• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETA KONSEP SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF UNTUK MENGUKUR PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP-KONSEP FISIKA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PETA KONSEP SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF UNTUK MENGUKUR PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP-KONSEP FISIKA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PETA KONSEP SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF UNTUK MENGUKUR PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP-KONSEP

FISIKA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

Yosephin Emmy Setyawati NIM: 001424025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Tuhan yang memulai Tuhan yang mengakhiri.

Tuhan takkan terlambat juga takkan lebih cepat. Semuanya itu, Dia

jadikan indah tepat pada waktu-Nya (Filipi 4:19)

Kupersembahkan untuk :

Tuhan Yesus dan Bunda Maria.

Mamak Valentina Sumaryati dan Adek Elisabeth Candrawati Nugraheni yang telah dipanggil Tuhan

Bapak Agustinus Suhadiyono dan Ibu Kusmiati yang tercinta.

Adikku Bernadus Dimas Hadisaputro dan Chistina Maria Preti Rosna Wulandari serta keponakanku Debrina Maria Laudia Saputri.

Andreas Hari Matwan yang memberikan cinta, kasih sayang, semangat, mendampingi dalam suka dan duka serta selalu mengingatkan untuk selalu bersyukur atas apa yang aku hadapi,

Fransiskus Xaverius Edi Susanto terima kasih atas kesempatan dan kebahagiaan yang pernah diberikan.

Sahabat-sahabat karibku (Rina, Lopek, Made, Venta) terima kasih untuk berbagi cerita dan persahabatan baik dalam suka maupun duka.

(5)
(6)

vi ABSTRAK

Yosephin Emmy Setyawati, “Peta Konsep Sebagai Salah Satu Alternatif Untuk Mengukur Pemahaman Siswa Tentang Konsep-Konsep Fisika”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta 2007.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui apakah peta konsep dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mengukur pemahaman siswa tentang konsep-konsep fisika. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24 Juli sampai 19 September 2006 di kelas VII SMP Santo Aloysius Turi.

Ada dua macam data yang diperlukan dalam penelitian ini; yaitu (1) data yang berkaitan dengan pemahaman konsep dan (2) data berkaitan dengan kemampuan siswa membuat peta konsep. Data yang berkaitan dengan pemahaman konsep dikumpulkan dengan tes pemahaman, sedangkan data yang berkaitan dengan kemampuan membuat peta konsep diperoleh dari peta konsep yang dibuat siswa.

Dapat tidaknya peta konsep dipakai sebagai salah satu alat untuk mengukur pemahaman konsep, disimpulkan dari ada tidaknya korelasi antara skor tes pemahaman dan skor peta konsep. Ada tidaknya korelasi dinyatakan dengan koefisien korelasi yang dihitung mengunakan korelasi product-moment dari Pearson pada taraf signifikansi 0,05.

(7)

vii ABSTRACT

Emmy Setyawati, Yosephin 2007. “Concept Map is as An Alternative to measure Students’ Understanding about Physics Concept.” Yogyakarta: Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, The Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This thesis has a purpose to know if a concept map can be used as an alternative to measure students’ understanding about physics concepts. The observation was carried out on July 24th until September 19th 2006 in the seven grade of Santo Aloysius Turi Secondary school.

There are two kinds of data which are needed in this research; The first is data that has relationship with concept understanding and the second is data that has relationship with concept understanding is gathered with the understanding test, while the data which has relationship with in making concept map is gained from concept maps which are made by students.

To know whether a concept map can be used as one of an equipment to measure concept understanding or not, it will be conclude if there is any relation between the understanding test scores and concept map scores or not. There is any correlation or not will be stated by correlation coefficient and analyzed using product-moment correlation from Pearson and the standard of significant is 0,05.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul “Peta Konsep Sebagai Salah Satu Alternatif Untuk Mengukur Pemahaman Siswa Tentang Konsep-Konsep Fisika” ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini terwujud atas bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, yang telah berkenan membimbing, memberi petunjuk serta motivasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Fr. Y. Kartika Budi, M.Pd yang telah membimbing serta menyumbangkan ide dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Domi Severianus, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang juga selalu mendorong untuk menyelesaikan tulisan ini.

3. Br. Pius Suyoto. CSA yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP St. Aloysius Turi.

4. Ibu MB.W.S. Handayani yang telah membantu dan memberikan masukan samapai tulisan ini bisa selesai.

(9)

ix

6. Teman-teman guru (Ibu Windati Pramusinta, Ibu Natalia Endri, Ibu Sri Suyanti, Br. Martinus. CSA dan lain-lain) dan staf karyawan SMP Santo Aloysius Turi yang selalu memberi dorongan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Maya yang telah meminjamkan komputer.

8. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung hingga terselesaikannya skripsi ini.

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian……….. 3

D. Manfaat Penulisan... 3

BAB II DASAR TEORI ... 4

A. Konsep... 4

1. Pengertian Konsep……….. 4

(11)

xi

3. Pemahaman Konsep……… 11

B. Peta Konsep……… 15

1. Pengertian Peta Konsep……… 15

2. Manfaat Peta Konsep……… 17

3. Langkah-langkah Membuat Peta Konsep………. 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22

A. Waktu, Tempat dan Subyek Penelitian ... 22

B. Jenis Penelitian………... 22

C. Ubahan………. 22

D. Treatmen……… 23

E. Instrument ……… 24

1. Tes Pemahaman……… ... 24

2. Peta Konsep………... 27

F. Metode Analisis Data……… 27

1. Penentuan Skor Tes Pemahaman……….. ... 27

2. Penentuan Skor Peta Konsep……… ... 28

3. Analisis Data……… .... 29

4. Uji Normalitas dan Uji Homogenitas………... 30

G. Pelaksanaan Penelitian……….. 30

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 32

A. Pelaksanaan……….. 32

B. Deskripsi Data……….. 34

(12)

xii

1. Uji Normalitas………... 39

2. Uji Homogenitas……… ... 41

3. Korelasi Antara Tes Pemahaman Konsep dengan Kemampuan Membuat Peta Konsep……….. ... 43

D. Pembahasan ………... 43

E. Keterbatasan peta konsep sebagai alat untuk mengukur pemahaman konsep siswa………. 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 45

A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

LAMPIRAN 1... 47

LAMPIRAN 2………... 49

LAMPIRAN 3……… 51

LAMPIRAN 4……… 52

LAMPIRAN 5……….... 53

LAMPIRAN 6………. 54

LAMPIRAN 7………. 55

LAMPIRAN 8………. 57

LAMPIRAN 9………. 59

LAMPIRAN 10……… 61

(13)

xiii

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Nama Tabel Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi soal tes pemahaman... 25

Tabel 3.2 Kriteria skoring tes pemahaman... 27

Tabel 3.3 Kriteria skoring penyusunan peta konsep ... 29

Tabel 4.1 Hasil perhitungan skor tertinggi, skor terendah, mean dan standar deviasi pokok bahasan ”Besaran dan Satuan” serta ”Suhu dan Pemuaian” ... 34

Tabel 4.2 Diskripsi frekuensi pemahaman konsep pokok bahasan ”Besaran dan Satuan” ... 35

Tabel 4.3 Diskripsi frekuensi kemampuan membuat peta konsep pokok bahasan ”Besaran dan Satuan”... 36

Tabel 4.4 Diskripsi frekuensi pemahaman konsep pokok bahasan ”Suhu dan Pemuaian” ... 37

Tabel 4.5 Diskripsi frekuensi kemampuan membuat peta konsep pokok bahasan ”Suhu dan Pemuaian”... 38

Tabel 4.6 One- sample Kolmogorov Smirnov test Pem1... 39

Tabel 4.7 One – sample Kolmogorov Smirnov test PK 1... 39

Tabel 4.8 One-sample Kolmogorov Smirnov test Pem 2... 40

Tabel 4.9 One-sample Kolmogorov Smirnov test PK 2... 40

Tabel 4.10 Test of homogenitas of variance Pem 1 dan PK 1 ... 41

(15)

xv

Tabel 4.12 Hasil uji normalitas dan uji homogenitas... 42 Tabel 4.13 Hasil korelasi antara tes pemahanan dengan kemampuan membuat

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Nama Gambar Halaman

Gambar 2.1 Peta konsep yang paling sederhana... 16 Gambar 2.2 Peta konsep yang memuat konsep perantara... 16 Gambar 2.3 Peta konsep yang mengandung konsep perantara... 17 Gambar 4.1 Pemahaman konsep siswa pokok bahasan ”Besaran dan Satuan” 36 Gambar 4.2 Kemampuan membuat peta konsep pokok bahasan ”Besaran dan

Satuan” ... 37 Gambar 4.3 Pemahaman konsep siswa pokok bahasan ”Suhu dan Pemuaian” .. 38 Gambar 4.4 Kemampuan membuat peta konsep pokok bahasan ”Suhu dan

(17)

xvii BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kompetensi adalah kemampuan menguasai gramatika suatu bahasa secara abstrak atau batiniah (Pusat Bahasa: 584). Kompetensi secara umum bisa diartikan sebagai batas minimal yang harus dicapai atau dikuasai siswa dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran sains (fisika) kompetensi berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga sains (fisika) bukan hanya menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Kompetensi sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena dengan kompetensi siswa dituntut untuk mengerti dan memahami dalam proses belajar mengajar.

