PETA KONSEP SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF UNTUK MENGUKUR PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP-KONSEP
FISIKA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh
Yosephin Emmy Setyawati NIM: 001424025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Tuhan yang memulai Tuhan yang mengakhiri.
Tuhan takkan terlambat juga takkan lebih cepat. Semuanya itu, Dia
jadikan indah tepat pada waktu-Nya (Filipi 4:19)
Kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus dan Bunda Maria.
Mamak Valentina Sumaryati dan Adek Elisabeth Candrawati Nugraheni yang telah dipanggil Tuhan
Bapak Agustinus Suhadiyono dan Ibu Kusmiati yang tercinta.
Adikku Bernadus Dimas Hadisaputro dan Chistina Maria Preti Rosna Wulandari serta keponakanku Debrina Maria Laudia Saputri.
Andreas Hari Matwan yang memberikan cinta, kasih sayang, semangat, mendampingi dalam suka dan duka serta selalu mengingatkan untuk selalu bersyukur atas apa yang aku hadapi,
Fransiskus Xaverius Edi Susanto terima kasih atas kesempatan dan kebahagiaan yang pernah diberikan.
Sahabat-sahabat karibku (Rina, Lopek, Made, Venta) terima kasih untuk berbagi cerita dan persahabatan baik dalam suka maupun duka.
vi ABSTRAK
Yosephin Emmy Setyawati, “Peta Konsep Sebagai Salah Satu Alternatif Untuk Mengukur Pemahaman Siswa Tentang Konsep-Konsep Fisika”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta 2007.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui apakah peta konsep dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mengukur pemahaman siswa tentang konsep-konsep fisika. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24 Juli sampai 19 September 2006 di kelas VII SMP Santo Aloysius Turi.
Ada dua macam data yang diperlukan dalam penelitian ini; yaitu (1) data yang berkaitan dengan pemahaman konsep dan (2) data berkaitan dengan kemampuan siswa membuat peta konsep. Data yang berkaitan dengan pemahaman konsep dikumpulkan dengan tes pemahaman, sedangkan data yang berkaitan dengan kemampuan membuat peta konsep diperoleh dari peta konsep yang dibuat siswa.
Dapat tidaknya peta konsep dipakai sebagai salah satu alat untuk mengukur pemahaman konsep, disimpulkan dari ada tidaknya korelasi antara skor tes pemahaman dan skor peta konsep. Ada tidaknya korelasi dinyatakan dengan koefisien korelasi yang dihitung mengunakan korelasi product-moment dari Pearson pada taraf signifikansi 0,05.
vii ABSTRACT
Emmy Setyawati, Yosephin 2007. “Concept Map is as An Alternative to measure Students’ Understanding about Physics Concept.” Yogyakarta: Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, The Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
This thesis has a purpose to know if a concept map can be used as an alternative to measure students’ understanding about physics concepts. The observation was carried out on July 24th until September 19th 2006 in the seven grade of Santo Aloysius Turi Secondary school.
There are two kinds of data which are needed in this research; The first is data that has relationship with concept understanding and the second is data that has relationship with concept understanding is gathered with the understanding test, while the data which has relationship with in making concept map is gained from concept maps which are made by students.
To know whether a concept map can be used as one of an equipment to measure concept understanding or not, it will be conclude if there is any relation between the understanding test scores and concept map scores or not. There is any correlation or not will be stated by correlation coefficient and analyzed using product-moment correlation from Pearson and the standard of significant is 0,05.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul “Peta Konsep Sebagai Salah Satu Alternatif Untuk Mengukur Pemahaman Siswa Tentang Konsep-Konsep Fisika” ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini terwujud atas bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, yang telah berkenan membimbing, memberi petunjuk serta motivasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Fr. Y. Kartika Budi, M.Pd yang telah membimbing serta menyumbangkan ide dalam penulisan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Domi Severianus, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang juga selalu mendorong untuk menyelesaikan tulisan ini.
3. Br. Pius Suyoto. CSA yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP St. Aloysius Turi.
4. Ibu MB.W.S. Handayani yang telah membantu dan memberikan masukan samapai tulisan ini bisa selesai.
ix
6. Teman-teman guru (Ibu Windati Pramusinta, Ibu Natalia Endri, Ibu Sri Suyanti, Br. Martinus. CSA dan lain-lain) dan staf karyawan SMP Santo Aloysius Turi yang selalu memberi dorongan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Maya yang telah meminjamkan komputer.
8. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung hingga terselesaikannya skripsi ini.
x DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Perumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penelitian……….. 3
D. Manfaat Penulisan... 3
BAB II DASAR TEORI ... 4
A. Konsep... 4
1. Pengertian Konsep……….. 4
xi
3. Pemahaman Konsep……… 11
B. Peta Konsep……… 15
1. Pengertian Peta Konsep……… 15
2. Manfaat Peta Konsep……… 17
3. Langkah-langkah Membuat Peta Konsep………. 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22
A. Waktu, Tempat dan Subyek Penelitian ... 22
B. Jenis Penelitian………... 22
C. Ubahan………. 22
D. Treatmen……… 23
E. Instrument ……… 24
1. Tes Pemahaman……… ... 24
2. Peta Konsep………... 27
F. Metode Analisis Data……… 27
1. Penentuan Skor Tes Pemahaman……….. ... 27
2. Penentuan Skor Peta Konsep……… ... 28
3. Analisis Data……… .... 29
4. Uji Normalitas dan Uji Homogenitas………... 30
G. Pelaksanaan Penelitian……….. 30
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 32
A. Pelaksanaan……….. 32
B. Deskripsi Data……….. 34
xii
1. Uji Normalitas………... 39
2. Uji Homogenitas……… ... 41
3. Korelasi Antara Tes Pemahaman Konsep dengan Kemampuan Membuat Peta Konsep……….. ... 43
D. Pembahasan ………... 43
E. Keterbatasan peta konsep sebagai alat untuk mengukur pemahaman konsep siswa………. 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 45
A. Kesimpulan ... 45
B. Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 46
LAMPIRAN 1... 47
LAMPIRAN 2………... 49
LAMPIRAN 3……… 51
LAMPIRAN 4……… 52
LAMPIRAN 5……….... 53
LAMPIRAN 6………. 54
LAMPIRAN 7………. 55
LAMPIRAN 8………. 57
LAMPIRAN 9………. 59
LAMPIRAN 10……… 61
xiii
xiv
DAFTAR TABEL
Nama Tabel Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi soal tes pemahaman... 25
Tabel 3.2 Kriteria skoring tes pemahaman... 27
Tabel 3.3 Kriteria skoring penyusunan peta konsep ... 29
Tabel 4.1 Hasil perhitungan skor tertinggi, skor terendah, mean dan standar deviasi pokok bahasan ”Besaran dan Satuan” serta ”Suhu dan Pemuaian” ... 34
Tabel 4.2 Diskripsi frekuensi pemahaman konsep pokok bahasan ”Besaran dan Satuan” ... 35
Tabel 4.3 Diskripsi frekuensi kemampuan membuat peta konsep pokok bahasan ”Besaran dan Satuan”... 36
Tabel 4.4 Diskripsi frekuensi pemahaman konsep pokok bahasan ”Suhu dan Pemuaian” ... 37
Tabel 4.5 Diskripsi frekuensi kemampuan membuat peta konsep pokok bahasan ”Suhu dan Pemuaian”... 38
Tabel 4.6 One- sample Kolmogorov Smirnov test Pem1... 39
Tabel 4.7 One – sample Kolmogorov Smirnov test PK 1... 39
Tabel 4.8 One-sample Kolmogorov Smirnov test Pem 2... 40
Tabel 4.9 One-sample Kolmogorov Smirnov test PK 2... 40
Tabel 4.10 Test of homogenitas of variance Pem 1 dan PK 1 ... 41
xv
Tabel 4.12 Hasil uji normalitas dan uji homogenitas... 42 Tabel 4.13 Hasil korelasi antara tes pemahanan dengan kemampuan membuat
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nama Gambar Halaman
Gambar 2.1 Peta konsep yang paling sederhana... 16 Gambar 2.2 Peta konsep yang memuat konsep perantara... 16 Gambar 2.3 Peta konsep yang mengandung konsep perantara... 17 Gambar 4.1 Pemahaman konsep siswa pokok bahasan ”Besaran dan Satuan” 36 Gambar 4.2 Kemampuan membuat peta konsep pokok bahasan ”Besaran dan
Satuan” ... 37 Gambar 4.3 Pemahaman konsep siswa pokok bahasan ”Suhu dan Pemuaian” .. 38 Gambar 4.4 Kemampuan membuat peta konsep pokok bahasan ”Suhu dan
xvii BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kompetensi adalah kemampuan menguasai gramatika suatu bahasa secara abstrak atau batiniah (Pusat Bahasa: 584). Kompetensi secara umum bisa diartikan sebagai batas minimal yang harus dicapai atau dikuasai siswa dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran sains (fisika) kompetensi berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga sains (fisika) bukan hanya menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Kompetensi sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena dengan kompetensi siswa dituntut untuk mengerti dan memahami dalam proses belajar mengajar.
