• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. ditandai dengan emosi yang tidak stabil, sangat mudah tersinggung dan marah,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. ditandai dengan emosi yang tidak stabil, sangat mudah tersinggung dan marah,"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KECEMASAN

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan emosi yang tidak stabil, sangat mudah tersinggung dan marah, sering gelisah serta perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan, ketakutan, dan kekhawatiran (Post, 1978). Daradjat (1990) mendefisinikan kecemasan sebagai suatu manifestasi berbagai problem emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika seseorang mengalami tekanan perasaan dan pertentangan batin (konflik).

Maramis (dalam Hermawati, 1994) mengartikan kecemasan sebagai suatu ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan adanya kegelisahan, kebingungan, ketakutan dan kekhawatiran, dimana perasaan ini berhubungan dengan aspek- aspek subjektif dan emosi yang hanya dapat dirasakan oleh orang yang bersangkutan, dimana akibatnya dapat diketahui secara langsung dalam bentuk fisiologis (Calhoun & Acocella, 1995).

Atkinson & Hilgard (1996) menyatakan kecemasan sebagi suatu emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan istilah seperti kekhawatiran serta rasa takut dalam tingkatan yang berbeda-beda. Chess & Hassibi (dalam Elliot, Kratochwil, Cook & Travers,2000) menyatakan kecemasan biasanya dialami

(2)

sebagai perasaan ketakutan dan mudah marah disertai oleh keresahan, kelelahan dan beberapa simptom somatis seperti sakit kepala dan sakit perut. Khawatir atau was-was adalah rasa takut yang tidak memiliki objek yang jelas atau tidak ada objeknya sama sekali. Kekhawatiran menyebabkan rasa tidak tenang, gelisah, tegang, tidak tenang dan tidak aman (Shaleh & Wahab, 2004).

Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang muncul sebagai suatu respon terhadap ancaman kegagalan, tekanan perasaan, konflik-konflik ketegangan, dan perasaan tidak aman yang ditandai dengan adanya kekhawatiran atau rasa takut dan hal ini dialami dalam tingkatan yang berbeda-beda oleh setiap individu.

2. Jenis-jenis Kecemasan

Spielberg (1972) membagi kecemasan dalam dua bentuk, antara lain : a. Kecemasan sesaat (state anxiety)

Merupakan dan reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu yang dirasakan sebagai suatu ancaman. Reaksi ini bersifat subjektif, dirasakan dengan sadar, perasaan tegang, gelisah dan aktifnya sistem saraf otonom. Penilaian terhadap stimulus (situasi) yang dianggap mengancam dipengaruhi oleh sikap, kemampuan, pengalaman masa lalu dan kecemasan dasar.

b. Kecemasan dasar (trait anxiety)

Merupakan ciri atau sifat seseorang yang cukup stabil yang mengarahkan seseorang dalam menginterpretasikan suatu keadaan yang mengancam. Trait

(3)

anxiety sifatnya bawaan dan berbeda pada tiap individu. Seseorang yang memiliki trait anxiety yang tinggi memiliki kecenderungan yang tinggi pula dalam menanggapi suatu situasi sebagai ancaman.

Bucklew (dalam Tarigan, 2003) membedakan kecemasan dalam dua bentuk, yaitu :

a. Tingkat Psikologis

Merupakan kecemasan yang berwujud gejala-gejala kejiwaan seperti tegang, bingung, khawatir, sulit berkonsentrasi serta perasaan tidak menentu.

b. Tingkat Fisiologis

Merupakan kecemasan yang berwujud gejala-gejala fisik terutama pada fungsi system syaraf, misalnya tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar, keringat dingin yang berlebihan serta perut mual.

3. Aspek-aspek Kecemasan

Blackburn & Davidson (1994) mengemukakan beberapa aspek dari kecemasan, yaitu :

a. Suasana hati

Merupakan keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan psikis, perasaan yang tidak menentu, mudah marah dan perasaan tegang.

b. Pikiran

Keadaan pikiran yang tidak menentu seperti membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, rasa khawatir, sulit berkonsentrasi, pikiran kosong dan merasa diri sebagai orang yang tidak berdaya.

(4)

c. Motivasi

Keadaan pikiran yang tidak menentu seperti menghindari situasi, ketergantungan yang tinggi, keinginan untuk lari dari kenyataan dan termotivasi dari biasanya.

d. Perilaku

Keadaan diri yang tidak terkendali seperti gelisah, gugup, serta kewaspadaan yang berlebihan.

d. Gejala biologis

Merupakan reaksi-reaksi yang tidak terkendali seperti berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual dan mulut kering.

4. Hal-hal yang Menimbulkan Kecemasan

Kecemasan sering berkembang dalam jangka waktu yang panjang dan sebagian besar tergantung pada pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-peristiwa atau situasi-situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan.

Terdapat empat faktor utama yang mempengaruhi perkembangan pola dasar yang menunjukkan reaksi rasa cemas (Ramaiah, 2003) :

a. Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir tentang diri sendiri dan orang lain. Hal ini bisa dikarenakan oleh adanya pengalaman dengan keluarga, sahabat, rekan kerja dan lain-lain. Kecemasan juga bisa muncul bila terdapat perasaan yang tidak nyaman dengan lingkungan.

(5)

b. Emosi yang ditekan

Kecemasan bisa muncul apabila seseorang tidak mampu menemukan jalan keluar dalam suatu hubungan personal, terutama jika terdapat rasa marah dan frustasi dalam jangka waktu yang lama.

c. Sebab-sebab fisik

Pikiran dan tubuh senantiasa berinteraksi dan dapat menyebabkan kecemasan. Hal ini biasanya terlihat dalam kondisi-kondisi tertentu seperti kehamilan, masa remaja, dan saat pemulihan dari suatu penyakit. Perubahan-perubahan yang muncul dalam kondisi-kondisi tersebut dapat menimbulkan kecemasan.

