1 A. Latar Belakang
Manga atau yang dikenal sebagai jenis komik yang berasal dari Jepang1, merupakan
bagian besar dari industri penerbitan Jepang2. Manga yang populer memiliki pengaruh yang sangat besar. Manga yang sukses seringkali diadaptasi menjadi anime, mainan koleksi dan permainan video (video games)3. Sejarah panjang manga yang berasal dari sekitar abad ke-16 dan nilai ekonomi yang diberikan, membuat manga menjadi bagian tak terpisahkan dalam budaya dan perekonomian Jepang4.
Meskipun telah memperoleh perhatian dan telah dinikmati secara global, tetapi industri manga mengalami cidera luar biasa akibat aktivitas pembajakan5. Karena itu, pada tahun 2013 Kementrian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang (Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) of Japan) membentuk Manga-Anime Anti-Piracy Committee yang kemudian meluncurkan suatu projek yang disebut
Manga-Anime Guardians Project (MAG-P) untuk mempromosikan gerakan anti pembajakan6.
1 Ibenzani H. dan Fajar H, Pintar Gambar Manga Tanpa Guru, Yogyakarta: FlashBooks, 2013, hlm 9. 2 Yonash Asher dan Yoko Sola, “The Manga Phonemenon”, World Intelectual Property Organization,
diakses dari http://www.wipo.int/wipo_magazine/en/2011/05/article_0003.html, pada tanggal 6 September 2015, pukul 16.50
3 Ibid. 4 Ibid. 5 Ibid.
6 Ministry of Economy, Trade and Industry, “METI to Start the First Cross-Industry Anti Piracy
Measures for Manga and Anime”. Ministry of Economy, Trade and Industry, diakses dari
MAG-P merupakan gabungan dari Manga-Anime Anti-Piracy Committee dan berbagai perusahaan penerbit dan studio anime di Jepang yang bergerak dalam upaya memerangi pembajakan anime dan manga7. Upaya pembajakan tersebut salah satunya adalah dengan menutup atau membentengi akses ke situs-situs penyedia manga di internet. Keseriusan pemerintah Jepang dalam memberantas pembajakan manga tersebut wajar saja, terutama jika dilihat dari besarnya kerugian yang diderita oleh industri tersebut. Melalui situs MAG-P yang mulai diluncurkan Juli 2014, METI mengutarakan laporan kerugian yang diakibatkan oleh pembajakan online anime dan
manga pada tahun 2014 mencapai 20.000.000.000 (dua puluh milyar) Dolar Amerika8.
Tersedianya manga dalam bentuk digital memang telah membuat kebutuhan para penggemar manga atas hiburan tersebut menjadi mudah terpenuhi. Apalagi, manga
scanlations9 tersebut dapat diakses secara gratis. Namun, peredaran manga di
situs-situs internet tersebut sering kali tidak disertai dengan kehendak atau ijin dari penciptanya (pengarang). Sebagaimana sifat dan akibat dari pembajakan ciptaan, peredaran manga yang telah melalui proses scanning, translating, dan editing tersebut dimungkinkan menimbulkan cidera terhadap hak cipta yang menimbulkan kerugian
7 Daftar perusahaan yang tergabung dalam MAG-P: Aniplex, Kadokawa, Good Smile Company,
Kondansha, Sunrise, Shueisha, Shogakukan, ShoPro, Studio Ghibli, Tezuka Productions, Toei Animation, TMS Entertainment, Bandai Namco Games, Pierrot, Bushiroad. Manga-Anime Here, “Manga-Anime Guardians Project”, Manga-Anime Here, diakses dari http://manga-anime-here.com/guardians, pada tanggal 6 September 2015, pukul 16.54
8 Manga-Anime Here. “Manga-Anime Guardians Project”, Manga-Anime Here, diakses dari
http://manga-anime-here.com/guardians, pada tanggal 6 September 2015, pukul 16.54
9 Dikenal juga sebagai fanscan. Scanlations merupakan singkatan dari scan (memindai) dan translation
(menerjemahkan). Inside Scanlation, “Introduction”, Inside Scanlation, diakses dari http://www.insidescanlation.com/history/index.html, pada tanggal 6 September 2015, 16.40.
bagi pengarang dan hanya menguntungkan pemilik situs serta pembaca saja. Menurut tulisan Yonash Asher dan Yoko Sola dalam The Manga Phenomenon, pada tahun 2007-2009 kerugian akibat pembajakan manga-scans mengakibatkan penjualan jenis komik tersebut jatuh hingga 30%, sehingga memaksa perusahaan penerbitan untuk memangkas 40% dari pekerjanya10.
