• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan, penulisan hingga selesainya laporan ini.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan, penulisan hingga selesainya laporan ini."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon telah mampu melaksanakan kinerjanya melalui program dan kegiatan tahun 2019.

Laporan ini disusun berdasarkan bentuk pertanggung jawaban terhadap kinerja dalam pelaksanaan kegiatan Perkarantinaan sekaligus sebagai alat bantu evaluasi guna penyempurnaan hasil-hasil serta manfaat yang telah dicapai maupun yang belum dicapai. Selain itu laporan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi kinerja terutama di lingkup Badan Karantina Pertanian maupun instansi terkait lainnya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan, penulisan hingga selesainya laporan ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan tahunan ini dan kinerja Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon pada tahun-tahun berikutnya agar menjadi lebih baik.

Akhirnya kami berharap, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Ambon, Januari 2020 Kepala Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon

Aris Hadiyono, SP NIP. 19680416199903101

(3)

ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR GAMBAR ... v DAFTAR TABEL ... vi BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 3

BAB II VISI DAN MISI STASIUN KARANTINA PERTANIAN KELAS I AMBON ... 4

2.1 Visi ... 4 2.2 Misi... 4 2.3 Tujuan ... 5 2.4 Sasaran ... 5 2.5 Program ... 5 2.6 Kedudukan... 6 2.7 Struktur Organisasi ... 7 2.8 Wilayah Kerja ... 8

BAB III KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN ... 9

3.1 Pelayanan Informasi ... 9

3.2 Koordinasi Pengawasan Karantina ... 10

3.3 Penyelidikan Kasus Tindak PidanaKarantina ... 11

3.4 Website SKP Kelas I Ambon ... 11

3.5 Kehumasan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon ... 11

BAB IV PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KARANTINA PERTANIAN DAN PENGAWASAN KEAMANAN HAYATI ... 13

4.1 Tindakan Pemeriksaan dan Pengawasan Keamanan Hayati ... 13

(4)

iii

4.1.2 Pemeriksaan Ekspor ... 14

4.1.3 Pemeriksaan Domestik Keluar ... 14

4.1.4 Pemeriksaan Domestik Masuk ... 18

4.2 Tindakan Penahanan, Penolakan dan Pemusnahan ... 21

4.3 Penggunaan Formulir ... 23

4.4 Pemantauan Daerah Sebar HPHK dan OPTK ... 24

4.4.1 Karantina Hewan ... 24

4.4.2 KarantinaTumbuhan ... 37

BAB V PENINGKATAN KUALITAS PENYELENGGARAAN LABORATORIUM KARANTINA HEWANDAN KARANTINA TUMBUHAN ... 44

5.1 Kegiatan Intersepsi HPHK dan OPTK... 44

5.1.1 Karantina Hewan ... 44

5.1.2 Karantina Tumbuhan ... 45

5.2 Koleksi HPHK/OPTK dan Media Pembawa HPHK/OPTK... 49

5.2.1 Karantina Hewan ... 49

5.2.2 KarantinaTumbuhan ... 50

BAB VI DUKUNGAN MANAJEMEN DAN DUKUNGAN TEKNIS LAINNYA... 51

6.1 Pengembangan SDM ... 51

6.1.1 Keadaan Pegawai ... 51

6.1.2 Jabatan Fungsional ... 54

6.1.3 Kenaikan Gaji Berkala ... 55

6.1.4 Kenaikan Pangkat ... 56

6.1.5 Penanggung Jawab Wilayah Kerja ... 57

6.1.6 Mutasi ... 57

6.1.7 Pensiun ... 58

6.1.8 Calon Pegawai Negeri Sipil(CPNS) ... 58

6.2 Serapan Anggaran Keuangan ... 58

(5)

iv

6.4 Sarana dan Prasarana ... 61

6.4.1 Gedung dan Bangunan ... 63

6.4.2 Kendaraan Bermotor ... 63

6.6 SOP ... 63

6.7 IPNBK ... 64

6.8 IKM ... 64

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

7.1 Kesimpulan ... 65

(6)

v DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Struktur Organisasi Organisasi SKP Kelas I Ambon ... 8

Gambar 2 Peta sebaran HPHK berdasarkan laboratorium ... 32

Gambar 3 Peta sebaran HPHK berdasarkan gejala klinis ... 34

Gambar 4 Resiko ancaman penyakit ... 36

Gambar 5 Pengeluaran antar area ... 36

Gambar 6 Peta sebaran OPTK (Sexava nubila) di Provinsi Maluku ... 40

Gambar 7 Peta sebaran OPTK (Thosea monoloncha) di Provinsi ... 42

Gambar 8 Peta sebaran OPTK (Bactrocera musae) di Provinsi Maluku ... 42

(7)

vi DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kegiatan Sosialisasi dan Penyebaran Informasi Karantina Pertanian Tahun 2019 .. 10

Tabel 2 Data Kegiatan eksport Bibit /Benih Tumbuhan, Hasil Tumbuhan Hidup, Hasil Tumbuhan Mati dan Benda Lain ... 14

Tabel 3 Data Kegiatan Domestik Keluar Media Pembawa Hewan, Bahan Asal Hewan, Hasil Bahan Asal Hewan dan Benda Lain ... 15

Tabel 4 Data Kegiatan Domestik Keluar Bibit /Benih Tumbuhan, Hasil Tumbuhan Hidup, Hasil Tumbuhan Mati dan Benda Lain ... 17

Tabel 5 Data Kegiatan Domestik Masuk Media Pembawa Hewan, Bahan Asal Hewan, Hasil Bahan Asal Hewan dan Benda Lain ... 18

Tabel 6 Data Kegiatan Domestik Masuk Bibit/Benih Tanaman, Hasil Tanaman Hidup, Hasil Tanaman Mati dan Benda Lain ... 20

Tabel 7 Data Penahanan, Penolakan, Pemusnahan Karantina Hewan 3 (tiga) tahun Terakhir ... 21

Tabel 8 Data Penahanan, Penolakan, Pemusnahan Karantina Tumbuhan 3 (tiga) tahun terakhir ... 22

Tabel 9 Penggunaan Sertifikat Karantina Hewan SKP Kelas I Ambon ... 23

Tabel 10 Penggunaan Sertifikat Karantina Tumbuhan SKP Kelas I Ambon ... 23

Tabel 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku ... 26

Tabel 12 Waktu pelaksanaan pemantauan daerah sebar HPHK ... 29

Tabel 13 Data Sebaran HPHK Tahun 2019 Provinsi Maluku ... 30

Tabel 14 Perbandingan Penyakit tahun 2017, 2018 dan 2019 ... 33

Tabel 15 Tim Penanggung jawab Pelaksanaan Pemantauan ... 39

Tabel 16 Lokasi dan Tim Pelaksana Pemantauan di daerah ... 39

Tabel 17 Hasil Pemantauan OPTK di Provinsi Maluku ... 41

Tabel 18 Hasil Pengujian Laboratorium Karantina Hewan Tahun 2019 ... 45

Tabel 19 Hasil Pengujian Laboratorium Karantina Tumbuhan 2019 ... 46

Tabel 20 Daftar Intersepsi dan Koleksi OPTK Karantina TumbuhanSKP Kelas I Ambon Tahun 2019 ... 50

(8)

vii

Tabel 21 Data Pegawai Berdasarkan Golongan /Ruang ... 51

Tabel 22 Data Pegawai Berdasarkan Pendidikan, Golongan /Ruang, Jabatan Pegawai Negeri Sipil ... 51

Tabel 23 Data Pegawai Berdasarkan Penempatan Tugas ... 52

Tabel 24 Daftar Nominatif Pegawai SKP Kelas I Ambon ... 52

Tabel 25 Daftar Pejabat Fungsional... 54

Tabel 26 Daftar Pegawai Penerima Kenaikan Gaji Berkala ... 55

Tabel 27 Daftar Pegawai yang memperoleh Kenaikan Pangkat ... 56

Tabel 28 Daftar Penanggung Jawab Wilker ... 57

Tabel 29 Daftar Pegawai yang Mutasi ... 58

Tabel 30 Daftar CPNS SKP Kelas I Ambon Tahun 2018 ... 58

Tabel 31 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Sumber Dana... 59

Tabel 32 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja ... 59

Tabel 33 Rincian Realisasi Pengembalian Belanja per Jenis Belanja ... 59

Tabel 34 Rincian Realisasi Belanja Modal... 60

Tabel 35 Perbandingan antara Target dan Penerimaan (TA. 2017 – 2019)... 60

Tabel 36 Posisi Barang Milik Negara di Neraca Per Tanggal 31 Desember 2019 ... 61

(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Globalisasi dalam kerangka perdagangan internasional mendorong semakin meningkatnya arus lalu lintas dan menurunnya secara bertahap hambatan tarif (tarrif barrier) dalam perdagangan hasil pertanian antar negara. Keadaan ini mendorong masing-masing negara memperketat persyaratan jaminan kesehatan, mutu dan keamanan hasil pertanian sebagai instrumen pengendalian perdagangan antar negara.

