i
PERAN KOMITE SEKOLAH
DALAM PELAKSANAAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
DI MI ISLAMIYAH BANYUANYAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
P R I H A T I
NIM : 114 11 019
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
ix
MOTTO
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (Q.S Al-Insyirah ayat 7)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta
2. Suami dan anak-anak tercinta
3. Teman- teman seperjuangan baik di MI maupun di kampus
xi ABSTRAK
Prihati. 2016. Peran Komite Sekolah dalam Pelaksanaan Manajemen Pendidikan di MI
Islamiyah Banyuanyar Tahun 2016. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Badwan, M.Ag.
Kata kunci: komite, sekolah, manajemen, pendidikan
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen pendidikan di MI Islamiyah Banyuanyar. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana peran komite sekolah terhadap managemen pendidikan di MI Islamiyah Banyuanyar?, (2) Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat peran komite terhadap managemen pendidikan di MI Islamiyah Banyuanyar?, dan (3) Cara apa saja yang ditempuh untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut?.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif untuk mencari gambaran dan data yang bersifat deskriptif tentang peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen pendidikan di MI Islamiyah Banyuanyar Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.
xiii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur selalu penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas
segala limpahan rahmat dan hidayat serta karunia-Nya sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW, sebagai tauladan kita untuk mencapai kebahagiaan dunia
dan akhirat.
Penulis menyadari bahwa selesainya penyusunan skripsi ini berkat
motivasi, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., Rektor IAIN Salatiga yang telah
memberikan kesempatan belajar pada peneliti.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang
telah memberikan izin penelitian.
3. Bapak Drs. Badwan, M.Ag. selaku pembimbing yang penuh kesabaran dan
kearifan yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan.
4. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga.
5. Staf dan Karyawan IAIN Salatiga.
6. Ayah dan Ibu yang tercinta yang telah memberikan motivasi dan dukungan.
7. Suamiku (Sukono) dan Anakku (Afifah dan Nadzifa) tersayang, yang
memberi motivasi dan bantuan serta setia mendampingi dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
8. Keluarga besar MI Islamiyah Banyuanyar yang telah memberi motivasi dan
xiv
9. Bapak Komite Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Banyuanyar, yang telah
membantu penulis dalam penulisan skripsi ini hingga selesai.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan
pembaca pada umumnya. Atas batuan dan partisipasi semua pihak semoga
mendapatkan balasan yang baik dari Allah SWT.
Salatiga, Pebruari 2017
xvi DAFTAR ISI
COVER ... i
NOTA PEMBIMBING ... ii
NOTA PENGUJI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
G. Tahap-Tahap Penelitian Penelitian ... 13
H. Hipotesis ... 14
D. Sistematika Penelitian ... 15
xvii
1. Pengertian Manajemen ... 22
2. Pengertian Pendidikan ... 24
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 25
A. Gambaran Umum Mi Islamiyah Banyuanyar ... 25
1. Sejarah MI Islamiyah Banyuanyar ... 25
2. Letak MI Islamiyah Banyuanyar ... 26
3. Visi dan Misi MI Islamiyah Banyuanyar ... 27
4. Status Madrasah ... 28
1. Peran Komite Sekolah di MI Islamiyah Banyuanyar 31 2. Faktor Pendukung dan Penghambat Peran Komite .. 32
3. Jalan yang ditempuh guna mengatasi Hambatan ... 34
BAB IV PEMBAHASAN ... 36
A. Analisa Peran Komite Sekolah ... 36
1. Peran Komite Sekolah sebagai Pemberi Pertimbangan 39 2. Peran Komite Sekolah sebagai Pendukung ... 44
3. Peran Komite Sekolah sebagai Pengontrol ... 46
4. Peran Komite Sekolah sebagai Mediator ... 48
B. Analisa Faktor Pendukung dan Penghambat Peran Komite 49 1. Faktor Pendukung ... 49
2. Faktor Penghambat ... 52
xviii
BAB V PENUTUP ... 60
A. Kesimpulan ... 60
B. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 63
1 BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa sekarang ini perkembangan tekhnologi semakin canggih,
namun hal tersebut ada dampak buruk yang ada pada sebagian diantara kita.
Salah satu dampak buruknya adalah semakin terpuruk akidah dan akhlak dari
generasi muda saat ini. sehingga perlu ditanamkan pondasi agama yang kuat
pada tiap anak didik.
Dalam mewujudkan Tauhid yang kuat pada tiap diri individu, perlu
ditanamkan pendidikan akidah . Dengan demikian pendidikan akidah tidaklah
dipandang sebelah mata dan dikesampingkan. Dengan penanaman pendidikan
akidah akan tercipta pendidikan yang mampu mengarahkan peserta didik pada
pendidikan diri yang lebih mantap.
Apabila pendidikan diri pada setiap manusia telah terarah, maka akan
memperkuat keyakinan dirinya pada sang Kholiq. Sehingga keinginan
manusia untuk hidup bahagia di dunia dan akhirat akan tercapai. Manusia
hidup di dunia ini tidak lain adalah untuk mendapatkan kebahagiaan. Karena
keinginan untuk hidup bahagia merupakan kodrat atau fitrah yang dimiliki
manusia. Sehingga aktifitas yang dilakukan dalam hidupnya didasari
keinginan dan tujuan untuk menemukan kebahagiaan pada dirinya. Menurut
David Kreck dkk., apapun tindakan pikiran manusia pada dasarnya
2
mengalami perkembangan dan perubahan. Keinginan tersebut lebih tertuju
pada kebahagiaan.
Hal tersebut sesuai dengan firman Allah :
peliharalah kami dari siksa neraka".
Di era moden sekarang ini, terdapat fenomena pada sebagian
masyarakat yang merasa tidak bahagia walaupun segala kemegahan dan
kemewahan hidup telah terpenuhi. Fenomena ini terjadi karena manusia tidak
bisa memahami siapakah dirinya, berasal darimana, harus kemana, apa tujuan
hidupnya. Manusia yang berada pada kondisi semacam ini, sesungguhnya
terdapat dalam kategori manusia yang mengalami krisis makna hidup.
Ketidak bermaknaan hidup yang terjadi pada manusia modern sekarang ini
dikarenakan terbuangnya tradisi-tradisi religius dan akar-akar spiritual.
Kehidupan modern telah membuat sebagian dari manusia terlena dengan
rutinitas kerja dan bermacam-macam kesibukan lainnya yang terus
menghimpit kehidupannya. Sehinggga banyak manusia yang disibukkan
dengan urusan dunia, dan mereka menghalalkan berbagai cara untuk
Pondasi pendidikan anak pada masa modern sangat dibutuhkan oleh
setiap orang tua. Pendidikan yang paling dini terdapat di dalam keluarga.
3
kehidupan seorang anak, karena setiap saat anak akan selalu melihat perilaku
dari kedua orang tuanya. Keluargalah yang menanamkan dasar dari
pendidikan spiritual dan moral paling dini. Dalam keluarga yang bahagia dan
sejahtera memiliki ketauladanan yang baik, karena anak selalu melihat dan
menauladani tingkah laku orangtuanya. Sebaliknya, apabila keluarga tersebut
kurang harmonis, keteladanan orang tua tidak ada, anak cenderung meniru
perilaku orangtuanya yang tidak harmonis tersebut sehingga dapat
menjadikan seorang anak tumbuh menyimpang dari sikap moral yang baik.
Sekolah adalah rumah kedua, tempat anak memperoleh pendidikan
formal. Didalam lembaga pendidikan atau sekolah tersebut anak dididik dan
diasuh oleh para guru. Di lingkungan ini anak belajar dan berlatih untuk
meningkatkan kemampuan daya pikirnya dengan didampingi seorang guru.
Disini guru mempunyai peranan yang sangat penting bagaikan pengganti
orangtua.
