• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. melanggar norma hukum yang hidup dalam masyarakat. ayat 3 menyatakan negara indonesia adalah negara hukum 1, yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. melanggar norma hukum yang hidup dalam masyarakat. ayat 3 menyatakan negara indonesia adalah negara hukum 1, yang"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dengan berbagai macam permasalahan yang ada, yang kesemuanya begitu kompleks dan membentuk suatu mata rantai yang berhubungan dan tidak dapat diputuskan, sehingga menyisakan cerita tragis tentang nasib anak-anak bangsa ini. Karena berbagai tekanan hidup, mereka terjebak melakukan hal-hal yang melanggar norma hukum yang hidup dalam masyarakat.

Pada Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut sebagai UUD NRI Tahun 1945) dalam pasal 1 ayat 3 menyatakan “negara indonesia adalah negara hukum”1, yang kekuasaannya dijalankan melalui hukum yang berlaku di indonesia. semua aspek kehidupan sudah diatur melalui hukum yang sah sehingga hal ini mampu mencegah konflik yang terjadi diantara warga negara.

Anak merupakan masa depan bangsa, dan agama. Jika kita ataupun bangsa ingin mempunyai masa depan lebih baik , maka kunci utamanya adalah anak yang sudah jelas akan menjadi penerus kita atau bangsa. Tugas kita adalah mendidik anak agar menjadi bibit penerus bangsa yang baik.Seorang anak perlu mendapatkan pelindungan dari dampak negatif yang di karenakan perkembangan pembangunan yang begitu cepat, arus globalisasi di bidang teknologi informasi dan komunikasi, serta perubahan

(2)

gaya hidup dan cara hidup sebagian orang tua yang tentu membawa perubahan sosial yang sangat berpengaruh terhadap perilaku Anak.

Keberadaan seorang anak yang terdapat di lingkungan kita semua memang sangat perlu mendapatkan perhatian, terutama mengenai tingkah lakunya. Dalam perkembangan kearah dewasa, kadang-kadang seorang anak melakukan perbuatan yang lepas kontrol, ia melakukan perbuatan tidak baik. Sehingga merugikan diri sendiri bahkan orang lain. Tingkah laku yang demikian disebabkan karena dalam masa pertumbuhan, sikap dan mental anak belum stabil, dan juga tidak terlepas dari lingkungan pergaulannya. Disamping itu keadaan ekonomi pun juga bisa menjadi pendorong bagi anak untuk melakukan perbuatan yang dilarang.2

Anak-anak yang melanggar norma yang hidup dalam masyarakat dan melakukan tindak pidana lazimnya disebut dengan

„anak nakal‟. Namun dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang menggantikan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, istilah „anak nakal‟ digantikan dengan istilah „„anak yang berkonflik dengan hukum‟‟. Dalam Undang-Undang tersebut yang dimaksud dengan anak dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menentukan sebagai berikut :

2 http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=kriminalitas anak&&nomorurut_artikel=390, diakses tanggal 8 Desember 2020

(3)

1. Anak yang berhadapan dengan hukum adalah Anak yang berkonflik dengan hukum, anak menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana.

2. Anak berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.

3. Anak yang menjadi korban tindak pidana yang selanjutnya disebut sebagai anak korban adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana.

4. Anak yang menjadi saksi tindak pidana yang selanjutnya disebut anak saksi adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, dan/atau dialaimnya sendiri.3

Dalam hal ini kedudukan keluarga sangat fundamental dalam pendidikan anak. Apabila pendidikan keluarga gagal, maka anak cenderung melakukan tindakan kenakalan dalam masyarakat dan tidak jarang menjurus ke arah tindakan kejahatan atau criminal. Dalam bukunya yang berjudul Kriminologi, B. Simanjuntak berpendapat bahwa, kondisi-

(4)

kondisi rumah tangga yang mungkin dapat menghasilkan “anak nakal”, adalah:4

1. Adanya anggota lainnya dalam rumah tangga itu sebagai penjahat, pemabuk, emosional.

2. Ketidakadaan salah satu atau kedua orangtuanya karena kematian, perceraian atau pelarian diri.

3. Kurangnya pengawasan orangtua karena sikap masa bodoh, cacat inderanya, atau sakit jasmani atau rohani.

4. Ketidakserasian karena adanya main kuasa sendiri, iri hati, cemburu, terlalu banyak anggota keluarganya dan mungkin ada pihak lain yang campur tangan.