5. Reaksi-reaksi Kecemasan

Menurut Atkinson & Hilgard (1996), kecemasan yang dirasakan oleh seseorang dapat memunculkan reaksi secara fisiologis dan psikologis, yaitu : a. Reaksi fisiologis

Seseorang yang mengalami kecemasan, maka aktivitas salah satu atau lebih dari organ tubuhnya akan meningkat, seperti meningkatnya detak jantung, susah tidur, dan keringat yang berlebihan.

b. Reaksi psikologis

Merupakan reaksi berupa peningkatan atau penurunan dorongan untuk berperilaku wajar seperti susah berkonsentrasi, gelisah, tegang, cemas, takut, khawatir, dan bingung.

(6)

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Coleman (dalam Fisher, 1998) menyatakan bahwa kecemasan tergantung pada beberapa hal seperti berikut :

a. Usia, dikarenakan usia akan mempengaruhi cara individu dalam mengevaluasi keadaan yang menimbulkan kecemasan.

b. Pengalaman-pengalaman yang dialami individu dapat membuat individu lebih tahan dalam menghadapi tekanan-tekanan yang dialaminya.

c. Sifat bawaan kepribadian dapat mempengaruhi penilaian terhadap situasi atau keadaan yang mengancam ( Lazarus, 1969).

d. Perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dibandingkan laki-laki. Perempuan juga lebih cemas, kurang sabar, dan mudah mengeluarkan air mata (Myers, 1983).

7. Kecemasan pada Wanita Menopause

Salah satu gejala psikologis yang muncul saat menopause adalah perasaan cemas. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Robertson (dalam Retnowati, 2000) di Menopause Clinical Australia, dari 300 pasien usia menopause, terdapat 31.3 % pasien diantaranya mengalami kecemasan. Burn (1998) juga menyatakan bahwa wanita menopause sering mengalami kecemasan, dimana kecemasan yang muncul dapat menyebabkan seseorang sulit tidur. Kecemasan yang dialami wanita menopause salah satunya dikarenakan adanya kekhawatiran dalam mengahadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dialami dan juga cemas akan hal-hal yang mungkin muncul menyertai berakhirnya masa reproduksinya (Kasdu, 2002).

(7)

Mereka juga cemas dengan berakhirnya masa reproduksi yang dapat menghilangkan kebanggaannya sebagai wanita, sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi hubungannya dengan suami ataupun keluarganya.

Berhentinya siklus menstruasi juga sering dirasakan sebagai hilangnya sifat inti kewanitaan, dan sebagai akibatnya timbul perasaan tidak berharga dan tidak berarti sehingga muncul rasa khawatir bahwa orang-orang yang dicintainya akan berpaling dan meninggalkannya (Muhammad, dalam pengertian tentang menopause, 2003). Seseorang yang menjalani menopause juga cemas akan kondisi tubuhnya seperti pegal-pegal, cepat letih, jantung berdebar-debar, nyeri sendi dan sakit kepala (Spencer & Brown, 2007). Perubahan tubuh dan tekstur kulit juga dapat membuat wanita kurang percaya diri sehingga takut kecantikannya akan menurun serta takut suami tidak akan lagi tertarik padanya (Kuncoro, 2004).

Supriyadi (dalam Apakah itu menopause, 2001) menyatakan bahwa gejala-gejala psikologis pada wanita yang mengalami menopause biasanya tidak muncul pada orang-orang di desa, melainkan pada wanita perkotaan yang mempunyai beban pikiran yang lebih banyak. Spielberg (1972) menyatakan bahwa individu dengan pendidikan tinggi biasanya akan memiliki kecemasan yang lebih rendah dibandingkan dengan individu yang berpendidikan rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliastri (2002) menunjukkan bahwa ada perbedaan kecemasan antara wanita menopause yang bekerja dengan yang tidak bekerja, dimana wanita yang bekerja kecemasannya lebih rendah daripada wanita yang tidak bekerja.

(8)

1. Pengertian Dukungan Sosial

Dukungan sosial (social support) didefenisikan oleh Gottlieb (1983) sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Pendapat senada dikemukakan juga oleh Sarason (1983) yang mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Rice (1987) mengartikan dukungan sosial sebagai bantuan yang diberikan oleh pasangan (suami/istri), orang tua dan teman-teman.

Menurut DiMatteo (1991) dukungan sosial adalah dukungan atau bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, keluarga, tetangga, teman sekerja dan orang-orang lainnya. Ordford (1992) juga menyatakan bahwa dukungan sosial adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu yang hanya dapat dinilai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat kepada orang tersebut. Pendapat lain dikemukakan oleh Johnson & Johnson (dalam Farhati & Rosyid, 1996) yang menyatakan dukungan sosial sebagai keberadaan orang lain yang dapat diandalkan untuk dimintai bantuan, dorongan dan penerimaan apabila individu mengalami kesulitan.

(9)

Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Cobb (dalam Sarafino, 1998) yang mendefinisikan dukungan sosial sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan sikap menerima kondisinya, dukungan sosial tersebut diperoleh dari individu maupun kelompok. Dukungan sosial merupakan berbagai macam dukungan yang diterima oleh seseorang dari orang lain, dapat berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan atau harga diri, dukungan instrumental, dukungan informasi atau dukungan dari kelompok (Sarafino,2002).

Dukungan sosial adalah rasa nyaman secara fisik dan emosional yang diperoleh dari keluarga, teman-teman, rekan kerja dan lainnya. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Baron & Byrne (2002), bahwa dukungan sosial adalah kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman dan keluarga individu tersebut.

Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah bantuan atau dukungan yang diberikan oleh orang-orang di sekitar individu yang mampu membuat individu merasa nyaman, baik secara fisik maupun psikologis sebagai bukti bahwa mereka diperhatikan dan dicintai.

2. Aspek-Aspek Dukungan Sosial

Aspek-aspek dukungan sosial menurut Sarafino (1998) adalah sebagai berikut:

(10)

a. Dukungan penghargaan

Dukungan ini dapat berupa penghargaan positif kepada orang lain, mendorong dan memberikan persetujuan atas ide-ide individu atau perasaannya, memberikan semangat, dan membandingkan orang tersebut secara positif. Individu memiliki seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka. Menurut Cohen dan Wills (dalam Orford, 1992) dukungan ini ditandai dengan pernyataan terhadap individu bahwa dia dihargai dan diterima apa adanya.

b. Dukungan emosional

Dukungan emosional merupakan dukungan yang berhubungan dengan hal yang bersifat emosional atau menjaga kedaan emosi, afeksi atau ekspresi. Dukungan ini meliputi ekspresi empati, kepedulian, dan perhatian pada individu, memberikan rasa nyaman, memiliki dan perasaan dicintai. Menurut Tolsdorf (dalam Orford, 1992) tipe dukungan ini lebih mengacu pada pemberian semangat, kehangatan, cinta kasih dan emosi. Selain itu dukungan ini melibatkan perhatian, rasa percaya dan empati sehingga individu merasa berharga. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol.

c. Dukungan istrumental

Dukungan ini merupakan pemberian sesuatu berupa bantuan nyata (tangible aid) atau dukungan alat (instrumental aid). Wills (dalam Orford, 1992) menyatakan bahwa dukungan ini meliputi banyak aktivitas seperti menyediakan bantuan dalam pekerjaan rumah tangga, menjaga anak-anak,

(11)

meminjamkan atau mendermakan uang, menyampaikan pesan, menyediakan transportasi, membantu menyelesaikan tugas-tugas, menyediakan benda-benda seperti perabot, alat-alat kerja dan buku-buku Dukungan ini sangat diperlukan dalam menghadapi keadaan yang dianggap dapat dikontrol

d. Dukungan informasi

Dukungan informasi berarti memberi solusi pada suatu masalah (House dalam Orford, 1992). Dukungan ini diberikan dengan cara menyediakan informasi, memberikan saran secara langsung, atau umpan balik tentang kondisi individu dan apa yang harus ia lakukan. Dukungan ini dapat membantu individu dalam mengenali masalah yang sebenarnya. Dukungan informasi antara lain memberikan solusi terhadap suatu masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran atau feedback mengenai apa yang telah dilakukan seseorang.

e. Dukungan jaringan

Merupakan perasaan individu sebagai bagian dari kelompok. Menurut Cohen dan Wills (dalam Orford, 1992) dukungan ini dapat berupa menghabiskan waktu bersama dengan orang lain dalam aktivitas rekreasional di waktu senggang. serta Dukungan ini juga dapat diberikan dalam bentuk menemani seseorang beristirahat atau rekreasi. Dukungan ini dapat mengurangi stress dengan memenuhi kebutuhan afiliasi dan kontak dengan orang lain, membantu mengalihkan perhatian seseorang dari masalah yang mengganggu serta memfasilitasi suatu suasana hati yang positif.

(12)

3. Sumber-sumber Dukungan Sosial

Kahn & Antonucci (dalam Ordford, 1992) menyatakan bahwa seorang individu dikelilingi oleh suatu pengiring yang selalu mendukung atau menyertai individu tersebut sepanjang masa hidupnya, dimana anggota pengiring ini dapat datang dan pergi seiring dengan berjalannya waktu. Dan peran anggota yang pergi tersebut dapat digantikan oleh orang lain. Kahn & Antonoucci (dalam Orford, 1992) membagi sumber-sumber dukungan sosial menjadi tiga kategori yaitu : a. Sumber dukungan sosial yang stabil sepanjang waktu perannya, yaitu yang

selalu ada sepanjang hidupnya, yang menyertai dan mendukung individu tersebut. Misalnya keluarga dekat, pasangan (suami/isteri) atau teman dekat. b. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit berperan

dalam hidupnya dan cenderung berubah sesuai sepanjang waktu. Misalnya teman kerja, tetangga, sanak kelaurga dan teman sepergaulan.

c. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sangat jarang memberi dukungan dan memiliki peran yang sangat cepat berubah. Sumber dukungan ini misalnya tenaga ahli/ professional dan keluarga jauh dan sesama pekerja.

4. Model Kerja Dukungan Sosial

Ordford (1992) mengatakan bahwa untuk menjelaskan bagaimana dukungan sosial mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis individu, ada dua model yang digunakan yaitu buffering hypothesis dan main effect hypothesis atau

(13)

a. Model Buffering Hypothesis

Orford (1992) mengatakan bahwa melalui model buffering hypothesis

dukungan sosial bekerja dengan tujuan untuk memperkecil pengaruh dari tekanan-tekanan atau stress yang dialami individu. Sarafino (1994) juga menyatakan bahwa dukungan sosial mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis individu dengan melindungi individu tersebut dari efek negatif, dari tekanan-tekanan yang dialaminya.

b. Model Main Effect Hypothesis atau Direct Effect Hypothesis

Menurut Banks, Ullah dan Warr (dalam Ordford, 1992) model main effect hypothesis atau direct effect hypothesis menunjukkan bahwa dukungan sosial dapat meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis individu dengan atau tanpa adanya tekanan-tekanan atau stress. Orang yang menerima dukungan sosial cenderung lebih sehat dengan atau tanpa adanya tekanan-tekanan. Sarafino (1998) juga menyatakan bahwa melalui model main effect hypothesis atau

direct effect hypothesis, dukungan sosial memberikan manfaat yang sama baik dalam keadaan yang penuh dengan tekanan maupun yang tidak ada tekanan.