Dengan proses pembelajaran yang dilakukan berarti dapat membangun kompetensi yang harus dicapai siswa selama periode tertentu. Salah satu aspek kompetensi adalah pemahaman akan konsep-konsep sains (fisika). Pemahaman merupakan bagian yang sangat penting pada kegiatan belajar mengajar karena menjadi bagian yang menonjol atau yang paling ditonjolkan. Bila diadakan kegiatan belajar mengajar, maka pertama-tama yang akan dicapai adalah memahami atau mengerti konsep apa yang sedang kita pelajari.

(18)

xviii

dan teori harus dipahami terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Berdasarkan hal ini maka pemahaman konsep memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar.

Pada umumnya dalam kegiatan belajar mengajar perlu diadakan evaluasi terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti pelajaran selama periode waktu tertentu. Salah satu fungsi evaluasi adalah mengukur sejauh mana siswa dapat memahami atau mengerti akan sesuatu yang sedang dipelajari. Dalam dunia pendidikan pemahaman siswa biasanya diukur menggunakan tes atau ujian, baik tes obyektif maupun tes esai. Pertanyaan yang muncul adalah apakah tidak ada cara atau alat lain yang dapat digunakan untuk mengukur pemahaman siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti apakah peta konsep dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mengukur pemahaman siswa tentang konsep-konsep fisika. Materi pembelajaran yang

akan diteliti dibatasi pada materi pokok besaran dan satuan serta suhu dan pemuaian.

B. PERUMUSAN MASALAH

Dalam penelitian ini, masalah dirumuskan sebagai berikut:

(19)

xix C. TUJUAN PENELITIAN

Mengetahui apakah peta konsep dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mengukur pemahaman siswa tentang konsep-konsep fisika

D. MANFAAT DARI HASIL PENELITIAN

1. Menambah wawasan tentang cara mengukur pemahaman siswa tentang konsep-konsep fisika.

(20)

xx BAB II DASAR TEORI

A. KONSEP

1. Pengertian konsep

Banyak para ahli yang berusaha mendefinisikan konsep, namun definisi tersebut mungkin belum dapat mengungkapkan arti yang luas. Dahar mendefinisikan konsep sebagai pengkategorian berbagai stimulus yang ada di lingkungannya, stimulus-stimulus tersebut dapat berasal dari peristiwa-peristiwa, obyek atau kejadian yang ada di lingkungan sekitarnya. Hellen Heffermin mendefinisikan konsep sebagai gambaran mental (mental image) mengenai sesuatu. Gambaran mental tersebut dapat diperoleh melalui generalisasi dari contoh-contah, data atau peristiwa khusus (Kartika Budi,1987). Rosser mendefinisikan konsep sebagai suatu abstraksi yang mewakili satu kelas obyek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan yang mencakup atribut yang sama. Tisher, Power dan Endean (1972) mendefinisikan konsep sebagai berikut: a. Cara individu mengorganisasikan dan memperoleh pengertian dari

pengalamannya.

b. Sintesis-sintesis dari pengertian-pengertian dan penarikan kesimpulan mengenai pengalaman-pengalaman yang dialami.

c. Gambaran mental(mental image) yang membantu individu mengklasifikasikan pengalamannya.

(21)

xxi

Pengkategorian stimulus atau gambaran mental yang kita persepsikan harus mengungkap hakikat atau ciri esensialnya untuk membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain. Flavell menyiratkan bahwa konsep-konsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi (Dahar,1989) yaitu:

a. Atribut. Setiap konsep memiliki atribut yang berbeda baik ditinjau secara fisik maupun fungsinya. Misalnya, konsep meja harus memiliki permukaan datar dan sambungan-sambungan yang mengarah kebawah yang mengangkat permukaan dari lantai.

b. Struktur. Struktur yaitu cara bagaimana atribut tersebut saling terkait. Ada tiga macam struktur yaitu (1) struktur konjungtif yaitu konsep di mana terdapat contoh konsep, seperti percepatan adalah perubahan kecepatan tiap satuan waktu. Dua atribut yaitu perubahan kecepatan dan selang waktu harus ada agar memenuhi konsep percepatan, (2) konsep disjungtif yaitu konsep di mana satu dari dua atau lebih sifat harus ada, (3) konsep relasional manyatakan hubungan tertentu antara atribut-atribut konsep, seperti superposisi.

c. Keabstrakan. Ada konsep yang begitu konkrit dan abstrak, misalnya: jarak dan elektron.

d. Generalitas atau keumuman. Bila diklasifikasikan konsep dapat berbeda dalam posisi superordinat atau subordinat, misalnya energi merupakan superordinat dari energi kinetik.

(22)

xxii

f. Kekuatan ditentukan sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting. Penjelasan yang kita berikan pada orang lain mengenai suatu konsep dengan menunjukkan salah satu atau lebih dari dimensi-dimensi yang dicakup oleh konsep yang dimaksud. Konsep sangat penting untuk memudahkan pengorganisasian dan penjelasan deskripsi verbal serta representasi visual untuk mengkomunikasikan pengertian konsep (Tisher, Power dan Endean,1972).

2. Perkembangan konsep

Berdasarkan definisi konsep di atas maka konsep jelas sangat berguna untuk komunikasi, mengkomunikasikan berbagai stimulus yang ada disekitar kita. Secara ekstrim dapat dikatakan bahwa konsep sangat penting dalam proses pengorganisasian pengalaman-pengalaman dan penggabungan beberapa pengertian yang selanjutnya digunakan sebagai transfer dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil studi Tisher, Power dan Endean(1972) dari beberapa literatur hasil penelitian dan teori-teori psikologi pendidikan diuraikan beberapa informasi mengenai perkembangan konsep, khususnya perkembangan konsep sain(fisika) sebagai berikut:

(23)

xxiii

perkembangan intelektual serta konsekuensi dalam pembentukan konsep berlangsung secara bertahap dari tingkat konkrit ke tingkat formal. Sebagai tahap akhir untuk mencapai konsep yang cukup memadai dilakukan kegiatan eksperimen. Sebagai implikasi dari proses perkembangan konsep di atas, maka seorang pengajar sain (khususnya fisika), akan sangat terbantu jika dengan menggunakan contoh-contoh, gambar, model, demonstrasi atau kegiatan-kegiatan sejenis lainnya untuk mengembangkan konsep fisika. b. Untuk lebih mengembangkan konsep-konsep yang dimiliki, perlu dilakukan

variasi-variasi terhadap pengalaman dan kemudian mengulangnya kembali pada pengalaman yang sama untuk lebih menguatkan definisi konsep yang telah dibentuk. Namun ada kalanya pada saat kita melakukan pengulangan-pengulangan tersebut, justru kita mendapatkan informasi-informasi yang tidak relevan yang dapat “menghambat” perkembangan konsep.

(24)

xxiv

dari konsep mereka sendiri sehingga dalam proses perkembangan konsep ini siswa sungguh dituntut untuk berperan aktif untuk memperkembangkan konsepnya sendiri di mana pengajar hanya bertindak sebagai mediator dan fasilitator untuk mendorong perkembangan konsep siswa.

d. Konsep dapat berkembang dari kesamaan-kesaman serta perbedaan dari sejumlah pengetahuan konsep dan hubungan yang baru antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya. Kegiatan-kegiatan seperti membandingkan serta membedakan memang merupakan aktivitas yang penting dalam menjelaskan konsep-konsep dan kegiatan tersebut akan semakin menambah atau mempertinggi perkembangan konsep-konsep tersebut. Kegiatan ini dikategorikan sebagai penelitian aktif (active searching) dari proses berpikir produktif (productive thinking) yang akan

meningkatkan generalitas serta keabstrakkan konsep-konsep individu.