Dengan proses pembelajaran yang dilakukan berarti dapat membangun kompetensi yang harus dicapai siswa selama periode tertentu. Salah satu aspek kompetensi adalah pemahaman akan konsep-konsep sains (fisika). Pemahaman merupakan bagian yang sangat penting pada kegiatan belajar mengajar karena menjadi bagian yang menonjol atau yang paling ditonjolkan. Bila diadakan kegiatan belajar mengajar, maka pertama-tama yang akan dicapai adalah memahami atau mengerti konsep apa yang sedang kita pelajari.
xviii
dan teori harus dipahami terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Berdasarkan hal ini maka pemahaman konsep memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar.
Pada umumnya dalam kegiatan belajar mengajar perlu diadakan evaluasi terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti pelajaran selama periode waktu tertentu. Salah satu fungsi evaluasi adalah mengukur sejauh mana siswa dapat memahami atau mengerti akan sesuatu yang sedang dipelajari. Dalam dunia pendidikan pemahaman siswa biasanya diukur menggunakan tes atau ujian, baik tes obyektif maupun tes esai. Pertanyaan yang muncul adalah apakah tidak ada cara atau alat lain yang dapat digunakan untuk mengukur pemahaman siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti apakah peta konsep dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mengukur pemahaman siswa tentang konsep-konsep fisika. Materi pembelajaran yang
akan diteliti dibatasi pada materi pokok besaran dan satuan serta suhu dan pemuaian.
B. PERUMUSAN MASALAH
Dalam penelitian ini, masalah dirumuskan sebagai berikut:
xix C. TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui apakah peta konsep dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mengukur pemahaman siswa tentang konsep-konsep fisika
D. MANFAAT DARI HASIL PENELITIAN
1. Menambah wawasan tentang cara mengukur pemahaman siswa tentang konsep-konsep fisika.
xx BAB II DASAR TEORI
A. KONSEP
1. Pengertian konsep
Banyak para ahli yang berusaha mendefinisikan konsep, namun definisi tersebut mungkin belum dapat mengungkapkan arti yang luas. Dahar mendefinisikan konsep sebagai pengkategorian berbagai stimulus yang ada di lingkungannya, stimulus-stimulus tersebut dapat berasal dari peristiwa-peristiwa, obyek atau kejadian yang ada di lingkungan sekitarnya. Hellen Heffermin mendefinisikan konsep sebagai gambaran mental (mental image) mengenai sesuatu. Gambaran mental tersebut dapat diperoleh melalui generalisasi dari contoh-contah, data atau peristiwa khusus (Kartika Budi,1987). Rosser mendefinisikan konsep sebagai suatu abstraksi yang mewakili satu kelas obyek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan yang mencakup atribut yang sama. Tisher, Power dan Endean (1972) mendefinisikan konsep sebagai berikut: a. Cara individu mengorganisasikan dan memperoleh pengertian dari
pengalamannya.
b. Sintesis-sintesis dari pengertian-pengertian dan penarikan kesimpulan mengenai pengalaman-pengalaman yang dialami.
c. Gambaran mental(mental image) yang membantu individu mengklasifikasikan pengalamannya.
xxi
Pengkategorian stimulus atau gambaran mental yang kita persepsikan harus mengungkap hakikat atau ciri esensialnya untuk membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain. Flavell menyiratkan bahwa konsep-konsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi (Dahar,1989) yaitu:
a. Atribut. Setiap konsep memiliki atribut yang berbeda baik ditinjau secara fisik maupun fungsinya. Misalnya, konsep meja harus memiliki permukaan datar dan sambungan-sambungan yang mengarah kebawah yang mengangkat permukaan dari lantai.
b. Struktur. Struktur yaitu cara bagaimana atribut tersebut saling terkait. Ada tiga macam struktur yaitu (1) struktur konjungtif yaitu konsep di mana terdapat contoh konsep, seperti percepatan adalah perubahan kecepatan tiap satuan waktu. Dua atribut yaitu perubahan kecepatan dan selang waktu harus ada agar memenuhi konsep percepatan, (2) konsep disjungtif yaitu konsep di mana satu dari dua atau lebih sifat harus ada, (3) konsep relasional manyatakan hubungan tertentu antara atribut-atribut konsep, seperti superposisi.
c. Keabstrakan. Ada konsep yang begitu konkrit dan abstrak, misalnya: jarak dan elektron.
d. Generalitas atau keumuman. Bila diklasifikasikan konsep dapat berbeda dalam posisi superordinat atau subordinat, misalnya energi merupakan superordinat dari energi kinetik.
xxii
f. Kekuatan ditentukan sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting. Penjelasan yang kita berikan pada orang lain mengenai suatu konsep dengan menunjukkan salah satu atau lebih dari dimensi-dimensi yang dicakup oleh konsep yang dimaksud. Konsep sangat penting untuk memudahkan pengorganisasian dan penjelasan deskripsi verbal serta representasi visual untuk mengkomunikasikan pengertian konsep (Tisher, Power dan Endean,1972).
2. Perkembangan konsep
Berdasarkan definisi konsep di atas maka konsep jelas sangat berguna untuk komunikasi, mengkomunikasikan berbagai stimulus yang ada disekitar kita. Secara ekstrim dapat dikatakan bahwa konsep sangat penting dalam proses pengorganisasian pengalaman-pengalaman dan penggabungan beberapa pengertian yang selanjutnya digunakan sebagai transfer dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil studi Tisher, Power dan Endean(1972) dari beberapa literatur hasil penelitian dan teori-teori psikologi pendidikan diuraikan beberapa informasi mengenai perkembangan konsep, khususnya perkembangan konsep sain(fisika) sebagai berikut:
xxiii
perkembangan intelektual serta konsekuensi dalam pembentukan konsep berlangsung secara bertahap dari tingkat konkrit ke tingkat formal. Sebagai tahap akhir untuk mencapai konsep yang cukup memadai dilakukan kegiatan eksperimen. Sebagai implikasi dari proses perkembangan konsep di atas, maka seorang pengajar sain (khususnya fisika), akan sangat terbantu jika dengan menggunakan contoh-contoh, gambar, model, demonstrasi atau kegiatan-kegiatan sejenis lainnya untuk mengembangkan konsep fisika. b. Untuk lebih mengembangkan konsep-konsep yang dimiliki, perlu dilakukan
variasi-variasi terhadap pengalaman dan kemudian mengulangnya kembali pada pengalaman yang sama untuk lebih menguatkan definisi konsep yang telah dibentuk. Namun ada kalanya pada saat kita melakukan pengulangan-pengulangan tersebut, justru kita mendapatkan informasi-informasi yang tidak relevan yang dapat “menghambat” perkembangan konsep.
xxiv
dari konsep mereka sendiri sehingga dalam proses perkembangan konsep ini siswa sungguh dituntut untuk berperan aktif untuk memperkembangkan konsepnya sendiri di mana pengajar hanya bertindak sebagai mediator dan fasilitator untuk mendorong perkembangan konsep siswa.
d. Konsep dapat berkembang dari kesamaan-kesaman serta perbedaan dari sejumlah pengetahuan konsep dan hubungan yang baru antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya. Kegiatan-kegiatan seperti membandingkan serta membedakan memang merupakan aktivitas yang penting dalam menjelaskan konsep-konsep dan kegiatan tersebut akan semakin menambah atau mempertinggi perkembangan konsep-konsep tersebut. Kegiatan ini dikategorikan sebagai penelitian aktif (active searching) dari proses berpikir produktif (productive thinking) yang akan
meningkatkan generalitas serta keabstrakkan konsep-konsep individu.
