07TD1010961.01
DAMPAK KEKERASAN DALAM KELUARGA TERHADAP
KREATIVITAS REMAJA DESA MRISI KECAMATAN TANGGUNGHARJO
KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2007
SKRIPSI
D ia j u k a n u n tu k M e m e n u h i K e w a j i b a n d a n M e l e n g k a p i S y a r a t G u n a M e m p e r o l e h G e la r S a r ja n a S tr a ta I
D a l a m I lm u T a r b iy a h
WINDARYANI ROSIDA
NIM. 111 02 027
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) SALATIGA
Website : w w'\v. sta i n sa la t iua. a c. i d E-mail: administrasi@.stainsalatiga.ac.id
D E K L A R A S I
Bismillah irrahmanirrah im
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran
orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup
mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosyah skripsi. •
Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 15 September 2007 Peneliti
WINDARYANI ROSIDA NIM. 111 02 027
NOTA PEMBIMBING
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi Saudari:
DAMPAK KEKERASAN DALAM KELUARGA TERHADAP KREATIVITAS REMAJA DESA MRISI KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2007
Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqasah.
Demikian surat ini, harap menjadikan perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
SALATIGA
Jl. Stadion No. 2 Salatiga (0298) 323706
PE N G E SA H A N
Skripsi Saudari : Windaryani Rosida dengan Nomor Induk Mahasiswa : 114 04 004 yang berjudul DAMPAK KEKERASAN DALAM KELUARGA
TERHADAP KREATIVITAS REMAJA DESA MRISI KECAMATAN
TANGGUNGHARJO KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2007 telah
dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Senin, 1 Oktober 2007 yang bertepatan dengan tanggal 19 Ramadhan 1428 H. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
c . . 1 Oktober 2007 M
Salatiga,---19 Ramadhan 1428 H
Tersenyumlah bila kalah
Untuk ayah. (Aim) ibuku tercinta serta kakakku yang dengan segala ketulusan dan kerendahan hati telah banyak memberikan semangat dan dukungan
yang tidak ternilai harganya baik secara moril
maupun materiil demi kelancaran dan terselesainya
studi dari awal hingga akhir.
Terima kasih
1. Ibu Sri sebagai kepala desa Mrisi
2. Semua teman-teman seperjuangan yang senantiasa memberikan inspirasi di sela-sela
kelemahanku dalam penyusunan skripsi dan makasih atas motivasi dan dorongannya 3. Tak lupa buat Sahabat Comp, makasih
banget atas bantuannya
Dengan mengucap puji syukur alhamdulillah, sebagai ungkapan rasa
syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, taufiq dan inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : DAMPAK KEKERASAN DALAM KELUARGA TERHADAP KREATIVITAS REMAJA DESA MRISI KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2007.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepaca panutan umat Islam Nabi Muhammad saw. sanak kerabat dan para sahabat yang telah
menunjukkan jalan yang benar dengan perantara agama Islam.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan guna memenuhi kewajiban sebagai
syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam ilmu tarbiyah.
Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Drs. Imam Sutomo, M.Ag, selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
2. Fatchurrohman, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Salatiga yang telah memberi izin penulis untuk membahas dan mengkaji permasalahan ini.
penulisan skripsi ini.
4. Ibu Sri Mulyati, S.H. selaku Kepala Desa Mrisi yang telah memberikan ijin penulis untuk mengadakan penelitian di Desa Mrisi.
5. Ayah (Aim), ibu dan kakakku tercinta yang selalu memberi motivasi serta doa restunya.
6. Segenap dosen dan karyawan STAIN Salatiga yang selama ini memberikan
ilmu dan pelayanannya.
7. Semua teman-teman senasib seperjuangan yang telah membantu dan memberikan dorongan sehingga terselesaikan skripsi ini.
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapat balasan yang berlipat ganda. Amin.
Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, se nua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan penulis, sehingga masih banyak kekurangan yang perlu untuk diperbaiki dalam skripsi ini.
Akhirnya, penulis berharap dan berdo’a semoga skripsi ini ada manfaatnya bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 1 Oktober 2007
viii
HALAMAN JU DUL... i
DEKLARASI ... ii
NOTA PEMBIMBING... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang M asalah... 1
B. Penegasan Istilah ... 4
C. Fokus Penelitian ... 4
D. Permasalahan... 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5
F. Metodologi Penelitian ... 6
G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 11
BAB II LANDASAN TEORI A. Kekerasan dalam Keluarga terhadap Anak ... 12
1. Pengertian Kekerasan dalam Keluarga Terhadap Anak ... 12
2. Bentuk dan Motif Kekerasan dalam Keluarga Terhadap Anak ... 14
B. Kreativitas ...:... 26 1. Pengertian Kreativitas ... 26 2. Karakter Kreativitas... 27
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas.. 29 BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum ... 31 1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 31
2. Deskripsi Desa Mrisi Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan... 31
B. Kekerasan dalam Keluarga yang Dialami Anak ... 37 1. Faktor-faktor yang Menyebabkan Anak Mengalami
Tindak Kekerasan dalam Keluarga ... 37 2. Bentuk-bentuk Tindak Kekerasan... 39
3. Dampak Kekerasan dalam Keluarga terhadap Kreativitas 41 BAB IV ANALISIS DATA
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 49
B. Saran-saran ... 50 C. Penutup... 51 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
TABEL I
TABEL II TABEL III
TABEL IV TABEL V TABEL VI
JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR
DAN JENIS KELAMIN... 33
JUMLAH PENDUDUK MENURUT PENDIDIKAN... 34
JUMLAH PENDIDIKAN MENURUT MATA PENCAHARIAN... 34
JUMLAH PENDIDIKAN MENURUT AGAMA... 35
SARANA PENDIDIKAN... 36
SARANA PERIBADATAN... 36
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan yang sah, pergaulan laki laki dan perempuan terjadi secara terhormat sesuai kedudukan manusia sebagai makhluk yang
berkehormatan. Pergaulan hidup berumah tangga dibina dalam suasana damai, tenteram, dan rasa kasih sayang antara suami istri. Anak dari keturunan hasil perkawinan yang sah menghiasi kehidupan keluarga dan sekaligus merupakan kelangsungan hidup manusia secara bersih dan berkehormatan.
Maka, pada tempatnyalah apabila Islam mengatur masalah perkawinan dengan amat teliti dan terperinci, untuk membawa umat manusia hidup
berkehormatan, sesuai kedudukannya yang amat mulia di antara makhluk
Allah yang lain. Hubungan manusia laki laki dan perempuan ditentukan agar
didasarkan atas rasa pengabdian kepada Allah sebagai Al khalik dan kebaktian
kepada kemanusiaan guna melangsungkan kehidupan jenisnya.1 Seperti apa yang tercantum dalam ayat Al Qur'an, surat Ar Rum ayat 21 :
z
1 Bgd. M. leter, Tuntunan Rumah Tangga Muslim dan Keluarga Berencana, Angkasa Raya, Padang, 1985, him. 10
Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
(Ar Rum : 21)2
Memperhatikan ayat di atas dapat disimpulkan bahwa manusia diciptakan telah berpasang-pasangan, yaitu pria dan wanita untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal. Untuk itu, suami istri perlu saling
membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan
kepribadiannya untuk membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material.
Pada umumnya, kebahagiaan berumah tangga akan lebih lengkap jika dalam rumah tangga telah dikaruniai anak. Biasanya, keberadaan anak sangat
didambakan orang tua. Banyak pasangan yang tidak dikaruniai anak memiliki perasaan kosong dan tak jarang akan terjadi perceraian karena tidak segera diberi keturunan.
Tak jarang pula bagi orang tua yang telah dikaruniai anak berlaku
sewenang-wenang terhadap anaknya. Padahal jika dilihat dari segi
kebahagiaar keluarga, anak sangat berperan penting dalam kebahagiaan berumah tangga.
