penelitian ini.

2.1 Konsep

Pada konsep ini penulis akan menguraikan beberapa terminologi yang berupa defenisi dan diberi penafsiran yang tepat. Kemudian akan dijelaskan untuk menghindari kesalahpahaman dan ambiguitas. Hal ini juga diharapkan dapat menjawab setiap permasalahan yang telah menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini.

2.1.1 Genre

Secara harafiah, genre berasal dari kata ‘jenis’ dan “kelas”. Para ahli linguistik menyebutkan istilah ini mengacu pada gaya bahasa yang mengandung peristiwa bahasa. Unit bahasa ini terwujud jika terjadinya interaksi antar partisipan yang satu dengan yang lain, sesuai dengan pernyataan Bhatia (2001:65)

“genres are the media through which members of professional or academic communities communicate with each other”. Defenisi genre secara umum ialah:

A genre is a text or discourse type which is recognized as such by its user by its characteristics feauters of style or form, which will be speciafiable through stylistic and text-linguistic/discourse analysis, and/or by the particular function or texts belonging to the genre.

(2)

21

Genre merupakan produk yang dihasilkan dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Swales (1990) dalam Djajasudarma (2012: 27), “suatu genre terdiri atas satuan peristiwa-peristiwa komunikatif, yang para anggotanya bersama-sama memiliki beberapa perangkat tujuan komunikatif”. Unit bahasa yang digunakan pada peristiwa komunikatif ini terdiri dari struktur pemakaian tata bahasa, yang kemudian akan menghasilkan wacana.

Adapun konsep genre itu sendiri didefinisikan oleh Martin (1985:25) “a

staged, goal oriented, purposeful activity, in which speakers engage as members of our culture. Culture seen in these terms can be defined as a set of generically interpretable activities”, tetapi dalam hal ini penulis lebih memfokuskan konsep

genre pada definisi yang berbeda. Bhatia (1993) mengemukakan, konsep genre memusatkan perhatian pada wacana dalam komunitas akademis sebagai keharusan, konvensi, dan karakteristik genre yang dikenali dan dimengerti oleh anggota-anggota profesi. Begitu pula dengan Swales (1990) yang menyatakan bahwa harus ada suatu hubungan antara tujuan yang dibawa oleh genre dengan struktur skematis genre, teks ataupun bahasa yang digunakan.

Bhatia maupun Swales merujuk kepada metode English for Specific or

Academic Purposes (ESP/EAP). Metode ini memberikan fokus terhadap struktur internal genre. Menurut Bhatia (2002:6), analisis genre berarti menyelidiki artefak tekstual dalam konteks dan disiplin tertentu, prosedur dan budaya dalam upaya memahami bagaimana bagian dari suatu komunitas masyarakat wacana membangun, memaknai, dan menggunakan genre untuk mencapai tujuan komunitas masyarakat dan mengapa mereka menulis dengan cara mereka.

(3)

22

Cara kerja metode ESP/EAP dalam menganilisa teks, yaitu dengan melihat move internal (topik yang digambarkan oleh argument) dan dalam setiap move merujuk pada pengembangan tahapan tiap-tiap topik (Kay & Dudley-Evans, 1998: 309). Swales mengembangkan model tiga moves untuk melakukan penelitian, yakni establishing territory (move 1), establishing nieche (move 2) dan occupying

nieche (move 3). Kemudian pada masing-masing move akan didentifikasi

komponen setahap demi setahap: tahap 1 adalah claiming centrality, tahap 2 adalah making topic generalization dan tahap 3 adalah reviewing items of

previous research.

2.1.2 Abstrak

Abstrak (abstract) adalah salah satu bagian yang wajib dimiliki pada format tulisan akademis, seperti: artikel ilmiah, jurnal, skripsi, tesis dan disertasi. Secara umum, abstrak adalah penyajian singkat dari dokumen atau karya ilmiah. Menurut Cleveland (1983:104), abstrak merupakan ringkasan tentang muatan-muatan penting pada suatu rekaman pengetahuan tertentu dan merupakan suatu pengganti dari sebuah dokumen. Abstrak adalah bagian ringkas suatu uraian gagasan utama yang ditempatkan pada halaman awal dari suatu penulisan karya ilmiah. Abstrak dianggap sebagai miniatur dalam penulisan karya ilmiah. Abstrak juga didefinisikan sebagai informasi singkat karena ia menjadi “jembatan” untuk memahami uraian yang akan disajikan terutama untuk memahami ide-ide per-masalahannya.

