DAMPAK PEMECAHAN SAHAM TERHADAP LABA DAN
HARGA SAHAM
Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Selama Periode Tahun 2000 – 2001
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh: RAINY NIM: 002114122
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...…..………. v
ABSTRAK... vi
ABSTRACK... vii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvii
BAB I PENDAHULUAN...………. 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 4
C. Batasan Masalah... 4
D. Tujuan Penelitian...… 5
E. Manfaat Penelitian... ...… 5
BAB II LANDASAN TEORI... 7
A. Studi Peristiwa (event study)... 7
B. Pemecahan Saham (stock split)... 8
C. Telaah Studi Atas Pemecahan Saham...… 12
D. Laba (earning)... ... 14
E. Harga Saham.. ... 17
F. Return Tidak Normal (abnormal return)... 18
G. Perumusan Hipotesa.. ... 23
BAB III METODA PENELITIAN ... 24
A. Jenis Penelitian... 24
B. Populasi dan Sampel... 24
C. Tempat dan Waktu Penelitian... 25
D. Data yang Diperlukan ... 25
E. Teknik Pengumpulan Data... 26
F. Teknik Analisis Data... 26
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 37
A. Bursa Efek Jakarta... 37
B. Data Perusahaan... 38
C. Laba... 40
D. Harga Saham... 40
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 50
A. Analisis Data... 50
B. Pembahasan... ... 54
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.... ... 58
A. Kesimpulan.... ... 58
B. Saran... 58 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Tabel 4.1: Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitiaan
pada tahun 2000-2001... 39 2. Tabel 4.2: Laba kotor perusahaan yang menjadi sampel dalam
penelitian pada tahun 2000-2001... 41 3. Tabel 4.3: Laba operasi perusahaan yang menjadi sampel dalam
penelitian pada tahun 2000-2001... 42 4. Tabel 4.4: Laba sebelum pajak perusahaan yang menjadi sampel
dalam penelitian pada tahun 2000-2001... 43 5. Tabel 4.5: Laba bersih perusahaan yang menjadi sampel dalam
penelitian pada tahun 2000-2001... 44 6. Tabel 4.6: Laba per lembar saham perusahaan yang menjadi
sampel dalam penelitian pada tahun 2000-2001... 45 7. Tabel 4.7: Harga saham 10 hari sebelum pemecahan saham
perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian pada tahun
2000-2001... 46 8. Tabel 4.8: Harga saham 10 hari setelah pemecahan saham
perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian pada tahun
9. Tabel 4.9: IHSG 10 hari sebelum pemecahan saham perusahaan
yang menjadi sampel dalam penelitian pada tahun 2000-2001... 48 10. Tabel 4.10: IHSG 10 hari setelah pemecahan saham perusahaan
yang menjadi sampel dalam penelitian pada tahun 2000-2001... 49 11. Tabel 5.1: Ringkasan hasil olahan SPSS rata-rata perubahan
laba, abnormal return dan Cummulative Abnormal Return
(CAR) sebelum pemecahan saham dan setelah pemecahan
ABSTRAK
DAMPAK PEMECAHAN SAHAM TERHADAP LABA DAN
HARGA SAHAM
Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Selama Periode Tahun 2000 – 2001
RAINY
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2004
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pemecahan saham terhadap laba dan harga saham. Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi empiris di Bursa Efek Jakarta. Pada penelitian ini, peristiwa yang dipilih untuk diamati adalah peristiwa pemecahan saham pada tahun 2000-2001.
Sampel yang diambil adalah perusahaan-perusahaan yang melakukan pemecahan saham selama tahun 2000-2001, yaitu sebanyak 31 perusahaan. Pengumpulan data dilakukan dengan pencatatan terhadap data yang sudah dipublikasikan oleh Bursa Efek Jakarta. Teknik analisis data yang digunakan dalam menjawab permasalahan yang ada menggunakan pengujian dua sisi. Periode kejadian penelitian yang digunakan untuk mengukur perubahan laba yaitu selama satu tahun sebelum pemecahan saham dan satu tahun setelah pemecahan saham, kemudian untuk mengukur harga saham yaitu selama 10 hari sebelum pemecahan saham dan 10 hari setelah pemecahan saham.
ABSTRACT
THE EFFECT OF STOCK SPLIT TO EARNINGS AND
STOCK PRICE
An Empirical Study At The Companies Listed At The Jakarta Stock Exchange In Period 2000 – 2001
RAINY
SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA
2004
The aims of this research was to find out the effect of stock split to earnings and stock price. This research was an empirical study on the stock in Jakarta Stock Exchange, and the event was the stock split during 2000 to 2001.
This research examined thirty one companies which have done stock split during 2000 to 2001. The data gathering was conducted by recording the data which had been published by Jakarta Stock Exchange. The technique data analysis to answer the problem formulated used two tailed test. The periods of research event used for measuring change earnings were one year before stock split and one year after stock split, and then for measuring stock price were ten days before stock split and ten days after stock split.
Statistically, the result of this research could prove that there was different means of abnormal return between eight days before stock split and eight days after stock split. This research also prove that there was the different Cummulative
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pasar modal banyak sekali informasi yang dapat diperoleh oleh
investor, baik di publik maupun yang bersifat pribadi (privat). Informasi
tersebut seperti informasi harga saham, volume perdagangan saham,
pengumuman dividen, pengumuman right issue, dan lain-lain. Pengumuman
pemecahan saham (stock split) juga merupakan salah satu informasi yang
dapat diperoleh investor di pasar modal. Informasi ini dapat bermakna jika
keberadaan informasi tersebut menyebabkan investor melakukan transaksi di
pasar modal, transaksi tersebut akan tercermin dalam perubahan harga saham,
volume perdagangan dan indikator atau karakteristik pasar lainnya
(Fatmawati dan Asri, 1999: 93 –94).
Hartono (1998: 320) menyatakan bahwa jika pasar efisien, suatu
pengumuman yang tidak mempunyai nilai ekonomis tidak akan
mengakibatkan reaksi pasar atas pengumuman peristiwa tersebut. Sebaliknya
jika pasar bereaksi untuk pengumuman yang tidak mempunyai nilai
ekonomis, berarti pasar tersebut belum efisien karena tidak dapat
membedakan pengumuman yang berisi informasi ekonomis dengan yang
Harga saham di pasar modal sering bereaksi pada saat pengumuman
pemecahan saham. Reaksi pasar ini sebenarnya bukan disebabkan adanya
pengumuman pemecahan saham tersebut, karena pada kenyataannya
informasi pemecahan saham tidak mempunyai nilai ekonomis. Informasi
pemecahan saham tidak mempunyai nilai ekonomis karena terjadinya
peristiwa pemecahan saham tidak memiliki dampak terhadap aliran kas masa
mendatang. Pemecahan saham hanya mengganti saham yang beredar dengan
jumlah saham yang lebih banyak dengan cara menurunkan nilai pari saham
sedangkan saldo modal saham dan laba ditahan tetap sama. Oleh karena itu,
pemecahan saham tidak mempengaruhi arus kas perusahaan.
Reaksi pasar terhadap peristiwa pengumuman pemecahan saham ini
tidak semata-mata karena pemecahan saham, tetapi karena adanya informasi
lain yang dibawa oleh pengumuman pemecahan saham yang tidak mudah
diduga oleh investor. Informasi lain tersebut seperti informasi bagaimana baik
atau buruknya prospek perusahaan, dan informasi-informasi lainnya sebagai
motivasi investor yang berbagai macam dalam mencari informasi. Pergerakan
harga saham di pasar modal selalu berfluktuasi dan cenderung tidak menentu.
Perubahan harga saham merupakan pencerminan perubahan penilaian
masyarakat terhadap nilai saham perusahaan.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk menguji pengaruh
pemecahan saham antara lain Bar-Yosef dan Brown (1977), dan Asquith
(1989) menemukan adanya reaksi pasar yang positif atas pengumuman
Indonesia penelitian serupa telah dilakukan oleh Ewijaya dan Indriantoro
(1999), hasil penelitiannya menyatakan bahwa reaksi pasar tersebut
sebenarnya bukan karena respon terhadap tindakan pemecahan saham itu
sendiri, namun terhadap prospek perusahaan yang disinyalkan oleh
pemecahan saham tersebut. Sinyal yang ditunjukkan dalam pemecahan saham
tersebut adalah bahwa perusahaan yang melakukan pemecahan saham
merupakan perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik.
Menurut Klein dan Peterson (1989) yang meneliti perkiraan laba
dihubungkan dengan pengumuman pemecahan saham menunjukkan bahwa
perusahaan-perusahaan yang mengumumkan pemecahan saham mengalami
revisi perkiraan laba lebih besar daripada perusahaan-perusahaan yang tidak
mengumumkan pemecahan saham. Adanya revisi perkiraan laba yang besar
menunjukkan bahwa ada peningkatan laba yang luar biasa setelah pemecahan
saham (dikutip dari Anggraini dan Hartono, 2000: 3).