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki wilayah laut dan garis pantai yang sangat panjang, sehingga besar kemungkinan masuknya berbagai hama dan penyakit hewan dan tumbuhan melalui aktivitas lalulintas keluar masuknya produk pertanian, baik dari luar negeri maupun antar area di dalam wilayah Republik Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, maka tanggung jawab Badan Karantina Pertanian (Barantan) menjadi sangat penting sebagai garda terdepan dalam mencegah masuk/keluar hama penyakit hewan karantina (HPHK) dan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) ke dalam/dari wilayah Negara Republik Indonesia dan penyebarannya dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

Pada saat ini ancaman yang dapat mengganggu kelestarian sumberdaya alam, ketenteraman dan kesehatan masyarakat, kesehatan pangan, gangguan terhadap produksi sektor pertanian, serta lingkungan telah didefinisikan sebagai ancaman yang perlu untuk dicegah masuk dan penyebarannya. Ancaman yang secara global telah diidentifikasi dapat dikendalikan secara efektif melalui penyelenggaraan perkarantinaan antara lain :

1) Ancaman terhadap kesehatan hewan dan tumbuhan; 2) Jenis asing invasif;

3) Penyakit Zoonosis; 4) Bioterorism;

5) Pangan yang tidak sehat termasuk Genetically Modified Organism (GMO) yang belum dapat diidentifikasi keamanannya;

6) Kelestarian plasma nutfah/ keanekaragaman hayati; 7) Hambatan teknis perdagangan; dan

(10)

2 8) Ancaman terhadap kestabilan perekonomian nasional.

Peran Barantan dalam perlindungan terhadap kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan serta lingkungan hidupnya dalam hubungannya dengan perdagangan internasional, yaitu :

1) Mengoperasikan persyaratan teknis (persyaratan karantina) impor yang ditetapkan di 3 (tiga) titik sebelum masuk (pre-border), di tempat pemasukan (at-border) dan setelah pemasukan (post-(at-border) dalam upaya tindakan perlindungan kesehatan manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan;

2) Memfasilitasi ekspor komoditi pertanian melalui pemeriksaan, audit, verifikasi dan sertifikasi karantina ekspor agar persyaratan teknis negara pengimpor dapat terpenuhi;

3) Turut serta memverifikasi persyaratan teknis negara tujuan ekspor agar tetap dalam koridor perjanjian SPS;

4) Sebagai Notification body dan National Enquiry Point SPS, peran tersebut merupakan salah satu bentuk dari komunikasi persyaratan teknis (dengan organisasi internasional dan negara mitra) yang akan diberlakukan.

Salah satu faktor penting dalam kelancaran arus barang/produk adalah hambatan teknis yaitu keberadaan/status penyakit yang berdasarkan ketentuan internasional berkaitan dengan prevalensi hama dan penyakit serta organisme pengganggu tumbuhan di suatu area/kawasan, sistem surveilans yang dimiliki dan dilaksanakan, dan sistem pengendalian yang dibangun. Sebagai unit pelaksana teknis Barantan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon tahun 2019 melaksanakan kegiatan/program yang sejalan dengan program Barantan, yaitu Peningkatan Kualitas Pengkarantinaan Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati. Indikator kinerja utama program adalah sebagai berikut:

1) Meningkatnya efektifitas pengendalian resiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK;

2) Meningkatnya kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor Media Pembawa HPHK dan OPTK dan keamanan hayati;

(11)

3 Dalam upaya mendukung program pembangunan pertanian di Indonesia, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon senantiasa melakukan pembenahan secara internal maupun eksternal dengan kerjasama instansi terkait dalam rangka optimalisasi tupoksi.

Adapun jenis kegiatan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan karantina pertanian dan pengawasan keamanan hayati meliputi:

1) Pelaksanaan tindakan karantina terhadap hama dan penyakit hewan karantina (HPHK), organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) dan keamanan hayati hewani dan nabati;

2) Pelaksanaan pemantauan daerah sebar HPHK danOPTK;

3) Pelaksanaan dan pembuatan koleksi HPHK danOPTK;

4) Pengelolaan laboratorium karantina hewan dan karantina tumbuhan;

5) Pengelolaan data, informasi dan dokumentasi kegiatan operasional perkarantinaan hewan, tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati;

6) Pemberian pelayanan teknis kegiatan operasional perkarantinaan hewan, tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati;

7) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. 1.2 Tujuan

Penyusunan lapaoran tahunan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon TA. 2019 ini mempunyai tujuan diantaranya:

1) Sebagai bahan informasi pelaksanaan kegiatan Stasiun Karantina Pertanian kelas I Ambon, yaitu kegiatan yang telah dilakukan di Kantor Induk, Wilker Pelabuhan Laut Yos Sudarso, Wilker Bandara Pattimura, Wilker Pelabuhan Laut Namlea, Wilker Pelabuhan Laut Tual, Wilker Pelabuhan Laut Kobisadar dan Kantor Pos Ambon;

2) Sebagai bahan informasi terhadap tingkatan capaian kinerja Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon Tahun 2019;

3) Untuk mengetahui berbagai permasalahan terkait dengan tupoksi baik di kantor pusat maupun wilker lingkup Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon;

4) Untuk menjadi bahan penyusunan kebijakan Badan Karantina Pertanian yang akan datang.

(12)

4 BAB II

VISI DAN MISI

STASIUN KARANTINA PERTANIAN KELAS I AMBON 2.1 Visi

Visi merupakan gambaran tentang masa depan realistik yang dipilih dan ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu. Visi merupakan kondisi ideal tentang masa depan, terjangkau, dipercaya, meyakinkan dan mengandung daya tarik, sekaligus merupakan refleksi keadaan internal dan potensi kemampuan inti serta keliatan (fleksibilitas) suatu organisasi dalam menghadapi hambatan dan tantangan masa depan. Oleh karena itu sebagai unit pelaksana teknis Barantan visi Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon, yaitu “Menjadi Instansi yang Tangguh dan Terpercaya”.

Tangguh : Penyelenggaraan karantina pertanian pada hakekatnya adalah perwujudan pertahanan negara di bidang kelestarian sumber daya alam hayati hewan dan tumbuhan. Prinsip pertahanan adalah tangguh menghadapi serangan.

Terpercaya : Penyelenggaraan karantina pertanian yang dilaksanakan dengan asas legalitas, sistem dan prosedur yang transparan di dukung kaidah-kaidah lmiah yang objektif dan sumber daya manusia yang profesional dan akuntabel.

2.2 Misi

Untuk mewujudkan visi, maka Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon mengemban misi sejalan misi Barantan yang ditetapkan sebagai berikut :

1) Melindungi kelestarian sumberdaya alam hayati hewan dan tumbuhan dari serangan hama dan penyakit hewan karantina (HPHK), dan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) di wilayah kerja Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon Propinsi Maluku;

2) Mendukung terwujudnya keamanan pangan di wilayah kerja Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon Propinsi Maluku;

3) Memfasilitasi perdagangan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan akses pasar Media Pembawa Pertanian di wilayah kerja Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon Propinsi Maluku;

4) Meningkatkan citra dan kualitas layanan publik di wilayah kerja Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon Propinsi Maluku.

(13)

5 2.3 Tujuan

Tujuan merupakan pernyataan tentang apa yang ingin dicapai oleh Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan. Sesuai dengan tupoksi, yaitu melaksanakan perkarantinaan hewan dan tumbuhan, maka hasil yang dapat digambarkan adalah tingkat efektifitas penyelenggaraannya. Sebagai unit pelaksana teknis Badan Karantina Pertanian tujuan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon Tahun 2017 – 2022 adalah :

a. Melaksanakan dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati;

b. Meningkatkan kualitas sumber daya dan implementasi prinsip tata pemerintahan yang baik.

2.4 Sasaran

Dalam rangka pencapaian sasaran Program Badan Karantina Pertanian Tahun 2019, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon sebagai Unit Pelaksana Teknis di Daerah mendukung program tersebut dengan sasaran program sebagai berikut :

1) Meningkatnya efektivitas pengendalian risiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK;

2) Meningkatnya kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor Media Pembawa HPHK dan OPTK dan keamanan hayati;

3) Meningkatnya kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian. 2.5 Program

Sesuai sasaran program Barantan, ada 3 (tiga) yang harus dicapai sebagai berikut :

1) Peningkatan efektivitas pengendalian resiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK. Hal ini diperlukan dalam rangka memaksimalkan tugas dan fungsi Badan Karantina Pertanian, mengingat besarnya ancaman dan risiko berbagai jenis HPHK dan OPTK yang dapat masuk dan tersebar ke wilayah RI karena sangat luasnya wilayah yang harus diawasi dan dijaga. Besarnya resiko dan ancaman tersebut berdampak terhadap kesiap-siagaan seluruh jajaran Badan Karantina Pertanian dalam menjaga wilayah RI sehingga diperlukan implementasi yang konsisten dalam pelaksanaan dan efektivitas tindakan karantina mulai dari

(14)

6 tingkat pre border, at border dan post border;

2) Peningkatan kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor media pembawa HPHK dan OPTK serta Keamanan Hayati. Hal ini diperlukan dalam rangka pelayanan perkarantinaan yang maksimal sesuai dengan standar internasional. Pengembangan sistem pengendalian risiko penyakit hewan secara in-line inspection akan mampu mendukung upaya pengawasa, dan penegakan hukum yang sekaligus mendukung rangkaian proses penjaminan kesehatan sehingga pemasaran produk pertanian yang sesuai standar dapat diterima oleh negara mitra yang sekaligus meningkatkan daya saing di pasar global;

3) Peningkatan kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian. Hal ini diperlukan dalam rangka memberikan jaminan terhadap kesehatan dan keamanan produk pertanian kepada masyarakat Indonesia dan mitra sesuai tata aturan internasional. Pemerintah dalam hal ini Badan Karantina Pertanian sebagai regulator perkarantinaan memiliki mandat konstiusional untuk memberikan perlindungan terhadap warga negara Indonesia dalam rangka penyediaan kebutuhan produk pertanian yang bermutu tinggi dan produk yang akan diekspor sesuai persyarataan negara mitra. Oleh karena itu memberika kepastian regulasi yang harus ditaati dan melaksanakannya dengan konsisten dan konsekuan serta perbaikan sistem pelayanan publik dapat memberikan kepuasan kepada pengguna jasa karantina dalam kegiatan ekspor dan impor produk pertanian.