4. Dukungan Sosial Suami

Perubahan fisik dan emosi yang dialami seseorang selama menopause membutuhkan penyesuaian diri dan pengertian serta dukungan dari berbagai pihak terutama suami, agar mereka dapat menyikapi secara positif segala perubahan yang terjadi saat menopause. Retnowati (2002) mengungkapkan bahwa keberadaan, dukungan dan perhatian dari suami dapat membuat seorang wanita

(14)

merasa dicintai dan dihargai. Pengertian, penerimaan dan dukungan dari suami sangat besar artinya bagi wanita yang menjalani menopause. Suami yang perduli dan perhatian serta dapat diajak berbagi, akan sangat membantu seseorang dalam menjalani masa menopausenya. Perhatian yang diperoleh akan membuatnya merasa berharga dan dicintai oleh pasangannya. Komunikasi dan keterbukaan diantara keduanya dapat membantu seseorang menjalani menopausenya dengan lebih baik. Hal ini dapat terjadi apabila permasalahan yang muncul saat menopause dibicarakan secara bersama-sama dan dicari solusinya. Kasdu (2002) juga menyatakan bahwa peran positif dari suami akan membuat seorang wanita berpikir bahwa kehadirannya masih sangat dibutuhkan dalam menghadapi kehidupan.

C. MENOPAUSE

1. Pengertian Menopause

Spencer & Brown (2007) mengartikan menopause sebagai suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan ovarium (indung telur). Selanjutnya dikatakan apabila seseorang tidak mengalami haid selama satu tahun penuh, maka dapat disimpulkan bahwa menopause terjadi saat terakhir kali ia mendapat haid (Ali, dalam Kasdu, 2002).

(15)

2. Tahap-tahap Menopause

Kasdu (2002) membagi menopause dalam tiga tahap seperti berikut : a. Premenopause

Masa yang ditandai dengan fungsi reproduksi yang mulai menurun, sampai timbulnya keluhan atau tanda-tanda menopause. Pada masa premenopause, hormon estrogen dan progesteron masih tinggi, tetapi semakin rendah ketika memasuki perimenopause dan postmenopause. Keadaan ini berhubungan dengan fungsi indung telur yang terus menurun. Selanjutnya Mustopo (2005) menyatakan bahwa pada masa ini, menstruasi menjadi tidak teratur dan terkadang gejala-gejala menopause mulai timbul.

b. Perimenopause

Merupakan periode dengan keluhan memuncak, dan masa menopause berada pada fase ini, dan berlangsung selama 4-5 tahun.

c. Potmenopause

Masa setelah perimenopause sampai senilis.

Skema Fase Normal Kehidupan Wanita

Periode Klimakterium

Fertil Senilis Premenopause Menopause Postmenopause

(16)

3. Usia Memasuki Menopause

Rahman (dalam Kasdu, 2002) menyatakan bahwa menopause terjadi pada usia 48-50 tahun. Namun rata-rata seseorang memasuki masa menopause berbeda pada setiap ras. Dan dalam satu ras, tiap orang dapat mengalami menopause pada usia yang berbeda juga. Misalnya, wanita ras Asia mengalami menopause pada usia 44 tahun, sementara wanita Eropa mengalami menopause sekitar usia 47 tahun.

Selain itu Morgan (dalam Kasdu, 2002) menyatakan bahwa kecenderungan bawaan, penyakit, stress, dan pengobatan dapat mempengaruhi waktu terjadinya menopause. Di Amerika Utara, usia rata- rata wanita yang mengalami menopause adalah sekitar 51 tahun. Data statistik menunjukkan bahwa wanita perokok cenderung mendapat menopause lebih awal dan wanita yang kelebihan berat badan cenderung mendapat menopause lebih lambat.

Spencer & Brown (2007) menyatakan bahwa usia wanita memasuki menopause adalah 51 tahun, namun menopause juga dialami wanita pada rentang usia 45-55 tahun. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa usia seseorang mengalami menopause sangat bervariatif. Jika diambil rata-ratanya, seseorang akan mengalami menopause sekita usia 45-55 tahun.

4. Jenis-jenis Menopause

Spencer & Brown (2007) membedakan menopause dalam dua jenis seperti berikut :

(17)

a. Menopause alami

Merupakan menopause atau berhentinya haid secara alamiah yang biasanya terjadi antara usia 45 dan 50 tahun. Menopause terjadi ketika ovarium tidak mampu memproduksi estrogen dan progesteron seperti sebelumnya serta tidak mampu menjaga kelangsungan siklus menstruasi.

b. Menopause dini

Menopause dini biasanya didefinisikan sebagai menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun. Menopause dini merupakan menopause yang datang lebih awal atau datang sebelum waktunya. Hal ini terjadi karena adanya gangguan tubuh tertentu sehingga seseorang harus mengalami menopause dini (Kasdu, 2002).

Spencer & Brown menyatakan terdapat beberapa kondisi yang mengakibatkan seseorang mengalami menopause dini. Diantaranya adalah kelainan kromosom. Wanita dengan kelainan kromosom akan dilahirkan dengan lebih sedikit sel telur dalam ovariumnya, dan akibatnya akan mengalami menopause yang cepat. Selain itu menopause dini juga terjadi ketika seseorang mengalami tindakan histeroktomi. Kasdu (2002) menyatakan bahwa histeroktomi merupakan istilah kedokteran yang digunakan untuk menyebut tindakan atau operasi pengangkatan rahim karena suatu gangguan atau penyakit yang dapat membahayakan jiwanya. Seseorang yang melakukan tindakan histeroktomi akan mengalami menopause lebih awal dan tidak dapat dihindari.