Lakonishok dan Lev (1987) menyatakan bahwa pengumuman
pemecahan saham memberikan informasi adanya peningkatan laba di masa
yang akan datang sehingga informasi tersebut menimbulkan adanya abnormal
return (dikutip dari Miliasih, 2000: 134).
Publikasi atau pengumuman pemecahan saham merupakan studi
peristiwa (event study) yang akan diamati. Studi ini akan menguji apakah
pengumuman pemecahan saham dapat menghasilkan keputusan investasi
yang berbeda antara periode sebelum pemecahan saham dan setelah
Berdasarkan uraian diatas, penulis bermaksud melakukan penelitian
dengan judul: “DAMPAK PEMECAHAN SAHAM TERHADAP LABA
DAN HARGA SAHAM” (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Jakarta Selama periode Tahun 2000-2001).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan rata-rata perubahan laba antara sebelum
pemecahan saham dan setelah pemecahan saham?
2. Apakah terdapat perbedaan rata-rata abnormal return dan Cummulative
Abnormal Return (CAR) antara sebelum pemecahan saham dan setelah
pemecahan saham?
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi penelitian hanya pada
peristiwa pengumuman pemecahan saham terhadap perubahan laba dan
perubahan harga saham yang dipublikasikan oleh perusahaan. Focus
penelitian ini adalah saham-saham perusahaan yang terdaftar di PT. Bursa
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata perubahan laba
antara sebelum pemecahan saham dan setelah pemecahan saham.
2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata abnormal
return dan Cummulative Abnormal Return (CAR) antara sebelum
pemecahan saham dan setelah pemecahan saham.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Investor.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam melakukan investasi yang tepat dan menguntungkan dengan
mempertimbangkan laba dan harga saham akibat pemecahan saham.
2. Bagi Universitas sanata Dharma.
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan mampu
menambah wacana bagi pengembangan ilmu dan penelitian di bidang
keuangan, khususnya peristiwa pemecahan saham di pasar modal.
3. Bagi peneliti.
Studi ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman tentang
pasar modal dan mampu meningkatkan pemahaman tentang dampak
pemecahan saham terhadap laba dan harga saham sebagai sarana untuk
F. Sistematika Penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
2. BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang relevan dengan
permasalahan yang ada dalam penelitian dan diharapkan dapat dijadikan
dasar untuk melakukan penelitian maupun dasar untuk mengolah data.
3. BAB III METODA PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian, populasi dan
sampel, tempat dan waktu penelitian, data yang diperlukan, teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data.
4. BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini menguraikan mengenai sekilas Bursa Efek Jakarta, data
perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini, data laba, data
harga saham dan data Indeks Harga Saham Gabungan.
5. BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan mengenai analisis data dan pembahasan dari
penelitian yang telah dilakukan.
6. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan penelitian, saran-saran
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Studi peristiwa (event study)
Studi peristiwa adalah studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap
suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu
pengumuman (Hartono, 1998: 318). Sedangkan menurut Peterson (1998),
studi peristiwa adalah suatu pengamatan mengenai pergerakan harga saham di
Pasar Modal untuk mengetahui apakah ada abnormal return yang diperoleh
pemegang saham akibat dari suatu peristiwa tertentu (dikutip dari
Suryawijaya dan Setiawan, 1998).
Adapun manfaat dari studi peristiwa (Hartono, 1998: 318), yaitu:
1. Dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information
content) dari suatu pengumuman. Reaksi pasar akibat pengumuman
tersebut akan tercermin pada perubahan harga dari sekuritas yang
bersangkutan. Reaksi ini diukur dengan menggunakan abnormal return.
Suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan
memberikan abnormal return kepada pasar, begitu juga sebaliknya yang
tidak mempunyai kandungan informasi, tidak memberikan abnormal
return kepada pasar.
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk setengah kuat jika tidak ada
investor yang dapat memperoleh abnormal return dari informasi yang
diumumkan atau jika memang ada abnormal return, pasar harus bereaksi
dengan cepat untuk menyerap abnormal return untuk menuju ke harga
keseimbangan.
Pengujian kandungan informasi dan pengujian efisiensi pasar bentuk
setengah kuat merupakan dua pengujian yang berbeda. Ada dua unsur pokok
yang merupakan ciri utama pasar modal yang efisien dalam bentuk setengah
kuat adalah:
1. Tersedianya informasi yang relevan.
2. Harga disesuaikan secara cepat terhadap informasi baru.
Pemecahan saham merupakan studi peristiwa karena peristiwa
pemecahan saham dapat memberikan informasi yang relevan dan dengan
adanya peristiwa pemecahan saham menimbulkan reaksi yang cepat terhadap
harga saham di pasar modal.
B. Pemecahan Saham (stock split)
Pemecahan saham merupakan fenomena yang membingungkan. Secara
sederhana, pemecahan saham berarti memecah selembar saham menjadi n
lembar saham. Pemecahan saham mengakibatkan bertambahnya jumlah
lembar saham yang beredar tanpa transaksi jual beli yang mengubah besarnya
modal. Harga per lembar saham baru setelah pemecahan saham adalah
salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk membentuk harga
saham perusahaan (Marwata, 2001: 152).
Berdasarkan hasil penelitian empiris studi peristiwa pemecahan saham
oleh peneliti terdahulu, pemecahan saham tidak mempunyai nilai ekonomis
karena pemecahan saham tidak mengubah saldo modal saham dan saldo laba
ditahan, artinya struktur dan total ekuitas pemegang saham tidak berubah.
Tetapi mengapa perusahaan melakukan pemecahan saham, alasannya adalah
berhubungan dengan sinyal yang akan disampaikan oleh perusahaan ke
publik (Marwata, 2001: 390).
Adapun alasan-alasan dibalik pemecahan saham (dikutip dari Merry,
2000), yaitu:
1. Untuk menyesuaikan harga pasar dari saham perusahaan pada tingkat
dimana lebih banyak individu dapat menginvestasikan dalam saham.
2. Untuk menyebarkan dasar pemegang saham dengan meningkatkan jumlah
saham yang beredar dan membuatnya lebih dapat dipasarkan.
3. Untuk menguntungkan pemegang saham yang ada dengan memungkinkan
mereka untuk mengambil manfaat dari suatu penyesuaian pasar yang
tidak sempurna setelah pemecahan saham tersebut.
Pemecahan saham diyakini dapat memberikan berbagai manfaat bagi
sebagian pihak khususnya para emiten, manfaat tersebut yaitu:
1. Menurunkan harga saham yang kemudian akan membantu meningkatkan
daya tarik investor untuk membeli saham.
3. Mengubah para investor odd lot (investor yang membeli saham dibawah
500 lembar atau satu lot) menjadi investor round lot (investor yang
membeli saham minimal 500 lembar atau satu lot).
Pemecahan saham biasanya dilakukan setelah harga saham tertentu
mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pemecahan saham merupakan
salah satu cara yang dilakukan emiten untuk mempertahankan agar sahamnya
tetap berada dalam rentan perdagangan yang optimal, sehingga daya beli
investor meningkat terutama untuk investor kecil.
Menurut Ewijaya dan Indriantoro (1999: 55), pemecahan saham (stock
split) adalah perubahan nilai nominal per lembar saham dan penambahan
jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahan saham (split
factor). Pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham yang dapat dilakukan,
yaitu:
1. Pemecahan naik (split up) adalah penurunan nilai nominal per lembar
saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar.
Misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecahan 2:1, 3:1, dan 4:1.
2. Pemecahan turun (split down) adalah peningkatan nilai nominal per
lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya
pemecahan turun dengan faktor pemecahan 1:2, 1:3, dan 1:4.
McGough (1993) mengatakan bahwa pasar modal Amerika
membedakan pemecahan saham menjadi dua (dikutip dari Ewijaya dan
1. Pemecahan saham sebagian (partial stock split) adalah tambahan
distribusi saham yang beredar sebesar 25 % atau lebih tetapi kurang dari
100 % dari jumlah saham beredar yang lama.
2. Pemecahan saham penuh (full stock split) adalah tambahan distribusi
saham yang beredar sebesar 100 % atau lebih dari jumlah saham beredar
yang lama.
Ada dua dasar teori yang sering dipakai dalam menjelaskan motivasi
pemecahan saham, yaitu signaling theory dan trading range theory. Menurut
signaling theory, Bar-Josef dan Brown (1997) menyatakan bahwa pemecahan
saham memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan
return masa depan. Return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan
merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang.