2.6 Kedudukan

Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon adalah Unit Pelaksana Teknis yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Karantina Pertanian Departemen Pertanian yang dipimpin oleh Kepala Stasiun. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 22/Permentan/OT.140/4/2008 tanggal 3 April 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian yang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati hewani nabati.

Dalam melaksanakan tugas pokok di atas, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

(15)

7 2) Pelaksanaan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan,

penolakan, pemusnahan dan pembebasan media pembawa Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK);

3) Pelaksanaan pemantauan daerah sebar HPHK dan OPTK; 4) Pelaksanaan pembuatan koleksi HPHK dan OPTK;

5) Pelaksanaan pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati;

6) Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati;

7) Pengelolaan informasi, dokumentasi dan sarana teknik karantina hewan dan tumbuhan;

8) Pelaksanaan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang karantina hewan, karantina tumbuhan dan keamanan hayati hewani dan nabati;

9) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. 2.7 Struktur Organisasi

Sebagai unit pelaksana teknis Badan Karantina Pertanian, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon mempunyai susunan organisasi yang terdiri dari :

a) Urusan Tata Usaha, mempuyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana dan pelaporan, serta urusan tata usaha dan rumah tangga;

b) Subseksi Pelayanan Operasional, mempunyai tugas melakukan pemberian pelayanan operasional karantina hewan dan karantina tumbuhan, pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati, dan sarana teknik serta pengelolaan sistem informasi dan dokumentasi, serta pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang- undangan di bidang karantina hewan dan karantina tumbuhan serta keamanan hayati hewani dan nabati;

c) Kelompok jabatan fungsional terdiri dari jabatan fungsional medik veteriner, jabatan fungsional paramedik veteriner, dan jabatan fungsional pengendali organisme pengganggu tumbuhan serta jabatan fungsional lain, yang terbagi dalam berbagai kelompok jabatan fungsional berdasarkan bidang keahlian masing-masing sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(16)

8 Disamping itu dalam rangka ketertiban dan kelancaran pelaksanaan pekerjaan/kegiatan maka setiap awal tahun anggaran kepala UPT juga menetapkan Surat Keputusan tentang uraian tugas pegawai Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon tahun anggaran yang berjalan. Struktur organisasi Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon tersaji dalam gambar 1 seperti berikut :

STRUKTUR ORGANISASI

STASIUN KARANTINA PERTANIAN KELAS I AMBON

Gambar 1 Struktur Organisasi Organisasi SKP Kelas I Ambon 2.8 Wilayah Kerja

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No:44/Permentan/OT.140/3/2014 tanggal 25 Maret 2014 tentang Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Penyakit Hewan Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon memiliki 6 (enam) wilayah kerja adalah Pelabuhan Laut Yos Sudarso, Bandara Udara Pattimura, Pelabuhan Laut Namlea, Pelabuhan Laut Tual, Pelabuhan Laut Kobisadar dan Kantor Pos Ambon.

Untuk mendukung pelaksanaan perkarantinaan di wilayah kerja, setiap wilayah kerja yang dinilai frekuensi lalu lintas Media Pembawanya tinggi ditugaskan seorang penanggung jawab wilker yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan operasional di wilayah kerja masing-masing.

(17)

9 BAB III

KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN 3.1 Pelayanan Informasi

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam. Bentuk kepulauan inilah yang membuat banyak pula daerah yang dapat dijadikan sebagai pintu-pintu masuk atau keluar bagi media pembawa pertanian baik ke dalam pulau tersebut atau keluar pulau bahkan ke luar negeri. Sosialisasi memegang kendali dalam mensukseskan pelaksanaan tindakan karantina di suatu wilayah. Dalam pelaksanaan sosialisasi karantina mencakup implementasi peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar penyelenggaraan karantina pertanian. Karantina merupakan instansi pemerintah yang bekerja berdasarkan peraturan perundang-undangan, seperti yang tertuang dalam UU Nomor 16 tahun 1992 dan peraturan menteri pertanian terkait.

Kesadaran masyarakat (public awareness) tentang penyelenggaraan perkarantinaan pertanian menentukan keberhasilan tindakan pencegahan hama penyakit hewan karantina (HPHK) dan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) di Propinsi Maluku. Peran masyarakat dalam penyelenggaraan perkarantinaan sangat membantu kelancaran tindakan karantina yang dilakukan di lapangan.

Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat, perlu dilaksanakan sosialisasi karantina pertanian. Sosialisasi adalah suatu proses penyampaian informasi karantina pertanian pada masyarakat dan aparatur pemerintah daerah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya penyelenggaraan perkarantinaan pertanian di Propinsi Maluku. Diharapkan setelah sosialisasi ini ada perubahan respon masyarakat terhadap karantina pertanian agar lebih peduli dan melindungi Propinsi Maluku dan wilayah sekitarnya dari ancaman HPHK dan OPTK.

Sosialisasi dilaksanakan secara berkelanjutan, karena membangun kesadaran masyarakat terutama pelaku usaha adalah suatu proses panjang yang membutuhkan dukungan dari aparat pemerintah daerah dan instansi terkait di Propinsi Maluku. Sosialisasi karantina pertanian di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon Tahun 2019 telah melakukan kegiatan sosialisasi peraturan karantina pertanian, penyakit hewan, hama dan penyakit tumbuhan, serta program peningkatan ekspor komoditas

(18)

10 pertanian. Kegiatan tersebut antara lain dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 1 Kegiatan Sosialisasi dan Penyebaran Informasi Karantina Pertanian Tahun 2019

No. Kegiatan Waktu dan Tempat Peserta

1. Bandara Pattimura Coffee Morning 7 Mei 2019 di Ruang Rapat PT. Angkasa Pura I 50 orang

Kegiatan sosialisasi dan penyebarluasan informasi karantina pertanian ini dilakukan dengan tujuan menjalin kerjasama dan menumbuh kembangkan kesadaran para siswa dan santri Panti Asuhan serta pengurus Yayasan tentang peran Karantina dalam mencegah masuk dan tersebarnya HPHK / OPTK di propinsi Maluku. Mendukung kelancaran pelaksanaan tindakan Karantina Pertanian dalam melestarikan sumber daya alam hayati dan nabati di Wilayah Propinsi Maluku. Kegiatan sosialisasi ini juga mempunyai manfaat untuk meningkatkan pemahaman para siswa santri serta dewan pengurus Yayasan terhadap kegiatan perkarantinaan dan peran Karantina Pertanian, serta tugas pokok dan fungsi Karantina Pertanian baik Karantina Hewan maupun Karantina Tumbuhan. Tetapi yang terpenting disini adalah meningkatkan kesadaran generasi muda sejak dini agar peduli dan lindungi Maluku dari ancaman HPHK / OPTK.

3.2 Koordinasi Pengawasan Karantina

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Karantina oleh petugas Karantina di lapangan sangat memerlukan partisipasi aktif dan dukungan dari instansi-instansi terkait di setiap lingkungan wilayah kerja. Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Badan Karantina Pertanian yang terletak di Propinsi Maluku senantiasa menjalin hubungan dan koordinasi yang baik dengan instansi-instansi terkait di Kota Ambon pada khususnya dan koordinasi di tempat pemasukan dan pengeluaran di luar kota Ambon serta pengawasan di tempat pemasukan dan pengeluaran yang belum ditetapkan.

Koordinasi ini dapat menggali informasi dan masukan terhadap lalulintas komoditi hewan dan tumbuhan serta frekuensinya. Khsusunya di tempat pemasukan dan pengeluaran yang belum ditetapkan, jika dari hasil koordinasi yang didapatkan menunjukkan bahwa lalulintas dan frekuensi komiditi hewan dan tumbuhan lebih banyak setiap bulan dan komoditi tersebut media pembawa HPHK dan OPTK, maka

(19)

11 tempat pemasukan dan pengeluaran tersebut bisa diusulkan untuk ditetapkan dan di tambah petugas karantina.

3.3 Penyelidikan Kasus Tindak Pidana Karantina

Selama Tahun Anggaran 2019, Penyidikan kasus Tindak Pidana Karantina berdasarkan Undang Undang Nomor 16 Tahun 1992 tidak ditemukan adanya kasus tindak pidana.

3.4 Website SKP Kelas I Ambon

Website Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon adalah www.ambon.karantina.pertanian.go.id. Website ini sebagai sarana bagi Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon untuk menyebarluaskan informasi dalam bidang perkarantinaan khususnya lingkup Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon kepada masyarakat khususnya pengguna jasa yang dapat mengakses informasi tentang perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta keamanan hayati dan informasi lainnya.

3.5 Kehumasan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon

Dalam rangka mewujudkan tujuan instansi, diperlukan media komunikasi yang efektif dan efisien guna mewujudkan quarantine minded, maka SKP Kelas I Ambon perlu melakukan perubahan penetapan tim kehumasan, sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon No 183/HK.160/K.44.D/8/2019 tentang Perubahan Penetapan Tim Kehumasan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon, yang ditetapkan pada tanggal 27 Agustus 2019. Media tersebut diperlukan untuk melakukan sosialisasi, publikasi, dan komunikasi terhadap publik terkait penyelenggaraan kegiatan instansi.