Anak-anak adalah manusia masa depan yang dilahirkan setiap ibu, yang “hitam putihnya” adalah ditentukan oleh orang tua dalam pendidikannya. Oleh karena itu, setiap anak berhak memperoleh hak-haknya dari kedua orang
tuanya untuk membentuk dirinya menjadi manusia yang tangguh dalam
menghadapi hidup di masa depan.3
Alangkah indahnya bila semasa anak di dunia ini dijalani dengan kasih
sayang serta pendidikan yang baik dari orang tua. Namun apakah semua nasib
anak di muka bumi ini sama ? realita keadaan anak di muka bumi ini masih belum menggembirakan. Nasib mereka belum seindah ungkapan verbal yang kerap kali memposisikan anak bernilai penting, penerus masa depan bangsa dan sejumlah simbolik lainnya.4 Masih banyak anak yang sering mendapat perlakuan ke ras dari orang tuanya sendiri, tidak diberi pendidikan yang layak, dipaksa untuk bekerja mencari nafkah dan berbagai macam perilaku orang tua yang menyebabkan anak mereka memiliki beban mental akibat perlakuan
orang tua yang keras dan tidak jarang menyebabkan cacat fisik.
Jarang orang tua yang melakukan kekerasan terhadap anak mengetahui
akibat dari apa yang diperbuatnya. Yang terpenting bagi orang tua adalah anak patuh dan menuruti keinginannya. Banyak hal yang dapat terjadi terhadap anak akibat kekerasan yang dialaminya. Misalnya cacat fisik, cacat mental dan yang lebih parah lagi adalah bentuk kepribadian yang tidak terduga. ^
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti masyarakat desa Mrisi mengenai kekerasan dalam keluarga pengaruhnya terhadap kreativitas remaja. Dengan demikian penulis mengadakan penelitian dengan judul “DAMPAK KEKERASAN DALAM KELUARGA TERHADAP
3 Baharuddin Lopa, Al Qur'an dan Hak-hak Asasi Manusia, PT. Dana Bhakti Primayasa, Yogyakarta, 1996, him. 76
KREATIVITAS REMAJA DESA MRISI KECAMATAN TANGGUNGHARJO
KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2006”.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penafsiran judul, maka perlu adanya penjelasan berkenaan dengan beberapa istilah pokok maupun
kata-kata yang menjadi variabel dalam penelitian ini.
Adapun batasan istilah tersebut adalah : 1. Kekerasan
Suatu tindakan manusia dipengaruhi sedemikian rupa sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan baik fisik ataupun psikis.5
2. Keluarga
Orang-orang yang menjadi penghuni rumah, seisi rumah, bapak, ibu dan anak-anaknya, ada satuan kekerabatan yang mendasar dalam masyarakat.6
3. Kieativitas
Kemampuan untuk mencipta.7
Adapun kekerasan dalam keluarga yang penulis maksud adalah
kekerasan yang dilakukan orang tua terhadap anak.
C. Fokus Penelitian
Untuk menghindari adanya pembiasan dalam suatu masalah, maka penulis perlu membatasi permasalahan dengan menyertakan fokus penelitian,
5 Ramli Atmasasmita, Teori dan Kapita Selektra Kriminologi, Refika Aditama, Bandung, 1992, him. 65
dan sebagai fokus penelitian ini adalah bentuk-bentuk kekerasan yang dialami
anak dalam keluarga, motif kekerasan orang tua terhadap anak, serta apakah
dampak kekerasan dalam keluarga terhadap kreatifitas anak.
D. Permasalahan
Sebagai pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah latar belakang yang menyebabkan anak mengalami kekerasan dalam keluarga ?
2. Bagaimana bentuk kekerasan yang dialami anak?
3. Bagaimana dampak kekerasan tersebut terhadap kreatifitas remaja?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan penelitian di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitiaij ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan dalam keluarga.
b. Untuk mengetahui gambaran tentang bentuk-bentuk kekerasan yang dialami remaja.
c. Untuk mengetahui dampak kekerasan tersebut terhadap kreativitas remaja.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : a. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
masyarakat Kelurahan Mrisi Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten
Grobogan mengenai dampak kekerasan dalam keluarga terhadap
kreativitas anak,
b. Bagi Pemerintah
Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk
menentukan kebijakan dibidang kesejahteraan anak agar lebih
memberikan perhatian dan perlindungan terhadap anak.
F. Metodologi Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan.8 Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah remaja Desa Mrisi yang mengalami kekerasan dalam keluarga.
2. Informan
Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang data penelitian. 9 Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah selain remaja juga orang tua remaja, tetangga, sanak famili, tokoh masyarakat, dan kepala desa Mrisi.
3. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang diterapkan peneliti adalah pendekatan kualitatif. Yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif adalah
8Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakaita, 1990, him. 116
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau
tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari subyek itu sendiri.10
Pendekatan kualitatif yaitu data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka staistik, melainkan dalam bentuk kualitatif. Dengan memberi pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. Dalam penelitian ini akan diperoleh gambaran tentang kekerasan dalam keluarga yang dialami anak dampaknya terhadap kreativitas remaja.
4. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Desa Mrisi Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grogoban. Alasan penulis memilih desa tersebut adalah berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di Desa Mrisi, bahwasanya kekerasan dalam keluarga masih sering teijadi terutama pada anak. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak. Demikidn juga dengan perkembangan kreativitas anak yang masih rendah. Selain itu, penulis juga bertempat tinggal di wilayah tersebut sehingga sangat mendukung untuk kelancara i penelitian.
b. Waktu
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah dua bulan, dari bulan Juni sampai Juli 2007.
5. Metode Pengumpulan Data a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek dengan sistematika fenomena yang diselidiki.11 Observasi dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-
gejala yang diselidiki.
Pelaksanaan observasi dapat dilakukan dalam beberapa cara
yaitu dilakukan secara teratur dan sistematis dengan melihat pedoman instrumen pengamatan. Observasi tersebut dilakukan secara langsung dilapangan untuk mengetahui motif dan bentuk-bentuk kekerasan dalam keluarga dan dampaknya terhadap kreativitas remaja dan apa yang tampak pada perilaku anak.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu proses tanya jawab lesan, dimana dua
orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka
yang lain dan mendengar dengan telinga sendiri dari suaranya.12
Wawancara yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaan seseorang. Dalam wawancara tersebut bisa dilakukan secara individu (orang tua atau anak) maupun dalam bentuk kelompok (bermain bersama), sehingga peneliti mendapatkan data informasi yang otentik.
11 Sukandar Rumidi, Metodologi Penelitian, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2002, him. j9
Wawancara dengan pendekatan kualitatif biasanya merupakan
jenis wawancara tak berstruktur, tujuannya adalah untuk memperoleh
keterangan yang lebih terperinci dan mendalam mengenai apa yang
ada didalam pikiran orang lain, karena itu tidak dapat dilakukan
dengan observasi, wawancara tak berstruktur ini daftar pertanyaannya
tidak disusun terlebih dahulu dan mempunyai irama yang bebas dan
fleksibel.
Wawancara tersebut digunakan untuk mengungkapkan data
tentang perilaku kekerasan yang dialami anak dalam keluarga dan
perkembangan kreativitas remaja di Desa Mrisi. Selain informan (orang tua dan anak) peneliti juga mengadakan wawancara dengan perangkat desa,
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan menggunakan dokumen yang ada. Dengan menggunakan metode ini dapat diperoleh catatan atau arsip yang berhubungan dengan penelitian.13
Hal ini dimaksudkan untuk mempertajam metodologi.
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber tertulis yang berupa buku harian anak (korban kekerasan), foto, catatan kepolisian bila ada.
6. Validitas Data
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.14
Validitas data dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.15
Menurut Patton dalam Meleong, triangulasi dengan sumber dapat ditempuh dengan jalan sebagai berikut:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi.
c. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat pandangan orang
d. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.16
7. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data ada beberapa teknik yang dilakukan secara
bertahap diantaranya:
a. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.17
b. Penyajian Data
Penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang
tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan.
c. Menarik Kesimpulan
Setelah peneliti melakukan reduksi data dan penyajian data maka peneliti menarik kesimpulan terhadap data-data yang telah terkumpul.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini terdiri lima bab yaitu :
Bab I : Pendahuluan
Bab ini beris* tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan skripsi.