Pengumuman pemecahan saham dianggap sebagai sinyal yang diberikan oleh
manajemen kepada publik bahwa perusahaan memiliki prospek yang bagus di
masa depan (dikutip dari Marwata, 2001: 153).
Copeland (1979: 116) menyatakan bahwa salah satu gambaran yang
menunjukkan prospek bagus adalah kinerja keuangan yang bagus. Perusahaan
yang melakukan pemecahan saham biasanya memerlukan biaya (seperti biaya
administrasi, dan lain-lain), oleh karena itu hanya perusahaan yang
mempunyai prospek bagus yang mampu melakukannya (dikutip dari
Marwata, 2001: 153).
Sedangkan menurut trading range teory, menyatakan bahwa
sudah terlalu mahal. Ikenberry (1996) menyatakan bahwa pemecahan saham
akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Menurut teori ini, harga
saham yang terlalu tinggi (overprice) menyebabkan kurang aktifnya saham
tersebut diperdagangkan. Dengan adanya pemecahan saham, harga saham
menjadi tidak terlalu tinggi sehingga akan semakin banyak investor yang
mampu bertransaksi (dikutip dari Marwata, 2001: 531).
Fatmawati dan Asri (1999: 106) mengemukakan bahwa keinginan
manajemen perusahaan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham
didukung oleh adanya pandangan bahwa perusahaan yang melakukan
pemecahan saham akan menambah daya tarik investor akibat penurunan
harga saham pada saat pemecahan saham.
C. Telaah Studi Atas Pemecahan Saham
Asquith (1989) menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan
pemecahan saham mengalami peningkatan laba yang signifikan untuk empat
tahun sebelum pemecahan saham dilakukan. Peningkatan terbesar terjadi
pada satu tahun sebelum pemecahan saham dan terus meningkat selama tahun
dilakukannya pemecahan saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemecahan saham mempunyai dampak terhadap harapan investor akan sifat
kenaikkan laba (sementara atau tetap) pada saat sebelum dan setelah
pemecahan saham (dikutip dari Khomsiyah dan Sulistyo, 2001: 390).
Perusahaan-perusahaan yang mengalami peningkatan laba yang besar
tahun-tahun selanjutnya, karena perubahan laba yang besar biasanya hanya
sementara dan diikuti penurunan laba. Oleh karena itu jika sebelum
pemecahan saham ada peningkatan laba, investor berpandangan bahwa
peningkatan laba ini tidak akan berlangsung lama.
Penelitian Lakonishok dan Lev (1987) menunjukkan bahwa perusahaan
yang memecah saham menikmati kinerja laba luar biasa selama periode
sebelum pemecahan saham. Hal ini mencerminkan kinerja yang baik dari
perusahaan yang memecah saham. Pertumbuhan laba perusahaan-perusahaan
yang memecah sahamnya berlangsung sampai tahun pertama setelah
pemecahan saham (dikutip dari Anggraini dan Hartono, 2000: 3).
Berbeda dengan penelitian Miliasih (2000) menunjukkan bahwa
pemecahan saham tidak menyebabkan terjadinya kenaikan laba pada periode
setelah pemecahan saham. Hal ini ditunjukkan dengan tidak terdapatnya
perubahan laba yang signifikan pada periode sebelum pemecahan saham dan
setelah pemecahan saham. Begitu juga dengan hasil penelitian Anggraini dan
Hartono (2000) menunjukkan bahwa pada tahun-tahun sebelum pemecahan
saham dan setelah pemecahan saham tidak ada pertumbuhan laba yang
signifikan.
Adanya perbedaan atau perubahan harga saham secara signifikan akan
berhubungan dengan abnormal return pada saat pemecahan saham.
Lakonishok dan Lev (1987) menyatakan bahwa perubahan harga yang terjadi
akibat pemecahan saham akan memberikan informasi adanya abnormal
D. Laba (earning)
Laba adalah selisih lebih pendapatan atas biaya-biaya yang terjadi
sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut. Apabila
biaya lebih besar dari pendapatan maka selisihnya disebut dengan rugi.
Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah
laba akuntansi yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan
biaya. Akuntansi menganggap, laba akuntansi ini dapat menjadi tolok ukur
atau pengukur (measure) kinerja perusahaan dan dapat digunakan investor
atau kreditor untuk memprediksi aliran kas (Suwardjono, 1989: 242).
Informasi laba merupakan informasi yang dibutuhkan oleh para investor
di pasar modal. Informasi laba memiliki banyak manfaat, yaitu:
1. Dapat menilai kinerja manajemen.
2. Membantu mengestimasi kemampuan laba dalam waktu jangka panjang.
3. Memprediksi laba masa depan.
4. Menaksir resiko dalam investasi atau kredit.
Salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan ditunjukkan oleh
besarnya laba dari perusahaan yang bersangkutan. Pada umumnya, investor
akan mengharapkan manfaat dari investasinya dalam bentuk laba, sebab laba
menggambarkan jumlah keuntungan yang diperoleh. Sedangkan jumlah laba
yang akan didistribusikan kepada investor tergantung kebijakan perusahaan.
Laba yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu
sedangkan laba yang rendah menandakan bahwa perusahaan gagal
memberikan kemanfaatan sebagaimana diharapkan pemegang saham
(Mulyono, 2000: 110).
Informasi laba dapat dilihat dalam laporan laba rugi (income statement)
yang merupakan iktisar pendapatan dan biaya suatu perusahaan untuk suatu
jangka waktu tertentu. Laporan laba rugi juga dapat menunjukkan hasil usaha
perusahaan dalam jangka waktu tertentu.
Tabel 2.1
Contoh perhitungan laba rugi secara ringkas di dalam laporan laba rugi (dalam rupiah)
Penjualan Bersih 2.972.413
Harga Pokok Penjualan 1.982.541
_______________ -
Laba (Rugi) Kotor 989.872
Biaya Penjualan 453.028
Biaya Administrasi 350.771 803.799
_____________ + _______________ -
Laba (Rugi) Operasi 186.073
Pendapatan dan Keuntungan Lain 171.410
_______________ +
357.423
Biaya dan Kerugian Lain 126.060
_______________ -
Laba (Rugi) Sebelum Pajak 231.423
Pajak Penghasilan 66.934
_______________ -
Laba (Rugi) Bersih untuk tahun ini 164.489
Laba / lembar saham 1,74
Laba kotor seringkali dianggap sebagai angka-angka yang paling berarti
menentukan persentase dalam hubungannya dengan penjualan dan membuat
perbandingan dengan periode yang lalu (Supranoto, 1986: 395-396).
Laba kotor (gross profit) atau laba bruto merupakan selisih antara
penjualan bersih dengan harga pokok penjualan. Disebut bruto karena jumlah
ini masih harus dikurangi dengan biaya-biaya usaha (Soemarso, 2002: 226).
Menurut Soemarso (2002: 227), laba operasi (operating income) atau
laba usaha (income from operation) merupakan selisih antara laba kotor
dengan biaya usaha. Laba operasi adalah laba yang diperoleh semata-mata
dari kegiatan utama perusahaan.
Laba sebelum pajak (income before taxes) merupakan selisih antara
laba operasi dikurangi pendapatan atau keuntungan lain dan biaya atau
kerugian lain. Sedangkan laba setelah pajak (income after taxes) atau laba
bersih (net profit) merupakan kenaikan bersih terhadap modal. Sebaliknya
jika perusahaan menderita kerugian, maka menjadi rugi bersih (net loss).
Laba per lembar saham (earning per share) atau EPS merupakan
perbandingan antara laba bersih dan rata-rata jumlah saham yang beredar.
Salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan ditunjukkan oleh besarnya
EPS dari perusahaan yang bersangkutan.
Berlaku untuk semua laba, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
Perubahan Laba = Laba tahun n – Laba tahun n-1
_______________________________________
Laba tahun n-1
Perkembangan laba umumnya digunakan sebagai ukuran oleh
perusahaan mengubah pertumbuhan penjualan dan kegiatan operasinya ke
dalam kenaikan penghasilan bagi pemegang saham.
Bagi investor dan analis yang akan melakukan investasi ataupun
memprediksi harga saham, maka laba dan tingkat bunga sangat perlu
dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan. Sedangkan bagi emiten yang
akan meningkatkan harga sahamnya di pasar modal, maka bisa menempuh
langkah memperbaiki kinerja perusahaan dengan cara meningkatkan laba
(Mulyono, 2000: 114).