Abstrak merupakan bagian pertama yang dibaca oleh pembaca (Paltridge dan Stairfield, 2007:155). Artinya, sebagian besar penulis/peneliti terlebih dahulu

(4)

23

akan membaca abstrak dari sebuah karya tulis. Dari abstrak, pembaca dapat mengetahui jalan pikiran penulis dan mengetahui gambaran umum tulisan secara lengkap. Bila suatu abstrak mempunyai daya tarik, maka pembaca akan menelusuri tulisan tersebut. Abstrak yang dipersiapkan dengan baik akan memberi penilaian kepada penulis apakah mereka perlu membaca dokumen tersebut secara menyeluruh atau tidak. Jika pada skripsi, abstrak sebagai alat untuk menolong para penguji untuk mendapatkan gambaran awal mengenai karya tulis yang dihasilkan.

Dalam menulis abstrak, penulis seringkali dihadapkan dengan masalah penyeimbangan antara pemaparan singkat tapi terperinci, dan antara pemaparan informatif tapi bersifat deskriptif. Oleh karena itu, dalam penulisan abstrak, penulis harus menyajikan rangkuman singkat yang berupa bagian penting dalam karya tulis ilmiah. Evans and Gruba (2002, lihat juga Hyland, 2000) menegaskan, abstrak wajib memiliki tiga komponen utama, yaitu:

1. Mengapa penelitian dilakukan dan apa yang hendak dicapai; 2. Metode penelitian apa yang dipakai dan apa hasilnya; 3. Apa kesimpulan yang bisa ditarik dari penelitian.

Secara garis besar abstrak laporan penelitian wajib memiliki lima hal penting, yaitu latar belakang, tujuan, method, hasil dan simpulan (Weisberg dan Buker 1990). Menurut American Psychological Association (APA 2009:26), abstrak wajib memenuhi syarat: (1) Accurate: Abstrak hendaknya dapat merefleksikan tujuan dan isi artikel/teks yang benar. Informasi yang tidak terkait, tidak perlu disajikan dalam abstrak. Jika penelitian yang dilakukan berupa

(5)

24

penelitian lanjut atau replikasi dari penelitian terdahulu, maka harus diuraikan dalam abstrak. (2) Nonevaluative: Fungsi abstrak ialah melaporkan, bukan mengevaluasi. Tidak perlu ada tambahan atau komentar terhadap isi abstrak. (3)

Coherent and readable: Bahasa yang jelas serta maknanya tegas, tidak

samar-samar. (4) Concise: Penulisan kalimat yang ringkas dan informatif.

2.1.3 Skripsi

Skripsi merupakan suatu istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya tulis dengan memaparkan uraian pembahasan dan pemecahan suatu permasalahan/fenomena dalam bidang ilmu tertentu. Skripsi adalah kata yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu script. Script dalam arti singkat ialah menyusun. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skripsi ialah penulisan laporan yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari kemampuan penelitian pada persyaratan akhir pendidikan akademisnya.

Pada proses penyusunan skripsi, seorang mahasiswa wajib menggunakan format dan kaidah penulisan yang telah ditetapkan.dengan dibimbing oleh satu atau dua dosen yang dikenal dengan istilah pembimbing I dan pembimbing II. Biasanya, Pembimbing I memiliki peranan yang lebih dominan dari Pembimbing II. Tugas pembimbing ialah membimbing mahasiswa dalam penyusunan skripsi dan mengarahkan mahasiswa terhadap karakteristik skripsi. Karakteristik skripsi tersebut ialah; (1) karya tulis bukan merupakan hasil jiplakan sebagian atau keseluruhan, (2) menggunakan bahasa Indonesia yang baku, baik dan benar menurut ejaan yang disempurnakan (EYD), dan (3) merupakan hasil penelitian pada satu aspek kehidupan masyarakat yang dikaji dengan merujuk pada suatu

(6)

25

fenomena, teori, atau hasil-hasil penelitian yang relevan, atau yang pernah dilaksanakan sebelumnya.

Setiap perguruan tinggi mempunyai proses penyusunan skripsi yang berbeda-beda. Namun, secara garis besar proses penyusunan skripsi dimulai dengan pengajuan judul skripsi, pengajuan proposal skripsi, seminar proposal skripsi, penelitian, sidang tugas akhir, dan kemudian skripsi yang diterima dengan revisi wajib melakukan proses revisi yang sesuai dengan kritik dan saran dari dosen penguji.