Konsep-konsep yang mereka kembangkan menuntut reorganisasi pengalaman. Reorganisasi pengalaman tersebut berlangsung secara kontinu sehingga memberi peluang terjadinya perubahan-perubahan konsep yang membuat siswa berusaha untuk merumuskan konsep baru yang memadai untuk pengalaman-pengalaman baru tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi mengenai perkembangan konsep, khususnya konsep sain(fisika) sebagai berikut:

(25)

xxv

(26)

xxvi

oleh panca indra kita, namun merupakan bagian atau serangkaian proses dalam kegiatan eksperimental yang sangat berpengaruh atau memberi efek terhadap hasil eksperimen. Sebagai contoh, pada saat kita memanaskan salah satu ujung logam, maka ujung yang lain lama kelamaan juga akan menjadi panas. Efek panas dan kegiatan kita memanasi logam, dapat ditangkap langsung oleh panca indra kita yaitu proses ikut panasnya ujung logam yang lain pada saat kita memanaskan ujung yang satunya. Dalam proses tersebut seharusnya ada semacam zat yang menghantarkan panas tersebut sehingga mampu mencapai ujung yang lain. Untuk menjelaskan proses tersebut seseorang kemudian membuat imajinasi-imajinasi sehingga terbentuk konsep aliran arus dan elektron dalam bahan. Kedua konsep tersebut bersifat abstrak dan dapat diberi penjelasan secara formal.

b. Pengalaman-pengalaman serta pemvariasian kegiatan perlu dilakukan untuk menguji coba kebenaran serta ketepatan teori-teori yang telah dibentuk dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Melalui variasi-variasi kegiatan tersebut kita dapat mengetahui apakah teori-teori yang telah dibentuk siswa tersebut berlaku untuk hal-hal yang sifatnya umum atau hanya untuk kasus-kasus tertentu saja. Di sini timbul situasi di mana siswa mempunyai kesempatan untuk mengevaluasi konsepnya sendiri.

(27)

xxvii

fasilitator harus difungsikan secara tepat dan benar sehingga mampu menjangkau semua siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep seseorang berkembang melalui dua proses yaitu proses asimilasi dan proses akomadasi. Proses asimilasi terjadi jika seorang masih dapat menggunakan skema-skema

lamanya terhadap situasi atau pengalaman baru dan tinggal memperluasnya saja, sehingga terbentuklah konsep-konsep baru yang sifatnya lebih luas. Sedangkan proses akomodasi terjadi jika seseorang tidak dapat lagi menggunakan

skema-skema lamanya dalam menghadapi situasi atau pengalaman baru, sehingga orang tersebut harus mengubah skema lama yang telah dimiliki. Skema adalah abstraksi mental seseorang yang digunakan seseorang untuk mengerti sesuatu hal, menemukan jalan keluar, atau memecahkan persoalan. Orang harus mengisi atribut skemanya dengan informasi yang benar agar dapat membentuk kerangka pemikiran yang benar (Suparno, 1997). Betencourt menyebutkan ada beberapa situasi atau kondisi yang memungkinkan siswa melakukan perubahan-perubahan konsepnya (baik itu proses asimilasi maupun akomodasi). Konteks membuat masuk akal , konteks penjelasan dan konteks pembenaran (justification).

3. Pemahaman konsep

(28)

xxviii

pada pelaksanan kegiatan belajar mengajar karena manjadi aspek yang menonjol atau yang paling ditonjolkan. Bila diadakan kegiatan belajar mengajar, maka pertama-tama yang akan dicapai adalah memahami atau mengerti apa yang kita pelajari.

Menurut Moh. Amien yang dikutip oleh Kartika Budi dalam artikelnya yang berjudul “Konsep: Pembentukan dan Penanamannya”, (1987:233) dipandang dari segi isi, dalam kegiatan belajar mengajar fisika (IPA, sains) yang harus dipahami adalah konsep-konsep, prinsip-prinsi dan teori-teori. Prinsip adalah generalisasi yang berisi konsep-konsep yang saling berkaitan, sedangkan teori adalah generalisasi yang berisi prinsip-prinsip yang saling berhubungan yang menjelaskan gejala-gejala.

Seperti yang dikutip oleh Katika Budi dalam artikel yang berjudul “Konsep: Pembentukan dan Penanamannya”, dalam buku Sumbangan Pikiran Terhadap Pendidikan Matematika dan Fisika (1987:233) pemahaman konsep

merupakan dasar dari pemahaman prinsip dan teori artinya untuk dapat memahami prinsip dan teori harus dipahami terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Berdasarkan ini maka pemahaman konsep memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimengerti dan diterima sejauh tidak mengabaikan aspek-aspek lain.

(29)

konsep-xxix

konsep fisis, prinsip, hukum dan teori yang diperoleh melalui proses keilmuan. Sehingga mengajar fisika dapat diartikan sebagai proses penanaman konsep, hukum dan teori; menanamkan pengetahuan tentang proses keilmuan dan kemampuan melakukannya; menanamkan sikap keilmuan. Bila hal ini dilakukan, maka tujuan yang harus dicapai siswa dalam belajar fisika adalah bahwa mereka dapat memahami konsep, dapat melakukan proses keilmuan dan memiliki sikap keilmuan yang diperlukan dalam melakukan proses tersebut.

Pemahaman dan pengembangan konsep merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai tujuan belajar fisika. Dalam belajar mengajar diperlukan usaha agar siswa memahami konsep sehingga dapat diketahui tingkat keberhasilannya. Untuk memutuskan apakah seseorang siswa memahami sesuatu konsep atau tidak diperlukan kriteria-kriteria atau indikator-indikator yang dapat menunjukkan pemahaman tersebut ( Kartika Budi,1992:113).

(30)

xxx

mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan lebih cepat, (6) dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang saling berkaitan, (7) dapat membedakan konsepsi yang benar dengan konsepsi yang salah dan dapat membuat peta konsep dari konsep-konsep yang ada dalam suatu pokok bahasan.

Nana Sudjana (1995:22) dalam penilaian hasil proses belajar mengajar menyebutkan bahwa menurut Bloom, klasifikasi hasil belajar secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomator (1995:22-25). Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

Hasil belajar pemahaman adalah lebih tinggi dari pada hasil belajar pengetahuan. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimat sendiri yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan. Namun tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan, sebab untuk dapat memahami perlu lebih dahulu atau mengenal (Nana Sudjana,1995:24).

(31)

xxxi

kedua adalah pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan bagian dari grafik atau kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus ataupun masalah.

B. PETA KONSEP

1. Pengertian Peta Konsep

Peta konsep adalah alat peraga untuk memperlihatkan hubungan beberapa konsep yang merupakan suatu gambaran dua dimensi dari suatu bidang studi, dalam arti luas peta konsep adalah peta atau jaringan yang membuat konsep-konsep lengkap dengan hubunganya (Ratna Willis Dahar,1990:136). Sedangkan dalam arti yang lebih spesifik peta konsep dapat menyatakan hierarkis antar konsep yang satu dengan konsep yang lain (Ratna Willis Dahar,1990:115). Menurut Ratna Willis Dahar peta konsep tersebut diperjelas lagi dengan beberapa ciri yaitu:

a. Peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dari proposisi-proposisi suatu bidang studi fisika, kimia, biologi, geografi dan sejarah atau yang lainnya.

(32)

Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama, ini berarti ada beberapa konsep yang inklusif dari pada konsep yang lain.

d. Peta konsep ialah tentang hierarki, bila dua atau lebih konsep digabungkan dibawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hierarki pada konsep itu.

Peta konsep yang paling sederhana terdiri dari dua konsep dan salah satu hubungan, seperti pada gambar berikut:

dapat berujud FASE PADAT BENDA / ZAT

Gambar 2.1

Peta konsep yang paling sederhana

Peta konsep di atas, memuat konsep benda dan konsep padat. Hubungannya adalah benda dapat berujud. Hubungan dapat berujud adalah hubungan yang proposisional, karena hubungan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk proporsi. Dalam arti yang lebih spesifik peta konsep dapat menyatakan hubungan hierarkis antara konsep yang satu dengan konsep yang lain. Dalam konsep yang demikian dapat ditunjukkan mana konsep yang paling umum (most inclusive) dan konsep yang paling khusus (least inclusive, most specific). Peta konsep dapat memuat konsep perantara, konsep perantara kecuali dimunculkan sebagai konsep yang merupakan unsur peta tersebut, juga dapat dijadikan bagian dari proposisinya.

memiliki

ditentukan oleh Gambar 2.2

Gaya

Massa Besar

Percepatan

Peta konsep yang memuat konsep perantara

(33)

besarnya ditentukan oleh

Gaya

Massa Percepatan

Gambar 2.3

Peta konsep yang mengandung konsep perantara

Bila ada dua orang yang membangun peta konsep tentang teori yang sama, tidak dapat diharapkan hasilnya adalah peta konsep yang sama. Bahkan dapat dipastikan bahwa peta konsep dari kedua orang itu akan berbeda. Hal itu dikarenakan kekayaan akan konsep-konsep dari kedua orang itu mungkin berbeda, keluasan, dan kedalaman akan pemahaman konsep dan hubungannya mungkin juga berbeda (Katika Budi,1990:70).

2. Manfaat Peta Konsep

Beberapa keuntungan penggunaan peta konsep dalam pembelajaran (Ratna Willis Dahar,1989) adalah sebagai berikut:

a. Dengan peta konsep kita dapat menemukan pokok-pokok yang ingin kita beri penekanan.

b. Kita dapat melihat bagian-bagian materi yang biasa yang mungkin ingin kita hilangkan.

c. Kita dapat memahami bagaimana siswa dapat melihat atau mengorganisasi materi pelajaran secara berbeda.

d. Proses pemetaan konsep dapat membantu kita untuk mengidentifikasikan konsep yang merupakan kunci keberhasilan siswa.