E. Harga saham
Informasi yang sepenuhnya tercermin pada harga saham akan sangat
berharga bagi para pelaku pasar modal dan institusi yang berkaitan seperti
Bursa Efek Jakarta (BEJ), Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), dan
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Para pelaku pasar modal, khususnya investor
sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga saham suatu perusahaan dan
informasi yang menyebabkan perubahan harga saham tersebut. Beaver (1989)
mengatakan bahwa harga saham menjadi sangat penting bagi investor karena
mempunyai konsekuensi ekonomi (dikutip dari Ewijaya dan Indriantoro,
1999: 56).
Naik turunnya harga saham yang diperdagangkan di lantai bursa
ditentukan oleh kekuatan pasar. Jika pasar melihat bahwa perusahaan penerbit
saham dalam kondisi baik, maka biasanya harga saham perusahaan yang
perusahaan dinilai rendah oleh pasar, maka harga saham juga akan ikut turun
bahkan bisa lebih rendah dari harga di pasar perdana. Dengan demikian,
kekuatan tawar menawar di pasar sekunder antara investor yang lain sangat
menentukan harga saham perusahaan.
Perubahan harga saham akan mengubah nilai pasar kesejahteraan
investor (dikutip dari Mulyono, 2000: 108). Perubahan harga saham dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Perubahan Harga Saham =
1 tahun t Saham
Harga
1 tahun t Saham
Harga tahun t Saham
Harga
F. Return Tidak Normal (abnormal return)
Studi peristiwa menganalisis abnormal return dari sekuritas yang
mungkin terjadi disekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Abnormal return
adalah kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi (actual return)
terhadap return normal (expected return). Jadi abnormal return merupakan
selisih antara return sesungguhnya terjadi dengan expected return (Hartono,
1998: 335-336) sebagai berikut:
AR
i,t= R
i,t- E(R
i,t)
Karena E(R i , t ) = E(Rm ) maka AR i , t = R i , t - E(Rm)
Notasi:
AR i,t : abnormal return saham i pada periode ke-t.
R i,t : actual return saham i pada periode ke-t.
E(Rm,t) : return indeks pasar periode t.
Return adalah suatu indikator yang mengindifikasikan tingkat
pengembalian suatu investasi setelah jangka waktu tertentu. Bila return suatu
investasi semakin besar atau tingkat pengembalian semakin cepat, maka
investor akan cepat pula menikmati keuntungan atas modal yang ditanamkan,
minimal memperoleh kembali modal yang diinvestasikan. Return merupakan
hasil yang diperoleh dari suatu investasi.
Actual return atau return sesungguhnya merupakan return yang terjadi
pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sebelumnya dan dihitung
berdasarkan data historis. Dapat dinyatakan dengan:
R
i ,t=
1 -t i,
1 -t i, t i,
P P -P
Notasi:
R i,t : return saham perusahaan i pada periode t.
P i,t : harga saham penutupan harian perusahaan i pada periode t.
P i,t-1 : harga saham penutupan harian perusahaan i pada periode t-1.
Sedangkan expected return merupakan return yang harus diestimasi dan
diharapkan investor di masa yang akan datang. Kenyataan menghitung hasil
masa depan dan probabilitasnya merupakan hal yang tidak mudah dan
bersifat subyektif. Akibat perkiraan yang subyektif ini, ketidakakuratan akan
terjadi. Untuk mengurangi ketidakakuratan ini, data historis dapat digunakan
Brown dan Warner mengestimasi expected return dengan menggunakan
model estimasi (Hartono, 1998: 336-345) sebagai berikut:
1. Model disesuaikan Rata-rata (mean-adjusted model).
Model ini menganggap bahwa expected return bernilai konstan yang
sama dengan rata-rata actual return sebelumnya selama periode estimasi.
Dirumuskan sebagai berikut:
T R ) (R E
t2
t1 j
t i,
t i,
∑
= =Notasi:
E(R i,t) : expected return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t.
R i,j : actual return sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j.
T : lamanya periode estimasi.
2. Model Pasar (market model).
Perhitungan expected return dengan model pasar ini dilakukan dengan
dua tahap, yaitu (a) membentuk model ekspektasi dengan menggunakan
data realisasi selama periode estimasi dan (b) menggunakan model
ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela.
Model ekspektasi dapat dibentuk dengan menggunakan teknik regresi
dengan persamaan sebagai berikut:
R i,j = αi + βi . Rm j + e i,j
Notasi:
R i,j : actual return sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j.
αi : intercept untuk sekuritas ke-i.
Rm j : return indeks pasar pada periode estimasi ke-j.
e i,j : kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j.
Expected return dari model di atas sebagai berikut:
R i,j = E (αi + βi Rm j + e i,j)
Nilai ekspektasi dari suatu konstanta adalah bernilai konstanta itu sendiri
maka E (α i) dan E (β i Rm j) = β i E (Rm j) dan nilai E (e i,j) = 0, maka
return ekspektasi tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:
E (R i) = αi + βi . E (Rm j)
3. Model disesuaikan Pasar (market-ajusted model).
Model ini dianggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi
return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut.
Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode
estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang
diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.
Elemen pasar yang digunakan sebagai pengukur beta adalah angka
indeks saham-saham yang di Indonesia dikenal sebagai Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). IHSG di BEJ meliputi pergerakan harga-harga untuk
harga saham preferen dan harga saham biasa. IHSG mencakup semua saham
yang tercatat yang sebagian besar aktif diperdagangkan. Dapat dikatakan
bahwa IHSG merupakan return pasar yang dapat menggambarkan keadaan
pasar. Angka IHSG adalah angka-angka yang menjadi ukuran situasi pasar
modal yang dapat digunakan untuk membandingkan peristiwa dan sebagai
Jika digunakan IHSG sebagai indeks pasar, maka return pasar untuk
waktu ke-t dapat dihitung (Hartono, 1998: 162), yaitu sebesar:
E(R
m, t)
=
1 -t 1 -t t IHSG IHSG -IHSG Notasi:
R m, t : return indeks pasar periode t.
IHSG t : Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t.
IHSG t-1 : Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t-1.
Pengujian adanya abnormal return tidak dilakukan untuk tiap-tiap
sekuritas, tetapi dilakukan secara agregat (bersama-sama) dengan menguji
rata-rata abnormal return seluruh sekuritas untuk tiap-tiap hari di periode
peristiwa (Hartono, 1998: 345-346). Dapat dirumuskan dengan:
ARt
=
n ARi,t∑
Notasi:
ARt : rata-rata abnormal return pada periode t.
AR i,t : abnormal return saham ke-i pada periode t.
n : jumlah saham yang diamati.
Beberapa penelitian mengenai studi peristiwa juga menggunakan
akumulasi return tidak normal atau Cummulative Abnormal Return (CAR),
yang merupakan penjumlahan abnormal return hari sebelumnya di dalam
periode peristiwa untuk masing-masing sekuritas (Hartono, 1998: 348).
Dapat dirumuskan dengan:
∑
= = t t a a t, t
i, AR
Notasi:
CAR i,t : Cummulative Abnormal Return (CAR) saham ke-i pada hari ke-t.
AR t,a : abnormal return untuk saham ke-i pada hari ke-a.
a : hari awal periode jendela.
G. Perumusan Hipotesa
Menurut Budiyowono (1993: 183), hipotesa adalah suatu anggapan atau
pendapat yang diterima untuk menjelaskan suatu fakta yang dipakai sebagai
dasar bagi suatu penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan acuan uji
statistik. Pengujian empiris digunakan untuk menguji hipotesis, disebut juga
uji signifikansi. Jika nilai uji terletak di dalam daerah kritis (daerah
penolakan) maka H0 ditolak, yang berarti Ha diterima dan sebaliknya.
Hipotesa tersebut digunakan untuk mengambil keputusan. Hipotesa
harus diuji berdasarkan data penelitian agar keputusan yang diambil tidak
keliru. Perumusan hipotesa dalam penelitian ini adalah:
H1: terdapat perbedaan rata-rata perubahan laba antara sebelum pemecahan
saham dan setelah pemecahan saham.
H2: terdapat perbedaan rata-rata abnormal return dan Cummulative
Abnormal Return (CAR) antara sebelum pemecahan saham dan setelah
BAB III
METODA PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian empiris pada
perusahaan yang terdaftar dan melakukan pemecahan saham (stock split) di
Bursa Efek Jakarta. Objek yang diamati dalam penelitian ini yaitu dampak
pemecahan saham terhadap laba dan harga saham pada perusahaan yang
terdaftar dan melakukan pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta pada tahun
2000-2001.
B. Populasi dan Sampel
Populasi (universe) adalah jumlah keseluruhan dari objek penelitian
yang karakteristiknya hendak diduga. Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Sampel adalah himpunan
objek pengamatan yang dipilih dari populasi yang karakteristiknya hendak
diselidiki dan dianggap dapat mewakili keseluruhan dari populasi. Sampel
dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan pemecahan saham
pada tahun 2000 dan 2001. Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara
purposive sampling, yaitu populasi yang akan dijadikan sampel penelitian
adalah populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai dengan yang
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian ini dilaksanakan di pojok BEJ yang ada di Yogyakarta.
2. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2004.
D. Data yang Diperlukan
Dari data yang telah dikumpulkan dipilih sampel perusahaan yang
ditentukan dengan kriteria sebagai berikut :
1. Data perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan melakukan
pemecahan saham selama Januari 2000-Desember 2001.
2. Perusahaan tidak mengeluarkan kebijakan-kebijakan lain, seperti
pembagian deviden kas, pembagian bonus, bukti right dan merger
(penggabungan usaha). Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya
compounded effect yang disampaikan oleh informasi tersebut (dikutip
dari Merry, 2003: 26).
3. Data tanggal terjadinya transaksi (trading date) perusahaan yang
melakukan pemecahan saham selama Januari 2000-Desember 2001.
4. Data tahunan laba kotor, laba operasi, laba sebelum pajak, laba bersih,
dan laba per lembar saham, masing-masing perusahaan yang menjadi
sampel selama tahun 1998-2002.
5. Data harga saham penutupan harian masing-masing perusahaan selama
10 hari sebelum pemecahan saham dan 10 hari setelah pemecahan saham.
6. Data Indeks Harga Saham Gabungan harian selama 10 hari sebelum
D. Teknik Pengumpulan Data
Sifat data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, teknik
pengumpulan data adalah dokumentasi, yaitu mengumpulkan, mencatat, dan
mendokumentasikan data-data yang diperlukan. Data yang digunakan adalah
data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi yang
dikumpulkan dan diolah oleh suatu otoritas Bursa Efek atau BAPEPAM dan
dipublikasikan melalui JSX Fact Book, JSX Monthly Statistics, JSX Statistics.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam membahas permasalahan
yang terjadi adalah:
1. Untuk menjawab permasalahan pada hipotesis pertama maka:
H1: terdapat perbedaan rata-rata perubahan laba antara sebelum
pemecahan saham dan setelah pemecahan saham.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah:
a. Menghitung perubahan laba untuk semua laba perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian.
t i, Laba
∆
=
1 -t i,
1 -t i, t
i,
Laba Laba -Laba
Notasi:
∆ Laba i,t : perubahan laba perusahaan i pada periode tahun t.
Laba i,t : laba perusahaan i pada periode tahun t.
b. Menghitung rata-rata perubahan laba seluruh saham pada waktu
tertentu. ∆Labai,t
=
n Laba i,t
∑
∆Notasi:
Laba
∆ i,t : rata-rata perubahan laba perusahaan i pada periode t.
∆Laba i,t : perubahan laba perusahaan i pada periode t.
n : jumlah saham yang diamati.
c. Menghitung rata-rata perubahan laba seluruh saham sebelum pemecahan saham dan setelah pemecahan saham.
∆Laba before =
n Laba -1 t n t t before,
∑
= = ∆∆Laba after =
n Laba 1 t n t t after,
∑
= = ∆ Notasi: Laba∆ before : rata-rata perubahan laba sebelum pemecahan saham.
Laba
∆ after : rata-rata perubahan laba setelah pemecahan saham.
∆Laba before,t : perubahan laba sebelum pemecahan saham.
∆Laba after,t : perubahan laba setelah pemecahan saham.
n : jumlah saham yang diamati.
d. Menghitung standar deviasi rata-rata perubahan laba sebelum pemecahan saham dan setelah pemecahan saham.
σ
before =σ
after =(
)
1 -n
Laba -Laba
2 1
t
n t
after after
∑
= =∆ ∆
Notasi:
σbefore : standar deviasi rata-rata perubahan laba sebelum
pemecahan saham.
σafter : standar deviasi rata-rata perubahan laba setelah
pemecahan saham.
Laba
∆ before : rata-rata perubahan laba sebelum pemecahan saham.
Laba
∆ after : rata-rata perubahan laba setelah pemecahan saham.
∆Laba before : perubahan laba sebelum pemecahan saham.
∆Laba after : perubahan laba setelah pemecahan saham.
n : jumlah saham yang diamati.
2. Pengujian Hipotesa:
a. Menentukan formula uji hipotesa.
Ho: tidak terdapat perbedaan rata-rata perubahan laba antara sebelum
pemecahan saham dan setelah pemecahan saham.
Ha: terdapat perbedaan rata-rata perubahan laba antara sebelum
pemecahan saham dan setelah pemecahan saham.
b. Menentukan level of significance ( α ).
Dalam penelitian ini, level of significance (α) sebesar 5%, level of
kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 100% - 95% = 5%, artinya
peneliti memiliki keyakinan dari 100 anggota sampel probabilitas
anggota sampel yang tidak memiliki karakteristik sebesar 5%.Degree
of freedom merupakan derajat kebebasan yang bervariasi tergantung
dari metode yang dipakai dan jumlah sampel yang diperoleh (Singgih,
1999: 153-161). Dirumuskan: (df) = n-k. n adalah jumlah sampel
pengamatan dan k adalah jumlah variabel bebas.
c. Menentukan t tabel.
t tabel dilihat dengan menggunakan dasar level of significance (α) dan
degree of freedom n-1.
d. Menghitung uji statistik t hitung.
Rumus yang digunakan dalam menghitung t adalah sebagai berikut:
t
hitung =n n
Laba
Laba
before 2 after 2
before after
σ
σ
+⋅ ∆ ∆
Notasi:
σbefore : standar deviasi rata-rata perubahan laba sebelum
pemecahan saham.
σafter : standar deviasi rata-rata perubahan laba setelah
pemecahan saham.
Laba
∆ before : rata-rata perubahan laba sebelum pemecahan saham.
Laba
∆ after : rata-rata perubahan laba setelah pemecahan saham.
e. Menentukan kriteria pengujian hipotesis.
H0 diterima dan Ha ditolak jika: -t tabel < t hitung < t tabel.
H0 ditolak dan Ha diterima jika: -t tabel > t hitung atau t tabel < t hitung.
f. Mengambil keputusan.
Membandingkan nilai t hitung dengan t tabel untuk mengambil
keputusan dengan kriteria sebagai berikut:
H0 diterima jika: -t
(
;n-1)
2
α ≤ t ≤ t
(
;n-1)
2
α .
H0 ditolak jika: t < -t
(
;n-1)
2α atau t > t
(
;n-1)
2
α .
Ho ditolak Ho diterima Ho ditolak
-t
(
;n-1)
2α t
(
;n-1)
2
α
g. Mengambil kesimpulan.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pengujian ini adalah:
1). Jika H0 diterima maka, tidak terdapat perbedaan rata-rata
perubahan laba antara sebelum pemecahan saham dan setelah
pemecahan saham.
2). Jika H0 ditolak maka, terdapat perbedaan rata-rata perubahan laba
antara sebelum pemecahan saham dan setelah pemecahan saham.
H2: terdapat perbedaan rata-rata abnormal return dan Cummulative
Abnormal Return (CAR) antara sebelum pemecahan saham dan
setelah pemecahan saham.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah:
a. Menghitung return saham sesungguhnya (actual return).
R
i,t=
1 -t i, 1 -t i, t i,
P
P
-P
Notasi :R i,t : return saham perusahaan i pada periode t.
P i,t : harga saham penutupan harian perusahaan i pada periode t.
P i,t-1 : harga saham penutupan harian perusahaan i pada periode t-1.
b. Menghitung return pasar di sekitar periode pemecahan saham.
E(R
m,t)
=
1 -t 1 -t t IHSG IHSG -IHSG Notasi :
E(R m,t) : return pasar perusahaan i pada periode t.
IHSG i,t : Indeks Harga Saham Gabungan saham i pada periode t.
IHSG i,t-1 : Indeks Harga Saham Gabungan saham i pada periode t-1.
c. Menghitung abnormal return saham.
AR
i,t= R
i,t- E(R
m,t)
Notasi:
AR i,t : abnormal return saham perusahaan i pada periode ke-t.
E(R m,t) : return indeks pasar perusahaan i pada periode t.
d. Menghitung rata-rata abnormal return seluruh saham pada
waktu tertentu. ARt
=
n ARi,t∑
Notasi:
ARt : rata-rata abnormal return pada periode t.
AR i,t : abnormal return saham i pada periode t.
n : jumlah saham yang diamati.
e. Menghitung rata-rata abnormal return seluruh saham sebelum pemecahan saham dan setelah pemecahan saham.
ARbefore
=
n AR -1 t n t t before,
∑
==
AR
after
=
n AR 1 t n t t after,∑
= = Notasi:ARbefore : rata-rata abnormal return sebelum pemecahan saham.