Pembuat manga-scanlation dan pembaca manga-scan dipastikan berasal dari seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan munculnya berbagai situs penyedia manga-scan yang berbahasa Indonesia, misalnya
mangaku.web.id, mangakita.net, dan komikid.com11. Padahal, judul-judul manga
tersebut kebanyakan telah diterjemahkan, diterbitkan dan dijual di wilayah Indonesia oleh penerbit-penerbit dengan lisensi yang sah. Indonesia sendiri juga telah memiliki komitmen untuk melindungi ciptaan dan hak cipta yang melekat pada diri penciptanya dengan mengganti Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2002 dengan peraturan yang lebih baru, yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Singkat kata, komik-komik terjemahan yang merupakan produk derivatif (derivative works) yang diterbitkan oleh penerbit yang telah memiliki lisensi, turut menjadi objek yang dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2014 dari segala bentuk pelanggarannya12.
10 Yonash Asher dan Yoko Sola, Op.cit.
11 Melalui Alexa.com, situs pengelola analisis data situs-situs di internet, mangaku.web.id memperoleh
peringkat ke-158 dari 500 situs terbanyak dikunjungi oleh pengguna internet di Indonesia. Dengan kata lain, tertinggi pertama sebagai situs penyedia internet dari Indonesia. Sedangkan komikid.com menyandang peringkat ke-227, atau tertinggi kedua. Situs-situs tersebut dapat dicari dengan mudah melalui mesin pencari Google dengan kata kunci: baca manga online. Lihat Lampiran Gambar 3.
Pembajakan berupa manga-scans merupakan pembajakan yang memiliki keunikan tersendiri dibanding pembajakan konvensional dan pembajakan karya yang lain. Pada dasarnya, pembajakan ciptaan yang disebarkan melalui internet memiliki keunikannya dibanding pembajakan secara konvensional. Barang hasil bajakan di internet tidak berupa barang yang memiliki fisik nyata (intangible), melainkan hanya merupakan serangkaian informasi atau data yang hanya dapat diakses dan dinikmati melalui perangkat komputer. Perolehan keuntungan dari barang-barang hasil pembajakan tersebut umumnya juga bukan berupa uang tunai atau melalui proses jual beli seperti barang-barang hasil pembajakan secara konvensional. Keuntungan ekonomi umumnya didapat oleh pelaku pembajakan melalui display advertising13 yang mereka pasang pada situs-situs mereka14.
Pembajakan tersebut menjadi lebih unik ketika melibatkan objek berupa mangascans. Keunikan ini tercipta karena dalam menuntaskan perbuatan membajakan tersebut, terdapat langkah-langkah khusus yang harus dilalui. Langkah-langkah tersebut secara ringkas melibatkan proses utama memindai, menerjemahkan, dan mengedit15. Keuntungan finansial juga didapat tidak hanya melalui iklan-iklan yang mereka pasang pada situs, tetapi juga sumbangan dari para donatur16.
13 Contoh dari display advertising bisa berupa Google ads, media ads, banner ads dan/atau sponsored
ads. Tuhu Nugraha, WWW.HM. Defining Your Digital Strategy,” Upnormal Publishing, 2014, Jakarta.
hlm. 75-83.
14 Helleine Lindvall, “Pirate Sites Are Raking in Advertising Money from Some Multinationals”, The
Guardians, http://www.theguardian.com/media/2013/feb/05/pirate-sites-advertising-illegal-music-downloads diakses pada 6 Semptember 2015 pada pukul 17.03.
15 Yonash Asher dan Yoko Sola, Op.cit.
Penulis mengangkat One Piece sebagai tema penelitian karena melihat bahwa komik tersebut memiliki popularitas dan prestasi yang tinggi di dunia selama belasan tahun belakangan ini. Pendapat penulis tersebut diperkuat setelah pada pertengahan Juni lalu, One Piece mendapatkan penghargaan dari Guiness World Records. Pada gambar sertifikat yang digenggam oleh sang tokoh utama, Monkey D. Luffy, terdapat tulisan perihal rekor tersebut: “The most copies published for the same comic book series by single author is One Piece created by Eichiro Oda (Japan) with 320.866.000
copies printed and circulated from December 1997 to December 2014”17. Penghargaan
ini menjadi bukti kepopuleran One Piece di dunia komik atau manga. Di negeri asalnya sendiri, One Piece mendapatkan beragam prestasi dan penghargaan serta hampir selalu memegang rekor penjualan manga tertinggi. Menurut artikel di Crunchyroll.com berjudul ““One Piece” Tops 2014 Manga Sales in Japan, Again”, One Piece telah menduduki peringkat pertama penjualan manga terbanyak selama 6 tahun berturut-turut18. Data tersebut didapatkan dari Oricon, yaitu perusahaan pengelola data spesialis
industri music dan buku. Usia manga ini juga terbilang cukup tua, yaitu hampir 19 (sembilan belas) tahun dan hingga saat penelitian ini dikerjakan, ceritanya masih terus berlangsung dan mencapai 822 bab.
