• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN I TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN I TAHUN 2012"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Berita Resmi Statistik Pro insi Bali No 25/05/51/Th III 1 Mei 2012 1  Penyajian (release) Berita Resmi Statistik untuk industri manufaktur dibedakan menjadi Industri Mikro dan

Kecil (IMK) serta Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS).

 Setelah sempat mengalami pertumbuhan positif secara triwulanan (quarter to quarter/q-to-q) sebesar 8,47 persen pada Triwulan IV tahun 2011 lalu, pertumbuhan produksi IMK pada Triwulan I tahun 2012 ini justru mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) sebesar minus 4,25 persen, dan secara tahunan (year on year/y-on-y) juga mengalami pertumbuhan negatif sebesar minus 4,21 persen.

 Berbeda dengan IMK, produksi IBS pada Triwulan I – 2012 (q-to-q) mampu tumbuh 1,44 persen atau lebih tinggi dibanding Triwulan IV – 2011 yang mengalami kontraksi minus 0,79 persen.

 Secara tahunan (year on year/y-on-y), produksi IBS pada Triwulan I – 2012 tercatat tumbuh 6,40 persen atau sedikit mengalami perlambatan (slow down growth) dibanding Triwulan IV – 2011 sebesar 6,97 persen.

 Pertumbuhan produksi IBS jenis industri makanan (manufacture of food products) pada Triwulan I – 2012 secara triwulanan (q-to-q) berkontraksi minus 0,61 persen. Pertumbuhan ini jauh lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh positif 4,49 persen. Sedangkan secara tahunan (y-on-y), produksi industri makanan ini tumbuh 0,88 persen pada Triwulan I – 2012 atau masih lebih baik dibanding kondisi pada Triwulan IV – 2011 sebesar minus 2,08 persen.

 Pertumbuhan produksi IBS jenis industri minuman (manufacture of beverages) pada Triwulan I – 2012 secara triwulanan (q-to-q) mencapai 4,98 persen, bahkan terjadi akselerasi pertumbuhan jika dibanding Triwulan IV – 2011 yang mencapai 3,70 persen. Sedangkan secara tahunan (y-on-y), produksi industri minuman ini tumbuh 0,43 persen, masih di atas pertumbuhan pada Triwulan IV – 2011 yang mengalami kontraksi minus 2,55 persen.

 Untuk pertumbuhan produksi IBS jenis industri pakaian jadi (manufacture of wearing apparels) pada Triwulan I – 2012 secara triwulanan (q-to-q) sebesar 5,02 persen. Angka ini masih lebih baik dibanding Triwulan IV – 2011 yang berkontraksi minus 0,29 persen. Sedangkan secara tahunan (y-on-y), produksi industri pakaian jadi terjadi akselerasi pertumbuhan mencapai 7,91 persen, jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 1,72 persen.

No. 25/05/51/Th. III, 1 Mei 2012

P

ERTUMBUHAN

P

RODUKSI

I

NDUSTRI

M

ANUFAKTUR

P

ROVINSI

B

ALI

(2)

I. Pendahuluan

Bisa dikatakan bahwa Bali sangat dikagumi wisatawan. Selain dikarenakan keindahan panorama alamnya, juga tetap lestarinya adat dan budaya Bali. Hal ini dikarenakan Bali sama sekali tidak memiliki sumber minyak dan gas bumi (migas). Perekonomian Bali lebih didukung oleh sektor pertanian, pariwisata dan sektor jasa-jasa pendukung pariwisata serta ekonomi kreatif yang merupakan multiplier effect dari pesatnya pertumbuhan pariwisata. Selain industri pariwisata yang semakin berkembang pesat, realisasi sejumlah pembangunan infrastruktur juga turut memberikan peran bagi tumbuhnya ekonomi Bali. Pada 2012, realisasi sejumlah mega proyek terus dipacu seperti perluasan Bandar Udara Ngurah Rai, pengerjaan jalan Tol Serangan – Benoa, dan Underpass yang menghubungkan kabupaten di Bali. Data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Bali tahun 2011 menunjukkan bahwa lebih dari 65 persen aktivitas ekonomi Bali dipengaruhi oleh industri pariwisata (sektor perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan serta jasa-jasa), dan lebih dari 80 persen dipengaruhi oleh ekspor.