Bab II : Landasan Teori
Bab ini berisi tentang pengertian kekerasan dalam keluarga, bentuk dan motif kekerasan dalam keluarga, dan kreativitas remaja.
Bab III
Bab IV
Bab V
: Laporan Hasil Penelitian
Bab ini berisi tentang gambaran umum, letak geografis, struktur
organisasi, keadaan penduduk.
: Analisis Data
Bab ini meliputi adanya pengelolaan data yang telah diperoleh dari
hasil penelitian lapangan.
: Penutup
A. Kekerasan dalam Keluarga terhadap Anak
1. Pengertian Kekerasan dalam Keluarga terhadap Anak
Anak merupakan amanat dari Allah SWT yang harus dijaga dan dilindungi oleh orang tua. Orang tua bertanggung jawab atas terlaksananya amanat itu. Bila orang tua salah dalam mendidik anak, maka kesalahan itu
akan menyebabkan kerusakan yang nyata, kelalaian yang serius,
penghianatan kepada amanat itu, dan bertanda bahwasanya orang tua yang bersangkutan lemah dalam hal agama. Dalam mendidik dan membesarkan
anak, tidak selamanya orang tua mampu memahami perasaan sikap dan tingkah laku anaknya. Sehingga orang tua salah dalam memberikan kasih sayangnya.
Dalam kenyataan yang kita hadapi sekarang, tidak sedikit anak- anak kurang mendapat perhatian khusus dari orang tua mereka mengenai kesehatan, keselamatan, pendidikan dan lain sebagainya yang sangat dibutuhkan oleh anak. Malah tidak sedikit diantara orang tua yang tega
melakukan tindakan yang seharusnya tidak dilakukan terhadap anak-anak.
Kata kekerasan mengingatkan kita pada suaiu keadaan, situasi ataupun perlakuan yang menimbulkan rasa sakit, tidak nyaman dan berbagai bentuk kerugian baik secara fisik maupun non fisik.
Sebagaimana yang diungkapkan John Keane bahwasanya kekerasan adalah campur tangan fisik yang tidak diinginkan oleh kelompok-kelompok dan perorangan terhadap tubuh orang lain, yang
sebagai konsekuensinya orang tersebut menderita serangkaian dampak
mulai dari guncang, memar, radang, bengkak, sampai patah tulang, serangan jantung, hilangnya anggota badan atau bahkan kematian. 1
Lain halnya dengan Mansour Faqih yang mengatakan bahwasannya kekerasan adalah serangan atau invasi terhadap fisik maupun integritas (keutuhan) mental psikologis seseorang.2
Sedangkan kekerasan terhadap anak adalah perlakuan yang salah atau kejam terhadap anak, yang sering dilakukan oleh orang lain dan umumnya dilakukan oleh orang dewasa.3
Lazimnya, pelaku kekerasan mempunyai status kekuasaan yang lebih besar baik dari segi ekonomis, kekuatan fisik maupun status sosial.
Oleh karena itu, pelaku kerap kali memaksakan kehendaknya untuk diikuti orang lain, untuk mencapai keinginannya maka pelaku akan menggunakan
kekerasan.
Begitu pula orang tua yang terlalu keras dan kasar terhadap anak. Dia tidak segan menggunakan kekerasan untuk mencapai keinginannya.
1 Franz Magnis Suseno, Melawan Kekerasan Tanpa Kekerasan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000, him. 199
2 Mansour Faqih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1997, him. 17
Seperti halnya dengan memukul, berkata kasar, menyeret dan perbuatan
keji lainnya.
Anak yang berada dalam lingkungan keluarga yang penuh dengan kekerasan, kekasaran, dan perbuatan keji yang diberikan kepadanya, akan merasa sangat tersiksa. Anak penuh dengan kesedihan karena harus menerima kekerasan dari orang tuanya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kekerasan dalam keluarga adalah perbuatan yang menimbulkan kesengsaraan atau
penderitaan fisik, psikologis dan penelantaran dalam rumah tangga
termasuk ancaman melakukan perbuatan pemaksaan, perampasan kemerdekaan dalam lingkup rumah tangga terhadap anak.
2. Bentuk dan motif kekerasan dalam keluarga terhadap anak
Keluarga adalah lembaga yang sangat penting dalam pengasuhan anak. Meskipun bukan menjadi satu-satunya faktor, keluarga merupakan
unsur yang sangat menentukan kepribad’an dan kemampuan anak. Dan
orang tua adalah sebagai guru dan anak dalam membantu perkembangan dan kemampuan anak.
Namun jika orang tua dalam membentuk kepribadian sang anak
Adapun bentuk-bentuk kekerasan dalam keluarga terhadap anak
menurut american Medical association dalam Siswanto adalah sebagai berikut:
a. Physical abuse (perlakuan salah secara fisik)
Adalah ketika anak mengalami pukulan, tamparan, gigitan,
pembakaran atau kekerasan fisik lainnya. b. Sexual abuse (perlakuan salah secara seksual)
Adalah ketika anak diikutsertakan dalam situasi seksual dengan orang dewasa atau anak yang lebih tua.
c. Neglect (diabaikan/dilalaikan)
Adalah ketika kebutuhan anak tidak terpenuhi. Meliputi kebutuhan makanan bergizi, tempat tinggal yang memadai, pakaian, kebersihan, dukungan emosional, cinta dan afeksi, pendidikan, keamanan dan perawatan kesehatan.
d. Emotional abuse (perlakuan salah secara emosi)
Adalah ketika anak secara teratur diancam, diteriaki, dipermalukan, diabaikan, disalahkan adalah salah penanganan secara emosional lainnya. Seperti membuat anak menjadi lucu, memanggil namanya dan selalu dicari-cari kesalahannya.4
Sedangkan bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga menurut UU Ri No. 23 tahun 2004 pasal 5 adalah sebagai berikut:
a. Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh
sakit, atau luka berat.
b. Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,
hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak,
rasa tidak berdaya dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang.
c. Kekerasan seksual yang meliputi:
1) Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang
menelap dalam rumah tangga tersebut
2) Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam
lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan
komersial dan tujuan tertentu.
d. Penelantaran dalam rumah tangga yang meliputi
1) Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau
karena persetujuannya atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut.
2) Penelantaran yang dimaksud di atas juga berlaku bagi setiap orang
yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di
luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut.5
Kekerasan orang tua terhadap anak, pasti ada penyebab atau motif-
motif yang mendorong orang tua untuk melakukan kekerasan terhadap
anaknya. Karena sesungguhnya naluri sebagai orang tua tetap saja ada
perasaan sebagaimana orang tua, yaitu menyayangi dan mengasihi
anaknya sendiri.
Adapun motif kekerasan orang tua terhadap anak menurut
Musthafa Fahmi adalah sebagai berikut:
a. Perlakuan orang tua terhadap anak terpengaruh pada pengalaman
mereka waktu kecil, kadang-kadang mereka mencerminkan perlakuan
yang mereka terima waktu kecil dan lain-lain.
b. Super ego (hati nurani) setengah orang tua itu sangat kuat sampai ketingkat kaku (hati nurani dalam hal ini tidak menyerap nilai-nilai yang kaku). Sehingga mereka berusaha menerapkan nilai-nilai tersebut
terhadap anak-anaknya. Oleh karena itu mereka sering memberi
nasihat kepada anak-anaknya tidak mengingat tempat, juga mereka
tidak dapat memaafkan setiap kesalahan yang terlanjur dilakukan oleh anaknya.
c. Kadang-kadang kekerasan itu lahir dari ibu, hal ini mungkin disebabkan karena si ibu waktu kecil telah kematian ibu yang meninggalkan sejumlah anak kecil. Ini berarti bahwa ia masih kecil waktu itu telah dibebani dengan pemeliharaan adik-adiknya sebagai pengganti ibunya dan saat dewasa dan berkeluarga tampak bahwa ia
dengan kekerasan, kekuasaan dan kekejaman (terpengaruh oleh
pengalaman yang didapatnya semasa kecilnya dulu).
