EPIDEMIOLOGI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
KEHAMILAN RISIKO TINGGI DI PUSKESMAS PADASUKAN CIMAHI
Rosmariana Sihombing, Nasir Ahmad*, Desy Sagita K
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi
ABSTRAK
Tahun 2014 jumlah ibu hamil di Puskesmas Padasuka Cimahi sebanyak 1392 orang, dimana 255 diantaranya mengalami kehamilan dengan risiko tinggi dengan rincian sebagai berikut 113 kasus yang hamil terlalu tua, 86 kasus yang hamil terlalu muda, 53 kasus yang hamil terlalu banyak atau sering, dan 3 kasus yang hamil jaraknya terlalu dekat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kejadian kehamilan risiko tinggi di Puskesmas Padasuka Cimahi. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Populasi dan sampel penelitian adalah ibu hamil di Puskesmas Padasuka. Jumlah populasi ibu hamil sebanyak 1392 dan sampel sebanyak 90 responden. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder didapat dari data Puskesmas. Analisis data melalui 2 tahapan yaitu univariat dan bivariat menggunakan uji chi square. Hasil penelitian yaitu variabel yang berhubungan dengan kejadian kehamilan risiko tinggi yaitu pengetahuan (pvalue = 0,036), pendidikan (pvalue = 0,048), umur (pvalue = 0,000), dan sikap (pvalue = 0,035). Saran untuk petugas puskesmas yaitu melakukan promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi.
Kata kunci: Cross sectional, kehamilan risiko tinggi, 4 terlalu
ABSTRACT
In 2014, the number of pregnant women in health centers Padasuka Cimahi were 1392 people. 255 of them experienced a high risk pregnancy as detailed below, 113 cases of pregnant too old, 86 cases were pregnant too young, 53 cases were pregnant too much or often, and 3 cases of pregnant distance is too close.This study aims to determine the factors that influence the incidence of high-risk pregnancy. The study design using cross sectional. Population of pregnant women is 1392 and samples were pregnant women were 90 respondents. The primary data were collected using questionnaires and secondary data obtained from Health center Padasuka. Analysis of the data through 2 stages, univariate and bivariate using the chi square test. The result research variables in a study and correlation with the incidence of high-risk pregnancies are knowledge (pvalue = 0.036), education (pvalue = 0.048), age (pvalue = 0.000), and attitude (pvalue = 0.035). Health promotion to improve the knowledge and awareness about the importance of reproductive health.Suggest for role of Puskesmas is do health promotion to increase knowledge and awareness about the importance of reproductive health.
Keywords: Cross-sectional, high-risk pregnancy, 4 too
PENDAHULUAN
Masalah maternal merupakan masalah
yang kompleks, meliputi hal-hal non teknis
seperti pendidikan dan status wanita. Di
Indonesia kematian ibu masih tetap tinggi,
menurut data dari SDKI tahun 2012 saat ini
Angka Kematian Ibu mencapai 359 / 100.000
KH jumlah tersebut meningkat dibandingkan
pada tahun 2007 sebanyak 228 / 100.000 KH
(Kementrian Kesehatan RI, 2014). Tingginya
angka kematian ibu ini tidak terlepas dari
masih tingginya angka kehamilan yang tidak
diinginkan yaitu mencapai 16,8% (Budijanto,
D., 2013). Disisi lain masih banyak ditemukan
kehamilan yang tidak ideal yaitu kondisi 4
Terlalu yang sangat membahayakan bagi
kesehatan ibu, adapun data mengenai hamil
kondisi 4 Terlalu ada sebesar 22,4% dengan
rincian hamil terlalu muda ( < 20 th ) sebesar
4,1 %, hamil terlalu tua ( > 35 th ) sebesar 3,8
%, jarak terlalu dekat ( < 2 th ) sebesar 5,2 %,
dan terlalu banyak ( > 3 ) 9,4 % (BKKBN,
2008). Di Jawa Barat angka kematian ibu
Epidemiologi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kehamilan Risiko Tinggi Di Puskesmas Padasukan Cimahi
mencapai 78,63 / 100.000 KH sedangkan daerah Cimahi angka kematian ibu sebanyak 94,88 / 100.000 KH (Dinkes Jawa Barat, 2014).
Menurut hasil penelitian Sari P et al (2014) terdapat faktor yang mempengaruhi kehamilan risiko tinggi yaitu pendidikan, peneliti berasumsi bahwa pendidikan memiliki pengaruh terhadap risiko kehamilan 4 Terlalu. hal ini diasumsikan karena ibu yang berpendidikan rendah setingkat SD atau bahkan tidak sekolah memiliki tingkat pengetahuan dan pengertian yang rendah pula karena mereka dianggap kurang sering terpapar dengan informasi terkait kesehatan reproduksi yang mana menjadi diperparah dengan kurang aktifnya tenaga kesehatan ataupun kader dalam
menyampaikan
informasi
kesehatan
reproduksi.
Rahmadian K. (2012) mengungkapkan dalam penelitiannya masih ada responden yang memiliki pengetahuan yang buruk tentang kehamilan risiko tinggi, hal ini mungkin dapat terjadi karena responden masih belum mengetahui informasi tentang hal tersebut. Penelitian Kurniawwati (2014) terdapat
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian survey analitik dengan Rancangan
penelitian cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu hamil
sepanjang tahun 2014 yang berjumlah 1392
orang. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan
accidental
sampling.
Berdasarkan perhitungan diperoleh besar
sampel yang diambil sebanyak 90 responden.
Data primer diperoleh dari hasil pengisian
pengaruh umur terhadap kejadian kehamilan
risiko tinggi, karena umur yang ekstrem
memungkinkan terjadinya penurunan dari
fungsi organ reproduksi.
Berdasarkan studi awal yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Padasuka Cimahi, jumlah kehamilan Risiko Tinggi 4T (Terlalu) pada tahun 2014 adalah sebanyak 255 kasus dengan rincian 113 kasus yang hamil terlalu tua, 86 kasus yang hamil terlalu muda, 53 kasus yang hamil terlalu banyak atau sering, dan 3 kasus yang hamil jaraknya terlalu dekat, serta hasil wawancara dengan 3 ibu hamil yang dilakukan sebelum pengambilan data melalui kuesioner diperoleh kesimpulan ibu hamil mengetahui tanda-tanda kehamilan risiko tinggi namun mempunyai respon yang negatif tentang masalah kehamilan risiko tinggi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui
faktor-faktor
(pengetahuan,
pendidikan,
umur
dan
sikap)
yang
mempengaruhi kejadian kehamilan risiko
tinggi Di Puskesmas Padasuka Cimahi.
menggunakan kuesioner pada responden
mengenai pengetahuan, pendidikan, umur dan
sikap. Data sekunder diambil dari laporan
tahunan tentang jumlah kasus kejadian
kehamilan 4 Terlalu di wilayah kerja
puskesmas padasuka dan setiamanah tahun
2014. Instrumen menggunakan lembar
kuesioner
tersetruktur.
Analisis
data
menggunakan analisis univariate dengan
analisis distribusi frekuensi dan bivariate
dengan uji chisquare.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hubungan antara faktor risiko dengan kejadian kehamilan risiko tinggi di Puskesmas
Padasuka Cimahi
Kejadian Kehamilan Risiko Tinggi
Faktor Risiko
Risti
Tidak Risti
POR
CI 95%
Pvalue
N
%
N
%
Pengetahuan:
Kurang
32
61,5
20
38,5
1,670
1,046 – 2,668
0,036
b. Baik
14
36,8
24
63,2
Pendidikan:
a. Rendah
37
58.7
26
41.3
1,762
0,994-3,122
0.048
b. Tinggi
9
33.3
18
66.7
Umur:
a. Berisiko
16
94.1
1
5.9
2,290
1,698-3,089
0.000
b. Tidak Berisiko
30
41.1
43
58.9
Sikap:
a. Negatif
28
63.6
16
36.4
1,626
1,064-2,485
0.035
b. Positif
18
39.1
28
60.9
Hasil analisis pada tabel 1 menyimpulkanbahwa responden yang berpengetahuan kurang yang mengalami kehamilan risiko tinggi sebanyak 61,5% sedangkan untuk responden yang memiliki pengetahuan baik yang tidak mengalami kehamilan risiko tinggi sebanyak 63,2%. Nilai POR : 1,670 yang artinya responden yang pengetahuannya kurang
mempunyai
kecenderungan
mengalami
kehamilan risiko tinggi 1,670 kali dibandingkan dengan responden yang pengetahuannya baik. nilai signifikasi kurang dari 0.05 (pvalue: 0.036) berarti secara statistik terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kejadian kehamilan risiko tinggi di Puskesmas Padasuka Cimahi tahun 2015. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rakhmadian (2012) pengetahuan yang rendah mungkin dapat terjadi karena responden belum mengetahui informasi tentang kehamilan risiko tinggi. Menurut Damayanti (2009) apabila seorang ibu mempunyai pengetahuan yang lebih tentang risiko tinggi kehamilan makakemungkinan
ibu
akan
mencegah,menghindari,
dan
mengatasi
masalah
kehamilan risiko tinggi tersebut.