2.1.4 Bahasa Mandarin

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah “Mandarin” memiliki dua arti, yakni; (1) nama pejabat kekaisaran Tiongkok jaman dahulu, dan (2) nama yg diberikan pada bahasa utama di sekitar Beijing, negeri Tiongkok, yang merupakan bahasa standar bagi negeri itu. Dalam bahasa Indonesia, kata "Mandarin" merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yang artinya ialah bahasa Mandarin. Namun sebenarnya, istilah "Mandarin" ini merupakan kata serapan dari Portugis Mandarim, yang berasal dari Melayu. Setiap bahasa mempunyai karakteristik, begitu pula dengan bahasa Mandarin. Karakteristik bahasa Mandarin ialah sebagai berikut:

1. Perubahan morfologis (perubahan bentuk). Perubahan yang terjadi pada bentuk kata tersebut disebabkan oleh tata bahasa. Tetapi perubahan bentuk ini tidak dimiliki oleh setiap jenis kata dan tidak dapat digunakan pada semua situasi. Kata “们” menyatakan jamak, tetapi penggunaannya tidak universal. 他 ‘ 们 ’ 是 学 生 (mereka

(7)

26

adalah siswa) merupakan kalimat yang menyatakan jamak dengan benar. 他们是学生‘们’(mereka adalah siswa-siswa) merupakan kalimat yang salah dalam menyatakan jamak, sebab 他们(mereka) telah merupakan kata yang menyatakan jamak.

2. Kata kerja dalam bahasa Mandarin tidak berubah sesuai dengan orang, sifat, jumlah dan waktu.

3. Suatu benda atau suatu gerakan mempunyai kata bantu bilangan tertentu dan penggunaannya tidak boleh sembarangan. Contoh: 一 ‘件’衣服 (satu buah baju), 一‘辆’车 (satu buah mobil), 一‘支’ 铅笔 (satu buah pensil).

4. Terdapat dua buah kalimat tertentu menggunakan kata yang sama tetapi mempunyai arti yang berbeda. Contoh: 我们‘都不是’学生 (kami semua adalah bukan pelajar) mempunyai arti yang berbeda dengan 我们‘不都是’学生 (kami tidak semua adalah pelajar).

Menurut kamus Bahasa Mandarin Modern (2005) Tata bahasa ialah corak berstruktur yang meliputi organisasi pembentukan dan perubahan kata menjadi kalimat pendek atau kalimat umum. Adapun esensi tata bahasa Mandarin berikut ini:

(8)

27

Tata bahasa merupakan kaidah pembentukan kalimat dengan kata. Tanpa adanya tata bahasa, tak akan muncul sebuah bahasa. Misalnya tiga kata berikut; 我们,学习,汉语. Bila hanya mengatakan salah satu kata diantaranya, maka tidak hanya mengungkapkan satu makna tunggal. Jika tiga kata berikut disusun secara sembarangan menjadi 汉 语学习我们 atau 学习我们汉语, meskipun bukan lagi merupakan kata tunggal, tetap saja tidak dapat mengungkapkan suatu makna, karena tidak disusun berdasarkan kaidah tata bahasa Mandarin. Jika disusun menurut kaidah tata bahasa Mandarin, maka akan menjadi 我们学习汉 语 .

《汉语语法概要 2005 年》 Tata bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk merangkai suatu kalimat, sehingga makna yang diungkapkan dapat dipahami oleh pendengar maupun pembaca. Begitu pula dengan bahasa Mandarin, mempunyai struktur kata tersendiri. Tata bahasa Mandarin juga memiliki aturan penggunaan yang baku, tetap dan pasti. Secara sederhana pola kalimat tata bahasa Mandarin memiliki kesamaan dengan pola kalimat tata bahasa Indonesia, yaitu 主语 subjek + 谓语 predikat + 宾语 objek. Untuk menganalisis tata bahasa, keseluruhan bagian dari tata bahasa terlebih dahulu harus dipahami. Bagian dari tata bahasa Mandarin dari satuan terkecil ialah morfem, kata, gabungan kata dan kalimat.

Morfem merupakan satuan terkecil yang mempunyai pelafalan dan arti yang berfungsi untuk membentuk kata. Berdasarkan kemampuan pembentukan kalimat, morfem terdiri dari dua jenis, yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas merupakan morfem yang dapat berfungsi menjadi kata, yakni 人, 月, 山, sedangkan morfem terikat merupakan morfem yang wajib melakukan penggabungan kata lain agar berfungsi menjadi kata, contohnya 身体,飞机 dan 美 丽.

(9)

28

Kata merupakan satuan bahasa yang mempunyai arti dan dapat berdiri sendiri. Kata juga merupakan dasar pembentukan kalimat. Menurut arti dari tata bahasanya, kata dalam bahasa Mandarin dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kata konkrit/ 实词 (kata yang mempunyai arti yang konkrit dan dapat berdiri sendiri) dan kata abstrak/虚词 (tidak mempunyai arti konkrit dan tidak dapat berdiri sendiri). Kata konkrit terdiri dari kata kerja, kata benda, kata kerja keinginan, kata sifat, kata bilangan, kata bantu bilangan, dan kata ganti. Sedangkan kata abstrak terdiri dari adverb, preposisi, kata sambung, kata bantu, kata imbuhan, kata seru, dan onomatope (tiruan bunyi).