ARafter : rata-rata abnormal return setelah pemecahan saham.
AR before,t : abnormal return sebelum pemecahan saham.
AR after,t : abnormal return setelah pemecahan saham.
n : jumlah saham yang diamati.
f. Menghitung standar deviasi rata-rata abnormal return sebelum pemecahan saham dan setelah pemecahan saham.
σ
before =σ
after =(
)
1 -n AR -AR 2 1 t n t after after∑
= = Notasi:σbefore : standar deviasi rata-rata abnormal return sebelum
pemecahan saham.
σafter : standar deviasi rata-rata abnormal return setelah
pemecahan saham.
ARbefore : rata-rata abnormal return sebelum pemecahan saham.
ARafter : rata-rata abnormal return setelah pemecahan saham.
AR before : abnormal return sebelum pemecahan saham.
AR after : abnormal return setelah pemecahan saham.
n : jumlah saham yang diamati.
g. Menghitung Cummulative Abnormal Return (CAR) sebelum pemecahan saham dan setelah pemecahan saham.
∑
= = t t a a t, ti, AR
CAR
Notasi:
CAR i,t : CAR sekuritas ke-i pada hari ke-t.
AR t,a : abnormal return untuk sekuritas ke-i pada hari ke-a.
a : hari awal periode jendela.
4. Pengujian Hipotesa:
a. Menentukan formula uji hipotesa.
Ho: tidak terdapat perbedaan rata-rata abnormal return dan
Cummulative Abnormal Return (CAR) antara sebelum
pemecahan saham dan setelah pemecahan saham.
Ha: terdapat perbedaan rata-rata abnormal return dan Cummulative
Abnormal Return (CAR) antara sebelum pemecahan saham dan
setelah pemecahan saham.
b. Menentukan level of significance ( α ).
Dalam penelitian ini, level of significance (α) sebesar 5 %, level of
confidance sebesar 95 % dan degree of freedom n-1
c. Menentukan t tabel.
t tabel dilihat dengan menggunakan dasar level of significance (α) dan
degree of freedom n-1.
d. Menghitung uji statistik t hitung.
Rumus yang digunakan dalam menghitung t adalah sebagai berikut:
t hitung =
n n
AR AR
before 2 after 2
before after
σ σ
+ −
Notasi:
σbefore : standar deviasi rata-rata abnormal return sebelum
pemecahan saham.
σafter : standar deviasi rata-rata abnormal return setelah
ARbefore : rata-rata abnormal return sebelum pemecahan saham.
ARafter : rata-rata abnormal return setelah pemecahan saham.
n : jumlah saham yang diamati.
e. Menentukan kriteria pengujian hipotesis.
H0 diterima dan Ha ditolak jika: -t tabel < t hitung < t tabel.
H0 ditolak dan Ha diterima jika: -t tabel > t hitung atau t tabel < t hitung.
f. Mengambil keputusan.
Membandingkan nilai t hitung dengan t tabel untuk mengambil
keputusan dengan kriteria sebagai berikut:
H0 diterima jika: -t
(
;n-1)
2
α ≤ t ≤ t
(
;n-1)
2
α .
H0 ditolak jika: t < -t
(
;n-1)
2α atau t > t
(
;n-1)
2
α .
Ho ditolak Ho diterima Ho ditolak
-t
(
;n-1)
2α t
(
;n-1)
2
α
g. Mengambil kesimpulan.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pengujian ini adalah:
1). Jika H0 diterima maka, tidak terdapat perbedaan rata-rata
abnormal return dan Cummulative Abnormal Return (CAR)
2). Jika H0 ditolak maka, terdapat perbedaan rata-rata abnormal
return dan Cummulative Abnormal Return (CAR) antara sebelum
pemecahan saham dan setelah pemecahan saham.
5. Dilakukan analisis data dengan langkah sama padanomor 1 dan 2.
Hal ini dilakukan untuk menjawab apakah terdapat perbedaan
rata-rata perubahan laba antara sebelum pemecahan saham, pada saat
pemecahan saham dan setelah pemecahan saham, yaitu T=-1 dengan
T=+1, T=-1 dengan T=0 dan T=0 dengan T=+1.
6. Dilakukan analisis data dengan langkah sama padanomor 3 dan 4.
Hal ini dilakukan untuk menjawab apakah terdapat perbedaan
rata-rata abnormal return dan Cummulative Abnormal Return (CAR)
antara sebelum pemecahan saham dan setelah pemecahan saham, yaitu:
a. Untuk abnormal return: H=-9 dengan H=+9, H=-8 dengan H=+8,
H=-7 dengan H=+7, H=-6 dengan H=-6, H=-5 dengan H=+5, H=-4
dengan H=+4, H=-3 dengan H=+3, H=-2 dengan H=+2 dan H=-1
dengan H=+1.
b. Untuk cummulative abnormal return: H=-1-H=-9 dengan
H=+9, H=-1-H=-8 dengan H=+8, H=-1-H=-7 dengan
H=+7, H=-1-H=-6 dengan H=+6, H=-1-H=-5 dengan
H=+5, H=-1-H=-4 dengan H=+4, H=-1-H=-3 dengan
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Bursa Efek Jakarta.
Di Indonesia dewasa ini ada tiga bursa efek yaitu: Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan Bursa Paralel. Bursa Efek yang terbesar dan berkembang sangat pesat adalah Bursa Efek Jakarta atau Jakarta Stock
Excange (JSX). PT. Bursa Efek Jakarta berdiri pada tanggal 4 Desember
1991, dengan 221 perusahaan efek sebagai pemegang sahamnya.
Saham, bukti right, waran, obligasi, dan obligasi konversi adalah jenis-jenis efek yang diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta. Sistim perdagangan di Bursa Efek Jakarta sudah dilakukan secara otomatis. Sistim perdagangan otomatis ini disebut sebagai Jakarta Automated Trading System atau JATS. JATS memungkinkan frekuensi perdagangan saham yang lebih besar dan menjamin perdagangan lebih wajar dan lebih transparan. Dengan JATS, Bursa Efek Jakarta akan siap menghadapi persaingan dalam dunia internasional di masa mendatang.
1. Sektor-sektor usaha primer (ekstratif) yang terdiri dari: a. Sektor 1, yaitu pertanian.
b. Sektor 2, yaitu pertambangan.
2. Sektor-sektor sekunder (industri pengolahan dan manufaktur), terdiri dari: a. Sektor 3, yaitu industri dasar dan kimia.
b. Sektor 4, yaitu aneka industri.
c. Sektor 5, yaitu industri barang konsumsi. 3. Sektor-sektor tersier (jasa), terdiri dari:
a. Sektor 6, yaitu properti dan real-estate. b. Sektor 7, yaitu transportasi dan infrastruktur. c. Sektor 8, yaitu keuangan.
d. Sektor 9, yaitu perdagangan jasa dan investasi.
B. Data Perusahaan
Berdasarkan data yang diperoleh terdapat 37 perusahaan yang melakukan pengumuman pemecahan saham pada periode 2000-2001. Tetapi hanya ada 31 perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel dalam penelitian ini, karena terdapat 6 perusahaan yang mengeluarkan kebijakan selain pemecahan saham, yaitu pembagian deviden kas, pembagian bonus, bukti right dan merger (penggabungan usaha).
C. Laba
Data laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahunan perubahan laba (laba kotor, laba operasi, laba sebelum pajak, laba bersih dan laba per lembar saham) satu tahun sebelum pemecahan saham dan satu tahun setelah pemecahan saham periode tahun 2000-2001 dapat dilihat pada tabel 4.2, 4.3, 4.4, 4.5 dan tabel 4.6.
D. Harga Saham
Data harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah data harian harga saham 10 hari sebelum pemecahan saham dan 10 hari setelah tanggal pemecahan saham periode tahun 2000-2001 dapat dilihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8.