Sebagai orang tua haruslah dapat memilih lembaga pendidikan yang
berkualitas, dimana pendidikan tidak hanya mementingkan intelektual saja,
namun juga mengedepankan akhlak dan moral. Dengan semakin besar
kebutuhan pendidikan formal, maka banyak sekali bermunculan lembaga
pendidikan. Berkembang dan majunya lembaga pendidikan tidak terlepas dari
berbagai aspek. Sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur’an Surat Ash
-Shafat ayat 4 yang berbunyi;
4
Artinya : Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan Allah dalam barisan teratur seakan-akan seperti bangunan yang tersusun kokoh.
Untuk membangun bangunan yang tersusun kokoh (bunyanun
marshus) diperlukan lembaga dan management yang tangguh serta didukung
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, baik kualitas iman, ilmu
maupun amal shalih. Sumber daya alam yang berkualitas harus ada didalam
sebuah lembaga maupun diluar lembaga. Yang mana di luar lembaga yang
sangat berpengaruh adalah dengan adanya komite sekolah. Untuk itu
hubungan yang solid antara pihak lembaga dengan komite sekolah sangat
dibutuhkan.
Dalam lembaga pendidikan yang sangat berpengaruh adalah
managemen sekolah dan guru (pendidik). Lembaga dan managemen bagaikan
satu tubuh, dimana lembaga adalah jasadnya sedangkan managemen adalah
ruhnya. Selain managemen, faktor pendidik memiliki peran yang sangat
penting. Bagaimanapun, dia adalah seorang yang penyampai ilmu, pemberi
nasehat, dan teladan bagi anak didiknya. Maka dari itu, pendidik harus mampu
mempertahankan penampilan sebagai orang terbaik di mata anak didiknya.
guru juga sangat berpengaruh. Menurut Abdullah Nashih Ulwan dalam buku
Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer (1991:
56) mensyaratkan bagi setiap pendidik untuk memiliki sifat-sifat asasi, yaitu:
Ikhlas, bertaqwa, berilmu, bersikap dan berperilaku santun, dan memiliki rasa
5
Komite Sekolah adalah nama badan yang berkedudukan pada satu
satuan pendidikan, baik jalur sekolah maupun luar sekolah, atau beberapa
satuan pendidikan yang sama di satu kompleks yang sama. Dengan adanya
komite lembaga pendidikan akan lebih mudah untuk mengembangkan dan
memajukan lemabaganya. Komite akan membatu dalam memberikan solusi,
penambahan dan pengembangan fasilitas yang dibutuhkan demi maju dan
berkembangnya lembaga pendidikan tersebut. Untuk meningkatkan kinerja
lembaga pendidikan komite sangat berperan dalam membuat perencanaan
demi maju dan berkembangnya lembaga pendidikan.
Ada beberapa pendekatan untuk menyusun rencana (action plan), salah
satunya dengan menggunakan pendekatan pertanyaan W5H1, yaitu What
(apa), Who (siapa), When (kapan), Where (dimana), Why (mengapa), How
(bagaimana). Misalnya , dalam membuat rencana. Apa rencana yang akan
dibuat dan apa manfaatnya dalam menyelesaikan masalah. Siapa yang akan
membuat, bertanggung jawab dan melaksanakan rencana tersebut. Kapan akan
direncanakan dan dilaksanakan serta berapa lama. Dimana rencana akan
dibuat dan dilaksanakan. mengapa rencana tersebut perlu dibuat. Bagaimana
rencana tersebut dibuat. Cara pelaksanaan dan perkiraan target yang akan
dicapai.
Selain membantu dalam membuat perencanaan, komite juga sangat
berperan dalam melaksanakan program yang telah dibuat. Selain itu komite
juga dapat melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilasanakan.
6
sehingga komite juga berperan untuk melakukan perbaikan. Peran komite
terhadap managemen pendidikan sangatlah diperlukan untuk mencapai
lembaga pendidikan yang maju dan berkualitas. Dengan demikian setiap
lembaga pendidikan terdapat komite sekolah yang mempunyai peran yang
berbeda antara lembaga pendidikan satu dengan yang lain.
Berangkat dari hal tersebut diatas maka peneliti ingin melakukan
penelitian tentang “Peran Komite Sekolah Terhadap Manajemen Pendidikan
di MI Islamiyah Banyuanyar, ampel, Boyolali Tahun 2013”.
B. Rumusan Masalah
Didalam penyusuna skripsi ini penulis merumuskan masalah yang
akan dibahas sebagai berikut:
1. Bagaimana peran komite sekolah terhadap managemen pendidikan di MI
Islamiyah Banyuanyar?
2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat peran komite terhadap
managemen pendidikan di MI Islamiyah Banyuanyar?
3. Cara apa saja yang ditempuh untuk mengatasi hambatan-hambatan
tersebut?
C. Penegasan Istilah
7
a. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 1989, peran punya
makna seperangkat tingkat yang diharapkan, yang dimiliki oleh
berkedudukan di masyarakat.
b. Jodenmot, 29 Desember 2012, peran didefinisikan sebagai
expectation about appropriate behavior in job (harapan tentang
tingkah laku yang tepat dalam pekerjaan) .
Peran menurut penulis yaitu suatu harapan yang dimiliki oleh
seseorang dalam suatu bidang tertentu.
2. Komite Sekolah
a. Komite Madrasah/Sekolah (Khaeruddin, 2007: 249) merupakan suatu
badan atau lemabag non-profit dan non-politis, yang dibentuk
berdasarkan musyawarah demokratis para stakeholder pendidikan
madrasah, sebagai representasi dari berbagai unsur yang bertanggung
jawab terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan.
b. Menurut pendapat Komite Sekolah (Sudarwan Danim, 2006: 267)
yaitu badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam
rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efesiensi pengelolaan
pendidikan di satuan pendidikan sekolah / madrasah baik pada
pendidikan pra sekolah maupun pendidikan dasar dan menengah.
Menurut penulis, komite sekolah adalah suatu badan yang mewadai
dan membahas hal-hal yang menyangkut kepentingan kelembagaan
sekolah untuk meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi
8
3. Manajemen Pendidikan
a. Menurut Made Pidarto (1988:4) menyebutkan manajemen pendidikan
yaitu sebagai aktifitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar
terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditentukan sebelumnya.
b. Menurut Suryosubroto (1990: 15-16) disebutkan 1) managemen
pendidikan adalah kerjasama untuk mencapai tujuan pendidikan. 2)
Managemen pendidikan yaitu proses untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Managemen pendidikan yang dimaksud penulis adalah aktifitas
beberapa orang untuk mencapai dan menyamakan sumber-sumber
pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
4. Madrasah
a. Menurut Hasyim Baiturrahman, madrasah yaitu wadah atau tempat
belajar ilmu-ilmu keIslaman dan ilmu pengetahuan, keahlian lainnya
yang berkembang pada zamannya.
b. Menurut Sejahti Sempurnaa, Madrasah adalah lemabaga pendidikan
yang porsinya lebih terhadap mata pelajaran agama. khususnya Islam.
Madrasah yang dimaksud disini yaitu tempat untuk menimba ilmu
agama Islam dan juga ilmu-ilmu pengetahuan umum yang lain.
9
1. Untuk mengetahui sejauhmana peran komite sekolah terhadap managemen
pendidikan di MI Islamiyah Banyuanyar.
2. Untuk mengtahui faktor yang mendukung dan menghambat peran komite
sekolah terhadap managemen pendidikan di MI Islamiyah Banyuanyar.
3. Untuk mengetahui cara-cara yang ditempuh komite sekolah untuk
mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi.
E. Manfaat Penelitian
1. Teoritik
Manfaat secara teoritik yang diperoleh dari penelitian ini adalah
menambah khasanah keilmuan pendidikan pada Jurusan Tarbiyah Progdi
PAI IAIN Salatiga khususnya dalam pengetahuan peran komite.