Kalimat merupakan satuan bahasa yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final secara aktual ataupun potensial yang terdiri atas klausa. Struktur kalimat dalam bahasa Mandarin cukup rumit, tetapi jika kita telah menguasai poin-poin penting maka struktur kalimat tidak akan terlalu rumit.

2.2 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah bagian yang paling penting dan mendasar pada karya tulis ilmiah. Pada umumnya tinjauan pustaka mengandung teori-teori yang mendukung penelitian. Menulis tinjauan pustaka berarti melakukan peninjauan ulang terhadap uraian sistematik dan unsur-unsur hasil penelitian sebelumnya dengan menuangkan teori, konsep juga pendekatan yang berrkaitan dengan tema dari karya tulis ilmiah yang diteliti. Unsur-unsur tersebut dapat berupa wacana, buku bacaan, laporan hasil penelitian, makalah dan jurnal. Teori dan fakta yang dikutip diambil dari sumber yang dikutip peneliti.

(10)

29 2.2.1 Hasil Penelitian yang Relevan

Jiaqian telah menyelesaikan disertasi yang berjudul 产品广告的功能语体 分析 (Analisis Genre Fungsional Produk Iklan, 2013) yang memakai landasan Linguistik Fungsional Sistemik Halliday, kemudian dikombinasikan dengan teori langkah-tahap Swales (1990) dan Bhatia (1993) dalam menganalisis tiap genre. Data berupa 80 produk iklan yang diambil dari majalah koran seperti Time, Fortune dan Newsweek.yang memakai landasan Linguistik Fungsional Sistemik Halliday, kemudian dikombinasikan dengan teori langkah-tahap Swales (1990) dan Bhatia (1993) dalam menganalisis tiap genre. Data berupa 80 produk iklan yang diambil dari majalah koran seperti Time, Fortune dan Newsweek. Temuan menunjukkan bahwa sebagian besar iklan produk dapat dibagi menjadi empat langkah. Langkah pertama untuk menarik perhatian pembaca dan memaparkan daya tarik untuk menarik perhatian pembaca. Langkah kedua digunakan untuk memberikan informasi dan menunjukkan keunggulan produk. Langkah ketiga, mencoba untuk membujuk pembaca dalam mengambil tindakan untuk membeli produk. Langkah-langkah ini disertai dengan menggunakan teori transitivitas. Jiaqian memberikan kontribusi terhadap penulis dalam pentingnya kombinasi penggunaan teori Swales dan teori Halliday dalam menganalisis genre, sehingga proses yang dianalisis dapat menunjukkan realitas dan objektivitas dari produk.

Yazim telah menyelesaikan tesis yang berjudul Analisis Genre Abstrak

dalam Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia (2006). Tesis ini bertujuan

untuk mendeskripsikan abstrak terstruktur, unsur wajib, manasuka, persentasi jumlah langkah, tahap, serta jenis proses pada setiap langkah yang terkandung

(11)

30

dalam abstrak. Yazim menguraikan dan mendeskripsikan konsep, landasan teori, dan proses pemecahan masalah begitu jelas dan terperinci sehingga memberikan pedoman dan kontribusi terhadap penyusunan skripsi penulis. Yang menjadi perbedaan penyusunan skripsi penulis ialah ketidaksamaan elemen konsep, serta objek penelitian yang tidak sama. Yazim memilih abstrak jurnal, sedangkan penulis memilih abstrak skripsi sebagai objek penelitian.

Penelitian ini memfokuskan permasalahan yang sama dengan penulis, yaitu genre abstrak. Hal ini menjadi acuan terhadap penulis sebagai contoh dan pedoman dalam mengikuti sistem pada proses uraian pembahasan dan langkah-langkah penyelesaian masalah. Yang menjadi data pada penelitian ini adalah klausa. Yazim menggunakan teori Swales untuk menganalisis sistematika penulisan genre abstrak dan teori Halliday untuk menganalisis tipe proses. Sehingga hal ini memberi kontribusi kepada penulis untuk menganalisis genre abstrak dengan memperhatikan langkah-langkah sistematika penulisan yang sesuai dengan model Creating a Research Space (CARS) dan mengidentifikasi tiap-tiap klausa untuk mendapatkan penggunaan transitivitas tipe proses yang terkandung pada teks.