Tugas dari tim Kehumasan ini adalah :

1) Melaksanakan inventarisasi dan mengolah data, menyiapkan bahan penyusunan dan penyajian informasi, dokumentasi kegiatan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon;

2) Mengumpulkan, menganalisa, menyajikan data informasi dan dokumentasi yang berhubungan dengan kegiatan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon;

(20)

12 3) Mengumpulkan, menganalisa informasi/ opini masyarakat dan lembaga dan

menyampaikan kepada pimpinan sebagai bahan kebijakan;

4) Menerima keluhan masyarakat dan meneruskannya kepada pimpinan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon serta menyusun dan memberikan tanggapan terhadap keluhan masyarakat;

5) Mengarsip klipping dan publikasi pemberitaan di media cetak maupun media elektronik;

6) Mengkoordinasikan dan menyelenggarakan pelayanan pers;

7) Mengkoordinasikan, menyusun hak jawab serta tanggapan masyarakat di media massa;

8) Mengelola website dan media sosial Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon;

9) Menyiapkan dan mengedit naskah-naskah publikasi kegiatan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon;

10) Menyelenggarakan penyiaran informasi/ promosi kebijakan, pelaksanaan dan hasil kegiatan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon melalui berbagai macam media massa;

11) Mendampingi dan meliput kegiatan pimpinan.

SKP Kelas I Ambon mempunyai Media Sosial dalam rangka mendukung perkembagan informasi perkarantinaan antara lain:

a) Facebook : Humas Karantina Ambon b) Instagram : Karantina_Pertanian_Ambon c) Twitter : @karantinaambon

d) Fans Page : karantinapertanianambon

Tiap tahun salah satu tim kehumasan SKP Kelas I Ambon juga mengikuti Temu Koordinasi Kehumasan yang diselenggarakan oleh Barantan. Personil yang mengikuti pelatihan ini dipilih secara bergantian. Temu koordinasi kehumasan ini bertujuan untuk optimalisasi dan analisa media sosial.

(21)

13 BAB IV

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KARANTINA PERTANIAN DAN PENGAWASAN KEAMANAN HAYATI

4.1 Tindakan Pemeriksaan dan Pengawasan Keamanan Hayati

Kegiatan pemeriksaan terhadap media pembawa dalam mencegah Hama Penyakit Hewan Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina serta cemaran pangan segar asal hewan dan tumbuhan yang merupakan bentuk pengawasan karantina hewan dan karantina tumbuhan. Tindakan ini dilakukan terhadap media pembawa Hama Penyakit Hewan Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina yang dimasukkan ke dalam (impor), dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain (antar area), transit dan atau dikeluarkan dari wilayah negara Republik Indonesia (ekspor). Kegiatan ini sering diistilahkan dengan tindakan 8P yaitu Pemeriksaan, Pengasingan, Pengamatan, Perlakuan, Penolakan, Penahanan, Pemusnahan dan Pembebasan.

Tindakan ini tidak terlepas dari peraturan yang mengatur kerja dan kinerja petugas karantina baik karantina hewan maupun karantina tumbuhan dalam bentuk peraturan perundang-undangan, pedoman teknis, petunjuk pelaksanaan maupun hasil-hasil rekomendasi teknis lainnya yang dijadikan dasar utama dalam menjalankan tugas dan fungsi pokok Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon. Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon pada Tahun 2019 telah melakukan pemeriksaan media pembawa HPHK dan OPTK.

4.1.1 Pemeriksaan Impor

Kegiatan pemeriksaan HPHK dan OPTK terhadap media pembawa hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati yang masuk ke wilayah Republik Indonesia di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon dengan melakukan pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu pemeriksaan dokumen, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dengan tujuan untuk memastikan media pembawa yang dimasukkan bebas dari HPHK dan OPTK.

Kegiatan Impor pada tahun 2017 sampai tahun 2019 di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon, untuk kegiatan tindakan karantina hewan tidak adadan tindakan karantina tumbuhan juga tidak ada.

(22)

14 4.1.2 Pemeriksaan Ekspor

Kegiatan pemeriksaan HPHK dan OPTK terhadap media pembawa hewan dan media pembawa tumbuhan yang dikeluarkan dari wilayah Republik Indonesia di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon dengan melakukan pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu pemeriksaan dokumen, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dengan tujuan untuk memastikan media pembawa yang dikeluarkan bebas dari HPHK dan OPTK. Kegiatan ekspor pada tahun 2019 di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon, untuk kegiatan tindakan karantina hewan tidak ada dan kegiatan tindakan karantina tumbuhan adalah sebagai berikut : Tabel 2 Data Kegiatan eksport Bibit /Benih Tumbuhan, Hasil Tumbuhan Hidup, Hasil Tumbuhan Mati dan Benda Lain

No. Media Pembawa Frekuensi Satuan / 2017 Tahun 2018 2019

1 Bibit/Benih Tanaman

Btg -

Kg -

M2 -

Kali -

2 Hasil Tanaman Hidup Kali Kg - -

3 Hasil Tanaman Mati

Kg 272

M3 -

Btg -

Kali 29

4 Benda Lain Kali Kg - -

4.1.3 Pemeriksaan Domestik Keluar 1. Media Pembawa Karantina Hewan

Kegiatan pemeriksaan HPHK terhadap media pembawa hewan yang dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain dalam wilayah Republik Indonesia (domestik keluar) di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon dengan melakukan pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu pemeriksaan dokumen, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dengan tujuan untuk memastikan media pembawa yang dikeluarkan bebas dari HPHK. Data kegiatan dan frekuensi domestik keluar media pembawa karantina hewan selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:

(23)

15 Tabel 3 Data Kegiatan Domestik Keluar Media Pembawa Hewan, Bahan Asal Hewan, Hasil Bahan Asal Hewan dan Benda Lain

No Media Pembawa Frekuensi Satuan/ 2017 Tahun 2018 2019

1 Hewan Ekor 29.729 68.200 68.980 Box - 8 -Kg - 14 -Koloni 1 - 1 Kali 441 679 571

2 Bahan Asal Hewan (BAH) LbrKg 257.47046.069 307.04526.287 455172,56373

Kali 228 307 343

3 Hasil Bahan Asal Hewan (HBAH) KaliKg 101 -- 1347

4 Benda Lain KemasanKg 2- 5534 1610

Kali 2 8 7

Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa Media Pembawa berupa hewan pada tahun 2019 terjadi kenaikan volume dan peningkatan frekuensi bila dibandingkan 2 (dua) tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut dapat disebabkan oleh meningkatnya kesadaran masyarakat tentang tupoksi karantina dan mengapa karantina dibutuhkan sebelum melalulintaskan media pembawa. Media pembawa berupa BAH terlihat mengalami peningkatan karena banyak media pembawa yang dimasukkan ke Ambon untuk kemudian di sebar ke seluruh daerah di provinsi Maluku melalui wilker- wilker di SKP Kelas I Ambon. Hasil bahan asal hewan yang dilalulintaskan adalah merupakan media pembawa yang dikembalikan ke pabrik karena telah mendekati masa kadaluarsa.

Media pembawa berupa ruminansia besar (sapi dan kerbau) serta pada tahun 2019 mengalami peningkatan. Hal ini mungkin dikarenakan permintaan masyarakat di tempat tujuan yang semakin tinggi. Tempat tujuan lalu lintas media pembawa sapid an kerbau paling besar adalah ke wilayah Papua dan Papua Barat, kemudian Sulawesi. Namun, bila dilalulintaskan ke Papua dan Papua Barat karantina asal (Ambon) dan tujuan harus lebih waspada karena di provinsi Maluku masih belum bebas dari Brucellosis (B. abortus) dan tempa tujuan dari media pembawa ini prevalensinya rendah serta dalam tahap pembebasan. Sehingga dituntut pemenuhan fasilitas lain selain laboratorium, yaitu instalasi karantina terutama di wilayah kerja dengan volume lalulintas sapai dan kerbau terbanyak. DOC yang masuk seluruhnya berasal dari Makassar dari perusahaan besar yang bergerak di bidang pembibitan

(24)

16 unggas, DOD yang masuk berasal dari Sleman Jawa Tengah dan Kediri. Tidak semua DOC dan DOD diternakkan di Ambon, hamper separuhnya dilalulintaskan antar wilayah kerja Karantina Pertanian Ambon untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan meningkatkan perekonomian.

Pengiriman burung dari provinsi Ambon berkurang dikarenakan adanya peraturan terbaru terkait SATS DN yaitu peraturan Menteri LHK No. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 dimana burung perkici dan nuri merah sudah tidak bisa di perdagangkan lagi. Unggas dewasa mengalami peningkatan pada tahun 2019 lebih banyak disbanding tahun sebelumnya sebab Maluku sudah bebas dari Avian Influenza (AI) melalui Kepmentan No. 362/Kpts/PK.320/5/2016 tanggal 31 Mei 2016, dimana tujuan dari unggas tersebut adalah ke Makassar, Surabaya, Jakarta, Yogyakarta dan bahkan sampai ke Medan.