Di balik menurunnya kontribusi sektor primer (pertanian) terhadap PDRB Bali, yang salah satunya ditandai terjadinya alih fungsi lahan sawah ke lahan bukan sawah rata-rata 457 hektar (0,52%) per tahun selama periode 1997 – 2010 membuat eksistensi sektor industri manufaktur di Bali menjadi kian penting dan strategis. Apalagi di mata wisatawan mancanegara (wisman), produk hasil industri olahan maupun kerajinan Bali seperti anyaman bambu, patung, perak, tekstil, pakaian jadi, dan lain sebagainya sangat diminati, bahkan kerapkali menjadi cenderamata atau bahan suvenir untuk di bawa pulang ke negara mereka. Namun fenomena akselerasi pertumbuhan sektor industri manufaktur saat ini masih belum optimal karena masih berada di bawah laju pertumbuhan ekonomi Bali. Lihat saja posisi data PDRB tahun 2011, di mana pertumbuhan sektor industri manufaktur Bali hanya 3,12 persen, sedangkan pertumbuhan ekonomi Bali telah mencapai 6,49 persen. Karena itu, diperlukan sejumlah langkah dan terobosan untuk mengangkat pertumbuhan sektor industri manufaktur Bali ke depan.

Pada konteks lain, krisis ekonomi global hingga saat ini masih terasa di Eropa dan sedikit mempengaruhi ekonomi Asia. Masa depan ekonomi dunia akan tersandera oleh penyelesaian krisis Eropa. Jika tidak segera ada solusi nyata bagi penanganan krisis ekonomi Eropa dapat dipastikan ekonomi global tahun ini akan penuh ketidakpastian lagi dan volatilitasnya akan tinggi. Demikian pula perkembangan ekonomi Amerika Serikat yang masih lesu, akan melemahkan pertumbuhan ekonomi dunia. Sementara di dalam negeri sendiri, secara umum situasi ekonomi masih terbentur dengan adanya penundaan rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Tidak sedikit pelaku usaha mikro dan kecil yang mengaku kecewa dengan penundaan tersebut karena dinilai akan membuat harga bahan baku dan kebutuhan pokok terus-menerus merangkak naik. Penundaan kenaikan harga BBM bersubsidi masih menimbulkan polemik bagi dunia usaha. Sebab, saat opsi kenaikan BBM masih dalam rencana, sejumlah supplier sudah menaikkan harga bahan baku produksi. Masyarakat selaku konsumen pun tidak luput terkena dampaknya. Sudah tentu hal ini berpengaruh pada laju inflasi, di mana pada tiga bulan pertama tahun ini, laju inflasi di Bali telah mencapai 2,01 persen atau lebih tinggi dari Triwulan I tahun 2011 lalu yang mencapai 1,26 persen.

Selain itu, di tengah semakin ketatnya persaingan global menuntut peran industri manufaktur untuk dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan. Tuntutan peningkatan keragaman dan kualitas produk hasil industri saat ini membuat pemerintah harus mampu memberikan ruang yang cukup bagi sektor swasta dalam pengembangan industri yang berorientasi spasial dan regional. Sekadar catatan, sektor industri manufaktur Bali memiliki kontribusi (share) terhadap PDRB sebesar 8,95 persen di tahun 2011 atau lebih rendah dari tahun 2010 yang mencapai

(3)

Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 25/05/51/Th. III, 1 Mei 2012 3 9,18 persen. Lebih dari itu, kalau melihat nilai tambah (value added) yang tercipta pada industri manufaktur Bali senilai Rp 6,57 triliun pada tahun 2011 masih jauh lebih kecil atau tiga kali lipat lebih jika dibandingkan capaian nilai tambah yang diciptakan oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran senilai Rp 22,50 triliun pada tahun yang sama. Rendahnya nilai tambah yang dicapai ini serta masih kecilnya peranan sektor industri manufaktur di Bali disebabkan semata-mata karena Bali tidak memiliki sumber daya alam yang bisa dieksplorasi. Kendati demikian, keberlangsungan sektor industri manufaktur sebagai salah satu penggerak ekonomi Bali harus tetap dipertahankan karena sektor ini merupakanpenghubung antara sektor pertanian dan sektor yang berbasis pariwisata (services sector).