(18)

5. Gejala-gejala Menopause

Mustopo (2005) menyatakan terdapat beberapa gejala-gejala yang berhubungan dengan menopause sebagai berikut :

a. Gejolak Rasa Panas

Merupakan rasa panas pada wajah dan bagian tubuh lainnya (seperti leher dan dada). Gejala ini disertai dengan keringat yang berlebih dan biasanya terjadi pada malam hari. Gejolak panas terjadi karena menurunnya kadar hormon estrogen sehingga mempengaruhi beberapa fungsi tubuh yang dikendalikan oleh hormon estrogen. Gejolak panas bisa terjadi beberapa detik atau menit, tetapi ada juga yang berlangsung sampai satu jam (Kasdu, 2002).

b. Keringat Malam

Selain gejolak rasa panas, seseorang juga akan mengalami keringatan di malam hari. Gejala ini akan mengganggu tidur yang menyebabkan seseorang kelelahan karena kurang tidur.

c. Gejala pada Vagina

Merupakan perubahan pada organ reproduksi, dimana vagina menjadi kering dan kurang elastis akibat penurunan kadar estrogen. Selain itu perubahan ini dapat menimbulkan rasa sakit pada saat melakukan hubungan seksual (Kasdu, 2002).

d. Gejala pada Perkemihan

Terjadi perubahan pada saluran urethra, dimana kadar estrogen yang menurun mengakibatkan gangguan pada saluran urethra sehingga mudah terjadi infeksi.

(19)

Selain itu hal ini juga menyebabkan seseorang tidak dapat menahan air seninya.

e. Gejala pada Sendi dan Otot

Otot-otot menjadi mudah sakit dan kaku sehingga gerakan yang dilakukan juga menjadi terbatas. Selain itu seseorang yang menopause rentan terkena osteoporosis, dimana hal ini juga dihubungkan dengan usia yang semakin bertambah. Osteoporosis adalah penyakit dimana kepadatan tulang menjadi berkurang sehingga menyebabkan tulang menjadi lemah dan mudah patah. Pada wanita menopause, hal ini berkaitan dengan penurunan kadar estrogen, dimana estrogen mempunyai peran yang sangat penting dalam membatasi jumlah resorpsi tulang (Spencer & Brown, 2007).

f. Gejala pada Kulit dan Wajah

Rendahnya kadar estrogen akan mempengaruhi jaringan kolagen pada tubuh, yang mengakibatkan kulit menjadi kering, keriput dan kehilangan elastisitas. g. Penambahan Berat Badan

Banyak wanita mengalami peningkatan berat badan saat menopause, terutama di area sekita perut. Hal ini berhubungan dengan menurunnya kadar estrogen dan gangguan pertukaran zat dasar metabolisme lemak.

h. Perubahan pada Payudara

Bentuk payudara akan mengecil, mendatar, dan mengendur. Hal ini terjadi karena pengaruh atrofi pada kelenjar payudara. Puting payudara juga mengecil dan pigmentasinya berkurang.

(20)

Perasaan gelisah, tegang, lesu, sedih sering dialami seseorang yang mengalami menopause. Hal ini terjadi karena pusat pada otak yang mengendalikan kesehatan, pikiran, penguasaan, dan rasa tenang dipengaruhi oleh hormon estrogen.

D. DEWASA MADYA

1. Pengertian Dewasa Madya

Masa dewasa madya atau usia setengah baya adalah masa usia antara 40 sampai 60 tahun. Usia madya merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan manusia, yang dibagi ke dalam dua subbagian, yaitu : usia madya dini (40-50 tahun) dan usia madya lanjut (50-60 tahun). Masa dewasa madya ditandai dengan adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental (Hurlock, 1990).

2. Karakteristik Usia Madya

Hurlock (1990) mengungkapkan terdapat sejumlah karakteristik usia dewasa madya, yaitu :

a. Periode yang sangat ditakuti

Periode usia madya merupakan masa yang lebih menakutkan bila dilihat dari seluruh kehidupan manusia. Beberapa alasan yang membuat orang takut memasuki usia dewasa madya adalah banyaknya stereotipe yang tidak menyenangkan tentang usia madya, yaitu adanya kepercayaan tentang kerusakan mental dan fisik yang diduga disertai dengan menurunnya fungsi reproduksi seseorang. Selain itu adanya penekanan terhadap pentingnya masa

(21)

muda. Hal ini memberi pengaruh yang kurang menguntungkan terhadap sikap orang dewasa pada saat memasuki usia madya dalam kehidupan mereka. Selain itu pada masa ini kebanyakan orang dewasa menjadi rindu pada masa muda mereka dan berharap dapat kembali ke masa itu.

b. Masa transisi

Usia madya merupakan masa transisi dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru. Periode ini merupakan masa dimana pria mengalami perubahan keperasaan dan wanita mengalami perubahan dalam kesuburan. Transisi juga berarti penyesuaian diri terhadap minat, perilaku dan peran. Terjadi perubahan hubungan yang awalnya berpusat pada keluarga (family centered relationship) menjadi hubungan yang berpusat pada pasangan (pair centered relationship).