Menurut asumsi peneliti dari hasil penelitian yang telah dilakukan masih adanya responden yang memiliki pengetahuan yang kurang mengenai kehamilan risiko tinggi dikarenakan sebagian besar ibu memiliki pendidikan yang rendah yaitu setingkat SD, SMP, dan SMA dimana pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Selain itu seperti yang kita ketahui bahwa pengetahuan tidak hanya bisa didapatkan melalui jenjang pendidikan formal dengan bersekolah, namun pengetahuan juga bisa didapatkan dari lingkungan keluarga, lingkungan sosial, atau juga dari kegiatan-kegiatan yang ada di sekitar tempat tinggal ibu.
Pengetahuan yang paling efektif biasanya
didapatkan dari lingkungan keluarga terdekat,
untuk menunjang pengetahuan ibu agar lebih
meningkat maka para petugas kesehatan juga
melakukan pendidikan kepada semua
elemen-elemen masyarakat terutama yang paling dekat
dengan ibu hamil yaitu suami atau keluarga.
Dengan memberikan pendidikan kesehatan
kepada suami dan kelurga terdekat diharapkan
mampu menunjang peningkatan pengetahuan
ibu tentang risiko tinggi kehamilan. Dalam
keadaan darurat seorang ibu hamil yang
Epidemiologi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kehamilan Risiko Tinggi Di Puskesmas Padasukan Cimahi
memiliki risiko tinggi dalam kehamilannya
tidak mungkin memutuskan tindakan yang
harus diambil untuk menyelamatkan kedua
nyawa ibu dan bayinya, maka dari itu peran
suami dan kelurga terdekat menjadi sangat
penting pada kondisi seperti itu.
Pada variabel pendidikan dapat disimpulkan bahwa responden dengan pendidikan rendah yang mengalami kehamilan risiko tinggi yaitu sebanyak 58.7%, sedangkan responden dengan pendidikan tinggi yang tidak mengalami kehamilan risiko tinggi adalah sebanyak 66,7%. nilai POR = 1,762, artinya responden yang memiliki pendidikan rendah
mempunyai
kecenderungan
mengalami
kehamilan risiko tinggi 1,762 kali dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan tinggi. nilai signifikasi kurang dari 0,05 (pvalue: 0,048) berarti secara statistik terdapat hubungan antara pendidikan dengan kejadian kehamilan risiko tinggi di Puskesmas Padasuka Cimahi tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Maidelwita (2010) ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kehamilan risiko tinggi dengan nilai pvalue 0,000. Hal ini disebabkan jenjang pendidikan formal yang diperoleh ibu tersebut maka otomatis pengetahuannya akan lebih bagus sehingga kemampuan ibu tersebut dalam menerapkan kehamilannya yang aman dan sehat juga akan lebih baik.Menurut
asumsi
peneliti
apabila
pendidikan ibu di Puskesmas Padasuka akan
pemanfaatan pelayanan kesehatan cukup baik,
maka tentu pengetahuannya pun akan semakin
baik sehingga akan meningkatkan kesadaran
pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Peningkatan pendidikan bagi seorang ibu
dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan akan
memberikan dampak kepada peningkatan
pengetahuan dan pada akhirnya meningkatkan
kesadaran akan pentingnya pemanfaatan
pelayan kesehatan tentang program kesehatan
ibu dan anak serta kesehatan reproduksi yang
sehat.
Variabel umur dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki umur yang berisiko yang mengalami kehamilan risiko tinggi sebanyak 94,1%, sedangkan ibu yang memiliki umur yang tidak berisiko yang tidak memiliki kehamilan risiko tinggi yaitu sebanyak 58,9%. nilai POR = 2,290, artinya responden yang memiliki umur yang berisiko 2,290 kali lebih berisiko mengalami kehamilan risiko tinggi dibandingkan ibu yang memiliki umur yang tidak berisiko. nilai signifikasi kurang dari 0,05 (pvalue: 0,000) berarti secara statistik terdapat hubungan antara umur dengan kejadian kehamilan risiko tinggi di Puskesmas Padasuka Cimahi tahun 2015. Hasil penelitian ini sejalan dengan Husain R (2008) yang mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara umur dengan kehamilan risiko tinggi yang memiliki nilai statistik pvalue 0,000. Hal ini disebabkan karena usia ibu sangat mempengaruhi kesehatan janin dan kualitas bayi yang akan dilahirkan. Notoatmodjo (2014) semakin cukup umur tingkat kematangan seseorang akan lebih matang dalam berfikir. Pada aspek psikologi atau mental, secara garis besar pertumbuhan fisik terdiri dari atas empat kategori yaitu, perubahan ukuran, perubahan proporsi.