Konsep-konsep yang mereka kembangkan menuntut reorganisasi pengalaman. Reorganisasi pengalaman tersebut berlangsung secara kontinu sehingga memberi peluang terjadinya perubahan-perubahan konsep yang membuat siswa berusaha untuk merumuskan konsep baru yang memadai untuk pengalaman-pengalaman baru tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi mengenai perkembangan konsep, khususnya konsep sain(fisika) sebagai berikut:
xxv
xxvi
oleh panca indra kita, namun merupakan bagian atau serangkaian proses dalam kegiatan eksperimental yang sangat berpengaruh atau memberi efek terhadap hasil eksperimen. Sebagai contoh, pada saat kita memanaskan salah satu ujung logam, maka ujung yang lain lama kelamaan juga akan menjadi panas. Efek panas dan kegiatan kita memanasi logam, dapat ditangkap langsung oleh panca indra kita yaitu proses ikut panasnya ujung logam yang lain pada saat kita memanaskan ujung yang satunya. Dalam proses tersebut seharusnya ada semacam zat yang menghantarkan panas tersebut sehingga mampu mencapai ujung yang lain. Untuk menjelaskan proses tersebut seseorang kemudian membuat imajinasi-imajinasi sehingga terbentuk konsep aliran arus dan elektron dalam bahan. Kedua konsep tersebut bersifat abstrak dan dapat diberi penjelasan secara formal.
b. Pengalaman-pengalaman serta pemvariasian kegiatan perlu dilakukan untuk menguji coba kebenaran serta ketepatan teori-teori yang telah dibentuk dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Melalui variasi-variasi kegiatan tersebut kita dapat mengetahui apakah teori-teori yang telah dibentuk siswa tersebut berlaku untuk hal-hal yang sifatnya umum atau hanya untuk kasus-kasus tertentu saja. Di sini timbul situasi di mana siswa mempunyai kesempatan untuk mengevaluasi konsepnya sendiri.
xxvii
fasilitator harus difungsikan secara tepat dan benar sehingga mampu menjangkau semua siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep seseorang berkembang melalui dua proses yaitu proses asimilasi dan proses akomadasi. Proses asimilasi terjadi jika seorang masih dapat menggunakan skema-skema
lamanya terhadap situasi atau pengalaman baru dan tinggal memperluasnya saja, sehingga terbentuklah konsep-konsep baru yang sifatnya lebih luas. Sedangkan proses akomodasi terjadi jika seseorang tidak dapat lagi menggunakan
skema-skema lamanya dalam menghadapi situasi atau pengalaman baru, sehingga orang tersebut harus mengubah skema lama yang telah dimiliki. Skema adalah abstraksi mental seseorang yang digunakan seseorang untuk mengerti sesuatu hal, menemukan jalan keluar, atau memecahkan persoalan. Orang harus mengisi atribut skemanya dengan informasi yang benar agar dapat membentuk kerangka pemikiran yang benar (Suparno, 1997). Betencourt menyebutkan ada beberapa situasi atau kondisi yang memungkinkan siswa melakukan perubahan-perubahan konsepnya (baik itu proses asimilasi maupun akomodasi). Konteks membuat masuk akal , konteks penjelasan dan konteks pembenaran (justification).
3. Pemahaman konsep
xxviii
pada pelaksanan kegiatan belajar mengajar karena manjadi aspek yang menonjol atau yang paling ditonjolkan. Bila diadakan kegiatan belajar mengajar, maka pertama-tama yang akan dicapai adalah memahami atau mengerti apa yang kita pelajari.
Menurut Moh. Amien yang dikutip oleh Kartika Budi dalam artikelnya yang berjudul “Konsep: Pembentukan dan Penanamannya”, (1987:233) dipandang dari segi isi, dalam kegiatan belajar mengajar fisika (IPA, sains) yang harus dipahami adalah konsep-konsep, prinsip-prinsi dan teori-teori. Prinsip adalah generalisasi yang berisi konsep-konsep yang saling berkaitan, sedangkan teori adalah generalisasi yang berisi prinsip-prinsip yang saling berhubungan yang menjelaskan gejala-gejala.
Seperti yang dikutip oleh Katika Budi dalam artikel yang berjudul “Konsep: Pembentukan dan Penanamannya”, dalam buku Sumbangan Pikiran Terhadap Pendidikan Matematika dan Fisika (1987:233) pemahaman konsep
merupakan dasar dari pemahaman prinsip dan teori artinya untuk dapat memahami prinsip dan teori harus dipahami terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Berdasarkan ini maka pemahaman konsep memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimengerti dan diterima sejauh tidak mengabaikan aspek-aspek lain.
konsep-xxix
konsep fisis, prinsip, hukum dan teori yang diperoleh melalui proses keilmuan. Sehingga mengajar fisika dapat diartikan sebagai proses penanaman konsep, hukum dan teori; menanamkan pengetahuan tentang proses keilmuan dan kemampuan melakukannya; menanamkan sikap keilmuan. Bila hal ini dilakukan, maka tujuan yang harus dicapai siswa dalam belajar fisika adalah bahwa mereka dapat memahami konsep, dapat melakukan proses keilmuan dan memiliki sikap keilmuan yang diperlukan dalam melakukan proses tersebut.
Pemahaman dan pengembangan konsep merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai tujuan belajar fisika. Dalam belajar mengajar diperlukan usaha agar siswa memahami konsep sehingga dapat diketahui tingkat keberhasilannya. Untuk memutuskan apakah seseorang siswa memahami sesuatu konsep atau tidak diperlukan kriteria-kriteria atau indikator-indikator yang dapat menunjukkan pemahaman tersebut ( Kartika Budi,1992:113).
xxx
mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan lebih cepat, (6) dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang saling berkaitan, (7) dapat membedakan konsepsi yang benar dengan konsepsi yang salah dan dapat membuat peta konsep dari konsep-konsep yang ada dalam suatu pokok bahasan.
Nana Sudjana (1995:22) dalam penilaian hasil proses belajar mengajar menyebutkan bahwa menurut Bloom, klasifikasi hasil belajar secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomator (1995:22-25). Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
Hasil belajar pemahaman adalah lebih tinggi dari pada hasil belajar pengetahuan. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimat sendiri yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan. Namun tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan, sebab untuk dapat memahami perlu lebih dahulu atau mengenal (Nana Sudjana,1995:24).
xxxi
kedua adalah pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan bagian dari grafik atau kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus ataupun masalah.
B. PETA KONSEP
1. Pengertian Peta Konsep
Peta konsep adalah alat peraga untuk memperlihatkan hubungan beberapa konsep yang merupakan suatu gambaran dua dimensi dari suatu bidang studi, dalam arti luas peta konsep adalah peta atau jaringan yang membuat konsep-konsep lengkap dengan hubunganya (Ratna Willis Dahar,1990:136). Sedangkan dalam arti yang lebih spesifik peta konsep dapat menyatakan hierarkis antar konsep yang satu dengan konsep yang lain (Ratna Willis Dahar,1990:115). Menurut Ratna Willis Dahar peta konsep tersebut diperjelas lagi dengan beberapa ciri yaitu:
a. Peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dari proposisi-proposisi suatu bidang studi fisika, kimia, biologi, geografi dan sejarah atau yang lainnya.
Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama, ini berarti ada beberapa konsep yang inklusif dari pada konsep yang lain.
d. Peta konsep ialah tentang hierarki, bila dua atau lebih konsep digabungkan dibawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hierarki pada konsep itu.
Peta konsep yang paling sederhana terdiri dari dua konsep dan salah satu hubungan, seperti pada gambar berikut:
dapat berujud FASE PADAT BENDA / ZAT
Gambar 2.1
Peta konsep yang paling sederhana
Peta konsep di atas, memuat konsep benda dan konsep padat. Hubungannya adalah benda dapat berujud. Hubungan dapat berujud adalah hubungan yang proposisional, karena hubungan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk proporsi. Dalam arti yang lebih spesifik peta konsep dapat menyatakan hubungan hierarkis antara konsep yang satu dengan konsep yang lain. Dalam konsep yang demikian dapat ditunjukkan mana konsep yang paling umum (most inclusive) dan konsep yang paling khusus (least inclusive, most specific). Peta konsep dapat memuat konsep perantara, konsep perantara kecuali dimunculkan sebagai konsep yang merupakan unsur peta tersebut, juga dapat dijadikan bagian dari proposisinya.
memiliki
ditentukan oleh Gambar 2.2
Gaya
Massa Besar
Percepatan
Peta konsep yang memuat konsep perantara
besarnya ditentukan oleh
Gaya
Massa Percepatan
Gambar 2.3
Peta konsep yang mengandung konsep perantara
Bila ada dua orang yang membangun peta konsep tentang teori yang sama, tidak dapat diharapkan hasilnya adalah peta konsep yang sama. Bahkan dapat dipastikan bahwa peta konsep dari kedua orang itu akan berbeda. Hal itu dikarenakan kekayaan akan konsep-konsep dari kedua orang itu mungkin berbeda, keluasan, dan kedalaman akan pemahaman konsep dan hubungannya mungkin juga berbeda (Katika Budi,1990:70).
