• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata belajar. Menurut Rusman (2011) belajar diartikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata belajar. Menurut Rusman (2011) belajar diartikan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

4 2.1.1 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar. Menurut Rusman (2011) belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamnnya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekedar menghapal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang.

Menurut Slameto dalam bukunya belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (2003). Beliau menjelaskan “ belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Sumantri (2010) belajar adalah perubahan perilaku sebagai fungsi pendidikan. Didalamnya tercakup perubahan- perubahan afektif, motorik, dan kognitif yang tidak dihasilkan oleh sebab- sebab lain.

Menurut Djamarah (2011) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Sedangkan pembelajaran diartikan sebagai suatu proses interaksi antara guru dan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran (Rusman, 2011).

Menurut Sanjaya (2006) pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan ( siswa), dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran.

Menurut Taufiq (2011: 5.7) pembelajaran adalah proses yang aktif, dinamis dan terus menerus yang memungkinkan anak belajar. pembelajaran dalam hal ini dipandang sabagai suatu proses membantu anak mengembangkan dan mengubah perilaku (kognitif,afektif dan psikomotor).

Dari pengertian tentang pengertian pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses pengalaman yang dilalui seseorang untuk memperoleh

(2)

perubahan baik dari ketrampilan, sikap serta kemampuan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.

2.1.2 Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Suprijono (2011) model pembelajaran merupakan perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Model pembelajaran juga dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas.

Menurut Joyce & Weil (Trianto,2011) mendefinisikan model pembelajaran sebagai perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat- perangkat pembelajaran termsuk didalamnya buku- buku, film, komputer, kurikulum, dan lain- lain.

Dari definisi yang diungkapkan oleh Joyce& Weil dapat dikatakan bahwa model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, sehingga guru dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien dengan materi untuk mencapai tujuan pendidikan dan membuat hasil belajar lebih baik.

Menurut Trianto (2011) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar.

Berdasarkan pendapat tentang model pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah proses kegiatan belajar mengajar yang dirancang secara sistematis dari awal sampai akhir pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

2.1.3 Model Pembelajaran Numbered Head Together 2.1.3.1 Pengertian Numbered Head Together

Menurut Trianto (2011) Numbered Head Together atau penomoran berpikir bersama adalah jenis pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.

(3)

Dalam tipe pembelajaran Numbered Head Together ini siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan saling keterkaitan dengan rekan- rekan kelompoknya ( Lie, 2005). Numbered Head Together adalah suatu pendekatan yang melibatkan banyak siswa dalam menelaah pelajaran. Pendekatan ini bertujuan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Pendekatan ini terdiri dari empat langkah utama yaitu; penomeran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.

2.1.3.2 Tujuan Pembelajaran Numbered Head Together

Menurut Ibrahim (2003) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

1. Hasil belajar akademik stuktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. 2. Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan social

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

(4)

2.1.3.3 Langkah- langkah Model Pembelajaran Numbered Head Together

Menurut Huda (2011) teknis pelaksanaan Model Pembelajaran Numbered Head Together antara lain:

1. Guru meminta siswa untuk duduk berkelompok- kelompok. 2. Masing- masing anggota diberi nomor.

3. Setelah selesai, guru memanggil nomor ( baca nomor anggota) untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

4. Guru tidak memberitahukan nomor berapa yang akan berpresentasi selanjutnya. 5. Guru memanggil siswa hingga semua nomor terpanggil.

Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT (Trianto, 2011):

1. Fase 1 : Penomoran

Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

2. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.

3. Fase 3 : Berpikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

4. Fase 4 : Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

2.1.3.4 Manfaat Model Pembelajaran Numbered Head Together

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan Ibrahim (2003), antara lain adalah:

1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 2. Memperbaiki kehadiran

3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar 4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

(5)

5. Konflik antara pribadi berkurang 6. Pemahaman yang lebih mendalam

7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 8. Hasil belajar lebih tinggi.

2.1.3.5 Kelemahan dan kelebihan model pembelajaran Numbered Head Together  Kelebihan metode numbered heads together:

1. Setiap siswa menjadi siap dalam belajar.

2. Siswa memiliki motivasi untuk serius dalam belajar. 3. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

4. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.  Kekurangan metode numbered heads together:

1. Tidak semua nomor dipanggil oleh guru.

2. Bagi siswa yang tidak terpanggil akan menjadi jenuh dan cenderung kembali pasif. 3. Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu

yang lama.