17 Rachel Swatman, “Japanese Manga Sets Record for Most Printed Comic Series by One Author Ever”,
Guinness World Records, 2015, diakses dari
http://www.guinnessworldrecords.com/news/2015/6/japanese-manga-%E2%80%9Cone-piece%E2%80%9D-is-most-printed-comic-series-by-one-author-ever-385868, pada 6 September 2015 pada pukul 16. 47. Lihat Lampiran Gambar 4.
18 Komikazu Komatsu, ““One Piece” Tops 2014 Manga Sales in Japan, Again”, Crunchyroll, diakses
dari http://www.crunchyroll.com/anime-news/2014/11/30-1/one-piece-tops-2014-manga-sales-in-japan-again, pada 6 September 2015 pukul 16. 44.
Atas prestasi dan kepopuleran tersebut, One Piece tidak hanya memiliki pengaruh yang besar di dunia komik, tetapi juga memiliki nilai ekonomi yang sangat besar bagi penciptanya. Sehingga, pembajakan atas seri komik One Piece tentu mendatangkan kerugian besar bagi para pemegang hak ciptanya. Melalui perspektif tersebut, Komik One Piece cocok untuk menjadi objek penelitian yang spesifik yang bertema pembajakan hak cipta komik di internet.
PT. Elex Media Komputindo merupakan penerbit komik One Piece di Indonesia yang memiliki lisensi resmi dari Shueisha, yaitu perusahaan penerbit Komik One Piece di Jepang19. Sebagai penerbit berlisensi resmi, PT. Elex Media Komputindo memiliki hak dan kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian lisensi. Sehingga patut diduga dengan adanya mangascan yang beredar secara gratis dan tanpa ijin di internet, hak cipta, khususnya hak ekonomi yang dipegang oleh PT. Elex Media Komputindo, menjadi terkurangi. Dengan kata lain, adanya mangascan mempunyai ancaman berupa hilangnya keuntungan ekonomi yang seharusnya bisa didapat dari hasil penjualan komik terbitan PT. Elex Media Komputindo.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul “LEGALITAS EKSISTENSI MANGA-SCANLATION ONE PIECE DAN PERLINDUNGAN HAK CIPTA YANG DIBERIKAN TERHADAP KOMIK ONE PIECE TERBITAN PT. ELEX MEDIA KOMPUTINDO DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR
28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA” sebagai judul tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan S1.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis menyusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja hak dan kewajiban PT Elex Media Komputindo dalam perjanjian lisensi penerbitan Komik “One Piece” di wilayah Indonesia?
2. Bagaimana legalitas eksistensi manga-scanlation menurut perspektif Undang-Undang Nomor Tahun 2014 Tentang Hak Cipta?
3. Bagaimana UU HC 2014 berperan dalam memberikan perlindungan hak cipta bagi PT. Elex Media Komputindo selaku penerbit Komik “One Piece” di Indonesia dari pelanggaran hak cipta berupa manga-scanlation?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Subjektif
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memenuhi kewajiban penulis dalam melaksanakan mata kuliah “Penulisan Hukum” sebagai syarat kelulusan jenjang pendidikan S1.
2. Tujuan Objektif
Secara khusus, tujuan penelitian ini sesuai dengan pencapaian dari rumusan masalah yang telah ditetapkan, yaitu:
a. Mengetahui hak dan kewajiban yang dimiliki oleh PT. Elex Media Komputindo selaku pihak yang memegang lisensi penerbitan Komik One Piece di Indonesia. b. Mengetahui unsur-unsur yang menentukan legal atau tidaknya suatu manga
scanlation yang beredar di internet ditinjau dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
c. Secara khusus mengetahui peran dan cara Undang-Undang Hak Cipta dalam menjamin perlindungan hak-hak dan kewajiban yang dimiliki PT. Elex Media Komputindo sebagai pemegang lisensi penerbitan Komik “One Piece” di Indonesia dari pelanggaran hak cipta berupa manga scanlation dan perlindungan hak-hak dan kewajiban penerbit lain pada umumnya.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan sifat dari manfaat ditulisnya tugas akhir ini, manfaat penelitian dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Manfaat Akademis
Penyusunan penulisan hukum ini memiliki manfaat akademis bagi penulis, yaitu sebagai syarat menyelesaikan pendidikan S1 dan meraih gelar Sarjana Hukum.
2) Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang terdapat pada tulisan ini berupa:
1) Bagi penegak hukum dan pihak-pihak yang berwenang mengambil kebijakan untuk melindungi hak-hak yang dimiliki oleh pemegang Hak Cipta, maka tulisan ini akan dapat bermanfaat sebagai referensi untuk membuat kebijakan dan
tindakan yang mampu menjamin hak-hak yang dimiliki para pemegang Hak Cipta.
2) Bagi penerbit dan pengarang, tulisan ini dapat bermanfaat sebagai penambah wawasan, referensi dan bahan pertimbangan yang menyediakan permasalahan (berupa hambatan dan kendala) yang dialami dan solusi yang ditawarkan, sehingga mampu mempersuasi penerbit untuk membuat kebijakan yang lebih maju dalam perlindungan hak cipta yang mampu menjamin kepastian atas hak-hak yang dimiliki sebagai pemegang hak-hak cipta.
3) Bagi penggemar manga dan anime, penelitian ini penulis harapkan dapat bermanfaat untuk membuka wawasan mereka betapa besarnya kerugian dan kesulitan yang dialami Pemegang Hak Cipta dan pemilik Lisensi akibat pembajakan. Penulis juga berharap bahwa melalui tulisan/penelitian ini, penggemar komik/manga di Indonesia akan membantu mengurangi/meminimalisir kerugian yang timbul akibat keberadaan manga scan dengan membeli buku komik yang diterbitkan oleh penerbit yang memiliki Lisensi.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan tinjauan/pencarian pada data base perpustakaan FH UGM, penulis tidak menemukan judul tulisan hukum yang pernah membahas tentang manga-scans, One Piece, mau pun yang berkaitan dengan penerbit PT. Elex Media Komputindo. Penulis juga tidak menemukan penelitian mana pun yang meneliti perlindungan hak
cipta komik dari sudut pandang Undang-Undang Hak Cipta 2014. Maka, penulis yakin bahwa judul pada penulisan hukum ini belum pernah ditulis oleh siapa pun sebelumnya dan merupakan ide asli dari penulis. Ada pun penelitian yang pernah dilakukan dan memiliki kemiripan bidang dengan penelitian penulis adalah sebagai berikut:
1. Penelitian oleh Alan Dharmasaputra Silalahi dengan judul “Pelaksanaan Perlindungan Hukum Hak Cipta Atas Buku Yang Disewakan Untuk Kepentingan Komersiil di Taman Bacaan di Yogyakarta Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.”
2. Penelitian oleh Kevin Bhaskara Sibarani dengan judul “Perlindungan Hak Cipta Atas Lagu Independen Yang Didistribusikan Via Internet Oleh Netlabel Dalam Website Www.yesnowave.com Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta”.
3. Penelitian oleh Nawungkrida Rio Pangestu dengan judul “Perlindungan Hak Cipta Atas Buku Elektronik Pada Jaringan Internet di Yogyakarta Tahun 2011”.
4. Penelitian oleh Latiftita Anggraini, mahasiswi Magister Hukum UGM, dengan judul “Perlindungan Huum Bagi Penerbit Penerima Lisensi Komik Sehubungan dengan Maraknya Scanlation di Internet (Studi Kasus Pada PT Gramedia dan PT Elex Media Komputindo”.
Seluruh penelitian di atas memiliki kemiripan bidang, yaitu hak cipta, tetapi hal-hal atau objek yang diteliti berbeda dari penelitian penulis. Umumnya, perbedaan itu terletak pada pengkajian pelanggaran dan perlindungan hak cipta dari kacamata UU HC 2002 dan UU HC 2014. Objek penelitian peneliti yang berbentuk komik digital dan
komik fisik juga menjadi pembeda penelitian ini dengan penelitian lainnya. Meskipun terdapat kemiripan dengan penelitian oleh Latifta Anggraini, tetapi rumusan masalah dan dasar hukum, dan pendekatan yang digunakan oleh penulis berbeda dengan penelitian tersebut. Dengan dasar perbedaan tersebut, maka penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan ide asli dari buah pikiran penulis sendiri dan belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya.