• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang penulis lakukan adalah meneliti tentang faktor-faktor yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang penulis lakukan adalah meneliti tentang faktor-faktor yang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan adalah meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha produsen pakaian jadi di Cigondewah. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Yang menjadi variabel bebas diantaranya skala usaha (X1) dan perilaku kewirausahaan (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah pendapatan (Y). Objek dalam penelitian ini adalah para pengusaha/produsen pakaian jadi yang ada di Cigondewah.

3.2 Metode Penelitian

Metode merupakan cara yang dilakukan atau yang diambil oleh peneliti untuk mengkaji masalah-masalah yang dihadapi.

”Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu”Suharsimi Arikunto (2002:136) ”Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.”

Untuk itu peneliti harus memilih salah satu metode penelitian yang sesuai agar masalah yang ada dapat dipecahkan dengan tepat. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey eksplanatory atau penjelasan. ”Metode survey eksplanatory yaitu suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

(2)

pengumpulan data yang pokok dan menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.” (Masri Singarimbun, 1995:5)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian. Suharsimi Arikunto (2003: 130-131) mengemukakan bahwa ”Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau totalitas kelompok subjek, baik manusia, gejala, nilai, benda-benda atau peristiwa yang menjadi sumber data untuk suatu penelitian.” Sedangkan menurut Sugiyono (2006: 51) ”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Berdasarkan definisi tersebut, dan berdasarkan masalah yang hendak diteliti maka yang menjadi ukuran populasi dalam penelitian ini adalah seluruh produsen pakaian jadi di Cigondewah yang berjumlah 125 produsen pakaian jadi yang tersebar di daerah Cigondewah, data ini didapat dari hasil survey secara acak yang dilakukan oleh penulis. Sebanyak 26 produsen tercatat sebagai produsen skala besar dan 99 produsen skala kecil menengah dilihat dari besaran pendapatan yang didapatkannya secara objektif. Penulis memilih sumber penelitian pakaian jadi di Cigondewah karena besaran pengusaha yang mengalami penurunan pendapatan hampir seluruh responden yang didapat dari hasil survey pra penelitian.

(3)

3.3.2 Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2003: 117) “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.” Sedangkan menurut Sugiyono (2006: 56) “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Karena penelitian ini tidak mungkin dilakukan pada semua produsen, mengingat jumlah populasinya yang cukup besar, dan juga tidak semua data dan informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang mewakilinya.

Masih diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto (2002: 112), untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20%-25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari :

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti

Selain itu, kriteria pengambilan sampel harus memenuhi beberapa syarat, yaitu sampel yang diambil harus dapat memberikan gambaran yang bisa dipercaya mengenai populasi secara keseluruhan, dapat menentukan presisi yaitu tingkat ketetapan yang ditentukan oleh perbedaan hasil yang diperoleh dari catatan lengkap, dengan syarat bahwa keadaan dimana kedua metode dilakukan sama,

(4)

sederhana sehingga mudah dilaksanakan, dapat memberikan hasil yang maksimal dengan resiko biaya minimal.

Mengacu pada pendapat para ahli di atas dan karena keterbatasan akan waktu dan biaya yang dimiliki penulis, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik proportional random sampling seperti yang dikatakan Kartono (Skripsi Noria Mardiyani, 2010 : 67) yang dimaksud proportional random sampling, yaitu sampel yang terdiri atas sub sampel yang besarnya sesuai dengan sub populasi yang diambil secara random atau acak dengan pengambilan sampel secara proporsional.

. Dalam penentuan jumlah sampel produsen pakaian di Cigondewah, dilakukan melalui perhitungan dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut:

𝑛 = 𝑁

1 + 𝑁𝑒2 (Riduwan, 2004: 65)

Keterangan:

n = Ukuran sampel keseluruhan

N = Ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

Dengan menggunakan rumus di atas didapat sampel pengusaha tekstil Cigondewah sebagai berikut:

𝑛 = 𝑁

1 + 𝑁𝑒2 =

125 1 + 125 (0.05)2 = 95.238 𝑎𝑡𝑎𝑢 95

(5)

Dari perhitungan di atas, maka ukuran sampel minimal dalam penelitian ini adalah 95 produsen pakaian jadi di Cigondewah

3.4 Operasional Variabel

Operasionalisasi variabel dilakukan untuk menghindari kekeliruan dalam penafsiran masalah sehingga harus diberi batasan secara operasional. Operasionalisasi variabel yang akan di teliti di kelompokkan ke dalam tiga konsep yaitu, konsep teoritis, konsep empiris dan konsep analisis. Konsep teoritis yaitu mendefinisikan konstruk dengan konstruk lain. Kemudian konsep empiris adalah mendefinisikan konstruk atau variabel penelitian menurut dimensi dan atau indikator yang dapat diukur secara empiris, serta konsep analitis adalah menguraikan dari mana data diperoleh dan bagaimana format alat pengumpulan data akan disusun. (Kusnendi, 2005: 60). Adapun bentuk operasionalisasinya pada tabel :

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analitis Skala Pendapatan (Y) Jumlah hasil seluruh penerimaan yang diterima oleh pengusaha Jumlah pendapatan yang diterima oleh produsen pakaian jadi pada satu bulan terakhir dinyatakan dengan rupiah

Data diperoleh dari jawaban responden yang diukur dari

total penerimaan yang didapat TR= P.Q Dimana: P = harga / unit Q = Kuantitas barang yang terjual

(6)

SkalaUsaha (X1) Pengaruh peningkatan skala input terhadap kuantitas output yang diproduksi yang mencerminkan keresponsifan produk total bilamana semua input ditingkatkan secara proporsional Perbandingan sejauh mana output berubah akibat perubahan tertentu dalam kuantitas semua input yang dipakai dalam produksi

Data diperoleh dari jawaban responden menurut Tingkat skala usaha diukur oleh elastisitas biaya dengan rumus Q TC c    % %  (James L Papas (1995:391) Keterangan: c = elastisitas biaya TC = selisih biaya produksi Q = selisih produksi Q = jumlah produksi awal TC = jumlah biaya produksi awal Interval Perilaku Kewirausaha an (X2) Proses pene-rapan kreativitas dan inovasi untuk meme-cahkan masalah dan menggali peluang yang dihadapi setiap orang dalam setiap hasil Perilaku kewirausahaan dilihat dari delapan karakteristik yan dikemukakan oleh Scarborough dan Thomas W. Zimmerer dalam (Suryana, 2006:24) sebagai berikut :  Desire for responsibility

data diperoleh dari jawaban responden yang diukur dari indikator perilaku kewirausahaan :  Memiliki tanggung jawab atas usaha : - siap ganti rugi - jaminan kesehatan pekerja Ordinal

(7)

Preference for moderat riskConfidence in their ability to successDesire for immediate feedbackHigh level of energyFuture orientationSkill at organizing  Tidak melakukan spekulasi - Menjanjikan sesuatu di luar batas kemampuan  Menunjukan kepercayaan diri yang besar

- Memiliki cirri khas dari barang produksi  Melakukan antisipasi dari perubahan iklim usaha - Differensiasi produk - Update motif  Memiliki semangat tinggi - Ada target - Ada rancang waktu  Mengelola berdasarkan perencanaan masa depan. - Perbesar usaha - buka usaha di tempat lain -  Memiliki Keahlian dalam menangani usaha - Pengkoordi nasian usaha

(8)

Value of achievement over money - Penghitung an manajemen usaha  Menilai uang sebagai sumber daya bukan tujuan akhir - Kegiatan sosial - Investasi lanjutan

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara dan alat yang dipakai dalam memperoleh informasi atau keterangan mengenai objek penelitian. Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Adapu cara Pengumpulan data dalam penelitian ini sesuai yang dikemukakan Suryana (2000: 20)adalah sebagai berikut :

a. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan mengumpulkan pertanyaan secara langsung dan menggunakan daftar pertanyaan kepada responden tentang objek penelitian.

b. Observasi, yaitu proses pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek (benda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan yang diteliti.

c. Angket atau kuisioner yaitu pengumpulan data dengan mengumpulkan pertanyaan secara langsung dan menggunakan daftar pertanyaan kepada responden tentang objek penelitian.

(9)

Agar data yang kita perlukan sesuai dengan apa yang kita harapkan, maka ada beberapa prosedur dalam pengambilan data diantaranya:

a. Pengurusan surat izin penelitian pada pihak-pihak yang bersangkutan. b. Penyusunan dan penyeleksian responden.

c. Penyusunan pertanyaan berupa perilaku kewirausahaan, skala usaha, dan pendapatan.

d. Menyebarkan angket pada setiap responden

e. Mentabulasi data angket dan menganalisis hasil angket. f. Melaporkan hasil penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Menghitung Koefisien Regresi

Model analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh antara variabel-variabel bebas terhadap variabel-variabel terikat yaitu hubungan antara skala usaha (X1), dan perilaku kewirausahaan (X2) terhadap pendapatan (Y) serta untuk menguji kebenaran dari hipotesis akan digunakan model persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

a. Hubungan antara variabel X dengan Y:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + ε

Keterangan: Y = Pendapatan X1 = Skala Usaha

X2 = Perilaku Kewirausahaan

β0 = Konstanta

βi = Koefisien regresi

ε = disturbance term (variabel pengganggu) β1, β2 = koefisien masing-masing variabel

(10)

Persamaan regresi diatas harus bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimated), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan t tidak boleh bias. b. Menentukan nilai koefisien regresi β0, β1, dan β2 dengan metode kuadrat

terkecil (Ordinary Least Squere).

c. Melakukan pengujian regresi linear berganda, meliputi uji koefisien regresi, serta uji asumsi.

3.6.2 Menghitung Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) merupakan cara untuk mengukur ketepatan suatu garis regresi. Menurut Damodar Gujarati (1998: 98) dijelaskan bahwa Koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dari fungsi tersebut. Untuk mencari rumus R2 digunakan rumus:

2 1 2 2 2 ˆ 1,2,3, 2 13,2 3 i i i y iyi x b iy x b y y TSS ESS R         

k

 

F n k

F k R      1 1 2 Damodar Gujarati (1998)

Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0< 2<1). Dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Jika R2 semakin mendekati 1, maka hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik.

2) Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh atau tidak erat, dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.

(11)

3.6.3 Pengujian Hipotesis

Sesuai dengan rumusan masalah bahwa pengujian hipotesis terbagi menjadi uji statistik secara simultan dan uji statistik secara parsial.

3.6.3.1 Uji Statistik F (Uji Signifikansi Simultan)

Uji F hitung bertujuan untuk menghitung pengaruh bersama variabel bebas

secara keseluruhan terhadap variabel terikat. Rumus yang digunakan adalah

(Damodar Gujarati, 1998: 116) Keterangan: R = nilai koefisien korelasi ganda

k = jumlah variabel bebas n = jumlah sampel

Untuk melakukan uji signifikansi simultan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan melihat tingkat signifikansi dan dengan membandingkan F hitung

dengan F tabel.

 Hipotesis :

H0 : Tidak terdapat pengaruh secara simultan X1,2,3 terhadap Y.

Ha : Terdapat pengaruh secara simultan X1,2,3 terhadap Y.

Jika probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak. Jika probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima.

Sedangkan uji signifikansi simultan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel,:  Hipotesis :

H0 : Tidak terdapat pengaruh secara simultan X1,2,3 terhadap Y.

Ha : Terdapat pengaruh secara simultan X1,2,3 terhadap Y.

Jika Fhitung > Ftabel 0,05 maka H0 ditolak.

Jika F hitung < F tabel 0,05 maka H0 diterima

2 2 / (1 ) / 1 R k F R n k    

(12)

3.6.3.2 Uji Statistik t (Uji Signifikansi Parsial)

Uji parsial atau uji t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variable X secara individu mampu menjelaskan variable Y. Uji t statistic ini menggunakan rumus :

𝑡 =𝛽 1 − 𝛽1 𝑠𝑒(𝛽 1)

(Damodar Gujarati, 1998: 116)

Hipotesis dalam penelitian ini secara statistic dapat dirumuskan sebagai berikut :

- Ho : β ≤ 0 artinya tidak ada pengaruh antara variable X terhadap variable Y

- Ha : β > 0 artinya tidak ada pengaruh positif antara variable X terhadap variable Y Kaidah keputusan :

Kriteria untuk menerima atau menolak hipotesis adalah menerima Ho jika t hitung < t table dan menolak Ho jika t hitung > t table. dalam pengujian hipotesis

melalui uji t tingkat kesalahan yang digunakan peneliti adalah 5 % atau 0,05 pada taraf signifikasi 95 %.

3.6.4 Uji Normalitas

Dengan diadakannya uji normalitas, maka dapat diketahui sifat distribusi dari data penelitian. Dengan demikian dapat diketahui normal tidaknya sebaran data yang bersangkutan. Uji normalitas adalah pengujian yang ditujukan untuk mengetahui sifat distribusi data penelitian. Untuk mendeteksi normal tidaknya faktor pengganggu dapat dipergunakan metode Jarque-Bera Test (JB-Test). Menghitung nilai Jarque Bera statistik dengan menggunakan rumus:

(13)

        2 2 3 4 1 6 S K k N JB

Di mana : S = Skweness, K = Kurtosis, N = jumlah data, dan k = jumlah parameter dalam model (jumlah variabel independen ditambah konstanta).

Program Eviews, secara langsung menghitung nilai koefisien Jarque Bera. Selanjutnya nilai JBhitung = χ2hitung dibandingkan dengan χ2tabel. Jika JBhitung > χ2tabel

maka H0 yang menyatakan residual berdistribusi normal ditolak, begitupun

sebaliknya, Jika JBhitung < χ2tabel maka H1 diterima berarti residual berdistribusi

normal diterima.

3.6.5 Uji Asumsi Klasik 3.6.5.1 Multikolinieritas

Multikolinearitas merupakan kejadian yang menginformasikan terjadinya hubungan antara variabel- variabel bebas Xi dan hubungan yang terjadi cukup

besar. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mudrajad Kuncoro (2004: 98) bahwa uji multikolinearitas adalah adanya suatu hubungan liner yang sempurna (mendekati sempurna) antara beberapa atau semua variabel bebas. Ini suatu masalah yang sering muncul dalam ekonomi karena in economics, everything depends on everything else.

Terdapat beberapa metode yang bisa dilakukan untuk mengetahui Multikolinearitas diantaranya adalah :

Dalam menguji multikolinearitas di dalam model lebih tepat dilakukan dengan Uji Klien melalui regresi masing-masing variabel independen terhadap seluruh variabel independen lainnya, untuk mendapatkan nilai R2 masing-masing

(14)

regresi parsial. Regresi ini disebut auxiliary regression. Maka model yang digunakan yaitu: X1= f(X2, X3,X4); X2 = f(X1, X3,X4). Kemudian nilai R2 masing-masing regresi parsial dibandingkan dengan nilai R2 model estimasi awal, apabila R2 regresiparsial> R2 estimasiterjadi multikolinearitas.

Setiap koefisien determinasi (R²) dari regresi auxiliary ini kita gunakan untuk menghitung distribusi F dan kemudian digunakan untuk mengevalusi apakah model tersebut mengandung multikolinearitas atau tidak. Adapun formula untuk menghitung nilai F hitung sebagai berikut :

𝐹𝑖 = 𝑅

2𝑥1𝑥2 … 𝑥𝑘/ 𝑘 − 2

1 − 𝑅2𝑥1𝑥2. . 𝑥𝑘/ 𝑛 − 𝑘 + 1

Sedangkan nilai F kritis dari distribusi F didasarkan pada derajat kebebasan n-k+1. Keputusan ada tidaknya unsure multikolinearitas adalah jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑘𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 maka disimpulkan model mengandung multikolinearitas. Dan

sebaliknya, jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑘𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 maka disimpulkan model tidak mengandung multikonlinearitas.