2. Manfaat Peta Konsep
Beberapa keuntungan penggunaan peta konsep dalam pembelajaran (Ratna Willis Dahar,1989) adalah sebagai berikut:
a. Dengan peta konsep kita dapat menemukan pokok-pokok yang ingin kita beri penekanan.
b. Kita dapat melihat bagian-bagian materi yang biasa yang mungkin ingin kita hilangkan.
c. Kita dapat memahami bagaimana siswa dapat melihat atau mengorganisasi materi pelajaran secara berbeda.
d. Proses pemetaan konsep dapat membantu kita untuk mengidentifikasikan konsep yang merupakan kunci keberhasilan siswa.
xxxiv
e. Peta konsep membantu kita untuk memilih materi yang tersedia, kita dapat membuat peta untuk mengefektifkan strategi pembelajaran dengan lebih baik sesuai dengan waktu dan materi pembelajaran.
f. Kita dapat menjelaskan secara nyata hubungan–hubungan antar konsep. g. Kita dapat menggunakan peta konsep untuk melengkapi sebuah pokok
pembicaraan siswa dan merangkum konsep-konsep umumnya.
h. Peta konsep dapat meningkatkan kemampuan kita dalam melihat berbagai cara dalam membentuk kebermaknaan belajar kepada siswa.
i. Pemetaan konsep dapat membantu kita dalam mengembangkan pembelajaran yang terintegrasi, runtut dan berkesinambungan.
Menurut Kartika Budi(1990:72-74) ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari dalam mengelola proses pembelajaran IPA (fisika), antara lain :
a. Peta konsep merupakan salah satu cara untuk mengeksternalisasi konsep-konsep yang telah diperoleh beserta hubungannya dan peta konsep-konsep merupakan hasil eksternalisasi tersebut.
b. Dari peta konsep dapat dilihat keutuhan dari bangunan pengetahuan yang dimiliki. Dari peta konsep juga dapat diketahui keluasan (banyaknya konsep yang dapat ditangkap dari apa yang dipelajari) dan kedalam pemahaman (banyaknya hubungan antara konsep-konsep yang dapat dinyatakan).
xxxv
konsep dapat dideteksi adanya salah konsep, yaitu bila ditemukan hubungan yang salah satu kurang tepat.
d. Dari peta konsep yang “baik” dapat dipilih dan ditetapkan mana konsep-konsep yang penting, kurang penting dan tidak penting dalam konteks materi yang dipelajari. Penetapannya didasarkan pada intensitas hubungan dengan konsep-konsep yang lain. Suatu konsep yang tidak dapat diletakkan dalam peta konsep, berarti tidak mempunyai hubungan dengan konsep-konsep dalam peta konsep-konsep tersebut, dalam konteks materi atau pokok bahasan yang kurang bahkan mungkin tidak penting.
e. Dengan peta konsep dapat ditunjukkan saling hubungan antara pokok bahasan yang satu dengan pokok bahasan yang lain dengan suatu sub bidang studi, sehingga guru dapat menunjukkan kapan, di mana dan untuk apa konsep yang akan dipelajari, sehingga motivasi belajar dapat meningkat. f. Dari peta konsep dapat diketahui apakah suatu konsep dipelajari secara
bermakna atau secara hafalan. Bila suatu konsep yang seharusnya mempunyai hubungan dengan konsep yang lain ternyata tidak dapat diletakkan dalam peta konsep yang telah dimiliki, maka konsep tersebut dipelajari secara hafalan.
3. Langkah-langkah Membuat Peta Konsep
Pemetaan konsep adalah proses untuk menghasilkan peta konsep. Menurut Kartika Budi(1990:72) untuk menyusun peta konsep diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
xxxvi
b. Menyatakan makna dari masing-masing konsep.
c. Meletakkan konsep-konsep tersebut dalam peta sesuai hubungannya mulai dari yang paling umum ke yang paling khusus.
d. Membuat garis-garis penghubung dan melukiskan hubungan pada garis penghubung tersebut.
Setelah keempat langkah tersebut dilakukan belum dapat dijamin bahwa hasilnya adalah peta konsep yang baik dilihat dari tata letak dan kelengkapan hubungan. Oleh karena itu, peta konsep perlu dicek untuk memperbaiki tata letak setiap konsep agar peta konsep mudah dibaca dan dianalisis. Dengan mengikuti langkah-langkah penyusunan peta konsep di atas, maka diharapkan dapat dihasilkan peta konsep yang benar-benar dapat membantu siswa dalam belajar, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Selama ini alat-alat evaluasi yang dikenal oleh guru dan siswa berbentuk tes objektif dan tes esai. Walaupun cara evaluasi ini akan terus memegang peranan penting dalam dunia pendidikan, teknik-teknik evaluasi baru perlu dipikirkan untuk memecahkan masalah-masalah evaluasi yang kita hadapai dewasa ini(Ratna Willis Dahar, 1989:132). Salah satu teknik evaluasi yang disarankan ialah penggunaan peta konsep.
Penggunaan peta konsep sabagai alat evaluasi didasarkan pada tiga gagasan dalam teori kognitif Ausubel, yaitu:
xxxvii
konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang kurang inklusif dan lebih khusus.
b. Konsep-konsep dalam struktur kognitif mengalami diferensiasi progresif. Belajar bermakna merupakan proses yang kontinu, di mana setiap konsep baru memperoleh lebih banyak arti dengan dibentuknya lebih banyak kaitan-kaitan proposisional. Jadi konsep-konsep tidak pernah “tuntas dipelajari”, tetapi selalu dipelajari, dimodifikasi, dan dibuat lebih inklusif.
c. Penyesuaian integratif. Dalam peta konsep penyesuaian integratif diperlihatkan dengan adanya kaitan silang (cross link) antara kumpulan-kumpulan konsep.
xxxviii BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu, Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24 Juli sampai 19 September 2006 di SMP Santo Aloysius Turi Donokerto, Turi, Sleman, Yogyakarta dengan 43 siswa kelas VII sebagai populasi.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus yaitu penelitian yang mendalami suatu kasus pada satu orang atau kelompok tertentu. Akan tetapi diharapkan hasil penelitian ini dapat diterapkan pada kelas lain, jenjang pendidikan lain, dan materi pokok yang lain.
C. Ubahan 1. Jenis Ubahan
Penelitian ini memiliki dua jenis ubahan yaitu:
a. Pemahaman siswa tentang materi Besaran dan Satuan serta materi Suhu dan Pemuaian.
b. Kemampuan membuat peta konsep.
xxxix 2. Definisi Oprasional Ubahan
Pemahaman siswa adalah skor hasil tes pemahaman dengan materi Besaran dan Satuan serta materi Suhu dan Pemuaian.
Kemampuan membuat peta konsep adalah skor siswa dari peta konsep yang dibuatnya tentang materi Besaran dan Satuan serta materi Suhu dan Pemuaian.
D. Treatmen
1. Sebelum pembelajaran dilakukan peneliti menjelaskan apa itu peta konsep kepada siswa.
2. Peneliti menjelaskan cara dan langkah-langkah membuat peta konsep kepada siswa dengan memberikan contoh peta konsep untuk konsep yang sederhana.
3. Peneliti akan memberikan beberapa bacaan mengenai suatu pokok bahasaan yang pernah dipelajari oleh siswa sebelumnya yang akan digunakan siswa untuk latihan membuat peta konsep.