Tesis Bayanthi yang berjudul Retorika dan Sistem Transitivitas dalam

Pidato Pelantikan Presiden Amerika Serikat Barack Obama (2011). Ia

menguraikan bagaimana ia menganalisis data yang berupa teks pidato pelantikan presiden Barack Obama dengan bertujuan mengetahui tipe proses transitivitas, hubungan sistem transitivitas dengan konteks situasi, dan hubungan sistem transitivitas dengan retorika dengan menggunakan teori Linguistik Fungsional

(12)

31

Sistemik (LFS). Hal ini memberikan pemahaman kepada penulis terhadap pengetahuan terkait tipe proses transitivitas mengidentifikasi setiap klausa yang telah terangkai pada teks, sehingga pemahaman cara kerja dalam mengidentifikasi klausa pada setiap tipe proses genre abstrak yang diteliti penulis, lebih akurat dan tepat mengenai sasaran.

Yan, menulis sebuah artikel penelitian berjudul 英汉社科论文引言语篇 体裁对比 (Analisis Kontrastif Genre Pendahuluan Tesis Artikel Ilmu Sosial Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin) (2010). Yan menggunakan model analisis genre Swales untuk menganalisis 30 tesis dalam bahasa Inggris dan bahasa Mandarin. Teknik utama yang digunakan oleh Yan ialah medel analisis langkah, dan melakukan analisis dengan menggunakan model CARS. Penelitian dalam jurnal ini memberikan kontribusi kepada penulis terhadap pentingnya GA menjadi bahan materi dalam penyusunan tesis sehingga tujuan komunikatif yang dipaparkan dalam GA lebih jelas, penggunaan bahasa pada genre lebih terstruktur, serta dapat menyelesaikan tesis yang berkualitas.

Yugianingrum menulis artikel penelitian berjudul Pembangunan Daya

Saing Akademik Mahasiswa dalam Era Global dengan Peningkatan Kemampuan Menulis Abstrak Berbahasa Inggris (2012) yang memfokuskan penelitian

terhadap; (1) Cara menulis abstrak yang baik, (2) perbedaan antara abstrak dan pendahuluan/latar belakang masalah, (3) penggunaan bahasa Inggris dalam abstrak secara benar, (4) menilai sebuah artikel penelitian dari abstraknya, serta (5) pemilihan kata kunci yang tepat. Yuganingrum memberikan kontribusi terhadap penulis mengenai bagaimana penulisan abstrak yang sesuai dengan standar

(13)

32

internasional untuk membangun daya saing akademik para mahasiswa. Yuganingrum juga memaparkan bagaimana pengenalan abstrak, pengertian, fungsi, syarat-syarat penulisan dan peran abstrak yang sangat terperinci untuk menjadi panduan para mahasiswa.

2.3 Landasan Teori

Landasan teori merupakan pijakan penulis untuk memulai sebuah penelitian. Teori dipergunakan sebagai landasan berpikir untuk memberi pemahaman, memaparkan uraian dan menilai suatu objek juga data yang dikumpulkan, sekaligus sebagai rambu-rambu yang menuntun dan yang memberikan arahan dalam penelitian.

2.3.1 Teori Swales

John Swales adalah seorang ahli bahasa terbaik berkebangsaan Inggris yang lahir tahun 1983 dan dikenal melalui karyanya tentang analisis genre, khususnya yang berkaitan dengan aplikasi untuk bidang retorika, analisis wacana dan bahasa Inggris untuk keperluan akademik. Swales (1988; 1990) awalnya menemukan sebuah struktur retorik umum kemudian mengemukakan teori analisis pergerakan moves dalam keempat tindakan secara berurut. Tindakan tersebut antara lain: menetapkan bidang (M1), meringkas penelitian terdahulu (M2), pendahuluan langkah yang dilakukan, dan menyampaikan tujuan penelitian yang dilakukan (M4). Kemudian keempat tindakan dalam teori Swales mengalami perubahan sehingga hanya menerapkan tiga langkah dan dikenal sebagai model

(14)

33 2.3.1.1 Model CARS dari Swales

Berikut ini merupakan alat yang digunakan dalam menganalisis langkah genre abstrak skripsi bahasa Mandarin Universitas Bina Nusantara:

Langkah Satu Membuat medan analisis

Tahap 1 Menyatakan pusat analisis dan/atau Tahap 2 Membuat generalisasi topik dan/atau Tahap 3 Mengulang beberapa hal dari penelitian sebelumnya

Langkah Dua Menetapkan permasalahan dalam analisis Tahap 1A Membuat pernyataan atau

Tahap 1B Membuat indikasi adanya perbedaan atau gap Tahap 1C Memunculkan pertanyaan atau

Tahap 1D Meneruskan kebiasaan Langkah Tiga Menerapkan masalah

Tahap 1A Membuat garis besar tujuan atau Tahap 1B Menyebutkan penelitian terbaru Tahap 2 Menyebutkan temuan penting

Tabel 2.1 Model Creating a Research Space (CARS) Swales (1990)

