• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe sifat penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe sifat penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

35

3.1 Tipe Atau Sifat Penelitian

Tipe sifat penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau

karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.32

Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap

objek yang diteliti.33 Menurut Traves, yang dikutip dalam buku “Pengantar

Metode Penelitian” karangan Consuelo, dkk, penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.

Penelitian deskriptif bertujuan untuk :

1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala

yang ada.

2. Mengidentifikasi masalah-masalah atau memeriksa kondisi dan

praktek-praktek yang berlaku.

3. Membuat perbandingan dan evaluasi.

4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi

masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

32

Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : PT Remaja Rosda Karya. 2002 33 Ronny Kuntoro, Metode Penelitian, hlm 104 Jakarta : Penerbit PPM. 2005

(2)

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, diharapkan dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang diamati.34

3.2Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis resepsi. Analisis resepsi merupakan bagian khusus dari studi khalayak yang mencoba mengkaji secara mendalam proses aktual dimana wacana media diasimilasikan melalui praktek wacana dan khalayaknya. Ada tiga elemen pokok dalam

metodologi resepsi yang secara eksplisit bisa disebut sebagai “the collection,

analysis, and interpretation” or reception data” (Jensen, 1999: 139). Ketiga

elemen tersebut adalah sebagai berikut35 :

Pertama, mengumpulkan data dari khalayak. Dalam uraian ini lebih

ditekankan perolehan data melalui wawancara kelompok yang akrab disebut focus

group discussion, sebagaimana telah dilakukan oleh Jensen (1999). Perlu

ditekankan bahwa dalam analisis resepsi, perhatian utama dalam wawancara mendalam secara kelompok tetap harus berpegang pada “wacana yang

34

Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Hlm 4

35

Tri Nugroho Adi. Staf Pengajar Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNSOED. Hlm 26

(3)

berkembang setelah diantarai media dikalangan pemirsa”, artinya wawancara berlangsung untuk menggali bagaimana sebuah isi pesan media tertentu menstimulasi wacana yang berkembang dalam diri khalayaknya.

Kedua, menganalisis hasil atau temuan dari wawancara atau rekaman

proses jalannya focus group discussions (FGD). Setelah wawancara dan FGD

sebagaimana langkah pertama diatas dilakukan, maka tahap berikutnya peneliti akan mengkaji catatan wawancara tersebut yang berupa ratusan transkrip wawancara yang ada didalamnya kemudian bisa disarikan berbagai kategori pernyataan, komentar dsb, dari peserta diskusi. Dalam tahap ini peneliti bisa memanfaatkan metode analisis wacana sebagaimana lazimnya dipakai dalam studi

literer untuk menelaah makna intersubjektif dan menginterpretasikan makna yang

tersirat dibalik pola ketidaksepakatan pendapat diantara peserta dan sebagainya yang mungkin muncul dalam diskusi. Dalam tahap ini, peneliti kemudian tidak sekedar melakukan kodifikasi dari seberapa pendapat yang sejalan atau yang tidak sejalan melainkan lebih merekonstruksi proses terjadinya wacana dominan dan sebaliknya, dilihat dari berbagai latar belakang sosiokultural peserta diskusi.

Ketiga, tahap ini peneliti melakukan interpretasi terhadap pengalaman bermedia dari khalayaknya. Perlu dicatat bahwa dalam tahap ini sebenarnya seorang peneliti tidak sekedar mencocokan model pembacaan sebagaimana yang telah dirumuskan dalam acuan teoritis melainkan justru mengolaborasikan dengan temuan yang sesungguhnya terjadi dilapangan sehingga memunculkan model atau

pola penerimaan yang riil dan labir dari konteks penelitian sesungguhnya.36

36

(4)

3.3Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis sebagai berikut: 3.3.1 Data Primer

Dalam memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan, peneliti akan

melakukan proses focus group discussion sesuai dengan teknik analisa resepsi

yang digunakan. Mahasiswa Mercu Buana Jurusan Broadcasting Angkatan 2010 yang akan menjadi peserta sebanyak 6 orang. Mahasiswa yang dipilih menjadi

peserta focus group discussion juga dipilih berdasarkan latar belakang dan

karakter yang berbeda-beda.