4. Setelah selesai mengikuti pembelajaran, dengan materi Besaran dan Satuan serta materi Suhu dan Pemuaian, siswa diminta untuk mengerjakan tes pemahaman tentang materi tersebut.
xl E. Instrument
1. Tes Pemahaman
Seseorang dikatakan paham akan suatu materi ditentukan dari kriteria pemahaman yang telah dibahas dalam latar belakang teori, yaitu (1) dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri, (2) dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain, (3) dapat menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu hukum, (4) menerapkan konsep untuk (a) menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam khusus (b) untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun secara praktis (c) memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi, (5) dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan lebih cepat, (6) dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang saling berkaitan, (7) dapat membedakan konsepsi yang benar dengan konsepsi yang salah dan dapat membuat peta konsep dari konsep-konsep yang ada dalam suatu pokok bahasan.
xli
Penyusunan tes dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan materi pokok.
b. Menentukan kriteria- kriteria pemahaman. c. Menentukan indikator- indikator
d. Menyusun kisi-kisi yang memuat distribusi soal menurut indikator yang akan diukur, materi dan kriteria-kriteria pemahaman.
e. Merumuskan soal-soal berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun. Kisi-kisi soal tes pemahaman disajikan dalam tabel dibawah ini:
Tabel (3.1) Kisi – kisi Soal Tes Pemahaman
No soal Materi Kriteria pemahaman Indikator Jml
soal Level
• Dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain
• Menerapkan konsep untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun secara praktis
• Menerapkan konsep untuk memprediksi
kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi
•Dapat menjelaskan perbedaan besaran fisika dan bukan besaran fisika
•Dapat mengkonversi satuan
•Dapat menyebutkan cara mengukur volume sebuah benda
•Dapat menyebutkan cara yang lebih teliti dalam melakan pengukuran
xlii
Tabel (3.1) Lanjutan
No soal Materi Kriteria pemahaman Indikator Jml
soal Level I Level
• Dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang saling berkaitan
• Dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain
• Dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang saling berkaitan
• Menerapkan konsep untuk memprediksi
kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi
•Dapat membedakan besaran pokok dengan besaran turuan
•Dapat membedakan satuan baku dan satuan tak baku
•Dapat menjelaskan pengertian suhu
•Dapat membedakan karakteristik
termometer alkohol dan termometer raksa •Dapat menjelaskan
penggunaan
termometer alkohol dan raksa pada daerah tertentu
•Dapat menjelaskan pengaruh air mendidih terhadap gelas
•Dapat menjelaskan pengaruh suhu terhadap benda-benda
yang ada disekitar kita •Dapat menjelaskan
pengaruh bimetal yang dipanaskan
•Dapat mengemukakan alasan mengapa cairan isi termometer
haruslah suatu konduktor yang baik
xliii
Tabel (3.1) Lanjutan
No soal Materi Kriteria pemahaman Indikator Jml
soal Level I Level
• Menerapkan konsep untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun secara praktis
•Dapat mengkonversi satuan
•Dapat menyebutkan titik tetap atas dan titik tetap bawah untuk beberapa
Soal selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 4 dan 5 halaman 52 dan 53
2. Peta Konsep
Sebelum pembelajaran berlangsung siswa menerima penjelasan tentang pengertian peta konsep dan cara membuatnya. Setelah pembelajaran siswa membuat peta konsep dengan materi yang sudah dipelajari yaitu Besaran dan Satuan serta Suhu dan Pemuaian.
F. Metode Analisis Data
1. Penentuan Skor Tes Pemahaman
Skor tes pemahaman ditentukan dengan kriteria sebagai berikut: Tabel (3.2) Kiteria Skoring Tes Pemahaman
Level No soal Kriteria Skor
Level I 1,2,11,15,16 Dua jawaban benar Satu jawaban benar
Jawaban salah
xliv
Tabel (3.2) Lanjutan
Level No soal Kriteria Skor
4,5,12,18 Setiap jawaban benar
Setiap jawaban salah
1 0 Level II
3,6,17 Jawaban benar
Jawaban kurang lengkap Jawaban salah
8 4 0 Level III 7,13,14 Jawaban lengkap
Jawaban kurang lengkap Jawaban salah
10 5 0 8.9.19 Dua jawaban benar
Satu jawaban benar Jawaban salah
10 5 0 10 Jawaban dan alasan benar
Jawaban salah alasan benar Jawaban benar alasan salah Jawaban dan alasan salah
10 5 2 0
20 Tiga jawaban benar
Dua jawaban benar Satu jawaban benar
Jawaban salah
10 8 4 0
2. Penentuan Skor Peta Konsep
Tabel (3.3) Kriteria Skoring Penyusunan Peta Konsep
Yang dinilai Kriteria Skor
Hubungan Setiap ada hubungan dan benar Setiap ada hubungan dan hubunganya salah
Tidak ada hubungan
5 1 0 Hierarki Hierarki yang betul
Hierarki yang kurang tepat Tidak ada hierarki
10 5 0 Contoh Setiap ada contoh dan benar
Setiap ada contoh dan salah Tidak ada contoh
2 1 0
Contoh penskoran peta konsep yang menunjukkan hubungan dan hierarki dapat dilihat dalam lampiran 6, 7 dan 8 haaman 54 - 58
3. Analisis Data
Untuk menyimpulkan apakah peta konsep dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mengukur pemahaman konsep, dihitung koefisien korelasi yang dihitung dengan rumus product-moment dari Pearson yang rumusnya:
robs =
Bila ternyata ada korelasi antara pemahaman siswa dengan kemampuan membuat peta konsep berarti siswa yang skor tes pemahamannya rendah, skor tes peta konsepnya juga rendah; yang skor tes pemahamannya tinggi, tes peta konsepnya tinggi. Dengan demikian peta konsep dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mengukur pemahaman konsep.
xlvi
Untuk mengetahui apakah ada korelasi yang signifikan antara skor pemahaman siswa dengan skor peta konsep yang disusun siswa dilakukan dengan pengujian hipotesis:
Ho : Tidak ada korelasi antara pemahaman konsep dengan kemampuan menyusun peta konsep,
Hi : Ada korelasi antara pemahaman konsep dengan kemampuan menyusun peta konsep,
pada taraf signifikasi 0,05 atau 5 % dengan ketentuan: Ho ditolak, Hi diterima, jika robs > rcrit
Ho diterima, Hi ditolak, jika robs < rcrit
4. Uji Normalitas dan Uji Homogenitas
Sebelum analisis korelasi, diuji dulu syarat dapat dilakukannya analisis korelasi, yaitu normalitas dan homogenitas. Untuk uji normalitas digunakan metode Kolmogorov Smirnov, sedangkan homogenitas diuji menggunakan uji homogenitas varian. Hal ini dilakukan supaya tahu analisis korelasinya menggunakan korelasi yang mana.
G. Pelaksanaan Penelitian
xlvii
1. Peneliti menjelaskan konsep secara umum dan konsep-konsep dalam fisika. Selanjutnya peneliti memperkenalkan peta konsep, yaitu definisi dan bagaimana cara membuatnya.
2. Setelah siswa memahami makna peta konsep siswa diberi latihan dengan cara (1) menentukan kata hubung antara dua konsep dari peta konsep yang belum lengkap (2) menuliskan hubungan antara dua konsep dari peta konsep yang belum lengkap, sampai siswa benar-benar trampil menentukan konsep dan hubungan antara dua konsep.
3. Setelah siswa trampil menentukan dan menuliskan hubungan antara dua konsep atau lebih siswa diberikan beberapa konsep untuk membuat sendiri peta konsep.
4. Siswa diberi bacaan yang berisi uraian materi IPA SD. Dari bacaan itu siswa diminta mengidentifikasi sendiri konsep-konsep penting.
5. Dari konsep-konsep yang telah diidentifikasi tersebut siswa diminta untuk menggambarkan dalam peta konsep.
6. Siswa mengikuti pembelajaran materi besaran dan satuan
7. Setelah selesai siswa diberi tes pemahaman tentang materi tersebut dan siswa diminta membuat peta konsep dari materi yang telah dipelajari
8. Siswa mengikuti pembelajaran materi suhu dan pemuaian.
9. Setelah selesai siswa diberi tes pemahaman tentang materi tersebut dan siswa diminta membuat peta konsep dari materi yang telah dipelajari.
xlviii BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 24 Juli sampai 19 Semtember 2006. Pertemuan I: tanggal 24 Juli 2006.
Peneliti mengemukakan maksud dan tujuan peneliti, penjelasan mengenai konsep sacara umum dan konsep-konsep dalam fisika. Selanjutnya peneliti memperkenalkan peta konsep, definisi dan bagaimana membuatnya. Agar siswa memdengarkan penjelasan yang diberikan peneliti, maka peneliti memberikan lembar foto kopi yang berisikan uraian yang ingin dijelaskan( terlihat dalam lampiran 1 hal 47). Jadi siswa tidak perlu mencatat tapi hanya perlu mendengarkan, bertanya jika belum jelas, dan menambahkan catatan-catatan pada lembaran tersebut jika dianggap perlu. Selanjutnya, peneliti memberikan lembaran bacaan yang berisikan ringkasan materi yang pernah dipelajari siswa pada waktu SD. Materi yang dipakai tentang pokok bahasan “ Alat Indra”, kemudian bersama-sama mengidentifikasi konsep-konsep yang terdapat pada lembaran bacaan tersebut. Peneliti memberikan contoh peta konsepnya, dimana pada peta konsep tersebut masih ada konsep-konsep maupun kata untuk menghubungkan antar konsep yang belum diisi, kemudian siswa diminta untuk mengisinya. Setelah itu hasilnya dibahas bersama-sama.