Dalam Langkah 1; membuat medan analisis, penulis menetapkan wilayah studinya dengan memberi pengenalan kepada pembaca. Langkah ini dibagi menjadi tiga tahap khusus: menyatakan pusat analisis dan/atau, membuat generalisasi topik dan/atau tinjauan penelitian sebelumnya. Tahap 1: Menyatakan

(15)

34

pusat analisis. “Pernyataan bahwa penelitian yang hendak dilaporkan tersebut adalah bagian dari satu wilayah atau bidang penelitian yang mapan, signifikan dan berkembang terus” (Swales 1990:144). Bagian ini biasanya berupa sebuah pernyataan dalam satu kalimat pembukaan sebagai penghubung antara topik penelitian yang hendak dilakukan dan informasi penelitian yang lebih luas.

Tahap 2: Membuat generalisasi topik “Menyatakan dalam istilah-istilah umum tentang situasi pengetahuan saat ini—yang meliputi teori, teknik atau syarat-syarat untuk perkembangan selanjutnya” (Swales 1990:146). Ini merupakan langkah alternatif, atau tahap untu menambahkan pernyataan pada tahap 1 dengan lebih netral. Tahap ini dapat berupa: pernyataan mengenai peneletian yang merupakan ide pokok atau pernyataan mengenai fenomena. Tahap 3: Tinjauan penelitian sebelumnya. Di sini, peneliti menguraikan tinjauan penelitian sebelumnya yang relevan. Dalam langkah ini, peneliti melibatkan berbagai acuan atau referensi.

Dalam Langkah 2, menetapkan permasalahan dalam analisis, peneliti menetapkan dan menyatakan topik permasalahan dengan mengacu pada suatu informasi yang belum tuntas. Langkah ini dibagi atas empat tahap alternatif: membuat pernyataan atau membuat indikasi adanya perbedaan atau gap, memunculkan pertanyaan atau meneruskan kebiasaan. Tahap biasanya ditandai dengan pilihan kata yang menyatakan tahap tersebut atau disertai dengan kalimat penghubung.

Dalam Langkah 3, menerapkan masalah, peneliti beralih dari penetapan topik menuju pemaparan yang memberi pengesahan tentang artikel yang

(16)

35

dilaporkan. Tahapan pertama ini terdiri atas dua, yakni; Tahap 1A: membuat garis besar tujuan atau Tahap 1B: Menyebutkan penelitian terbaru. Dari kedua tahap ini, tahap yang wajib ditulis adalah Tahap 1A. Kemudian dilanjutkan dengan Tahap 2: Menyebutkan temuan penting. Hal ini memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa seorang peneliti telah penelitian yang sebelumnya mempunyai perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti.

2.3.2 Teori Halliday

Abstrak termasuk dalam kategori discourse, yang berarti wacana. Dalam menganalisis wacana, dapat diapliasikan dengan menggunakan teori ‘Linguistik Fungsional Sistemik’ dari Halliday. Pada teori ini, LFS menempatkan klausa sebagai fokus utama dalam menganalisis bahasa. Berdasarkan sudut pandang linguistik, LFS menyatakan bahwa keberadaaan bahasa merupakan bagian dari hubungan sistem arti dan sistem lain seperti halnya sistem bentuk pada penyampaian ekspresi suatu arti tertentu. Manusia terhadap pengalaman dalam kehidupan sehari-hari merealisasikan pengalaman non linguistiknya ke bentuk lingual sehingga menjadi pengalaman linguistik. Perwujudan pengalaman non linguistik menjadi pengalaman linguistik ini meliputi tiga unsur, yaitu proses, partisipan dan sirkumstan (Halliday dan Matthiessen 2004:592-3).

Keberadaan bahasa berupa sistem yang memiliki keterkaitan dengan sistem lain sebagai bentuk dan ekspresi untuk meyatakan aksi tersebut (Halliday, 1994:17) sehingga terjadinya proses rangkaian pengalaman non linguistik menjadi linguistik. Hal ini yang disebut dengan ‘Metafungsi’. Penggunaan Metafungsi terhadap peran klausa yang tersusun pada sebuah teks (Halliday dan Mattheisen,

(17)

36

2004:29-30) terdiri dari tiga unsur, yaitu: (1) Klausa menjadi komponen yang menguraikan pengalaman, kejadian, peristiwa yang dirasakan dan diasosiasikan (clause as representation); (2) Klausa pada teks berfungsi melakukan interaksi sosial seperti memberitahu, menanyakan ataupun menawarkan (clause as

exchange); (3) Kemudian klausa berperan sebagai rangkaian urutan makna dalam

penyampaian pesan secara koheren sehingga pesan dapat dengan mudah tersampaikan (clause as message).