d. Demikian pula halnya dengan bapak yang pemabuk atau peminum, ia
adalah bapak yang paling kejam kepada anak-anaknya, kaena ia tidak
puas akan dirinya, atau ia merasa bahwa dirinya gagal. Oleh karena itu
ia menuntut kesempurnaan dari anak-anaknya.6
Berdasarkan berbagai penelitian, Paget Philp dan Abramezyk
dalam Siswanto faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tindak kekrasan dalam keluarga adalah :
a. Keluarga yang memiliki jumlah anak yang banyak
b. Ibu dengan riwayat alkoholisme dan promiskuitas seksual c. Kemiskinan
d. Pendidikan ibu
e. Usia ibu yang masih remaja ketika memiliki anak pertama
f. Status perkawinan ibu
g. Kehamilan yang tidak direncanakan
h. Sejarah keluarga dengan penyalahgunaan alkohol
i. Harapan orang tua terhadap perkembangan anak terlalu rendah atau sebaliknya terlalu tinggi
j. Ibu yang memiliki riwayat kekerasan, harga diri rendah dan isolasi k. Ibu memiliki simtom depresi
l. Ibu kesepian, kurang dalam partisipasi sosial, kurang terlibat dalam
jarangan bantuan informal
m. Ketidakhadiran ayah
n. Kurangnya dukungan emosional untuk ibu
o. Jauh dari anggota keluarga dan mengalami kebingungan berpikir
Sedangkan menurut Mrazek dan Bentovin dalam Siswanto faktor
yang menyebabkan tindak kekerasan dalam keluarga adalah :
a. Mitos-mitos dalam keluarga, seperti misalnya anak tersebut bukan anak kandung atau selagi kecil dikerasi supaya setelah besar nanti menurut
b. Miskin dalam keterampilan pengasuhan. Ini biasanya terjadi karena
kedua orang tua juga ketika masih kecil mendapat pengasuhan yang miskin dan mereka tidak memiliki kesempatan untuk belajar dan berlatih pola pengasuhan yang memadai.
c. Relasi emosi dalam keluarga yang dangkal. Ikatan emosi antar anggota keluarga yang lemah, masing-masing anggota keluarga tidak mempedulikan satu sama lain.
d. Pengalaman orang tua yang kabur atau kacau ketika mereka kanak- kanak.7
Sedangkan menurut Siswanto motif orang tua melakukan tindak kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Kehilangan kontrol ketika mereka menghadapi masalah mereka sendiri
b. Tidak tahu cara mendisiplinkan anak
c. Mengharapkan tingkah laku yang tidak realistis, yang sesuai dengan
usia dan kemampuan anak
d. Pernah menjadi korban kekerasan oleh orang tua mereka atau pasangan e. Mengalami kesulitan finansial
f. Kehilangan kendali ketika menggunakan alkohol dan obat-obatan lainnya.8
Dengan melihat faktor-fakior tersebut di atas, maka dapat diketahui
bahwasanya penyebab kekerasan dalam keluarga oleh orang tua terhadap anak tidak hanya menyangkut satu penyebab saja, tetapi merupakan
gabungan yang saling terkait antara individu, hubungan antara individu dengan orang-orang yang berada di sekitarnya, keadaan sosial, budaya, dan faktor lingkungan.
3. Dampak Kekerasan dalam Keluarga terhadap Psikologi anak
Tidak sedikit akibat yang disebabkan dengan adanya kekerasan orang tua terhadap anak secara fisik maupun psikis. Adapun dampak yang dapat ditimbulkan akibat kekerasan menurut Hwang dalam Siswanto adalah sebagai berikut:
a. Gambaran diri yang buruk
b. Tingkah laku agresif, mengganggu dan kadang-kadang ilegal
c. Marah dan gusar, atau perasaan-perasaan kesedihan atau gejala-gejala
lain yang merupakan tanda depresi
d. Tingkah laku merusak diri atau menyalahkan diri sendiri, pikiran- pikiran bunuh diri
e. Tingkah laku pasif atau menarik diri
f. Kecemasan atau ketakutan, atau terkadang pengalaman masa lalu dan mimpi buiuk
g. Masalah-masalah atau kegagalan-kegagalan sekolah h. Penyalah gunaan obat atau alkohol
i. Kehilangan minat pada sekitarnya
j. Mengalami masalah dalam belajar k. Takut pada orang atau tempat tertentu
l. Ketakutan yang tidak beralasan terhadap pemeriksaan fisik.9
Menurut Musthafa Fahmi dampak kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Terlalu sopan dan tunduk kepada penguasa, mempunyai kecenderungan untuk merendah, merasa hina dan patuh yang tidak
pada tempatnya, tidak mampu mengeluarkan pendapat dan berdiskusi seperti anak kecil.
b. Tidak mempunyai keberanian untuk berterus terang, sangat bergantung pada orang lain terutama orang tuanya, yang berarti bahwa ia tidak mampu mengambil kebijaksanaan dalam suatu hal, tanpa mengambil
kebijaksanaan dalam suatu hal, tanpa mengambil pendapat orang lain,
mereka selalu mengganggu apa yang dikatakan (diperintahkan)
kepadanya, tanpa ada usaha untuk bertindak dalam hal apa saja.
c. Tidak dapat merasakan kesenangan hidup dan mengisi waktu senggang.
d. Kehilangan kepercayaan diri, merasa tidak berdaya dan tidak mampu menghadapi situasi, bagaimana tingkah laku kesukarannya, sebabnya adalah karena ia telah terbiasa menjadi pengikut dan bukan yang diikuti.10
Sedangkan, dampak kekerasan dalam rumah tangga menurut Farha
Ciciek adalah sebagai berikut:
a Sering gugup b. Suka menyendiri
c. Cemas
d. Sering ngompol
e. Gelisah f. Gagap
g. Sering menderita gangguan perut h. Sakit kepala dan asma
i. Kejam pada binatang
j. Ketika bermain meniru bahasa dan perilaku kejam
k. Suka memukul teman.11
Menurut American Medical Association dalam Siswanto dampak
kekerasan adalah sebagai berikut: .
a. Lebih mudah terlibat di dalam aktivitas kekerasan kriminal di kemudian hari
b. Melakukan kekerasan terhadap keluarga mereka sendiri
c. Menggunakan kekerasan untuk memecahkan masalah d. Mengalami kesulitan dalam belajar
e. Memiliki kesulitan-kesulitan emosional f. Mencoba untuk bunuh diri
g. Menggunakan alkohol atau obat-obatan yang lain
h. Lebih mudah menjadi pelaku kekerasan terhadap anak atau orang lain.12
Rini menyebutkan beberapa masalah yang timbul pada anak korban kekerasan diberbagai segi kehidupan seperti:
a. Masalah rasional, meliputi:
- Kesulitan untuk menjalin hubungan ataupun persahabatan - Merasa kesepian
- Kesulitan dalam membantuk hubungan yang harmonis - Sulit mempercayai diri sendiri dan orang lain
11 Farha Ciciek, Ikhtiar Mengatasi Kekerasan dalam Rumah Tangga; Belajar dari Kehidupan Rasulullah saw., Lembaga Kajian Agama dan Gender; Perserikatan Solidaritas Perempuan, The Asia Foundation, Jakarta, 1999, him. 37
- Menjalin hubungan yang tidak sehat, misalnya terlalu tergantung
atau terlalu mandiri
- Sulit membagi perhatian antara mengurus diri sendiri dengan mengurus orang lain
- Mudah curiga dan terlalu hati-hati terhadap orang lain Perilakunya tidak sopan
Kesulitan menysuaikan diri
- Lebih suka menyendiri daripada bermain dengan kawan-kawannya Suka memusuhi orang lain atau dimusuhi
- Merasa takut menjalin hubungan secara fisik dengan orang lain - Sulit membuat komitmen
Terlalu bertanggung jawab atau justru menghindari tanggung jawab
b. Masalah emosional, meliputi : - Merasa bersalah, malu
Menyimpan perasaan dendam
- Depresi
- Merasa takut tertular gangguan mental yang dialami orang tua
- Merasa takut masalah dirinya diketahui orang lain
- Tidak mampu mengekspresikan kemarahan secara kosntruktif atau positif
- Merasa bingung dengan identitasnya
c. Masalah kognisi, meliputi
Punya persepsi yang negatif terhadap kehidupan
- Timbul pikiran negatif tentang diri sendiri yang diikuti oleh tindakan yang cenderung merugikan diri sendiri
- Memberikan penilaian yang rendah terhadap kemampuan atau prestasi diri sendiri.
