• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,PENELITIAN

TERDAHULU, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Sejarah Pemekaran Wilayah

Pemekaran wilayah menurut Effendy (2008) merupakan suatu proses pembagian wilayah menjadi lebih dari satu wilayah, dengan tujuan meningkatkan pelayanan dan mempercepat pembangunan. Pemekaran wilayah juga diharapkan dapat menciptakan kemandirian daerah sebagai salah satu kunci dari keberhasilan otonomi daerah. Upaya pemekaran wilayah dipandang sebagai sebuah terobosan untuk mempercepat pembangunan melalui peningkatan kualitas dan kemudahan memperoleh pelayanan bagi masyarakat. Pemekaran wilayah juga merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam memperpendek rentang kendali pemerintah sehingga meningkatkan efektifitas penyelenggaraan pemerintah dan pengelolaan pembangunan.

Pemekaran wilayah yang terjadi pada saat ini merupakan implikasi berlakunya otonomi daerah, yakni UU No. 5 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah . Wilayah pusat tidak sepenuhnya lagi mempunyai wewenang terhadap daerah, tetapi sebagian kekuasaan pemerintahan diserahkan kepada daerah. UU tersebut kemudian melahirkan UU No.22 Tahun 1999 tentang Penerintahan Daerah dan seiring waktu berubah menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah.

(2)

Pola perkembangan wilayah sebelum tahun 1998 mengalami perubahan sejak bergulirnya era reformasi setelah tahun 1998. Fenomena tersebut merupakan konsekuensi dari perubahan kebijakan sentralisasi menjadi desentralisasi (otonomi daerah). Kebijakan tersebut tertuang dalam UU No. 2 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diganti dengan UU No. 32 tahun 2004. Dalam rangka implementasi kebijakan tersebut maka dikeluarkan PP No. 129 tahun 2000 tentang persyaratan dan tata cara pembentukan daerah otonom baru, penghapusan dan penggabungan daerah otonom. Peraturan Pemerintah tersebut kemudian diganti dengan PP No. 78 tahun 2007. Dalam kurun waktu 10 tahun sejak tahun 1999 telah terbentuk daerah otonom baru sebanyak 205 buah yang terdiri dari 7 provinsi, 164 kabupaten dan 34 Kota. Dengan perkataan lain terjadi peningkatan 64% dari jumlah daerah otonom tahun 1998 atau secara rata rata dalam satu tahun lahir 20 daerah otonom baru. Hingga tahun 2014 daerah otonom di Indonesia berjumlah 542 daerah yang terdiri dari 34 provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota, dengan jumlah daerah otonom baru sebanyak 223 daerah yang terdiri dari 8 provinsi, 182 kabupaten, dan 33 kota. (Kemendagri, 2014)

2.1.2 Perspektif Pemekaran Wilayah

Pemekaran wilayah yang merupakan bentuk dari otonomi daerah memiliki beberapa perspektif, yaitu perspektif administrasi pemerintahan/politik , perspektif ekonomi, perspektif sosial (Haris,2007).

1) Perspektif Administrasi Pemerintahan

Pemerintah semakin didekatkan dengan rakyat. Itulah sebabnya maka kepala pemerintahan di daerah harus dipilih oleh representasi rakyat setempat secara murni, tanpa intervensi dan patronase pemerintah yang lebih atas, dan

(3)

bertanggung jawab kepada rakyat setempat melalui mekanisme yang mereka sepakati. Dengan adanya keleulasaan memilih dan menetapkan pemimpin diperoleh beberapa keuntungan:

a. Rakyat dan institusi perwakilan rakyat di daerah merasa dipercaya oleh pemerintah, dan karena itu merasa bangga sebagai bagian dari pemerintahan nasional.

b. Kepala pemerintahan dan jajaran eksekutif di daerah memikul kewajiban untuk memberi pengabdian mereka yang terbaik kepada rakyat di wilayahnya, karena keberhasilan atau kegagalan mereka tidak akan lepas dari penilaian rakyat setempat.

c. Semakin sulit bagi sesuatu kelompok separatis atau anti nasional di daerah untuk melakukan manjuver dengan alasan ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah pusat. Kesalahan dan kegagalan kebijakan di daerah akan menjadi masalah lokal yang harus diselesaikan secara lokal pula.