Egins (1994) mengemukakan intisari prinsip dasar linguistik sistemik fungsional di atas sebagai berikut:

… common to all systemic linguists is an interest in how people use language with each other in accomplishing everyday social claims about language: that language use is functional; that its function is to make meanings; that these meanings are influenced by the social and cultural context in which they are exchanged and that the process of using language is a semiotic process, a process of making meanings by choosing

(Eggins 1994, p.2). Jadi, bahasa berfungsi untuk mengungkapkan suatu makna yang dipengaruhi oleh konteks situasi dan konteks budaya. Proses dalam penggunaan bahasa disebut semiotika proses, dimana proses tersebut mempunyai pilihan untuk membentuk makna.

(18)

37

Gambar 2.1 Halliday (Butt et al., 1999:11)

Pada hakikatnya, kajian bahasa berupa kajian trilogi yang saling berkaitan, yaitu teks, konteks situasi dan konteks budaya. Halliday berpendapat bahwa teks selalu dilingkupi oleh konteks situasi dan konteks budaya. Konteks budaya adalah wujud dari ekspresi lingual yang mempunyai keterkaitan dengan komponen lainnya dimana pengalaman, ide maupun gagasan manusia ditransfer melalui bahasa sebagai alat untuk menganalisis teks dan wacana. Apabila seseorang di dalam kesadarannya mempunyai refleksi yang ia terima dari lingkungannya ataupun fenomena-fenomena alam lainnya dan kemudian refleksi ini direpresentasikan ke dalam bentuk, maka bentuk ini disebut dengan “fungsi eksperensial (experential)” (Halliday 1978 dalam Sinar 2003:31).

ideologi konteks budaya konteks situasi teks

(19)

38 2.3.2.1 Transitivitas

Transitivitas adalah sistem gramatikal struktur klausa yang menguraikan pengalaman ke dalam jenis-jenis proses yang dapat dikatakan sebagai siapa melakukan sesuatu ke siapa, kapan, dimana dan mengapa atau bagaimana fungsinya (Halliday 1985:101). Transitivitas mengacu pada komponen semantik maupun experential meaning karena memaparkan makna fungsi eksperensial (pengalaman linguistik). Jadi, konsep yang ada pada elemen-elemen semantik seperti partisipan dan jenis proses ini yang menjadi alat untuk menganalisis dan kemudian direpresentasikan pada klausa. Pada klausa inilah terciptanya struktur transitivitas yang meliputi tiga konstituen, yaitu: proses, partisipan dan sirkumstan. Proses merupakan keutamaan dari transitivitas karena menunjuk pada kegiatan yang terjadi dalam klausa. Ada enam jenis proses yang terdapat pada konsep transitivitas dalam linguistik sistemik fungsional, yakni material, mental, verbal, behaviorial, relasional dan eksistensial (Eggins, 1996:220-226 dan Martin, 1997:100-130).

2.3.2.1.1 Proses Material

Proses Material ialah proses yang menggambarkan tindak nyata partisipan dalam melakukan sesuatu (process of doing) atau terjadinya sesuatu (happening). Contoh:

在图书馆 我 借 汉语词典。

zài túshū guǎn wǒ jiè hànyǔ cídiǎn

Di perpustakaan saya meminjam kamus bahasa mandarin

[sirkumstan] [aktor] [proses [gol]

material]

(20)

39

Pada umumnya proses material memiliki dua partisipan yang terdiri dari aktor (actor) dan gol (goal). Aktor ialah seseorang, benda atau subjek yang melakukan atau bertindak sesuatu, sedangkan gol ialah seseorang, benda atau objek yang menerima atau dikenai proses yang dituju.

2.3.2.1.2 Proses Mental

Proses mental ialah proses berpikir (kognitif), mengindra (perseptif) dan merasa (afektif). Proses mental adalah proses yang menunjukan kegiatan yang berkaitan dengan indra secara fungsional (perseptif) misalnya melihat, mendengar, merasa, juga hubungannya dengan mental perasaan (afektif) seperti mencintai, membenci, menyukai maupun perasaan tidak suka.

Contoh:

王老师得故事 让 我们 感动

wáng lǎoshī dé gùshì ràng wǒmen gǎndòng

cerita guru Wang membiarkan kami terharu

[fenomena] [senser] [proses mental]

Cerita guru Wang membuat kami terharu.

Partisipan pada proses mental ada dua, yaitu pengindra (senser) dan fenomena (phenomenon). Pengindra ialah orang, benda atau subjek yang berpikir, mengindra atau merasakan, sedangkan objek yang dipikir, diindrai atau dirasakan disebut fenomena. Tapi dalam konteks tertentu, pengindra boleh saja tidak tertulis.