Sulit berkonsentrasi dan menurunnya prestasi di sekolah Memiliki citra diri yang negatif
d. Masalah perilaku, meliputi:
- Muncul perilaku berbohong, mencuri, bolos sekolah - Perbuatan kriminal atau kenakalan
- Tidak mengurusi diri sendiri dengan baik
- Menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak wajar dan dibuat-buat untuk mencari perhatian
- Muncul keluhan sulit tidur
Muncul perilaku seksual yang tidak wajar
- Kecanduan obat bius, minuman keras, dan sebagainya
- Muncul perilaku makan yang tidak normal, seperti aneroxia atau bulimra.13
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui bahwasanya kekerasan dalam keluarga dampaknya sangat besar untuk perkembangan anak, baik fisik maupun psikologis. Dampak tersebut
diantaranya anak mempunyai kecenderungan tertutup, mudah
tersinggung, muncul perilaku yang dapat merugikan orang lain
maupun dirinya.
B. Kreativitas
1. Pengertian Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau
menghasilkan sesuatu yang baru. Hasil karya atau ide-ide baru itu
sebelumnya tidak dikenal oleh pembuatnya maupun orang lain.
Kemampuan ini merupakan aktivitas imajinatif yang hasilnya merupakan
pembentukan kombinasi dari informasi yang diperoleh dari pengalaman-
pengalaman sebelumnya menjadi hal yang baru, berarti dan bermanfaat.14
Danvidoff mengungkapkan pengertian kreativitas adalah suatu
kemampuan memecahkan persoalan yang memungkinkan orang tersebut
menciptakan ide-ide asli/mumi, atau menghasilkan sesuatu yang adaptif
dan berkembang. 15
Menurut Gulford dalam Davidoff kreativitas adalah aktivitas
mental yang asli, mumi dan baru, yang berbeda dari pola pikir sehari-hari
dan menghasilkan lebih dari satu pemecahan persoalan.16
Amabile dkk sebagaimana dikutip Utami Munandar mengartikan
kreativitas sebagai produksi suatu respons atau karya yang baru dan sesuai
14 Fuad Nashori, Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islami, Menara
Kudus, Yogyakarta, 2002, him. 33
15 Linda L. Davidoff, Psikologi Suatu Pengantar, Jilid 2, Erlangga, Jakarta, 1991,
dengan tugas yang dihadapi. Sementara itu Renzuli berpendapat bahwasanya pada kreativitas terdapat kemampuan untuk menampilkan alternatif yang sudah ada atau dari prosedur yang biasa dilakukan.17
Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan manusia dengan kepekaan inderanya untuk dapat melihat berbagai permasalahan atau dapat memecahkan masalah tersebut dengan alternatif yang dipilihnya dan dapat menghasilkan sesuatu yang baru, bisa berupa suatu gagasan baru,
mengungkapkan gagasan dalam suatu karya. Kreativitas dapat dipandang sebagai suatu proses atau produk (hasil).
2. Karakter Kreativitas
Kreativitas terbentuk atas dorongan diri sendiri ataupun dari orang
lain. Untuk mewujudkan kreativitas diperlukan proses, dari perencanaan
sampai terbentuknya suatu produk kreativitas. Dalam perencanaan dan
proses kreativitas diperlukan adanya penunjang sesuai dengan kebutuhan,
faktor penunjang tersebut dapat berupa pengetahuan apresiasi dan tenaga. Kreativitas merupakan hasil dari suatu proses yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan kegiatan lain. Hal ini selaras dengan pendapat Hurlock, bahwa karakteristik kreativitas meliputi :
a. Kreativitas merupakan proses bukan hasil
b. Proses tersebut mempunyai tujuan yang mendatangkan keuntungan bagi individu maupun kelompok sosial
c. Kreativitas mengarah ke sesuatu penciptaan yang baru
d. Kreativitas merupakan suatu cara berpikir
e. Kemampuan mencipta tergantung pada perolehan pengetahuan yang
diterima.18
Menurut Guilford laktor penting yang merupakan ciri dari
kemampuan berpikir kreatif adalah :
a. Kelancaran berpikir {fluency o f thinking) yaitu kemampuan untuk
menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara
cepat
b. Keluwesan {flexibility) yaitu kemampuan untuk memproduksi
sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang
bervariasi.
c. Elaborasi {elaboration) yaitu kemampuan dalam mengembangkan
gagasan dan menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu
obyek gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
d. Keaslian (originality) yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan
unik (unusual) atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.19
Sementara itu, Feldman sebagaimana dikutip Conny Semiawan dkk, berpendapat bahwa sifat pokok kreativitas adalah memiliki sifat baru. Sifat baru itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Produk yang sifatnya baru dan sebelumnya belum ada
b. Produk yang memiliki sifat baru sebagai hasil kombinasi beberapa
produk yang sudah ada sebelumnya
c. Suatu produk yang bersifat baru sebagai hasil dari pembaruan (inovasi) dan pengembangan (evolusi) dari hal yang sudah ada.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakter kreativitas terdiri dari kelancaran berfikir, kemampuan untuk menciptakan sesuatu yan baru, kemampuan yang mencetuskan gagasan asli atau unik.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas menurut Utami Munandar dalam Fuad Nashori terdiri atas aspek kognitif dan aspek kepribadian. Aspek kognitif meliputi kecerdasan intelegensi) dan pemerkayaan bahwa berpikir berupa pengalaman dan keterampilan. Sedangkan aspek kepribadian terdiri dari rasa ingin tahu, harga diri dan kepercayaan diri, sifat mandiri, berani mengambil resiko dan asertif.20 21
Menurut Rogers, faktor yang mendukung berkembangnya kreativitas adalah keterbukaan individu terhadap pengalaman sekitarnya, kemampuan untuk mengevaluasi hasil yang diciptakan dan kemampuan untuk menggunakan elemen dan konsep yang ada.
Faktor-faktor tersebut meliputi:
a. Keterbukaan terhadap pengalaman, yaitu kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya sendiri.
b. Evaluasi internal, yaitu penilaian terhadap produk karya seseorang
ditentukan oleh diri sendiri, bukan karena kritik dan pujian orang lain
tanpa mengabaikan masukan dan kritikan dari orang lain.
c. Kemampuan untuk bermain dan bereksplorasi dengan unsur-unsur
bentuk-bentuk, dan konsep-konsep.22
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi kreativitas terdiri dari faktor internal dan eksternal
individu. Faktor internal meliputi aspek kognitif meliputi kepribadian.
Sedangkan faktor eksternal meliputi kebudayaan tempat tinggal individu dan berinteraksi dengan lingkungannya.
A. Gambaran Umum
1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli
2007, langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah :
a. Meminta ijin kepada kepala desa Mrisi untuk mengadakan penelitian
b. Mengadakan wawancara dengan remaja yang menjadi informan
sebagai sumber data penelitian ini. Penggalian data penelitian lakukan
selama dua bulan untuk mendapatkan informasi tentang kekerasan
dalam keluarga yang dialami remaja di Desa Mrisi.
c. Mengadakan analisis terhadap data yang telah peneliti himpun
Pelaksanaan penelitian selama dua bulan peneliti maksudkan untuk
memperoleh data-data tentang kekerasan dalam keluarga terhadap
kreativitas remaja. Setelah itu penulis melakukan analisis dari hasil penelitian di lapangan.