Pada perubahan peran, pria harus menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi pekerjaan yang perlu disesuaikan dengan kondisi fisik mereka. Bagi wanita,ia harus mneyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi, baik dalam rumah tangga maupun dalam pekerjaan.

c. Masa stress

Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak keseimbangan fisik dan psikologis seseorang dan membawanya ke masa stres. Misalnya kebanyakan wanita mengalami gangguan saat mereka mengalami menopause, anak-anak yang meninggalkan rumah, dan hal ini

(22)

memaksa mereka melakukan penyesuaian dalam pola hidup mereka. Bagi pria, umumnya pada usia 50-an mereka melakukan penyesuaian terhadap masa pensiun.

d. Usia yang berbahaya

Usia madya dipandang sebagai usia yang berbahaya dalam rentang kehidupan. Beberapa hal yang dianggap berbahaya diantaranya adalah mengalami kesulitan kondisi fisik sebagai akibat terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurang memperhatikan kehidupan.

e. Usia canggung

Usia madya dikenal dengan istilah “usia serba canggung”, dimana seseorang yang berusia madya tidak lagi muda tetapi juga tidak tua. Orang yang berusia madya seolah-olah berdiri di antara generasi yang lebih muda dan generasi yang lebih tua.

f. Masa berprestasi

Selama usia madya, orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti beraktivitas dan tidak mengerjakan sesuatu apapun lagi. Apabila orang berusia madya memiliki kemauan yang kuat untuk berhasil, mereka akan mencapai puncaknya dan menikmati hasil dari kerja keras yang dilakukan sebelumnya.

g. Masa evaluasi

Usia madya juga dikenal sebagai masa evaluasi diri. Karena pada umumnya seseorang pada usia madya mencapai puncak prestasinya, maka pada masa ini merupakan saat untuk mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi

(23)

mereka dan harapan-harapan orang lain, khususnya anggota keluarga dan teman.

h. Masa sepi

Usia madya dialami sebagai masa sepi, masa ketika anak-anak tidak lagi tinggal bersama orangtua. Tahap masa kahampaan atau sepi dimulai dari usia 40-an, walaupun dengan perkawinan yang ditunda atau keluarga yang mempunyai banyak anak. Selain itu setelah bertahun-tahun hidup dalam rumah yang berpusat pada keluarga (family centered home), umumnya orang dewasa menemui kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan rumah yang berpusat pada pasangan (pair centered home). Keadaan ini terjadi karena selama masa-masa mengasuh anak, suami dan istri mengembangkan minatnya masing-masing. Akhirnya mereka hanya memiliki sedikit persamaan setelah minat mereka terhadap anak-anak berkurang, dan mereka harus saling melakukan penyesuaian diri dengan baik. Periode ini lebih bersifat traumatik bagi wanita daripada pria. Hal ini terjadi khususnya pada wanita yang menghabiskan waktu mereka dengan pekerjaan rumah tangga dan bagi mereka yang kurang memiliki minat untuk mengisi waktu senggang. Kondisi yang serupa juga dialami pria ketika mereka mengundurkan diri dari pekerjaan atau karena pensiun.

i. Masa jenuh

Periode ini merupakan masa yang penuh dengan kejenuhan. Banyak pria dan wanita mengalami kejenuhan pada akhir usia tigapuluhan dan empatpuluhan. Pria menjadi jenuh dengan kegiatan rutin sehari-hari dan kehidupan bersama

(24)

keluarga yang hanya memberikan sedikit hiburan. Sedangkan wanita banyak menghabiskan waktu untuk memelihara rumah dan membesarkan anak-anaknya. Kejenuhan tidak akan mendatangkan kebahagiaan atau kepuasan pada usia manapun. Akibatnya, usia madya seringkali merupakan periode yang tidak menyenangkan dalam hidup.

3. Tugas Perkembangan Usia Madya

Tugas- tugas perkembangan usia madya menurut Hurlock (1990), adalah : a. Penyesuaian diri terhadap perubahan fisik

Salah satu dari sekian banyak penyesuaian yang sulit bagi orang berusia madya adalah perubahan penampilan. Mereka harus benar-benar menyadari bahwa fisiknya sudah tidak mampu berfungsi seperti sebelumnya saat mereka masih kuat. Mereka juga harus menerima kenyataan bahwa kemampuan reproduksi mereka sudah berkurang atau bahkan mereka akan kehilangan dorongan serta daya tarik seksual. Penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan fisik adalah sebagai berikut :

1). Perubahan dalam penampilan

Seperti yang telah diketahui, penampilan seseorang memegang peranan penting terutama dalam penilaian sosial, dan kepemimpinan. Bagi pria dan wanita selalu terdapat ketakutan bahwa penampilan mereka pada usia madya tidak akan bisa mempertahankan pasangan mereka ataupun malah mengurangi daya tarik mereka di depan pasangan.

(25)

2). Perubahan dalam kemampuan indera

Perubahan-perubahan pada tubuh bagian luar juga terjadi bersamaan dengan perubahan-perubahan pada organ-organ dalam. Selain itu juga terdapat perubahan dalam kemampuan indera, seperti menurunnya ketajaman mata, melemahnya kemampuan mendengar dan penurunan daya cium.

3). Perubahan pada kesehatan

Usia madya ditandai dengan menurunnya kesegaran fisik secara umum dan memburuknya kesehatan. Masalah kesehatan pada usia madya mencakup kcenderungan mudah lelah, sakit pada otot, sakit lambung, pusing, kehilanga selera makan serta insomnia.

4). Perubahan seksual

Penyesuain fisik yang paling sulit dilakukan oleh pria maupun wanita pada usia madya adalah perubahan-perubahan pada kemampuan seksual mereka, dimana wanita memasuki masa menopause dan pria mengalami andropouse. Dalam hal ini terdapat berbagai keyakinan yang membuat orang semakin merasa takut dalam menghadapi perubahan-perubahan ini.

b. Penyesuaian diri terhadap minat yang berubah

Perubahan minat yang ada pada usia madya terjadi sebagai akibat dari perubahan tugas, tanggungjawab, kesehatan dan peran dalam hidup. Beberapa perubahan minat pada usia madya diantaranya adalah :

(26)

Minat terhadap penampilan semakin terlihat ketika perubahan fisik terjadi dan dibarengi dengan semakin bertambahnya usia. Baik pria maupun wanita biasanya melakukan pemilihan makanan, olahraga, menggunakan alat kecantikan atau pakaian guna menutupi kondisi fisiknya.