5. Perbedaan rasial, suku, dan agama ataupun perbedaan adat istiadat, rumah piatu, panti-panti asuhan.5

Tidaklah menutup kemungkinan anak dapat melakukan berbagai penyimpangan dimana dapat berujung pada perbuatan tindak pidana. Ketika anak berhadapan dengan Hukum, ia menghadapi kekuasaan public yang memiliki kewenangan berupa upaya paksa yang membatasi bahkan merampas sejumlah hak anak demi menjaga ketertiban umum.

Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pada Pasal 1 ayat (2) diberikan pengertian tentang ‟perlindungan anak‟ yaitu sebagai berikut:

”Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan

melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,

berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan hasrat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi.”6

4 B. Simanjuntak. Kriminologi. Bandung : Tarsito, 1984, hlm. 55 5 Opcit B. Simanjuntak

(5)

Hukum Perlindungan Anak merupakan sebuah aturan yang menjamin mengenai hak-hak dan kewajiban anak yang berupa: hukum adat, hukum perdata, hukum pidana, hukum acara perdata, hukum acara pidana, maupun peraturan lain yang berhubungan dengan permasalahan anak. Dalam bukunya yang berjudul Hukum dan Hak-Hak Anak, mantan hakim agung, Bismar Siregar mengatakan bahwa masalah perlindungan hukum bagi anak-anak merupakan salah satu sisi pendekatan untuk melindungi anak-anak Indonesia, di mana masalahnya tidak semata-mata bisa didekati secara yuridis saja tetapi juga perlu pendekatan yang lebih luas, yaitu ekonomi, sosial dan budaya.7

Salah satu contoh kenakalan yang dilakukan anak nyatanya terjadi di zaman sekarang seperti kasus dalam Putusan Pidana Nomor : 7/ Pid.Sus-Anak/ 2015/ PN.Kbj Pada kesempatan kali ini penulis akan memaparkan terkait dengan kasus posisi, dakwaan, pembuktian, tuntutan, pertimbangan hakim dan amar putusan. Pada putusan sebagai berikut:

(6)

1. Kasus Posisi

Bahwa terdakwa anak ANDIKA PUTRA RAMADHAN TARIGAN Als MADAN dan Saksi YOSPAN EPENDI TARIGAN Als BATU Als BOKIR pada Selasa tanggal 30 Juni 2015 sekitar pukul 23.00 WIB atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan Juni tahun 2015 bertempat di Jalan Lingkar Desa Tiga Beringin Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo, telah melakukan tindak pidana pembunuhan terhadap korban KRISNA WAHYUDI.

2. Dakwaan

Pertama, Perbuatan anak sebagaimana diatur dan diancam Pidana dalam Pasal 340 KUHPidana Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana Jo UU RI No. 11 tahun 2012 Tentang Peradilan Anak;

Kedua, Perbuatan anak sebagaimana diatur dan diancam Pidana dalam Pasal 338 KUHPidana Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana Jo UU RI No. 11 tahun 2012 Tentang Peradilan Anak;

Ketiga, Perbuatan anak sebagaimana diatur dan diancam Pidana dalam Pasal 170 ayat (3) KUHPidana Jo UU RI No. 11 tahun 2012 Tentang Peradilan Anak;

3. Pembuktian

Saksi pertama WAGINO (orang tua korban), saat tiba di puskesmas sudah melihat korban meninggal dunia berlumuran darah, saksi tidak mengetahui permasalahan;

(7)

Saksi kedua YOSPAN EPENDI TARIGAN Als BATU Als BOKIR, bahwa saksi lupa kapan terjadinya penusukan, namun mengakui dirinya dan Anak melakukan penusukan kepada korban, bahwa saksi bercerita kepada paman saksi dan dianjurkan untuk menyerahkan diri;

Saksi Ketiga MUHAMMAD DERITA SEBAYANG (paman BOKIR), mendapat pengakuan Anak dan Saksi Bokir;

Saksi Keempat PRISKA SATRIA SEBAYANG, mengantar Anak dan Saksi BOKIR ke kantor Polisi;

Saksi Kelima SAMISAR SEBAYANG, bahwa bersama Anak, Korban dan saksi lain di kedai tuak, bahwa tidak ada yang mabuk, saksi tidak bersama korban saat kejadian penusukan;

Saksi Keenam BOY ISKANDAR SEMBIRING, bahwa saksi mengetahui Anak meminjam pisau ke bengkelnya dengan keterangan untuk memotong.