2) Perspektif Ekonomi

Perluasan kesempatan bagi masyarakat dan pemerintah daerah untuk mengejar kesejahteraan dan memajukan dirinya. Ini akan secara signifikan mengurangi beban pemerintah pusat dan pada saat yang sama menciptakan iklim yang kompetitif diantera daerah-daerah untuk secara kreatif menemukan cara-cara baru mengelola potensi ekonomi yang dimilikinya. Kalau strategi ini berhasil, maka kesejahteraan bangsa Indonesia akan lebih cepat pencapaiannya. Masyarakat di daerah yang semakin sejahtera akan menyadari bahwa kondisi yang mereka nikmati itu adalah berkah dari kebijakan desentralisasi yang diluncurkan oleh pemerintah pusat

(4)

3) Perspektif Sosial-Budaya

Peluang yang diberikan kepada pemerintah daerah untuk mengembangkan kualitas masyarakatnya dan berbagai tanggung jawab pemerintah pusat dalam meningkatkan pelayanan di bidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial lainnya. Dalam konteks kebudayaan bermakna sebagai peluang yang terbuka luas bagi daerah-daerah untuk menggali dan mengembangkan nilai-nilai dan karakter budaya setempat. Ini akan membangkitkan harga diri dan kebanggaan masyarakat sebagai bagian dari kebhinnekaan budaya nasional kita. Kebanggaan atas identitas budaya lokal tidak seyogyanya dicurigai sebagai ancaman terhadap persatuan nasional, karena justru dengan kuatnya budaya lokal itu akan memperkaya budaya nasional.

2.1.3 Perkembangan Tanaman Padi

Luas tanaman dan produksi padi di Indonesia berfluktuasi dari tahun ke tahun, berikut tabel perkembangan luas tanaman dan produksi pangan di Indonesia, Sumatera Utara dan sebelum terbentuknya kabupaten Padang Lawas Utara.

a. Indonesia

Tabel 2. Perkembangan Luas Tanaman, Produksi dan Produktivitas Padi di Indonesia

JenisTanaman Tahun

2005 2006 2007

Padi

Luas Panen (Ha) 11.839.100 11.786.400 12.147.600 Produksi (Ton) 54.151.100 54.454.900 57.157.400

Produktivitas (Kw/Ha 45,74 46,2 47,05

(5)

b. Sumatera Utara

Tabel 3. Perkembangan Luas Tanaman, Produksi dan Produktivitas Padi di Sumatera Utara

JenisTanaman Tahun

2005 2006 2007

Padi

Luas Panen (Ha) 822.073 705.023 750.232

Produksi (Ton) 3.447.393 3.007.636 3.265.834

Produktivitas (Kw/Ha) 41,93 42,66 43,53

Sumber : Badan Pusat Statistik 2014

c. Kabupaten Tapanuli Selatan (Sebelum Terbentuknya Kabupaten Padang Lawas Utara)

Berikut disajikan data perkembangan luas lahan, produksi dan produktivitas padi sebelum terbentuknya Kabupaten Padang Lawas Utara, data yang disajikan berupa data tahun 2005-2006 dari Kabupaten Tapanuli Selatan yang merupakan kabupaten yang dimekarkan.

Tabel 4. Perkembangan Luas Tanaman, Produksi dan Produktivitas Tanaman Padi Sebelum Pemekaran Wilayah

JenisTanamanTahun

2005 2006

Padi

Luas Panen (Ha) 83.634 71.340

Produksi (Ton) 434.324 731.349

Produktivitas (Kw/Ha) 51,92 52,05

Sumber : Badan Pusat Statistik 2014

2.1.4 Agribisnis Tanaman Padi

Agribisnis sebagai suatu sistem dapat dibagi menjadi beberapa subsistem yaitu subsistem input pertanian, usaha pertanian, pengolahan, pemasaran. Subsistem usahatani/pertanian sering disebut on-farm, sedangkaan subsistem lainnya disebut off-farm. Berbagai subsistem tersebut membentuk jaringan sehingga berhubungan satu sama lain yang saling tergantung (Masyhuri, 2003).