Tampaknya harapan akan bergairahnya industri manufaktur, khususnya industri kerajinan muncul seiring bergulirnya sepuluh langkah yang dibuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) guna menggenjot ekspor produk kerajinan hingga tahun 2015 mendatang. Sepuluh langkah dari SBY ini diharapkan dapat meningkatkan ekspor dan meningkatkan lapangan kerja di dalam negeri, termasuk di Bali. Berikut sepuluh langkah SBY untuk meningkatkan kinerja industri kerajinan yang disampaikan saat membuka pameran Inacraft di Jakarta Convention Center, 25 April 2012 lalu: (1) Bisnis kerajinan ikut menyumbang perekonomian Indonesia dan akan menjadi industri prioritas di Indonesia; (2) Menjaga dan meningkatkan kualitas; (3) Memperbaiki akses permodalan; (4) Memperbaiki manajemen; (5) Promosi dan pemasaran; (6) Penjualan harus sukses; (7) Pemberian merek dan branding termasuk hak paten dan hak kekayaan intelektual; (8) Harus ramah lingkungan; (9) Adanya bimbingan dan pembinaan pemerintah; dan (10) Harus ada kebijakan dan regulasi yang tepat.

II. Pertumbuhan Produksi Industri Mikro dan Kecil

Harus diakui bahwa Industri Mikro dan Kecil (IMK) sebagai kekuatan strategis dan penting untuk mempercepat pembangunan daerah. Terlebih di tengah era desentralisasi dan globalisasi saat ini, di mana komponen masyarakat di daerah menghadapi tantangan yang berbeda dari lingkungan eksternal. Dalam kaitan ini, pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan kebijakan sama yang berlaku umum dari tingkat pusat. Kebijakan dan strategi yang dikembangkan haruslah sesuai dengan spesifikasi atau kondisi yang dibutuhkan oleh daerah yang bersangkutan. Masalah daerah memerlukan solusi kedaerahan. Wewenang yang selama ini dipegang pemerintah pusat harus diberikan kepada pemerintah daerah untuk menangani masalah di daerahnya. Dalam kaitan ini, strategi pembangunan daerah haruslah dilakukan dengan proses kolaborasi berbagai unsur terkait dengan masyarakat di daerah.

Kebijakan dan strategi yang dikembangkan harus menggunakan sumberdaya lokal yang efisien, termasuk sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya budaya. Lintas pelaku di masyarakat harus bekerja sama untuk meningkatkan nilai sumber daya setempat. Untuk itu, perlu diperhatikan bahwa peran IMK strategis untuk menciptakan tenaga kerja, kesejahteraan, dan peningkatan standar hidup masyarakat setempat. Pertumbuhan IMK tergantung dari kondisi lingkungan bisnis yang dibuat sebagai usaha bersama antara IMK, pemerintah, dan entitas masyarakat setempat. Sesungguhnya permasalahan industri atau usaha IMK yang dihadapi cukup banyak dan beragam.Tapi bila diungkapkan secara spesifik, maka permasalahan utama IMK pada umumnya berkaitan dengan aspek lemahnya pengembangan/penguatan usaha dan permodalan terutama akses kepada lembaga perbankan, kendala pemasaran, desain, dan teknologi.

Misalnya saja, dana bergulir dari BUMN yang diperuntukkan bagi pelaku usaha IMK, penyalurannya masih belum optimal sehingga tidak sedikit pelaku usaha IMK yang enggan mengajukan permohonan. Berdasarkan hasil Sensus Ekonomi tahun 2006 (SE 2006), jumlah IMK di

(4)

Bali sebanyak 83.052 usaha atau sebesar 21,92 persen dari 378.798 usaha. Bila diklasifikasikan berdasarkan jumlah tenaga kerja yang ada, maka jumlah industri mikro (tenaga kerja 1-4 orang) sebanyak 76.553 usaha dan jumlah industri kecil (tenaga kerja 5-19 orang) sebanyak 6.493 usaha. Hasil SE 2006 juga menyebutkan bahwa jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh IMK sebanyak 174,9 ribu orang atau sebesar 17,89 persen dari tenaga kerja yang ada.