Sarang burung wallet dan sarang sriti juga menagalami peningkatan, kedua media pembawa ini dilalulintaskan melalui bandara Pattimura Ambon dengan tujuan Surabaya. Untuk kulit sapi garaman mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, hal ini dapat disebabkan karena berkurangnya masyarakat yang mengolah kulit tersebut. Menunjang kegiatan teknis di lapang, sejak tahun 2018 tepatnya 19 November 2018 laboratorium uji SKP Kelas I Ambon telah terakreditasi dengan nomor LP-1270-IDN. Pada tahun 2019 sudah melakukan surveilans pertama sekaligus perubahan ke SNI ISO/IEC 17025:2017 serta telah mendapatkan sertifikasi dan amandemen perubahan pada Januari 2020 dengan masa berlaku sampai 18 November 2022. Sehingga setiap media pembawa yang akan keluar benar-benar bebas dari HPHK, terutama untuk sapi dan kerbau, direncanakan pada tahun 2020 akan dilaksanakan penambahan ruang lingkup yaitu HA/HI-AI untuk pemeriksaan Avian influenza pada unggas dan Trypanosomiasis./Surra parasit darah pada sapi.

2. Media Pembawa Karantina Tumbuhan

Kegiatan pencegahan OPTK terhadap media pembawa tumbuhan yang dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain dalam wilayah Republik indonesia (domestik keluar) di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon dengan melakukan pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu pemeriksaan dokumen, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dengan tujuan untuk memastikan media pembawa yang dikeluarkan bebas dari OPTK.

(25)

17 Data kegiatan dan frekuensi domestik keluar media pembawa karantina tumbuhan selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 4 Data Kegiatan Domestik Keluar Bibit /Benih Tumbuhan, Hasil Tumbuhan Hidup, Hasil Tumbuhan Mati dan Benda Lain

No. Media Pembawa Frekuensi Satuan / 2017 2018 Tahun 2019

1 Bibit/Benih Tanaman

Btg 39,451 277,892 357.554

Kg 5 46,684 13.621

M2 - - -

Kali 169 399 710

2 Hasil Tanaman Hidup Kg 2,119,099 902,775 685.946

Kali 683 673 671

3 Hasil Tanaman Mati

Kg 24,323,676 41,480,235 38.680.078

M3 4 - -

Btg - - 10 -

Kali 1 1 1147

4 Benda Lain Kali Kg 5 1 66 8 24,3 4

Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan bahwa volume domestik keluar media pembawa bibit/benih tanaman, hasil tanaman hidup, hasil tanaman mati dan benda lain pada tahun 2019 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumya, yaitu tahun 2017 dan 2018. Terdapat kenaikan yang signifikan pada pengeluaran media pembawa bibit/benih tanaman, baik dari segi jumlah maupun dari segi frekuensi, sementara pengeluaran hasil tanaman hidup dan tanaman mati terdapat penurunan.di bandingkan tahun 2018 namun terhadap tahun 2017 terjadi kenaikan baik dari segi jumlah maupun frekuensi.

Pada Tahun 2019 media pembawa bibit/benih tanaman memiliki volume domestik keluar lebih tinggi dibandingkan tahun 2017 dan 2018. Volume domestik keluar terbanyak media pembawa bibit tanaman pada tahun 2019 adalah 357.554 batang kemudian disusul pada tahun 2018 sebanyak 277.892 batang dan pada tahun 2017 sebanyak 39.451 batang. Sedangkan Volume domestik keluar dalam ukuran Kilogram terbanyak media pembawa benih tanaman pada tahun 2018 adalah 46.684 kg batang kemudian disusul pada tahun 2019 sebanyak 13.621 kg dan pada tahun 2017 sebanyak 5 kg.

(26)

18 Volume domestik keluar media tanam hasil tanaman hidup terbanyak pada tahun 2017 yaitu 2.119.099 kg kemudian disusul pada tahun 2018 sebanyak 902.775 kg dan pada tahun 2019 sebanyak 685.946 kg. Volume domestik keluar media tanam hasil tanaman mati terbanyak pada tahun 2018 yaitu 41.480.235 kg kemudian disusul pada tahun 2019 sebanyak 38.680.078 kg dan pada tahun 2017 sebanyak 24.323.676 kg. Volume domestik keluar media tanam benda lain terbanyak pada tahun 2018 yaitu 66 kg kemudian disusul pada tahun 2019 sebanyak 24,3 kg dan tahun 2017 sebanyak 5 Kg. Untuk lebih jelasnya per wilayah kerja dapat dilihat pada lampiran laporan tahunan ini.

4.1.4 Pemeriksaan Domestik Masuk 1. Media Pembawa Karantina Hewan

Kegiatan pencegahan HPHK terhadap media pembawa hewan yang dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain dalam wilayah Republik Indonesia (domestik masuk) di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon dengan melakukan pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu pemeriksaan dokumen, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dengan tujuan untuk memastikan media pembawa yang dimasukkan bebas dari HPHK.

Data kegiatan dan frekuensi domestik keluar media pembawa karantina hewan selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5 Data Kegiatan Domestik Masuk Media Pembawa Hewan, Bahan Asal Hewan, Hasil Bahan Asal Hewan dan Benda Lain

No. Media Pembawa Frekuensi Satuan/ 2017 Tahun 2018 2019

1. Hewan

Ekor 310.024 488.831 669.907

Kg - 14 -

Koloni 1 - 10

Kali 201 679 415

2. Bahan Asal Hewan (BAH)

Kg 1.724.267,4 2.212.096 2.861.485,5

Koli - -

Kms - -

Kali 395 307 501

3. Hasil Bahan Asal Hewan (HBAH) Kali Kg 111.143 94 142.733,63 233 149.196,25 29

4. Benda Lain Kilogram Kms 23 2 34 55 15 -

(27)

19 Media pembawa yang masuk ke Karantina Pertanian Ambon dari tabel di atas terlihat semua mengalami peningkatan baik dalam volume maupun frekuensi bila disbanding tahun sebelumnya.Peningkatan ini dimungkinkan karena daya beli masyarakat propinsi Ambon yang semakin baik, selain itu juga peternakan unggas dan sapi milik masyarakat yang mulai berkembang dengan baik sehingga mulai dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di Maluku.

Media pembawa yang masuk ke SKP Kelas I Ambon pada umumnya masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, untuk hewan yaitu DOC, DOD, sedangkan untuk BAH tetap yang paling besar adalah telur ayam, daging ayam , selain itu ada telur puyuh, telur bebek, susu, daging sapi beku, daging kerbau, daging kambing, dan daging anjing Media pembawa HBAH mengalami peningkatan karena semakin banyak supermarket besar dan grosir serta restaurant yang mengambil bahan baku masakannnya dari luar agar sesuai standar penyajian.

Media pembawa berupa unggas tahun 2019 masuk ke Maluku berupa Ayam berasal dari Papua Barat dan Maluku Utara, 2 (dua) provinsi ini sudah bebas dari Avian influenza. Karantina Pertanian Ambon pada tahun 2019 juga menerima pengembalian burung endemis khas Maluku dari Jakarta dan Ternate untuk dikembalikan ke habitat aslinya, seluruh hewan tersebut sehat dan dilengkapi surat-surat. Namun yang harus diwaspadai adalah masuknya unggas dari wilayah lain yang belum bebas Avian influenza. Hal ini yang menjadi dasar pengambilan analisa risiko tahun 2019 yaitu analisa risiko tehadap masuknya unggas dewasa terutama dari Surabaya ke Ambon. Hasil analisa risiko tersebut telah diperiksa oleh pusat dan telah direvisi serta telah dilaporkan perbaikan hasil revisi ke pusat Karantina Hewan dan Kemanan Hayati pada Desember 2019.

2. Media Pembawa Karantina Tumbuhan

Kegiatan pencegahan OPTK terhadap media pembawa tumbuhan yang dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain dalam wilayah Republik Indonesia (domestik masuk) di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon dengan melakukan pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu pemeriksaan dokumen, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dengan tujuan untuk memastikan media pembawa yang dimasukkan bebas dari OPTK.

(28)

20 tumbuhan selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 6 Data Kegiatan Domestik Masuk Bibit/Benih Tanaman, Hasil Tanaman Hidup, Hasil Tanaman Mati dan Benda Lain

No. Media Pembawa Frekuensi Satuan / 2017 Tahun 2018 2019

1 Bibit/Benih Tanaman

Btg 39,451 205,259 526.004

Kg 5,320 504,313 128.042

M2 - - -

Kali 1,699 322 547

2 Hasil Tanaman Hidup Btg Kg 2,119,099 - 7,667,378 457 8.303.860,8 2.560

Kali 683 4,627 6.034

3 Hasil Tanaman Mati

Kg 24,323,676 95,693 112.164,7

M3 4 - -

Kemasan - - -

Kali 14,661 - 76

4 Benda Lain Kali Kg 5 1 - - - -

Berdasarkan tabel 6, menunjukkan bahwa volume domestik masuk media pembawa bibit/benih tanaman, mengalami kenaikan yang sangat signifikan dibanding tahun 2018 dan 2017 , domestik masuk untuk hasil tanaman hidup mengalami kenaikan di bandingkan tahun 2018 dan 2017. Kegiatan tindak karantina tumbuhan untuk hasil tanaman mati dan benda lain pada tahun 2019 lebih rendah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumya, yaitu tahun 2017 namun lebih tinggi di bandingkan tahun 2018.

Pada Tahun 2019 media pembawa bibit/benih tanaman memiliki volume domestik masuk lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 dan 2017. Volume domestik masuk terbanyak media pembawa bibit tanaman pada tahun 2019 adalah 526.004 batang kemudian disusul pada tahun 2018 sebanyak 205.259 batang dan pada tahun 2017 sebanyak 39.451 batang. Sedangkan Volume domestik masuk terbanyak media pembawa benih tanaman pada tahun 2018 adalah 504.313 kg kemudian disusul pada tahun 2019 sebanyak 128.042 kg dan pada tahun 2017 sebanyak 5.320 kg.