(6)

Menurut Munanto (2014) Secara konsepsional sistem agribisnis dapat diartikan sebagai semua aktifitas, mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input) sampai dengan pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh usaha tani serta agroindustri, yang saling terkait satu sama lain. Dengan demikian sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai subsistem yaitu subsistem penyediaan input, subsistem usahatani, dan subsistem pemasaran

1) Subsistem Penyediaan Input

Meliputi pengadaan sarana produksi pertanian antara lain terdiri dari benih, pupuk, obat pemberantas hama dan penyakit, lembaga kredit, bahan bakar, alat-alat, mesin, dan peralatan produksi pertanian. Pelaku-pelaku kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi adalah perorangan, perusahaan swasta, pemerintah, koperasi. Industri yang meyediakan sarana produksi pertanian disebut juga sebagai agroindustri hulu (upstream). Input yang diperlukan dalam usaha tani padi yaitu lahan, benih, pupuk, tenaga kerja dan pestisida.

a. Lahan

Lahan pertanian banyak diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan usahatani misalnya sawah, tegal dan pekarangan. Sedangkan tanah pertanian adalah tanah yang belum tentu diusahakan dengan usaha pertanian. Ukuran luas lahan secara tradisional perlu dipahami agar dapat ditransformasi ke ukuran luas lahan yang dinyatakan dengan hektar. Di samping ukuran luas lahan, maka ukuran nilai tanah juga diperhatikan (Soekartawi, 1995).

(7)

b. Benih

Menurut Aak (2006) Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan dalam proses perkembangan dan kemasakan benih, panen dan perontokan, pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian

c. Pupuk

Pupuk adalah bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Dalam pengertian yang khusus, pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman. Tanaman memerlukan 16 unsur penting, 3 diantaranya berasal dari udara dan 13 lagi berasal dari dalam tanah (Marsono, 2001)

d. Tenaga Kerja

Faktor tenaga kerja disini dapat dilihat dari jumlah curahan kerja. Dalam usahatani tenaga kerja dibedakan atas dua macam yaitu menurut sumber dan jenisnya. Menurut sumbernya tenaga kerja berasal dari dalam keluarga dan tenaga kerja dari luar keluarga. Sedangkan menurut jenisnya didasarkan atas spesialisasi pekerjaan kemampuan fisik dan keterampilan dalam bekerja yang dikenal tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga dipengaruhi oleh skala usaha, semakin besar skala usaha maka penggunaan tenaga kerja cenderung semakin meningkat. Penilaian terhadap penggunaan tenaga kerja biasanya digunakan standarisasi satuan tenaga kerja yang biasanya disebut dengan “Hari Orang Kerja” atau HOK. Namun, tidak selamanya penambahan dan pengurangan tenaga kerja mempengaruhi produksi, karena walaupun jumlah tenaga

(8)

kerja tidak berubah tetapi kualitas dari tenaga kerja lebih baik maka dapat mempengaruhi produksi (Soekartawi, 2002)

e. Pestisida

Menurut Depkes RI (1990) Kata Pestisida berasal dari rangkaian kata pest yang berarti hama dan cida atau sida yang berarti membunuh. Dalam PP No 7 tahun 1973 yang dimaksud dengan pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk beberapa tujuan berikut:

1) Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.

2) Memberantas rerumputan.

3) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan. 4) Mengatur dan merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian

tanaman (tidak termasuk golongan pupuk).

5) Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan piaraan dan ternak.

6) Memberantas atau mencegah hama-hama air

7) Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad renik dalam rumah tangga, bangunan, dan dalam alat-alat pengangkutan.

8) Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia.

2) Subsistem Usahatani

Usaha tani menghasilkan produk pertanian berupa bahan pangan. Menurut Yusri (2005) Usaha Tani merupakan kemampuan dari petani dalam mengorganisasikan

(9)

dan mengkoordinir faktor-faktor produksi yang dikuasainya dengan sebaik-baiknya.Dengan demikian petani yang kurang mampu memanfaatkan benih, pupuk, luaslahan, tenaga kerja dan pestisida akan memiliki tingkat pendapatan yang relatif lebih rendah.

3) Subsistem Pengolahan dan Pemasaran

Dalam subsistem ini terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan produk usaha tani, pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Pengolahan padi menjadi beras, melibatkan beberapa tahapan yaitu pemisahan kotoran, pengeringan dan penyimpanan padi, pengupasan kulit, penggilingan, pengemasan dan distibusi.

4) Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (kelembagaan)

Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (kelembagaan) atau supporting institution adalah semua jenis kegiatan yang berfungsi untuk mendukung dan melayani serta mengembangkan kegiatan sub-sistem hulu, sub-sistem usaha tani, dan sub-sistem hilir. Menurut Nasution (2011) Kelembagaan memegang peranan penting untuk menjamin suatu programdapat berjalan terus-menerus dan mencapai tujuan. Kelembagaan pendukung sektorpertanian di pedesaan bersifat pasang surut dan tergantung kebutuhan. Kelembagaandapat bersifat formal (disponsori dan dibantu pemerintah) dan non formal (terbentuksebagai jawaban atas tuntutan kebutuhan aktual petani). Kelembagaan yang bersifat formal seperti penyuluh pertanian kurang berjalan karena batasan-batasan formal yang sering bergesekan dengan pemahaman petani. Kelembagaan juga berfungsi sebagai penggerak, penghimpun, penyalur sarana produksi, pembangkit minat dan sikap serta menjamin keberhasilan agribisnis pertanian. Kelembagaan yang mampu

(10)

berkembang adalah kelembagaan yang sesuai dengan kondisi lokal dan bersifat multi fungsi dan luwes.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Usahatani dan Pendapatan

Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,perbaikan – perbaikan yang dilakukan di atas tanah tersebut dan sebagainya (A.T.Mosher,1968).

Soekartawi (2003) mengemukakan bahhwa usahatani adalah usaha yang tidak terlepas dari biaya-biaya. Biaya dalam usahatani dibedakan menjadi dua yakni biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Jumlah dari kedua biaya tersebut dikenal dengan biaya total (total cost)

TC = TFC + TVC Keterangan

TC = Total Biaya FC = Biaya Tetap

VC = Biaya Tidak Tetap ( Biaya Variabel)

Pendapatan dibagi menjadi dua bagian yaitu pendapatan kotor atau penerimaan usaha tani adalah nilai produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual, dikonsumsi oleh rumah tangga petani, dan disimpan digudang pada akhir tahun. Sedangkan pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan biaya produksi seperti upah tenaga kerja, pembelian bibit, pestisida dan pupuk yang digunakan oleh usahatani.

(11)

TR = P x Q Keterangan :

TR = Total Penerimaan P = Harga

Q = Total Produksi

Untuk pendapatan petani dihitung dengan rumus :

𝜋𝜋 = TR − TC Keterangan : 𝜋𝜋 = Pendapatan TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya 2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Indah Wulandari pada tahun 2011 yang berjudul “Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Organik dengan Padi Anorganik” (studi kasus Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat) dengan menggunakan metode Independent Sample T-Test

menyatakan bahwa:

a. Dilihat dari nilai R-C rasio, maka usahatani yang dijalankan petani padi organik dan anorganik sama-sama menguntungkan. Nilai R-C rasio usahatani padi organik lebih besar dibandingkan usahatani padi anorganik. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani padi organik lebih menguntungkan daripada usahatani padianorganik. Apabila dibedakan antara petani penggarap dan pemilik, maka nilai R-C rasio petani pemilik lebih besar dibandingkan petani penggarap.

(12)

b. Secara statistik terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan usahatani padi organik dan anorganik. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan atas biaya tunai dan biaya total usahatani padi organik yang lebih besar dibandingkan usahatani padi anorganik.

2.4 Kerangka Pemikiran

Kabupaten Padang Lawas Utara merupakan salah satu daerah hasil pemekaran kabupaten Tapanuli Selatan. Perbedaan antara sebelum dan sesudah pemekaran wilayah adalah adanya pemerintahan daerah baru, terbentuknya wilayah hasil pemekaran diharapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat dan memanfaatkan peluang mengurus daerahnya sendiri. Dengan adanya pemekaran wilayah maka ada ibukota baru yang terbentuk.

Dalam segi wilayah, pemekaran wilayah berarti terjadi pemisahan daerah yang sebelumnya tergabung di Kabupaten Tapanuli Selatan menjadi Kabupaten Padang Lawas Utara. Wilayah pada daerah otonom yang baru akan dibagi menjadi beberapa daerah, seperti daerah pemerintahan, daerah pemukiman, dan daerah pertanian. Daerah pertanian terbagi menjadi daerah perkebunan dan daerah tanaman pangan,daerah perkebunan terbagi menjadi perkebunan sawit dan perkebunan karet, daerah pertanian tanaman pangan juga akan dibagi menjadi daerah produksi padi, jagung, kacang tanah, kedelai, ubi kayu dan ubi jalar. Pembagian wilayahini akan memberikan perubahan pada ketersediaan dan luas lahan padi sawah setelah terbentuknya Kabupaten Padang Lawas Utara.