4. Pertimbangan Hakim

Berdasakan keterangan-keterangan Saksi dan Anak, diketahui fakta bahwa benar pada hari Selasa Tanggal 30 Juni 2015 sekira pukul 20.00 Wib anak dan YOSPAN EPENDI TARIGAN Als BATU Als BOKIR telah melakukan perbuatan pemukulan dan penusukan terhadap korban Krisna Wahyudi yang mengakibatkan korban meninggal dunia dengan direncanakan terlebih dahulu.

(8)

Menyatakan anak ANDIKA PUTRA RAMADHAN TARIGAN Als MADAN terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Pembunuhan Berencana” Maka dari itu anak ANDIKA PUTRA RAMADHAN TARIGAN Als MADAN dengan pidana penjara selama : 7 (Tujuh) tahun penjara

Dikeluarkannya putusan ini bisa dilihat bahwa Perbuatan tindak pidana tidak mengenal adanya batasan usia dari sudut pelaku maupun korbannya. Siapapun bisa terlibat dalam suatu perbuatan pidana , namun perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh anak tidak bisa disamakan hukumannya dengan perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

:“Pertanggungjawaban terhadap pelaku dengan kasus pembunuhan yang dilakukan oleh anak di bawah umur (Analisis terhadap putusan pidana nomor: 7/Pid.sus-anak/2015/PN.Kbj)

B. Rumusan Masalah

Dalam kegiatan penelitian hukum untuk menfokuskan permasalahan yang akan dikaji diperlukan rumusan masalah. Sebab dengan adanya rumusan masalah akan memudahkan peneliti untuk melakukan pembahasan searah dengan tujuan yang ditetapkan. Perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana pertanggungjawaban pelaku pada tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak dalam putusan nomor:

(9)

7/pid.Sus-anak/2015/PN.Kbj menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak?

2. Bagaimana pembuktian unsur pasal 340 KUHP yang di lakukan oleh anak dalam putusan nomor:7/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Kbj ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak?

3. Bagaimana pertimbangan hakim terkait pertanggungjawaban pelaku pada tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak dalam putusan nomor: 7/pid.Sus-anak/2015/PN.Kbj ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk pertanggungjawaban pelaku pada tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak dalam putusan nomor: 7/pid.Sus- anak/2015/PN.Kbj menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

2. Untuk mengetahui unsur-unsur pasal 340 dalam undang-undang hukum pidana pada tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak dalam perkara nomor:7/ Pid.Sus-Anak/ 2015/ PN.Kbj ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

(10)

3. Untuk mengetahui pertimbangan hakim terkait pertanggungjawaban pelaku pada tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak dalam putusan nomor: 7/pid.Sus-anak/2015/PN.Kbj

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan, baik secara akademis maupun secara praktis, sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan substansi disiplin dibidang ilmu hukum, khususnya di bidang hukum pidana anak di Indonesia

2. Secara praktis, sebagai bahan yang dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah atau para pengambil keputusan dalam menyelesaikan permasalahan pidana khususnya pada proses peradilan pidana anak.

E. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Penulis

Bagi peneliti atau penulis, yang saya lakukan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam menyusun skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Muhammadiyah Malang.

2. Bagi Penegak Hukum

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan acuan untuk pemecahan masalah putusan khususnya untuk Hakim dan Pengadilan

(11)

3. Bagi Masyarakat

Bagi hasil penilitan ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat sebagai pengetahuan agar masyarakat tahu kenapa ada putusan yang hukuman untuk terdakwa ada yang tidak sesuai.

F. Metode Penelitian

Untuk Memecahkan permasalahan pada rumusan masalah yang akan di teliti, maka penulis telah menentukan jenis penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah suatu penelitian yang menggunakan data hukum sekunder.

1. Metode Pendekatan

Penulis menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dalam penulisan hukum ini dimana penelitian ini mengutamakan dasar-dasar hukumnya. Dan dalam hal ini akan meneliti masalah yang menyangkut terhadap Tindak Pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak .

Pendekatan yuridis dalam penelitian ini yaitu mengacu pada peraturan perundang-undangan dalam KUHP yang mengatur tentang tindak pidana pembunuhan. Sedangkan pendekatan normatif digunakan untuk mengetahui bagaimana pertanggungjawaban tindak pidana pembunuhan yang di lakukan oleh anak dibawah umur.

(12)

Jenis penelitian ini adalah Library research, maka pada tahap pengumpulan data menggunakan bahan-bahan pustaka tentang pidana pembunuhan berencana oleh anak dibawah umur.