E. Indeks Harga Saham Gabungan
Tabel 4.2
Laba kotor perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian Pada tahun 2000-2001 (dalam 000.000 rupiah)
No Kode Emiten T=-2 T=-1 T=0 T=1
1 TMPI 40069 33285 28923 28114
2 ASIA 7472 589 1317 75
3 APLI 4805 16627 23800 11578
4 ASGR 476143 348870 250372 255698
5 AHAP 287 288 594 1810
6 BASS 5588 36508 80041 91137
7 BHIT 2878 70480 129538 92139
8 FAST 113469 173535 220463 320326
9 INDF 3053998 3681727 3740643 3868523
10 INTA 126828 67402 115057 164943
11 MREI 7162 3891 1573 6358
12 MEDC 965345 834431 1766471 2371116
13 MIRA 4893 8060 14231 21578
14 MITI -115507 -24592 -16783 -13721
15 SONA 68513 76029 122814 138279
16 TIRT 37309 35754 49966 42431
17 UNVR 968552 1810301 2276719 2756531
18 BBCA -4213 602 5125 5
19 RMBA 886 378388 538072 493911
20 CPIN 684204 644745 593297 607903
21 DSFI 40198 80251 66102 47254
22 HMSP 2696511 3097130 4072685 4611435
23 SDPC 35929 53380 45477 45600
24 RALS 426808 612727 772916 917163
25 SRSN 39374 66104 51420 16849
26 SUBA 5333 25344 35894 32404
27 SMPL 31053 40586 28697 7908
28 SIMM 24537 24483 17942 889
29 TBLA 110031 110397 75303 115554
30 TURI 53247 166879 185820 218076
Tabel 4.3
Laba operasi perusahaan yang menjadi sampel pada tahun 2000-2001 (dalam 000.000 rupiah)
No
Kode
Emiten T=-2 T=-1 T=0 T=1
1 TMPI 5934 1114 -7610 -14072
2 ASIA -21115 -13520 -10709 -8946
3 APLI 4142 13200 18522 5076
4 ASGR 295177 176354 48609 54899
5 AHAP 287 288 594 1810
6 BASS 3823 33642 67808 79841
7 BHIT -2399560 69225 129538 92139
8 FAST 1299 24933 32284 33727
9 INDF 2079454 2285037 2396331 2034460
10 INTA 85413 39875 72627 52536
11 MREI 7162 3891 1573 6357
12 MEDC 827910 640242 1459733 2044884
13 MIRA 569 3158 7003 11991
14 MITI -98769 -25256 16783 -13721
15 SONA 18499 13745 47543 34835
16 TIRT 30680 28246 38219 24961
17 UNVR 372542 790712 1018562 1143600
18 BBCA 270 1566798 3115807 3364064
19 RMBA -458 137380 258566 66760
20 CPIN 438047 405270 294331 239202
21 DSFI 13275 43304 22067 -973
22 HMSP 1958319 2052380 2652818 2727495
23 SDPC 2755 2605 -8237 -290
24 RALS 176797 239450 303781 315728
25 SRSN 5356 35344 22387 -13599
26 SUBA 332 2861 -9731 -4274
27 SMPL 25120 32048 17909 -1949
28 SIMM 18380 17763 4343 -6722
29 TBLA 83430 90524 45707 50819
30 TURI 21466 109811 97035 102133
Tabel 4.4
Laba sebelum pajak perusahaan yang menjadi sampel pada tahun 2000-2001 (dalam 000.000 rupiah)
No
Kode
Emiten T=-2 T=-1 T=0 T=1
1 TMPI 12769 5872 3740 203
2 ASIA -119836 -62955 -36085 -29500
3 APLI 2536 17347 4621 5783
4 ASGR -17482 58845 76954 29364
5 AHAP 967 544 1017 2153
6 BASS 3709 33403 57750 49179
7 BHIT -2399560 80893 101860 61111
8 FAST -18970 16725 33205 35016
9 INDF 565623 2100637 1118947 1276340
10 INTA -15446 41359 8120 16878
11 MREI 3341 1902 2273 3576
12 MEDC 580331 437591 1164330 1614979
13 MIRA -46087 -1518 -28218 -2452
14 MITI -115507 -8391 -27592 -14767
15 SONA 824 22615 759 4782
16 TIRT 1770 10601 18275 15261
17 UNVR 299018 782900 1141386 1258256
18 BBCA 234 1604570 3158035 3400066
19 RMBA 841 194273 274178 109970
20 CPIN 390328 200045 181725 206098
21 DSFI 7266 28341 24765 -13943
22 HMSP 2031912 1526834 2218486 2566802
23 SDPC 16383 -8602 -12932 -5780
24 RALS 219886 335887 416054 387212
25 SRSN 8708 10827 22918 -17050
26 SUBA -1749 -3634 6902 -8355
27 SMPL 19103 22355 13821 1454
28 SIMM 16039 25267 6460 -11167
29 TBLA 75191 -37228 -7297 62103
30 TURI 32148 124847 110778 104877
Tabel 4.5
Laba bersih perusahaan yang menjadi sampel pada tahun 2000-2001 (dalam 000.000 rupiah)
No
Kode
Emiten T=-2 T=-1 T=0 T=1
1 TMPI 10841 5042 3358 910
2 ASIA -120190 -49527 -18225 -62615
3 APLI 974 10706 5517 4961
4 ASGR -19077 50207 48609 26673
5 AHAP 676 512 1173 2021
6 BASS 1607 23056 20160 34551
7 BHIT -1315132 80893 96671 50973
8 FAST -18970 12243 26128 25897
9 INDF 150209 1395399 646172 746330
10 INTA -15446 44236 5609 15229
11 MREI 3341 2757 664 3819
12 MEDC 375362 175964 572329 704519
13 MIRA -46103 -3270 -10188 1601
14 MITI -81307 -8840 -19507 -12778
15 SONA 822 18931 2798 6576
16 TIRT 730 7266 12854 10490
17 UNVR 202915 533005 813205 886944
18 BBCA 641 1802233 3119167 2541631
19 RMBA 553 132408 176985 100780
20 CPIN 255538 129307 120208 131476
21 DSFI 5003 19467 17411 -10331
22 HMSP 1412569 1013897 955413 1671084
23 SDPC 5925 -6689 -11354 -4530
24 RALS 208724 257194 320077 299680
25 SRSN 517 17122 14729 -16495
26 SUBA -2847 -3933 3969 -22310
27 SMPL 13018 14957 8849 -2703
28 SIMM 10361 15750 4702 -7256
29 TBLA 71235 1748 -7232 41606
30 TURI 25636 94933 79408 73515
Tabel 4.6
Laba per lembar saham (EPS) perusahaan yang menjadi sampel pada tahun 2000-2001 (dalam rupiah)
No
Kode
Emiten T=-2 T=-1 T=0 T=1
1 TMPI 57 26 7 1
2 ASIA -1252 -258 -23 -78
3 APLI 10 54 4 4
4 ASGR -146 384 15 20
5 AHAP 113 85 196 337
6 BASS 8035 72 122 21
7 BHIT -593 95 43 20
8 FAST -425 274 585 58
9 INDF 82 762 353 82
10 INTA -178 508 64 88
11 MREI 92 76 18 105
12 MEDC 1089 264 172 224
13 MIRA -404 -29 -45 7
14 MITI -1355 -147 -325 -13
15 SONA 5 114 17 20
16 TIRT 83 47 82 17
17 UNVR 2659 6986 10658 1162
18 BBCA 44 612 1049 845
19 RMBA 42 74 33 15
20 CPIN 908 92 85 93
21 DSFI 40 19 19 -11
22 HMSP 1522 1093 212 371
23 SDPC 163 -61 -21 -6
24 RALS 298 184 229 214
25 SRSN 18 78 7 -7
26 SUBA -63 -5 2 -10
27 SMPL 659 90 11 -3
28 SIMM 148 158 5 -7
29 TBLA 356 5 -5 27
30 TURI 92 340 57 53
Lampiran 1
Perhitungan perubahan laba kotor dan rata-rata perubahan laba perusahaan yang menjadi sampel pada tahun 2000-2001 (dalam 000.000 rupiah)
Perubahan laba kotor Rata-rata perubahan laba kotor
No Kode Emiten T=-1 T=0 T=1 T=-1 T=0 T=1