Menurut asumsi peneliti umur menjadi
faktor yang sangat penting dalam memutuskan
kehamilan yang tepat. Pada usia dibawah 20
tahun alat-alat reproduksi seorang wanita
belum cukup matang untuk dibuahi sehingga
terjadi
keguguran,
perdarahan
selama
kehamilan , sedangkan pada usia diatas 35
tahun juga dapat menjadi penyebab terjadinya
risiko tinggi pada waktu hamil dan melahirkan
karena pada usia ini (diatas 35 tahun)
organ-organ reproduksi wanita sudah kaku atau tidak
elastis lagi sehingga dapat menimbulkan
kesulitan
dalam
persalinan
dan
dapat
menyebabkan kematian pada seorang ibu.
Variabel sikap dapat disimpulkan bahwa
responden yang memiliki sifat negatif yang
mengalami kehamilan risiko tinggi adalah
sebanyak 63,6%, sedangkan untuk ibu yang
memiliki sifat positif yang tidak mengalami kehamilan risiko tinggi sebanyak 60,9%. nilai POR = 1,626, artinya ibu yang memiliki sifat negatif 1,626 kali lebih berisiko mengalami kehamilan risiko tinggi dibandingkan dengan ibu yang memiliki sifat positif. nilai signifikasi kurang dari 0,05 (pvalue: 0,035) berarti secara statistik terdapat hubungan antara sikap dengan kejadian kehamilan risiko tinggi di Puskesmas Padasuka cimahi tahun 2015. Hal ini sejalan dengan penelitian Maidelwita (2010) yang mengungkapkan terdapat hubungan antara sikap dengan kehamilan risiko tinggi dimana pvalue 0,030. Ini menunjukkan bahwa sikap positif pada ibu hamil tentang kehamilan risiko
KESIMPULAN
Pengetahuan, pendidikan, umur dan sikap mempengaruhi kejadian kehamilan risiko tinggi di Puskesmas Padasuka Cimahi tahun 2015. Saran kepada pimpinan Puskesmas perlunya peningkatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) melalui program KIA tentang kesehatan reproduksi dan kehamilan risiko tinggi, untuk meningkatkan pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN. (2008). Jarak Kelahiran dan Dampak Kehamilan tidak Direncanakan. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Budijanto, D. (2013). Determinan ‘4 Terlalu’ Masalah Kesehatan Reproduksi Hubungannya dengan Penggunaan Alat KB Saat Ini di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, 2(2).
Damayanti, E., & AW, N. (2009). Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang risiko tinggi kehamilan dengan kepatuhan kunjungan ANC di RSUD Pandan Arang Boyolali. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dinas Kesehatan Jawa Barat. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014. Bandung: Dinkes Jawa Barat
Husain, R. (2008). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Risiko Tinggi Pada IBu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ampana Timur Tahun 2008. Skripsi. STIK IJ. Palu.
tinggi
semakin
besar
kemungkinan
kehamilannya tidak berisiko begitu juga
sebaliknya, sikap negative pada ibu hamil
semakin besar kehamilannya berisiko.
Menurut asumsi peneliti berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan masih ada ibu yang memiliki sikap yang negatif mengenai kehamilan risiko tinggi, hal ini disebabkan karena pengetahuan ibu yang kurang sehingga menimbulkan sikap yang negatif. Jika ibu memiliki sikap yang positif artinya mendukung segala tindakan untuk mencegah terjadinya kehamilan yang berisiko maka kejadian kehamilan risiko tinggi juga akan berkurang.
tentang kesehatan reproduksi dan kehamilan
risiko tinggi, memberikan penyuluhan secara
langsung pada masyarakat terutama pada
Wanita Usia Subur (WUS) sehingga para
perempuan mampu merencanakan kehamilan
dengan kondisi organ reproduksi, jarak,
jumlah dan waktu yang tepat
Kementrian Kesehatan RI. (2013). Situasi Kesehatan Ibu. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kurniawwati, D.W. (2014). Profil Ibu Hamil Risiko Tinggi Berdasarkan Umur Dan Paritas. Jurnal akbid griyahusada; 1 (2)
Maidelwita, Y. (2010). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kehamilan Resiko Tinggi Di Puskesmas Nanggalo Padang. STIKES Mercubaktijaya. Padang.
Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Rahmadian, K. (2012). Pengetahuan dan Sikap Tentang Kehamilan Resiko Tinggi Pada Wanita Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Fajar Sebelum dan Sesudah Penyuluhan. Skripsi). Pekanbaru: Universitas Riau.
Sari, P., Hapsari, D., Dharmayanti, I., &
Kusumawardani, N. (2014). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap risiko kehamilan 4 terlalu pada wanita usia 10-59 tahun (analisis riskesdas 2010). Media Litbangkes, 24(3), 143-152