Volume domestik masuk media tanam hasil tanaman hidup terbanyak pada tahun 2019 yaitu 2.560 batang dan 8.303.860,8 kg kemudian disusul pada tahun 2018 sebanyak 457 batang da 7.667.378 kg dan pada tahun 2017 sebanyak 2.119.099 kg. Volume domestik keluar media tanam hasil tanaman mati terbanyak

(29)

21 pada tahun 2017 yaitu 24.323.676 kg kemudian disusul pada tahun 2019 sebanyak 112.164,7 kg dan pada tahun 2018 sebanyak 95.693 kg. Volume domestik masuk media tanam benda lain hanya ada pada tahun 2017 yaitu 5 kg, dan pada tahun 2018 dan 2019 tidak terdapat lalu lintas dan tindakan karantina tumbuhan untuk media tanam/benda lain Untuk lebih jelasnya per wilayah kerja dapat dilihat pada lampiran laporan tahunan ini.

4.2 Tindakan Penahanan, Penolakan dan Pemusnahan

Berdasarkan Undang-Undang No.16 Tahun 1992 pasal 10 merupakan tindakan karantina yang dilakukan petugas karantina berupa : pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan. Sepanjang tahun 2019 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon dalam rangka pengawasan melakukan tindakan 8P terhadap Media pembawa HPHK dan OPTK yang dilalu lintaskan antar area.

Sesuai Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2000, pada pasal 8 dan pasal 15 tentang pemusnahan dilakukan terhadap media pembawa yang dimasukkan ke dalam wilayah negara RI atau dari suatu area ke area lain. Di dalam wilayah RI merupakan tindakan karantina yang dilakukan oleh petugas karantina dan itu sudah berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Penahanan dan pemusnahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:

Tabel 7 Data Penahanan, Penolakan, Pemusnahan Karantina Hewan 3 (tiga) tahun Terakhir

No. Tindakan 2017 Tahun (Kali) 2018 2019 Keterangan

1 Penahanan 4 8 10 Ayam dan Daging Anjing

2 Penolakan 3 6 1 Ayam dan Daging Anjing

3 Pemusnahan 1 2 3 Ayam dan Daging Anjing

Frekuensi penahanan, penolakan, pemusnahan pada tahun 2019 berdasarkan tabel diatas bila dibandingkan tahun 2018 terjadi peningkatan yang signifikan. Hal ini disebabkan pengawasan petugas karantina di pelabuhan dan bandara semakin baik dibantu oleh pihak- pihak yang terkait di pelabuhan dan bandara. Hal ini karena komunikasi dan kerjasama antar karantina pertanian dengan pihak terkait yang berwenang di pelabuhan dan bandara semakin baik.

(30)

22 Berikut adalah foto pemusnahan yang pernah dilakukan oleh SKP Kelas I Ambon untuk media pembawa hewan yaitu daging anjing yang berasal dari Bau-Bau, Manado dan Makasar tanpa disertai sertifikat karantina dari daerah asal, dan pemilik tidak mampu melengkapi sertifikat serta surat-surat sesuai peraturan karantina.

Sesuai Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2002, pada pasal 7 dan pasal 13 tentang pemusnahan dilakukan terhadap media pembawa yang dimasukkan ke dalam wilayah negara RI atau dari suatu area ke area lain di dalam wilayah RI merupakan tindakan karantina yang dilakukan oleh petugas karantina dan itu sudah berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Tabel 8 Data Penahanan, Penolakan, Pemusnahan Karantina Tumbuhan 3 (tiga) tahun terakhir

No. Tindakan 2017 2018 2019 Tahun (kali) Keterangan

1 Penahanan 6 1 - -

2 Penolakan - - - -

3 Pemusnahan 12 1 - -

Berdasarkan tabel 8 diatas, menunjukkan bahwa pada tahun 2018 terjadi tindakan penahanan frekuensi 1 kali, penolakan tdk ada karena pemilik tidak menghiraukan / telah menyerahkan kepada petugas untuk tindakan karantina selanjutnya. Terhadap komoditi 1 kali pemasukan, pemusnahan dilakukan 1 kali. Media pembawa yang ditahan dan dimusnahkan adalah media pembawa impor yang dimasukkan lewat paket jasa kantor pos/DHL. Terdapat penurunan penahan hal ini dimungkinkan karena pemeriksaan paket impor/LN sudah tidak dilakukan di kantor Pos Ambon sehingga petugas yang ditempatkan di Kantor Pos kesulitan untuk mendapatkan Media Pembawa yang ilegal tersebut. Adapun saksi-saksi dari acara

(31)

23 pemusnahan didatangkan dari pejabat instansi terkait, yaitu Bea Cukai, Kantor Pos, KSOP, Perum Angkasa Pura.

Tindakan karantina ini sudah sesuai prosedur, di mana ketiga kasus tersebut hampir sama yaitu tidak dilengkapi dokumen karantina seperti yang dipersyaratkan dalam UU No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan. Selain itu, benih impor yang dimusnahkan tersebut tidak memiliki ijin resmi berupa Ijin Pemasukan Benih Impor dari Kementerian Pertanian serta sertifikat kesehatan dari negara asal.

4.3 Penggunaan Formulir

Penggunaan Formulir selama 3 (tiga) tahun terakhir untuk sertifikat Karantina Hewan dan sertifikat Karantina Tumbuhan dapat dilihat dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 9 Penggunaan Sertifikat Karantina Hewan SKP Kelas I Ambon No Jenis Sertifikat 2017 Jumlah 2018 2019

1 KH – 11 396 538 570

2 KH – 12 269 287 349

3 KH – 13 3 5 7

4 KH – 14 597 823 960

Jumlah 1.466 1.653 1.886

Tabel 10 Penggunaan Sertifikat Karantina Tumbuhan SKP Kelas I Ambon No Jenis Sertifikat 2017 Jumlah 2018 2019

1 KT – 9 903 2,764 3490

2 KT – 10 9 7 9

3 KT – 12 2,175 2,158 2147

Jumlah 3,087 4,929 5,646

Berdasarkan tabel 9 di atas, menunjukkan bahwa penerbitan sertifikat karantina hewan pada tahun 2019 sebanyak 5.646, tahun 2018 jumlah sertifikat 4.929 lembar dan tahun 2017 sebanyak 3.087 lembar. Dari data tersebut menunjukkan peningkatan jumlah sertifikat di tahun 2019. Berdasarkan tabel 10, menunjukkan bahwa penggunaa sertifikat karantina tumbuhan terbanyak pada tahun 2018 yaitu 4.929 lembar kemudian disusul pada tahun 2017 sebanyak 2.087 lembar dan tahun 2019 sebanyak 605 lembar.

(32)

24 4.4 Pemantauan Daerah Sebar HPHK dan OPTK

4.4.1 Karantina Hewan

Sebagai salah satu UPTKP Badan Karantina Pertanian yang berada di provinsi Maluku, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon ikut berperan aktif dalam usaha mencegah masuk, keluar dan tersebarnya Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) golongan I dan golongan II ke wilayah negara Republik Indonesia dan terutama ke Propinsi Maluku. Salah satu cara untuk mencegah masuk, keluar dan tersebarnya HPHK maka Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon juga melaksanakan fungsi Pemantauan Daerah Sebar HPHK baik golongan I maupun golongan II. Fungsi ini merupakan implementasi dari UU No. 16 tahun 1992 dan PP No 82 Tahun 2000. Kebijakan karantina dan pembatasan lalu lintas media pembawa diatur berdasarkan penggolongan Hama Penyakit Hewan Karantina dan Hama Penyakit Hewan Karantina, sesuai dengan bunyi pasal 76 ayat (1) PP No 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan.

Pemantauan adalah usaha yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran status dan situasi penyakit pada suatu area atau tempat yang diperoleh melalui kegiatan pengamatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 Pasal 11 bahwa pengamatan yang dilakukan selain ditempat pemasukan selama media pembawa diasingkan untuk mengamati timbulnya gejala hama penyakit hewan karantina, pengamatan juga memiliki makna mengamati situasi hama penyakit terhadap situasi HPHK pada suatu area, negara, atau tempat. Pengamatan terhadap situasi HPHK dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu secara langsung dan atau/atau secara tidak langsung. Pengamatan secara langsung dilakukan di tempat pemasukan, tempat pengeluaran, instalasi karantina, tempat transit dan diatas alat angkut. Pengamatan secara tidak langsung dilakukan ditempat lainnya dengan melibatkan atau memperoleh informasi dari pihak yang berwenang dalam kegiatan tersebut.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 22/Permentan/OT.140/4/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian, maka UPTKP menyelenggarakan fungsi pelaksanaan Pemantauan Daerah Sebar HPHK. Pemantauan UPTKP dilaksanakan dengan melakukan pengamatan status dan situasi HPHK pada area UPTKP berada. Pengamatan status dan situasi HPHK dilakukan secara tidak langsung dengan memperoleh informasi dari instansi

(33)

25 berwenang yaitu Balai Besar Veteriner dan Dinas yang membidangi Kesehatan Hewan di Propinsi, Kabupaten/Kota. Dengan dilaksanakannya kegiatan pengamatan ini, maka kegiatan pemantauan daerah sebar HPHK dengan metode pengambilan sampel tidak dilakukan.