Dalam kaitan itu pula, kinerja ekonomi Bali banyak disokong industri mikro dan kecil. Dan produk hasil kerajinan maupun olahan yang dipasarkan para pelaku usaha IMK di Bali sangat mengandalkan kedatangan wisman. Selama Triwulan I – 2012 ini, jumlah kunjungan wisman ke Bali hanya mencapai 710.236 orang atau turun 1,73 persen dibanding Triwulan IV – 2011 yang mencapai 722.759 orang. Sementara itu, nilai devisa yang dihasilkan dari mata dagangan ekspor Bali pada dua bulan pertama (Januari – Februari) tahun 2012 ini pun menurun 2,08 persen, dari 92.067 ribu dolar AS di tahun 2011 menjadi 90.151 ribu dolar AS di tahun 2012. Paling tidak indikator tersebut berpengaruh pada pertumbuhan produksi IMK, baik dari sisi permintaan (demand), volume produksi, dan perluasan segmentasi pasar domestik IMK. Sebagai gambaran, pada Triwulan I – 2012, pertumbuhan produksi IMK di Bali secara triwulanan (q-to-q) tercatat mengalami kontraksi minus 4,25 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan pada Triwulan IV – 2011 yang mencapai 8,47 persen. Secara nasional pun, pertumbuhan produksi IMK mengalami kontraksi minus 1,12 persen (q-to-q).

Gambar 1

Pertumbuhan Produksi Triwulanan (q-to-q) Industri Mikro dan Kecil (IMK) Provinsi Bali dan Nasional

Triwulan IV-2011 dan Triwulan I-2012 (dalam persen)

Secara triwulanan (q-to-q), kontributor utama yang mencatatkan pertumbuhan produksi terendah adalah jenis industri kertas dan barang dari kertas sebesar minus 9,74 persen. Penurunan yang cukup besar juga disumbangkan industri furniture minus 9,36 persen, dan industri barang galian bukan logam minus 8,06 persen. Sebaliknya, tercatat tiga jenis industri yang mengalami peningkatan produksi (pertumbuhan positif) pada Triwulan I – 2012, yakni industri alat angkutan lainnya 5,51

‐6.00 ‐4.00 ‐2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 8.47 ‐4.25 4.54 ‐1.12 BALI NASIONAL Triwulan IV – 2011 Triwulan I – 2012 

(5)

Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 25/05/51/Th. III, 1 Mei 2012 5 persen, industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional 5,13 persen serta industri barang logam, bukan mesin dan peralatannya 4,43 persen. Sedangkan secara tahunan (y-on-y), terdapat tiga kontributor utama yang mencatatkan pertumbuhan produksi terendah adalah jenis industri tekstil minus 18,10 persen, disusul industri kertas dan barang dari kertas minus 9,56 persen serta industri furniture minus 7,96 persen.

Ada beberapa hal yang kerap dikumandangkan sejumlah pengamat terkait menurunnya pertumbuhan produksi IMK di Bali, antara lain menyangkut masalah regulasi perijinan yang terlalu lama dan masih sulitnya akses permodalan karena belum adanya kepercayaan kalangan perbankan. Perusahaan perbankan menilai banyak dari mereka belum bankable meski sudah feasible. Permasalahan klasik dan pelik ini yang mempengaruhi gerak ekonomi kreatif IMK di Bali menjadi sulit berkembang. Padahal, kearifan lokal pariwisata di Bali dipastikan sangat berperan dalam menambah daya pikat industri kreatif. Di samping itu, rendahnya pertumbuhan produksi IMK di Bali seiring ketatnya persaingan pada level nasional maupun internasional. Salah satu contoh, pengusaha tekstil dan kerajinan ukir IMK Bali belum mampu menawarkan daya saing yang tinggi dengan pengusaha China. Hal ini mengakibatkan pengusaha IMK di Bali sulit berkembang. Kini Bali sedang memasuki fase deindustrialisasi, di mana kontribusi sektor industri manufaktur terhadap PDRB mengalami penurunan secara relatif dibandingkan sektor ekonomi yang lain. Karena itu, reindustrialisasi atau menggairahkan kembali sektor industri manufaktur di Bali bukanlah perkara mudah. Solusi komprehensif harus benar-benar diterapkan. Mulai dari solusi mikro berupa mempermudah permodalan, investasi, pemasaran, desain dan teknologi, hingga langkah makro berupa stabilisasi perekonomian dan keamanan. Diperlukan dukungan banyak pihak untuk membantu melakukan revitalisasi sektor industri manufaktur di Bali.

III. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang

Kebijakan dalam pembangunan industri manufaktur diarahkan untuk menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia serta mengantisipasi perubahan lingkungan yang cepat. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara, sehingga fokus dari strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing industri manufaktur yang berkelanjutan di pasar internasional, termasuk keberadaan industri manufaktur besar dan sedang di Bali. Pada Triwulan I – 2012, pertumbuhan produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) di Bali berada dalam kondisi yang lebih baik dari pertumbuhan produksi yang terjadi pada Industri Mikro dan Kecil (IMK). Angkanya mencapai mencapai 1,44 persen. Bahkan angka ini lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi minus 0,79 persen, dan juga berada di atas angka nasional yang berkontraksi minus 0,82 persen.

Peningkatan produksi IBS di Bali secara triwulanan juga diikuti oleh peningkatan produksi secara tahunan, kendati sedikit terjadi perlambatan pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan produksi IBS di Bali secara tahunan (y-on-y) pada Triwulan I – 2012 mencapai 6,40 persen atau melambat dibanding Triwulan IV – 2011 sebesar 6,97 persen. Dan, angka ini pun lebih tinggi dari pertumbuhan produksi IBS nasional sebesar 4,88 persen pada periode yang sama.

(6)

Gambar 2

Pertumbuhan Produksi Triwulanan (q-to-q)

Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) Provinsi Bali dan Nasional Triwulan IV-2011 dan Triwulan I-2012

(dalam persen)

Gambar 3

Pertumbuhan Produksi Tahunan (y-on-y)

Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) Provinsi Bali dan Nasional Triwulan IV-2011 dan Triwulan I-2012

(dalam persen) ‐1.00 ‐0.50 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 ‐0.79 1.44 2.05 ‐0.82 BALI NASIONAL 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 6.97 6.40 6.54 4.88 BALI NASIONAL Triwulan IV – 2011 Triwulan I – 2012  Triwulan I – 2012  Triwulan IV – 2011

(7)

Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 25/05/51/Th. III, 1 Mei 2012 7 Tabel 1

Pertumbuhan Produksi Triwulanan (q-to-q)

Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) Provinsi Bali dan Nasional Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2 Digit

Triwulan IV-2011 dan Triwulan I-2012 (dalam persen) Kode KBLI Jenis Bali Nasional Trw IV-2011 Trw I-2012 Trw IV-2011 Trw I-2012 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 10 Industri Makanan 4,49 -0,61 0,62 -0,05

Manufacture of food products

11 Industri Minuman 3,70 4,98 -6,64 -0,22

Manufacture of beverages

14 Industri Pakaian Jadi -0,29 5,02 1,54 0,62

Manufacture of wearing apparels

Industri Manufaktur Besar dan Sedang -0,79 1,44 2,05 -0,82

Tabel 2

Pertumbuhan Produksi Tahunan (y-on-y)

Industri Manufaktur Besar dan Sedang Provinsi Bali dan Nasional Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2 Digit

Triwulan IV-2011 dan Triwulan I-2012 (dalam persen) Kode KBLI Jenis Bali Nasional Trw IV-2011 Trw I-2012 Trw IV-2011 Trw I-2012 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 10 Industri Makanan -2,08 0,88 6,15 4,19

Manufacture of food products

11 Industri Minuman -2,55 0,43 5,70 4,20

Manufacture of beverages

14 Industri Pakaian Jadi 1,72 7,91 3,67 -1,37

Manufacture of wearing apparels

Industri Manufaktur Besar dan Sedang 6,97 6,40 6,54 4,88

Secara periode triwulanan (q-to-q), kenaikan pertumbuhan produksi IBS Bali pada Triwulan I – 2012 ini terjadi pada jenis industri pakaian jadi (KBLI 14) yang tumbuh 5,02 persen. Bahkan angka ini lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang berkontraksi minus 0,29 persen, juga berada di atas angka nasional yang tumbuh hanya 0,62 persen. Tingginya minat investor atau pun wisman terhadap produk pakaian jadi Bali menjadikan jenis industri ini cukup berkembang, dan mampu mereduksi pengaruh krisis global. Pada jenis industri minuman (KBLI 11) juga mengalami peningkatan pertumbuhan produksi, dari 3,70 persen pada Triwulan IV – 2011 menjadi 4,98 persen pada Triwulan I