Pertemuan II: tanggal 25 Juli 2006.
xlix
untuk membacanya, kemudian secara berurutan siswa diminta untuk membaca perkalimat dan bersama-sama mengidentifikasi konsep-konsepnya. Setelah 13 konsep yang terdapat pada lembaran bacaan ditemukan, ditentukan kunci konsepnya. Kunci konsep merupakan konsep yang paling umum dan biasanya diletakkan paling atas dalam peta konsep. Kemudian bersama-sama mencari kata yang tepat untuk menghubungkan antar konsep dan membuat pata konsepnya.
Pertemuan III: tanggal 31 Juli 2006.
Siswa masih diberi latihan pengenalan peta konsep. Peneliti memberikan bacaan yang berisi ringkasan materi tentang pokok bahasan “Tata Surya”. Siswa diminta untuk membacanya, mengidentifikasi konsep-konsepnya dan menentukan 15 konsep penting yang terdapat dalam lembar bacaan, mencari kata yang tepat untuk menghubungkan antar konsep, dan membuat peta konsepnya secara mandiri. Kemudian salah seorang siswa diminta untuk maju menuliskan peta konsep yang telah dibuatnya dan dibahas bersama-sama. Apabila terdapat kesalahan konsep atau hubungan antar konsep, maka peneliti menunjukkan di mana letak kesalahannya dan memberikan penjelasan tentang konsep dan hubungan antar konsep yang benar.
Pertemuan IV: tanggal 21 Agustus 2006.
Dilakukan tes pemahaman konsep tentang pokok bahasan Besaran dan Satuan.(soal selengkapnya terdapat pada lampiran 4 halaman 52).
Pertemuan V: tanggal 22 Agustus 2006.
l
konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. (2) dari konsep-konsep tersebut siswa diminta membuat peta konsep secara mandiri.
Pertemuan VI: tanggal 18 September 2006.
Dilakukan tes pemahaman konsep siswa tentang pokok bahasan “Suhu dan Pemuaian”, (soal selengkapnya terdapat pada lampiran 5 halaman 53).
Pertemuan VII: tanggal 19 September 2006.
Siswa membuat peta konsep untuk pokok bahasan “Suhu dan Pemuaian”, dengan langkah-langkah (1) siswa diminta mengingat-ingat kembali konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya, (2) dari konsep-konsep-konsep-konsep tersebut siswa diminta membuat peta konsep secara mandiri.
B. Deskripsi Data
Tabel (4.1)Hasil Perhitungan Skor Tertinggi, Skor Terendah, Mean dan Standar Deviasi Pokok Bahasan “ Besaran dan Satuan serta “Suhu dan Pemuian”
Data Skor Skor Hasil Pemahaman Konsep
Pokok Bahasan I (Xo) 73 51 56,70 4,964
Skor Hasil Kemampuan Membuat Peta Konsep Pokok Bahasan I (Yo)
79 43 60,70 8,993
Skor Hasil Pemahaman Konsep Pokok Bahasan II (X1)
72 47 54,14 6,240
Skor Hasil Kemampuan Membuat Peta Konsep Pokok Bahasan II (Y1)
Perhitungan Mean dan Standar Deviasi dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 12,0.(Perhitungan selengkapnya terdapat dalam lampiran 10 halaman 61).
Tabel (4.2) Diskripsi Frekuensi Pemahaman Konsep Pokok Bahasan “Besaran dan Satuan”
Interval skor Frekuensi
50-55 18
50-55 56-60 61-65 66-70 71-75
Kelas Interval
Frekuensi
Gambar (4.1) Histogram diskripsi frekuensi pemahaman konsep siswa pokok bahasan besaran dan satuan
Tabel (4.3) Diskripsi Frekuensi Kemampuan Membuat Peta Konsep Pokok Bahasan “Besaran dan Satuan”
Interval skor Frekuensi
40-45 1
40-45 46-50 51-55 56-60 61-65 66-70 71-75 76-80
Kelas Interval
Frekuensi
Gambar (4.2) Histogram diskripsi frekuensi kemampuan membuat peta konsep pokok bahasan besaran dan satuan
Tabel (4.4) Diskripsi Frekuensi Pemahaman Konsep Pokok Bahasan “Suhu
dan Pemuaian”
Interval skor Frekuensi
45-50 16
45-50 51-55 56-60 61-65 66-70 71-75
Kelas Interval
Frekuensi
Gambar (4.3) Histogram diskripsi frekuensi pemahaman konsep siswa pokok bahasan suhu dan pemuaian
Tabel (4.5) Diskripsi Frekuensi Kemampuan Membuat Peta Konsep Pokok
Bahasan “Suhu dan Pemuaian”
Interval skor Frekuensi
40-45 1
Gambar (4.4) Histogram diskripsi frekuensi kemampuan membuat peta konsep pokok bahasan suhu dan pemuaian
lv C. Analisis Data
1. Uji Normalitas
a. Pemahaman Konsep Pokok Bahasan Besaran dan Satuan Tabel (4.6) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pem1
N 43
Normal Parameters(a,b) Mean 56,70
Std. Deviation 4,964
Most Extreme Differences Absolute ,141
Positive ,141
Negative -,089
Kolmogorov-Smirnov Z ,923
Asymp. Sig. (2-tailed) ,362
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Pada kolom variabel Pem 1 terdapat nilai Kolmogorov Smirnov = 0,923 dengan probabilitas 0,362 (Asymp. Sig(2-tailed)). Persyaratan data tersebut normal jika probabilitas atau P > 0,05 pada uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov. Oleh karena nilai P = 0,362 atau P > 0,05, maka diketahui bahwa variabel Pem1 pada 43 sampel adalah normal atau memenuhi persyaratan uji normalitas.
b. Kemampuan Membuat Peta Konsep Pokok Bahasan Besaran dan Satuan
Tabel (4.7)One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PK1
N 43
Normal Parameters(a,b) Mean 60,70
Std. Deviation 8,993
Most Extreme Differences Absolute ,091
Positive ,091
Negative -,084
Kolmogorov-Smirnov Z ,598
Asymp. Sig. (2-tailed) ,867
lvi
Pada kolom variabel PK 1 terdapat nilai Kolmogorov Smirnov = 0,598 dengan probabilitas 0,867. Oleh karena nilai P = 0,867 atau P > 0,05, maka diketahui bahwa variabel PK 1 pada 43 sampel adalah normal atau memenuhi persyaratan uji normalitas.
c. Pemahaman Konsep Pokok Bahasan Suhu dan Pemuaian Tabel (4.8)One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pem2
N 43
Normal Parameters(a,b) Mean 54,14
Std. Deviation 6,240
Most Extreme Differences Absolute ,177
Positive ,177
Negative -,126
Kolmogorov-Smirnov Z 1,161
Asymp. Sig. (2-tailed) ,135
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Pada kolom variabel Pem 2 terdapat nilai Kolmogorov Smirnov = 1,161 dengan probabilitas 0,135. Oleh karena nilai P = 0,135 atau P > 0,05, maka diketahui bahwa variabel Pem2 pada 43 sampel adalah normal atau memenuhi persyaratan uji normalitas.
d. Kemampuan Membuat Peta Konsep Pokok Bahasan Suhu dan
Pemuaian
Tabel (4.9) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PK2
N 43
Normal Parameters(a,b) Mean 61,93
Std. Deviation 9,558
Most Extreme Differences Absolute ,126
Positive ,126
Negative -,066
Kolmogorov-Smirnov Z ,825
lvii a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Pada kolom variabel PK 2 terdapat nilai Kolmogorov Smirnov = 0,825 dengan probabilitas 0,504. Oleh karena nilai P = 0,504 atau P > 0,05, maka diketahui bahwa variabel PK 2 pada 43 sampel adalah normal atau memenuhi persyaratan uji normalitas.