2. Praktis
Manfaat secara praktis dari penelitian ini adalah sebagai masukan bagi
komite sekolah untuk meningkatkan perannya. Bagi kepala sekolah
temuan penelitian sebagai rekomendasi untuk lebih erat menjalin
hubungan dengan komite sekolah.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah jenis pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif menurut Kirk dan Miller dalam Moleong
10
secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam
kawasannya maupun dalam peristilahannya.
Sedangkan pendekatan kualitatif menurut Bogdan dan Taylor
mendefinisikan “Metode Kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moelong, 1975: 5).
Pndekatan kulitatif bersifat generating theory. Teori yang dihasilkan
bukan teori substansif dan teori-teori yang diangkat dari dasar. Dalam
penelitian ini penulis hanya mencari gambaran dan data yang bersifat
deskriptif tentang peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen
pendidikan di MI Islamiyah Banyuanyar Ampel Boyolali.
2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan turun
langsung kelapangan untuk mencari instrumen yang dapat digunakan
untuk menunjang keabsahan hasil penelitian.
Ada dua sumber data yang digunakan oleh peneliti yaitu:
a. Sumber data utama yang berupa kata-kata atau tindakan (sumber
primer)
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari tempat
11
Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi
langsung tentang peran komite sekolah. Dalam pelaksanaan
manajemen pendidikan di MI Islamiyah Banyuanyar Ampel
Boyolali 2016. Adapun sumber data primer, penulis dapatkan dari
wawancara dengan pihak komite sekolah, guru dan kelapa sekolah.
b. Sumber sekunder
Data sekunder yaitu data yang berkaitan dengan topik
penelitian guna mendukung penelitian tentang peran komite sekolah
dalam pelaksanaan manajemen sekolah di MI Islamiyah
Banyuanyar. Data ini diperoleh dari buku-buku, majalah dan
dokumentasi.
Dengan adanya sumber data yang dapat digunakan untuk
menunjang keabsahan penelitian, maka digunaka metode pengumbulan
data yaitu:
a. Wawancara
Metode wawancara adalah percakapan dengan maksud
menkontruksi orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,
kepedulian, dan sebagainya. (Moleong, 1985: 266). Adapun nara
sumber dari wancara disini yaitu anggota komite sekolah, guru, dan
kepala sekolah. Metode ini digunakan penulis untuk mencari data
peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen sekolam di MI
Islamiyah Banyuanyar tahun 2016.
12
Guba dan Lin Coln Mengemukakan bahwa metode pengamatan
dimanfaatkan sebesar-besarnya supaya dapat melihat sendiri secara
langsung untuk mencatat peristiwa yang terjadi, memahami
situasi-situasi yang sulit atau mungkin komunikasi tidak dapat berlangsung.
(Meleong, 1985: 174)
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu penelitian yang ditujukan pada
penguraian, teknik ini digunakan untuk memuat penjelasan melalui
sumber-sumber. (Surahmat, 1982: 132) Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan data tentang;
1) Jumlah anggota komite sekolah MI Islamiyah Banyuanyar
2) Gambaran umum tentang MI Islamiyah Banyuanyar
3) Peran-peran komite di Mi Islamiyah Banyuanyar
4) Pengumpulan dokumen-dokumen yang berguna bagi penelit
3. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini berlokasi di MI Islamiyah Banyuanyar Desa
Banyuanyar Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Waktu pelaksanaan
penelitian adalah semester ganjil tahun ajaran 2016
G. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam melakukan penelitian dapat dilakukan dengan empat tahap yaitu:
13
Penulis menentukan focus penelitian yang akan menjadi pokok bahasan
dan melakukan konsultasi kepada pembimbing dalam penyusunan
proposal penelitian serta dilanjutkan penyelesaian perijinan lokasi
penelitian.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Penulis melakukan pengumpulan bahan yang berkaitan dengan wawancara
pengamatan dan dokumentasi penelitian. Maka penulis mulai terjun ke
lapangan tempat penelitian tersebut dilakukan.
3. Tahap Analisis Data
Meliputi analisis data yang diperoleh melalui pengamatan dokumentasi
dan wawancara dengan anggota komite sekolah, guru, kepala sekolah dan
wali murid.
4. Tahap Penulisan Laporan
Meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian
kegiatan pengumpulan data hingga pemberian makna. Selain itu peneliti
melakukan konsultasi kepada pembimbing guna penyusunan laporan
selengkapnya.
H. Hipotesis
Kegiatan pendidikan didalam lembaga pendidikan dapat maju dan
14
berkembangnya suatu satuan pendidikan adalah managemen pendidikan yang
ada dalam lembaga tersebut. salah satu komponen yang mempengaruhi baik
dan tidaknya managemen pendidikan adalah komite sekolah.
Dalam hal ini menunjukkan bahwa dalam satuan pendidikan untuk
menciptakan pendidikan yang maju dan berkembang dibutuhkan managemen
yang baik. Managemen yang baik sangat dipengaruhi oleh peran serta dari
komite dalam memberikan sumbangan demi majunya pendidikan dalam
satuan pendidikan. Apabila komite sekolah dapat memberikan sumbangan
yang baik dalam hal pengembangan lembaga pendidikan maka lembaga
pendidikan tersebut akan menjadi sebuah lembaga yang maju baik kuantitas
maupun kualitasnya. Di satu sisi ketika komite sekolah tidak berperan aktif
(cuek) maka lembaga pendidikan akan sulit berkembang, bahkan lembaga
pendidikan tersebut akan mengalami kemerosotan baik dari kuantitas maupun
kualitasnya, yang pada akhirnya lembaga pendidikan itu akan ditinggalkan
oleh masyarakat. Dengan demikian komite sekolah sangat berperan didalam
peningkatan kuantitas dan kualitas suatu satuan pendidikan.
I. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini disusun secara sistematika, sebagai tata urutan yang
saling terkait satu sama lain. Untuk itu penulisan ini disusun dengan
sistematika sebagai berikut:
Bab pertama diuraikan menyangkut masalah Pendahuluan, yang terdiri
15
Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Tahap-Tahap Penelitian,
Sistematika Penulisan.
Bab kedua di dalam bab ini menyangkut Kajian Pustaka , yang diuraikan
tentang pengertian komite sekolah, peran komite sekolah, unsur komite
sekolah, pengertian manajemen pendidikan.
Bab ketiga di dalam bab ini diuraikan tentang paparan data dan temuan
penelitian, yang berisikan gambaran umum MI Islamiyah Banyuanyar, peran
komite sekolah, faktor pendukung dan penghambat peran komite sekolah,
jalan yang ditempuh guna mengatasi hambatan.
Bab keempat di dalam bab ini memaparkan pembahasan yang terdiri dari
analisis data tentang peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen
pendidikan.
Bab keempat penutup, yang berisi tentang kesimpulan, saran-saran, dan
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Komite Sekolah
1. Pengertian Komite Sekolah
Dalam lampiran II Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.
044/U/2002 tanggal 2 April 2002, Komite Sekolah yaitu badan mandiri
yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu,
pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan,
baik pada pendidikan pra sekolah, pendidikan sekolah, maupun pendidikan
luar sekolah. (Danim, Sudarwan, 2006: 267)
Menurut Khaeruddin (2007: 249) komite sekolah merupakan suatu
badan atau lembaga non-profit dan non-politis yang dibentuk berdasarkan
musyawarah demokratis para stakeholder pendidikan madrasah sebagai
reprentasi dari berbagai unsur yang bertangung jawab terhadap
peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diperjelas bahwa
komite sekolah adalah suatu badan mandiri yang mewadai peran serta dan
aspirasi masyarakat untuk bertanggung jawab dalam meningkatkan
kualitas pendidikan pada satuan pendidikan.