Adapun prosedur pelaksanaan Model Pembelajaran Numbered Head Together menurut Slavin (Huda, 2011) antara lain:

1. Siswa dibagi dalam kelompok- kelompok. Masing- masing siswa dalam kelompok diberi nomor dan nama kelompok.

2. Guru memberikan tugas/ pertanyaan dan masing- masing kelompok mengerjakannya.

3. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.

4. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka.

Berdasarkan teori Slavin (Huda, 2011) dapat dikaji langkah- langkah pembelajaran yang akan dilakukan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together yaitu: 1. Siswa dibagi kedalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 orang.

2. Setiap anggota kelompok diberi topi bernomor yang berbeda dan diberi nama yang berbeda pada setiap kelompok.

(6)

3. Guru memberikan pertanyaan dalam bentuk LKS untuk dikerjakan setiap anggota kelompok. Pertanyaan yang diberikan sesuai dengan nomor kepala siswa.

4. Anggota kelompok berdiskusi dan dipastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban dari LKS, saat kegiatan diskusi guru memonitor jalannya pembelajaran. 5. Guru memanggil salah satu nomor secara acak dan siswa yang nomornya terpanggil

maju mempresentasikan hasil diskusi secara bergantian.

6. Menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan dan bertanya jawab tentang materi yang belum diketahui siswa.

Berdasarkan pendapat tentang Model Pembelajaran Numbered Head Together, penulis dapat menyimpulkan bahwa Model Pembelajaran Numbered Head Together adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara kerja kelompok dan setiap anggota kelompok diberi nomor dan nomor yang dipanggil oleh guru harus melaporkan jawabannya didepan kelas. Dengan Model Pembelajaran Numbered Head Together siswa menjadi lebih aktif dalam belajar juga bisa menambah rasa percaya diri siswa.

2.1.4 Pengertian Matematika

Menurut Maswin (2010) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang terbanyak terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

Matematika sebagai ilmu mengenai struktur dan hubungan-hubungannya, simbul-simbul diperlukan.Simbul-simbul-simbul itu penting untuk membantu memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang di terapkan Herman (2006).

Menurut Tri (2010) matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bilangan dan ruangan yang bersifat abstrak. Sehingga untuk menunjang kelancaran pembelajaran disamping pemilihan metode yang tepat perlu digunakan suatu media pembelajaran yang tepat juga perlu digunakan suatun media pembelajaran yang sangat berperan untuk membimbing abstraksi siswa.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Begitu pentingnya membangun kemampuan berfikir matematis, maka matematika diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk

(7)

membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, kritis, dan kreatif. Sedangkan pendapat lain menjelaskan ,matematika adalah ilmu dasar yang mendasari dan melayani berbagai ilmu pengetahuan lain.

Ruang Lingkup Mata Pelajaran Matematika:

Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Bilangan, cakupan bilangan antara lain bilangan dan angka, perhitungan dan perkiraan.

2. Geometri, cakupan geometri antara lain bangun dua dimensi, tiga dimensi, tranformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan koordinat. 3. Pengukuran, Cakupan pengukuran berkaitan dengan petbandingan kuantitas

suaru obyek, penggunaan satuan ukuran dan pengukuran.

Dari uraian tentang matematika penulis dapat menyimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang melatih anak berpikir logis dan analitis yang menghubungkan ide, proses, penalaran yang terdiri dari 4 wawasan luas yaitu: aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis.

2.1.5 Pengertian Keaktifan Siswa

Menurut Rusman (2011) keaktifan siswa dalam menjalani proses belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.

Menurut Hermawan (2003) keaktifan siswa dalam belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam kegiatan pembelajaran.