(34)

xxxiv

e. Peta konsep membantu kita untuk memilih materi yang tersedia, kita dapat membuat peta untuk mengefektifkan strategi pembelajaran dengan lebih baik sesuai dengan waktu dan materi pembelajaran.

f. Kita dapat menjelaskan secara nyata hubungan–hubungan antar konsep. g. Kita dapat menggunakan peta konsep untuk melengkapi sebuah pokok

pembicaraan siswa dan merangkum konsep-konsep umumnya.

h. Peta konsep dapat meningkatkan kemampuan kita dalam melihat berbagai cara dalam membentuk kebermaknaan belajar kepada siswa.

i. Pemetaan konsep dapat membantu kita dalam mengembangkan pembelajaran yang terintegrasi, runtut dan berkesinambungan.

Menurut Kartika Budi(1990:72-74) ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari dalam mengelola proses pembelajaran IPA (fisika), antara lain :

a. Peta konsep merupakan salah satu cara untuk mengeksternalisasi konsep-konsep yang telah diperoleh beserta hubungannya dan peta konsep-konsep merupakan hasil eksternalisasi tersebut.

b. Dari peta konsep dapat dilihat keutuhan dari bangunan pengetahuan yang dimiliki. Dari peta konsep juga dapat diketahui keluasan (banyaknya konsep yang dapat ditangkap dari apa yang dipelajari) dan kedalam pemahaman (banyaknya hubungan antara konsep-konsep yang dapat dinyatakan).

(35)

xxxv

konsep dapat dideteksi adanya salah konsep, yaitu bila ditemukan hubungan yang salah satu kurang tepat.

d. Dari peta konsep yang “baik” dapat dipilih dan ditetapkan mana konsep-konsep yang penting, kurang penting dan tidak penting dalam konteks materi yang dipelajari. Penetapannya didasarkan pada intensitas hubungan dengan konsep-konsep yang lain. Suatu konsep yang tidak dapat diletakkan dalam peta konsep, berarti tidak mempunyai hubungan dengan konsep-konsep dalam peta konsep-konsep tersebut, dalam konteks materi atau pokok bahasan yang kurang bahkan mungkin tidak penting.

e. Dengan peta konsep dapat ditunjukkan saling hubungan antara pokok bahasan yang satu dengan pokok bahasan yang lain dengan suatu sub bidang studi, sehingga guru dapat menunjukkan kapan, di mana dan untuk apa konsep yang akan dipelajari, sehingga motivasi belajar dapat meningkat. f. Dari peta konsep dapat diketahui apakah suatu konsep dipelajari secara

bermakna atau secara hafalan. Bila suatu konsep yang seharusnya mempunyai hubungan dengan konsep yang lain ternyata tidak dapat diletakkan dalam peta konsep yang telah dimiliki, maka konsep tersebut dipelajari secara hafalan.

3. Langkah-langkah Membuat Peta Konsep

Pemetaan konsep adalah proses untuk menghasilkan peta konsep. Menurut Kartika Budi(1990:72) untuk menyusun peta konsep diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

(36)

xxxvi

b. Menyatakan makna dari masing-masing konsep.

c. Meletakkan konsep-konsep tersebut dalam peta sesuai hubungannya mulai dari yang paling umum ke yang paling khusus.

d. Membuat garis-garis penghubung dan melukiskan hubungan pada garis penghubung tersebut.

Setelah keempat langkah tersebut dilakukan belum dapat dijamin bahwa hasilnya adalah peta konsep yang baik dilihat dari tata letak dan kelengkapan hubungan. Oleh karena itu, peta konsep perlu dicek untuk memperbaiki tata letak setiap konsep agar peta konsep mudah dibaca dan dianalisis. Dengan mengikuti langkah-langkah penyusunan peta konsep di atas, maka diharapkan dapat dihasilkan peta konsep yang benar-benar dapat membantu siswa dalam belajar, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Selama ini alat-alat evaluasi yang dikenal oleh guru dan siswa berbentuk tes objektif dan tes esai. Walaupun cara evaluasi ini akan terus memegang peranan penting dalam dunia pendidikan, teknik-teknik evaluasi baru perlu dipikirkan untuk memecahkan masalah-masalah evaluasi yang kita hadapai dewasa ini(Ratna Willis Dahar, 1989:132). Salah satu teknik evaluasi yang disarankan ialah penggunaan peta konsep.

Penggunaan peta konsep sabagai alat evaluasi didasarkan pada tiga gagasan dalam teori kognitif Ausubel, yaitu:

(37)

xxxvii

konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang kurang inklusif dan lebih khusus.

b. Konsep-konsep dalam struktur kognitif mengalami diferensiasi progresif. Belajar bermakna merupakan proses yang kontinu, di mana setiap konsep baru memperoleh lebih banyak arti dengan dibentuknya lebih banyak kaitan-kaitan proposisional. Jadi konsep-konsep tidak pernah “tuntas dipelajari”, tetapi selalu dipelajari, dimodifikasi, dan dibuat lebih inklusif.

c. Penyesuaian integratif. Dalam peta konsep penyesuaian integratif diperlihatkan dengan adanya kaitan silang (cross link) antara kumpulan-kumpulan konsep.

(38)

xxxviii BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu, Tempat dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24 Juli sampai 19 September 2006 di SMP Santo Aloysius Turi Donokerto, Turi, Sleman, Yogyakarta dengan 43 siswa kelas VII sebagai populasi.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus yaitu penelitian yang mendalami suatu kasus pada satu orang atau kelompok tertentu. Akan tetapi diharapkan hasil penelitian ini dapat diterapkan pada kelas lain, jenjang pendidikan lain, dan materi pokok yang lain.

C. Ubahan 1. Jenis Ubahan

Penelitian ini memiliki dua jenis ubahan yaitu:

a. Pemahaman siswa tentang materi Besaran dan Satuan serta materi Suhu dan Pemuaian.

b. Kemampuan membuat peta konsep.

(39)

xxxix 2. Definisi Oprasional Ubahan

Pemahaman siswa adalah skor hasil tes pemahaman dengan materi Besaran dan Satuan serta materi Suhu dan Pemuaian.

Kemampuan membuat peta konsep adalah skor siswa dari peta konsep yang dibuatnya tentang materi Besaran dan Satuan serta materi Suhu dan Pemuaian.

D. Treatmen

1. Sebelum pembelajaran dilakukan peneliti menjelaskan apa itu peta konsep kepada siswa.

2. Peneliti menjelaskan cara dan langkah-langkah membuat peta konsep kepada siswa dengan memberikan contoh peta konsep untuk konsep yang sederhana.

3. Peneliti akan memberikan beberapa bacaan mengenai suatu pokok bahasaan yang pernah dipelajari oleh siswa sebelumnya yang akan digunakan siswa untuk latihan membuat peta konsep.

4. Setelah selesai mengikuti pembelajaran, dengan materi Besaran dan Satuan serta materi Suhu dan Pemuaian, siswa diminta untuk mengerjakan tes pemahaman tentang materi tersebut.

(40)

xl E. Instrument

1. Tes Pemahaman

Seseorang dikatakan paham akan suatu materi ditentukan dari kriteria pemahaman yang telah dibahas dalam latar belakang teori, yaitu (1) dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri, (2) dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain, (3) dapat menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu hukum, (4) menerapkan konsep untuk (a) menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam khusus (b) untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun secara praktis (c) memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi, (5) dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan lebih cepat, (6) dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang saling berkaitan, (7) dapat membedakan konsepsi yang benar dengan konsepsi yang salah dan dapat membuat peta konsep dari konsep-konsep yang ada dalam suatu pokok bahasan.