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yang didapat oleh penulis adalah : 1) Undang – undang no 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak

2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ( KUHP )

3) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ) 4) Putusan Pidana Nomor : 7/ Pid.Sus-Anak/ 2015/ PN.Kbj

b. Bahan hukum sekunder

Sebagai penjelasan dari bahan hukum primer yang berupa bahan pustaka yang berhubungan dengan objek penelitian antara lain:

1) Bahan hukum yang diambil dari buku, jurnal, pendapat ahli

2) Peraturan perundang-undangan, yakni:

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b) Undang- Undang No. 1 tahun 1946 jo. Undang- Undang No. 73 Tahun 1958 Tentang Pemberlakuan Hukum Pidana

(13)

Untuk Seluruh Wilayah Republik Indonesia dan Mengubah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;

c) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;

d) Undang-Undang No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak;

e) Undang-undang Repubik Indonesia No. 35 Tahun 2015 Tentang Perlindungan Anak.

3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Pengumpulan bahan hukum sekunder dalam penelitian ini diantaranya menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Studi Dokumen

Elemen penting dalam studi dokumen ini adalah bertitik berat pada studi dokumen Putusan Nomor: 7/Pid.Sus- Anak/2015/PN. Kbj.

b. Studi Kepustakaan

Dalam studi kepustakaan ini ialah kegiatan guna untuk mencari dan mengumpulkan berbagai jenis bahan-bahan kepustakaan baik dalam bentuk buku, jurnal ilmiah, peraturan perundang-undangan, putusan Hakim, media masa ataupun elektronik, yang dirasa sesuai datanya dengan penelitian yang sedang dibahas.

(14)

Sesuai dengan sumber bahan hukum primer dan sekunder maka metode pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan, kemudian menggunakan metode analisis preskriptif kualitatif.

G. Sistematika Penulisan

Sesuai dengan urutannya dalam penyusunan penulisan hukum ini, akan dibagi dalam beberapa bab yaitu Bab I, Bab II, Bab III, dan Bab IV dengan penjelasan sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam Bab I ini yaitu terdiri dari 6 bagian sub bab, diantaranya ialah: Latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Bab II ini berisikan bahan-bahan yang berkaitan dengan tinjauan umum pertanggungjawaban pidana, tinjauan umum tentang alat- alat bukti dan kesaksian dalam perkara pidana, tinjauan umum tentang terdakwa, tinjauan umum tentang tindak pidana pembunuhan, dan tinjauan umum tentang Anak.

BAB III: PEMBAHASAN

Dalam Bab III ini berisi tentang hasil penelitian yang telah dikaji, dan dianalisa, dalam bab ini penulis akan memaparkan hasil penelitian terkait dengan pengaturan hukum tentang tindak pidana pembunuhan yang

(15)

di lakukan oleh anak ditinjau dari hukum positif di Indonesia (Studi Putusan Nomor:7/Pid.Sus-Anak/2015/PN. Kbj)

BAB IV: PENUTUP

Dalam Bab IV ini berisi kesimpulan mengenai hasil dari penelitian serta saran-saran yang perlu disampaikan terkait dengan permasalahan yang telah diteliti.

Referensi

Dokumen terkait

7.2 Mendeskripsikan potensi keberagaman budaya yang ada dimasyarakat bsetempat dalam kaitannya dengan budaya nasional 7.3 Mengidentifikasi berbagai alternatif

Selain itu, penelitian yang dilaksanakan oleh Sukerti (2013) tentang penggunaan media gambar beseri pada pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu keterampilan menulis narasi

Program Improvement, dimana asesmen dapat digunakan dalam dalam perbaikan program, yaitu yang berkenaan dengan: (a) evaluasi terhadap informasi-informasi yang nyata,

Mitigasi risiko adalah tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi akibat dari risiko apabila risiko telah dapat teridentifikasi, tindakan ini juga merupakan

Penyusunan Rencana Program dalam RENSTRA 2009-2012 berlandaskan upaya menjadikan Program Studi Pendidikan Bidan menjadi institusi pendidikan bidan yang terkemuka

Siswa dapat menuangkan peran Indonesia dalam kerja sama di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi, dan pendidikan dalam lingkup ASEAN ke dalam peta pikiran dengan

Perawat juga berkoordinasi dengan pelayanan kesehatan yang dapat mendukung perawatan pasien dan bekerja sama dengan keluarga dalam perencanaan pelayanan keperawatan.. 2.5

Pengasuhan makanan anak pada fase 6 bulan kedua adalah pemenuhan kebutuhan makanan untuk bayi yang dilakukan ibu, dinyatakan cukup bila anak diberikan ASI plus makanan pendamping