18
2. Kedudukan dan Sifat
a. Kedudukan komite sekolah
Kedudukan komite sekolah berada pada satuan pendidikan atau
beberapa satuan pendidikan yang berbeda jenjang tetapi masih dalam
satu lokasi. (KTSP, 2007: 249)
b. Sifat komite sekolah
Komite sekolah merupakan badan yang bersifat mandiri dan tidak
mempunyai hubungan hirarkis dengan sekolah maupun lembaga
pemerintah lainnya. (KTSP, 2007: 249)
3. Tujuan Komite Sekolah
Dibentuknya suatu komite sekolah pada satuan pendidikan pasti
ada tujuannya. Adapun tujuan pembentukan komite sekolah yaitu:
a. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam
melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan pada satuan
pendidikan.
b. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
c. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel dan
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang
19
B. Unsur Komite Sekolah
Menurut Khaeruddin (2007: 252) bahwa keanggotaan komite sekolah
terdiri atas beberapa unsur. Unsur-unsur tesebut adalah:
1. Unsur masyarakat
2. Unsur dewan guru, paling sedikit 15% dari jumlah anggota komite.
3. Unsur yayasan/lembaga penyelenggaraan pendidikan.
4. Badan pertimbangan desa yang lainnya yang dianggap perlu, dapat juga
dilibatkan sebagai anggota komite sekolah.
5. Perwakilan dari organisasi siswa bagi sekolah menengah atas.
Sementara Sudarwan Danim (2006: 269) dalam buku Visi Baru
Manajemen Sekolah menyebutkan bahwa unsur masyarakat itu bisa berasal
dari orang tua/wali, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, dunia usaha/industri,
organisasi profesi tenaga pendidikan, wakil alumni, dan khusus di pendidikan
menengah wakil dari peserta didik.
Dengan terbentuknya komite sekolah dari berbagai unsur perlu adanya
kepengurusan. Pengurus komite sekolah sekurang-kurangnya terdiri atas:
ketua, sekretaris, bendahara, dan pengurus bidang-bidang tertentu sesuai
kebutuhannya. Setelah terbentuknya kepengurusan komite sekolah, maka
komite sekolah harus mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
Anggaran dasar sekurang-kurangnya memuat:
1. Nama dan tempat kedudukan
2. Dasar, tujuan dan kegiatan
20
4. Hak dan kewajiban anggota dan pengurus
5. Keuangan
6. Mekanisme kerja dan rapat-rapat
7. Perubahan AD dan ART dan pembubaran organisasi. (Visi Baru
Manajemen Sekolah, 2006: 269)
Berdasarkan AD dan ART maka diharapkan nantinya peran dari
komite sekolah dalam peningkatan mutu dan kualitas sekolah akan lebih baik.
C. Peran Komite Sekolah
Menurut Sudarman Danim (2006: 268) yang mengacu pada Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional nomor: 044/U/2002 tanggal 2 April 2002 telah
ditegas bahwa peran komite sekolah yaitu:
1. Sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.
2. Sebagai pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial,
pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan
pendidikan. Dalam hal ini apabila suatu sekolah mempunyai suatu rencana
dipandang bermanfaat demi peningkatan kualitas dan mutu sekolah sudah
selayaknya komite memberikan dukungan sepenuhnya.
3. Sebagai pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan
pendidikan. Dalam hal ini maka komite sekolah melakukan pengontrolan
21
kurangnya fasilitas yang mewadahi, maju miundurnya proses KBM.
Sebagai pengontrol maka komite sekolah diharapkan dapat membantu
segala kekurangan yang dimiliki sekolahtersebut.
4. Sebagai mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat
disatuan pendidikan. Maksudnya komite sekolah sebagai media
penghubung antara pemerintah, masyarakat, dan pihak sekolah dalam
kaitannya dengan masalah yang ada hubungannya dengan pendidikan.
Selain komite punya peran dalam dunia pendidikan, komite juga
punya fungsi yang tidak dapat diabaikan. Beberapa funsi komite sekolah
yaitu:
1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
2. Melakukan kerja sama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia
usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu.
3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai
kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.
4. Memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada satuan
pendidikan mengenai:
a. Kebijakan dan program pendidikan
b. Rencana anggaran pendidikan dan belanja sekolah/madrasah
c. Kriteria kinerja satuan pendidikan
22
e. Hal-hal yang terkait dengan pendidikan.
5. Mendorong orang tua dan masyarakat dalam rangka berpartisipasi dalam
pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan
pendidikan.
6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan.
7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan program,
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
(KTSP, 2007: 251-252)
Sesuai peran dan fungsinya maka komite sekolah melakukan
akuntabilitas sebagai berikut:
a. Komite sekolah menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program
sekolah/madrasah kepada stakeholder secara periodik, baik yang berupa
keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran
program madrasah.
b. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban bantuan masyarakat baik
berupa materi (dana, barang tidak bergerak maupun bergerak), maupun
non materi (tenaga, pikiran) kepada masyarakat dan pemerintah setempat.
D. Manajemen Pendidikan
1. Pengertian manajemen
Menurut Scanlan dan key (1979: 32) menyatakan manajemen
23
manusia, fasilitas maupun sumber daya teknikal lain untuk mencapai
aneka tujuan khusus yang ditetapkan (Visi Baru Manajemen Sekolah,
2006: 32). Sementara Luther Gulick (1965) menyatakan manajemen
sebagai bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami
mengapa dan bagaimana orang bekerja sama (Landasan Manajemen
Pendidikan, 1996: 2).
Berdasar dua pendapat di atas maka dapat diperdalam
penjelasannya bahwa manajemen itu dapat dikatakan sebagai ilmu, seni
ataupun profesi.
a. Manajemen Sebagai Ilmu
Manajemen dikatakan sebagai ilmu pengetahuan karena memiliki
serangkaian teori, meskipun teori itu masih bersifat umum dan
subyektif. Luther Gulik (Nanang Fattah, 1996:2) menyatakan bahwa
manajemen dapat dikatakan sebagai ilmu, jika teori-teorinya mampu
memberi kejelasan bahwa apa yang harus dilakukan pada situasi
tertentu dan kemungkinan mereka meramalkan akibat-akibat dari
tindakan itu.
b. Manajemen Sebagai Seni
Menurut Mary Parker Follet (Nanang Fattah: 1996: 3), manajemen
sebagai seni untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang dan
berdasarkan kenyataan bahwa manajemen mencapai tujuan organisasi
dengan cara mengatur orang lain.
24
Seorang profesional menurut Robert L. Katz harus mempunyai
kemampuan/kompetensi: konseptual, sosial, dan teknikal. Sementara
menurut Scein (Nanang Fattah, 1996: 4-5) banyak indikator yang
menunjukkan bahwa manajemen sedang bergerak kearah peningkatan
profesionalisme.
2. Pengertian pendidikan
Menurut H.B. Hamdani Ali (1993: 8), Pendidikan dalam arti
umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk
mengalihkan pengalamannnya, pengetahuannya, kecakapannya, serta
keterampilannya kepada generasi muda sehingga memungkinkan
melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan
sebaik-baiknya. Menurut Driyarkara (Nanang Fattah, 1996: 4), pendidikan itu
pada intinya memanusiakan manusia muda. Pada dasarnya pendidikan
adalah pengembangan manusia muda ketaraf pendidikan.
Berpijak pada definisi tersebut di atas maka disebutkan bahwa
manajemen pendidikan adalah suatu proses atau aktifitas memadukan
segala sumber pendidikan agar terpusat dalam mencapai tujuan pendidikan
yaitu dapat mengembangkan manusia terutama anak-anak untuk
mencapaitaraf pendidikan dan mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan.