(41)

xli

Penyusunan tes dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan materi pokok.

b. Menentukan kriteria- kriteria pemahaman. c. Menentukan indikator- indikator

d. Menyusun kisi-kisi yang memuat distribusi soal menurut indikator yang akan diukur, materi dan kriteria-kriteria pemahaman.

e. Merumuskan soal-soal berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun. Kisi-kisi soal tes pemahaman disajikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel (3.1) Kisi – kisi Soal Tes Pemahaman

No soal Materi Kriteria pemahaman Indikator Jml

soal Level

• Dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain

• Menerapkan konsep untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun secara praktis

• Menerapkan konsep untuk memprediksi

kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi

•Dapat menjelaskan perbedaan besaran fisika dan bukan besaran fisika

•Dapat mengkonversi satuan

•Dapat menyebutkan cara mengukur volume sebuah benda

•Dapat menyebutkan cara yang lebih teliti dalam melakan pengukuran

(42)

xlii

Tabel (3.1) Lanjutan

No soal Materi Kriteria pemahaman Indikator Jml

soal Level I Level

• Dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang saling berkaitan

• Dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain

• Dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang saling berkaitan

• Menerapkan konsep untuk memprediksi

kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi

•Dapat membedakan besaran pokok dengan besaran turuan

•Dapat membedakan satuan baku dan satuan tak baku

•Dapat menjelaskan pengertian suhu

•Dapat membedakan karakteristik

termometer alkohol dan termometer raksa •Dapat menjelaskan

penggunaan

termometer alkohol dan raksa pada daerah tertentu

•Dapat menjelaskan pengaruh air mendidih terhadap gelas

•Dapat menjelaskan pengaruh suhu terhadap benda-benda

yang ada disekitar kita •Dapat menjelaskan

pengaruh bimetal yang dipanaskan

•Dapat mengemukakan alasan mengapa cairan isi termometer

haruslah suatu konduktor yang baik

(43)

xliii

Tabel (3.1) Lanjutan

No soal Materi Kriteria pemahaman Indikator Jml

soal Level I Level

• Menerapkan konsep untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun secara praktis

•Dapat mengkonversi satuan

•Dapat menyebutkan titik tetap atas dan titik tetap bawah untuk beberapa

Soal selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 4 dan 5 halaman 52 dan 53

2. Peta Konsep

Sebelum pembelajaran berlangsung siswa menerima penjelasan tentang pengertian peta konsep dan cara membuatnya. Setelah pembelajaran siswa membuat peta konsep dengan materi yang sudah dipelajari yaitu Besaran dan Satuan serta Suhu dan Pemuaian.

F. Metode Analisis Data

1. Penentuan Skor Tes Pemahaman

Skor tes pemahaman ditentukan dengan kriteria sebagai berikut: Tabel (3.2) Kiteria Skoring Tes Pemahaman

Level No soal Kriteria Skor

Level I 1,2,11,15,16 Dua jawaban benar Satu jawaban benar

Jawaban salah

(44)

xliv

Tabel (3.2) Lanjutan

Level No soal Kriteria Skor

4,5,12,18 Setiap jawaban benar

Setiap jawaban salah

1 0 Level II

3,6,17 Jawaban benar

Jawaban kurang lengkap Jawaban salah

8 4 0 Level III 7,13,14 Jawaban lengkap

Jawaban kurang lengkap Jawaban salah

10 5 0 8.9.19 Dua jawaban benar

Satu jawaban benar Jawaban salah

10 5 0 10 Jawaban dan alasan benar

Jawaban salah alasan benar Jawaban benar alasan salah Jawaban dan alasan salah

10 5 2 0

20 Tiga jawaban benar

Dua jawaban benar Satu jawaban benar

Jawaban salah

10 8 4 0

2. Penentuan Skor Peta Konsep

(45)

Tabel (3.3) Kriteria Skoring Penyusunan Peta Konsep

Yang dinilai Kriteria Skor

Hubungan Setiap ada hubungan dan benar Setiap ada hubungan dan hubunganya salah

Tidak ada hubungan

5 1 0 Hierarki Hierarki yang betul

Hierarki yang kurang tepat Tidak ada hierarki

10 5 0 Contoh Setiap ada contoh dan benar

Setiap ada contoh dan salah Tidak ada contoh

2 1 0

Contoh penskoran peta konsep yang menunjukkan hubungan dan hierarki dapat dilihat dalam lampiran 6, 7 dan 8 haaman 54 - 58

3. Analisis Data

Untuk menyimpulkan apakah peta konsep dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mengukur pemahaman konsep, dihitung koefisien korelasi yang dihitung dengan rumus product-moment dari Pearson yang rumusnya:

robs =

Bila ternyata ada korelasi antara pemahaman siswa dengan kemampuan membuat peta konsep berarti siswa yang skor tes pemahamannya rendah, skor tes peta konsepnya juga rendah; yang skor tes pemahamannya tinggi, tes peta konsepnya tinggi. Dengan demikian peta konsep dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mengukur pemahaman konsep.

(46)

xlvi

Untuk mengetahui apakah ada korelasi yang signifikan antara skor pemahaman siswa dengan skor peta konsep yang disusun siswa dilakukan dengan pengujian hipotesis:

Ho : Tidak ada korelasi antara pemahaman konsep dengan kemampuan menyusun peta konsep,

Hi : Ada korelasi antara pemahaman konsep dengan kemampuan menyusun peta konsep,

pada taraf signifikasi 0,05 atau 5 % dengan ketentuan: Ho ditolak, Hi diterima, jika robs > rcrit

Ho diterima, Hi ditolak, jika robs < rcrit

4. Uji Normalitas dan Uji Homogenitas

Sebelum analisis korelasi, diuji dulu syarat dapat dilakukannya analisis korelasi, yaitu normalitas dan homogenitas. Untuk uji normalitas digunakan metode Kolmogorov Smirnov, sedangkan homogenitas diuji menggunakan uji homogenitas varian. Hal ini dilakukan supaya tahu analisis korelasinya menggunakan korelasi yang mana.

G. Pelaksanaan Penelitian

(47)

xlvii

1. Peneliti menjelaskan konsep secara umum dan konsep-konsep dalam fisika. Selanjutnya peneliti memperkenalkan peta konsep, yaitu definisi dan bagaimana cara membuatnya.

2. Setelah siswa memahami makna peta konsep siswa diberi latihan dengan cara (1) menentukan kata hubung antara dua konsep dari peta konsep yang belum lengkap (2) menuliskan hubungan antara dua konsep dari peta konsep yang belum lengkap, sampai siswa benar-benar trampil menentukan konsep dan hubungan antara dua konsep.

3. Setelah siswa trampil menentukan dan menuliskan hubungan antara dua konsep atau lebih siswa diberikan beberapa konsep untuk membuat sendiri peta konsep.

4. Siswa diberi bacaan yang berisi uraian materi IPA SD. Dari bacaan itu siswa diminta mengidentifikasi sendiri konsep-konsep penting.

5. Dari konsep-konsep yang telah diidentifikasi tersebut siswa diminta untuk menggambarkan dalam peta konsep.

6. Siswa mengikuti pembelajaran materi besaran dan satuan

7. Setelah selesai siswa diberi tes pemahaman tentang materi tersebut dan siswa diminta membuat peta konsep dari materi yang telah dipelajari

8. Siswa mengikuti pembelajaran materi suhu dan pemuaian.

9. Setelah selesai siswa diberi tes pemahaman tentang materi tersebut dan siswa diminta membuat peta konsep dari materi yang telah dipelajari.

(48)

xlviii BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 24 Juli sampai 19 Semtember 2006. Pertemuan I: tanggal 24 Juli 2006.

Peneliti mengemukakan maksud dan tujuan peneliti, penjelasan mengenai konsep sacara umum dan konsep-konsep dalam fisika. Selanjutnya peneliti memperkenalkan peta konsep, definisi dan bagaimana membuatnya. Agar siswa memdengarkan penjelasan yang diberikan peneliti, maka peneliti memberikan lembar foto kopi yang berisikan uraian yang ingin dijelaskan( terlihat dalam lampiran 1 hal 47). Jadi siswa tidak perlu mencatat tapi hanya perlu mendengarkan, bertanya jika belum jelas, dan menambahkan catatan-catatan pada lembaran tersebut jika dianggap perlu. Selanjutnya, peneliti memberikan lembaran bacaan yang berisikan ringkasan materi yang pernah dipelajari siswa pada waktu SD. Materi yang dipakai tentang pokok bahasan “ Alat Indra”, kemudian bersama-sama mengidentifikasi konsep-konsep yang terdapat pada lembaran bacaan tersebut. Peneliti memberikan contoh peta konsepnya, dimana pada peta konsep tersebut masih ada konsep-konsep maupun kata untuk menghubungkan antar konsep yang belum diisi, kemudian siswa diminta untuk mengisinya. Setelah itu hasilnya dibahas bersama-sama.

Pertemuan II: tanggal 25 Juli 2006.

(49)

xlix

untuk membacanya, kemudian secara berurutan siswa diminta untuk membaca perkalimat dan bersama-sama mengidentifikasi konsep-konsepnya. Setelah 13 konsep yang terdapat pada lembaran bacaan ditemukan, ditentukan kunci konsepnya. Kunci konsep merupakan konsep yang paling umum dan biasanya diletakkan paling atas dalam peta konsep. Kemudian bersama-sama mencari kata yang tepat untuk menghubungkan antar konsep dan membuat pata konsepnya.

Pertemuan III: tanggal 31 Juli 2006.