2. Uji Homogenitas
a. Pemahaman Konsep dan Kemampuan Membuat Peta Konsep Pokok Bahasan Besaran dan Satuan
Tabel (4.10) Test of Homogeneity of Variance Pem 1 dan PK 1
Pada hasil tes homogenitas varian (test of homogeneity of variance) angka signifikansi yang ada adalah untuk probabilitas berdasarkan mean (Based On Mean) = 0,229, berdasarkan median (Based On Median) = 0,328, probabilitas
berdasarkan median dan derajat kebebasan (Based On Median and With Adjusted df) = 0,332 dan probabilitas berdasarkan tritmen mean (Based On Trimmed Mean)
lviii
b. Pemahaman Konsep dan Kemampuan Membuat Peta Konsep Pokok Bahasan Suhu dan Pemuaian
Tabel (4.11) Test of Homogeneity of Variance Pem 2 dan PK 2
Pada hasil tes homogenitas varian (test of homogeneity of variance) angka signifikansi yang ada adalah untuk probabilitas berdasarkan mean (Based On Mean) = 0,087, berdasarkan median (Based On Median) = 0,196, probabilitas
berdasarkan median dan derajat kebebasan (Based On Median and With Adjusted df) = 0,203 dan probabilitas berdasarkan tritmen mean (Based On Trimmed Mean)
= 0,094. Oleh karena probabilitas > 0,05; maka dapat diketahui bahwa Pem 1 memiliki varian yang homogen atau data berasal dari populasi-populasi dengan varian sama.
Tabel (4.12) Hasil Uji Normalitas dan Hasil Uji Homogenitas
No Variabel Hasil Uji
Normalitas
Hasil Uji Homogenitas 1 Pemahaman Konsep Pokok Bahasan
“Besaran dan Satuan” Normal Homogen
2 Kemampuan Membuat Peta Konsep Pokok
Bahasan “Besaran dan Satuan” Normal Homogen
3 Pemahaman Konsep Pokok Bahasan
“Besaran dan Satuan” Normal Homogen
4 Kemampuan Membuat Peta Konsep Pokok
lix
3. Korelasi antara Tes Pemahaman Konsep dengan Kemampuan
Membuat Peta Konsep
Dari analisis korelasi diperoleh hasil seperti pada tabel:
Tabel (4.13) Hasil Korelasi Antara Tes Pemahaman dengan Kemampuan Membuat Peta Konsep
Pokok Bahasan
Besar Sampel Harga df (degree of freedom)
Harga robs Harga rcrit
I 43 41 0,513 0,304
II 43 41 0,537 0,304
(analisis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11 dan 12 halaman 62-65) D. Pembahasan
lx
E. Keterbatasan peta konsep sebagai alat untuk mengukur pemahaman konsep siswa.
lxi BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data terdapat korelasi antara pemahaman konsep dengan kemampuan membuat peta konsep, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa:
Peta konsep dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk mengukur pemahaman siswa tentang konsep-konsep fisika yang
sedang dipelajari.
B. Saran
Sejalan dengan hasil penelitian di atas maka peneliti menyarankan:
1. Disamping dengan tes, guru juga menggunakan peta konsep untuk mengukur pemahaman konsep siswa.
2. Bila akan dilakukan penelitian menggunakan peta konsep, siswa harus sudah terampil membuat peta konsep dari konsep-konsep yang telah dipelajari. 3. Selanjutnya dapat juga dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah peta
lxii
DAFTAR PUSTAKA
Berg , Euwe Van den (ed), 1991; Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi, Salatiga: Universitas Kristen
Setya Wacana.
Kartika Budi, Fr. Y. 1987; “Konsep : Pembetukan dan penenemannya” Sumbangan Pikiran Terhadap Pendidikan Matematika dan Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Kartika Budi, Fr. Y. 1990; Peta dan Pemetaan Konsep Serta Peranannya Dalam Kegiatan Belajar
Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), dalam Widya Dharma. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Kartika Budi, Fr. Y. 1992; Pemahaman Konsep Gaya dan Beberapa Salah konsepsi yang Terjadi,
dalam Widya Dharma. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Dahar , Ratna Willis, 1989; Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Depertemen pendidikan nasional, 2002, Kamus besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Nana Sudjana, 1995; Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suparno, P. 1997; Filsafat Konstuktivisme Dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius.
Tisher, Power dan Endean, 1972; Fundamental Issues In Science Education, John Wiley and Sons
Lampiran 1
Bacaan tentang peta konsep
1. Konsep adalah benda-benda, kejadian-kejadian, situasi-situasi yang memiliki ciri-ciri yang terwakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau simbol.
Konsep dibedakan menjadi tiga kelompok:
Konsep logika matematis, yaitu konsep yang mengacu pada struktur operasi yang dilakukan terhadap obyek. Misalnya: perkalian, pembagian, penjumlahan, pengurangan, dll
Konsep filosafis, yaitu konsep yang berkaitan dengan sifat manusia. Misalnya: senang, jatuh cinta, jujur, kagum, dll
Konsep fisis, yaitu konsep yang mengacu pada (a) obyek, (b) sifat yang menyatu pada obyek, (c) proses yang terjadi pada obyek, (d) relasi antara konsep yang satu dengan konsep yang lain.
2. Dalam fisika, konsep adalah segala hal yang sudah ada mengenai benda-benda, gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa dan ciri-ciri yang menjadi obyek dalam proses pembelajaran fisika, dan penerapannya untuk berbagai kepentingan. Dari ketiga konsep diatas, dalam pembelajaran fisika yang dibahas adalah konsep fisis.
Konsep yang mengacu pada obyek ada dua jenis, yaitu konkret dan abstrak. Konsep yang mengacu pada obyek yang konkret, misalnya: magnet, lensa, zat cair, cahaya, dll. Sedangkan konsep yang mengacu pada obyek yang abstrak misalnya: suhu, kalor, frekuensi, medan magnet, dll;
Konsep yang mengacu pada sifat yang mengacu pada obyek. Misalnya: massa, panjang, intensitas cahaya, panjang gelombang, dll.
Konsep yang mengacu pada proses. Misalnya: pemuaian, pembiasan, mencair, membeku, dll.
Relasi antara konsep yang satu dengan konsep yang lain, misalnya: “bila kawat berada didalam medan magnet dialiri arus listrik maka kawat tersebut akan mengalami gaya.
3. Setiap konsep tidak berdiri sendiri, melainkan berhubungan dengan konsep-konsep yang lainnya. Hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain dapat digambarkan dalam apa yang disebut PETA KONSEP. Peta konsep adalah peta (jaringan, diagram) yang memuat konsep-konsep dan hubungannya. Contoh peta konsep yang paling sederhana terdiri dari dua konsep dan satu hubungan seperti pada gambar berikut:
Dapat berujud Padat
Zat
Peta konsep tersebut memuat konsep zat dan konsep padat. Hubungannya adalah zat dapat berujud padat. Contoh peta konsep yang lebih komplek:
dapat berujud
Padat Cair Gas
Zat
4. Peta konsep dapat menyatakan hubungan hierarkis antara konsep yang satu dengan konsep yang lain. Dalam peta konsep yang demikian dapat ditunjukkan mana konsep yang paling umum dan mana konsep yang paling khusus. Biasanya konsep yang paling umum diletakkan paling atas, sedangkan konsep yang paling khusus diletakkan paling bawah.
5. Bila ada dua orang yang membuat peta konsep mengenai suatu teori yang sama, tidak dapat diharapkan hasilnya adalah peta konsep yang sama. Bahkan hampir dapat dipastikan bahwa hasil peta konsep antara dua orang itu berbeda. Hal itu dikarenakan kekayaan akan konsep-konsep dari kedua orang tersebut mungkin berbeda, keluasanya dan kedalaman akan pemahaman konsep beserta hubungannya mungkin juga berbeda.
6. Pemetaan konsep adalah proses untuk menghasilkan peta konsep. Dalam membangun sebuah konsep diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
Mengidentifikasi semua konsep yang akan dipetakan.
Mengurutkan konsep-konsep tersebut dari yang paling umum ke yang paling khusus (jika peta konsep akan dibuat hierarkis).
Menyusun/menuliskan konsep-konsep itu di atas kertas. Memetakan konsep-konsep itu berdasarkan kriteria: konsep yang paling umum dipuncak, konsep-konsep yang berada pada tingkatan yang sama diletakkan sejajar satu sama lain, konsep yang lebih khusus dibawah konsep yang lebih umum.
Menetapkan hubungan yang mungkin antar konsep yang satu dengan konsep yang lain dengan mencari kata-kata penghubung yang dapat menghubungkannya, membuat garis penghubung dan menuliskan hubungan pada garis penghubung tersebut.