2. Deskripsi Desa Mrisi Kecamatan Tanggunghaijo Kabupaten Grobogan a. Kondisi Geografis
Desa Mrisi merupakan wilayah yang dijadikan subyek penelitian dalam skripsi ini adalah termasuk wilayah Kecamatan Tanggunghaijo Kabupaten Grobogan propinsi Jawa Tengah.
Secara geografis Desa Mrisi terletak di sebelah timur
Kecamatan Tanggunghaijo, dimana masing-masing dusun dipisahkan
oleh tanah pertanian atau jalan kampung dengan orbitasi sebagai
berikut:
Jarak dari ibukota propinsi : 37 km
Jarak dari ibukota kabupaten : 37 km Jarak dari ibukota kecamatan : 5 km
Adapun batas letak geografis desa Mrisi sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Rowosari - Sebelah Selatan berbatasan dengan hutan negara
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kali wenang - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kapung Sedangkan luas wilayah Desa Mrisi meliputi
- Tanah tegalan : 95 km
Tanah sawah irigasi : 297,930 km - Tanah pekarangan : 92 km
- Tanah negara : 121 km
Tanah lainnya : 12,040 km
b. Keadaan Demografis
laki-laki sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 2.576 jiwa.
Berdasarkan data monografi antara jenis laki-laki dan jenis perempuan
adalah lebih banyak jenis kelamin perempuan.
Di bawah ini adalah deskripsi penduduk Desa Mrisi Kecamatan
Tanggunghaijo Kabupaten Grobogan berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Desa Mrisi serta dari beberapa ketua RT di lingkungan Desa Mrisi.
TABEL I
JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN
Sumber : Monografi Desa Mrisi tahun 2006
Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk Desa Mrisi
TABEL II
Sumber : Monografi Desa Mrisi tahun 2006
Berdasarkan tabel jumlah penduduk menurut pendidikan di
atas, dapat diketahui bahwa penduduk Desa Mrisi yang bersekolah berjumlah 3.910 jiwa, yang terbagi dalam berbagai jenjang pendidikan.
TABEL III
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mata
pencaharian penduduk desa Mrisi secara keseluruhan beragam, tetapi
persentasi terbesar adalah sebagai petani. Usia produktif penduduk
Desa Mrisi sebagian besar bekerja sebagai petani, buruh, wiraswasta
dan lain-lain.
TABEL IV
JUMLAH PENDIDIKAN MENURUT AGAMA
Keterangan Junilah Jiwa
Islam 4.286
Kristen 594
Katolik
-Hindu
-Budha
-Jumlah 4.880
Sumber : Monografi Desa Mrisi tahun 2006
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa agama yang
dianut penduduk Desa Mrisi yaitu Islam dan Kristen. Tetapi mayoritas penduduk Desa Mrisi beragama Islam,
c. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Mrisi dapat dilihat
TABEL V
Sumber : Monografi Desa Mrisi tahun 2006
Dari data yang ada pada tabel di atas dapat diketahui bahwa sarana pendidikan di Desa Mrisi sangat menunjang untuk
meningkatkan taraf pendidikan masyarakat desa mrisi sesuai dengan cita-cita dan kemampuan masyarakat.
Sumber : Monografi Desa Mrisi tahun 2006
B. Kekerasan dalam Keluarga yang Dialami Anak
Dari penelitian yang sudah dilakukan di Desa Mrisi, maka sebagian
kecil dari anak-anak di desa Mrisi Kecamatan Tanggunghaijo pernah mengalami tindak kekerasan dalam keluarga, yakni meliputi ;
1. Faktor-faktor yang menyebabkan anak mengalami tindak kekerasan dalam keluarga
Tindak kekerasan dan pelanggaran terhadap hak-hak anak {child abuse) merupakan istilah untuk menggambarkan berbagai bentuk perlakuan salah yang dialami anak-anak. Secara teoritis tindak kekerasan terhadap anak {child abuse) dapat didefinisikan sebagai perlakuan fisik, mental atau seksual yang umumnya dilakukan oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak, dimana semua itu
diindikasikan dengan kerugian dan ancaman terhadap kesejahteraan anak.1
Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Tindak kekerasan pada anak dalam keluarga cukup kompleks penyebabnya. Faktor kekerasan tersebut bisa disebabkan karena berasal dari orang tua yang mempunyai r.wayat kekerasan semasa kecil. Sehingga menyebabkan orang melakukan tindak kekerasan.
Berbagai faktor itu terkait dengan posisi korban yang berada di lingkungan keluarga yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Seperti hubungan antar anggota keluarga tidak berjalan dengan harmonis, pengalaman orang tua yang mengalami kekerasan di waktu kecil dan
sebagainya. Hal inilah yang mungkin melatar belakangi adanya tindak
kekerasan dalam keluarga seperti yang dikatakan oleh Mi la :
“Aku pernah dipukul, dicubit, dikurung oleh orang tuaku karena aku pernah mencuri uang orang tuaku”.2
Ketika anak melakukan kesalahan terkadang orang tua sering
melakukan tindakan-tindakan yang mungkin kelihatannya biasa-biasa saja,
tapi tidak dapat dihindari apabila tindakan tersebut mempengaruhi
kejiwaan anak.
Keluarga atau orang tua yang melakukan tindak kekerasan
mungkin mempunyai latar belakang yang buruk. Seperti orang tua dulu pernah mengalami kekerasan. Adapun orang tua yang melakukan tindak
kekerasan karena ingin anaknya menjadi orang yang berhasil seperti yang dikatakan oleh Ibu Ina:
Berdasarkan keterangan di atas, maka orang tua melakukan tindak kekerasan dikarenakan ia ingin anaknya berhasil.
Diamping itu juga diketahui bahwa latar belakang tindak kekerasan
yang dialami anak dalam keluarga dikarenakan dulu sewaktu orang tua kecil pernah mengalami tindak kekerasan, seperti yang dikatakan Ibu Yanti:
“Dulu sewaktu saya kecil, kalau tidak kerja saya tidak mendapatkan uang, terus, kalau tidak membantu orang tua saya sering kali dimarahi. Kadang kalau saya mengajinya tidak bisa saya dipukul”.4
Dari kasus di atas maka sebagai seorang anak tidak bisa melawan
kehendak orang tua dan anak menjadi pihak yang siap menerima apa aja
perlakuan mereka tanpa berani melawan. Seperti yang dikatakan Ida : “Saya dulu pernah melawan karena saya menganggap orang tua saya keterlaluan tapi karena orang tua saya bilang, emangnya kamu mau jadi anak durhaka berani melawan orang tua, sejak itu saya tidak berani melawan apa yang dikatakan orang tua saya”5
2. Bentuk- bentuk Tindak Kekerasan
Kebanyakan orang berfikir bahwasanya kekerasan hanya berupa
kekerasan fisik. Pada dasarnya bentuk-bentuk kekerasan bisa berupa
kekerasan psikologi (mental), kekerasan fisik, kekerasan seksual, bahkan
sampai penelantaran terhadap hak-hak anak.
Bentuk-bentuk kekerasan fisik merupakan kekerasan yang paling mudah untuk dikenali. Bentuk kekerasan fisik yang mungkin sering diterima anak adalah seperti dipukul, ditampar, dicubit, dan berbagai macam bentuk kekerasan lainnya.
Seperti yang diungkapkan oleh Ida yang pernah mengalami tindak kekerasan dalam keluarga.