Siswa masih diberi latihan pengenalan peta konsep. Peneliti memberikan bacaan yang berisi ringkasan materi tentang pokok bahasan “Tata Surya”. Siswa diminta untuk membacanya, mengidentifikasi konsep-konsepnya dan menentukan 15 konsep penting yang terdapat dalam lembar bacaan, mencari kata yang tepat untuk menghubungkan antar konsep, dan membuat peta konsepnya secara mandiri. Kemudian salah seorang siswa diminta untuk maju menuliskan peta konsep yang telah dibuatnya dan dibahas bersama-sama. Apabila terdapat kesalahan konsep atau hubungan antar konsep, maka peneliti menunjukkan di mana letak kesalahannya dan memberikan penjelasan tentang konsep dan hubungan antar konsep yang benar.

Pertemuan IV: tanggal 21 Agustus 2006.

Dilakukan tes pemahaman konsep tentang pokok bahasan Besaran dan Satuan.(soal selengkapnya terdapat pada lampiran 4 halaman 52).

Pertemuan V: tanggal 22 Agustus 2006.

(50)

l

konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. (2) dari konsep-konsep tersebut siswa diminta membuat peta konsep secara mandiri.

Pertemuan VI: tanggal 18 September 2006.

Dilakukan tes pemahaman konsep siswa tentang pokok bahasan “Suhu dan Pemuaian”, (soal selengkapnya terdapat pada lampiran 5 halaman 53).

Pertemuan VII: tanggal 19 September 2006.

Siswa membuat peta konsep untuk pokok bahasan “Suhu dan Pemuaian”, dengan langkah-langkah (1) siswa diminta mengingat-ingat kembali konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya, (2) dari konsep-konsep-konsep-konsep tersebut siswa diminta membuat peta konsep secara mandiri.

B. Deskripsi Data

Tabel (4.1)Hasil Perhitungan Skor Tertinggi, Skor Terendah, Mean dan Standar Deviasi Pokok Bahasan “ Besaran dan Satuan serta “Suhu dan Pemuian”

Data Skor Skor Hasil Pemahaman Konsep

Pokok Bahasan I (Xo) 73 51 56,70 4,964

Skor Hasil Kemampuan Membuat Peta Konsep Pokok Bahasan I (Yo)

79 43 60,70 8,993

Skor Hasil Pemahaman Konsep Pokok Bahasan II (X1)

72 47 54,14 6,240

Skor Hasil Kemampuan Membuat Peta Konsep Pokok Bahasan II (Y1)

(51)

Perhitungan Mean dan Standar Deviasi dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 12,0.(Perhitungan selengkapnya terdapat dalam lampiran 10 halaman 61).

Tabel (4.2) Diskripsi Frekuensi Pemahaman Konsep Pokok Bahasan “Besaran dan Satuan”

Interval skor Frekuensi

50-55 18

50-55 56-60 61-65 66-70 71-75

Kelas Interval

Frekuensi

Gambar (4.1) Histogram diskripsi frekuensi pemahaman konsep siswa pokok bahasan besaran dan satuan

(52)

Tabel (4.3) Diskripsi Frekuensi Kemampuan Membuat Peta Konsep Pokok Bahasan “Besaran dan Satuan”

Interval skor Frekuensi

40-45 1

40-45 46-50 51-55 56-60 61-65 66-70 71-75 76-80

Kelas Interval

Frekuensi

Gambar (4.2) Histogram diskripsi frekuensi kemampuan membuat peta konsep pokok bahasan besaran dan satuan

(53)

Tabel (4.4) Diskripsi Frekuensi Pemahaman Konsep Pokok Bahasan “Suhu

dan Pemuaian”

Interval skor Frekuensi

45-50 16

45-50 51-55 56-60 61-65 66-70 71-75

Kelas Interval

Frekuensi

Gambar (4.3) Histogram diskripsi frekuensi pemahaman konsep siswa pokok bahasan suhu dan pemuaian

(54)

Tabel (4.5) Diskripsi Frekuensi Kemampuan Membuat Peta Konsep Pokok

Bahasan “Suhu dan Pemuaian”

Interval skor Frekuensi

40-45 1

Gambar (4.4) Histogram diskripsi frekuensi kemampuan membuat peta konsep pokok bahasan suhu dan pemuaian

(55)

lv C. Analisis Data

1. Uji Normalitas

a. Pemahaman Konsep Pokok Bahasan Besaran dan Satuan Tabel (4.6) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pem1

N 43

Normal Parameters(a,b) Mean 56,70

Std. Deviation 4,964

Most Extreme Differences Absolute ,141

Positive ,141

Negative -,089

Kolmogorov-Smirnov Z ,923

Asymp. Sig. (2-tailed) ,362

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Pada kolom variabel Pem 1 terdapat nilai Kolmogorov Smirnov = 0,923 dengan probabilitas 0,362 (Asymp. Sig(2-tailed)). Persyaratan data tersebut normal jika probabilitas atau P > 0,05 pada uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov. Oleh karena nilai P = 0,362 atau P > 0,05, maka diketahui bahwa variabel Pem1 pada 43 sampel adalah normal atau memenuhi persyaratan uji normalitas.

b. Kemampuan Membuat Peta Konsep Pokok Bahasan Besaran dan Satuan

Tabel (4.7)One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PK1

N 43

Normal Parameters(a,b) Mean 60,70

Std. Deviation 8,993

Most Extreme Differences Absolute ,091

Positive ,091

Negative -,084

Kolmogorov-Smirnov Z ,598

Asymp. Sig. (2-tailed) ,867

(56)

lvi

Pada kolom variabel PK 1 terdapat nilai Kolmogorov Smirnov = 0,598 dengan probabilitas 0,867. Oleh karena nilai P = 0,867 atau P > 0,05, maka diketahui bahwa variabel PK 1 pada 43 sampel adalah normal atau memenuhi persyaratan uji normalitas.

c. Pemahaman Konsep Pokok Bahasan Suhu dan Pemuaian Tabel (4.8)One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pem2

N 43

Normal Parameters(a,b) Mean 54,14

Std. Deviation 6,240

Most Extreme Differences Absolute ,177

Positive ,177

Negative -,126

Kolmogorov-Smirnov Z 1,161

Asymp. Sig. (2-tailed) ,135

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Pada kolom variabel Pem 2 terdapat nilai Kolmogorov Smirnov = 1,161 dengan probabilitas 0,135. Oleh karena nilai P = 0,135 atau P > 0,05, maka diketahui bahwa variabel Pem2 pada 43 sampel adalah normal atau memenuhi persyaratan uji normalitas.

d. Kemampuan Membuat Peta Konsep Pokok Bahasan Suhu dan

Pemuaian

Tabel (4.9) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PK2

N 43

Normal Parameters(a,b) Mean 61,93

Std. Deviation 9,558

Most Extreme Differences Absolute ,126

Positive ,126

Negative -,066

Kolmogorov-Smirnov Z ,825

(57)

lvii a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Pada kolom variabel PK 2 terdapat nilai Kolmogorov Smirnov = 0,825 dengan probabilitas 0,504. Oleh karena nilai P = 0,504 atau P > 0,05, maka diketahui bahwa variabel PK 2 pada 43 sampel adalah normal atau memenuhi persyaratan uji normalitas.

2. Uji Homogenitas

a. Pemahaman Konsep dan Kemampuan Membuat Peta Konsep Pokok Bahasan Besaran dan Satuan

Tabel (4.10) Test of Homogeneity of Variance Pem 1 dan PK 1

Pada hasil tes homogenitas varian (test of homogeneity of variance) angka signifikansi yang ada adalah untuk probabilitas berdasarkan mean (Based On Mean) = 0,229, berdasarkan median (Based On Median) = 0,328, probabilitas

berdasarkan median dan derajat kebebasan (Based On Median and With Adjusted df) = 0,332 dan probabilitas berdasarkan tritmen mean (Based On Trimmed Mean)

(58)

lviii

b. Pemahaman Konsep dan Kemampuan Membuat Peta Konsep Pokok Bahasan Suhu dan Pemuaian

Tabel (4.11) Test of Homogeneity of Variance Pem 2 dan PK 2

Pada hasil tes homogenitas varian (test of homogeneity of variance) angka signifikansi yang ada adalah untuk probabilitas berdasarkan mean (Based On Mean) = 0,087, berdasarkan median (Based On Median) = 0,196, probabilitas

berdasarkan median dan derajat kebebasan (Based On Median and With Adjusted df) = 0,203 dan probabilitas berdasarkan tritmen mean (Based On Trimmed Mean)

= 0,094. Oleh karena probabilitas > 0,05; maka dapat diketahui bahwa Pem 1 memiliki varian yang homogen atau data berasal dari populasi-populasi dengan varian sama.