Manajemen pendidikan bisa dinyatakan sebagai proses sosial yang
direkayasa untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien
dengan mengikut sertakan kerjasama, serta partisipasi dari seluruh
26
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
E. Gambaran Umum MI Islamiyah Banyuanyar
1. Sejarah MI Islamiyah Banyuanyar
Madrasah Ibtidaiyah ( MI ) Islamiyah Banyuanyar merupakan
pendidikan formal setingkat SD yang terletak di desa Banyuanyar
Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali, yang dikelola oleh Yayasan Umat
Islam Banyuanyar (YUIB). MI Banyuanyar berdiri pada tanggal 6 Januari
1967 dengan penggagas H. Dimyati, Bpk. Marjuki, Bpk. Syamsuri dan
tokoh lainnya.
Secara operasional MI Islamiyah Banyuanyar mengadakan kegiatan
belajar mengajar dimulai dengan kegiatan belajar sore. Paginya siswa
belajar di bangku sekolah dasar, sorenya baru belajar di madrasah
(diniyah) karena tuntutan dari tokoh masyarakat dan wali murid untuk
menyederhanakan proses pembelajaran umum dan agama dalam satu
waktu. Maka pengurus madrasah mengupayakan kepada pemerintah
(Departemen Agama) menyelenggarakan pendidikan formal. Pada tanggal
2 Januari 1970 mulai menyelenggarakan pembelajaran pagi hari dengan
jumlah siswa 45 anak dan 6 guru pendidik.
Sejak mulai berdiri sampai sekarang MI Islamiyah Banyuanyar telah
mengalami beberapa kali pergantian kepemimpinan madrasah, yaitu:
27
b. Bapak Suparli, A.Ma Tahun 1997 sampai tahun 2008
c. Bapak Saiful Hadi, S.Pd.I dari tahun 2008 sampai tahun 2005
d. Bapak Suparmo, M.Pd.I dari tahun 2015 sampai sekarang
Mensikapi aturan pendidikan yang digariskan oleh pemerintah,
yayasan mendaftarkan legalisasi MI Banyuanyar di Departemen Agama,
dengan lahirnya piagam pengesahan Perguruan Agama Perwakilan
Departemen Agama Propinsi jawa Tengah dengan nomor
Wk/5.b/383/Pgm/1222/1990 tanggal 22 November 1990. Sejalan dengan
berbagai kemajuan yang ada baik fisik maupun non fisik.
Sejalan dengan berbagai kemajuan yang ada baik fisik maupun non
fisik MI Banyuanyar mendapat status DIAKUI pada tanggal 1 Juli 1993
dengan nomor MK.14 / 5.b / PP.01.1 / 1973. Oleh Kakandepag Kabupaten
Boyolali. Dan pada tanggal 22 Nopember 2006 MI Banyuanyar telah
mendapat status Terakreditasi C dari kanwil Depag Propinsi Jawa Tengah
dengan nomor KW.11.4 / 4 / PP.01.2 / 623.26.01 / 2006.
2. Letak MI Islamiyah Banyuanyar
Madrasah Islamiyah Banyuanyar merupakan madrasah swasta
yang berada dibawah pembinaan dan pengawasan Kementrian Agama .
MI Islamiyah Banyuanyar terletak di dusun Geneng Rt 04 Rw 01, desa
Banyunyar, kecamatan Ampel, kabupaten Boyolali kode pos 57352 dan
nomer hp 085647112038. Dari pusat kecamatan berjarak kurang lebih 10
28
3. Visi dan Misi MI Islamiyah Banyuanyar
Setiap lembaga pendidikan tentunya memiliki Visi dan Misi yang
ingin dicapai, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan
adanya Visi dan Misi tersebut membuat langkah sistem pembelajaran lebih
terarah.
Adapun Visi dan Misi MI Islamiyah Banyunyar sebagai Berikut:
a. Visi
Terwujudnya generasi Islam yang cerdas, terampil, bertaqwa, berbudi
dan unggul dalam prestasi.
b. Misi
1) Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam pencapaian
prestasi akademik dn non akademik.
2) Mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan dalam menjalankan
ajaran agama Islam.
3) Mewujudkan pembentukan karakter Islami yang mampu
mengaktualisasikan diri dalam masyarakat.
4) Meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme tenaga
kependidikan sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan.
5) Menyelenggarakan tata kelola madrasah yang efektif, efisien,
29
Kecamatan Ampel, Kabupaten
Boyolal.
Banyuanyar dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut:
JUMLAH SISWA MI ISLAMIYAH BANYUANYAR
TAHUN 2016/2017
Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Kelas V Kelas VI Jumlah
L P JM L P JM L P JM L P JM L P JM L P JM L P JM
4 2 6 4 8 12 4 2 6 6 5 11 2 8 10 4 6 10 24 31 55
30
Suber data: arsip data MI Islamiyah Banyuanyar Tahun 2016/2017
7. Data Struktur Organisasi
Struktur organisasi MI Islamiyah Banyuanyar Ampel Boyolali adalah
sebagai berikut:
Struktur Organisasi MI Islamiyah Banyuanyar
31 8. Sarana prasarana
Dalam proses belajar mengajar MI Islamiyah Banyuanyar memiliki
sarana Prasarana sebagai berikut:
Tabel 3
Sarana Prasara MI Islamiyah Banyuanyar
32
F. Peran Komite Sekolah dalam Pelaksanaan Manajemen Pendidikan di MI
Islamiyah Banyuanyar
4. Peran Komite Sekolah di MI Islamiyah Banyuanyar
Komite Sekolah adalah suatu badan mandiri yang mewadai peran
serta dan aspirasi masyarakat untuk bertanggung jawab dalam
meningkatkan kualitas pendidikan pada satuan pendidikan. Dengan
demikian komite sekolah sangat penting dalam peningkatan kualitas
pendidikan, ada beberapa peran komite sekolah diantaranya:
a. Sebagai pendukung (supporting)
Komite sekolah memberi motivasi, dukungan baik berupa tenaga
maupun pemikiran demi kemajuan madrasah. Ketika suatu madrasah
mengalami kemunduran atau dari segi kualitas merosot maka komite
sekolah memberikan motivasi dan solusi demi meningkatkan prestasi
belajar.
b. Sebagai pengontrol (monitoring)
Komite sekolah dapat meminta penjelasan kepada sekolah, tentang
berbagi hal mengenai administrasi sekolah. Diantaranya: hasil belajar
siswa, kemajuan belajar siswa, kondisi sekolah, dsb.
c. Sebagai penghubung (mediator)
Komite sekolah sebagai penghubung antara pihak sekolah dengan
masyarakat dalam mengadakan pertemuan yang bertujuan untuk
menjalin kerjasama guna mewujudkan lembaga pendidikan yang
33
dengan peningkatan mutu sekilah, diantaranya: hasil belajar anak,
sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk peningkatan prestasi dan
juga membahas kendala-kendala yang dihadapi sekolah.
d. Sebagi pemberi pertimbangan (advisory)
Komite sekolah berperan untuk memberikan saran atau masuka.
Memberikan pertimbangan dalam penyusunan rencana anggaran
kegiatan sekolah, memberikan pertimbangan terhadap pengadaan
sarana dan prasara sekolah maupun perbaikan dan pembuatan gedung.
Selain itu komite sekolah juga dapat mengusulkan siswa yang kurang
mampu supaya mendapat keringanan biaya pendidikan atau bahkan
dibebaskan dari beaya pendidikan.
Pengurus Komite 2016 – 2018
Ketua : Drs. Djono
Sekretaris : Ahmadi
Bendahara : Drs. Nur Kholis
Anggota : - Sunarto - Suyadi
- Daryanto - Komarudin, ST
- Suyanto - Ahmad Muhson
5. Faktor pendukung dan penghambat peran komite sekolah
a. Faktor pendukung peran komite
Komite sekolah dalam melaksanakan perannya sebagai wadah
penampung aspirasi masyarakat yang ikut bertanggung jawab dalam
34
dari berbagai pihak. Faktor pendukung peran komite sekolah
diantaranya:
1) Kerjasama antara seluruh warga sekolah yaitu mulai dari pengurus
komite, Pihak sekolah diantaranya: pelaksana pendidikan dan
administrasi yaitu guru dan karyawan dalam lebaga pendidikan dan
masyarakat selaku pemperhati dan penerima hasil dari pendidikan.