3.6.5.2 Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi regresi linier adalah adanya homoskedastis, yakni seragam tidaknya variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Pada penelitian ini penulis akan mendeteksi heteroskedastis dengan menggunakan metode grafik Scatterplot dengan kriteria sebagai berikut:

- Jika grafik mengikuti pola tertentu berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastis

(15)

- Jika pada grafik plot tidak mengikuti aturan atau pola tertentu maka pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastis.

Konsekuensi dari adanya heteroskedatisitas antara lain adalah menjadi tidak efisiennya estimator OLS. Hal ini mengakibatkan varian tidak lagi minimum, sehingga dapat menyesatkan kesimpulan terutama bila digunakan untuk meramalkan.

Heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke observasi lainnya artinya setiap observasi mempunyai reliabilitas yang berbeda akibat perubahan dalam kondisi yang melatarbelakangi tidak terangkum dalam spesifikasi model.

Heteroskedastisitas dapat diuji dengan menggunakan Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu : 𝑟𝑠 = 1 − 6 𝑑𝑖2

𝑁(𝑁2−1

Dengan cara meregresi residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas. Ini dilakukan dengan membandingkan χ2

hitung dan χ2tabel, apabila χ2hitung > χ2tabel maka hipotesis yang mengatakan bahwa

terjadi heterokedasitas diterima, dan sebaliknya apabila χ2

hitung < χ2tabel maka

hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas ditolak. Dalam metode White selain menggunakan nilai χ2hitung, untuk memutuskan apakah data terkena

heteroskedasitas, dapat digunakan nilai probabilitas Chi Squares yang merupakan nilai probabilitas uji White. Jika probabilitas Chi Squares < α, berarti Ho ditolak jika probabilitas Chi Squares > α, berarti Ho diterima.

(16)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Uji White dengan bantuan

Software Eviews. Dilakukan pengujian dengan menggunakan White

Heteroscedasticity Test yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas.

3.6.5.3 Autokorelasi

Dalam suatu analisa regresi dimungkinkan terjadinya hubungan antara variabel- variabel bebas atau berkorelasi sendiri, gejala ini disebut autokorelasi. Istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang.

Autokorelasi merupakan suatu keadaan dimana tidak adanya korelasi antara variabel penganggu (disturbance term) dalam multiple regression. Faktor-faktor penyebab autokorelasi antara lain terdapat kesalahan dalam menentukan model, penggunaan lag dalam model dan tidak dimasukkannya variabel penting.

Konsekuensi adanya autokorelasi menyebabkan hal-hal berikut:

- Parameter yang diestimasi dalam model regresi OLS menjadi bias dan varian tidak minim lagi sehingga koefisien estimasi yang diperoleh kurang akurat dan tidak efisien.

- Varians sampel tidak menggambarkan varians populasi, karena diestimasi terlalu rendah (underestimated) oleh varians residual taksiran.

- Model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menduga nilai variabel terikat dari variabel bebas tertentu.

- Uji t tidak akan berlaku, jika uji t tetap disertakan maka kesimpulan yang diperoleh pasti salah.

(17)

Adapun cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada model regresi, pada penelitian ini pengujian asumsi autokorelasi dapat diuji melalui beberapa cara di bawah ini:

1. Metode Uji Langrange Multilier (LM) atau Uji Breusch Godfrey

Yaitu dengan membandingkan nilai χ2tabel dengan χ2hitung. Rumus untuk

mencari χ2

hitung sebagai berikut :

χ2

= (n-1)R2 Dengan pedoman : bila nilai χ2

hitung lebih kecil dibandingkan nilai χ2tabel

maka tidak ada autokorelasi. Sebaliknya bila nilai χ2

hitung lebih besar

dibandingkan dengan nilai χ2

tabel maka ditemukan adanya autokorelasi.