Menurut Dimyati (2009) keaktifan sebagai “ primus motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pebelajar dituntut aktif secara fisik, intelektual, dan emosional. Menurut Sardiman (2011) terdapat aspek keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar, yaitu:

1. Visual activities

Yang termasuk didalamnya misalnya: membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

(8)

2. Oral activities

Yang termasuk didalamnya seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening activities

Sebagai contoh mendengarkan seperti: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. 4. Writing activities

Seperti misalnya: menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5. Drawing activities

Misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor activities

Yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities

Sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional activities

Seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Dari pendapat tentang keaktifan siswa, dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa adalah proses belajar yang menekankan siswa untuk aktif baik dari segi fisik, mental, intelektual dan emosional dalam menemukan pengetahuannya dengan hasil belajar dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

2.1.6 Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2010) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Berdasarkan pengalaman tersebut seseorang siswa yang telah melakukan kegiatan belajar akan mampu mengalami perubahan, yaitu adanya kemampuan-kemampuan yang tadinya tidak ada menjadi ada. Kemampuan-kemampuan inilah yang dinamakan hasil belajar. Hasil belajar siswa secara langsung dipengaruhi oleh pengalaman siswa dan faktor internal. Pengalaman belajar siswa dipengaruhi oleh unjuk kerja guru. Bila siswa dalam belajarnya bermakna atau terjadi kaitan antara informasi baru dengan jaringan representasi, maka siswa akan

(9)

mendapatkan suatu pengertian. Mengembangkan pengertian merupakan tujuan pengajaran matematika, karena tanpa pengertian orang tidak dapat mengaplikasikan prosedur, konsep,ataupun proses.

Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagia lain merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. Hasil belajar tersebut dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran, dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat di ukur, seperti tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijasah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar (Dimyati, 2009).

Hasil belajar akibat dari perubahan perilaku (Suprijono, 2011) Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:

1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari 2. Kontinue atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya

3. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup 4. Positif atau berakumulas

5. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. 6. Permanen atau tetap

7. Bertujuan dan terarah

8. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan. 2.1.6.1 Tujuan penilaian hasil belajar

Menurut Arifin (2010: 15) ada tujuh tujuan penilaian hasil belajar yaitu

1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah diberikan

2. Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat dan sikap peserta didik terhadap program pembelajaran

3. Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik dengan standar kompentensi dan kompentensi dasar yang telah ditetapkan. 4. Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti

(10)

5. Untuk seleksi yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai dengan jenis pendidikan tertentu.

6. Untuk menentukan kenaikan kelas

7. Untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

8. Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena setiap mata pelajaran/bidang study mempunyai tugas tersendiri dalam membentuk pribadi siswa, hasil belajar untuk suatu mata pelajaran/bidang study berbeda dari mata pelajaran/bidang study lain (Hernawan, 2003).

Berdasarkan pendapat tentang hasil belajar penulis dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan

Muliatunniam (2011) dengan judul “Efektifitas Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Terhadap Keaktifan Dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VIII SMP Pondok Modern Selamet Kendal Pada Materi Pokok Sistem Peredaran Darah Manusia”. Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui: Apakah pembelajaran Numbered Head Together (NHT) lebih efektif dari pada pembelajaran konvensional (ceramah) terhadap keaktifan dan hasil belajar biologi kelas VIII SMP Pondok Modern Selamet Kendal pada

materi pokok sistem peredaran darah manusia.

Hasil penelitian yang terkumpul, dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik. Pengujian hipotesis menggunakan analisis uji-t. Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen postes adalah 70,09 dan kelompok kontrol adalah 60,46 berdasarkan uji perbedaan rata-rata pihak kanan, diperoleh hasil belajar thitung = 4,460 dan tabel = 1,67. Karena thitung > tabel, berarti Ho di tolak. karena hasil belajar kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol yang tidak mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT), maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berpengaruh positif terhadap hasil belajar biologi materi pokok sistem peredaran darah pada manusia siswa kelas VIII SMP Pondok Modern Selamet Kendal.