2.3.2.1.3 Proses Verbal

Proses verbal adalah proses yang berkaitan dengan kata verbal (saying) seperti berkata, bertanya, menceritakan. Proses ini adalah proses yang melakukan suatu tindakan yang bersangkutan dengan informasi.

(21)

40 Contoh:

莉莉 告诉 我 王老师 来 了

lìlì gàosù wǒ wang lǎoshī lái le

Lili memberitahu saya guru Wang datang sudah

[pembicara] [proses [penerima] [perkataan] verbal]

Lili memberitahu saya bahwa guru Wang sudah datang.

Proses verbal terdiri atas tiga partisipan, yakni pembicara (sayer), perkataan (verbiage) dan penerima (receiver). Pembicara menjadi penanggung jawab pada proses verbal, perkataan berupa pernyataan nominal dan penerima menjadi partisipan yang menerima proses verbal yang dituju.

2.3.2.1.4 Proses Behaviorial

Proses behaviorial adalah proses yang mengacu pada bentuk tingkah laku pelibat teks. Proses ini menunjukkan kehadiran partisipan dan sirkumstan.

Contoh:

睡觉前, 我 总是 刷牙

shuìjiào qián, wǒ zǒng shì shuāyá sebelum tidur, saya selalu menyikat gigi

[fenomena] [pelibat teks] [proses behaviorial]

Sebelum tidur, saya selalu menyikat gigi.

Sebagian besar pada proses behavioral ini menghadirkan dua partisipan. Partisipan pertama disebut dengan pelibat teks (behaver), partisipan kedua disebut fenomena (phenomenon).

(22)

41 2.3.2.1.5 Proses Relasional

Proses relasional adalah proses yang partisipannya memiliki hubungan yang satu dengan yang lain. Proses ini memberikan atribut, nilai, pujian atau penghargaan yang ditujukan pada partisipan pertama.

Contoh:

刘峰教授 是 在大学最好的人

liú fēng jiàoshòu shì zài dàxuézuì hǎo de rén

Liu Feng profesor adalah di kampus yang paling baik orang.

[pembawa] [proses [atribut]

relasional]

Profesor Liu Feng adalah orang yang paling baik di kampus. Partisipan pada proses ini terdiri dari si pembawa (carrier) dan atribut (attribute). Partisipan pembawa diidentifikasi berdasar unsur token dan value.

Token berupa sesuatu yang diberi nilai, value berupa nilai dari sesuatu tersebut.

Partisipan atribut biasanya diwujudkan dalam bentuk frasa benda, keadaan, sifat atau keberadaan.

2.3.2.1.6 Proses Eksistensial (Wujud)

Proses Eksistensial adalah proses yang menunjukkan adanya sesuatu (eksistensi).

Contoh:

在图书馆 有 很多 汉语词典

Zài túshū guǎn yǒu hěnduō hànyǔ cídiǎn

Di perpustakaan ada sangat kamus bahasa Mandarin [sirkumstan [proses banyak [proses wujud]

lokasi] eksistensial]

(23)

42

Menurut konsep semantik, proses ini terjadi antara proses material dan proses relasional. Partisipan yang terdapat pada proses eksistensial dapat disebut dengan wujud (existent).

Gambar

Gambar 2.1 Halliday (Butt et al., 1999:11)

Referensi

Dokumen terkait

diantaranya adalah karena pemadatan tanah dasar Perkerasan yang kurang sempurna, "levelling" yang ^rang baik, kadar aspal yang tidak merata k.r.n,.. terjadi segregasi

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan faktor praktik pencegahan dan kondisi lingkungan rumah dengan kejadian malaria di Desa Jatirejo Kecamatan

Sehubungan dengan adanya penelitian untuk tugas penyusunan skripsi, maka peneliti berusaha untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai ”Pengaruh Celebrity

Dengan terbatasnya alat produksi proses pembuatan Bakso Aci juga berdampak pada tidak terpenuhinya target produksi Bakso Aci (Nursalim et al., 2019). Dari uraian diatas maka

Dokumen Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blora Tahun 2016-2021 ini akan menjadi acuan dalam penyusunan

· Lepaskan selalu daya listrik AC dengan mencabut kabel daya dari colokan daya sebelum menginstal atau melepaskan motherboard atau komponen perangkat keras lainnya.. ·

Membangun Graf Berbobot dengan Menggunakan Metode Tsukamoto Pada langkah ini, bobot dari graf diinferensi dengan menggunakan metode Tsukamoto.Pada metode Tsukamoto, setiap

Dengan memperhatikan peta penurunan luas sawah, dapat diketahui bahwa daerah Kecamatan Somba Opu adalah daerah yang paling tinggi perubahan alih fungsi lahan sawah ke non sawah. Hal