Pemerintahan Kabupaten Padang Lawas Utara akan mendapatkan anggaran dari pemerintah pusat. Anggaran yang berasal dari APBN akan diberikan kepada

(13)

daerah-daerah otonom. Anggaran yang diberikan akan dimanfaatkan untuk meningkatkan pelayanan publik, seperti pembangunan gedung pemerintahan, pembentukan badan penyuluh pertanian, perbaikan jalan sehingga mengurangi biaya produksi petani padi sawah dan akan meningkatkan pendapatan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas padi sawah adalah luas lahan, perubahan luas lahan padi sawah irigasi teknis , semi teknis dan non teknis sebelum dan sesudah pemekaran wilayah akan mempengaruhi produktivitasnya. Selain luas lahan, faktor-faktor lainnya adalah benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja.

Faktor yang mempengaruhi pendapatan petani padi sawah antara lain biaya input, jumlah produksi padi sawah, dan harga jual padi sawah. Perubahan pada faktor tersebut sebelum dan sesudah pemekaran wilayah akan menyebabkan adanya perubahan jumlah pendapatan petani padi sawah di daerah penelitian

Secara sistematis berikut ini digambarkan skema kerangka pemikiran sebagai berikut:

(14)

Faktor Yang Mempengaruhi : - Lahan - Bibit - Pupuk - Pestisida - Tenaga Kerja

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran 2.5 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori yang dibuat maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1) Terdapat perbedaan positif yang nyata antara luas lahan padi sawah irigasi teknis dan semi teknis sebelum dan sesudah pemekaran wilayah, dan Sesudah Pemekaran : Menyatakan Pengaruh Harga Input Produksi Pendapatan Sebelum Pemekaran Harga Input Luas Lahan Irigasi teknis, semi teknis dan non teknis

Produksi Pendapatan Ketersediaan Lahan Ketersediaan Lahan : Menyatakan Perbandingan Produktivitas Produktivitas Harga Jual Harga Jual Luas Lahan Irigasi teknis, semi teknis dan non teknis

(15)

perbedaan negatif yang nyata anatara luas lahan padi sawah irigasi irigasi non teknis di daerah penelitian.

2) Terdapat perbedaan positif yang nyata antara produksi dan produktivitas usahatani padi sawah irigasi teknis, semi teknis dan non teknis sebelum dan sesudah pemekaran wilayah di daerah penelitian.

3) Terdapat perbedaan positif yang nyata antara harga input usahatani padi (pupuk, lahan, tenaga kerja, pestisida, dan bibit)sawah sebelum dan sesudah pemekaran wilayah di daerah penelitian.

4) Terdapat perbedaan positif yang nyata antara pendapatan usahatani padi sawah sebelum dan sesudah pemekaran wilayah di daerah penelitian.

. .

Gambar

Tabel 2. Perkembangan Luas Tanaman, Produksi dan Produktivitas Padi di  Indonesia
Tabel 3. Perkembangan Luas Tanaman, Produksi dan Produktivitas Padi di  Sumatera Utara
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran  2.5 Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Policijski pogajalci so v reševanje krizne situacije vključeni šele kasneje, pogajanja z osebo prevzamejo ali pa policistom nudijo pomoč z nasveti, kar je razvidno tudi iz

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pemberian Pakan

Dengan menggunakan buku panduan travel sebagai media untuk memperkenalkan kota Semarang menjadi kota yang layak untuk menjadi destinasi wisata yang memiliki nilai

Dengan ketentuan kadar Hb 1 g% di atas batas normal (13 g% untuk laki-laki dewasa sehagai cur oflpoir~r anemia) dianggap sebagai batas antara defisisiensi besi dan non

Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju dan kurang setuju bahwa jasa internet yang dijual pada warnet premiere karawang sebagai alternative pilihan

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada strategi pengembangan karet klon unggul di Kecamatan Birem Bayeun dengan analisis SWOT ( Strength, Weakness, Opportunity dan

Rendahnya hasil belajar kognitif dalam pembelajaran IPA juga diduga disebabkan oleh faktor: (1) masih banyaknya permasalahan- permasalahan pembelajaran khususnya

Berdasarkan hasil pengujian pengaruh secara parsial dengan uji t dengan nilai t hitung pada variabel pelaksanaan layanan home visit terhadap hasil belajar siswa lebih besar