2) Rasa kekeluargaan yang tinggi dari seluruh warga sekolah. Dengan
rasa kekeluargaan apapun kendala yang ada dalam sekolah dapat di
selesaikan dengan baik.
3) Suasana kerja (budaya kerja) organisasi yang kondusif, baik
komite sekolah maupun pihak sekolah. Dengan adanya budaya
kerja yang kondusif segala permasalahan dan kendala dapat
terpecahkan dengan musyawarah bersama, sehingga keputusan
yang dihasilkan dapat terlaksana dengan baik.
b. Faktor penghambat peran komite
Dalam melaksanakan perannya komite sekolah juga menghadapi
hambatan. Adapun hambatan-hambatan tersebut diantaranya:
1) Persamaan profesi pengurus komite sekolah yang menyebabkan
tidak berjalannya wadah komite sesuai dengan perannya.
Persamaan profesi maksudnya pengurus komite sekolah
sama-sama sebagai tenaga kependidikan atau sama-sama sama-sama sebagai
35
memperhatikan kondisi dan keadaan sekolah dikarena disibukkan
oleh aktifitasnya masing-masing.
2) Keterbatasan dana dari masyarakat. Dana menjadi salah satu faktor
untuk melaksanakan tujuan. Dengan dana yang terbatas, maka
lembaga pendidikan mengalami hambatan dalam melaksanakan
kegiatan belajar dan mengajar yang direncanakan.
6. Jalan yang ditempuh guna mengatasi hambatan
Dengan adanya hambatan tersebut, ada beberapa cara yang ditempuh
untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi oleh komite sekolah
dalam melaksanakan perannya di MI Islamiyah Banyuanyar. Hambatan
dan cara yang ditempuh untuk memberikan solusi menyelesaikan
permasalahan tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
a. Persamaan profesi anggota komite sekolah menyebabkan tidak
berjalannya paguyupan madrasah. Cara yang ditempuh komite untuk
menyelesaikan hambatan tersebut adalah:
1) Berusaha untuk mengalihkan waktu pertemuan, meskipun jalan ini
masih mengalami hambatan juga, yaitu kehadirannya belum
maksimal.
2) Melakukan reformasi kepengurusan dengan mengganti pengurus
yang mau berperan aktif untuk kemajuan Madarasah
b. Keterbatasan dana dari masyarakat.
Untuk mengatasi hal itu maka komite sekolah menempuh jalan
36
1) Menghubungi para alumnus madrasah yang telah berhasil, supaya
mau membantu madrasah dengan menyisihkan penghasilannya
demi kemajuan madrasah.
2) Melakukan upaya guna memperdayakan lahan yang diperuntukkan
bagi madrasah. Lahan itu merupakan lahan kas desa yang
diperuntukkan untuk madrasah, yang hasilnya untuk membantu
pendanaan madrasah.
3) Membuka usaha,
Pengadaan buku tulis dan seragam sekolah yang dilakukan oleh
madrasah dari keuntungan usaha digunakan untuk menambah
pendanaan.
Demikian uraian data dan temuan penelitian tentang Peran Komite
38
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisa Peran Komite Sekolah terhadap Management Pendidikan di MI Islamiyah Banyuanyar.
Berdasarkan data informasi yang berhasil dikumpulkan, maka untuk
langkah selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap data-data tersebut
guna menjawab permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan sejak
awal penelitian. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis generating
theory yaitu teori yang dihasilkan bukan teori substansif dan teori-teori yang
diangkat dari dasar.
Berdasarkan bab-bab terdahulu telah disebutkan peran komite sekolah,
sebagaimana dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) di Indonesia, pada Pasal 56 Ayat (3)
menyebutkan, bahwa : “Komite Sekolah/Madrasah, dibentuk dan berperan
dalam meningkatkan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan,
arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan” (Depdiknas, 2003:49).
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara orang tua,
masyarakat dan pemerintah. Akan tetapi ungkapan bijak tersebut sampai saat
ini lebih banyak bersifat slogan dan masih jauh dari harapan yang sebenarnya.
Bisa dikatakan tanggung jawab masing-masing masih belum optimal,
terutama peran serta masyarakat yang sampai saat ini masih dirasakan belum
39
Sekolah bukanlah suatu lembaga yang terpisah dari masyarakat, karena
sekolah merupakan lembaga yang bekerja dalam konteks sosial. Sekolah
mengambil siswanya dari masyarakat setempat, sehingga keberadaannya
tergantung dari dukungan sosial dan finansial masyarakat.
Peran komite sekolah, sebagaimana hasil wawancara dengan bapak
kepala sekolah, disebutkan sebagai berikut :
“Komite Sekolah, sebagai stakeholder dan mitra sekolah diharapkan mulai peka dan peduli dengan segala kekurangan yang ada di sekolah,
khususnya sumber pendanaan pendidikan yang minim dalam upaya
membangun sekolah sebagai bentuk upaya peningkatan mutu sekolah.
Komite Sekolah harus berupaya untuk membantu sekolah dalam
penggalangan dana masyarakat sebagai bentuk partisipasi dan peran
serta masyarakat dalam membantu menyukseskan pencapaian mutu
pendidikan”. (Wawancara Bp Kepala Sekolah Suparmo, M.Pd.I)
Bapak Suparmo, M.Pd.I memberikan penegasan terkait peran komite
sekolah sebagai berikut :
“Intinya bahwa peran serta dan partisipasi masyarakat dalam pendidikan akan tercermin dalam model pengelolaan pendidikan
sesuai dengan tujuan Manajemen Berbasis Sekolah, permasalahan
internal sekolah, baik yang menyangkut proses pembelajaran maupun
sumber daya pendukungnya dapat dibicarakan di dalam sekolah
dengan masyarakatnya, sehingga tidak perlu diangkat ketingkat
pemerintah daerah atau pun ke tingkat pusat.(Wawancara Bapak
40
Pada kesempatan lain, Ibu Ulfa Nur Hasanah, S.Pd.I memberikan
keterangan terkait tugas pemerintah terhadap pendidikan dalam wawancaranya
sebagai berikut :
“Tugas pemerintah (pusat dan daerah) adalah memberikan fasilitasi dan bantuan pada saat sekolah dan masyarakat menemui jalan buntu
dalam suatu pemecahan masalah. Fasilitasi ini mungkin berbentuk
capacity building, bantuan teknis pembelajaran atau manajemen sekolah, subsidi bantuan sumberdaya pendidikan, serta kurikulum
nasional dan pengendalian mutu pendidikan baik di tingkat daerah
maupun nasional. (Wawancara Ibu Ulfa Nur Hasanah, S.Pd.I)
Dari uraian tersebut di atas, dapat ditegaskan bahwa pendidikan bukan
hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, akan tetapi juga didalamnya
menjadi tanggung jawab semua pihak. Masyarakat adalah stakeholder
pendidikan yang memiliki kepentingan akan keberhasilan pendidikan di
satuan pendidikan. Mereka adalah pembayar atau pelanggan pendidikan, baik
melalui pembiayaan langsung kegiatan sekolah maupun pajak, sehingga
sekolah seharusnya bertanggungjawab kepada masyarakat. Masyarakat yang
dimaksud tersebut tentunya sangat kompleks dan tak terbatas, sehingga
tampak sulit bagi sekolah untuk berinteraksi dengan masyarakat sebagai
stakeholder pendidikan, sehingga dibentuklah komite sekolah. Bagaimana
peran komite sekolah ? Berikut hasil wawancara dengan Bapak Kepala
Sekolah :
“Peran Komite Sekolah berkewajiban untuk menjadi mitra sekolah dalam upaya pemberdayaan dan pengembangkan sekolah sesuai
41
layanan pendidikan, pengontrol kegiatan layanan, dan penghubung tali
komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah dalam penggalangan
partisipasi masyarakat untuk mendapatkan sumber dana pembiayaan
pendidikan yang minim guna meningkatkan mutu pendidikan secara
optimal, khususnya pada satuan pendidikan dasar dan menengah”.