“Saya dulu pernah diseret dari kali gara-garanya saya mandi di sungai sampai rumah saya diikat di tiang rumah oleh orang tua saya”. 6
Lain halnya yang dikatakan oleh Mila :
“Saya dulu sering banget dicubit, dijewer gara-garanya saya mengambil uang orang tua saya, kalau saya nangis makin sering saya dicubit tapi kalau sudah diam saya tidak dicubit lagi, selain itu kalau saya tidak tidur siang saya juga kadang dicubit”.7
Selain kekerasan fisik yang dialami anak. Terkadang mereka juga
mengalami kekerasan psikologis (mental) seperti yang dikatakan oleh Ida : “Selain dipukul, dicubit oleh orang tua saya, saya terkadang dibentak-bentak karena kesalahan yang menurutku itu masalah kecil, awalnya saya mau menanam bunga di depan rumah tapi karena tidak sesuai dengan keinginan orang tua saya dibentak- bentak, dan yang sangat saya sesalkan saat itu banyak orang di depan rumah dan melihat kejadian itu”.8
Orang tua yaitu bapak dan ibu yang seharusnya melindungi anaknya dari suatu tindakan kekerasan dan perlindungan lainnya tetapi kadang sering melakukan tindak kekerasan pada anak mereka sendiri. Bahkan tidak jarang mereka dieksploitasi secara ekonomi oleh orang tuanya. Misalnya, apabila anak tidak kerja maka anak tidak mendapatkan perhatian dari orang tua.
Seorang informan yaitu Ibu Ida pernah mengatakan :
“Kalau anaknya itu tidak kerja maka dia tidak boleh meminta apapun dari orang tuanya, minta sabun mandi saja tidak dikasih”9 Tetapi ada perbedaan pandangan antara orang tua dengan anak tentang tindak kekerasan yang dilakukan orang tua terhadap anak, seperti yang diungkapkan oleh Ibu Y anti:
“orang tua bersikap keras itukan dimaksudkan supaya anak bisa menjadi orang yang lebih baik daripada orang tuanya”.10
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa orang tua
melakukan kekerasan terhadap anak adalah supaya anak menjadi orang
ytng lebih baik dari orang tuanya, selain itu juga karena adanya himpitan
ekonomi.
3. Dampak Kekerasan dalam Keluarga terhadap Kreativitas Remaja
Melihat perkembangan seorang anak yang dengan berbagai fase
perkembangannya, maka anak-anak sebaiknya sejak kecil harus
mendapatkan perlindungan dan pendidikan secara baik, bila fase
perkembangan tersebut dapat dilewati dengan baik antara anak dan
lingkungannya, maka dia akan mempunyai kepribadian yang baik dan
matang.
Sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan maka berbagai bentuk tindak kekerasan yang dialami anak akan mempunyai dampak terhadap perkembangan anak.
Anak yang mengalami tindak kekerasan mungkin akan merasa takut untuk melakukan sesuatu hal yang diinginkannya dan sesuai dengan
harapannya. Selain itu anak mengalami tindak kekerasan tidak menutup kemungkinan menjadi pribadi yang sulit untuk berkembang ataupun tidak mampu menghadapi persoalan yang dihadapinya, dan tidak menutup
kemungkinan anak akan mampu menghadapi persoalan yang dihadapinya
dan juga dapat menjadi pribdi yang mandiri. Menurut penuturan Ida :
“Aku pernah mencoba sesuatu yang sesuai dengan keinginanku tapi oleh orang tuaku aku dimarahi karena mereka beranggapan itu hanya menghabiskan uang, menghabiskan tenaga dan tidak menghasilkan uang. Semenjak itu aku takut untuk melakukan sesuatu. Semisal waktu di sekolah aku diajarkan suatu ketrampilan dan sesampai di rumah aku ingin mengulanginya lagi. Tapi karena tidak diperbolehkan orang tua saya tidak pernah mencoba-coba sesuatu lagi, takut dimarahi, paling aku mengerjakan sesuatu nunggu disuruh”.11 12
Lain halnya yang dikatakan M i la:
“Nak aku bar diseneni aku lungo ko ngomah tekan sore, kadang nunggu digole’i ndisik nak durung digole’i aku durune bali, tapi nak aku dijewer utowo dijiwit aku paling mung nangis.
(kalau aku habis dimarahi aku pergi dari rumah sampai sore, kadang nungu dicari dulu kalau belum dicari aku belum pulang, tapi kalau dijewer atau dicubit aku cuma nangis)
Dengan melihat hal itu, maka dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya tindak kekerasan yang dialami anak, maka daoat menimbulkan rasa takut apabila anak ingin mengapresiasikan apa yang ada dalam pikirannya.
Dampak yang dapat dilihat pada masa sekarang adalah anak
cenderung tertutup dan tidak mau mengungkapkan permasalahan yang ada dalam dirinya. Akibatnya ia kurang mampu untuk maju melangkah dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dan anak cenderung terlihat nakal.
Anak merupakan sesuatu yang melekat secara otomatis kepada setiap
manusia. Sampai akhir hidupnya, manusia pasti dikaitkan dengan orang tua mereka. Demikian juga dengan perkembangan fisik dan kejiwaan. Manusia pasti akan mengalami tahap sebagai anak, remaja dan dewasa.'
Dalam menjalani tahap-tahap tersebut, anak dan orang tua akan saling
berinteraksi secara intens. Tahap-tahap awal dalam kehidupan anak, anak akan
sangat tergantung pada orang tua. Tetapi ketika anak bertambah besar maka akan muncul berbagai macam persoalan antara anak dan orang tua. Pandangan mereka
akan saling bertolak belakang, seperti orang tua menganggap anak selalu melawan. Sedangkan anak menganggap orang tua terialu keras dan terlalu mengekang.
Banyak hal yang dapat menyebabkan orang tua bersikap keras terhadap anaknya. Misalnya faktor ekonomi (kemiskinan), keadaan keluarga yang kurang harmonis, harapan orang tua terhadap anak terlalu tinggi dan sebaliknya.
Berdasarkan hasil penelitian mengungkapkan bahwa banyak faktor yang
menyebabkan orang tua melakukan kekerasan terhadap anaknya. Menurut APA
(Amerikan Medikal Association) yang memberikan perhatian terhadap masalah kekerasan menggunakan model ekologis untuk menjelaskan faktor-faktor
1 Sawitri Supardi Sadarjoen, Pemak pernik Hubungan Orang Tua-Remaja, Kompas, Jakarta, 2005, him. 1
mengapa tindak kekerasan bisa dialami oleh seseorang. Model tersebut bila
dikaitkan dengan tindak kekerasan pada anak dalam keluarga adalah sebagai
berikut:
1. Harapan orang tua yang menginginkan anaknya berhasil sangat tinggi
Harapan orang tua terhadap keberhasilan anak yang terlalu tinggi tidak
menutup kemungkinan akan melakukan tindak kekerasan apabila anak tidak
menuruti kehendak orang tua.
2. Adanya pengalaman orang tua yang mengalami tindak kekerasan pada waktu
kecil
3. Adanya himpitan ekonomi
Faktor-faktor sosial yang menyebabkan anak mengalami tindak kekerasan
sangat beragam, misalnya norma-norma budaya yang membolehkan orang tua
melakukan apa saja pada anaknya, karena hal itu merupakan hak dari orang tua
terhadap anaknya. Adanya eksploitasi ekonomi yang dilakukan oleh orang tua
terhadap anaknya dan apabila tidak mau menuruti orang tua maka yang akan
diterima adalah hukuman.
Dari uraian tersebut di atas, maka latar belakang anak mengalami tindak
kekerasan meliputi berbagai macam sebab yaitu harapan orang tua yang
menginginkan anaknya berhasil sangat tinggi, adanya pengalaman orang tua yang
mengalami tindak kekerasan pada waktu kecil sehingga orang tua mengikuti apa
yang dulu dilakukan oleh orang tuanya, adanya himpitan ekonomi yang
mengharuskan anaknya untuk bekerja, adanya faktor sosial yang membolehkan
Dinilai dari pelakunya, tindak kekerasan dibagi menjadi dua yaitu bentuk
kekerasan individual dan bentuk kekerasan kolektif. Pelaku tindak kekerasan
terhadap anak dalam keluarga tergolong pada bentuk kekerasan individual, yang
mana dalam bentuk kekerasan individual dilakukan oleh perseorangan yaitu oleh
anggota keluarga sendiri.