Jika peta konsep sudah selesai, perhatikan kembali letak konsep-konsepnya dan kalau perlu diperbaiki atau disusun kembali agar menjadi lebih baik dan berarti sehingga peta dapat mudah dibaca dan dianalisis.
lxv Lampiran 2
ALAT INDERA
Manusia memiliki lima jenis alat indera yang disebut panca indera. Mata merupakan indera penglihatan. Bagian-bagian yang melindungi mata adalah alis mata, kelompok mata dan bulu mata. Bagian-bagian mata yang berperan penting dalam fungsi penglihatan adalah kornea, iris, lensa, badan bening, retina, dan saraf mata. Mata juga dilengkapi dengan kelenjar air mata dan otot mata. Buta warna merupakan penyakit keturunan.
Telinga merupakan indera pendengaran. Telinga terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Tuli bisa disebabkan pecahnya gendang telinga, tersumbatnya lubang telinga, rusaknya saraf pendengaran atau pengapuran tulang pendengaran.
Lidah merupakan indera pengecap (parasa). Bagian-bagian lidah yang peka terhadap rasa adalah ujung lidah, tepi lidah dan pangkal lidah. Lidah berfungsi sebagai alat bicara dan pengatur letak makanan.
Hidung merupakan indera pembau. Hidung juga berfungsi sebagai jalan pernafasan. Kulit merupakan indera peraba. Kulit juga berfungsi sabagai pelindung tubuh.
MAGNET
Magnet dapat menarik benda-benda yang terbuat dari besi atau baja. Benda-benda yang dapat dibuat menjadi magnet disebut feromagnetik dan benda-benda yang tidak dapat dibuat menjadi magnet disebut diamagnetik. Gaya tarik menarik dapat menembus benda sampai ketebalan tertentu. Gaya tarik magnet tergantung pada kekuatan magnet. Magnet mempunyai dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Kutub yang senama tolak-menolak, sedangkan kutub yang tak senama tarik menarik.
Magnet batang yang digantung secara seimbang dengan tali dan dibiarkan bebas berputar dapat digunakan sebagai kompas sederhana. Kekuatan gaya tarik magnet yang paling besar terletak pada kutub-kutubnya. Jangkauan tarikan magnet tergantung pada kekuatan magnet. Medan magnet adalah daerah disekitar magnet yang masih dipengaruhi gaya magnet.
lxvi TATA SURYA
Tata surya adalah susunan benda-benda langit yang terdiri dari matahari dan planet-planet yang mengelilinginya dengan matahari sabagai pusatnya. Ada sembilan planet dalam tata surya yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan pluto. Planet yang mempunyai lintasan terdekat ke matahari adalah Merkurius. Planet yang mempunyai lintasan terjauh ke matahari adalah Pluto dan sekaligus merupakan planet terkecil. Bumi merupakan planet terdekat ketiga ke matahari dan merupakan satu-satunya planet yang dihuni makhluk hidup. Yupiter adalah planet terbesar dalam keluarga tata surya.
Meteoroid adalah benda-benda langit berukuran kecil yang melanyang-layang di angkasa dengan kecepatan tinggi dan tidak mempunyai lintasan tertentu. Meteor adalah meteoroid yang tertarik oleh planet dan berpijar karena bergeseran dengan atmosfer planet yang menariknya. Meteor sering juga disebut bintang jatuh atau bintang beralih. Meteorit adalah meteor yang telah sampai di permukaan bumi.
Lampiran 3
lxviii Lampiran 4
Instrumen soal tes pemahaman materi “Besaran dan Satuan” 1. a. Apa yang dimaksud dengan besaran?
b. Apakah warna bunga termasuk besaran? Mengapa? 2. Nyatakanlah 2500m dalam kilometer dan dalam sentimeter
3. Mengapa dalam suatu pengukuran diperlukan suatu sistem satuan yang berlaku internasional?
4. Manakah yang termasuk besaran pokok dan besaran turunan? a.Panjang f. Volum
b.Massa g. Massa jenis c.Waktu h. Gaya d.Jarak i. Kecepatan e.Luas j. Percepatan
5. Manakah yang termasuk satuan baku dan satuan tak baku? a.Jengkal d. Meter
b.Kilogram e. Hasta c.Centimeter f. Depa
6. Jika Pak Amir memiliki sawah seluas 100 hektar, berapa luasnya jika dinyatakan dalam m2? (1 hektar = 1 hm2)
7. Sebuah buku yang memiliki 400 halaman diukur tebalnya 2,0 cm. berapakah tebal dari tiap lembar kertas dalam mm?
8. a. Jika 1 pascal = 1 N/m2, nyatakanlah 0,01 KN/cm2 dalam pascal. b. Jika 1 watt = 1 J/s, nyatakanlah 3 KJ/menit dalam watt.
9. Bagaimana cara Anda mengukur volume sebuah gunting kecil dengan menggunakan :
a. Sebuah gelas pengukur?
b.Sebuah gelas berpancur dan sebuah gelas pengukur? 10. Dari soal no 16 diatas manakah yang lebih teliti: (a) atau (b)?
Instrumen soal tes pemahaman materi “Suhu dan Pemuaian”
1. a. Apa yang dimaksud dengan suhu?
b. Dapatkah perasaanmu mengukur suhu dengan tepat. Jelaskan!
2. Manakah yang termasuk karakteristik termometer alkohol dan termometer raksa
a. Memiliki pemuaian seragam b.Membasahi kaca
c. Bereaksi cepat terhadap perubahan suhu d.Memiliki titik didih tinggi
e. Memiliki titik beku rendah f. Murah
g.Cairan yang aman
3. Mengapa untuk mengukur suhu di daerah kutub digunakan termometer alkohol? Mengapa tidak digunakan termometer raksa?
4. Mengapa gelas tebal yang diisi dengan air mendidih dapat retak? 5. Jelaskan mengapa:
a. Kawat telpon didesain kendor di antara dua tiang.
b. Salah satu ujung jembatan ditopang di atas roda dan diberi celah.
6. Diagaram di bawah ini menunjukkan sebuah keping bimetal pada suhu normal.
Perunggu
Invar
a. Apa yang terjadi jika keping bimetal ini dipanaskan? b. Mengapa peristiwa itu terjadi? Jelaskan jawabanmu!
7. Jelaskan mengapa cairan yang digunakan dalam termometer haruslah suatu cairan yang merupakan konduktor panas yang baik!
8. Sebutkan 5 alasan mengapa air tidak digunakan untuk mengisi tabung termometer?
9. Di Bedugul, Bali, seorang turis mendengar siaran radio yang menyatakan bahwa suhu hari ini akan mencapai 15o C. berapakah suhu ini dalam :
a. Skala Kelvin b. Skala Fahrenheit
10. Berilah angka yang ditunjukkan oleh titik tetap atas dan titik tetap bawah pada:
a. Slaka Celsius b. Skala Fahrenheit c. Skala Kelvin
Lampiran 6
Contoh salah satu peta konsep yang benar dan penskorannya
Penskoran :
Hubungan 5 x 5 = 25 Hierarki 2 x 10 = 20 Skor total 45 Ket:
Warna merah : hubungan Warna biru : hierarki
Lampiran 7
Peta konsep yang dibuat siswa dan penskorannya untuk materi besaran dan satuan
Penskoran :
Hubungan 9 x 5 = 45 Hierarki 3 x 10 = 30 Contoh 2 x 2 = 4 Skor total 79 Ket:
Warna merah : hubungan Warna biru : hierarki
Penskoran :
Hubungan 4 x 5 = 20
Hirarki 2 x 10 = 20
Ada contoh dan benar 1 x 2 = 2 Ada contoh dan salah 1 x 1 = 1
Skor total 43
Ket:
Warna merah : hubungan Warna biru : hierarki
Lampiran 8
Penskoran :
Hubungan yang benar 4 x 5 = 20 Hubungan yang salah 3 x 1 = 3
Hirarki 2 x 10 = 20
Skor total 43
Ket:
Warna merah : hubungan Warna biru : hierarki
lxxviii
Lampiran 11
Perhitungan korelasi secara manual antara pemahaman siswa dengan kemampuan menyusun peta konsep
Meteri : “Besaran dan Satuan”
38 54 68 3672 2916 4624 39 53 46 2438 2809 2116 40 58 55 3190 3364 3025 41 50 56 2800 2500 3136 42 55 57 3135 3025 3249 43 58 63 3654 3364 3969
∑ = 2438 = 2610 = 148943 = 139264 = 161818 Jumlah siswa (N) = 43
lxxx
Lampiran 12
Perhitungan korelasi secara manual korelasi antara pemahaman siswa dengan kemampuan menyusun peta konsep
Meteri : “Suhu dan Pemuaian”