2). Minat terhadap uang

Pria tidak terlalu memikirkan jumlah pendapatannya dibandingkan saat ia masih muda. Baginya, stabilitas kerja, kepuasan, dan prestise jauh labih penting daripada uang yang diperoleh. Sebaliknya wanita lebih sering tertarik pada uang daripada pria, serta tertarik juga pada harta benda seperti mobil, pakaian, rumah yang dijadikan sebagai ukuran keberhasilan.

3). Minat terhadap simbol status

Pada usia madya seseorang akan semakin tertarik dengan simbol status. Simbol status yang dianggap bernilai diantaranya adalah rumah, mobil, dan pakaian. Makin banyak simbol status yang dimilikinya maka akan semakin tinggi kemungkinan dan kesempatan untuk memperoleh pengakuan.

4). Minat terhadap agama

Orang yang berusia madya sering tertarik pada kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan dibandingkan saat mereka masih muda. Banyak dari mereka memandang agama sebagai sumber kebahagiaan yang lebih besar daripada masa sebelumnya.

(27)

5). Minat terhadap urusan kemasyarakatan

Orang pada usia madya lebih banyak memanfaatkan waktu mereka untuk kegiatan kemasyarakatan dan berperan dalam organisasi masyarakat. Alasan orang pada usia madya berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan adalah untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan dalam melayani kebutuhan masyarakat. Selain itu untuk mengurangi perasaan sepi dan untuk meningkatkan prestise.

6). Minat terhadap rekreasi

Salah satu tugas perkembangan selama masa usia madya adalah belajar menggunakan waktu luang. Baik pria maupun wanita pada masa ini memiliki lebih banyak waktu luang dibandingkan masa sebelumnya, oleh karena itu biasanya mereka melakukan kegiatan yang bersifat rekreasional.

c. Penyesuaian sosial

Usia madya sering membawa perubahan minat dalam kehidupan sosial. Sebagai pasangan yang tanggungjawab keluarganya berkurang, mereka dapat lebih banyak terlibat dengan kegiatan sosial dibanding semasa mudanya. Banyak orang yang berusia madya terutama kaum wanita, menyadari bahwa kegiatan sosial dapat menghilangkan kesepian karena anak-anaknya sudah dewasa dan berkeluarga. Selama masa ini, orang senang terhadap kegiatan menjamu teman dalam bentuk acara makan malam, pesta-pesta dan kegiatan berkumpul. Kegiatan ini mencapai puncaknya pada usia empatpuluhan dan mengalami penurunan pada usia enampuluhan. Sealin itu apabila seseorang

(28)

mulai memasuki masa pensiun, kegiatan masyarakatnya pun akan berkurang. Akibatnya seseorang cenderung menghabiskan waktunya dengan keluarga dekat.

d. Penyesuaian pekerjaan

Banyak orang usia madya tidak dipekerjakan lagi akibat dari meningkatnya penggunaan alat-alat kerja dan adanya kecenderungan penggabungan perusahaan. Penyesuaian terhadap pekerjaan bagi orang usia madya menjadi sulit karena sejumlah kondisi baru dalam lingkungan pekerjaan.

e. Penyesuaian terhadap perubahan pola keluarga

Pola kehidupan keluarga banyak mengalami perubahan selama periode usia madya. Penyesuaian terhadap perubahan ini biasanya lebih sulit bagi wanita daripada pria karena kehidupan wanita berpusat pada rumah dan anggota keluarga selama tahun-tahun sebelumnya. Penyesuaian terhadap perubahan keluarga sering dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang berhubungan secara langsung ataupun tidak langsung. Selain itu pria dan wanita yang kecewa terhadap perkawinannya memiliki alasan yang berbeda. Pria kecewa dengan perkawinannya apabila ia merasa kurang berhasil dalam pekerjaannya ataupun adanya masalah dalam keluarga. Sedangkan wanita kecewa dengan perkawinannya apabila ada masa ini ia merasa tidak berguna karena tanggungjawabnya sebagai ibu berkurang, atau ia merasa suami tidak memperhatikannya.

Perubahan pola keluarga membuat seseorang melakukan beberapa penyesuaian, diantaranya adalah penyesuaian terhadap perubahan peran. Hal

(29)

ini dapat terlihat saat anak-anak mereka meninggalkan rumah, dan orangtua harus menghadapi penyesuaian kehidupan yang biasa disebut periode sarang kosong (empty nest). Selain itu dengan berakhirnya tanggung jawab sebagai orangtua, suami dan isteri menjadi saling bergantung satu sama lain.

f. Penyesuaian diri dengan hilangnya pasangan

Kehilangan pasangan karena kematian ataupun perceraian akan menimbulkan masalah penyesuaian diri bagi seseorang. Hal ini lebih terasa menyulitkan bagi wanita daripada pria. Wanita usia madya yang kehilangan pasangan akan mengalami kesepian yang mendalam. Perasaan ini akan semakin diperkuat oleh frustasi dari dorongan seksual yang tidak terpenuhi dan kesulitan masalah ekonomi untuk menghidupi keluarga. Sedangkan pria yang kehilangan pasangan akan mengalami kekacauan pola hidup dalam rumah tangganya.

g. Penyesuaian diri dengan ambang masa pensiun

Masalah penyesuaian yang paling umum dalam masa pensiun adalah masalah yang berhubungan dengan anggota keluarga. Selain itu penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun lebih sulit bagi pria, dan kesulitan tersebut akan bertambah apabila tidak ada dukungan dari anggota keluarga. Sebaliknya hal ini tidak terlalu sulit bagi wanita, mereka tidak sulit mengisi waktu luang, dan mereka juga terbebas dari tekanan yang disebabkan oleh peran ganda yang disandangnya.