Focus Group Discussion adalah suatu metode riset oleh Irwanto (1988:1)

didefinisikan sebagai “suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok” (Irwanto, 1988:1). Dengan perkataan lain FGD merupakan proses pengumpulan informasi bukan melalui wawancara, bukan perorangan, dan bukan diskusi bebas tanpa topik spesifik. Metode FGD termasuk metode kualitatif. Seperti metode kualitatif lainnya (direct observation, indepth interview, dsb) FGD berupaya menjawab jenis-jenis pertanyaan how-and why, bukan jenis-jenis pertanyaan what-and-how-many yang khas untuk metode kuantitatif (survei, dsb). FGD dan metode kualitatif lainnya sebenarnya lebih sesuai dibandingkan metode kuantitatif untuk suatu studi yang bertujuan “to generate theories and explanations” (Morgan and Kruger, 1993;9)

(5)

Focus group discussion atau istilah lainnya adalah diskusi kelompok terarah pada dasarnya adalah wawancara yang dilaksanakan dalam kelompok. Karena adanya kepentingan dari peneliti untuk mengumpulkan informasi dari beragam sudut pandang yang berbeda diperlukan suatu bentuk wawancara yang dilakukan secara bersama dalam satu waktu dan satu tempat yang kemudian

wawancara ini dikenal dengan istilah focus group discussion (FGD). Tujuan dari

dilakukannya FGD umumnya adalah untuk berdiskusi dan berdialog bersama, bertatap muka dengan sesame responden/subjek/informan penelitian guna menghasilkan suatu informasi langsung dari beberapa sudut pandang (Herdiansyah, 2009).

Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan ketika ingin melakukan FGD. Pertama, jumlah peserta FGD berkisar antara 5 hingga 10 orang. Jika jumlah peserta terlalu banyak, dipandang kurang efektif dan akan menyulitkan peneliti dalam mengatur alur pembicaraan serta mengatur lalu lintas pembicaraan antarpeserta. Jika terjadi banyak perbedaan sudut pandang dari peserta yang terlalu banyak, juga akan menyulitkan peneliti itu sendiri.

Kedua, peserta FGD harus bersifat homogen. Jika ingin memilih peserta, pilihlah peserta yang memiliki karakteristik yang sama atau hampir sama. Misalnya, ketika ingin melakukan FGD terhadap siswa sekolah menengah atas mengenai tema “kenaikan biaya pendidikan”, maka peserta yang dapat dipilih adalah siswa SMU, siswa SMK, dan guru yang bersangkutan. Ketiganya dianggap homogen karena karakteristiknya hampir sama, yaitu individu yang berada dalam domain sekolah menengah atas. FGD tersebut akan menjadi tidak homogen dan

(6)

akan menyulitkan jika peserta yang dipilih adalah pedagang sayur, supir angkutan umum , dan polisi lalu lintas karena mereka semua bukan dalam domain yang

sama.37

Ketiga, perlunya dinamika kelompok. Peneliti harus mampu

mengembangkan dinamika kelompok dalam FGD. Dinamika kelompok yang dimaksud, seperti adanya pembagian giliran dalam berbicara dan mengemukakan pendapat, pembagian giliran dalam menjawab dan merespons pertanyaan dan sudut pandang angota lain, dan sebagainya. Jika tidak ada dinamika kelompok, biasanya dalam FGD, setiap anggota akan saling mempengaruhi anggota lainnya dalam berpendapat yang pada akhirnya akan dapat memunculkan debat kusir yang

tidak ada ujung pangkalnya.38

3.3.2 Data Sekunder

Merupakan pengumpulan data yang diperlukan dalam bentuk yang sudah jadi, berupa publikasi. Dalam hal ini peneliti mendapatkan sejumlah data yang diperlukan dengan cara melakukan studi kepustakaan.

Studi kepustakaan ini dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari buku – buku litelatur komunikasi dan artikel-artikel yang berkompeten yang ada diinternet sebagai refrensi untuk penulis menyelesaikan penelitian ini.