2. Uji Durbin Watson (DW) untuk mendeteksi autokorelasi, yaitu dengan Uji DW menurunkan nilai kritis batas bawah (𝑑𝐿) dan batas atas (𝑑𝑈) sehingga

jika nilai d hitung terletak di luar nilai kritis ini maka ada tidaknya autokorelasi baik positif atau negatif dapat diketahui. Penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan jelas dalam tabel 3.2 di bawah ini :

Tabel 3.2 Uji Statistik Durbin-Watson d

Nilai Statistik d Hasil

0 < d < 𝑑𝐿 𝑑𝑈 ≤ d ≤ 𝑑𝑈 𝑑𝑈≤ d ≤ 4 - 𝑑𝑈

4 - 𝑑𝑈 ≤ d ≤ 4 - 𝑑𝐿 4 - 𝑑𝐿 ≤ d ≤ 4

Menolak hipotesis nul ; ada autokorelasi positif Daerah keragu-raguan ; tidak ada keputusan

Menerima hipotesis nul ; tidak ada autokorelasi ( + / - ) Daerah keragu-raguan ; tidak ada keputusan

(18)

Dibawah ini daerah-daerah penerimaan uji statistik Durbin Watson :

Gambar 3.1 : Grafik Statistik Durbin-Watson

Salah satu keuntungan dari uji DW yang didasarkan pada residual adalah bahwa setiap program computer untuk regresi selalu member informasi statistic d, adapun prosedur dari uji DW sebagai berikut :

1. Melakukan regresi metode OLS dan kemudian mendapatkan nilai residualnya.

2. Menghitung nilai d dari persamaan regresi

3. Dengan jumlah observasi (n) dan jumlah variable independen tertentu tidak termasuk konstanta (k), kita cari nilai 𝑑𝐿 dan 𝑑𝑈 di statistic Durbin

Watson

4. Keputusan ada tidaknya autokorelasi didasarkan pada tabel 3.3 diatas. Untuk lebih memudahkan menentukan autokorelasi dapat juga digunakan gambar 3.1

Dengan pedoman : bila nilai 𝑥 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 < 𝑥 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 maka tidak autokorelasi. Sebaliknya jika 𝑥 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 > 𝑥 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 maka ditemukan autokorelasi

Autokorelasi (+) Ragu-ragu Tdk ada Autokorelasi Ragu-ragu Autokorelasi (-) 0 dL dU

2

4-dU 4-dL 4

Gambar

Tabel 3.2 Uji Statistik Durbin-Watson d
Gambar 3.1 : Grafik Statistik Durbin-Watson

Referensi

Dokumen terkait

Keuntungan dari roda gigi ini adalah dengan memberikan input minimal dapat dihasilkan output dengan kekuatan maksimal.Roda gigi ini biasanya digunakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara konsentrat tidak difermentasi dengan yang difermentasi terhadap kandungan energi bruto, serat kasar, dan

Soekarno “jas merah” (Jangan sekali- kali melupakan sejarah). Bangsa Indonesia terbentuk bukannya tiba-tiba, Indonesia terbentuk dengan proses yang panjang, dimana bangsa kita

16 (enam belas) minggu. Senat Akademik : adalah organ yang menjalankan fungsi pengawasan bidang akademik pada aras perguruan tinggi atau dapat pada aras fakultas.

Tumor otak mulai dikenal sebagai salah satu penyebab kematian dan kecacatan pada masyarakat disamping penyakit-penyakit seperti; stroke, dan lain-lain. Dengan kemajuan

Belanja Barang dan Jasa Tahun 2009 sampai dengan Tahun Anggaran 2010 mencapai 1,5% dikarenakan Badan Pemberdayaan Perempuan baru berdiri dan membutuhkan masukan dari Kabupaten /

Menurut Scott A.Bernard (2005, p73), Teknologi adalah jenis sumber daya yang memungkinkan informasi dan sumberdaya lainya mengalor untuk mendukung penciptaan dan

Ide dasar teori ini sangat relevan dengan penelitian peneliti yang menggambarkan tentang penggunaan simbol oleh komunitas Tanah Aksara dalam interaksi sosial, yang