(30)

h. Penyesuaian diri dengan ambang usia lanjut

Orang pada usia madya sering mengalami ketakutan menghadapi usia lanjut, dan akibatnya mereka sering merasa tidak tenang. Biasanya mereka tidak mempersiapkan diri secara memadai dalam melakukan penyesuaian yang diperlukan semasa usia lanjut. Dengan demikian banyak dari mereka yang menghadapi usia lanjut sebagai salah satu periode hidup yang paling mengecewakan. Oleh karena itu apabila seseoang ingin menyesuaikan diri dengan baik pada masa tuanya, ia harus membuat persiapan yang baik agar dapat menghadapi masa tua dengan lebih baik.

E. HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DENGAN KECEMASAN PADA WANITA MENOPAUSE

Salah satu gejala psikologis ketika menopause adalah kecemasan. Nugroho (2002) menyatakan bahwa kecemasan yang dialami seseorang pada saat menopause erat hubungannya dengan proses menopause itu sendiri, dimana kadar estrogen yang mulai menurun dapat menimbulkan kecemasan. Mustopo (2005) juga menyatakan bahwa kesehatan, pikiran dan ketenangan dipengaruhi oleh hormon estrogen. Banyak wanita yang mengeluh bahwa setelah menopause mereka berubah menjadi pencemas.

Kecemasan adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan munculnya kegelisahan, kebingungan, ketakutan dan kekhawatiran, dimana perasaan ini berhubungan dengan aspek-aspek subjektif dan emosi yang hanya dapat dirasakan oleh orang yang bersangkutan, dimana akibatnya dapat

(31)

diketahui secara langsung dalam bentuk fisiologis (Calhoun dan Acolella,1995). Kartono (1981) juga menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu perasaan yang ditandai dengan emosi yang tidak stabil, mudah tersinggung dan marah, serta sering berada dalam keadaan gelisah.

Kecemasan yang dialami seseorang selama menopause dipengaruhi oleh sikap orang tersebut terhadap menopause, dimana menopause sering dilihat sebagai sesuatu yang menakutkan bagi wanita (Dacey & Travers, 2002). Kekhawatiran ini berawal dari pemikiran seseorang bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, tidak bugar dan tidak cantik lagi. Padahal, masa menopause merupakan salah satu fase yang harus dijalani seorang wanita dalam kehidupannya, dan kecemasan yang mereka alami dapat menyebabkan mereka sangat sulit menjalani masa ini (Kasdu, 2002).

Agar dapat menjalani menopause dengan baik, diperlukan kemauan diri untuk memandang hidup sebagai sebuah harapan, dan dibutuhkan pikiran yang positif dalam memandang setiap kejadian/ peristiwa yang dialami. Apabila seseorang dapat berpikir secara positif, maka mereka dapat melalui masa menopause dengan mudah. Namun sebaliknya, apabila orang tersebut berpikir negatif tentang menopause, maka keluhan-keluhan yang muncul akan semakin memberatkan hidupnya.

Oleh karena itu penting bagi seseorang untuk berpikir secara positif bahwa menopause merupakan sesuatu yang sifatnya alami, sama halnya seperti fase kehidupan yang lain. Sikap positif tersebut dapat muncul apabila ada bantuan dari orang-orang disekitarnya (Kasdu, 2002). Selain itu beberapa penelitian

(32)

menyatakan bahwa perasaan- perasaan negatif yang dialami seseorang selama menopause berhubungan dengan rendahnya dukungan yang diperoleh dalam hidupnya (Dacey & Travers, 2002). Bantuan, perhatian, atau kenyamanan yang dirasakan seseorang yang diterimanya dari orang lain disebut dengan dukungan sosial (Cobb,dkk dalam Sarafino, 1998).

Dukungan sosial merupakan berbagai macam dukungan yang diterima oleh seseorang dari orang lain, dapat berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan atau harga diri, dukungan instrumental, dukungan informasi atau dukungan dari kelompok.

Kasdu (2002) menyatakan bahwa pengertian, penerimaan dan dukungan dari suami sangat besar artinya bagi wanita yang menjalani menopause. Komunikasi dan keterbukaan diantara keduanya dapat membantu seseorang menjalani menopausenya dengan lebih baik. Peran positif dari suami akan membuat seorang wanita berpikir bahwa kehadirannya masih sangat dibutuhkan dalam menghadapi kehidupan.

E. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesa utama dari penelitian ini yaitu ada hubungan negatif antara dukungan sosial suami dengan kecemasan pada wanita menopause. Diasumsikan bahwa jika dukungan sosial suami tinggi, maka kecemasan pada wanita menopause akan rendah. Sebaliknya, jika dukungan sosial suami rendah, maka kecemasan pada wanita menopause akan tinggi.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan asumsi data SST Niño3.4 dapat diwakili oleh data ESPI, maka sesuai dengan landasan teori sebelumnya yang menyatakan bahwa akan terjadi kering yang relatif sangat

Untuk menghindari pelabelan sebagai pembajakan, sebagian besar website memiliki struktur yang serupa, yaitu mereka berstrategi dengan menampilkan sebuah pernyataan ( disclaimer

Pada pupuk padat/kompos, kandungan Nitrogen Kiambang sebesar 2.43% dan masuk dalam standar minimal persyaratan pupuk organik padat, sedangkan kandungan Phospor dan

63/ PRT/ 1993 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH SEMPADAN DAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI” adalah benar- benar karya saya, dan

Hasil yang diharapkan adalah curah hujan luaran RegCM3 tidak berbeda secara nyata dengan data observasi sehingga data curah hujan luaran RegCM3 tersebut dapat

[r]

[r]

Pendekatan dengan tema desain arsitektur perilaku ini ada pada Laporan perancangan yaitu Pasar Seni dan Kerajinan Batik di Surakarta, dimana bangunan ini menggukan