Tabel (4.12) Hasil Uji Normalitas dan Hasil Uji Homogenitas

No Variabel Hasil Uji

Normalitas

Hasil Uji Homogenitas 1 Pemahaman Konsep Pokok Bahasan

“Besaran dan Satuan” Normal Homogen

2 Kemampuan Membuat Peta Konsep Pokok

Bahasan “Besaran dan Satuan” Normal Homogen

3 Pemahaman Konsep Pokok Bahasan

“Besaran dan Satuan” Normal Homogen

4 Kemampuan Membuat Peta Konsep Pokok

(59)

lix

3. Korelasi antara Tes Pemahaman Konsep dengan Kemampuan

Membuat Peta Konsep

Dari analisis korelasi diperoleh hasil seperti pada tabel:

Tabel (4.13) Hasil Korelasi Antara Tes Pemahaman dengan Kemampuan Membuat Peta Konsep

Pokok Bahasan

Besar Sampel Harga df (degree of freedom)

Harga robs Harga rcrit

I 43 41 0,513 0,304

II 43 41 0,537 0,304

(analisis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11 dan 12 halaman 62-65) D. Pembahasan

(60)

lx

E. Keterbatasan peta konsep sebagai alat untuk mengukur pemahaman konsep siswa.

(61)

lxi BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data terdapat korelasi antara pemahaman konsep dengan kemampuan membuat peta konsep, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa:

Peta konsep dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk mengukur pemahaman siswa tentang konsep-konsep fisika yang

sedang dipelajari.

B. Saran

Sejalan dengan hasil penelitian di atas maka peneliti menyarankan:

1. Disamping dengan tes, guru juga menggunakan peta konsep untuk mengukur pemahaman konsep siswa.

2. Bila akan dilakukan penelitian menggunakan peta konsep, siswa harus sudah terampil membuat peta konsep dari konsep-konsep yang telah dipelajari. 3. Selanjutnya dapat juga dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah peta

(62)

lxii

DAFTAR PUSTAKA

Berg , Euwe Van den (ed), 1991; Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi, Salatiga: Universitas Kristen

Setya Wacana.

Kartika Budi, Fr. Y. 1987; “Konsep : Pembetukan dan penenemannya” Sumbangan Pikiran Terhadap Pendidikan Matematika dan Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Kartika Budi, Fr. Y. 1990; Peta dan Pemetaan Konsep Serta Peranannya Dalam Kegiatan Belajar

Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), dalam Widya Dharma. Yogyakarta: Universitas

Sanata Dharma.

Kartika Budi, Fr. Y. 1992; Pemahaman Konsep Gaya dan Beberapa Salah konsepsi yang Terjadi,

dalam Widya Dharma. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Dahar , Ratna Willis, 1989; Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Depertemen pendidikan nasional, 2002, Kamus besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

Nana Sudjana, 1995; Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suparno, P. 1997; Filsafat Konstuktivisme Dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius.

Tisher, Power dan Endean, 1972; Fundamental Issues In Science Education, John Wiley and Sons

(63)

Lampiran 1

Bacaan tentang peta konsep

1. Konsep adalah benda-benda, kejadian-kejadian, situasi-situasi yang memiliki ciri-ciri yang terwakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau simbol.

Konsep dibedakan menjadi tiga kelompok:

ƒ Konsep logika matematis, yaitu konsep yang mengacu pada struktur operasi yang dilakukan terhadap obyek. Misalnya: perkalian, pembagian, penjumlahan, pengurangan, dll

ƒ Konsep filosafis, yaitu konsep yang berkaitan dengan sifat manusia. Misalnya: senang, jatuh cinta, jujur, kagum, dll

ƒ Konsep fisis, yaitu konsep yang mengacu pada (a) obyek, (b) sifat yang menyatu pada obyek, (c) proses yang terjadi pada obyek, (d) relasi antara konsep yang satu dengan konsep yang lain.

2. Dalam fisika, konsep adalah segala hal yang sudah ada mengenai benda-benda, gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa dan ciri-ciri yang menjadi obyek dalam proses pembelajaran fisika, dan penerapannya untuk berbagai kepentingan. Dari ketiga konsep diatas, dalam pembelajaran fisika yang dibahas adalah konsep fisis.

ƒ Konsep yang mengacu pada obyek ada dua jenis, yaitu konkret dan abstrak. Konsep yang mengacu pada obyek yang konkret, misalnya: magnet, lensa, zat cair, cahaya, dll. Sedangkan konsep yang mengacu pada obyek yang abstrak misalnya: suhu, kalor, frekuensi, medan magnet, dll;

ƒ Konsep yang mengacu pada sifat yang mengacu pada obyek. Misalnya: massa, panjang, intensitas cahaya, panjang gelombang, dll.

ƒ Konsep yang mengacu pada proses. Misalnya: pemuaian, pembiasan, mencair, membeku, dll.

ƒ Relasi antara konsep yang satu dengan konsep yang lain, misalnya: “bila kawat berada didalam medan magnet dialiri arus listrik maka kawat tersebut akan mengalami gaya.

3. Setiap konsep tidak berdiri sendiri, melainkan berhubungan dengan konsep-konsep yang lainnya. Hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain dapat digambarkan dalam apa yang disebut PETA KONSEP. Peta konsep adalah peta (jaringan, diagram) yang memuat konsep-konsep dan hubungannya. Contoh peta konsep yang paling sederhana terdiri dari dua konsep dan satu hubungan seperti pada gambar berikut:

Dapat berujud Padat

Zat

(64)

Peta konsep tersebut memuat konsep zat dan konsep padat. Hubungannya adalah zat dapat berujud padat. Contoh peta konsep yang lebih komplek:

dapat berujud

Padat Cair Gas

Zat

4. Peta konsep dapat menyatakan hubungan hierarkis antara konsep yang satu dengan konsep yang lain. Dalam peta konsep yang demikian dapat ditunjukkan mana konsep yang paling umum dan mana konsep yang paling khusus. Biasanya konsep yang paling umum diletakkan paling atas, sedangkan konsep yang paling khusus diletakkan paling bawah.

5. Bila ada dua orang yang membuat peta konsep mengenai suatu teori yang sama, tidak dapat diharapkan hasilnya adalah peta konsep yang sama. Bahkan hampir dapat dipastikan bahwa hasil peta konsep antara dua orang itu berbeda. Hal itu dikarenakan kekayaan akan konsep-konsep dari kedua orang tersebut mungkin berbeda, keluasanya dan kedalaman akan pemahaman konsep beserta hubungannya mungkin juga berbeda.

6. Pemetaan konsep adalah proses untuk menghasilkan peta konsep. Dalam membangun sebuah konsep diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

ƒ Mengidentifikasi semua konsep yang akan dipetakan.

ƒ Mengurutkan konsep-konsep tersebut dari yang paling umum ke yang paling khusus (jika peta konsep akan dibuat hierarkis).

ƒ Menyusun/menuliskan konsep-konsep itu di atas kertas. Memetakan konsep-konsep itu berdasarkan kriteria: konsep yang paling umum dipuncak, konsep-konsep yang berada pada tingkatan yang sama diletakkan sejajar satu sama lain, konsep yang lebih khusus dibawah konsep yang lebih umum.

ƒ Menetapkan hubungan yang mungkin antar konsep yang satu dengan konsep yang lain dengan mencari kata-kata penghubung yang dapat menghubungkannya, membuat garis penghubung dan menuliskan hubungan pada garis penghubung tersebut.

ƒ Jika peta konsep sudah selesai, perhatikan kembali letak konsep-konsepnya dan kalau perlu diperbaiki atau disusun kembali agar menjadi lebih baik dan berarti sehingga peta dapat mudah dibaca dan dianalisis.

(65)

lxv Lampiran 2

ALAT INDERA

Manusia memiliki lima jenis alat indera yang disebut panca indera. Mata merupakan indera penglihatan. Bagian-bagian yang melindungi mata adalah alis mata, kelompok mata dan bulu mata. Bagian-bagian mata yang berperan penting dalam fungsi penglihatan adalah kornea, iris, lensa, badan bening, retina, dan saraf mata. Mata juga dilengkapi dengan kelenjar air mata dan otot mata. Buta warna merupakan penyakit keturunan.

Telinga merupakan indera pendengaran. Telinga terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Tuli bisa disebabkan pecahnya gendang telinga, tersumbatnya lubang telinga, rusaknya saraf pendengaran atau pengapuran tulang pendengaran.

Lidah merupakan indera pengecap (parasa). Bagian-bagian lidah yang peka terhadap rasa adalah ujung lidah, tepi lidah dan pangkal lidah. Lidah berfungsi sebagai alat bicara dan pengatur letak makanan.

Hidung merupakan indera pembau. Hidung juga berfungsi sebagai jalan pernafasan. Kulit merupakan indera peraba. Kulit juga berfungsi sabagai pelindung tubuh.

MAGNET

Magnet dapat menarik benda-benda yang terbuat dari besi atau baja. Benda-benda yang dapat dibuat menjadi magnet disebut feromagnetik dan benda-benda yang tidak dapat dibuat menjadi magnet disebut diamagnetik. Gaya tarik menarik dapat menembus benda sampai ketebalan tertentu. Gaya tarik magnet tergantung pada kekuatan magnet. Magnet mempunyai dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Kutub yang senama tolak-menolak, sedangkan kutub yang tak senama tarik menarik.