37

Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta. 2010. Hlm. 146 38

(7)

3.4Definisi Konsep 3.4.1 Toleransi

Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya, dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.

3.4.2 Film

Film adalah salah satu media komunikasi massa yang merupakan suatu kekuatan yang dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan tingkah laku. Film dalam arti sempit adalah penyajian gambar layar lebar, tetapi dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan. Komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang sifatnya audio dan visual dalam bentuk film.

3.4.3 Analisis Resepsi

Analisis resepsi adalah satu dari berbagai model metode penelitian komunikasi kualitatif. Analisis resepsi bisa dikatakan sebagai perspektif baru dalam aspek wacana dan sosial dari teori komunikasi (Jensen, 1999:135). Sebagai respon terhadap tradisi ilmiah dalam ilmu sosial, analisis resepsi menandaskan bahwa studi tentang pengalaman dan dampak media, apakah itu kuantitatif atau kualitatif, seharusnya didasarkan pada teori representasi dan wacana serta tidak

(8)

sekedar menggunakan operasionalisasi seperti penggunaan skala dan kategori semantik.

3.5 Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah pemusatan konsentrasi terhadap tujuan penelitian yang sedang dilakukan. Dalam penelitian ini fokus penelitian dipusatkan kepada :

1. Bagaimana pemahaman khalayak dalam bertoleransi?

2. Bagaimana khalayak memaknai teks dalam toleransi antarumat

beragama?

3. Bagaimana khalayak memaknai teks secara keseluruhan pada film

“Tanda Tanya (?)”?

3.6 Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, teknik analisis data yang dapat dilakukan setelah

peneliti membuat transkrip dari keseluruhan hasil focus group discussion. Hal

tersebut akan menyediakan catatan hasil pembicaraan dalam diskusi secara

lengkap dan akan memfasilitasi analisis data.39

Selain itu analisis data dilakukan melalui proses decoding yang dimana

seluruh hasil focus group discussion dibagi menjadi tiga kategori yaitu, dominan,

negosiasi dan oposisi.

Langkah berikutnya ialah menganalisis isi/konten diskusi. Tujuan mengadakan analisis ialah mencari kecenderungan-kecenderungan dan pola-pola

39

(9)

yang sering muncul baik pada satu kelompok maupun pada berbagai kelompok. Analisis isi/konten mulai dengan membandingkan kata-kata yang digunakan sebagai jawaban. Juga peneliti harus mempertimbangkan penekanan atau intensitas yang diberikan oleh para peserta. Pertimbangan lainnya berkaitan dengan konsistensi dari tanggapan-tanggapan dan kekhususan jawaban dalam

menindak-lanjuti pernyataan-pernyataan menggali.40

3.7 Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik dengan metode pengecekan anggota. Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan. Yang dicek dengan anggota yang terlibat meliputi data, kategori analitis, penafsiran, dan kesimpulan. Para anggota yang terlibat yang mewakili rekan-rekan mereka dimanfaatkan untuk memberikan reaksi dari segi pandangan dan situasi mereka sendiri terhadap data yang telah diorganisasikan oleh peneliti.

Pengecekan anggota dapat dilakukan baik secara formal maupun tidak formal. Banyak kesempatan tersedia untuk mengadakan pengecekan anggota, yaitu setiap hari pada waktu peneliti bergaul dengan para subjeknya.

Pengecekan secara informal demikian dapat bermanfaat dalam hal-hal

berikut :41

40

Ibid. Hlm 233 41

(10)

1. Menyediakan kesempatan untuk mempelajari secara sengaja apa yang dimaksudkan oleh responden dengan jalan bertindak dan berlaku secara tertentu atau memberikan informasi tertentu.

2. Memberikan kesempatan kepada responden untuk segera memperbaiki

kesalahan dari data menantang suatu penafsiran yang barang kali salah.

3. Memberikan kesempatan bagi responden agar dapat memberikan data

tambahan karena dengan memberikan „konsep‟ tulisan peneliti, responden barang kali akan mengingat lagi hal-hal lain yang belum terpikirkan pada waktu yang lalu.