(8)

– 2012. Kecuali itu, pada jenis industri makanan (KBLI 10) terjadi penurunan pertumbuhan produksi sebesar minus 0,61 persen pada Triwulan I – 2012 atau lebih rendah dari Triwulan IV – 2011 yang tumbuh positif 4,49 persen. Selengkapnya dapat disimak pada Tabel 1.

Secara tahunan (y-on-y), pertumbuhan produksi IBS Bali pada Triwulan I – 2012 sangat dipengaruhi oleh peningkatan produksi dari jenis industri pakaian jadi (KBLI 14). Pertumbuhan produksi industri pakaian jadi secara tahunan ini mencapai 7,91 persen. Sedangkan pertumbuhan produksi industri makanan (KBLI 10) dan industri minuman (KBLI 11) berada di bawah satu persen. Selengkapnya dapat disimak pada Tabel 2.

IV. Beberapa Konsep dan Definisi

1. Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilanya, dan sifatnya menjadi lebih dekat kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan industri adalah jasa industri dan pekerjaan perakitan (assembling).

2. Jasa industri adalah kegiatan industri yang melayani keperluan pihak lain. Pada kegiataan ini bahan baku disediakan oleh pihak lain, sedangkan pihak pengolah hanya melakukan pengolahannya dengan mendapatkan imbalan sebagai blas jasa (upah maklon).

3. Pengelompokan industri pengolahan biasanya didasarkan pada jumlah tenaga kerja yaitu: Industri Besar, Industri Sedang, Industri Kecil dan Industri Mikro.

4. Industri Besar adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih.

5. Industri Sedang adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang.

6. Industri Kecil adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja antara 5 sampai 19 orang.

7. Industri Mikro adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja antara 1 sampai 4 orang.

8. Kode Klasifikasi Industri yang digunakan sesuai dengan Klasifikasi Baku Lapangan usaha Indonesia (KBLI) tahun 2009. KBLI yang tercakup dalam pengumpulan data Industri besar dan sedang triwulanan di tahun 2012, antara lain sebagai berikut :

Kode industri 10 : Industri Makanan –Manufacture of food products Kode industri 11 : Industri Minuman –Manufacture of beverages

(9)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Ir. Yudhadi, M.Si.

Kepala Bidang Statistik Produksi BPS Provinsi Bali

Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162 E-mail: bps5100@bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan pengujian pada semikonduktor kapasitor metal oksida(MOS) dengan bahan oksida Strontium Titanat (SrTiO 3 ) yang disintesis menggunakan metode chemical

Isu mengenai pengaruh dari pendapatan regional perkapita, produk domestik regional bruto (PDRB), dana alokasi umum (DAU), pendapatan asli daerah (PAD), dan rasio

Pada kalimat tersebut pengarang ingin mengingatkan kepada pembaca bahwa kita sebagai orang muslim harus berbakti kepada Tuhan Yang Maha Tunggal dengan cara kita harus selalu eling

Aktifitas tersebut salah satunya dapat mengakibatkan guncangan-guncangan yang biasa kita kenal dengan gempa bumi dan mengirimkan gelombang seismik, baik itu di badan bumi maupun di

(3) Batas Kelurahan Pejuang Kecamatan Medansatria Kota Bekasi dengan Desa Pusaka Rakyat Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat

Di dalam estetika (filsafat keindahan), keindahan adalah sebuah prinsip yang penting yang membuat suatu karya seni yang bersifat indrawi (konkret) dapat

Penderita umumnya tidak mau membicarakan delusinya kepada orang lain karena mereka yakin bahwa apa yang menjadi delusinya merupakan sesuatu yang unik dan mungkin tidak dapat

Medium CTBA mempunyai kemam- puan selektivitas terbatas tidak hanya bakteri Corynebacterium yang tumbuh tapi juga beberapa bakteri lainnya masih dapat tumbuh seperti