(Wawancara Bp Kepala Sekolah).
Pada konsep tatanan itu, maka pengembangan sekolah yang berbasis
pemberdayaaan masyarakat sangatlah relevan dengan UU Nomor 20 Tahun
2003 tentang SPN, dimana konsep manajemen sekolah sudah mengutamakan
pemberdayaan masyarakat, baik dalam partisipasi formal yang diatur secara
hukum maupun partisipasi informal yang bergerak atas dasar keinginan
sendiri. Sehingga Komite Sekolah sebagai suatu institusi yang dapat menjadi
mitra sekolah di dalam menjembatani berbagai keperluan dalam
penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan agar berkualitas,
transparan dan akuntabel.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa peran
komite terhadap management pendidikan di MI Islamiyah Banyuanyar dapat
dideskripsikan sebagai berikut :
1) Peran Komite sekolah Sebagai Pemberi pertimbangan
Pada umumnya peran komite sebagai pemberi pertimbangan
pelaksanaannya dalam bentuk pemberian masukan terhadap proses
pengelolaan pendidikan di sekolah, memberikan masukan terhadap proses
pembelajaran kepada guru-guru. Selain itu komite sekolah juga
42
dan prasarana yang dibutuhkan oleh sekolah. Komite sekolah juga
memberikan pertimbangan terhadap penggunaan dan pemanfaatan
anggaran atau dana yang diperoleh sekolah, memberikan masukan tentang
rancangan anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS),
menyelenggarakan rapat rancangan anggaran pendapatan dan belanja
sekolah (RAPBS), pertimbangan perubahan dan ikut mengesahkan
RAPBS bersama kepala sekolah.
Namun pada kenyataannya, menurut bapak Kepala sekolah MI
Islamiyah Banyuanyar, tidak semua peran itu dilakukan komite sekolah
yang ada disekolah, apalagi komite sekolah yang ada di sekolah swasta,
salah satunya seperti sekolah yang ada di MI Islamiyah Banyuanyar.
Komite sekolah hanya berperan dalam pemberi pertimbangan dalam hal
sarana dan prasarana saja, itu pun juga harus dirembug lagi dengan
yayasan jika yayasan setuju atas usulan tersebut baru akan dikerjakan.
Komite sekolah tidak ikut campur dalam pemberian pertimbangan
atas penggunaan dana yang berasal dari orang tua murid. Tapi komite
sekolah ikut memberikan pertimbangan atas dana penggunaan dana yang
berasal dari pemerintah daerah. Berikut kutipan wawancara yang peneliti
lakukan dengan pihak sekolah.
“Keberadaan komite sekolah di sini kurang begitu berpengaruh, di sekolah ini malah lebih berpengaruh yayasan, komite sekolah itu
bisa dikatakan pelangkap saja, namun tetap mempunyai peran dan
fungsi walaupun, misalnya perannya sebagai pemberi
pertimbangan, komite sekolah hanya memberikan pertimbangan
43
komite sekolah tidak berperan, pembuatan laborat komputer dan
mushola di sini atas saran dari komite yang kemudian ditindak
lanjuti oleh yayasan”(disampaikan oleh kepala sekolah).
Pada kesempatan yang sama, Bapak Kepala sekolah menegaskan
terkait kedudukan yayasan dengan komite sekolah dalam wawancaranya
sebagai berikut :
“Yang saya ketahui komite sekolah di sini keberadaannya hanya sebagai pelengkap saja, karena di sini kan sekolah swasta, jadi
kedudukan komite sekolah tidak begitu berpengaruh, malah justru
lebih berpengaruh yayasannya, tapi di sini tetap ada komite
sekolah, sepengetahuan saya peran komite sekolah sebagai pemberi
pertimbangan hanya dalam hal fisik saja, misalnya pertimbangan
penambahan ruangan kelas atau sarana lain yang dibutuhkan oleh
sekolah ini, dalam hal penggunaan dana yang berasal dari orang
tua murid, komite sekolah tidak ikut campur, tetapi kalau dana dari
pemerintah daerah,, komite sekolah memberikan pertimbangan
dalam penggunaannya.(disampaikan oleh kepala sekolah).
Terkait dengan bentuk dan peran komite sekolah, ibu Ulfa Nur
Hasanah, S.Pd.I memberikan keterangan dalam wawancaranya sebagai
berikut :
“Secara teori, Komite sekolah sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan
memberikan pertimbangan, arahan, dukungan tenaga, sarana dan
prasarana, serta pengawasan pendidikan pada satuan pendidikan.
Peran yang dijalani komite sekolah adalah sebagai pemberi
pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan pendidikan dalam
44
baik yang bersifat finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, serta sebagai
mediator antara pemerintah dan masyrakat di satuan pendidikan.
Di samping itu, peran komite sekolah adalah memberikan
masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada satuan
pendidikan mengenai kebjakan dan program pendidikan. Komite
sekolah juga berfungsi dan terlibat dalam mendorong orang tua dan
masyarakat berpartisipasi dalam pemdidikan dan menggalang dana
masyarakt dalam rangka pembiyaan penyelenggaraan pendidikan
di satuan pendidikan. (Wawancara ibu Ulfa Nur Hasanah, S.Pd.I)
Pada kesempatan yang sama, ditegaskan ibu Ulfa Nur Hasanah,
S.Pd.I maksud keterlibatan masyarakat sebagai berikut :
“Yang dimaksud dengan keterlibatan disini adalah bahwa
masyarakat ikut serta secara langsung, baik secara fisik maupun
melalui konsentrasi uang, barang, sumbangan pikiran sekaligus
ikut serta mengelola dan bertanggung jawab terhadap hasil-hasil
hubungan sekolah dengan masyarakat yang dicapainya.
Sumbangan pikiran tersebut dapat berupa gagasan atau ide yang
dapat diberikan oleh komite sekolah terhadap apa saja yang
berkaitan kepada berlangsungnya kegiatan belajar mengajar,
seperti terhadap manajemen pendidikan jika disana terdapat
kekurangan atau kesalahan.
Secara lebih spesifik, pada pasal 56 UU No.20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas menyebutkan bahwa di masyarakat ada dewan pendidikan dan
komite sekolah atau komite madrasah yang berperan : 1) Dalam
meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan,
45
dan komite sekolah/madrasah. 2) Dewan pendidikan sebagai lembaga
mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan
pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan
tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat
nasional, propinsi dan kabupaten/kota yang tidak mempunyai hubungan
hirarkis. 3) Komite sekolah/madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk
dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan
pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta
pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
Peran komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan dalam
penentuan dan pelaksanaan kebijaksanan pendidikan, menuntut
diselenggarakannya kerja sama antara sekolah dengan masyarakat,
mendorong orang tua murid dan masyarakat berpartisipasi dalam
pendidikan, menggalang dana masyarakat dan melakukan evaluasi.
Orang tua yang dimaksud ialah bapak dan ibu yang putra-putrinya
bersekolah disatuan pendidikan tersebut. Mereka menjadi anggota komite
sekolah agar mereka berperan dan bertanggung jawab terhadap produk
pendidikan. Fenomena yang terjadi adalah banyaknya orang tua
menyalahkan guru. Maka orang tua yang menginginkan anaknya maju,
harus berperan secara aktif, bila mempunyai ide dapat disalurkan melalui
komite sekolah.