4. Memberikan kesempatan bagi peneliti untuk mencatat persetujuan dan

keberatan responden sehingga, jika terjadi persoalan, misalnya keberatan dari pihak responden, dikemudian hari dijadikan bukti tertulis yang dapat diandalkan.

5. Memberikan kesempatan bagi peneliti untuk mengikhtisarkan hasil

perolehan sementaranya yang memudahkannya untuk melangkah kepada analisis data.

6. Memberikan kesempatan bagi responden untuk mengadakan penilaian

terhadap keseluruhan kecukupan data secara menyeluruh dan

mengeceknya dengan data dari pihak dirinya sendiri.

Di pihak lain, pengecekan secara formal tentu saja diperlukan pula. Pengecekan anggota demikian dilakukan dalam bentuk diskusi dengan anggota yang terlibat yang cukup berpengetahuan dan berpengalaman yang diambil dari mereka yang mewakili kelompok-kelompok tertentu.

(11)

Dapat diikhtisarkan bahwa pengecekan anggota berarti peneliti mengumpulkan para peserta yang telah ikut menjadi sumber data dan mengecek

kebenaran data dan interpretesinya. Hal ini dilakukan dengan jalan :42

1. Penilaian dilakukan oleh responden,

2. Mengkoreksi kekeliruan,

3. Menyediakan tambahan informasi secara sukarela,

4. Memasukan responden dalam kancah penelitian menciptakan

kesempatan untuk mengikhtisarkan sebagai langkah awal analisis data,

5. Menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan.

Teknik ini, bagaimana pun, ada kelemahannya. Misalnya, anggota yang terlibat itu berasal dari kubu yang sengaja mau menghancurkan hasil penemuan, atau sengaja membelokkan penemuan karena tidak sesuai dengan kebijaksanaan yang selama ini berlangsung. Hal demikian harus disadari oleh peneliti. Jika memang ada gelagat yang demikian, peneliti secepatnya mencari dan menemukan strategi untuk mengatasinya.

Tampaknya teknik pengecekan anggota dengan teknik triangulasi hampir memiliki kesamaan, namun „Tampaknya‟ bukan berarti sama, dan karena memang keduanya berbeda. Triangulasi mempersoalkan data, sedangkan pengecekan anggota mempersoalkan sesuatu yang telah dibangun dalam bangunan setengah jadi yang berupa kategori, hipotesis, atau laporan penelitian.

42

Referensi

Dokumen terkait

direkomendasikan : Jika produk ini mengandung komponen dengan batas pemaparan, atmosfir tempat kerja pribadi atau pemantauan biologis mungkin akan diperlukan untuk

Maka, bila kita ingin mencapai komunikasi antar pribadi yang otentik, berarti kita harus menempatkan orang lain bukan sebagai objek, melainkan subjek dalam komunikasi

Sementara itu, tingkat inflasi Swiss pada bulan Juni 2013 sebesar -0,6% dimana mengalami peningkatan dibanding bulan Mei tahun 2013.. Sedangkan, bila dibandingkan dengan

Saat akan mengembangkan use case diagram, hal yang pertama kali harus dilakukan adalah mengenali actor untuk sistem yang sedang dikembangkan. Dalam hal ini, ada

Hasil Penelitian menunjukkan: terdapat 4 rantai saluran pemasaran kentang di kabupaten Probolinggo, dan saluran VI merupakan saluran yang paling efisien; ada dua kelembagaan

Upaya yang dilakuakn untuk mengoptimalkan pembelajaran pada masa pandemi Covid-19 di MI Al Mahdy dilakukan melalui buku kendali belajar di rumah, waktu

Meskipun ada kecenderungan bahwa siswa SMA masih belum memiliki ciri-ciri yang kuat sebagai manusia yang berkarakter karena masih dalam proses, akan tetapi siswa secara umum juga

Metode analisis data yang dilakukan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk mengungkapkan gejala-gejala atau keadaan yang terjadi pada subjek