Dasar Hukum Pelaksanaan Pemantauan daerah sebar HPHK 2019 :

Pasal 10 Undang–Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan;

• Pasal 11 dan 76 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan;

• Peraturan Menteri Pertanian Nomor 22/Permentan/OT.140/4/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis KarantinaPertanian;

• Kepmentan 3238/Kpts/PD.630/9/2009 tentang penggolongan Jenis- jenis Hama Penyakit Hewan Karantina, Penggolongan dan Klasifikasi Media Pembawa;

Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No.611/Kpts/KR.110/K/03/2019 tentang Pedoman Pemantauan Daerah Sebar Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) Tahun Anggaran 2019;

• DIPA Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon Tahun2019;

• SK Kepala SKP Kelas I Ambon No. 559/KR.110/K.44.D/4/2019 tentang Penetapan Tim Pelaksana dan Lokasi Pemantauan Daerah Sebar HPHK SKP Kelas I Ambon Tahun Anggaran2019.

Provinsi Maluku terletak di 2◦ 30◦ – 9◦ lintang selatan dan 124◦ – 136◦ Bujur Timur dengan Luas wilayahnya 712.479,65 km2 terdiri dari 1.422 pulau, dengan luas daratan 7,6% dan 92% terdiri atas lautan. Berbatasan dengan Maluku Utara di Utara, Papua dan Papua Barat di Timur, Sulawesi Tenggara di Barat dan Australia, Timor Leste, NTT di Selatan. Propinsi Maluku terdiri dari 9 kabupaten serta 2 kota, 90 kecamatan, 33 kelurahan, dan 989 desa.

Berdasar identifikasi citra satelit LAPAN jumlah keseluruhan pulau di Propinsi Maluku adalah 1.412 pulau dengan luas pulau bervariasi antara 761 km2 sampai 18.625 km2. Pulau Seram merupakan pulau terbesar diikuti pulau Buru dan pulau Yamdena, selebihnya adalah pulau-pilau kecil yang saling berhubungan atau berdekatan atau jauh terpisah dengan gugus pulau lain seperti pulau Banda.

(34)

26 Tabel 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku

No Kabupaten/Kota Lokasi

1 Kab. Maluku Tengah P. Seram dan P.Ambon

2 Kab. Seram Bagian Barat P. Seram

3 Kab. Seram Bagian Timur P. Seram

4 Kab. Buru P.Buru

5 Kab. Maluku Tenggara Kepulauan Kei

6 Kab. Maluku Tenggara Barat P. Yamdena, P.Larat

7 Kab. Kepulauan Aru Kepulauan Aru

8 Kota Ambon P.Ambon

9 Kota Tual P.Kei

10 Kab. Buru Selatan P.Buru

11 Kabupaten Maluku Barat Daya P.Moa, P.Kisar, P.Romang, P.Lakor, P.Wetar, P.Leti dan Pulau Pulau Sekitar

Materi Pemantauan

Materi yang digunakan pada Pemantauan daerah Sebar Hama Penyakit Hewan Karantina HPHK Tahun Anggaran 2019 terdiri dari dua, yaitu berupa data kejadian penyakit dari dinas yang membidangi kesehatan hewan di Kabupaten/kota dan provinsi baik berupa data kasus penyakit atau hasil surveilen penyakit serta data hasil pengujian laboratorium pasif atau aktif dari laboratorium milik daerah, Balai Besar veteriner dan atau hasil penelitian sesuai kaidah penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan dan data-data dari instansi-instansi terkait untuk prioritas nasional. Tidak seperti tahun sebelumnya, tahun ini Karantina Pertanian Kelas I Ambon tidak melaksanakan pemantauan regional karena sesuatu dan lain hal.

Metode Pemantauan

Pengamatan status dan situasi HPHK tahun anggaran 2019 dilakukan secara langsung dan tidak langsung dengan melaksanakan pengambilan sampel darah sapi dan mengumpulkan data kasus penyakit atau hasil surveilens penyakit serta data hasil pengujian laboratorium pasif atau aktif serta informasi dari instansi berwenang yaitu Balai Besar Veteriner dan dinas yang membidangi kesehatan hewan di provinsi, dan kabupaten/kota di kepulauan Maluku. Apabila anggaran perjalanan dinas terbatas, maka dapat dilakukan dengan surat menyurat kepada instansi yang bersangkutan. Metode pengumpulan informasi dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan Participatory Epidemiology.

Kuisioner yang dipergunakan pada saat tim pengamatan melakukan perjalanan pengumpulan data dalam bentuk form isian yang disusun sesuai dengan pedoman

(35)

27 pemantauan. Untuk menggali informasi yang mendalam, tim dapat melakukan PE dengan metode Focus Group Discussion atau In Depth Interview. Sehingga kuisioner perlu disusun pertanyaan yang terperinci dan bersifat terbuka guna mendapat informasi akurat dan detail tentang penyakit hewan tertentu yang sering menyerang ternak di daerah tersebut.

Analisis Data

Analisis data disajikan secara kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan jenis data yang diperoleh. Data diekspresikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk prevalensi dan insidensi serta dalam bentuk peta status dan situasi HPHK yang memuat keterangan lokasi keberadaan penyakit menurut hasil perolehan data (peta kasus penyakit, peta diagnosa hasil laboratorium) sesuai dengan pedoman pemantauan yang ditetapkan pusat.

Pelaporan

Hasil pemantauan disusun dalam bentuk laporan yang dibuat dari data yang telah dikumpulkan berserta lampiran validasi sebagai bagian dari laporan yang tidak terpisahkan. Laporan disusun sebagaimana hasil penelitian menurut kaidah penulisan yang dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana karya tulis ilmiah sesuai dengan pedoman pemantauan.

Hasil yang di didapat dari pemantauan disosialisasikan dahulu pada masing-masing UPTK dengan melaksanakan workshop atau seminar lokal yang merupakan sarana diskusi untuk mecari keakuratan dari data kuisioner yang didapat. Peserta workshop atau seminar adalah utusan dari instansi pemerintahan provinsi, kota serta kabupaten di Maluku yang membidangi kesehatan hewan, dan institusi yang ada di provinsi Maluku sehingga data yang akan dilaporkan secara regional dan nasional sudah sesuai dengan kenyataan yang ada, dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan benar.

Workshop atau seminar lokal hasil pemantauan daerah sebar HPHK tahun 2019 dilaksanakan pada bulan Juli bertempat di ruang Rapat Jumrin, kantor induk Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon, Jalan Y. Syaranamul Nomor 1, Hunuth Kate kate, Ambon. Peserta workshop atau seminar lokal pemantauan daerah sebar HPHK tahun 2019 yang diundung adalah seluruh instansi pemerintah provinsi,

(36)

28 kabupaten serta kota yang membidangi kesehatan hewan dan institusi yaitu mahasiswa serta dosen dari jurusan peternakan, fakultas pertanian, universitas Pattimura. Di dalam workshop atau seminar lokal tersebut dibahas mengenai data yang diperoleh tim pemantauan daerah sebar HPHK tahun 2019 Karantina Ambon untuk ditelusuri kebenaran dari data tersebut, dan peserta yang hadir hanya sebagian dari undangan yang dikirimkan.

Seminar regional pemantauan daerah sebar HPHK TA. 2019 dilaksanakan di Makassar, Sulawesi Selatan dengan BBKP Makassar sebagai panitia penanggungjawab pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan seminar bertempat di hotel Santika, jalan Sultan Hasanuddin nomor 40 Makassar tanggal 9 sampai di 11 Juli 2019. Dihadiri oleh perwakilan UPTKP di regional Sulawesi dan Maluku, perwakilan dinas di masing-masing provinsi yang membidangi kesehatan hewan, tenaga ahli dan perwakilan dari kepala pusat karantina hewan. Hasil pembahasan seminar regional akan dilaporkan pada seminar nasional yang rencanakan dilaksanakan pada bulan Oktober di Malang dengan BBKP Surabaya sebagai panitia penanggungjawab pelaksanaan.

Seminar nasional dilaksanakan oleh pusat dengan mengundang seluruh UPTKP di Indonesia bertujuan untuk mengetahui dan mendengarkan pemaparan hasil dari masing-masing regional. Hasil pemaparan dari masing-masing regional akan di koreksi dan/atau mendapat masukan dari para pakar dan/atau ahli, instansi terkait, serta akademisi pada tingkat nasional untuk kesempurnaan hasil pemantauan dan diharapkan akan menjadi acuan perbaikan metode pemantauan Badan Karantina Pertanian kedepan sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik untuk kemajuan bangsa.