Jika dikaitkan dengan pendapat John Galtung maka kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa bentuk-bentuk tindak kekerasan pada anak dalam keluarga
dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Perbedaan pertama : kekerasan fisik dan psikologis
Dalam kekerasan fisik, tubuh manusia disakiti secara jasmani. Menurut
hasil penelitian tindak kekerasan yang dialami anak di Desa Mrisi adalah
dipukul, dicubit, dikurung oleh orang tua. Sedangkan dalam tindak kekerasan psikologis adalah kekerasan secara kejiwaan yang menimpa anak. Selain kekerasan fisik maka secara tidak langsung berpengaruh pada keadaan psikisnya. Seperti perasaan tertekan, adanya kebohongan, dan terkadang orang
tua juga memberikan ancaman jika anak tidak mau menuruti keinginannya sehingga akan membekas dalam jiwa anak.
2. Perbedaan kedua: yang tampak dan tersembunyi
merasa tertekan. Jadi secara nyata memang kekerasan tersebut tidak tampak,
tapi secara tersembunyi dirasakan oleh anak itu sendiri.
3. Perbedaan ketiga : pengaruh positif dan negatif
Maksudnya adalah orang tua dalam mendidik anak, apabila anak salah
akan diberi hukuman. Namun, jika anak berhasil maka akan diberi hadiah.
4. Perbedaan keempat: disengaja atau tidak disengaja
Pada perbedaan ini tindak kekerasan tersebut dilihat dari alasannya
dulu, mengapa orang tua melakukan tindak kekerasan terhadap anaknya,
apabila hal itu untuk kebaikan anak maka hal itu tidak disengaja dan
sebaliknya.
Dengan melihat bentuk-bentuk tindak kekerasan yang dialami anak di
Desa Mrisi. Maka dapat dilihat bahwa bentuk-bentuk tindak kekerasan tidak bisa
berupa tindak kekerasan fisik yang menyerang jasmani. Seperti dipukul, dicubit, diseret oleh orang tua. Kekerasan psikologis bersifat emosional dan melibatkan kejiwaan, seperti perasaan tertekan, cemas dibeda-bedakan dengan anak orang
lain. Kekerasan ekonomi yang mungkin dilakukan oleh orang tua adalah apabila anak tidak memberikan sebagian hasil pekeijaannya, maka anak tidak boleh meminta sesuatu apapun dari orang tuanya.
Perkembangan pada masa anak-anak sangat penting karena pada masa
anak-anak merupakan periode dasar bagi kehidupan selanjutnya. Proses
perkembangan anak yang mengalami tindak kekerasan akan berbeda dengan anak-
anak lain yang tidak mengalami tindak kekerasan. Oleh karena itu, tindak
kekerasan yang dialami anak akan mempengaruhi kejiwaan maupun kreativitas
anak.
Tindak kekerasan pada anak akan mempengaruhi perkembangan
kreativitas anak dalam berbagai faktor antara lain :
1. Orang tua yang kurang memberikan kebebasan kepada anak, bersikap keras
dan otoriter dan selalu mengawasi anak serta terlalu membatasi kegiatan anak
akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kreativitas anak. Sehingga anak akan menjadi pribadi yang penakut, pemurung, mudah terpengaruh dan tak jarang akan menjadi pribadi yang gagal atau menjadi orang yang berhasil.
2. Orang tua yang terlalu kritis terhadap anak dan menolak gagasannya serta melarang anak mempertanyakan keputusan orang tua akan mempengaruhi kreativitas anak. Karena anak tidak bisa mengungkapkan hal-hal yang ada dalam pikirannya maka anak akan selalu menuruti kata-kata orang tua dan takut untuk membantah. Sehingga anak akan sulit untuk mengambil keputusan tanpa mengambil pendapat orang tuanya.
menunggu orang tua memerintahnya tanpa ada usaha untuk berindak dalam
hal apa saja.
Bagi anak yang mengalami tindak kekerasan dalam keluarga akan mudah
menyerah dalam menghadapi persoalan dan lain-lain. Aspek lainnya adalah
sosiabilitas yang berkaitan dengan hubungan dengan orang lain, mereka
cenderung tertutup pada orang lain, kesulitan dalam menjalin hubungan dengan
orang lain, mudah tersinggung, mudah terpengaruh, tidak dapat mengemukakan
Sebagai akhir dari penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan dan memberikan saran yang diharapkan dapat berguna untuk semua pihak, baik pemerintah, maupun masyarakat.
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dari pengamatan di lapangan dan hasil wawancara dengan informan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Latar belakang anak mengalami tindak kekerasan meliputi berbagai macam sebab yaitu adanya pengalaman orang tua yang mengalami tindak
kekerasan pada waktu kecil, sehingga orang tua mengikuti apa yang dulu
dilakukan oleh orang tuanya. Adanya himpitan ekonomi, adanya faktor sosial yang membolehkan orang tua melakukan apa saja terhadap anaknya. Harapan orang tua yang menginginkan anaknya berhasil sangat tinggi.
2. Berbagai bentuk tidnak kekerasan yang pernah dialami oleh sebagian anak di Desa Mrisi adalah kekerasan fisik, kekerasan psikologis dan kekerasan
ekonomi. Kekerasan fisik yang menyerang jasmani yang dialami anak di
Desa Mrisi diantaranya adalah dipukul, dicubit, diseret, dijewer. Sedangkan kekerasan psikologis bersifat emosional dan kejiwaan seperti perasaan tertekan, cemas, dibeda-bedakan dengan anak orang lain. Kekerasan yang dilakukan oleh orang tua adalah apabila anak tidak
memberikan sebagian hasil pekerjaannya, maka anak tidak boleh meminta
sesuatu apapun dari orang tuanya.
3. Dampak yang ditanggung oleh anak di desa Mrisi yang mengalami tindak
kekerasan di antaranya anak akan mudah tersinggung, tidak dapat
mengambil keputusan, menunggu orang tua menyuruhnya, pergi dari
rumah, tidak dapat mengapresiasikan apa yang ada dalam pikirannya.
B. Saran-saran
Dari hasil kesimpulan yang telah diperoleh dari bab I sampai IV, maka
penulis mencoba memberikan saran yang penulis harap dapat bermanfaat
untuk kebaikan bersama yaitu :
1. Sedapat mungkin hendaknya kita menghindari tindak kekerasan, dengan cara menahan nafsu, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Hendaknya kita mengubah pandangan sosial yang membolehkan orang tua melakukan apa saja terhadap anaknya.
3. Hendaknya orang tua tidak memaksakan kehendak kepada anaknya.
C. Penutup
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis skripsi ini dapat terselesaikan, sesuai dengan waktu yang direncanakan.
dan saran yang membangun senantiasa penulis harapkan demi kebaikan di
masa mendatang.
Al Qur'an dan Terjemahnya, CV. Pustaka Mantiq, Solo, 1997.
Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta, 1990.
Atmasasmita, Ramli, Teori dan Kapita Selektra Kriminologi, Refika Aditama, Bandung, 1992.
Ciciek, Farha, Ikhtiar Mengatasi Kekerasan dalam Rumah Tangga; Belajar dari Kehidupan Rasulullah saw., Lembaga Kajian Agama dan Gender; Perserikatan Solidaritas Perempuan, The Asia Foundation, Jakarta, 1999. Davidoff, Linda L., Psikologi Suatu Pengantar, Jilid 2, Erlangga, Jakarta, 1991. Fahmi,2 Musthafa, Kesehatan Jiwa dalam Keluarga Sekolah dan Masyarakat,
jilid I, Bulan Bintang, Jakarta, 1977.
Faqih, Mansour, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1997.
Himpunan Peraturan Perundang-undangan, UU RI No. 23 tahun 2004, Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, Fokus Media, 2004. Hurlock, Elizabeth B., Perkembangan Anak, Jilid 2, Erlangga, Jakarta, 1989. Joni, Muhammad dan Zukhaina Z. Tanamas, Aspek Hukum Perlindungan Anak
dalam Perspektif Konvensi Hak Anak, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999.
Kamus Umum Bahasa Indonesia, Difa Publisher.
Leter, Bgd. M., Tuntunan Rumah Tangga Muslim dan Keluarga Berencana,