Dengan demikian, maka orang tua mempunyai potensi yang
46
memberi tugas prioritas terkait kegiatan sekolah, mendorong aktif kegiatan
sekolah menciptakan diskusi di rumah. Orang tua juga perlu mengetahui
pengalaman anak di sekolah serta menyediakan sarana belajar yang
memadai.
Namun demikian, dalam kenyataannya sebagaimana hasil
wawancara bapak kepala sekolah sebagai berikut :
“Dalam kenyataannya, masalah yang terjadi di lapangan justeru memperlihatkan bahwa kehadiran komite sekolah cenderung
sebagai badan legalitas yang mengesahkan berbagai pungutan dana
oleh pihak sekolah. Disamping itu pihak-pihak yang
berkepentingan dengan pendidikan (orang tua, masyarakat sekitar,
bahkan guru) kurang mengetahui tentang fungsi dan peran komit
sekolah. Tidak sedikit yang beranggapan komite sekolah sama saja
dengan (Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan BP3). Hal ini
menunjukkan sosialisasi komite sekolah belum terlaksana dengan
baik kepada masyarakat bahkan kepada komite sekolah itu sendiri.
(Wawancara Kepala Sekolah)
Pada prakteknya, peran komite sekolah sebagai pemberi
pertimbangan di MI Islamiyah Banyuanyar adalah pelaksanaannya hanya
dalam bentuk pemberian masukan dalam hal sarana dan prasarana saja,
padahal masih banyak hal bentuk pertimbangan lain yang harusnya
diberikan komite sekolah seperti mengidentifikasi potensi sumber daya
pendidikan dalam masyarakat, memberikan pertimbangan tentang tenaga
47
Kurang berperannya komite sekolah dalam pemberian
pertimbangan khususnya di sekolah swasta disebabkan oleh karena di
sekolah swasta kedudukannya sejajar dengan yayasan, sehingga semua hal
yang berkaitan dengan sekolah harus diketahui dan disetujui oleh yayasan,
walaupun sebenarnya juga meminta pertimbangan dari komite sekolah.
2) Peran Komite Sekolah sebagai pendukung
Peran komite sekolah diharapkan dapat memberikan dukungan
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, baik dalam bentuk materiil,
materiil di sini dalam bentuk barang misalnya saja penambahan komputer,
pemberian buku-buku pelajaran untuk melengkapi perpustakaan, komite
juga memberikan dukungan moril kepada semua pihak sekolah supaya
lebih mengembangkan mutu pendidikan.
Berdasarkan observasi dan wawancara dapat diketahui dukungan
yang diberikan oleh komite sekolah sebagai berikut:
“Menurut pendapat saya dan sejauh pengamatan saya, komite
sekolah sangat mendukung sekolah dalam melaksanakan program
sekolah dan usaha sekolah dalam meningkatkan mutu, dukungan
yang diberikan komite sekolah dalam bentuk materiil dan berupa
beberapa saran atau masukan demi tercapainya tujuan sekolah dan
tercapainya mutu yang lebih baik lagi” (Wawancara ibu Ulfa Nur Hasanah, S.Pd.I)
Pada kesempatan yang lain, Bapak Suparmo, M.Pd.I memberikan
48
“Dukungan yang diberikan oleh komite sekolah terhadap sekolah
ini berupa dukungan materiil dan non materiil, non disini dalam
bentuk saran atau masukan yang menunjang peningkatan mutu
sekolah.
Bentuk dukungan materiil dalam hal ini diterangkan oleh Ibu Ulfa
Nur Hasanah, S.Pd.I dalam wawancaranya sebagai berikut :
“Dukungan yang diberikan komite tentunya dalam bentuk materiil
misalnya saja dalam bentuk pemberian buku untuk melengkapi
perpustakaan dan pemberian sarana lain yang dibutuhkan oleh
murid ya walaupun tidak dalam jumlah besar.
Selain yang telah diuraikan tersebut di atas, menurut teori, bentuk
dukungan lain berupa pemantauan terhadap kondisi dari pada tenaga
pendidik atau guru dan non pendidik dalam hal ini adalah staf karyawan
merupakan dukungan moril yang diberikan komite sekolah, selain itu
dukungan yang diberikan juga berupa pemantauan kondisi sarana dan
prasarana yang ada di sekolah. Melakukan koordinasi dukungan sarana
dan prasarana di sekolah, memantau kondisi anggaran pendidikan sekolah,
dan mengevaluasi pelaksanaan dukungan anggaran sekolah.
Namun demikian, pada kenyataannya berdasarkan observasi
komite sekolah di MI Islamiyah Banyuanyar hanya memberikan dukungan
dalam bentuk materiil saja, itu pun tidak dalam jumlah besar, misalnya
pemberian dukungan materiil berupa pemberian seperangkat komputer
untuk mempermudah siswa, pembelian buku untuk melengkapi koleksi
49
3) Peran Komite Sekolah sebagai Pengontrol
Peran komite sebagai pengontrol diharapkan perwujudannya
adalah dalam bentuk pengawasan terhadap proses pengambilan keputusan
disekolah, melakukan penilaian terhadap kualitas kebijakan yang diambil
sekolah, melakukan pengawasan terhadap proses dan kualitas perencanaan
dan program sekolah, melakukan pengawasan terhadap organisasi sekolah,
melakukan pengawasan terhadap alokasi anggaran untuk pelaksanaan
program sekolah dan melakukan pengawasan terhadap partisipasi sekolah
pada program sekolah.
Terkait peran komite sekolah sebagai kontrol sebagaimana
wawancara Bapak Kepala Sekolah dalam kutipannya sebagai berikut:
“Kontrol yang dilakukan oleh komite sekolah selama ini dalam
proses pengambilan keputusan disekolah, selain itu juga
melakukan pengawasan terhadap proses dan kualitas perencanaan
dan program sekolah dan melakukan pengawasan terhadap
organisasi sekolah (disampaikan kepala sekolah).
Hal tersebut ditegaskan oleh wakil kepala sekolah dalam kutipan
wawancaranya sebagai berikut :
“Iya komite sekolah kadang melakukan kontrol mulai dari sudah
terlaksananya atau belum program sekolah.
Selain itu komite sekolah juga berperan serta dalam rangka
transparansi penggunaan alokasi dana pendidikan termasuk dalam
50
agar lebih dapat dipertanggungjawabkan. Penggunaan dana baik yang
berasal dari masyarakat maupun pemerintah dapat benar-benar efektif dan
termonitor alokasinya, apakah sesuai dengan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) yang diajukan satuan
pendidikan/sekolah. Di MI Islamiyah Banyuanyar sendiri penggunaan atau
pengelolaan dana sekolah yang berasal dari pusat atau pemerintah daerah
memang diawasi oleh komite sekolah setiap pemasukan dan . pengeluaran
yang ada selalu dilaporkan kepada komite sekolah. Seperti halnya
dikatakan oleh kepala sekolah, guru dan staf karyawan dalam wawancara
dengan peneliti.
“Komite sekolah juga mengawasi penggunaan alokasi dana
pendidikan termasuk penggunaan dana bantuan dari pusat yang
mengalir ke sekolah. kontrol juga dilakukan dalam hal perolehan
dan penggunaan anggaran atau dana sekolah tapi hanya dana yang
berasal dari pemerintah daerah saja kalau dana yang berasal dari
orang tua komite sekolah tidak ikut campur didalamnya. (oleh
kepala sekolah)
Dari uraian tersebut di atas, dapatlah ditarik benang merah bahwa
kontrol yang dilakukan oleh komite sekolah pada penggunaan anggaran
atau alokasi dana sekolah yang berasal dari pemerintah daerah. Namun
demikian, pada kenyataannya menurut ketua komite sekolah, Bp Drs,
Djono menerangkan dalam wawancaranya sebagai berikut, Komite