(11)

Elvera (2011) dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model pembelajaran Kooperatif Teknik Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Hasil belajar Siswa pada Pelajaran IPS Kelas V SDN Gladagsari Tahun Pelajaran 2010/2011”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Teknik Numbered Heads Together (NHT) dan hasil belajar pada mata pelajaran IPS kelas V SDN Gladagsari Tahun Pelajaran 2010/2011. Metode ini adalah menggunakan metode eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pengujian hipotesis menggunakan uji t diperoleh sig 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan HI diterima. Jadi penggunaan model pembelajaran kooperatf Teknik Numbered Heads Together (NHT) berpengaruh terhadap hasil belajar dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Efi (2011) dengan judul “Pengaruh model pembelajaran Numbered Head Together terhadap hasil belajar IPS siswa Kelas V SDN Blotongan 02 Salatiga semeter II Tahun 2010/2011. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) terhadap hail belajar IPS siswa kelas V SD N Blotongan 02 Salatiga. Hasil penelitian menunujukkan bahwa rata- rata hasil belajar pada kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together sebesar 79,09 sedangkan kelompok kontrol dengan menggunakan ceramah sebesar 66,66. Hasil analisi uji t kelompok eksperimen 79,09 dan kelompok kontrol 66,66. T hitung sebesar 4.317 dan t tabel sebesar 2,021. Signifikasi 0,000 yang artinya 0,000 < 0,05 hal ini menunjukkan perbedaan hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Maka hipotesis yang berbunyi ada perbedaan pengaruh penggunaan model NHT terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD N Blotongan 02 salatiga Semester II Tahun 2010/2011 terbukti

Rochma ( 2011) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Melalui Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SDN Karangbesuki 01 Kota Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1. Penerapan model Numbered Heads Together yang terdiri dari tahap penomoran dengan memberikan topi kepala bernomor dan memberikan penamaan pada setiap kelompok, tahap pengajuan pertanyaan dilakukan dengan memberikan Lembar Kegiatan Kelompok (LKK) untuk didiskusikan, tahap berpikir bersama merupakan proses siswa bersama kelompok untuk diskusi LKK dan tahap pemberian jawaban merupakan

(12)

langkah terakhir dimana seriap individu mampu memberikan jawaban atau mengomentari suatu persoalan factual. 2. Peningkatan keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia setalah menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together ( NHT) di kelas V SDN Karangbesuki 01. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terdiri dari pembuatan rancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan pembelajaran dengan menggunakan model tersebut. Hasil observasi aktivitas guru selama pembelajaran dengan menggunakan model Numbered heads Together (NHT) menunjukan prosentase pada siklus I sebesar 88,05 % meningkat ke siklus II dengan prosentase sebesar 97,6% dan hasil observasi dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan model Numbered Heads Together (NHT) pada siklus I memperoleh prosentase 74,9% meningkat pada siklus II memperoleh prosentase sebesar 100%. Berdasarkan hasil wawancara siswa dan guru dapat disimpulkan bahwa siswa sedikit demi sedikit mengalami peningkatan keterampilan berbicara khususnya dalam mengomentari persoalan faktual dengan dengan baik daripada sebelum menerapkan model Numbered Heads Together (NHT).

2.3 Kerangka Pikir

Penggunaan model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar. Dengan pemberian pre test kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberi perlakuan kemudian diberi post test kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi perlakuan. Maka dapat dilihat perubahan yang positif pada keaktifan dan hasil belajar siswa.

(13)

Alur kerangka berpikir:

2.4 Hipotesis Tindakan

Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “ Model pembelajaran tipe Numbered Head Together berpengaruh terhadap keaktifan dan hasil belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar.

Kelompok kontrol Kelompok

eksperimen

Perlakuan: Metode Ceramah Perlakuan: model pembelajaran NHT

Hasil Belajar

Keaktifan Siswa Keaktifan Siswa Hasil Belajar

Post Test

Pre Test

Post Test

Pengaruh pembelajaran dengan model pembelajaran Numbered Head Together menjadi lebih baik daripada pembelajaran dengan metode ceramah.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kenaikan pompa bahan bakar terhadap performa kendaraan , khususnya daya, torsi, konsumsi bahan

[r]

pengajuan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan

DAFTAR NMA MAHASISWA DAN TEMPAT PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN III PROGRAM DIPLOMA III REGULER SEMESTER VI JURUSAN KEBIDANAN.. POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN TAHUN AKADEMIK 2015/2016

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Pembuktian Kualifikasi untuk paket pekerjaan Pengawasan Revitalisasi Pasar Tradisional Setia Jaya Gampong Lhang Kecamatan Setia dengan ini

If there are multiple resources that are being provided because of a single RFI, then a has-a association could help to identify which RFIs are addressed by which

The study used purposive random sampling method by taking and observation of mangrove vegetation and density of molluscs and measurement of water quality parameters.. Data