1 TMPI -0.1693 -0.1311 -0.0280 -0.005462 -0.004227 -0.000902 2 ASIA -0.9212 1.2360 -0.9431 -0.029715 0.039871 -0.030421 3 APLI 2.4604 0.4314 -0.5135 0.079366 0.013916 -0.016565 4 ASGR -0.2673 -0.2823 0.0213 -0.008623 -0.009108 0.000686 5 AHAP 0.0035 1.0625 2.0471 0.000112 0.034274 0.066037 6 BASS 5.5333 1.1924 0.1386 0.178493 0.038465 0.004472 7 BHIT 23.4892 0.8379 -0.2887 0.757717 0.027030 -0.009313 8 FAST 0.5294 0.2704 0.4530 0.017076 0.008723 0.014612 9 INDF 0.2055 0.0160 0.0342 0.006630 0.000516 0.001103 10 INTA -0.4686 0.7070 0.4336 -0.015115 0.022807 0.013986 11 MREI -0.4567 -0.5957 3.0420 -0.014733 -0.019217 0.098128 12 MEDC -0.1356 1.1170 0.3423 -0.004375 0.036032 0.011042 13 MIRA 0.6473 0.7656 0.5163 0.020879 0.024698 0.016654 14 MITI -0.7871 -0.3175 -0.1824 -0.025390 -0.010243 -0.005885 15 SONA 0.1097 0.6154 0.1259 0.003539 0.019850 0.004062 16 TIRT -0.0417 0.3975 -0.1508 -0.001344 0.012822 -0.004865 17 UNVR 0.8691 0.2576 0.2107 0.028035 0.008311 0.006798 18 BBCA -1.1429 7.5133 -0.9990 -0.036867 0.242364 -0.032227 19 RMBA 426.0745 0.4220 -0.0821 13.744338 0.013613 -0.002648 20 CPIN -0.0577 -0.0798 0.0246 -0.001860 -0.002574 0.000794 21 DSFI 0.9964 -0.1763 -0.2851 0.032142 -0.005687 -0.009198 22 HMSP 0.1486 0.3150 0.1323 0.004793 0.010161 0.004267 23 SDPC 0.4857 -0.1481 0.0027 0.015668 -0.004776 0.000087 24 RALS 0.4356 0.2614 0.1866 0.014052 0.008433 0.006020 25 SRSN 0.6789 -0.2221 -0.6723 0.021899 -0.007166 -0.021688 26 SUBA 3.7523 0.4163 -0.0972 0.121042 0.013428 -0.003136 27 SMPL 0.3070 -0.2929 -0.7244 0.009903 -0.009449 -0.023369 28 SIMM -0.0022 -0.2672 -0.9505 -0.000071 -0.008618 -0.030660 29 TBLA 0.0033 -0.3179 0.5345 0.000107 -0.010254 0.017243 30 TURI 2.1341 0.1135 0.1736 0.068840 0.003661 0.005600 31 ULTJ 0.2555 0.2285 0.3301 0.008242 0.007372 0.010648
SUM 14.989319 0.495029 0.091362
SUB AVERAGE 0.483526 0.015969 0.002947
Lampiran 2
Perhitungan perubahan laba operasi dan rata-rata perubahan laba operasi perusahaan yang menjadi sampel pada tahun 2000-2001 (dalam 000.000 rupiah)
Perubahan laba operasi Rata-rata perubahan laba operasi
No Kode Emiten T=-1 T=0 T=1 T=-1 T=0 T=1
1 TMPI -0.8123 -7.8312 0.8491 -0.026202 -0.252621 0.027392 2 ASIA -0.3597 -0.2079 -0.1646 -0.011603 -0.006707 -0.005311 3 APLI 2.1869 0.4032 -0.7259 0.070544 0.013006 -0.023418 4 ASGR -0.4025 -0.7244 0.1294 -0.012985 -0.023367 0.004174 5 AHAP 0.0035 1.0625 2.0471 0.000112 0.034274 0.066037 6 BASS 7.7999 1.0156 0.1775 0.251610 0.032761 0.005724 7 BHIT -1.0288 0.8713 -0.2887 -0.033189 0.028105 -0.009313 8 FAST 18.1940 0.2948 0.0447 0.586903 0.009511 0.001442 9 INDF 0.0989 0.0487 -0.1510 0.003189 0.001571 -0.004871 10 INTA -0.5332 0.8214 -0.2766 -0.017198 0.026496 -0.008924 11 MREI -0.4567 -0.5957 3.0413 -0.014733 -0.019217 0.098107 12 MEDC -0.2267 1.2800 0.4009 -0.007312 0.041289 0.012931 13 MIRA 4.5501 1.2175 0.7123 0.146777 0.039276 0.022976 14 MITI -0.7443 -1.6645 -1.8176 -0.024009 -0.053694 -0.058631 15 SONA -0.2570 2.4589 -0.2673 -0.008290 0.079320 -0.008622 16 TIRT -0.0793 0.3531 -0.3469 -0.002559 0.011390 -0.011190 17 UNVR 1.1225 0.2882 0.1228 0.036209 0.009295 0.003960 18 BBCA 5801.9556 0.9886 0.0797 187.159857 0.031892 0.002570 19 RMBA -300.9563 0.8821 -0.7418 -9.708269 0.028456 -0.023929 20 CPIN -0.0748 -0.2737 -0.1873 -0.002414 -0.008830 -0.006042 21 DSFI 2.2621 -0.4904 -1.0441 0.072970 -0.015820 -0.033680 22 HMSP 0.0480 0.2926 0.0282 0.001549 0.009437 0.000908 23 SDPC -0.0544 -4.1620 -0.9648 -0.001756 -0.134258 -0.031122 24 RALS 0.3544 0.2687 0.0393 0.011432 0.008667 0.001269 25 SRSN 5.5990 -0.3666 -1.6075 0.180611 -0.011826 -0.051853 26 SUBA 7.6175 -4.4013 -0.5608 0.245725 -0.141976 -0.018090 27 SMPL 0.2758 -0.4412 -1.1088 0.008897 -0.014232 -0.035769 28 SIMM -0.0336 -0.7555 -2.5478 -0.001083 -0.024371 -0.082186 29 TBLA 0.0850 -0.4951 0.1118 0.002743 -0.015970 0.003608 30 TURI 4.1156 -0.1163 0.0525 0.132761 -0.003753 0.001695 31 ULTJ 0.3417 0.1140 0.1458 0.011022 0.003679 0.004703
SUM 179.051307 -0.318218 -0.155456
SUB AVERAGE 5.775849 -0.010265 -0.005015
Lampiran 3
Perhitungan perubahan laba sebelum pajak dan rata-rata perubahan laba sebelum pajak yang menjadi sampel pada tahun 2000-2001 (dalam 000.000 rupiah)
Perubahan laba sebelum pajak
Rata-rata perubahan laba sebelum pajak
No
Kode Emiten T=-1 T=0 T=1 T=-1 T=0 T=1
1 TMPI -0.5401 -0.3631 -0.9457 -0.017424 -0.011712 -0.030507 2 ASIA -0.4747 -0.4268 -0.1825 -0.015312 -0.013768 -0.005887 3 APLI 5.8403 -0.7336 0.2515 0.188397 -0.023665 0.008112 4 ASGR -4.3660 0.3077 -0.6184 -0.140840 0.009927 -0.019949 5 AHAP -0.4374 0.8695 1.1170 -0.014111 0.028048 0.036033 6 BASS 8.0059 0.7289 -0.1484 0.258256 0.023512 -0.004788 7 BHIT -1.0337 0.2592 -0.4000 -0.033346 0.008361 -0.012905 8 FAST -1.8817 0.9854 0.0545 -0.060699 0.031786 0.001759 9 INDF 2.7138 -0.4673 0.1407 0.087543 -0.015075 0.004537 10 INTA -3.6777 -0.8037 1.0786 -0.118634 -0.025925 0.034793 11 MREI -0.4307 0.1951 0.5733 -0.013894 0.006292 0.018492 12 MEDC -0.2460 1.6608 0.3870 -0.007934 0.053573 0.012485 13 MIRA -0.9671 17.5889 -0.9131 -0.031196 0.567385 -0.029455 14 MITI -0.9274 2.2883 -0.4648 -0.029915 0.073816 -0.014994 15 SONA 26.4454 -0.9664 5.3004 0.853077 -0.031175 0.170980 16 TIRT 4.9893 0.7239 -0.1649 0.160944 0.023351 -0.005320 17 UNVR 1.6182 0.4579 0.1024 0.052201 0.014771 0.003303 18 BBCA 6856.1368 0.9682 0.0766 221.165702 0.031231 0.002472 19 RMBA 230.0024 0.4113 -0.5989 7.419432 0.013268 -0.019320 20 CPIN -0.4875 -0.0916 0.1341 -0.015726 -0.002954 0.004326 21 DSFI 2.9005 -0.1262 -1.5630 0.093564 -0.004070 -0.050420 22 HMSP -0.2486 0.4530 0.1570 -0.008018 0.014613 0.005065 23 SDPC -1.5251 0.5034 -0.5530 -0.049195 0.016238 -0.017840 24 RALS 0.5276 0.2387 -0.0693 0.017018 0.007699 -0.002236 25 SRSN 0.2433 1.1167 -1.7440 0.007850 0.036024 -0.056257 26 SUBA 1.0778 -2.8993 -2.2105 0.034766 -0.093525 -0.071307 27 SMPL 0.1702 -0.3817 -0.8948 0.005491 -0.012314 -0.028864 28 SIMM 0.5753 -0.7443 -2.7286 0.018560 -0.024011 -0.088021 29 TBLA -1.4951 -0.8040 -9.5108 -0.048229 -0.025935 -0.306799 30 TURI 2.8835 -0.1127 -0.0533 0.093016 -0.003635 -0.001718 31 ULTJ 3.6723 -0.2285 -0.1132 0.118462 -0.007370 -0.003651
SUM 229.969808 0.664759 -0.467879