Magnet batang yang digantung secara seimbang dengan tali dan dibiarkan bebas berputar dapat digunakan sebagai kompas sederhana. Kekuatan gaya tarik magnet yang paling besar terletak pada kutub-kutubnya. Jangkauan tarikan magnet tergantung pada kekuatan magnet. Medan magnet adalah daerah disekitar magnet yang masih dipengaruhi gaya magnet.

(66)

lxvi TATA SURYA

Tata surya adalah susunan benda-benda langit yang terdiri dari matahari dan planet-planet yang mengelilinginya dengan matahari sabagai pusatnya. Ada sembilan planet dalam tata surya yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan pluto. Planet yang mempunyai lintasan terdekat ke matahari adalah Merkurius. Planet yang mempunyai lintasan terjauh ke matahari adalah Pluto dan sekaligus merupakan planet terkecil. Bumi merupakan planet terdekat ketiga ke matahari dan merupakan satu-satunya planet yang dihuni makhluk hidup. Yupiter adalah planet terbesar dalam keluarga tata surya.

Meteoroid adalah benda-benda langit berukuran kecil yang melanyang-layang di angkasa dengan kecepatan tinggi dan tidak mempunyai lintasan tertentu. Meteor adalah meteoroid yang tertarik oleh planet dan berpijar karena bergeseran dengan atmosfer planet yang menariknya. Meteor sering juga disebut bintang jatuh atau bintang beralih. Meteorit adalah meteor yang telah sampai di permukaan bumi.

(67)

Lampiran 3

(68)

lxviii Lampiran 4

Instrumen soal tes pemahaman materi “Besaran dan Satuan” 1. a. Apa yang dimaksud dengan besaran?

b. Apakah warna bunga termasuk besaran? Mengapa? 2. Nyatakanlah 2500m dalam kilometer dan dalam sentimeter

3. Mengapa dalam suatu pengukuran diperlukan suatu sistem satuan yang berlaku internasional?

4. Manakah yang termasuk besaran pokok dan besaran turunan? a.Panjang f. Volum

b.Massa g. Massa jenis c.Waktu h. Gaya d.Jarak i. Kecepatan e.Luas j. Percepatan

5. Manakah yang termasuk satuan baku dan satuan tak baku? a.Jengkal d. Meter

b.Kilogram e. Hasta c.Centimeter f. Depa

6. Jika Pak Amir memiliki sawah seluas 100 hektar, berapa luasnya jika dinyatakan dalam m2? (1 hektar = 1 hm2)

7. Sebuah buku yang memiliki 400 halaman diukur tebalnya 2,0 cm. berapakah tebal dari tiap lembar kertas dalam mm?

8. a. Jika 1 pascal = 1 N/m2, nyatakanlah 0,01 KN/cm2 dalam pascal. b. Jika 1 watt = 1 J/s, nyatakanlah 3 KJ/menit dalam watt.

9. Bagaimana cara Anda mengukur volume sebuah gunting kecil dengan menggunakan :

a. Sebuah gelas pengukur?

b.Sebuah gelas berpancur dan sebuah gelas pengukur? 10. Dari soal no 16 diatas manakah yang lebih teliti: (a) atau (b)?

(69)

Instrumen soal tes pemahaman materi “Suhu dan Pemuaian”

1. a. Apa yang dimaksud dengan suhu?

b. Dapatkah perasaanmu mengukur suhu dengan tepat. Jelaskan!

2. Manakah yang termasuk karakteristik termometer alkohol dan termometer raksa

a. Memiliki pemuaian seragam b.Membasahi kaca

c. Bereaksi cepat terhadap perubahan suhu d.Memiliki titik didih tinggi

e. Memiliki titik beku rendah f. Murah

g.Cairan yang aman

3. Mengapa untuk mengukur suhu di daerah kutub digunakan termometer alkohol? Mengapa tidak digunakan termometer raksa?

4. Mengapa gelas tebal yang diisi dengan air mendidih dapat retak? 5. Jelaskan mengapa:

a. Kawat telpon didesain kendor di antara dua tiang.

b. Salah satu ujung jembatan ditopang di atas roda dan diberi celah.

6. Diagaram di bawah ini menunjukkan sebuah keping bimetal pada suhu normal.

Perunggu

Invar

a. Apa yang terjadi jika keping bimetal ini dipanaskan? b. Mengapa peristiwa itu terjadi? Jelaskan jawabanmu!

7. Jelaskan mengapa cairan yang digunakan dalam termometer haruslah suatu cairan yang merupakan konduktor panas yang baik!

8. Sebutkan 5 alasan mengapa air tidak digunakan untuk mengisi tabung termometer?

9. Di Bedugul, Bali, seorang turis mendengar siaran radio yang menyatakan bahwa suhu hari ini akan mencapai 15o C. berapakah suhu ini dalam :

a. Skala Kelvin b. Skala Fahrenheit

10. Berilah angka yang ditunjukkan oleh titik tetap atas dan titik tetap bawah pada:

a. Slaka Celsius b. Skala Fahrenheit c. Skala Kelvin

(70)

Lampiran 6

Contoh salah satu peta konsep yang benar dan penskorannya

Penskoran :

Hubungan 5 x 5 = 25 Hierarki 2 x 10 = 20 Skor total 45 Ket:

Warna merah : hubungan Warna biru : hierarki

(71)

Lampiran 7

Peta konsep yang dibuat siswa dan penskorannya untuk materi besaran dan satuan

Penskoran :

Hubungan 9 x 5 = 45 Hierarki 3 x 10 = 30 Contoh 2 x 2 = 4 Skor total 79 Ket:

Warna merah : hubungan Warna biru : hierarki

(72)

Penskoran :

Hubungan 4 x 5 = 20

Hirarki 2 x 10 = 20

Ada contoh dan benar 1 x 2 = 2 Ada contoh dan salah 1 x 1 = 1

Skor total 43

Ket:

Warna merah : hubungan Warna biru : hierarki

(73)

Lampiran 8

(74)

Penskoran :

Hubungan yang benar 4 x 5 = 20 Hubungan yang salah 3 x 1 = 3

Hirarki 2 x 10 = 20

Skor total 43

Ket:

Warna merah : hubungan Warna biru : hierarki

(75)
(76)
(77)
(78)

lxxviii

Lampiran 11

Perhitungan korelasi secara manual antara pemahaman siswa dengan kemampuan menyusun peta konsep

Meteri : “Besaran dan Satuan”

(79)

38 54 68 3672 2916 4624 39 53 46 2438 2809 2116 40 58 55 3190 3364 3025 41 50 56 2800 2500 3136 42 55 57 3135 3025 3249 43 58 63 3654 3364 3969

∑ = 2438 = 2610 = 148943 = 139264 = 161818 Jumlah siswa (N) = 43

(80)

lxxx

Lampiran 12

Perhitungan korelasi secara manual korelasi antara pemahaman siswa dengan kemampuan menyusun peta konsep

Meteri : “Suhu dan Pemuaian”

Gambar

Tabel 4.13 Hasil korelasi antara tes pemahanan dengan kemampuan membuat
Gambar 2.1  Peta konsep yang paling sederhana...........................................
Gambar 2.1 Peta konsep yang paling sederhana
Gambar 2.3 Peta konsep yang mengandung konsep perantara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagi persepsi pelajar-pelajar Jabatan Pendidikan Teknik dan Kejuruteraan terhadap penglibatan pensyarah dalam e-pembelajaran, dapatan kajian menunjukkan bahawa pelajar- pelajar

Sumber sekunder dalam penelitian ini meliputi: buku, kitab, maupun sumberlainnya yang berisi pembahasan yang mengenai tinjuan hukum islam yang terkait erat dengan reksadana

BAB III. TATA LAKSANA SURVEY.. 1) Survey untuk memperoleh masukan dari tokoh masyarakat dan lintas sektor terhadap kegiatan,progam dan layanan di puskesmas yang di lakukan satu tahun

analisis data meliputi 3 langkah, yaitu : Persiapan, tabulasi, penerapan data sesuai demgan pendekatan penelitian. Penafsiran data sangat penting kedudukannya dalam

adanya proses penguapan kadar air saat proses penjemuran sebelum proses pirolisis sedangkan adanya perbedaan rendemen tersebut karena kandungan air yang terdapat

Dalam hubungannya transparansi dengan meningkatkan kinerja dari perusahaan, prinsip ini mengatur berbagai hal diantaranya mengatur pengembangan teknologi informasi manajemen

mereka tidak henti$henhtinya melakukan sosialisasi untuk menaaga mutu sesuai Standar &amp;suhan Keperawatan (S&amp;K+&#34; amun, semua usaha dari Sub Mutu Komite Keperawatan

Penyimpanan (storage) : LNG disimpan di dalam tangki khusus dengan internal layer dari logam (9% nikel) pada suhu yang sangat rendah ( cryogenic temperature ), insulation