Daerah Sebar Tempat Dilakukan Pemantauan

Lokasi tempat pemantauan HPHK adalah area dalam wilayah kerja Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon yang meliputi kabupaten/kota di provinsi Maluku. Daerah yang dapat dijangkau dan dapat duikunjungi oleh tim pemantauan daerah sebara HPHK TA. 2019 karena dilihat dari wilayah geografis Propinsi Maluku yang terdiri dari ribuan gugus pulau, untuk mencapai seluruh kabupaten dan kota di provinsi Maluku membutuhkan waktu serta biaya yang cukup tinggi, namun ketersediaan dana dan waktu pelaksanaa terbatas, menyebabkan tidak semua

(37)

29 kabupaten/kota yang berada di provinsi Maluku dapat didatangi, sehingga dipilih beberapa tempat yang dianggap mewakili keadaan geografis provinsi, yaitu :

1. Pulau Ambon (dinas provinsi dan kota);

2. Pulau Buru (dinas kabupaten Buru dan kabupaten Buru Selatan);

3. Pulau Seram (dinas kab. Maluku Tengah, kab. Seram Bagian Barat dan dinas kab. Seram Bagian Timur);

4. Kepulauan Kei (dinas kabupaten Maluku Tenggara dan kota Tual); 5. Kepulauan Aru (dinas kabupaten kepulauan Aru);

6. Kepulauan Tanimbar (dinas kabupaten Maluku Tenggara Barat).

Daerah lain yang tidak dapat di kunjungi terkait pengambilan sampel karena jalur transportasi menuju daerah tersebut sulit dan tidak ada setiap hari. Daerah yang tidak dapat diambil data secara langsung dilaksanakan pengumpulan data secara korespondensi dan melalui komunikasi telepon dengan petugas di wilayah tersebut. Waktu Pelaksanaan

Pemantauan daerah sebar hama dan penyakit hewan karantina di wilayah kerja Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon dilaksanakan pada rentang waktu Maret sampai Desember 2019 sebagaimana jadwal berikut :

Tabel 12 Waktu pelaksanaan pemantauan daerah sebar HPHK

Kegiatan I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII Bulan

Pembentukan Tim Persiapan Pelaksanaan Penyusunan Laporan Workshop Regional Workshop Lokal Workshop Nasional Penyempurnaan Laporan Hasil Pemantauan

Hasil pemantauan daerah sebar Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) tahun 2019 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon diperoleh data sebaran peta status dan situasi Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) yang terdiri atas 1 (satu) penyakityang terverifikasi dari hasil pengujian laboratorium yaitu Brucellosis. Untuk laporan kasus dan kejadian penyakit berdasarkan gejala klinis, yaitu pada unggas ;

(38)

30 New Castle Disease, Infectious bursal disease dan Low pathogenic Avian Infulenza, pada Anjing ; Canine Parvovirus Infection dan Scabies, pada Kambing ; Scabies dan Contagius Ecthyma (ORF), pada Sapi ; Anaplasmosis/Malaria Sapi, Brucellosis, Oldworld Screw Worm, Scabies, Septichemia epizootica, dan pada babi ; Hogcholera.

Pada tahun 2007 terjadi outbreak atau wabah Avian Influenza (AI) di Pulau Maluku, khususnya kota Ambon dan setelah itu sampai tahun 2016 tidak pernah dilaporkan kasus Avian Influenza (AI). Berdasarkan hal tersebut maka sekarang Propinsi Maluku sedang dalam tahap pembebasan dari Avian Influenza (AI), sesuai penuturan dokter hewan yang bertugas di Dinas Pertanian Propinsi. Tahapan pembebasan ini tidaklah mudah, harus dibuktikan dengan surveillans yang dilakukan oleh Balai Besar Veteriner Maros selama kurun waktu tertentu serta penelitian ilmiah lainnya yang menguatkan dasar pembebasan atau pun pencabutan status AI di Maluku.

Tahun 2018 dan tahun 2019 dilaksanakan surveilans Avian influenza oleh BBVet Maros di provinsi Maluku dan hasil yang di dapat adalah tidak ditemukan adanya infeksi virus tersebut. Namun dari data pemantauan yang kami peroleh di 2 (dua) kabupaten, yaitu kabupaten Maluku Tengah dan kabupaten Seram Bagian Barat ditemukan kasus kejadian Avian influenza (LPAI) berdasarkan gejala klinis. Hal ini patut ditelusuri kembali mengapa bisa terjadi, apakah benar kasus tersebut Avian influenza atau bukan. Selain itu, harus di verifikasi ulang apakah petugas lapang mengetahui benar bagaimana ciri- ciri unggas yang terkena AI sehingga perlu pelatihan ulang kembali mengenai gejala- gejala penyakit yang bersifat zoonosis atau yang termasuk dalam RABAH.

Tabel 13 Data Sebaran HPHK Tahun 2019 Provinsi Maluku

N

o Jenis HPHK

Informasi Status dan Situasi HPHK

Keterangan

Lokasi Data Informasi Sumber Data Gejala Klinis(GK) Data Uji Lab Pasif Surveilans Data Hasil

Ditemukan Ditemukan Tidak

Jenis Uji dan Jumlah Positif Jenis Uji dan Jumlah Negatif Jenis Uji dan Jumlah Positif Jenis Uji dan Jumlah Negatif

1 Rabies √ (Seller) 114 (Seller) 62

Kab Malteng , Kab SBB (Taniwel, Kairatu) Kuesioner Pemanta uan HPHK 2019

(39)

31 N

o Jenis HPHK

Informasi Status dan Situasi HPHK

Keterangan

Lokasi Data Informasi Sumber Data Gejala Klinis(GK) Data Uji Lab Pasif Surveilans Data Hasil

Ditemukan Ditemukan Tidak

Jenis Uji dan Jumlah Positif Jenis Uji dan Jumlah Negatif Jenis Uji dan Jumlah Positif Jenis Uji dan Jumlah Negatif 2 Disease/ND New Castle √

Kab. Malra, Kab SBB 3 Brucellosis √ (RBT) 150 171 (RBT) (CFT) 11 52 (CFT) Malteng Kab. 2 (CFT) 6 (RBT) 12 (RBT) Amahai), (Kobi, Kab. Malra, 4 Infectious Bursal

Disease √ Kab. Malra

5 screw worm Oldword √ Kab. Buru Selatan

6 Scabies/Kudis √ (keroka163 n kulit) Kab.Malra, Kota Tual, Kab. SBB (Seram Barat, Taniwel) 7 Parvovirus Canine Infection √ Kab.Malteng (Masohi, Amahai)

8 Hog Cholera √ Kab. Malra

9 Orf √

Kab. Malteng

(Tial, Tulehu)

10 Anaplasmosis √ Kab.Malteng (Kobi,

Amahai) 11 Septichemia Epizootica (SE) √ Kab.Malteng (Kobi, Amahai) 12 LPAI ekor) √ (100 Kab. Malteng, Kab SBB (Taniwel, Seram Barat, Amaratu)

13 Stephanofilariasis/Kaskado √ Kab. Maluku Tengah

14 Bovine Viral Diarrhea

(BVD) √

Kab. Seram Bagian Barat

(40)

32 Berdasarkan tabel di atas, kabupaten Maluku Tengah terdapat paling banyak penyakit, yaitu : Rabies, Brucellosisis, Canine Parvovirus Infection, Orf, Anaplasmosis, Septichemia Epizootica (SE) dan LPAI. Kabupaten Maluku Tenggara ada 5 penyakit yakni : Newcastle Disease, Brucellosis, Infectious Bursal Disease, Scabies/Kudis, dan Hog Cholera. Kabupaten Seram Bagian Barat, yaitu : Rabies, New Castle Disease, Scabies/Kudis dan LPAI. Sedangkan kabupaten Buru yaitu Oldworld Screw Worm.

Gambar 3 Peta sebaran HPHK berdasarkan laboratorium

Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) yang perlu menjadi perhatian serius adalah Rabies, mengapa demikian, karena selain zoonosis dan mematikan, sampai saat ini tingkat kejadian kasus di lapangan masih cukup tinggi dan potensi penularan juga sangat besar. Penularan rabies terkait dengan pola pemeliharaan anjing yang masih dilepas oleh sebagian masyarakat, serta sosial budaya dan tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya rabies yang masih kurang. Hal ini dapat terlihat saat dilakukan vaksinasi Rabies terhadap Anjing atau HPR milik masyarakat secara gratis dari pemerintah terutama dinas yang membidangi kesehatan hewan di propvinsi Maluku dan Kota Ambon, masyarakat sediki sekali yang peduli, dan kalaupun bersedia di vaksin, masyarakat tidak mau mengrestrain atau memegang anjing miliknya. Sehingga menyulitkan petugas untuk menyuntikkan vaksin karena HPR

Gambar

Gambar 1 Struktur Organisasi Organisasi SKP Kelas I Ambon
Tabel 2 Data Kegiatan eksport Bibit /Benih Tumbuhan, Hasil Tumbuhan Hidup,  Hasil Tumbuhan Mati dan Benda Lain
Tabel  4  Data Kegiatan Domestik Keluar Bibit /Benih Tumbuhan, Hasil  Tumbuhan Hidup, Hasil Tumbuhan Mati dan Benda Lain
Tabel  5  Data Kegiatan Domestik Masuk Media Pembawa Hewan, Bahan Asal  Hewan, Hasil Bahan Asal Hewan dan Benda Lain
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, dampak positif authoritative parenting practices yang dilakukan orangtua pada proses pencapaian prestasi belajarnya sesuai dengan hasil penelitian

Pemberian kombinasi pupuk hayati dengan pupuk organik cair memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter yang diamati (persentase bobot pucuk peko, rasio

Sikap : Mahasiswa mampu bekerja sama dengan kelompok, berpartisipasi mengembangkan wawasan tentang seni tari, dan dapat bertanggungjawab memproduksi desain

Technical Assistance for Institutional Development in Participatory Irrigation Management (IDPIM) Water Resources and Irrigation Sector Management Project (WISMP) Indonesia Deputi

Menunjukkan kelemahan dan kelebihan dari teknologi 3D Printing di dunia medis, kemudian juga akan diulas mengenai hal yang sesuai maupun tidak dengan apa yang

Adapun saran pada penelitian selanjutnya adalah membangkitkan data dengan varian error yang tidak konstan untuk dapat melihat lebih jelas kemampuan analisis

berikut adalah penjelasan dari Kepala Seksi Registrasi dan Tata Bangunan DKPT Kota Magelang mengenai sumber daya yang digunakan dalam implementasi kebijakan retribusi IMB

Etika bisnis perlu ada untuk memastikan hubungan para pihak terjadi dengan fair, tidak saling merugikan, dan bahkan saling menguntungkan serta tidak merugikan masyarakat,